6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Tene & dkk (2017) tentang Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Pajak, Sanksi Perpajakan dan Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa pemahaman wajib pajak, kesadaran pajak dan sanksi pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Manado, sedangkan pelayanan fiskus tidak bepengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Manado.
Penelitian yang dilakukan oleh Anam et al. (2016) tentang Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas Sebagai Variabel Intervening dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Pada penelitian disimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus dan sanksi pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Salatiga.
Penelitian yang dilakukan oleh Parmono et al. (2016) mengenai Analisis Efektivitas Surat Himbauan atau Surat Permintaan Penjelasan atas Data atau Keterangan (SP2DK) terhadap Penerimaan Pajak dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kontribusi penerimaan pajak melalui surat himbauan atau SP2DK tahun 2013, 2014 dan 2015 pada KPP Pratama Manado masih tergolong sangat kurang.
Penelitian yang dilakukan oleh Mutia (2014) mengenai Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Perpajakan, Pelayanan Fiskus, dan Tingkat Pemahaman Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa sanksi perpajakan, kesadaran perpajakan, pelayanan fiskus, dan tingkat pemahaman memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Padang.
Penelitian yang dilakukan oleh Astina (2018) mengenai Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan WPOP dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa pemahaman peraturan perpajakan, kualitas pelayanan fiskus dan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Tabanan.
B. Tinjauan Pustaka 1. Teori Atribusi
Teori ini menjelaskan bahwa ketika individu mengamati perilaku individu lainnya, individu tersebut berupaya untuk menjelaskan apakah perilaku tersebut disebabkan pihak internal ataupun eksternal (Robbin & Judge, 2008). Teori ini secara relevan menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak yang digunakan dalam model penelitian ini. Kepatuhan wajib pajak dapat dikaitkan dengan sikap wajib pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi atau pemikiran seseorang untuk membuat penilaian mengenai individu lain dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal individu lain tersebut (Jatmiko, 2006).
2. Pengertian Pajak
Menurut Republik Indonesia (2009) pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Waluyo & Ilyas (2011) menyatakan pajak adalah kewajiban yang melekat kepada setiap warga yang memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang agar membayar sejumlah uang ke Kas Negara yang bersifat memaksa, dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung. Menurut Resmi (2014) pajak diartikan sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, digunakan untuk memelihara kesejahteraan umum.
3. Fungsi Pajak
Menurut Resmi (2014) Pajak memiliki 2 fungsi yaitu :
a. Fungsi anggaran (budgetair) Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
b. Fungsi mengatur (cregulerend) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Fungsi pajak diperluas dengan adanya fungsi stabilitas dan fungsi redistribusi pendapatan
c. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
4. Pengertian Wajib Pajak
Menurut Republik Indonesia (2009) wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan. Wajib pajak adalah seseorang yang memenuhi persyaratan perpajakan bukan hanya sebatas memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) saja.
5. Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan wajib pajak orang pribadi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakan (Rahayu, 2010). Menurut Departemen Keuangan (2007) wajib pajak patuh adalah sebagai berikut : Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan; Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak; Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
Wajib pajak diwajibkan untuk mengisi dan menyampaikan SPT kepada KPP dengan batas waktu penyampaian untuk SPT Masa paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak, sedangkan untuk SPT tahunan paling lambat 3 bulan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi.
6. Kesadaran Wajib Pajak
Muliari & Setiawan (2010) menyatakan bahwa kesadaran perpajakan adalah suatu kondisi di mana wajib pajak mengetahui, memahami, dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Menurut Astina (2018) kesadaran wajib pajak sangat diharapkan dalam memenuhi kewajibannya menghitung, membayar dan melapor pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dengan tujuan meningkatkan pendapatan negara khususnya pada pendapatan pajak penghasilan orang pribadi.
7. Pelayanan Pajak
Pelayanan dapat diartikan memberikan kepuasan kepada pelanggan, mutu pelayanan yang berkualitas sangat berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Pelayanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelayanan pajak secara online, mengingat saat ini zaman teknologi sudah berkembang pesat maka pelayanan yang dibutuhkanpun diharapkan dapat mempermudah wajib pajak dalam memenuhi kewajibanya. Pelayanan online yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pajak antara lain :
a. E-Filing menurut Direktorat Jenderal Pajak (2014) adalah suatu cara penyampaian SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara online dan real time melalui internet pada website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).
b. E-Billing adalah Sistem yang menerbitkan kode billing untuk pembayaran atau penyetoran penerimaan negara secara elektronik, tanpa perlu membuat Surat Setoran (SSP) manual.
c. EFIN (Electronic Filing Identification Number) adalah nomor identitas yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) kepada Wajib Pajak yang melakukan transaksi elektronik dengan Ditjen Pajak, seperti lapor SPT melalui e-Filing dan pembuatan kode billing pembayaran pajak.
8. Pengawasan Pajak
Pengawasan pajak dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak dalam menyelidiki, mengetahui atau untuk menguji kepatuhan wajib pajak. Untuk melaksanakan pengawasan Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan surat permintaan penjelasan atas data dan atau keterangan (SP2DK). Menurut Direktorat Jenderal Pajak (2015) SP2DK adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk meminta penjelasan atas data dan/atau keterangan kepada Wajib Pajak terhadap dugaan belum dipenuhinya kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
9. Sanksi Perpajakan
Sanksi pajak merupakan alat pencegah yang dapat meminimalisir pelanggaran wajib pajak dalam upaya penghindaran pajak. Selain itu, penerapan sanksi pajak merupakan sebagai akibat tidak terpenuhinya kewajiban wajib pajak dalam membayar
pajak. Menurut Republik Indonesia (2009) disebutkan bahwa ada dua macam sanksi, yaitu: Sanksi administrasi yang terdiri dari :
a. sanksi administrasi berupa denda, sanksi administrasi berupa bunga, sanksi administrasi berupa kenaikan.
b. Sanksi pidana yang terdiri dari : pidana kurungan, pidana penjara. C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan uraian penelitian terdahulu dan kajian teori menunjukkan variabel-variabel yang akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak (Y). Variabel yang dimaksud adalah Kesadaran Wajib Pajak (X1), Pelayanan Pajak (X2), Pengawasan Pajak (X3), Sanksi Perpajakan (X4). Kerangka pikir yang dimaksud dapat digambarkan dalam suatu model seperti berikut.
D. Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Kesadaran WP Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak merupakan suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui dan sukarela untuk memenuhi kewajiban perpajakanya tanpa adanya unsur paksaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutia (2014), Tene & dkk (2017)
SANKSI PERPAJAKAN (X4) PELAYANAN PAJAK (X2) PENGAWASAN PAJAK (X3) KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Y) KESADARAN WAJIB
menunjukan kesadaran perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hal ini menunjukan bahwa tingginya kesadaran wajib pajak maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang dirumuskan yaitu :
H1 : Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
2. Pengaruh Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pelayanan pajak merupakan upaya yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak dalam memberikan kepuasan serta kemudahan kepada wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakanya. Pelayanan yang memiliki mutu kualitas yang baik akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak itu sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astina (2018), Mutia (2014) menunjukan bahwa pelayanan memberikan pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan pajak yang baik dapat berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang dirumuskan yaitu :
H2 : Pelayanan Pajak Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
3. Pengaruh Pengawasan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pengawasan oleh otoritas pajak kepada wajib pajak merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Pengawasan pajak diterapkan melalui penerbitan surat permintaan penjelasan atas data dan atau keterangan (SP2DK). Melalui SP2DK tersebut otoritas pajak bisa mendapatkan informasi kebenaran data wajib pajak itu sendiri. Selain itu melalui surat himbauan ini wajib pajak diharapkan dapat lebih patuh dalam membayar pajak. Hasil penelitian yang dilakukan Parmono et al. (2016), Wardana (2019) menunjukan SP2DK yang efektif
berpeluang untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan membantu pencapaian target pajak. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang dirumuskan yaitu :
H3 : Pengawasan Pajak Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
4. Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Sanksi perpajakan yang dibentuk merupakan upaya dari pemerintah untuk mengurangi atau mencegah terjadinya penghindaran pajak secara sengaja, selain itu sanksi perpajakan diterapkan untuk menindaklanjut wajib pajak yang melanggar norma pajak itu sendiri. Menurut Mutia (2014) Sanksi pajak yang diberikan kepada wajib pajak orang pribadi yang dengan sengaja melakukan penghindaran pajak dapat memberi efek jera serta dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak itu sendiri dalam memenuhi kewajibanya. Hasil penelitian yang dilakukan Mutia (2014), Rahayu (2017) menunjukan bahwa sanksi perpajakan berpengatuh terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang dirumuskan yaitu :