IV. INVENTARISASI
4.1 Aspek Legal
Menurut prasasti yang terdapat di lokasi air terjun Serasah Bunta, kawasan Lembah Harau dibuka pertama kali pada tanggal 14 Agustus 1926 oleh Asisten Residen 50 Kota yang bernama BO. Weirkein bersama dengan Tk. Laras Dt. Kuning Nan Hitam dan Asisten Damang Dt. Kondoh Nan Hitam. Kawasan ini dibangun berdasarkan Besluits Van Der Gouverneur General Van Netherlanch Indie No. 15 Stbl 24 tahun 1933 tanggal 10 Januari 1933 dengan status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.478/Kpts/Um/8/1979 tanggal 02 Agustus 1979 sebagian kawasan Cagar Alam (CA) Lembah Harau dialihkan fungsinya menjadi Taman Wisata Alam (TWA) Lembah Harau.
4.2 Aspek Fisik dan Biofisik 4.2.1 Luas, Letak, dan Batas
Luas CA Lembah Harau adalah 270,5 ha, sedangkan luas TWA Lembah Harau adalah 27,5 ha (10,2%). TWA Lembah Harau berada dalam kawasan CA Lembah Harau. Secara geografis, CA Lembah Harau terletak pada koordinat 100o 39‟ 10” BT - 100o
41‟ 58” BT dan 00o 04‟ 39” LS - 00o 11‟ 46” LS. Dalam administrasi kehutanan, CA Lembah Harau termasuk dalam wilayah kerja BKPH Harau, RPH Harau, sedangkan menurut pembagian wilayah kerja unit Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) kawasan ini termasuk dalam wilayah kerja Sub Seksi KSDA Wilayah Pasaman. Dalam administrasi pemerintahan kawasan ini berada di dua desa, yaitu Desa Harau dan Desa Tarantang Lubuk Limpato yang termasuk wilayah Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. CA Lembah Harau memiliki batas-batas berikut:
a. bagian utara berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain (APL) dan Desa Harau;
b. bagian timur berbatasan dengan kawasan Hutan Lindung Mahat I; c. bagian selatan berbatasan dengan Desa Tarantang Lubuk Limpato;
d. bagian barat berbatasan dengan Dusun Padang Beringin, Desa Tarantang Lubuk Limpato.
Kawasan TWA Lembah Harau terdiri dari dua lokasi, yaitu Aka Barayun dan Sarasah Bunta.
Menurut hasil wawancara Pak Iwan, pegawai Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA), batas tersebut ditandai dengan pal beton dengan ketinggian 1,5 m. Namun, kondisi pal di lapangan sekarang, sudah tidak sesuai karena banyak yang rusak dan hilang. Pengecekan yang dilakukan selama setiap 5 tahun tidak menjangkau seluruh kawasan sehingga telah tertutupnya jalan di sekeliling kawasan. Hal ini telah mengakibatkan ketidakpastian batas CA sehingga masyarakat sering tanpa sengaja menggarap lahan di kawasan CA.
4.2.2 Aksesibilitas
Kawasan CA Lembah Harau berbatasan langsung dengan ruas jalan negara Payakumbuh-Pekanbaru. Jalan menuju kawasan merupakan jalan beraspal yang dapat dilalui oleh kendaraan beroda empat. Berdasarkan klasifikasi jalannya, kawasan ini dilalui jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan desa, dan jalan setapak. Jarak CA Lembah Harau ke ibukota kawasan lain dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Jarak Desa Penyangga ke Ibukota Kecamatan, Kabupaten, dan Provinsi
No Nama Desa Jarak ke Ibukota (km)
Kecamatan Kabupaten Propinsi
1 Harau 14 19 143
2 Tarantang Lb. Limpato 9 14 137
Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000
4.2.3 Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan CA ini mempunyai iklim Tipe A. Pada tahun 1997 jumlah rata bulan kering 4,92 dan jumlah rata-rata bulan basah 1,17. Suhu suhu rata-rata-rata-rata maksimum 25-330 C. Data curah hujan tahunan secara lengkap disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Data Curah Hujan Bulanan dan Intensitas Hujan 30 Tahun Terakhir di Sekitar Cagar Alam Lembah Harau
Bulan Stasiun klimatologi
Payakumbuh Pangkalan P. Mangatas M. Paiti Rata-rata
Januari X 225 264 180 269 234,50 Y 15 14 14 19 15,50 Februari X 173 271 156 260 215,00 Y 12 14 14 12 13,00 Maret X 263 345 225 277 277,50 Y 16 15 18 17 16,50 April X 237 258 201 399 273,75 Y 16 15 13 16 15,00 Mei X 161 220 123 322 206,50 Y 11 12 07 10 10,00 Juni X 107 113 82 159 115,25 Y 08 07 05 09 7,25 Juli X 108 127 130 211 144,00 Y 09 07 11 10 9,25 Agustus X 135 152 151 190 157,00 Y 11 10 13 11 11,25 September X 163 262 167 279 217,75 Y 12 13 15 17 14,25 Oktober X 206 274 177 290 236,75 Y 13 16 16 16 15,25 November X 220 327 246 313 276,50 Y 17 16 16 19 17,00 Desember X 212 432 289 343 319,00 Y 16 18 22 22 19,50 Jumlah (X) 2210 3045 2127 3312 2673,50 Jumlah (Y) 156 157 164 172 162,25 Rata-rata (X) 184,17 253,75 177,25 276 222,79 Rata-rata (Y) 13 13,08 13,67 14,33 13,52
Keterangan : X=Curah hujan (mm), Y=Hari hujan (hari)
Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000
4.2.4 Topografi
Kawasan CA Lembah Harau terletak pada ketinggian antara 400 m dpl sampai 850 m dpl. Topografi kawasan ini adalah berbukit (bergelombang), landai, dan terdapat tebing-tebing yang curam. Kawasan ini memiliki keunikan karena banyak terdapat tebing terjal dengan sudut 900, dengan ketinggian tebing 150-200 m.
4.2.5 Hidrologi
Kawasan CA Lembah Harau dialiri oleh 4 sungai, yaitu Batang Simolakama, Batang Air Putih, Sungai Air Tiris, dan Batang Harau. Sungai-sungai dalam kawasan ini tidak begitu besar, tetapi mempunyai peranan penting bagi masyarakat di sepanjang daerah aliran sungai tersebut, terutama untuk pengairan areal pertanian, budi daya ikan, dan kebutuhan hidup sehari-hari.
4.2.6 Fasilitas
Kawasan TWA telah memiliki beberapa fasilitas yang telah dibangun, yaitu sebagai berikut (Gambar 4, 5, 6, 7, 8, dan 9).
a. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota telah membangun, gerbang masuk, pondok wisata, kolam renang, taman bermain anak, sepeda air, gazebo, kios makanan/souvenir, toilet/kamarganti, mushola, parker. Kios yang ada, disewakan oleh Dinas Pariwisata dengan membayar Rp 10.000,- hingga Rp 20.000,- per bulan. Namun, banyak penyewa yang tidak membayar dan beberapa masyarakat lain (bukan penyewa) membangun kios ilegal. Kondisi fasilitas kurang terpelihari akibat tidak adanya pengelolaan yang baik.
b. BKSDA telah membangun kantor BKSDA dan mes. Semua fasilitas tidak berfungsi lagi. Hal ini diakibatkan adanya masalah antara BKSDA dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota dalam hal pengelolaan.
c. Masyarakat membangun kios makanan/souvenir, toilet, camping ground, panjat tebing. Fasilitas yang dibangun merupakan bangunan ilegal kecuali yang menyewa, karena tidak adanya persetujuan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai pihak pengelola.
d. Swasta membangun tempat penginapan. Masih kurangnya campur tangan dari pihak swasta sehingga belum ada eksploitasi yang merugikan.
Gambar 5 Toilet, Loket Tiket, dan Mushala
Gambar 6 Taman Bermain Anak
Gambar 7 Sepeda Air
Gambar 9 Kantor BKSDA dan Penginapan oleh Pihak Swasta
4.2.7 Vegetasi
Susunan vegetasi kawasan CA Lembah Harau merupakan tipe ekosistem hutan hujan campuran non-Dipterocapaceae (Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000). Vegetasi hutan kawasan ini di didominasi oleh tumbuhan daratan tinggi. Spesies pohon yang terdapat CA Lembah Harau dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.2.8 Fauna
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan petugas KSDA bersama penduduk, tercatat beberapa jenis mamalia yang terdapat pada kawasan (Tabel 12).
Tabel 12 Jenis-Jenis Mamalia yang Ditemukan di Areal Pengamatan yang Dilindungi oleh UU No. 5/1990
No Famili Nama Jenis Nama Indonesia
1 Bovidae Capriconus sumatrensis Kambing hutan 2 Cervidae Cervus unicolor Rusa sambar 3 Felidae Panther tigris sumatrensis Harimau sumatra 4 Felidae Neofelis nebusula Harimau dahan 5 Hylobatidae Hylobates syndactilus Siamang
6 Tapiridae Tapirus indicus Tapir
7 Tragulidae Tragulus javanicus Kancil 8 Ursidae Helarctos malayanus Beruang madu Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000
Selain itu, terdapat beberapa jenis burung yang dijumpai (Tabel 13). Jenis burung pada kawasan ini umumnya merupakan jenis pemakan serangga, hanya sebagian kecil yang tergolong jenis pemakan buah, biji-bijian, dan nektar. TWA Lembah Harau telah membangun menara pengamatan untuk birdwaching di dekat Sarasah Murai, tetapi tidak ada pengembangun lebih lanjut.
Tabel 13 Jenis-Jenis burung yang Terdapat di Kawasan CA Lembah Harau
No Famili Nama Jenis Nama Indonesia
1 Accipitridae Haliastur Indus Ictinaetus malayensis
Elang bondol Elang hitam 2 Alcedinidae Alcedo althis Raja udang 3 Bucerotidae Berenicornis comatus
Beceros rhinoceros
Enggang Rangkong 4 Ciconidae Ciconia episscopus Bangau
5 Falconidae Falco tinnunculus Alap-alap curasia Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000
CA Lembah Harau juga memiliki jenis kupu-kupu yang cukup beragam. Potensi kupu-kupu ini menjadi daya tarik oleh wisatawan terutama wisatawan mancanegara. Kegiatan ini dikembangkan oleh masyarakat setempat, belum ada pengembangan lebih lanjut oleh pihak pengelola. Jenis kupu-kupu komersial yang terdapat pada kawasan CA Lembah Harau dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Jenis-Jenis Kupu-Kupu yang Terdapat di Kawasan CA Lembah Harau
No Nama Jenis Tanaman Pakannya
1 Papilio memnon Papilio demoleus
Jeruk (Citrus sp.)
2 Graphium sarpedon Kulit Manis (Cynamomun burmanii) 3 Polyura scheiber Rambutan (Nephelium lappaceum) 4 Papilio palinurus
Papilio polytes
Sicerek (Glaucena excavata) 5 Graphium agamemnon Sirsak (Anonna muricata) 6 Trogonoptera brooklana *)
Triode Helena *) Triodes amphrysus*) Pachilipta aristolochiae
Tanaman Aka (Aristolochiae glaucifolia)
7 Antrophaneura nox Tanaman Aka (Apama corymbosa) 8 Papilio karna
Papilio demolion
Ulam/Pauh-pauh (Evodia malayana) Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000
4.2.9 Objek Wisata
Lembah Harau memiliki objek wisata yang didominasi oleh air terjun dan tebing terjal (Gambar 10, 11, 12, 13 dan 14). Air terjun pada kawasan ini ditunjukkan dalam Tabel 15, Tabel 16, Tabel 17.
Tabel 15 Potensi Objek Wisata Kawasan Aka Barayun
Area Objek Wisata
Tebing Goa Tebing, ngalau
Echo Tebing
Liang Limbek Tebing, ngalau atau lembah
Panorama Tebing
Aka Barayun Tebing, air terjun
Ngalau Amu Tebing
Tabel 16 Potensi Objek Wisata Kawasan Sarasah Bunta
Area Objek Wisata
Sarasah Rupih Air terjun
Air Lulus Air terjun, tebing
Sarasah Bunta Air terjun, tebing Sarasah Murai Air terjun, tebing
Tabel 17 Air Terjun yang Terdapat di Kawasan CA Lembah Harau
No Nama Air Terjun Tinggi (m)
1 Akar Berayun 80
2 Sarasah Rupih 50
3 Sarasah Air Bulus 30
4 Sarasah Bunta 30
5 Sarasah Murai 60
Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000
Gambar 10 Air Terjun Aka Barayun dan Prasasti Aka Barayun
Gambar 12 Air Terjun Sarasah Bunta dan Prasasti Sarasah Bunta
Gambar 13 Air Terjun Sarasah Murai
Akar Berayun dan Sarasah Bunta menjadi nama kawasan dari TWA Lembah Harau. Di kawasan Akar Berayun terdapat air terjun Akar Berayun, sedangkan kawasan Sarasah Bunta terdapat air terjun Sarasah Air Bulus, Sarasah Bunta, dan Sarasah Murai. Untuk Air Putih, Sarasah Gadang, dan Sarasah Rupih belum dikembangkan. Terdapat juga air terjun yang tidak boleh dikembangkan karena berada dalam kawasan CA Lembah Harau. Selain air terjun masih terdapat beberapa objek wisata lainnya (Gambar 14).
4.2.10 Aktivitas
Aktivitas kegiatan wisata yang ada pada saat ini adalah berpiknik, berenang, berkemah, dan panjat tebing. Untuk kegiatan berpiknik dan berenang telah dialokasikan pada kawasan Aka Barayun, Air Lulus, Sarasah Bunta, dan Sarasah Murai. Untuk kegiatan berkemah telah dialokasikan pada kawasan Sarasah Murai. Untuk kegiatan panjat tebing telah dialokasikan pada kawasan Aka Barayun dan titik echo.
Aktivitas lainnya yaitu aktivitas pemerintahan dan pemukiman. Aktivitas ini terkonsentrasi pada kawasan pemukiman Desa Padang Baringin, yaitu terdapat Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Kantor Kepala Desa Tarantang. Selain itu, di depan Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terdapat loket pembelian tiket. Aktivitas pemukiman yang berdekatan dengan TWA Lembah Harau, yaitu Desa Tarantang Lubuak Limpato dan Desa Padang Baringin. Persebaran pusat aktivitas dapat dilihat pada Gambar 15.
4.3 Aspek Sosial 4.3.1 Masyarakat
Kawasan CA Lembah Harau terletak pada dua desa, yaitu Desa Tarantang Lubuak Limpato dan Desa Harau. Jumlah penduduk dari kedua desa dapat dilihat pada Tabel 18. Desa Tarantang memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi daripada Desa Harau, yaitu 83 jiwa/ km2.
Tabel 18 Jumlah Penduduk Desa-Desa Penyangga Pada Tahun 2000
Desa Luas (km2) Penduduk (jiwa) Kepadatan
(jiwa/km2) Laki-laki Perempuan Jumlah
Harau 29,75 448(47%) 505(53%) 953(100%) 32 Tarantang Lubuak
Limpato 22,63 916(49%) 953(51%) 1869(100%) 83 Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000
BKSDA telah melakukan survei pada tahun 2000 mengenai sosial ekonomi dari Desa Tarantang Lubuak Limpato dan Desa Harau. Responden berjumlah 60 orang terdiri dari 30 orang dari Desa Tarantang dan 30 orang Desa Harau. Responden yang dipilih telah mewakili satu rumah tangga. Hal ini dilakukan agar dapat menggambarkan kondisi dari kedua desa secara menyeluruh.
Tingkat pendidikan dari responden dapat dilihat pada Tabel 19. Dari segi pendidikan di kedua desa dapat disimpulkan cukup rendah, sebagian besar responden lulus pada tingkat Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama. Namun, masyarakat telah memiliki kemampuan dalam membaca dan menulis, terlihat dari angka yang tidak sekolah hanya 1 orang dari 60 responden. Menurut data dari BKSDA (2000), terdapat satu Sekolah Dasar (SD) di Desa Harau, tiga Sekolah Dasar (SD), satu Sekolah Luar Biasa (SLB), dan satu Sekolah Mengengah Pertama (SMP) di Desa Tarantang Lubuk Limpato.
Tabel 19 Tingkat Pendidikan dan Jumlah Responden di Desa Harau dan Desa Tarantang Lubuak Limpato
Pendidikan Desa Jumlah
(%) Harau (%) Tarantang Lb. Limpato (%)
Tidak Sekolah - 2 2 Sekolah Dasar 25 18 43 SMP 13 23 36 SMA 12 5 17 Perguruan Tinggi - 2 2 Jumlah 50 50 100
Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000
Mata pencaharian masyarakat dari kedua desa didominasi oleh bertani. Petani pada kedua desa adalah petani padi (sawah) dan gambir. Hal ini dikarenakan peruntukan lahan pada kedua kawasan dijadikan sebagai area pertanian (Tabel 20). Jenis Pekerjaan dari responden dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 20 Luas Peruntukan Lahan di Desa Harau
Peruntukkan Lahan Luas (ha)
Hutan 9,976 Sawah 563 Perkebunan 847 Permukiman 21 Rawa 10 Lahan Kritis 54 Lain-lain 130
Sumber: Kantor Wali Nagari Desa Harau, 2010
Tabel 21 Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan di Desa Harau dan Desa Tarantang Lubuak Limpato
Jenis Pekerjaan Desa Jumlah
(%) Harau (%) Tarantang Lb. Limpato (%)
Tani 40 45 85 Tukang 3 - 3 Dagang 5 3 8 Pegawai 2 - 2 Lainnya - 2 2 Jumlah 50 50 100
Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000
Menurut data BKSDA pada tahun 2000, setiap petani sawah memiliki sawah sekitar 0,25-0,5 ha. Irigasi sawah menggunakan aliran sungai. Namun, menurut Pak Firdaus, Wali Nagari Harau, jumlah penghasilan beras (dalam kg) di Desa Harau lebih kecil daripada di desa yang lain. Hal inilah yang mendorong
masyarakat untuk menjadi petani gambir. Masalah dalam pertanian tanaman pangan adalah sulitnya mengalirkan air dari sungai ke kebun sehingga meningkatkan biaya pengolahan. Peternakan dan perikanan merupakan mata pencaharian sampingan.
Jumlah penghasilan yang didapat dapat dilihat dalam Tabel 22, sedangkan biaya hidup dapat dilihat dalam Tabel 23. Dari kedua data terlihat bahwa masyarakat dari kedua desa memiliki pengeluaran yang lebih besar daripada penghasilan yang didapat. Hal ini ditunjukkan oleh data penghasilan yang didominasi oleh Rp 200.000,00 hingga Rp 300.000,00, sedangkan pengeluaran didominasi dengan pengeluaran sebesar Rp 300.000,00 hingga Rp 500.000,00. Akibat dari hal ini, masyarakat mencari penghasilan tambahan dengan cara berjualan di sekitar kawasan TWA Lembah Harau, seperti menjual makanan, minuman, dan souvenir.
Tabel 22 Jumlah Responden Sesuai Kisaran Penghasilan di Desa Harau dan Desa Tarantang Lubuak Limpato
Penghasilan (x Rp 1000,-)
Desa Jumlah
(%) Harau (%) Tarantang Lb. Limpato (%)
<100 2 2 4 100-200 - 5 5 200-300 38 10 48 300-500 7 20 27 >500 3 13 16 Jumlah 50 50 100
Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000
Tabel 23 Pengeluaran Biaya Hidup dari Responden di Desa Harau dan Desa Tarantang Lubuak Limpato
Penghasilan (x Rp 1000,-)
Desa
Jumlah (%) Harau (%) Tarantang Lb. Limpato
(%) <100 - 4 4 100-200 12 12 24 200-300 20 5 25 300-500 18 18 36 >500 - 11 11 Jumlah 30 50 100
4.3.2 Pengunjung
Jumlah pengunjung di kawasan TWA Lembah Harau cukup ramai, sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 16. Jumlah pengunjung terbesar terjadi pada musim libur seperti Januari (8.924 orang), Mei (11.197 orang), dan Juni (18.416). Sifat musim yang insidental juga mempengaruhi jumlah pengunjung, seperti bulan ramadhan dan lebaran pada bulan Agustus sebanyak 12.027 orang. Menurut data tahun 2004, 2005, dan 2006, jumlah pengunjung terus meningkat (Gambar 17). Hal ini menunjukkan bahwa CA Lembah Harau mulai dikenal oleh banyak masyarakat dalam dan luar negeri.
WISNU : wisatawan nusantara WISMAN: wisatawan mancanegara
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota, 2009
Gambar 16 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke TWA Lembah Harau Tahun 2009
8824 4904 6228 5307 11097 18366 7781 11958 5979 3988 100 45 37 60 100 50 39 69 59 41 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 J um la h P eng unj ung WISNU WISMAN
WISNU : wisatawan nusantara WISMAN: wisatawan mancanegara
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota, 2009
Gambar 17 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke TWA Lembah Harau Tahun 2004, 2005, dan 2006
4.4 Aspek Pengelolaan
4.4.1 Kronologi Pengelolaan TWA Lembah Harau
Pemerintah mulai membangun sarana dan prasarananya pada TWA Lembah Harau sejak tahun 1979. Pembangunan sarana dan prasarana pertama kali dilakukan oleh BAPPARDA Tingkat I Sumatera Barat yang kemudian berubah menjadi Kanwil Pariwisata Tingkat I Sumatera Barat. Sarana yang dibuat pada saat itu adalah gerbang pintu masuk, kupel, jalan setapak, area parkir, tempat bermain anak-anak, dan toilet. Setelah pembangunan selesai, BAPPARDA Tingkat I Sumatera Barat menyerahkan kawasan kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Lima Puluh Kota. Pada tanggal 12 Desember 1990 keluarlah Surat Keputusan Bupati Lima Puluh Kota No.788/BLK/1990 tentang pembentukan Badan Pengelola Objek Wisata Alam Lembah Harau Kabupaten Lima Puluh Kota.
Pada tahun 1992, Dirjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam mengeluarkan buku kumpulan peraturan tentang pungutan dan iuran bidang Pariwisata Alam serta pungutan masuk kawasan pariwisata alam yang memuat surat-surat keputusan dari berbgagai instansi:
57000 53000 58500 176 407 353 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 2004 2005 2006 J um la h P eng un jun g WISNU WISMAN
a. Kepmenhut No.878/Kpts-II/19992 tanggal 8 September 1992 tentang Tarif Pungutan Masuk ke Hutan Wiasata,Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Laut;
b. Kepmenhut No.441/Kpts – II /1990 tanggal 24 Agustus 1990 tentang Pengenaan Iuran dan Pungutan Usaha di Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Nasionl Hutan Laut;
c. Kepmenhut No.688/Kpts-II/1989 tanggal 5 November 1989 tentang Tata cara Permohonn Izin Pengusahaan HutanWisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Hutan Laut;
d. Kepmenhut No.687/Kpts-II/1989 tanggal 15 November 1989 tentang Pengusahaan Hutan Wiasata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Hutan Laut;
e. Kepsekjend DepHut No.45/Kpts/II- KUM/92 tanggal 16 Juli 1992 tentang Tata Cara Pengenatan, Pemungutan, Pembagian, dan Tata Usaha Pungutan Usaha, dan Iuran Usaha Pariwisata Alam di Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Hutan Laut;
f. Surat Menteri Keuangan No.S- 978/MK.03/1992 tanggal 12 Agustus 1992 perihal Persetujuan Tarif Pungutan Masuk ke Hutan Wisata;
g. Kepdirjend PHPA No. 46/Kpts/ DJ- VI/1992 tanggal 1 Juli 1992 tentang Tarif Pungutan Usaha Pariwisata Alam di Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Hutan Laut;
h. Kepdirjend PHPA No.77/ Kpts/ DJ-VI/1992 tanggal 1 Oktober 1992 tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, Penyetoran dan Penatausahaan Pungutan Masuk ke Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Hutan Laut.
Buku ini kemudian direvisi kembali dengan PP No.18 Th 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
Kawasan TWA Lembah Harau mengalami beberapa kali pergantian pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola kawasan. Pada tahun 1998, pihak pengelola diserahkan kepada Pd Gojong Limo Sakato dan pada tahun 2000, Dinas Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota membuat surat perjanjian kerja sama
dengan PT Trio Dhora Nusantara Tour and Travel sebagai badan pengelola. Akibat adanya beberapa kali perpindahan pihak pengelola, Subseksi Wilayah KSDA Pasaman dengan surat no.10/5-SSKSDA-I/2001 tanggal 06 Februari 2001 membuat surat kepada Kepala unit KSDA Sumatera Barat untuk meminta penjelasan tentang penyerahan kewenangan Pemerintah Pusat ke Pemeritah Daerah. Masalah pihak pengelola mereda dengan perpindahan pengelolaan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota.
Pada 27 Februari 2007, Sekretaris Daerah Kabupaten Limapuluh Kota membuat surat kepada Kantor Pariwisata Lima Puluh Kota dengan No.500/132/Perek-PMD/2007 agar dapat memberikan informasi lengkap tentang ketentuan prosedur dan persyaratan pengelolaan kerjasama Lembah Harau oleh pihak swasta kepada Bupati Lima Puluh Kota. Sekda Kabupaten Lima Puluh Kota mengundang Kepala KSDA Sumatera Barat untuk rapat pembahasan pengelolaan Lembah Harau oleh pihak swasta. Hasil rapat tersebut adalah sebagai berikut. a. Pengelolaan TWA Lembah Harau oleh pihak ketiga izinnya dikeluarkan oleh
Menteri Kehutanan.
b. KSDA Sumatera Barat akan mengundang Pemda Kabupaten Lima Puluh Kota untuk rapat membahas pengelolaan TWA Lembah Harau.
c. Masa transisi pengelolaaan TWA Lembah Harau untuk sementara akan dikelola oleh Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lim Puluh Kota.
4.4.2 Rencana Pengembangan dan Pengelolaan TWA Lembah Harau
Pemda dan BKSDA memiliki beberapa rencana, yaitu Rencana Pengelolaan CA Lembah Harau Tahun 2000 oleh BKSDA dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Pariwisata Lembah Harau Tahun 2000 oleh Bappeda (Pemda). Kedua rencana ini dapat menjadi landasan dalam pembentukan konsep ekowisata. Di dalam Rencana Pengelolaan CA Lembah Harau Tahun 2000 terdapat butir-butir berikut:
a. pengukuhan dan pemeliharaan batas kawasan; b. penataan dan pengkajian kawasan;
c. pembangunan sarana dan prasarana;
e. pengelolaan potensi kawasan;
f. perlindungan dan pengamanan kawasan; g. pengelolaan penelitian dan pendidikan; h. pembinaan daerah penyangga;
i. pengembangan integrasi dan koordinasi.
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu kawasan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang yang memuat rencana program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengemdalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan. Di dalam RTBL Kawasan Pariwisata Lembah Harau Tahun 2000 terdapat butir-butir berikut:
a. identifikasi dan apresiasi konteks lingkungan; b. program peran serta masyarakat;
c. konsep umum perencanaan; d. panduan detail perancangan; e. program pembiayaan;
f. program pengendalian pelaksanaan;