• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Law of Attraction THE LAW OF ATTRACTION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "The Law of Attraction THE LAW OF ATTRACTION"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

The Law of Attraction

THE LAW OF

ATTRACTION

(3)

iii

The Law of Attraction

Penerbit PT Elex Media Komputindo

N.M. Silber

THE LAW OF

ATTRACTION

Reinecke Bayu

Editor: Rayendra L. Toruan

HIGH YIELD INVESTMENT PROGRAM

T R I K M E R A U P L A B A

RATUSAN RIBU DOLAR

(4)

iv N.M. Silber

The Law of Attraction

by N. M. Silber

Published in 2013 by Nadine M. Silber

All rights reserved including the right of reproduction in whole or in part in any form.

Copyright © 2013 by N. M. Silber All rights reserved.

The Law of Attraction

Alih bahasa: Airien Kusumawardani Hak Cipta Terjemahan Indonesia Penerbit PT Elex Media Komputindo Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Diterbitkan pertama kali pada tahun 2016 oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta 716031502

ISBN: 9786020292229

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan seba-gian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan

(5)

1

The Law of Attraction

1.

Pengadilan Umum Philadelphia County, Pennsylvania

Commonwealth versus Harris.

Aku berdiri di depan juri untuk menyampaikan ar-gumen penutup sebuah kasus mengutil yang berkeras untuk dibawa ke pengadilan oleh klienku, tanpa me-medulikan nasihatku, walaupun aku sudah memohon padanya.

“Tuan dan Nyonya, kita tinggal di sebuah negara yang setiap warga negaranya memiliki hak untuk men-jalani persidangan di hadapan sesama warga. Pengajuan tuntutan memang harus memiliki dasar bukti yang kuat dan tidak terbantahkan, bukti dengan standar legal

ter-tinggi di negara kita yang luar biasa ini. Kita berada di

sini hari ini karena klienku adalah seorang warga negara, dan dia memiliki hak untuk menjalani persidangan keti-ka dia menginginketi-kannya.”

Kami, para pengacara, seringnya tidak bisa membi-arkan orang lain tahu tentang apa yang sebenarnya ada dalam pikiran kami. Tapi, seringnya, aku membayang-kan berbagai hal yang ingin kukatamembayang-kan dan kulakumembayang-kan, dan aku menyebut pikiran-pikiran itu sebagai “batin-Gabrielle”, karena tidak ada istilah lain yang lebih baik. Saat ini batin-Gabrielle sedang menghela napas dan me-mutar bola matanya karena, lagi-lagi, aku meng gunakan argumen kuno: “hak membela diri di pengadilan”.

(6)

2 N.M. Silber

Itulah yang kami lakukan sebagai pengacara publik saat mendapati diri kami berbicara pada para juri tanpa memiliki satu-satunya hal yang paling berguna dalam situasi seperti itu—pembelaan sungguhan. Bagaimana-pun juga, aku harus mengatakan sesuatu. Secara teknis, klienku memang memiliki pembelaan dalam kasus ini. Pembelaannya sangat konyol sehingga tidak seorang pun yang berpikiran waras akan mau memercayainya, jadi menurutku, masa bodoh, tidak ada ruginya mengung-kit-ungkit masalah Konstitusi.

“Kalian sempat mendengar Mr. Harris memberi tahu kita semua bahwa dia hanya melakukan kesalah-an,” lanjutku, “kesalahan yang mungkin kalian sendiri pernah lakukan. Masuk ke sebuah toko dan hanya ingin membeli satu benda, jadi kalian tidak repot-repot meng-ambil keranjang belanja. Tapi kemudian kalian melihat benda lain yang kalian butuhkan. Lalu benda lain lagi.”

Aku diam sejenak dan melemparkan senyuman ra-mah pada para juri untuk memperlihatkan betapa se-mua ini sangat masuk akal. Aku berharap senyumanku mengatakan: “Lihatlah, warga Philadelphia, yang telah meninggalkan kewajiban kalian, menyewa pengasuh anak, dan tidak masuk kerja; aku adalah orang baik, jadi tidak sepatutnya kalian membenciku atau klienku yang brengsek karena telah membuang-buang waktu kalian yang berharga.” Lagi pula, semua ini hanya kesalahpa-haman besar. Benar, kan?

“Mr. Harris mengaku bahwa itulah yang terjadi pada dirinya pada suatu hari di bulan Mei. Dia masuk ke toko untuk membeli satu benda lalu melihat benda lain yang dibutuhkannya lalu begitu pula dengan benda lain. Da-ripada kembali ke bagian depan toko untuk mengambil

(7)

3

The Law of Attraction

keranjang belanja, Mr. Harris lantas menyimpan bebe-rapa benda itu di dalam pakaiannya dan berniat untuk membayar semuanya.”

Aku menatap mata setiap juri sambil mondar-man-dir perlahan di depan barisan tempat duduk mereka. Aku bisa melihat bahwa beberapa dari mereka benar-benar ingin memercayaiku. Sungguh baik sekali. Tentu saja, secara medis mereka tidak mengalami gegar otak, jadi mereka tidak mungkin memercayaiku, tapi mereka

ingin memercayainya, dan itulah yang penting.

“Begitulah kisah Mr. Harris, saudara-saudara se-kalian, dan dia memiliki hak konstitusional untuk me-nyampaikannya. Jika Anda merasa bahwa tuntutan yang diajukan tidak memiliki bukti yang kuat dan tidak ter-bantahkan, maka Anda harus membebaskan klienku dari segala tuduhan. Terima kasih.”

Aku duduk dengan penuh harga diri sebisa mungkin ketika seorang asisten jaksa wilayah yang terlihat kelelah-an, berusia lima puluhkelelah-an, berdiri dan bicara di hadap-an juri. Pria itu berdeham dhadap-an aku menyadari pria itu memegang sebuah daftar di tangannya. Batin-Gabrielle meringis. Oh, sial.

“Mr. Harris membawa tiga kotak roti panggang Mel-ba, satu kaleng tiram asap, satu buah keju Gouda, dua rangkai anggur, satu bungkus ikan salmon asap, satu ka-leng ikan sarden, satu botol jus anggur bersoda dan satu kaleng sosis mini di celananya. Aku hanya meminta Anda semua agar menggunakan akal sehat. Terima kasih.”

Asisten jaksa wilayah itu kembali duduk selagi aku terus memandang lurus ke depan dan berusaha sebaik mungkin untuk memperlihatkan tatapan “Apakah ada yang mengatakan sesuatu?” (Sekolah hukum

(8)

mengajar-4 N.M. Silber

kanku tatapan itu.) Sang hakim memberi instruksi pada para juri lalu mereka pun pergi untuk berdiskusi, se-dangkan Mr. Harris keluar untuk merokok. Aku berdiri dan mengemasi barang-barangku sementara para penga-cara dan jaksa penuntut bersiap untuk kasus berikutnya. Aku melihat dua wajah yang tidak asing di tengah orang-orang yang menunggu untuk membela klien-kliennya, jadi aku mempersiapkan diri untuk dipermalukan, yang aku tahu pasti akan segera kualami. Adam Roth dan Bra-den Pierce adalah dua jaksa muda yang tampan—sangat tampan. Akhir-akhir ini kami bekerja di ruang sidang yang sama dan mereka berdua senang menggodaku. Bahkan, sepertinya menggodaku merupakan kegiatan favorit mereka di waktu luang. Tapi aku tidak terlalu ke-beratan, karena sebenarnya aku memendam hasrat yang sangat besar terhadap Mr. Pierce.

“Sekaleng sosis mini.” Mr. Roth melancarkan se-rangan pertama.

“Sayang sekali harus membuat pria setampan diri-mu tersinggung, Mr. Roth.” Aku merapikan dokumen-dokumenku dan berusaha terlihat sibuk. (Mereka juga mengajarkan itu di sekolah hukum.)

“Kedengarannya pesta akan berlangsung sangat me-riah,” timpal Mr. Pierce.

“Kau merasa sedang beruntung, Mr. Pierce? Aku juga yakin bisa menaklukanmu, kau tahu. Aku beker-ja bersama dua ratus pengacara kriminal.” Aku melihat Mr. Pierce berusaha menahan tawa saat mendengar su-ara temanku, Jessica, dari belakang. Aku menoleh dan sangat berharap akan melihat wajah penuh simpati.

“Aku baru saja menyelesaikan persidangan, klienku dituduh buang air kecil sembarangan di lorong belakang

(9)

5

The Law of Attraction

sebuah gedung. Tapi rupanya dia sedang memuaskan di-rinya sendiri di sudut jalan. Tuntutan itu didukung oleh dua puluh satu orang saksi. Semuanya adalah biarawati.” Jessica tampak sedih.

“Aku mengerti perasaanmu,” hiburku lembut sambil menepuk-nepuk punggungnya.

“Apakah kau juga mengajukan pernyataan bahwa ‘klienku berhak menjalani persidangan untuk membela diri’?” tanya Mr. Roth.

“Aku sangat suka waktu dia bilang ‘begitulah kisah Mr. Harris, dan dia memiliki hak konstitusional untuk menyampaikannya’. Itu adalah momen klasik dalam fi-losofi hukum Amerika,” tambah Mr. Pierce selagi meng-hampiri meja penasihat hukum dan langsung bersandar di samping tempatku berdiri. Aku sadar bahwa pria itu memiliki aroma yang sangat harum—rempah, bercam-pur dengan sedikit mint. Aroma tubuh Mr. Pierce saja sudah menarik.

“Aku senang kami bisa menghibur kalian. Kalian sama sekali tidak tahu rasanya berdiri di sana dan ha-rus mengatakan semua itu dengan ekspresi datar.” Aku cepat-cepat berbalik untuk menghadap Mr. Pierce tapi mulutku nyaris terperangah. Ya Tuhan! Aku sudah du-duk di seberang pria ini dalam ruang sidang selama ber-bulan-bulan, dan aku bahkan pernah duduk di seberang mejanya saat sedang menegosiasikan sebuah kesepakat-an, tapi aku belum pernah sedekat ini dengannya. Wow. Aku sadar bahwa aku baru saja memandanginya dengan cara yang konyol, tapi langsung berhasil mengendalikan diri. Aku benar-benar harus mencari teman tidur sece-patnya.

(10)

343 The Law of Attraction

Tentang Penulis

N.M. Silber adalah mantan pengacara publik yang menggantung kostum kekuasaannya serta menyingkir-kan sepatu berhak rendahnya untuk menjadi seorang penulis novel roman kontemporer. Dia memanfaatkan pengalamannya dalam sistem peradilan kriminal seba-gai titik awal untuk membangun karakter-karakternya yang menarik serta jalan ceritanya yang lucu. Dia adalah penganut keyakinan bahwa yang cerita lucu juga bisa te-rasa seksi dan cerita yang seksi juga bisa melucu. Otak adalah zona sensitif favoritnya. Dia tinggal di Philadel-phia bersama suaminya yang penyabar dan dua anak laki-laki yang tampan.

Referensi

Dokumen terkait