• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATEN/KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATEN/KOTA"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III – ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATEN/KOTA

3.1. Rencana Tata Ruang Sebagai Arahan Spasial RPI2-JM Bidang Cipta Karya

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan sarana dan prasarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor, e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

(2)

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindak lanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:

i. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi,dan/atau

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:

i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

ii. ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten,dan/atau

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:

i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pospemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga, iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

(3)

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

i. Pertahanan dan keamanan,

a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

c) merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan atau laut lepas.

ii. Pertumbuhan ekonomi,

a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

c) memiliki potensi ekspor,

d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,

e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

(4)

iii. Sosial dan budaya

a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

b) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa,

c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau

f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan atau teknologi tinggi a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b. pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

c. memiliki sumber daya alam strategis nasional

d. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa

e. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau

f. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

c. ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan atau dilestarikan,

d. memberikan perlindungan keseimbangan tataguna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,

(5)

e. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro

f. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup

g. rawan bencana alam nasional

h. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Berdasarkan RTRW Provinsi Riau Tahun 2011-2030 Kabupaten Kuantan Singingi, yang terletak di Taluk Kuantan, merupakan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) yang difungsikan mendukung PKN Pekanbaru dan Dumai, serta memiliki fungsi utama perkotaan kawasan industri, pusat perdagangan dan jasa, serta Pusat Pemerintahan Kabupaten.

Untuk penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN), di Kabupaten Kuantan Singingi terdapat kawasan lindung Kabupaten Kuantan Singingi yang berfungsi untuk melindungi sumber daya alam/buatan yang didalamnya, yang bertujuan untuk mencegah berbagai kegiatan budidaya yang tidak sesuai baik pada kawasan lindung maupun sekitarnya. Penetapan kawasan lindung Kabupaten Kuantan Singingi mengacu pada Keppres No.32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Kawasan Lindung Kabupaten Kuantan Singingi terdiri dari:

• Hutan Lindung Sentajo dan Bukit Batabuh.

Hutan lindung ini ditetapkan berdasarkan SK Menhut No. 254/Kpts/II/1984 tanggal 16 Desember 1984. Letak hutan lindung ini berbatasan dengan wilayah Propinsi Sumatera Barat, dengan luas hutan yang telah ditata batas mencapai 25.000 Ha. Berdasarkan Perda No.10 Tahun 1994 Tentang RTRW Prov. Riau menunjuk kawasan Bukit Batabuh Memanjang dari Lubuk Ambacang sampai ke Perhentian Sungkai seluas 48.000 Ha. Kemudian untuk luasan hutan lindung Sentajo berdasarkan SK tersebut seluas ± 3.000 Ha.

• Kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang dan Bukit Baling.

Ditetapkan berdasarkan SK Gubernur Riau No. 149/V/1982 tanggal 21 Juni 1982 dan diperkuat oleh SK Menhut Nomor 173/Kpts.II/1986 tanggal 6 Juni 1986.

(6)

Luas hutan yang telah ditata batas mencapai 136.000 Ha (Kabupaten Kampar dan Kabupaten Kuantan Singingi) untuk Kabupaten Kuantan Singingi seluas ±62.685,65 Ha.

Hutan merupakan potensi sumber daya alam yang besar di Kabupaten Kuantan Singingi. Dengan total luas keseluruhan Kabupaten Kuantan Singingi adalah 765.603 Ha. Dalam hal ini, luasan hutan yang berada di penggunaan lahan (eksisting) dengan Tata Guna Kesepakatan Provinsi 2007 terdapat perbedaan sekitar ± 0,83%. Hutan lindung di Kabupaten Kuantan Singingi adalah sebesar 64.460,09 hektar dengan lokasi di Hutan lindung Sentajo dan Bukit Batabuh.

Fungsi hutan terbesar adalah sebagai hutan produksi yaitu seluas 38,95% dari luas areal hutan di Kabupaten Kuantan Singingi meliputi hutan produksi tetap sebesar 121.460 Ha yang berada di Tanjung Pauh dan Pranap serta 110.770,21 Ha hutan produksi terbatas yang berada di Siangge sengkilo dan Batang Lipai Siabu. Sedangkan hutan lindung dan hutan suaka margasatwa masing-masing sebesar 10,8% dan 10,5% dari total luas area hutan di Kabupaten Kuantan Singingi. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Kuantan Singingi meliputi hutan lindung Sentajo dan hutan lindung Bukit Batabuh, sedangkan hutan suaka alam dan wisata terdapat di Bukit Rimbang dan Bukit Baling. Kemudian pada tahun 2014, ditetapkan SK Kemnhut terbaru yaitu SK Kemenhut 878 Tahun 2014 dan mengalami perubahan luas hutan, yang dapat dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel Penggunaan Lahan Berdasarkan TGHK Kemenhut 878 Tahun 2014

No Nama Kawasan Hutan TGHK Luas (Ha)

1 Kebun Pemda 1,292.2

2 Areal Penggunaan Lain APL 212,872.2

3 Sm. Bukit Rimbang Bukit Baling KSA 54,726.4

4 Usulan Pelepasan 17,556.1 5 Hutan Produksi (Hp) HP 41,444.9 6 Hp. Tanjung Pauh HP 136.8 7 Hp. Sungai Peranap HP 32,579.9 8 Hp. Tanjung Pauh HP 912.6 9 Hpt. Tesso Nillo HPT 23,907.3 10 Hpt. Serangge Sengkilo HPT 1,121.6

(7)

11 Hpt. Batang Lipai Siabu HPT 61,629.6

12 Hpt. Sentajo HPT 199.6

13 Hl. Sentajo HL 392.7

14 Hl. Bukit Batabuh Lubuk Jambi HL 43,199.3

15 Hutan Produksi Kawasan HPK 209,700.6

Luas 701,671.7

Sumber : Kemenhut 878, 2014

3.1.2. RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN. b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:

i. Ekonomi

ii. Lingkungan Hidup iii. Sosial Budaya

iv. Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi v. Pertahanan dan Keamanan

c. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan sarana dan prasarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

iii. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Adapun pada RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten Kuantan Singingi termasuk dalam analisis Ekstrnal yang dibahas mengenai Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) yang dimiliki Kabupaten Kuantan Singingi yang akan dijadikan dasar dalam pembentukan konsep dan strategi arahan pengembangan Kabupaten Kuantan Singingi. Yaitu :

(8)

Adanya program pemerintah pusat tentang penetapan jaringan jalan kereta api “Sumatera Railways” serta mengacu pada Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sumatera terdapat pengembangan jaringan jalur kereta api antar kota/kawasan andalan/outlet sebagai berikut:

Banda Aceh – Sigli – Lhoksemawe – Langsa – Besitang – Belawan – Medan – Lubuk Pakam – Tebing Tinggi – Pematang Siantar – Kisaran – Rantau Prapat – Duri - Dumai – Duri – Pekanbaru – Muara Lembu – Taluk Kuantan - Muara Lembu – Muaro – Solok – Padang Panjang – Pariaman – Padang – Solok – Taluk Kuantan – Muara Bungo – Jambi - Betung – Sekayu – Betung – Palembang – Tanjung Api-api – Palembang – Simpang – Kertapati – Prabumulih – Muara Enim – Prabu Mulih – Baturaja – Lubuk Langsang – Muara Enim – Bengkulu – Padang – Bengkulu – Tebing Tinggi – Baturaja – Kotabumi – Bandar Lampung Kilometer Tiga – Bakauheni.

Taluk Kuantan merupakan bagian dari jalur utama (trunk line) yang terdiri dari Muara Lembu-Taluk Kuantan-Muaro sebesar 138 km. Kemudian pada jalur local (feeder) koridor selatan yaitu :

• Alternatif I: Cerenti – Air Molek – Pematang Reba – Pangkalan Kasai – Sei Akar – Km.8 – Enok – Kuala Enok (225 km)

• Alternatif II: Cerenti – Air Molek – Pematang Reba – Rumbai Jaya – Enok – Kuala Enok (182 km)

Dengan keberadaan rencana ini akan merangsang perkembangan Kabupaten Kuantan Singingi.

3.1.3. Arahan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

(9)

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan sarana dan prasarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:

a. Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi;

b. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan;

c. Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera;

d. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.

Kabupaten Kuantan Singingi merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumatera, sehingga perencanaannya tidak terlepas dari tujuan Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera. Berdasarkan Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera berikut adalah tinjauan tujuan dan kebijakan RTR Pulau Sumatera :

Tabel Tujuan dan Kebijakan Pulau Sumatera

No. Tujuan Kebijakan

1. pusat pengembangan ekonomi perkebunan, perikanan, serta pertambangan yang berkelanjutan;

• pengembangan sentra perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan tembakau serta pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan;

(10)

No. Tujuan Kebijakan

pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan; dan

• pengembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi serta pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan pertambangan.

swasembada pangan dan lumbung pangan nasional;

• pengembangan sentra pertanian tanaman pangan yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional;

• pelestarian dan pengembangan kawasan peruntukan pertanian pangan sawah beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan • pengembangan jaringan dan pemertahanan

prasarana sumber daya air untuk meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan.

2. mewujudkan

kemandirian energi dan lumbung

energi nasional untuk ketenagalistrikan

• pengembangan energi baru dan terbarukan; dan

• pengembangan interkoneksi jaringan transmisi tenaga listrik

3. mewujudkan pusat industri yang berdaya saing

• peningkatan fungsi dan pengembangan kawasan peruntukan industri yang berdaya saing di kawasan perkotaan nasional; dan • pengembangan keterkaitan ekonomi antar

pusat-pusat industri. 4. mewujudkan pusat

pariwisata berdaya

• rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata ekowisata, bahari,

(11)

No. Tujuan Kebijakan

saing

internasional berbasis ekowisata, bahari, cagar budaya dan ilmu

pengetahuan, serta penyelenggaraan

pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

cagar budaya dan ilmu pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

• pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pariwisata bahari, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran

5. mewujudkan kelestarian kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya

• pemertahanan luasan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi;

• pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung; dan

• pengembangan pengelolaan potensi kehutanan dengan prinsip berkelanjutan.

6. mewujudkan kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah

• pelestarian dan pengembangan keanekaragaman hayati hutan tropis basah yang bernilai konservasi tinggi; dan

• pengembangan koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi.

7. mewujudkan kawasan perkotaan nasional yang kompak dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana

• pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional yang menjalar (urban

sprawl); dan

• pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana.

8. mewujudkan pusat pertumbuhan baru di wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera

• pengembangan kawasan perkotaan nasional berbasis sumber day alam dan jasa lingkungan di wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

(12)

No. Tujuan Kebijakan 9. mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah

• pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi, dan daya saing ekonomi wilayah; dan

• pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil

10. mewujudkan kawasan perbatasan negara sebagai

beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan

Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura, dan Negara Vietnam dengan memperhatikan

keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan

masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup

• percepatan pengembangan kawasan perbatasan negara dengan pendekatan kesejahteraan, pertahanan dan keamanan negara, serta lingkungan hidup;

• pemertahanan eksistensi 34 (tiga puluh empat) pulau kecil terluar yang meliputi Pulau Rondo, Pulau Berhala, Pulau Sentut, Pulau Tokongmalangbiru, Pulau Damar, Pulau Mangkai, Pulau Tokongnanas, Pulau Tokongbelayar, Pulau Tokongboro, Pulau Semiun, Pulau Sebetul, Pulau Sekatung, Pulau Senua, Pulau Subi Kecil, Pulau Kepala, Pulau Batumandi, Pulau Iyu Kecil, Pulau Karimun Kecil, Pulau Nipa, Pulau Pelampong, Pulau Batuberhanti, Pulau Nongsa, Pulau Simeulucut, Pulau Salaut Besar, Pulau Raya, Pulau Rusa, Pulau Benggala, Pulau Simuk, Pulau Wunga, Pulau Sibarubaru, Pulau Sinyaunyau, Pulau Enggano, Pulau Mega, dan Pulau Batu Kecil sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia

(13)

3.1.4. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota dalam Kebijakan Penataan Ruang Berdasarkan RTRW Provinsi Riau Tahun 2011-2031.

Untuk itu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan isu strategis, karakteristik wilayah dan dasar perumusan kebijakan penataan ruang provinsi, maka rumusan kebijakan penataan ruang untuk Provinsi Riau adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan wilayah secara terpadu dan seimbang melalui penguatan fungsi pusat-pusat pelayanan dan pengembangan prasarana wilayah.

2. Pemulihan kawasan lindung dan kawasan hutan melalui Skenario Hijau 3. Penguatan fungsi dan pengembangan pemanfaatan kawasan pesisir dan

kelautan

4. Pembangunan ekonomi wilayah yang mantap dengan fundamental economy pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan pertambangan yang dapat menghasilkan nilai tambah

5. Mempertahankan luas kawasan hutan yang sudah ditetapkan pemerintah dan meningkatkan mutu kawasan hutan.

Dengan memperhatikan substansi pada rumusan kebijakan serta dasar, fungsi dan kriteria perumusan strategi, maka rumusan strategi untuk penataan ruang Provinsi Riau adalah sebagai berikut :

1. Untuk mencapai kebijakan Pengembangan wilayah secara terpadu dan seimbang melalui penguatan fungsi pusat-pusat pelayanan dan pengembangan prasarana wilayah, dilakukan melalui strategi berikut :

a. Mengembangkan dan menata sistem pusat-pusat permukiman Perkotaan (Urban System) secara terpadu dengan Sistem pusat-pusat Permukiman Perkotaan Nasional

b. Memantapkan fungsi pusat-pusat kegiatan dan pelayanan skala nasional, regional dan lokal

(14)

c. Meningkatkan fungsi kawasan perkotaan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi sesuai dengan tatanan sosial dan lingkungan hidup perkotaan;

d. Mengembangkan simpul-simpul kegiatan transportasi internasional, yang mampu secara efisien menghubungkan setiap bagian wilayah Provinsi Riau ke jaringan perkotaan dunia;

e. Mengembangkan prasarana transportasi yang mampu secara efisien menghubungkan antar pusat-pusat permukiman perkotaan, antara pusat permukiman perkotaan dengan permukiman perdesaan (wilayah hinterland), dan mampu secara efisien menghubungkan ke simpul-simpul kegiatan transportasi internasional.

f. Mengembangkan jaringan prasarana energi, komunikasi dan informasi, sumber daya air pada sistem ruang perkotaan dan perdesaan secara efesien dan produktif.

g. Meningkatkan fungsi infrastruktur wilayah yang sudah ada menurut jenjangnya, baik untuk pelayanan domestik maupun internasional serta membuka kawasan-kawasan terisolir, khususnya di Pesisir Timur Provinsi Riau

2. Untuk mencapai kebijakan Pemulihan kawasan lindung dan kawasan hutan melalui Skenario Riau Hijau dengan strategi:

a. Memantapkan batas areal kawasan-kawasan lindung yang telah memiliki ketetapan hukum melalui pengukuran dan pemetaan batas di lapangan; b. Menetapkan status hukum kawasan-kawasan lindung yang telah

direncanakan dan/atau diusulkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Mencegah terjadinya perambahan kegiatan budidaya ke dalam Kawasan Lindung melalui kegiatan pengendalian yang ketat di lapangan;

d. Memanfaatkan hasil hutan ikutan dan jasa lingkungan di Kawasan Lindung secara terkendali bagi peningkatan kesejahteraan penduduk tanpa mengganggu fungsi lindung kawasan;

e. Merehabilitasi kawasan-kawasan lindung yang mengalami kerusakan untuk mengembalikan fungsi lindung kawasan;

(15)

f. Meningkatkan pengamanan kawasan-kawasan lindung dengan melakukan sosialisasi dan pembinaan terhadap masyarakat dan dunia usaha.

g. Menata kembali kawasan-kawasan hutan sesuai fungsinya dengan memperhatikan kriteria kesesuaian, rasio luas dan sebarannya untuk meningkatkan kelestarian ekosistem wilayah;

h. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem, dan keunikan alam yang ada di dalam kawasan.

i. Konservasi bagi kawasan-kawasan bakau yang berfungsi lindung sesuai ekosistemnya, khususnya di pesisir Pantai Timur wilayah Riau.

j. Mengupayakan perlindungan hutan alam dan ekosistem sensitif dalam rangka meningkatkan daya dukung ekosistem.

k. Menghentikan konversi hutan alam menjadi perkebunan.

l. Mempertahankan luas kawasan bervegetasi hutan minimal 30% dari luas DAS (Daerah aliran sungai).

Tabel Arahan Rencana Tata Ruang RTRW Provinsi Riau di Kabupaten Kuantan Singingi

No Rencana Lokasi

1 Rencana Struktur ruang

a. Rencana Sistem Perkotaan

• PKW Taluk Kuantan

b. Rencana Jaringan Transportasi

• Jaringan kereta api

Rencana pembangunan jaringan jalan kereta api “Sumatera Railways”

- Banda Aceh – Sigli – Lhoksemawe – Langsa – Besitang – Belawan – Medan – Lubuk Pakam – Tebing Tinggi – Pematang Siantar – Kisaran – Rantau Prapat – Duri - Dumai – Duri – Pekanbaru – Muara Lembu – Taluk Kuantan - Muara Lembu – Muaro – Solok – Padang Panjang – Pariaman – Padang –

(16)

No Rencana Lokasi

Solok – Taluk Kuantan – Muara Bungo – Jambi - Betung – Sekayu – Betung – Palembang – Tanjung Api-api – Palembang – Simpang – Kertapati – Prabumulih – Muara Enim – Prabu Mulih – Baturaja – Lubuk Langsang – Muara Enim – Bengkulu – Padang – Bengkulu – Tebing Tinggi – Baturaja – Kotabumi – Bandar Lampung Kilometer Tiga – Bakauheni.

Rencana pengembangan jalan kerete api di Provinsi Riau mencakup pengembangan

trunk line (jalur utama) dan feeder (jalur

lokal).

- Jalur Utama (Trunk Line): Muara Lembu – Taluk Kuantan – Muaro

= 138 km

- Jalur Lokal (Feeder): Koridor Selatan:

Alternatif I: Cerenti – Air Molek – Pematang Reba – Pangkalan Kasai – Sei Akar – Km.8 – Enok – Kuala Enok (225 km)

Alternatif II: Cerenti – Air Molek – Pematang Reba – Rumbai Jaya – Enok – Kuala Enok (182 km)

• Jaringan

Prasarana Jalan

Kolektor 1 (Jln. Nasional) • Muara Lembu – Taluk Kuantan • Taluk Kuantan – Bts.Sumbar

Jalan Kolektor (Jl.Provinsi)

– K1 • Taluk Kantan - Cerenti • Cerenti – Air Molek

Jalan Kolektor (Jl.Provinsi) – K3

Terminal Taluk Kuantan – Kari (Taluk Kuantan)

c. Rencana Sistem Jaringan Energi Listrik

(17)

No Rencana Lokasi

pembangunan PLTA Sungai Indragiri (pada anak sungai Batang Kuantan) di lokasi Lubuk Ambacang, Kec. Kuantan Mudik - Kabupaten Kuantan Singingi dengan potensi daya listrik sebesar 350 MW (hasil studi JICA, 1979)

Sistem terkoneksi B, wilayah Selatan

Sistem Interkoneksi Sumatera Barat-Riau melalui jalur Sawahlunto/Kiliranjao-Taluk Kuantan yang masih pada tahap rencana (belum eksisting), untuk melayani Wilayah Provinsi Riau bagian Selatan mencakup : Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, dan sebagian Kabupaten Pelalawan. Sistem ini di wilayah Riau didukung oleh 2 pembangkit yaitu : PLTA Lubuk Ambacang (usulan pembangkit baru) dan PLTG Lirik (usulan pembangkit baru)

Gardu Induk GI Taluk Kuantan

2 Rencana Pola Ruang

a. Kawasan Lindung Hutan lindung, Kawasan Suaka Margasatwa (SM Bukit Rimbang Bukit Baling)

b. Kawasan budidaya Hutan Produksi, pertanian, kawasan perkebunan besar negara/swasta (Pb/TT), kawasan perkebunan rakyat, kawasan perikanan, (Taluk Kuantan, agroindustri), kawasan pertambangan golongan A dan golongan B (emas, batubara, dan bouxit), 3 Penetapan Kawasan

Strategis

KSN Kawasan Hutan Lindung Bukit Betabuh

Sumber : draft RTRW Provinsi, Tahun 2010-2030

Berdasarkan RTRW Provinsi Riau Tahun 2011-2030 di Kabupaten Kuantan Singingi terdapat Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang terletak di Taluk Kuantan, yang difungsikan mendukung PKN Pekanbaru dan Dumai, serta memiliki fungsi utama perkotaan kawasan industri, pusat perdagangan dan jasa, serta Pusat Pemerintahan Kabupaten.

(18)

3.1.5. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota

Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun arahan dalam RTRW Kabupaten/Kota yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:

i. Pertahanan keamanan ii. Ekonomi

iii. Lingkungan hidup iv. Sosial budaya

v. Pendayagunaan sumber daya alam atau teknologi tinggi

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan sarana dan prasarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan. c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan sarana dan prasarana bidang

Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang CiptaKarya.

3.1.5.1. Kawasan Strategis Kabupaten

Untuk merealisasikan konsep pengembangan tata ruang yang telah disusun menjadi rencana struktur tata ruang serta rencana pemanfaatan ruang, maka perlu disusun strategi pengembangan tata ruang untuk mewujudkan konsep tersebut. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Kuantan Singingi dikelompokkan atas 4 sudut kepentingan, yaitu: (1) strategi pengembangan

(19)

sistem pusat – pusat pelayanan, (2) strategi pemantapan kawasan lindung, (3) strategi pengelolaan kawasan budidaya, (4) strategi pengembangan sistem prasarana wilayah.

1. Strategi Pengembangan Sistem Pusat – Pusat Pelayanan

Strategi pengembangan pusat – pusat pelayanan dapat dibedakan menjadi pusat – pusat pelayanan yang mempunyai lingkup antar kabupaten dan pusat – pusat pelayanan lingkup intra kabupaten. Pusat pelayanan antar kabupaten akan diarahkan pada upaya perwujudan struktur tata ruang kabupaten yang terkait dengan pengembangan Provinsi Riau dan pusat – pusat kegiatan lain di sekitar Kabupaten Kuantan Singingi. Pusat pelayanan intra kabupaten akan diarahkan pada pemerataan pembangunan melalui peningkatan keterkaitan antara pusat – pusat pelayanan dalam Kabupaten Kuantan Singingi dengan wilayah belakangnya. Mengacu pada karakteristik Kabupaten Kuantan Singingi, maka strategi pengembangannya adalah :

a. Pemantapan pusat pertumbuhan utama (Kota Taluk Kuantan)

b. Lubuk Jambi (Kuantan Mudik), Muara Lembu (Kecamatan Singingi) dan Koto Baru (Kecamatan Singingi Hilir untuk menciptakan sistem pusat – pusat pertumbuhan yang hirarkis.

c. Pembagian wilayah pelayanan yang proporsional untuk setiap pusat – pusat pelayanan (central-places)

d. Meningkatkan keterkaitan antar pusat – pusat kegiatan, baik secara fungsional dengan mengembangkan fungsi pelayanan yang terintegrasi satu sama lainnya maupun secara spasial dengan meningkatkan aksesibilitasnya terutama melalui pengembangan sarana dan prasarana perhubungan.

2. Strategi Pemantapan Kawasan Lindung

Untuk menjamin kelestarian lingkungan dan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya alam di Kabupaten Kuantan Singingi sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development), maka perlu dimantapkan bagian – bagian wilayah yang akan atau tetap memiliki fungsi lindung. Strategi pemantapan kawasan lindung diarahkan pada :

(20)

a. Pemantapan kawasan lindung sesuai dengan fungsi masing – masing, baik untuk melindungi kawasan bawahannya (fungsi hidrologis), melindungi kawasan perlindungan setempat, memberi perlindungan terhadap keanekaragaman flora dan fauna dan ekosistemnya, serta melindungi kawasan yang rawan bencana alam.

b. Pendelineasian kawasan lindung akan mengikuti kriteria kawasan lindung yang diterapkan bagi Kabupaten Kuantan Singingi (Keppres No.32 Tahun 1990) dan hasil analisis tumpang tindih (overlay). Jenis kawasan lindung yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya sebagian besar berupa hutan lindung. Kawasan perlindungan setempat yang perlu dimantapkan adalah sempadan pantai, sempadan sungai dan danau, resapan. Kawasan lindung lainnya adalah dan hutan mangrove (bakau). c. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan lindung agar sesuai

dengan fungsi lindung yang telah ditetapkan dalam mengupayakan tercapainya kelestarian dan keseimbangan lingkungan dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan pembangunan. Kegiatan budidaya yang telah ada di kawasan lindung yang ditetapkan pada prinsipnya dapat dilanjutkan sejauh tidak mengganggu kepentingan fungsi lindung.

d. Rencana pemantapan kawasan lindung dilakukan dengan melibatkan masyarakat agar berperan aktif dalam pengawasan dan pengendalian kawasan lindung.

3. Strategi Pengelolaan Kawasan Budidaya

Setelah pemantapan kawasan lindung, dengan memperhatikan keterkaitan potensi dan daya dukung wilayah, perlu adanya arahan pengembangan bagi kegiatan budidaya, baik produksi maupun permukiman. Dalam hal ini pengembangan kawasan budidaya akan diarahkan pada:

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan - kegiatan budidaya, baik produksi maupun permukiman secara optimal sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungan. Pendelineasian jenis – jenis kawasan budidaya didasarkan pada hasil analisis kesesuaian lahan untuk berbagai kegiatan budidaya serta memperhatikan adanya produk – produk rencana sektoral serta penggunaan lahan yang ada. Secara umum pengembangan kawasan budidaya diarahkan untuk mengakomodasi kegiatan sektor

(21)

pertanian (perkebunan, pertanian tanaman pangan, perikanan), permukiman serta pariwisata.

b. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya diarahkan agar tidak terjadi konflik antar kegiatan/sektor. Dalam kaitannya dengan permasalahan tumpang tindih antar beberapa kegiatan budidaya atau rencana sektoral, atau kawasan budidaya yang berdekatan dengan kawasan lindung, maka penting diperhatikan adanya pengendalian pemanfaatan ruang dalam kawasan budidaya. Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan suatu bagian dari mekanisme pengelolaan tata ruang.

4. Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah

Berdasarkan kondisi wilayah, potensi dan kepentingan wilayah dan untuk mendukung sistem kegiatan (activity system), maka dikembangkan sistem prasarana wilayah. Sistem prasarana wilayah yang dikembangkan adalah prasarana transportasi (jaringan jalan dan terminal) dan prasarana wilayah lainnya untuk mendukung kegiatan ekonomi dan permukiman. Strategi pengembangan bagi masing – masing sistem prasarana tersebut adalah :

a. Pengembangan sistem transportasi dilakukan untuk mengintegrasikan sistem kota – kota secara internal maupun dengan wilayah eksternal dan mengembangkan kawasan – kawasan produktif.

b. Pengembangan prasarana energi dan listrik, telekomunikasi serta pengairan dilakukan untuk mendukung sistem kegiatan (activity system). c. Pengembangan sarana dan prasarana sosial – ekonomi dilakukan untuk

memantapkan/membentuk sistem pusat – pusat permukiman wilayah (sistem kota-kota).

3.1.5.2. Arahan Pengembangan Pola Ruang Bidang Terkait Cipta Karya

Berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan

(22)

mengembangkannya. Karakter ekologis, kondisi dan keinginan warga kota, serta arah dan tujuan pembangunan dan perkembangan kota merupakan determinan utama dalam menentukan besaran RTH fungsional ini.

Keberadaan RTH penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. Pengendalian pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan secara proporsional dan berada dalam keseimbangan antara pembangunan dan fungsi-fungsi lingkungan. Kelestarian RTH suatu wilayah perkotaan harus disertai dengan ketersediaan dan seleksi tanaman yang sesuai dengan arah rencana dan rancangannya. RTH perkotaan

Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) menurut UU No. 26 Tahun 2008 adalah area memanjang atau jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Pembagian RTH kawasan perkotaan terdiri dari RTH publik dan RTH privat. RTH publik merupakan RTH yang dimiliki oleh kota/kawasan perkotaan yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk RTH publik adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Sedangkan yang termasuk RTH privat adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.

Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:

• Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat; • Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang

terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat;

• Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.

Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan

(23)

udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.

Tabel Daftar Kegiatan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Bidang Pertamanan Tahun 2013

No Jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ukuran Keterangan

I TAMAN KOTA

1 Taman Renungan Suci 0.456 Ha

2 Taman Wisma Jalur 1.000 Ha

3 Taman Jalan Diponegoro 0.576 Ha

4 Taman Simpang Tiga Tugu Jalur 0.116 Ha

5 Taman Pacu Jalur 0.336 Ha

6 Taman Air Mancur Tepian Narosa 1.786 Ha

7 Taman Lambang Kuantan Singingi 0.025 Ha

8 Gerbang Jake 0.400 Ha

9 Gerbang Kari 0.400 Ha

10 Gerbang Sentajo 0.400 Ha

11 Pulau Bungin 4.200 Ha

12 Taman Areal Perkantoran Pamda 2.4 Ha

II TEMPAT BEROLAHRAGA/UPACARA

1 Lapangan Limuno 1.650 Ha

2 Lapangan Upacara Pemkab Kuantan Singingi 3 Sport Center

III HUTAN KOTA

1 Hutan Pulau Bungin 4.200 Ha

2 Hutan Sekitar Areal Perkantoran Kuantan Singingi 6.000 Ha

IV USAHA ESTETIKA

1

Dekorasi Tebing Miring Gelanggang Pacu Jalur di Tepian Narosa

2 Dekorasi Gelanggang Pacu Jalur

3 Dekorasi Tugu Pacu Jalur di Simpang Tiga STM

V MEDIAN JALAN DAN PULAU-PULAU JALAN

(24)

No Jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ukuran Keterangan

2

Median Jalan dari TK Pembina – Bundaran Kantor

Bupati 2 x 4000 M

3 Median Jalan Arah RSUD Teluk Kuantan 2 x 800 M

4

Median Jalan Bundaran Kantor Bupati – Kantor DPRD –

Kantor Dinas Kesehatan 2 x 3600 M

5 Kantor Dispora – Bundaran 2 x 800 M

6 Median Jalan Tugu Carano sampai Sport Center 2 x 2500 M

Sumber : Bidang Pasar Dinas Pasar Kebersihan dan Pertamanan

Tabel Rasio Ruang Terbuka Hijau Per Satuan Luas Wilayah Di Kabupaten Kuantan Singingi

No Uraian 2011 2012 2013

1 Luas Ruang Terbuka Hijau 183,873 Ha 190,62 Ha 223,782 Ha

2 Luas Wilayah 102.515,85 Ha 102.515,85 Ha 6713,25 Ha

Presentase Ruang Terbuka Hijau Per Satuan Luas Wilayah

0,179 % 0,185 %

Sumber : Bidang Pasar Dinas Pasar Kebersihan dan Pertamanan

3.1.5.3. Arahan Struktur Ruang Terkait Bidang Cipta Karya

A. Pengembangan sarana dan prasarana Air Minum

Air minum ataupun air bersih mempunyai perasanan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Sebanyak 1.405.440 air didistribusikan oleh BPAM Kabupaten Kuantan Singingi ke pelanggan selama tahun 2012. Dengan rincian kelompok rumah tangga 1.311.840 (90,44 persen) dan kelompok pemerintah 15.480 (1,07%).

Tabel Banyaknya Pelanggan BPAM Menurut Jenis Konsumen di Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2009 – 2013

No. Jenis 2009 2010 2011 2012 2013 1 Sosial a Umum 34 38 39 39 38 b Khusus - - - - - 2 Non Niaga a Rumah Tangga 2035 2335 2426 3644 2850 b Instansi Pemerintag - - 43 43 26

(25)

3 Niaga

a Kecil 187 471 202 202 140

b Besar - - - - -

Jumlah 2256 2844 2710 3928 3054

Sumber: Kabupaten Kuansing Dalam Angka, 2014 B. Pengembangan Prasarana Air Limbah

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana pengelolaan air limbah bertujuan untuk pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi limbah dari kegiatan permukiman, perkantoran dan kegiatan ekonomi dengan memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku. Sistem yang saat ini diterapkan di Kabupaten Kuantan Singingi adalah sistem pembuangan setempat (on-site sanitation). Sebagian besar masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi menggunakan jamban pribadi dengan sub sistem berupa cubluk atau septic tank, sedangkan sebagian kecil masyarakat (terutama yang tinggal di bantaran sungai) masih menggunakan sungai yang ada sebagai tempat membuang limbahnya. Selain di kawasan perumahan, sistem on-site dengan sub sistem septic tank digunakan juga di tempat-tempat fasilitas umum seperti perkantoran, pertokoan, terminal, pendidikan dan lain-lain. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat seiring dengan kegiatan kawasan perkotaan yang juga semakin meningkat serta persoalan morfologi daratan yang dipengaruhi pasang surut air laut, maka Kabupaten Kuantan Singingi dinilai sudah waktunya memerlukan pengolahan limbah cair berupa sewerage system untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan berupa pencemaran terhadap air.

Tabel Timbulan Limbah Di Kabupaten Kuantan Singing Tahun 2015-2035

No Kecamatan Penduduk Jumlah Kebutuhan air bersih (liter/hari) Produksi Air Limbah (liter/hari) 2015 1 Kuantan Mudik 27.964 5.033.520 4.026.816 2 Hulu Kuantan 56.018 10.083.240 8.066.592 3 Gunung Toar 34.800 6.264.000 5.011.200 4 Pucuk Rantau 14.804 2.664.720 2.131.776 5 Singingi 18.795 3.383.100 2.706.480 6 Singingi Hilir 20.692 3.724.560 2.979.648 7 Kuantan Tengah 14.876 2.677.680 2.142.144 8 Sentajo Raya 46.135 8.304.300 6.643.440 9 Benai 20.449 3.680.820 2.944.656 10 Kuantan Hilir 23.625 4.252.500 3.402.000

(26)

No Kecamatan Penduduk Jumlah Kebutuhan air bersih (liter/hari) Produksi Air Limbah (liter/hari) 11 Pangean 18.449 3.320.820 2.656.656

12 Logas Tanah Darat 9.062 1.631.160 1.304.928

13 Kuantan Hilir Seberang 12.720 2.289.600 1.831.680 14 Cerenti 31.050 5.589.000 4.471.200 15 Inuman 14.431 2.597.580 2.078.064 Jumlah 363.870 65.496.600 52.397.280 2020 1 Kuantan Mudik 29.262 5.267.132 4.213.706 2 Hulu Kuantan 58.618 10.551.216 8.440.973 3 Gunung Toar 36.415 6.554.720 5.243.776 4 Pucuk Rantau 15.491 2.788.393 2.230.714 5 Singingi 19.667 3.540.114 2.832.091 6 Singingi Hilir 21.652 3.897.422 3.117.937 7 Kuantan Tengah 15.566 2.801.955 2.241.564 8 Sentajo Raya 48.276 8.689.713 6.951.771 9 Benai 21.398 3.851.652 3.081.321 10 Kuantan Hilir 24.721 4.449.864 3.559.891 11 Pangean 19.305 3.474.944 2.779.955

12 Logas Tanah Darat 9.483 1.706.864 1.365.491

13 Kuantan Hilir Seberang 13.310 2.395.863 1.916.691 14 Cerenti 32.491 5.848.393 4.678.714 15 Inuman 15.101 2.718.137 2.174.510 Jumlah 380.758 68.536.382 54.829.106 2025 1 Kuantan Mudik 30.620 5.511.587 4.409.269 2 Hulu Kuantan 61.338 11.040.912 8.832.730 3 Gunung Toar 38.105 6.858.933 5.487.147 4 Pucuk Rantau 16.210 2.917.806 2.334.245 5 Singingi 20.580 3.704.415 2.963.532 6 Singingi Hilir 22.657 4.078.306 3.262.645 7 Kuantan Tengah 16.289 2.931.997 2.345.598 8 Sentajo Raya 50.517 9.093.014 7.274.411 9 Benai 22.391 4.030.412 3.224.329 10 Kuantan Hilir 25.869 4.656.388 3.725.110 11 Pangean 20.201 3.636.220 2.908.976

12 Logas Tanah Darat 9.923 1.786.082 1.428.866

13 Kuantan Hilir Seberang 13.928 2.507.058 2.005.647 14 Cerenti 33.999 6.119.824 4.895.859 15 Inuman 15.802 2.844.289 2.275.431 Jumlah 398.429 71.717.245 57.373.796 2030 1 Kuantan Mudik 32.041 5.767.387 4.613.909 2 Hulu Kuantan 64.185 11.553.335 9.242.668 3 Gunung Toar 39.874 7.177.266 5.741.812 4 Pucuk Rantau 16.962 3.053.225 2.442.580 5 Singingi 21.535 3.876.342 3.101.074 6 Singingi Hilir 23.709 4.267.586 3.414.068 7 Kuantan Tengah 17.045 3.068.075 2.454.460 8 Sentajo Raya 52.861 9.515.033 7.612.026 9 Benai 23.430 4.217.468 3.373.975 10 Kuantan Hilir 27.069 4.872.497 3.897.998

(27)

No Kecamatan Penduduk Jumlah Kebutuhan air bersih (liter/hari) Produksi Air Limbah (liter/hari) 11 Pangean 21.139 3.804.982 3.043.986

12 Logas Tanah Darat 10.383 1.868.976 1.495.181

13 Kuantan Hilir Seberang 14.575 2.623.414 2.098.731 14 Cerenti 35.577 6.403.853 5.123.083 15 Inuman 16.535 2.976.297 2.381.037 Jumlah 416.921 75.045.736 60.036.589 2035 1 Kuantan Mudik 33.528 6.035.058 4.828.047 2 Hulu Kuantan 67.164 12.089.540 9.671.632 3 Gunung Toar 41.724 7.510.372 6.008.297 4 Pucuk Rantau 17.750 3.194.929 2.555.944 5 Singingi 22.535 4.056.248 3.244.999 6 Singingi Hilir 24.809 4.465.650 3.572.520 7 Kuantan Tengah 17.836 3.210.468 2.568.374 8 Sentajo Raya 55.315 9.956.638 7.965.310 9 Benai 24.518 4.413.207 3.530.565 10 Kuantan Hilir 28.326 5.098.636 4.078.909 11 Pangean 22.120 3.981.576 3.185.261

12 Logas Tanah Darat 10.865 1.955.718 1.564.574

13 Kuantan Hilir

Seberang 15.251 2.745.170 2.196.136

14 Cerenti 37.228 6.701.064 5.360.852

15 Inuman 17.302 3.114.430 2.491.544

Jumlah 436.271 78.528.706 62.822.965

Sumber: Hasil Pengolahan, 2015

C. Pengembangan Prasarana Persampahan

Prasarana pengolahan sampah (Tempat Pengolahan Akhir/TPA Sampah), yang diharapkan berada pada jarak yang memadai terhadap kawasan permukiman perkotaan yang ada, sehingga sangat besar kemungkinannya untuk terpadu atau bergabungnya TPA untuk beberapa kawasan perkotaan secara bersama-sama. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Hasil pengolahan sampah, misalnya berupa kompos, pupuk biogas, potensi energi, dan hasil daur ulang lainnya. Jumlah penduduk Kabupaten Kuantan Singingi yang semakin besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat menimbulkan variasi jenis sampah yang semakin beragam, salah satunya sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam.

(28)

Penyelenggaraan pengelolaan sampah, antara lain berupa penyediaan tempat penampungan sampah, alat angkut sampah, tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah. Tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu. Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Tempat pemrosesan akhir (TPA) adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan ling\kungan. Aktifitas perkotaan, baik dunia usaha maupun rumah tangga, turut ditunjang oleh kesiapan prasarana dan sarana kota yang memadai. Salah satunya adalah prasarana persampahan yang dapat menjadi katalisator aktifitas penduduk dan dunia usaha.

Pola Pengolaan Sampah

Pengelolaan sampah/kebersihan memiliki peraturan Daerah Kab. Kuantan Singingi No.12 Tahun 2001 tanggal 4 juli 2001 dan juknis No. 14 Tahun 2012 tanggal 6 juli 2009, Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi tahun 2012 tanggal 23 april 2012 tentang pelayanan persampahan/kebersihan.

Lokasi, Fungsi dan Kapasitas Pengelolaan sampah

Fungsi pengolaan sampah di Kabupaten Kuantan Singingi untuk mengurangi timbunan sampah di Kabupaten Kuantan Singingi. Dalam pengelolaaan sampah, saat ini tengah dibangun 1 unit TPST 3R untuk kawasan permukiman yakni terletak di Desa Lubuk Ramo Kecamatan Kuantan Mudik yang dibangun oleh PPLP Provinsi Riau. Pembangunan TPST 3R dikawasan ini adalah bagian dari upaya pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi dalam mengurangi jumlah timbulan sampah ke TPA Sentajo, sekaligus upaya untuk pemberdayaan masyarakat. Dalam hal pengemposan Pemkab Kuantan Singingi melalui Dinas Pasar Kebersihan Dan Pertamanan telah mengoptimalkan proses pengomposan ini dalam skala yang cukup besar di TPA sentajo dan saat ini sebagian produk atau hasil pengomposan tersebut telah dikemas dan sebagian digunakan untuk kebutuhan dinas khususnya bidang pertamanan, untuk jumlah

(29)

kapasitas sampah yang telah termanfaatkan skitar 10 tom/hari. Untuk di TPA sentajo melakukan pengolaan dengan system sanitary lanfiil.

Tabel Sarana persampahan Di Kabupaten Kuantan Singingi No Jenis Alat Angkut Jumlah Kapasitas per Unit (m3)

1 Gerobak Sampah 60 0.5

2 Gerobak Motor Sampah 3 0.5

3 Truk Terbuka 2 3

4 Dump Truk 11 6

5 TPS (dalam kota dan kecamatan) 25 1

Potensi dan Kendala Pengelolaan Sampah 1. Potensi

Didalam pengelolaan sampah di Wwilayah permukimanan saat ini sudah ada wabah bank sampah sehingga masyarakat sudah bisa menjual sampahnya ke bank sampah masyarakat. Untuk lokasi pasar saat ini sudah ada adah atau tempat pengomposan. Sehingga sampah organik yang ada dipasar sudah bisa diolah dan dijadikan pupuk kompos. Untuk wilayah perkantoran atau dinas sudah ada bank sampah dan tempat pengomposan. Pengomposan tersebut sudah bisa digunakan untuk lingkungan kantor itu sendiri untuk pupuk tanaman. Untuk pengolahan sampah disekolah, sudah ada bank sampah dan tempat pengomposan, dimana siswa sudah bisa menjual sampah ke bank sampah, dan untuk hasil pengomposan juga bisa digunakan untuk lingkungan sekolah. Dan kreatifitas siswa sudah banyak ditampilkan, untuk pengolahan sampah di tempat pemrosesan akhir (TPA) saat ini telah mengoptimalkan proses pengomposan dalam skala yang cukup besar. Dan saat ini, sebagian produk atau hasil pengomposan tersebut telah dikemas dan juga digunakan untuk kebutuhan dinas khususnya pertamanan. Dengan adanya potensi tersebut dapat mengurangi sampah yang masuk ke TPA.

2. Kendala

Kendala yang sering terjadi tentang pengelolaan sampah kurangnya peran masyarakat dalam pembuangan sampah masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan.

(30)

Tabel Perkembangan Volume Sampah Kota Teluk Kuantan Tahun 2001-2014

No Tahun Rata-rata Kubikasi Per Hari Rata-rata Kubikasi Per Bulan

Kubikasi Per

Tahun (m3) Keterangan

Terangkut Tidak Terangkut

1 2001 39,57 m3 - 1.203,58 m3 14.442,96 m3 2 2002 42,06 m3 - 1.279,32 m3 14.443,05 m3 3 2003 46,33 m3 - 1.409,20 m3 15.351,90 m3 4 2004 46,73 m3 - 1.421,37 m3 16.910,45 m3 5 2005 49,61 m3 - 1.508,97 m3 17.056,45 m3 6 2006 53,60 m3 - 1.630,33 m3 18.107,65 m3 7 2007 56,40 m3 2,82 m3 1.629,72 m3 19.564,00 m3 8 2008 57,85 m3 2,73 m3 1.676,56 m3 19.556,70 m3 9 2009 59,33 m3 2,60 m3 1.804,62 m3 20.118,80 m3 10 2010 60,83 m3 2,40 m3 1.850,24 m3 21.655,45 m3 11 2011 61,30 m3 2,33 m3 1.875,35 m3 22.202,95 m3 12 2012 62,51 m3 2,15 m3 1.875,36 m3 22.504,25 m3 13 2013 64,10 m3 2,05 m3 1.923,00 m3 23.076,00 m3 14 2014 65,01 m3 1,90 m3 1.950,30 m3 23.403,60 m3

Jumlah Kubikasi Tahun 2001-2014 268.304,21 m3

Sumber : Dinas Pasar Kebersihan Dan Pertamanan

Asumsi perhitungan timbulan sampah:

• Domestik : Timbulan sampah tiap jiwa 3 liter/org • Non Domestik  20 % dari domestic

Tabel Kebutuhan Prasarana Persampahan

LINGKUP PRASARANA

PRASARANA

KETERANGAN SARANA

PELENGKAP STATUS DIMENSI

Rumah ( 5 jiwa)

Tong sampah pribadi - -

RW (2500 jiwa) Gerobak sampah TPS 2 m3 Jarak bebas TPS dengan lingkungan hunian minimal 30 m Gerobak mengangkut 3x seminggu Bak sampah kecil 6 m3 Kelurahan (30.000 jiwa) Gerobak sampah TPS 2 m3 Gerobak mengangkut 3x seminggu Bak sampah besar 12 m3 Kecamatan (120.000 jiwa) Mobil sampah TPS/TPA Lokal - Mobil mengangkut 3x seminggu Bak sampah besar 25 m3 Tempat daur ulang sampah -

Sumber : acuan tabel diambil dari SNI 19-2454-2002 mengenai tata cara teknik operasional pengolahan sampah perkotaan

D. Pengembangan Prasarana Drainase

Kabupaten Kuantan Singingi memiliki cukup banyak sungai yang mendukung aliran air hujan. Secara umum kondisi drainase di kota cukup baik dengan sistem penampungan air hujan yang terbuka. Sistem drainase yang terbuka tersebut mungkin kurang baik dan kurang aman bagi pejalan.

(31)

Perencanaan sistem aliran air hujan Kabupaten Kuantan Singingi ditujukan untuk mengeringkan daerah becek dan genangan air, mengendalikan akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan dan memanfaatkan sebesar-besarnya untuk imbuhan air tanah, mengendalikan erosi, kerusakan jalan dan bangunan-bangunan serta pengelolaan kualitas air, sehingga perencanannya harus memperhatikan jumlah curah hujan, luas wilayah tangkapan, dan kemiringan lahan. Bentuk saluran drainase yang disarankan segiempat dengan ukuran talud yang memenuhi syarat. Pedoman untuk lain untuk pengelolaan drainase adalah sebagai berikut;

1. Memanfaatkan sistem jaringan drainase yang ada secara maksimal melalui sungai-sungai yang ada.

2. Mengalirkan air hujan secepatnya melalui suatu sistem jaringan drainase ke badan air terdekat dengan menghemat panjang saluran.

3. Sedapat mungkin mengikuti jalan utama untuk memudahkan pengawasan dan pemeliharaan.

4. Memanfaatkan energi gravitasi dan menghindari penggunaan pompa. 5. Ekonomis pembuatannya dan ringan investasinya.

Langkah-langkah penanganan dalam pengembangan sistem drainase ini adalah mencakup program-program sebagai berikut:

1. Normalisasi atau perbaikan saluran drainase yang ada agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, untuk mengurangi terjadinya daerah-daerah genangan.

2. Penambahan atau pembangunan saluran drainase terutama untuk daerah yang berada di pusat kota, melalui sistem drainase yang dikembangkan secara terpadu antara drainase alam (natural drainage) dengan drainase buatan.

Melakukan penyuluhan kepada masyarakat terutama yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai agar turut berpartisipasi dalam upaya memelihara saluran drainase yang ada agar dapat selalu berfungsi sebagaimana mestinya.Potensi Kabupaten Kuantan Singingi dalam perencanaan drainase adalah banyaknya anak sungai yang dapat digunakan sebagai tempat limpasan air. Dari beberapa anak sungai yang dijadikan menjadi tempat limpasan sementara, kemudian didistribusikan ke sungai yang memiliki luas penampang lebih besar.

(32)

Tahapan untuk penyusunan rencana ini adalah pemilihan anak sungai yang secara fisik morfologinya mempunyai potensi sebagai tempat limpasan air. Indikator yang menandakan bahwa sebuah anak sungai dapat digunakan sebagai saluran drainase primer adalah topografi, luasan penampang sungai, kedalaman, material dasar sungai dan daya dukung tanah. Untuk saluran drainase sendiri yang berasal dari jalan maupun dari bangunan, maka pembangunan saluran drainase mengikuti bentuk jalan untuk menjaga efektifitas dan efisiensi pendistribusian air limpasan.

Rencana pengembangan jaringan drainase meliputi:

a. pembangunan dan perbaikan sistem saluran drainase di setiap jaringan

jalan (arteri primer, kolektor primer, dan lokal primer);

b. operasional dan pemeliharaan saluran pembuangan permukiman;

c. perencanaan drainase terpadu dengan jaringan jalan; dan

d. pembangunan saluran drainase skala tersier di PPK;

e. pemeliharaan saluran drainase;

f. perbaikan dan normalisasi saluran drainase;

g. peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pengembangan sistem drainase; dan

h. penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas bagi aparat pengelolaan drainase.

Dalam upaya menunjang kualitas lingkungan yang terdapat pada lokasi perencanaan maka perlu direncanakan utilitas drainase demi menampung limbah buangan rumah tangga maupun fasilitas lainnya.

Drainase berkaitan dengan aliran air, serta mudah tidaknya air mengalir. Drainase tinggi artinya aliran air mudah mengalir atau mengalir lancar. Drainase rendah berarti aliran air sulit dan mudah tergenang.

Ketersedian wilayah untuk pengembangan drainase di Kabupaten Kuantan Singingi cukup besar, berdasarkan hasil analisis terdapat tiga jenis yaitu drainase kurang dengan luas 291.877,4 ha, drainase cukup 224.412,1 ha dan drainase tinggi 39.428,7 ha

(33)

Tabel SKL Drainase Kabubupaten Kuantan Singingi

Ketersediaan Drainase Luas (ha)

Drainase Kurang 291.877,4

Drainase Cukup 224.412,1

Drainase Tinggi 39.428,7

Total 555.718,2

Sumber : Hasil Pengolahan, 2015

3.2. Arahan Strategis Nasional

3.2.1. Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Kebijakan strategis dapat ditetapkan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi ataupun oleh pemerintah kabupaten yang bersangkutan. Berdasarkan kriteria kawasan strategis nasional, yang tercantum dalam Lampiran X Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 26 tahun 2008 tanggal 10 Maret 2008, terdapat Kawasan Hutan Lindung Bukit Batabuh (Provinsi Riau dan Sumatera Barat) yang juga berada di Kabupaten Kuantan Singingi. Sementara dari RTRW Provinsi Riau, tidak ada kawasan strategis yang direncanakan untuk Kabupaten Kuantan Singingi.

Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:

a. pertahanan dan keamanan b. pertumbuhan ekonomi c. sosial dan budaya

d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

(34)

Kawasan lindung Kabupaten Kuantan Singingi adalah untuk melindungi sumber daya alam/buatan yang didalamnya, yang bertujuan untuk mencegah berbagai kegiatan budidaya yang tidak sesuai baik pada kawasan lindung maupun sekitarnya. Penetapan kawasan lindung Kabupaten Kuantan Singingi mengacu pada Keppres No.32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Kawasan Lindung Kabupaten Kuantan Singingi terdiri dari :

Hutan Lindung Sentajo dan Bukit Batabuh.

Hutan lindung ini ditetapkan berdasarkan SK Menhut No. 254/Kpts/II/1984 tanggal 16 Desember 1984. Letak hutan lindung ini berbatasan dengan wilayah Propinsi Sumatera Barat, dengan luas hutan yang telah ditata batas mencapai 25.000 Ha. Berdasarkan Perda No.10 Tahun 1994 Tentang RTRW Prov. Riau menunjuk kawasan Bukit Batabuh Memanjang dari Lubuk Ambacang sampai ke Perhentian Sungkai seluas 48.000 Ha. Kemudian untuk luasan hutan lindung Sentajo berdasarkan SK tersebut seluas ± 3.000 Ha.

• Kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang dan Bukit Baling.

Ditetapkan berdasarkan SK Gubernur Riau No. 149/V/1982 tanggal 21 Juni 1982 dan diperkuat oleh SK Menhut Nomor 173/Kpts.II/1986 tanggal 6 Juni 1986. Luas hutan yang telah ditata batas mencapai 136.000 Ha (Kabupaten Kampar dan Kabupaten Kuantan Singingi) untuk Kabupaten Kuantan Singingi seluas ±62.685,65 Ha.

Hutan merupakan potensi sumber daya alam yang besar di Kabupaten Kuantan Singingi. Dengan total luas keseluruhan Kabupaten Kuantan Singingi adalah 765.603 Ha. Dalam hal ini, luasan hutan yang berada di penggunaan lahan (eksisting) dengan Tata Guna Kesepakatan Provinsi 2007 terdapat perbedaan sekitar ± 0,83%. Hutan lindung di Kabupaten Kuantan Singingi adalah sebesar 64.460,09 hektar dengan lokasi di Hutan lindung Sentajo dan Bukit Batabuh.

Fungsi hutan terbesar adalah sebagai hutan produksi yaitu seluas 38,95% dari luas areal hutan di Kabupaten Kuantan Singingi meliputi hutan produksi tetap sebesar 121.460 Ha yang berada di Tanjung Pauh dan Pranap serta 110.770,21 Ha hutan produksi terbatas yang berada di Siangge sengkilo dan Batang Lipai Siabu. Sedangkan hutan lindung dan hutan suaka margasatwa masing-masing sebesar 10,8% dan 10,5% dari total luas area hutan di Kabupaten Kuantan

(35)

Singingi. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Kuantan Singingi meliputi hutan lindung Sentajo dan hutan lindung Bukit Batabuh, sedangkan hutan suaka alam dan wisata terdapat di Bukit Rimbang dan Bukit Baling. Kemudian pada tahun 2014, ditetapkan SK Kemnhut terbaru yaitu SK Kemenhut 878 Tahun 2014 dan mengalami perubahan luas hutan, yang dapat dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel Penggunaan Lahan Berdasarkan TGHK Kemenhut 878 Tahun 2014

No Nama Kawasan Hutan TGHK Luas

(Ha)

1 Kebun Pemda 1,292.2

2 Areal Penggunaan Lain APL 212,872.2

3 Sm. Bukit Rimbang Bukit Baling KSA 54,726.4

4 Usulan Pelepasan 17,556.1 5 Hutan Produksi (Hp) HP 41,444.9 6 Hp. Tanjung Pauh HP 136.8 7 Hp. Sungai Peranap HP 32,579.9 8 Hp. Tanjung Pauh HP 912.6 9 Hpt. Tesso Nillo HPT 23,907.3 10 Hpt. Serangge Sengkilo HPT 1,121.6

11 Hpt. Batang Lipai Siabu HPT 61,629.6

12 Hpt. Sentajo HPT 199.6

13 Hl. Sentajo HL 392.7

14 Hl. Bukit Batabuh Lubuk Jambi HL 43,199.3

15 Hutan Produksi Kawasan HPK 209,700.6

Luas 701,671.7

Sumber : Kemenhut 878, 2014

3.2.2. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut:

a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga

b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga

c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya

(36)

d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Pada Kabupaten Kuantan Singingi tidak terkena Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN).

3.2.3. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasionalatau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut:

a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional

b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi

c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang,atau kawasan perkotaan kecil.

Pada Kabupaten Kuantan Singingi tidak terkena Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Adapun PKN di Provinsi Riau terdapat di ibukota Provinsi Riau, yaitu Kota Pekanbaru.

3.2.4. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Untuk melihat terjadinya peningkatan atau penurunan kinerja perekonomian suatu wilayah dalam suatu periode tertentu, dibutuhkan sebuah indikator yang dikenal dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat diperoleh dari turunan nilai PDRB konstan yang dihitung berdasarkan harga tahun dasar

Gambar

Tabel Penggunaan Lahan Berdasarkan TGHK Kemenhut 878 Tahun 2014
Tabel  Tujuan dan Kebijakan Pulau Sumatera
Tabel Arahan Rencana Tata Ruang RTRW Provinsi Riau  di Kabupaten Kuantan Singingi
Tabel Daftar Kegiatan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)  Bidang Pertamanan Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan ini merupakan hasil Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tema ‘ Kreativitas Sebagai Salah Satu Bentuk Pembelajaran Tari di SMA N 2 Sukoharjo .” Tujuan dari pelatihan

Bagi perusahaan-perusahaan yang menghasilkan cat maka cat adalah produk (hasil produksi) sehingga mereka menyebutnya sebagai barang. Namun, bagi pengusaha pengecatan

Dari seluruh komponen PDRB yang mengalami penurunan, komponen PMTDB (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto), turun paling tinggi dengan pertumbuhan mencapai - 2,40

Pada hasil analisa didapatkan metode terbaik untuk kedua waduk tersebut yaitu IDW dengan power 3 dengan nilai error terkecil yaitu 1,258 untuk Wlingi dan 1,39 untuk

Dari uji mekanik disimpulkan bahwa dibandingkan pada binder poliester, penggunaan binder silicone rubber menghasilkan sifat mekanik yang semakin menurun pada

Program ini ditujukan kepada generasi muda remaja putra dan putri di sekitar daerah sepanjang pantai ekologi hutan mangrove daerah Tanjung Jabung Barat berusia

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran menulis karangan naratif dengan model CTL (Contextual Teaching and Learning) dan meningkatkan

4. Pada dasarnya pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan akan tercapai jika siswa aktif membangun pengetahuannya dalam