BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekonomi dalam suatu bangsa akan baik, apabila akhlak masyarakatnya juga baik. Antara akhlak dan ekonomi saling terikat dan tidak dapat untuk dipisahkan. Akhlak yang baik berdampak pada terbangunnya muamalah atau kerjasama ekonomi yang baik.
Dalam praktiknya ekonomi syari’ah akan senantiasa mempertimbangkan segala aktivitasnya apakah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Islam atau sebaliknya. Seperti halnya professional, ketekunan, kejujuran, keadilan, amanah dan tidak mengecewakan orang lain. Dalam suatu bisnis kita tidak mau dikecewakan, seperti halnya pembeli-pembeli didalam pasar ataupun toko-toko lain. Mereka tidak mau adanya penipuan, ketidak jujuran atau ketidak adilan dalam melakukan jual beli. Maka dari hal tersebut harus diterapkan nilai-nilai Islam dalam berbisnis.
Bisnis dalam Islam adalah sebuah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi). Bisnis berjalan sebagai proses yang telah menjadi kegiatan manusia sebagai individu atau masyarakat untuk mencari keuntungan dan kebutuhan hidupnya. Bisnis yang sehat berlandasan pada etika. Oleh karena itu, pelaku bisnis Muslim hendaknya memiliki kerangka etika bisnis yang kuat, sehingga dapat mengantarkan aktivitas bisnis yang nyaman dan berkah. Dalam bisnis atau berdagang pelaku bisnis harus mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang diinginkan masyarakat saat ini. Karena dalam berbisnis kita harus mengikuti perkembangan zaman, agar bisnis kita tetap maju. Kebutuhan sama dengan
keinginan. Keinginan ditentukan oleh konsep kepuasan. Dalam perspektif islam kebutuhan ditentukan oleh konsep maslahah. Maslahah adalah pemilikan atau kekuatan barang atau jasa yang mengandung elemen-elemen dasar dan tujuan kehidupan umat manusia di dunia ini (Muhammad, 2004 : 14).
Pelaku bisnis harus menerapkan karakter bisnisnya sesuai dengan syariah Islam yaitu: niat untuk berbisnis, jujur dalam berbisnis, amanah, adil, professional, menjual barang yang halal, tidak menyembunyikan cacat barang, tidak menyaingi penjual lain, tidak melakukan riba, mengeluarkan zakat bila telah mencapai nisab dan haulnya, dan silaturahmi. Citra dalam berdagang atau berbisnis. Penampilan tidak membohongi pelanggan, baik menyangkut besaran kuantitas maupun kualitas, dalam pelayanan sebaiknya pelanggan yang tidak sanggup membayar kontan hendaknya diberi tempo untuk melunasinya, persuasi menjauhi sumpah yang berlebihan dalam menjual suatu barang, dan pemuasan dengan kesepakatan bersama, dengan suatu usulan dan penerimaan, penjualan akan sempurna. Dan bisa kita teliti apakah dalam berbisnis atau berdagang mereka sudah berbuat adil dan jujur dalam masalah penimbangan atau lain sebagainya.
Batur adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara dengan wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Batang, sebelah timur dengan Kabupaten Wonosobo, sebelah selatan dengan Kecamatan Pejawaran dan Kabupaten Wonosobo dan sebelah barat dengan Kecamatan Wanayasa. Luas wilayah Batur adalah 4.717,10 Ha atau 4,41% dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara. Luas lahan bukan sawah 4.717,10 Ha dan tidak ada luas lahan sawah pada tahun 2014. Ketinggian wilayah desa berada pada kisaran 1.609 – 2.093 m dpl, dengan rata-rata 1.633 m dpl (www.BPS.Banjarnegara.go.id di akses 16 Desember 2016, pukul 18:30).
Tabel 1.1 Penduduk Batur akhir tahun 2014 Desa Laki-laki Perempuan Jumlah Batur 5.242 5.170 10.417 Sumberjo 2.695 2.592 5.287 Pasurenan 1.330 1.291 2.621 Bakal 1.870 1.840 3.710 Dieng Kulon 1.623 1.497 3.120 Karangtengah 2.191 2.282 4.473 Kepakisan 1.366 1.381 2.747 Pekasiran 2.462 2.451 4.913 Jumlah 18.779 18.504 37.283 Sumber: BPS Banjarnegara
Jumlah penduduk Kecamatan Batur tahun 2014 sebanyak 37.283 jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 18.779 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 18.504 jiwa. Dengan luas wilayah Kecamatan Batur 47.17 km, maka perpadatan penduduk per km sebanyak 790 jiwa/km (www.BPS.Banjarnegara.go.id di akses 17 Desember 2016, pukul 13:30). Tabel 1.2 PDRB Batur, 2012 – 2014 Uraian 2012 2013 2014 PDRB adhb 671,32 757,28 823,48 PDRB adhb per kapita 18,062,38 20.190,90 21.762,60 PDRB adhk 2000 245,69 257,47 269,72 PDRB adhk per kapita 6.610,39 6.684,69 7.128,04
Pertumbuhan ekonomi (%)
4,23 4,79 4,76
Sumber: BPS Banjarnegara
Produk Dosmetik Regional Bruto (PDPB) mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu tahun., PDRB atas dasar harga berlaku pada satu tahun 2014 Batur telah mencapai 823,48 milyar rupiah. Sedangkan menurut harga konstan tahun 2000, PDRB Batur tahun 2014 mencapai 269,72 milyar rupiah. Pertumbuhan ekonomi Batur tahun 2014 sebesar 4,76 persen. Cenderung melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya
(www.BPS.Banjarnegara.go.id di akses 17 Desember 2016, pukul 14:01).
Lingkungan yang baik sangatlah diperlukan agar dapat menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berbisnis. Dimana terdapat peluang-peluang yang sangat bagus untuk membuka suatu bisnis. Dalam lingkungan yang baik dan masyarakatnya mendukung maka bisnis tersebut akan berjalan dengan baik. Selain itu lingkungan sangat memberikan suatu manfaat bagi pelaku bisnis dan masyarakat, dimana pelaku bisnis diuntungkan sedangkan masyarakat diuntungkan dalam memenuhi suatu kebutuhan yang di ingingkan.
Selain vaiabel lingkungan yang ada pada pelaku bisnis, motivasi juga diperlukan agar pelaku bisnis memiliki keinginan yang tinggi untuk berbisnis. Karena motivasi sebagai faktor yang dapat mempengaruhi pelaku bisnis untuk berbisnis. Apabila pelaku bisnis tidak memiliki motivasi atau keinginan yang baik dalam berbisnis, tentu akan sulit membuat pelaku bisnis terpacu untuk maju dalam berbisnis. motivasi juga mempunyai pengaruh yang besar untuk mendorong seseorang agar menjalankan suatu bisnis.
Selain mayoritas masyarakat daerah Batur itu petani, banyak kalangan masyarakat Batur yang berbisnis atau berdagang. Mereka para pembisnis selalu berlomba-lomba dalam meningkatkan bisnisnya. Mereka selalu mengeluarkan produk-produk baru dan produk yang mereka buat, di buat sekreatif mungkin untuk menarik minat para konsumen. Dengan banyaknya bisnis yang ada di daerah Kecamatan Batur akan tetapi para pelaku bisnis kurang adanya jaminan keamanan dalam bisnisnya. Terkadang dalam berbisnis mereka kurang memperhatikan akhlak dan sikap ramah tamah mereka. Dan pembisnis lalai dan kurangnya kesadaran dalam menyisihkan keuntungannya untuk berzakat atau bersedekah, faktanya pelaku bisnis beranggapan bahwa membayar zakat mal sama dengan membayar zakat perdagangan, dan pelaku bisnis kurang paham dalam berzakat. Dengan lingkungan masyarakat yang Islami apakah mereka para pembisnis tidak mempunyai motivasi untuk berbisnis secara Islami? Padahal berbisnis secara Islami ini untuk keuntungan kita di dunia dan akhirat, keberkahan, dan kemaslahatan umat.
Tabel 1.3 Zakat, Infaq, dan Sadaqoh di Kecamatan Batur
NO Bulan/Tahun Pemasukan(Rp) Pengeluaran
(Rp) 1 Sisa periode lalu 60.000.000 2 2011 210.229.500 187.020.500 3 2012 197.885.000 195.834.500 4 2013 289.742.000 333.420.500 5 2014 266.722.500 264.441.000 6 2015 411.045.000 387.030.000 Jumlah 1.435.624.000 1.367.746.500
Sisa 67.877.500 Jumlah 1.435.624.000 1.435.624.000 Sumber: LAZIZ Muhammadiyah Cabang Batur
Zakat yang ada di Kecamatan Batur setiap tahunya berbeda-beda, dan mengalami naik turun. Dimana pada tahun 2012 termasuk rendah sebesar Rp. 197.885.000 dan pada tahun 2015 termasuk tinggi sebesar Rp. 411.045.000.
Lingkungan dan motivasi sangat berpengaruh besar terhadap suatu bisnis, dengan lingkungan masyarakat yang Islami masih saja penerapan berbisnisnya tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dari permasalahan di atas penulis tertarik untuk menulis judul “PENGARUH LINGKUNGAN DAN MOTIVASI TERHADAP BISNIS SECARA ISLAMI” dengan studi terhadap masyarakat Kecamatan Batur Banjarnegara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diperolehrumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah lingkungan berpengaruh terhadap bisnis berdasarkan nilai-nilai Islam? 2. Apakah motivasi menjadi acuan untuk berbisnis berdasarkan nilai-nilai Islam?
3. Apakah lingkungan dan motivasi berpengaruh terhadap bisnis berdasarkan nilai-nilai Islam?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai permasalahan yang diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana lingkungan sekitar bisa menjadikan minat berbisnis secara Islami terhadap masyarakat di daerah Batur.
2. Untuk mengetahui apakah motivasi bisa menjadikan minat berbisnis di daerah Batur. D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoristis
Penelitian ini bisa dijadikan sarana informasi dan menjadi referensi bagi perkembangan ilmu ekonomi.
2. Secara Praktisi a. Bagi Peneliti
Diharapkan memberi wawasan, pengetahuan dan informasi terutama dalam bidang berbisnis secara islami.
b. Bagi Dunia Pendidikan