• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri salah satu tujuan manusia hidup di dunia ini ialah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri salah satu tujuan manusia hidup di dunia ini ialah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tidak dapat dipungkiri salah satu tujuan manusia hidup di dunia ini ialah untuk mencari kesenangan. Banyak aspek yang mendukung agar manusia dapat mencapai tujuan ini. Salah satu aspek yang menunjang itu bisa didapat dalam bentuk-bentuk sastra yang dapat memberikan nilai-nilai kesenangan dengan menikmati yang tersaji dalam beragam bentuk, termasuk bentuk yang disajikan berdasarkan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.

Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. Antara lain seperti perasaan, semangat, kepercayaan, keyakinan sehingga mampu membangkitkan kekaguman. Karya sastra tersebut dibedakan atas puisi, drama, dan prosa. Prosa rakyat dapat dibedakan atas mite, dongeng, legenda. Sastra prosa juga mempunyai ragam seperti cerpen, roman, dan novel. Yang menjadi ciri khas pengungkapan bentuk dalam sastra adalah bahasa. Saussure dalam Nurgiyantoro (1998:39) berpendapat bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda bahasa mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna. Menurut Fowler (1977:80) bahasa berfungsi untuk membatasi sekaligus memperluas kemungkinan penafsiran teks bagi pembaca. Bahasa bukanlah milik penulis sebagai individu, melainkan milik masyarakat. Bahasa dimanfaatkan secara sosial, dipersiapkan melalui jaringan interaksi sosial, dan dengan sendirinya merupakan sarana utama dalam

(2)

paradigma penafsiran masalah-masalah sosial. Ciri-ciri bahasa sebagai sistem sosial memampukan pembaca untuk menerobos berbagai dimensi imajinasi dan kreativitas penulis.

Dengan bahasa, maka sastra dapat diungkapkan dengan banyak cara. Apabila bahasa dalam kehidupan sehari-hari merupakan sistem pembentuk yang pertama, sastra merupakan sistem yang kedua. Pada masyarakat Indonesia, istilah sastra yang demikian dipakai untuk menyebut satu sistem yang terungkap pada ciptaan manusia, yang pada umumnya disebut karya seni yang menggunakan bahasa. Karya seni di sini dimaksudkan sebagai karya yang dalam proses produksi dan konsumsinya menuntut unsur keindahan. Di dalam dunia kesusasteraan, karya sastra dapat dibedakan kedalam berbagai bentuk dan jenis yang berbeda-beda. Karena unsur-unsur yang membentuk setiap karya sastra itu berbeda dan tujuan yang diharapkan dari karya sastra itu juga berbeda.

Menurut Culler (1977:264) karya sastra dianggap sebagai salah satu cara penafsiran dan pemberian makna yang terpenting dalam kehidupan bermasyarakat, sebab karya sastra berusaha untuk memahami dan mengindentifikasi orang-orang lain, yaitu dalam kerangka intersubjektif.

Karya sastra sebagai hasil pemikiran dan cerminan dari sebuah budaya kelompok masyarakat dimana saja yang memiliki kebudayaannya, oleh karena itu dalam karya sastra banyak menceritakan tentang interaksi antara manusia dengan manusia dalam lingkungan masyarakat. Sastra tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sebab karya sastra senantiasa bersumber dari peristiwa atau realitas sosial yang ada dalam masyarakat, yang mengungkapkan masalah-masalah manusia dan kemanusian, makna hidup dan kehidupan, melukiskan suka dan duka manusia,

(3)

kasih sayang dan kebencian, kesetiaan dan kemunafikan, serta segala sesuatu yang dialami manusia.

Sastra adalah perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan. Tulisan adalah media pemikiran yang tercurah melalui bahasa, bahasa yang bisa direpresentasikan dalam bentuk tulisan, media lain bisa saja berbentuk gambar, melodi musik, lukisan atau pun karya lingkungan binaan. Dapat dikatakan juga bahwa karya sastra merupakan karya imajinatif dari seorang yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni dan juga memberikan gambaran kehidupan sebagaimana yang diinginkan oleh pengarangnya sekaligus menunjukan sosok manusia sebagai insan seni.

Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Menurut Mukarovsky dalam Antoni (2010:1) sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang didasari aspek kebahasaan maupun aspek makna.

Dalam kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi dua yaitu sastra tertulis dan sastra lisan (sastra oral). Yang termasuk kedalam kategori sastra adalah novel, cerpen, komik, syair, pantun, drama, kaligrafi. Dalam makalah ini, penulis mengambil novel yang merupakan salah satu karya sastra yang dijadikan sebagai bahan pembahasan.

Novel merupakan karya sastra yang imajinatif dan merupakan hasil pemikiran pengarang mengenai suatu fenomena yang cerita-cerita di dalamnya adalah sebuah gambaran hidup manusia yang dituangkan dalam tulisan dan

(4)

dirangkai serta diolah sedemikian rupa sehingga memiliki jalan cerita tentang lika-liku perjalanan hidup manusia. Pengertian novel menurut H.B. Jassin dalam Antoni (2010:9) adalah sebagai karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang.

Salah satu hasil karya sastra berupa novel adalah novel yang berjudul Yakuza Moon karya Shoko Tendo. Novel ini menceritakan tentang kisah hidup nyata seorang anak perempuan dari yakuza (organisasi hitam produk Jepang) yang bernama Shoko Tendo. Shoko adalah anak dari pasangan Hiroyashu yang merupakan bos yakuza dengan istrinya yang bernama Satomi. Shoko anak ketiga dari empat bersaudara. Daiki abangnya, Maki kakaknya, Natsuki adiknya. Shoko dan ketiga saudaranya terlahir dalam sebuah keluarga yakuza yang cukup terkenal di Jepang.

Yakuza Moon merupakan memoar yang menceritakan fase perjalanan hidup Shoko Tendo, penulis buku ini sendiri, secara detail dengan latar belakang kehidupan seputar yakuza yang benar-benar pernah menjalani hidup dalam lingkungan yang akrab dengan kekerasan, seks, dan narkoba.

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan membahas kehidupan tokoh utama dalam novel Yakuza Moon melalui penelitian yang berjudul “ANALISIS

KEHIDUPAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL YAKUZA MOON KARYA SHOKO TENDO DILIHAT DARI PENDEKATAN SOSIOLOGIS”.

1.2 Perumusan Masalah

Kegiatan penelitian dilakukan untuk mencapai hasil yang digunakan dan untuk mengetahui kebenaran dan atau ketidak benaran suatu objek. Pada

(5)

dasarnya suatu penelitian dilakukan bertujuan untuk memecahkan permasalahan. Permasalahan adalah rintangan yang dihadapi dan memerlukan pemecahan, begitu juga dengan karya sastra berupa novel Yakuza Moon karya Shoko Tendo banyak permasalahan yang harus dipecahkan.

Di dalam novel ini menceritakan tentang kehidupan nyata penulis sekaligus tokoh utama Shoko Tendo yaitu seorang perempuan muda yang berhasil memenangkan pergulatan dalam hidupnya yang keras. Di dalam novel ini juga memberikan pengalaman yang berbeda, namun nyata mengenai kehidupan yakuza Jepang dari sudut pandang seseorang yang benar-benar pernah mengalaminya.

Semula Shoko beserta keluarga tinggal di Toyonaka, sebelah utara Osaka, tetapi ketika Shoko masih kecil sekali mereka pindah ke rumah baru di Sakai. Shoko dan saudaranya diajarkan tata krama kuno yang harus mengikuti apa kata-kata orang tua dan Shoko menyukainya.

Suatu hari ayah Shoko terlilit perkara dan dijebloskan ke penjara. Sejak saat itu hampir setiap hari dia mendengar hal yang baginya sangat menjijikkan. Bahkan, di sekolah pun, ketika Shoko kelas dua, mendengar guru-guru yang dia kenal bersikap lembut, mengoloknya dengan berkata bahwa Shoko adalah anak idiot. Dia masih kecil dan tak mampu berbuat apa-apa. Dan teman-temannya pun jadi sering menindas dan melecehkannya dengan cara yang sangat baik sehingga tak dapat diketahiu oleh guru. Ketika Shoko masuk SMP, kakaknya Maki mulai meninggalkan sekolah dan memilih menjadi yanki dan Shoko pun mengikuti jejak kakaknya. Yanki adalah sebutan untuk anak liar yang mengecat putih rambutnya dan kebut-kebutan dengan mobil atau motor tanpa peredam suara pada knalpotnya.

(6)

Ketika Shoko tumbuh menjadi seorang gadis dewasa, dunia hitam menjadi lingkaran setan hidup Tendo. Sampai suatu saat ia memutuskan untuk hidup bersih dari narkoba. Tendo yang terjerat narkoba dari muda dari hanya mabuk menggunakan tiner hingga amfetamin, menuturkan bagaimana ia berhasil lepas dari ketergantungan hanya dengan usaha sendiri.

Tendo hidup dari satu kehidupan seorang anggota geng keanggota geng yang lain. Spirit untuk tetap hidup membuatnya selalu dapat bertahan menghadapi kekerasan yang dia dapatkan dari kehidupan tersebut. Dia tak menyerah untuk mendapatkan sebuah cinta dalam hidupnya dan dia mendapatkannya walau akhirnya dia memutuskan pula untuk melepaskannya. Tato di sekujur tubuhnya seakan ingin membuktikan bahwa ia tetap hidup dan tegar. Tegar menghadapi hitamnya kehidupan dan menuju warna putih kehidupan. Ketika keluarga Shoko bangkrut Shoko memutuskan untuk bekerja sebagai seorang hostes, di tempat kerjanya ia bertemu dengan seseorang yang akhirnya menikah dengannya yaitu Takamitsu. Sejak menikah mereka memutuskan untuk pindah ke Yokohama dan meninggalkan Osaka. Mereka memulai hidup baru namun hingga saat itu pun penderitaan yang dialami Shoko belum juga berakhir. Shoko bersama suaminya bekerja keras untuk membiayai keluarga Shoko.

Dari hari kehari penderitaan Shoko tak kunjung berakhir bahkan ketika ibu dan ayahnya telah meninggal, masih ada kakaknya Maki yang selalu membuatnya menderita. Karena merasa kasihan terhadap Takamitsu yang rela bekerja keras untuk keluarga Shoko maka Shoko memutuskan bercerai dengan Takamitsu.

Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

(7)

“ Bagaimana kehidupan Shoko Tendo (tokoh utama) novel Yakuza Moon sebagai anak seorang yakuza pada masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan setelah menikah? “.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulisan dapat lebih terarah dan terfokus.

Dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya pada analisis kondisi sosial kehidupan Shoko Tendo sebagai tokoh utama mulai dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan setelah menikah, serta interaksi-interaksi antara Shoko Tendo dengan tokoh lainnya.

Judul novel : Yakuza Moon Halaman novel : 231 halaman Istilah bahasa : Bahasa Indonesia Jumlah cuplikan : 18 cuplikan

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Karya sastra menurut Pradopo (1994:59) adalah karya seni, suatu karya yang menghendaki kreativitas. Karya sastra digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan pikirannya tentang suatu yang ada dalam realitas yang pernah

(8)

dihadapinya. Realitas itu merupakan faktor penyebab pengarang menciptakan sebuah karya disamping unsur imajinasi.

Karya sastra pada dasarnya dibagi menjadi dua macam. Karya sastra yang bersifat fiksi dan non fiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi berupa novel, cerpen, essai, dan cerita rakyat. Sedangkan karya sastra yang bersifat non fiksi berupa puisi, drama dan lagu. Dalam kajian penelitian ini penulis mengkaji sebuah novel. Nursisto (2000:168) mengatakan bahwa novel adalah media menuangkan pikiran, perasaan, dan gagasan penulis dalam merespon kehidupan di sekitarnya. Pada setiap karya sastra, terdapat dua unsur yang berpengaruh dalam membangun suatu karya sastra yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik dalam sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Dengan mempertimbangkan kapasitas intrinsik karya sastra, Robert Stanton dalam Ratna (2003:186) membedakan unsur-unsur fiksi menjadi tiga macam, yaitu: 1. Tema

2. Alat-alat penceritaan 3. fakta-fakta cerita

Alat-alat penceritaan terdiri atas: sudut pandang, konflik, ironi, simbolisme, dan gaya. Sedangkan fakta-fakta cerita terdiri atas: plot, latar dan tokoh. Tokoh menurut Aminudin (2000:79) adalah para pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Sedangkan arti tokoh secara umum adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi, tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan seorang pengarang. Jadi pengarang memiliki kebebasan dalam menciptakan watak tokohnya. Sedangkan unsur ekstrinsik

(9)

adalah unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun atau sistem organisme suatu karya sastra. Salah satu bagian dari unsur ekstrinsik adalah sosiologi. Sosiologi berasal dari akar kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, soio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi, menurut Ratna (2003:1) sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul pertumbuhan (evousi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. Menurut Soekanto dalam Keliat (2012:07) objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbal balik dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

Menurut Ratna (2003:4) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Sedangkan Menurut Macluer dan Page dalam Soekanto (2003:24) bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata karma, dari wewenang dan kerja sama antar berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan manusia. Membahas tentang sosiologi tokoh utama dalam suatu karya sastra, maka hal ini tidak lepas dari unsur ekstrinsik dari sebuah karya sastra.

Sosiologi dalam karya sastra merupakan unsur yang tidak berada di dalam suatu karya sastra tetapi mempengaruhi jalan cerita di dalamnya. Sosiologi tokoh dalam suatu karya sastra berbentuk novel dapat kita lihat dalam karakter tokoh dalam cerita sebuah novel.

(10)

Dalam novel Yakuza Moon, pengarang menyajikan suatu karya sastra fiksi yang mengandung banyak nilai-nilai sosiologi yang tergambar jelas dari sikap, sifat, serta ucapan-ucapan para tokohnya sebagai unsur yang membawa pesan, amanat, atau moral yang kiranya dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

2. Kerangka Teori

Dalam meneliti suatu karya sastra diperlukan suatu pendekatan yang berfungsi sebagai titik tolak atau acuan penulis dalam menganalisis karya sastra tersebut. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan semiotik dan sosiologi sastra.

Menurut Pradopo (2002:270) semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda, ilmu ini menganggap bahwa sosial masyarakat dan kebudayaan itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensasi-konvensasi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Menurut Peirce dalam Antoni (2010:12) tanda adalah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda-tanda itu dapat berupa gerakan anggota badan, gerakan mata, mulut, bentuk tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan rumah, pakaian, karya seni : sastra, lukis, patung, film, tari, musik, dan lain-lain yang berada di sekitar kehidupan kita. Atau secara general semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Eco dalam Faruk, 1999:44). Selanjutnya penulis melakukan analisis menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

Menurut Ratna (2003:2) sosiologi sastra adalah pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung

(11)

didalamnya. Sosiologi sastra mewakili keseimbangan antara kedua komponen, yaitu sastra dan masyarakat. Oleh karenanya, analisis sosiologi memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi-fungsi sastra, karya sastra sebagai produk masyarakat tertentu. Penelaah unsur sosiologi sastra juga dikaitkan dengan sistem kemasyarakatan karena dalam sistem ini terjadi interaksi sosial yang cenderung menghasilkan suatu kebudayaan. Dimana di dalamnya mengatur cara hidup manusia hidup berkelompok, dan berinteraksi dalam jalinan hidup bermasyarakat.

Menurut Joseph B. Gittler dalam Ratna (2003:178) interaksi sosial merupakan interaksi yang paling penting bagi pembentukan personalitas individu. Interaksi sosial melibatkan makna, nilai, tujuan, dan sistem simbolik. Interaksi sosial memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas terhadap wilayah sosiologi sastra. Tahap perkembangan menurut E.Hurlock (http://www.siputro.com/2011/05/tahap-perkembangan-menurut-erikson-hurlock/)

1. Masa Pranatal, saat terjadinya konsepsi sampai lahir. 2. Masa Neonatus, saat kelahiran sampai akhir minggu kedua. 3. Masa Bayi, akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua. 4. Masa Kanak- Kanak awal, umur 2 – 6 tahun.

5. Masa Kanak- Kanak akhir, umur 6 – 10 atau 11 tahun. 6. Masa Pubertas (pra adolesence), umur 11 – 13 tahun

7. Masa Remaja Awal, umur 13 – 17 tahun. Masa remaja akhir 17 – 21 tahun. 8. Masa Dewasa Awal, umur 21 – 40 tahun.

9. Masa Setengah Baya, umur 40 – 60 tahun. 10. Masa Tua, umur 60 tahun keatas.

(12)

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sebelum melakukan sebuah penelitian maka harus diketahui dulu apa itu tujuan penelitian. Hal ini dikarenakan supaya tidak mengalami kesulitan untuk meneliti sebuah masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui kehidupan Shoko Tendo yang merupakan anak seorang pimpinan yakuza mulai dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan setelah menikah”

2. Manfaat Penelitian

Ada pun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti dan masyarakat umum diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sosiologi sastra dalam karya sastra fiksi terutama dalam novel Yakuza Moon yang merupakan objek kajian peneliti.

2. Bagi penulis lain, agar menjadi sumber masukan dan referensi untuk menganalisis karya sastra novel lainnya yang menggunakan pendekatan sosiologis sastra dimasa yang akan datang.

1.6 Metode Penelitian

Didalam melakukan sebuah penelitian, tentulah dibutuhkan sebuah metode sebagai bahan penunjang dalam penulisan untuk mencapai tujuan. Subagyo (1997:1) mengatakan bahwa metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunaannya, sehingga

(13)

dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan.

Metode yang penulis gunakan adalah metode kualitatif. Ratna (2004:46) mengatakan bahwa metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data ilmiah, data dengan hubungannya dengan konteks kebenarannya. Cara-cara inilah yang mendorong kualitatif dianggap sebagai multi metode sebab pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan.

Dalam mengumpulkan data-data penelitian ini, penulis menggunakan teknik studi kepustakaan (library research), dengan mengambil sumber acuan dari berbagai buku yang berhubungan dengan karya sastra, kritik sastra, serta buku-buku lainnya sebagai literatur tambahan.

Selain itu penulis juga memanfaatkan berbagai fasilitas yang tersedia di Perpustakaan Umum Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Daerah di Medan, Serta Perpustakaan Konsulat Jendral Jepang di Medan, juga pemanfaatan berbagai website atau situs-situs yang membahas sosiologi sastra serta literatur penunjang lainnya juga dilakukan untuk melengkapi data-data penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

2) Untuk mengetahui secara empiris pengaruh liquiditas terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan yang tergolong manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 3) Untuk

Dalam konteks regional, Cimahi kemudian dimasukkan sebagai bagian dari Bandung Metropolitan Area (BMA), dengan fungsinya sebagai daerah penyangga Kota Bandung.

38 Efektivitas dari antiseptik dapat dilihat dengan melakukan metode swab tangan setelah melakukan cuci tangan menggunakan produk antiseptik yang akan diuji dan dikultur

8111413186 Implementasi Pendaftaran Merek Sebagai Bentuk Perlindungan Hukum Pada Produk Bandeng Tanduri Di Kabupaten Kendal Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

Peserta harus melaporkan secara tertulis kepada PKL dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh

Penelitian ini didasari dari perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang salah satunya merupakan indikator tingkat kesuksesan, motivasi, kemajuan dan tolak ukur

Desa Pasar Binanga, warga bernama Tamin Hasibuan, umur 50 tahun, pekerjaan tani dan beralamat di Pasar Binanga, Kecamatan Barumun Tengah, Padang Lawas, menerangkan bahwa

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang di- alokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus