• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI INDUSTRI KOPI DI KABUPATEN ACEH TENGAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSISTENSI INDUSTRI KOPI DI KABUPATEN ACEH TENGAH."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI INDUSTRI KOPI DI KABUPATEN

ACEH TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

MUSLIM ANSHARI NIM . 308131008

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muslim Anshari

NIM : 308131008

Jurusan : Pendidikan Geografi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri atau bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau hasil

pikiran saya sendiri.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil ciplakan

plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Medan, Agustus 2012

Saya yang membuat pernyataan

(5)

v ABSTRAK

Muslim Anshari, NIM : 308131008, Eksistensi Industri Kopi di Kabupaten Aceh

Tengah. Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unimed 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) bagaimana eksistensi industri kopi berdasarkan faktor-faktor industri (modal, bahan baku, tenaga kerja, transportasi, dan pemasaran) di Kabupaten Aceh Tengah. (2) bagaimana pendapatan pemilik usaha kopi di Kabupaten Aceh Tengah. (3) bagaimana pendapatan pekerja pada industri kopi di Kabupaten Aceh Tengah.

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Tengah dengan populasi sekaligus sampel adalah seluruh pemilik usaha pada Industri Kopi di Kabupaten Aceh Tengah yang berjumlah 40 pemilik usaha. Teknik pengumpulan data mengunakan teknik komunikasi langsung dan dianalisis secara deskriptif kualitatif.

(6)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN. ... ii

KATA PENGANTAR. ... iii

B. Penelitian yang Relevan ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Lokasi Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel ... 33

C. Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Teknik Analisis Data. ... 35

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH KABUPATEN ACEH TENGAH ... 36

A. Keadaan Fisik ... 36

B. Keadaan Non Fisik ... 41

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. HasilPenelitian ... 50

(7)

viii

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 79

A. Kesimpulan. ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... .81

(8)

ix

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Di Kabupaten Aceh Tengah

Tahun 2011 ... 39

2. Penggunaan Lahan Di Kabupaten Aceh TengahTahun 2011 ... 40

3. Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Di Kabupaten Aceh Te- ngah Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011 ... 41

4. Komposisi penduduk menurut kelompok jenis kelamin di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2011 ... 43

5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 ... 44

6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 ... 45

7. Sarana Pendidikan Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 ... 46

8. Komposisi Penduduk Menurut Agama Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 ... 47

9. Sarana Peribadatan Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 ... 47

10.Sarana Kesehatan Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011 ... 48

11.Usia Responden Industri Kopi di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 50

12.Tingkat Pendidikan Responden Industri Kopi di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 51

13.Sumber Modal yang Digunakan Pemilik Usaha Industri Kopi di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 51

14.Jumlah Modal Operasional Pemilik Usaha dalam 1 Bulan Terakhir Pada Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 52

15.Jumlah dan Jenis bahan Baku yang Pemilik Usaha dalam 1 Bulan Terakhir Pada Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 55

16.Jumlah Tenaga Kerja Pemilik Usaha dalam 1 Bulan Terakhir Pada Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 57

17.Asal PekerjaPemilik Usaha dalam 1 Bulan Terakhir Pada Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 58

18.Tabel Biaya Transportasi Pemilik Usaha dalam 1 Bulan Terakhir Pada Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 59

19.Jenis Produk Kopi Yang Dihasilkan Masing-Masing Responden Pada Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 66

20.Cara Pemasaran Produk Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ... 68

(9)

x

22.Pendapatan Bersih Responden Industri Kopi Di Kabupaten Aceh

Tengah Tahun 2012 ... 70 23.Pendapatan Tenaga Kerja Responden Pada Industri Kopi di Kabupaten

(10)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal

1. Skema Kerangka Berfikir... 32

2. Gambar Peta Administrasi Kabupaten. ... 37

3. Gambar Peta Persebaran Industri kopi. ... 38

4. Gambar Kopi Gabah. ... 54

5. Gambar Kopi Gelondongan. ... 55

6. Diagram Jenis Bahan Baku yang Digunakan Dalam Industri Kopi... 56

7. Kopi Proses Pengeringan. ... 63

8. Proses Penggilingan Kopi Gabah Menjadi Kopi Labu. ... 64

9. Kopi Asalan Atau Kopi Cacat. ... 65

10. Kopi Greenbeans (kopi hijau siap jual). ... 66

11. Para Tenaga Kerja Melakukan Sortir Greenbeans Manual (Handsortir) ... 67

12. Alat Tester Penguji Kualitas Kadar Air Kopi. ... 68

(11)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Uraian Hal

1. Pedoman Wawancara ...39

2. Penyusustan Bahan Baku ... 40

3. Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Di Kabupaten Aceh Te- ngah Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011 ... 41

4. Analisis Biaya Dalam 1 Bulan Terakhir Industri Kopi ... 43

5. Produksi Dan Pemasaran Industi Kopi ... 45

6. Harga Jual Dan Penjualan Pada Industri Kopi Kabupaten Aceh Tengah. ... 47

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki wilayah

pertanian yang sangat luas dengan sebagian besar dari angkatan kerja dan kegiatan

ekonomi nasional Indonesia berputar di sekitar kegiatan sektor pertanian. Untuk

mewujudkan arah pembangunan nasional yang sejahtera, konsep industri

pertanian (agroindustri) diharapkan mampu mewujudkan tujuan nasional bangsa

ini.

Salah satu produk perkebunan yang menjadi andalan Indonesia adalah

kopi. Menurut data Statistik Perkebunan luas areal perkebunan kopi di Indonesia

pada tahun 2010 adalah 1.210.365 ha dengan produksi pada tahun yang sama

mencapai 686.921 ton biji kering. Di dukung dengan iklim dan ketinggian tempat

yang sesuai dengan agriklimat tanaman kopi, industri kopi ini berkembang dan

tersebar di seluruh provinsi di Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua dengan

kualitas dan kuantitas yang berbeda.

Secara garis besar menurut AEKI (Asosiasi eksportir dan industri kopi

indonesia) industri kopi dalam negeri dapat digolongkan kedalam 3 Kelompok,

yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini

umumnya produk-produknya dipasarkan di warung atau pasar yang ada

disekitarnya dengan brand name atau tanpa brand name. Industri yang tergolong

pada kelompok ini pada umumnya tidak terdaftar di Dinas Perindustrian maupun

(13)

2

di Dinas POM. Industri pada kelompok ini tersebar di seluruh daerah penghasil

kopi. 2) Industri kopi olahan kelas menengah, Industri kopi yang tergolong pada

kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk

atau produk kopi olahan lainnya seperti minuman kopi yang produknya

dipasarkan di wilayah Kecamatan atau Kabupaten tempat produk tersebut

dihasilkan. Produknya dalam bentuk kemasan sederhana yang pada umumnya

telah memperoleh Izin dari Dinas Perindustrian sebagai produk Rumah tangga.

Industri kopi olahan kelas menengah banyak dijumpai di sentra produksi kopi

seperti di Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Jawa

Timur. 3) Industri kopi olahan kelas Besar, Industri kopi kelompok ini merupakan

industri pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk, kopi instant atau kopi

mix dan kopi olahan lainnya yang produknya dipasarkan di berbagai daerah di

dalam negeri atau diekspor. Produknya dalam bentuk kemasan yang pada

umumnya telah memperoleh, nomor Merek Dagang dan atau label lainnya.

Beberapa nama industri kopi yang tergolong sebagai industri kopi ini adalah PT

Sari Incofood Corp, PT. Nestle Indonesia, PT Santos Jaya Abadi, PT Aneka

Coffee Industri, PT Torabika Semesta dan lain sebagainya.

Salah satu sentra produksi kopi nasional yang cukup terkenal dengan kopi

specialty-nya adalah Kabupaten Aceh Tengah yang terletak di Provinsi Aceh.

Kopi asal Kabupaten Aceh Tengah terkenal dengan Kopi Gayo yang sudah

mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis (http://ditjenbun.deptan.go.id/

(14)

3

Kabupaten Aceh Tengah berada pada ketinggian antara 1.250 meter

sampai dengan 2.600 meter Dpl. Topografi Kabupaten Aceh Tengah yang

bergunung dan berbukit memiliki iklim tropis, dimana musim kemarau biasanya

jatuh pada bulan Januari sampai dengan Juli, musim hujan berlangsung dari bulan

Agustus sampai bulan Desember. Rata-rata curah hujan berkisar antara 1.082

sampai dengan 2.409 mm/tahun dengan jumlah hari hujan antara 113 sampai

dengan 160 hari per tahun (sumber data: BPS Kab.Aceh Tengah 2011). Suhu

udara 20,10°C, bulan terpanas adalah Bulan April dan Mei yaitu 20,6°C dan

terdingin pada Bulan September yaitu 19,70°C. Keadaan udara tidak terlalu

lembab dengan rata-rata kelembaban nisbi 80% dengan keadaan alam yang seperti

ini sangat mendukung bagi tanaman kopi.

Tanaman kopi di Kabupaten Aceh Tengah tersebar di setiap kecamatan

yang ada. Perkebunan kopi di Kabupaten Aceh Tengah diawali pada tahun 1918

oleh kolonial Belanda. Kopi ini sebagai ganti tanaman teh yang awalnya

dibudidayakan oleh Belanda namun tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.

Pemerintah belanda mulai membuka perkebunan kopi dengan mempekerjakan

buruh perkebunan dari pulau jawa. Perkebunan pertamanya terletak di Kampung

Blang Gele dengan luas perkebunan kurang lebih 100 hektar yang sebelumnya

juga telah ditempati oleh beberapa kepela keluarga pribumi. Selanjutnya pada

tahun 1920 munculah sebuah perkampungan baru disekitar perkebunan kopi

tersebut. Hingga pada akhir tahun 1930 berkembang menjadi empat buah

kampung baru berdiri disekitar perkebuan kopi belanda tersebut yakni Kampung

(15)

4

Perkembangan kampung ini juga diiringi dengan perkembangan perkebunan kopi

oleh masyarakat pribumi yang mendapatkan pengetahuan dari petani yang

bertetangga dengan perkebunan belanda tersebut. Pabrik pertamanya terdapat di

Kabupaten Bener Meriah yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh

Tengah.

Jenis kopi yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Aceh Tengah adalah

jenis kopi Arabika dan kopi Robusta. Kopi jenis Arabika ini hampir

seluruhnya dikembangkan oleh petani dengan total keterlibatan petani sebanyak

33.474 KK petani. Kopi jenis Arabika dianggap sangat istimewa dan

dikategorikan sebagai kopi spesial dimana menurut hasil uji citarasa (cupping test)

yang dikenalkan oleh Erna Knutsen sejak tahun 1974, kopi arabika gayo

memperoleh nilai antara 86-90. Kopi Arabika dari Kabupaten Aceh Tengah,

telah diknal dunia karena memiliki citarasa khas dengan ciri utama antara lain

aroma dan perisa yang kompleks dan kekentalan yang kuat. International

Conference on Coffee Science, Bali, Oktober 2010 menominasikan kopi Dataran

Tinggi Gayo ini sebagai the Best No 1, dibanding kopi arabika yang berasal dari

tempat lain (sumber: Berita Antara,2011).

Kopi Arabika organik ini mulai dikembangkan sejak tahun 1990. Tanaman

kopi Arabika di wilayah Kabupaten Aceh Tengah seluas 48.001 ha, terdiri dari

tanaman menghasilkan 39.203 ha, tanaman belum menghasilkan 5.230 ha,

tanaman rusak 3.568 ha dengan total produksi 28.344 ton dan rata-rata produksi

kopi arabika ditingkat petani di Kabupaten Aceh Tengah baru mencapai 723

(16)

5

kabupaten aceh tengah dengan luas 3.301 ha, terdiri dari tanaman menghasilkan

2.089 ha, tanaman belum menghasilkan 286 ha, tanaman rusak 926 ha dengan

total produksi 1.137 ton dan rata-rata produksi Kopi Robusta ditingkat petani di

Kabupaten Aceh Tengah mencapai 544 kg/ha (sumber data: BPS Kab.Aceh

Tengah 2011).

Tanaman kopi di Kabupaten Aceh Tengah umumnya dikelola dengan pola

perkebunan rakyat. Pola perkebunan yang seperti ini pengelolaannya masih

bersifat tradisional dan belum menggunakan teknologi budidaya kopi secara baik

dan benar. Petani mengolah bulir kopi gelondongan hingga menjadi biji kopi

tanpa daging kopi (pulp). Bahan baku berupa biji kopi kering tanpa daging buah

(pulp) ini kemudian dikumpulkan pada pengepul-pengepul kopi (agen) yang

selanjutnya mutu kopi tersebut dipengaruhi oleh pengolahan lebih lanjut di

pabrik-pabrik kopi yakni dengan proses penggilingan kopi dengan huller yang

akan mengupas kulit kopi menjadi biji hijau, selanjutnya kopi ini akan

dikeringkan kembali dengan di jemur di bawah sinar matahari. Pengeringan ini

membutuhkan waktu dan suhu tertentu yang mempengaruhi mutu kopi. Proses

selanjutnya adalah pemilihan (sortir), proses ini berguna untuk mengelompokkan

kopi pada kelas-kelas kualitas tertentu terakhir adalah proses pengemasan apabila

kopi yang dipasarkan hanya berupa coffca beans . Tetapi apabila kopi yang

dipasarkan berupa olahan bubuk kopi, maka langkah selanjutnya adalah

penyangraian biji kopi hijau hingga berubah menjadi coklat kehitaman. Hasil

(17)

6

Industri kopi di Kabupaten Aceh Tengah sangat bervariasi, dari industri

olahan kopi rumah tangga hingga pabrik kopi. Di Kabupaten Aceh Tengah

terdapat 40 pabrik kopi dengan jumlah pekerja tetap 377 jiwa, sedangkan pekerja

tidak tetap bergantung pada banyak tidaknya produksi kopi. Berdasarkan jumlah

pekerja tetapnya 13 unit usaha diantaranya tergolong industri rumah tangga, 26

unit usaha tergolong industri kecil dan 1 unit usaha merupakan industri besar.

Pabrik-pabrik tersebut tersebar 12 kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah.

Topografi wilayah Kabupaten Aceh Tengah yang bergunung-gunung

mengakibatkan permasalahan dalam distribusi bahan baku karena tidak semua

wilayah penghasil kopi tersebut memiliki lokasi yang dekat dan mudah di jangkau

dari lokasi pabrik untuk pengolahan selanjutnya. Pengelolaan kopi ini

memerlukan waktu yang panjang membutuhkan biaya.

Beberapa negara pengimpor kopi di dunia telah bekerjasama dengan

Kabupaten Aceh Tengah, bahkan franchice seperti Starbucks juga telah menjalin

kerjasama ini. Dari sekian banyak permintaan yang ada, terkadang tidak

seluruhnya dapat terpenuhi, hal ini disebabkan banyaknya permintaan tidak

sebanding dengan produksi dan kualitas produk kopi yang ada (hasil wawancara

dengan Humas Koperasi Baitul Qirad Baburrayyan (KBQB) Kab.Aceh tengah).

Pemasaran kopi dari Kabupaten Aceh Tengah juga terkendala oleh adanya hak

paten yang digunakan oleh perusahaan kopi asal belanda. Sehingga berpengaruh

terhadap harga komoditas kopi yang tidak lagi memiliki nilai tawar tinggi. (

(18)

7

Usaha untuk meningkatkan kehidupan yang layak bagi pelaku industri

mulai dari petani kopi, pekerja, hingga pemilik usaha kopi harus didukung oleh

pemerintah setempat terutama dalam hal pembenahan kegiatan tataniaga komoditi

kopi, karena besarnya pendapatan mereka sangat ditentukan oleh pembentukan

harga jual. Masalah yang sering terjadi adalah ketidakstabilan harga pasar dimana

harga ini ditentukan oleh mutu kopi itu sendiri. Mutu kopi dipengaruhi oleh

proses pengolahan kopi dari hulu oleh petani hingga hilir dalam proses

pengolahan pabrik. Perbaikan mutu kopi tentu akan berpengaruh terhadap harga

jual kopi tersebut, dimana harga jual ini akan menentukan ketersediaan modal

yang berpengaruh pada ketersediaan bahan baku dan pekerja dalam

keberlangsungan proses produksi kopi yang pada akhinya akan berpengaruh

terhadap pendapatan pemilik usaha, pekerja dan petani sehingga akan menjadikan

tolak ukur dalam eksistensi industri ini.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah adanya kendala dalam

pengembangan industri kopi ini yakni dalam hal pengelolaan kopi yang belum

maksimal oleh petani, transportasi yang disebabkan topografi wilayah dan letak

pabrik yang jauh, produksi yang rendah pemasaran, kualitas kopi (mutu), dan

modal yang berpengaruh terhadap harga jual kopi tersebut. Keadaan ini tentu

(19)

8

berupa modal, bahan baku, tenga kerja, transportasi, pemasaran serta pendapatan

pemilik usaha yang berpengaruh pula pada pendapatan pekerja.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam

penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor produksi industri kopi di Kabupaten

Aceh Tengah. Faktor-faktor tersebut antara lain modal, bahan baku, tenaga kerja,

transportasi, pemasaran, serta pendapatan pemilik usaha dan pekerjanya.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka yang menjadi

permasalahan pokok dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana eksistensi industri kopi berdasarkan faktor-faktor produksi

industri (modal, bahan baku, tenaga kerja, transportasi, dan pemasaran)

yang mendudung berdirinya industri kopi di Kabupaten Aceh Tengah.

2. Bagaimana pendapatan pemilik usaha industri kopi di Kabupaten Aceh

Tengah.

3. Bagaimana pendapatan pekerja pada industri kopi di Kabupaten Aceh

(20)

9

E. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari perumusan masalah, adapun yang menjadi tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana eksistensi industri kopi berdasarkan

faktor-faktor industri (modal, bahan baku, tenaga kerja, transportasi, dan

pemasaran) di Kabupaten Aceh Tengah.

2. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan pemilik usaha kopi di

Kabupaten Aceh Tengah.

3. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan pekerja pada industri kopi di

Kabupaten Aceh Tengah.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi departemen perindustrian Kabupaten Aceh

Tengah dalam mengambil kebijakan untuk mengembangkan industri kopi

di Kabupaten Aceh Tengah.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemilik usaha industri kopi di Kabupaten

Aceh Tengah.

3. Menambah wawasan bagi penulis dalam menyusun karya ilmiah dalam

bentuk skripsi.

4. Bahan bandingan bagi peneliti lain khususnya objek yang sama pada

(21)

81

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Modal operasional produksi tertinggi pada industri kopi adalah Rp17.058.615.700,- dan terendah Rp 182.774.750,-. Sumber modal paling

banyak adalah dana sendiri (30 unit) dan paling sedikit kemitraan (1 unit).

Sedangkan 10 unit usaha juga menggunakan modal yang bersumber dari

bank. Bahan baku yang digunakan adalah kopi gabah (35 unit) dan kopi

gelondongan (5 unit). Tenaga kerja berjumlah 644 tenaga kerja yang berasal

dari keluarga, lokal, Luar kabupaten dan luar provinsi. Alat transportasi yang

digunakan adalah truk pribadi dan angkutan umum truk travel.Produk akhir

adalahgreenbeans arabika (diproduksi oleh 32 unit), greenbeans arabikadan

greenbeans robusta (11 unit), greenbeans ready (8 unit) dan bubuk kopi (4

unit). Wilayah pemasaran meliputi wilayah luar Provinsi Aceh (35 unit),

mancanegara (8 unit).

2. Pendapatan pemilik usaha seluruhnya telah dapat memenuhi kebutuhan primernya. Karena pendapatan pemilik usaha telah berada di atas UMP

Provinsi Aceh (Rp 1.400.000). Pendapatan pemilik usaha terendah 1 bulan

terakhir adalah Rp 150.374.750dan tertinggi adalah Rp 14.774.003.800,-.

Dengan pendapatan rata-rata pemilik usaha adalah Rp. 2.723.295.226,-

(22)

82

3. Pendapatan pekerja pada industri kopi ini sangat bervariasi. Berdasarkan UMP Provinsi Aceh, terdapat 25 pekerja dengan upah dibawah UMR yakni

antara Rp 1.200.000 - Rp 1.399.900,-. Sedangkan 931 pekerja diberikan upah

di atas UMR Provinsi Aceh dengan nilai tertinggi Adalah Rp 2.500.000,-.

B. SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka dalam

penelitian ini diperlukan beberapa saran antara lain sebagai berikut:

1. Pemerintah diharapkan untuk lebih memperhatikan keberadaan perindustrian

kopi dengan membantu memberikan modal bagi para pemilik usaha terutama

pemilik usaha dengan skala kecil. Bahan baku yang memiliki harga yang

variatif membuat sebagian pemilik usaha sulit dalam bersaing, karena itu

dibutuhkan kesetabilan harga yang disesuaikan terutama oleh dinas-dinas

terkait agar tidak terjadi kerugian dalam industri ini.

2. Pendapatan seluruh pemilik usaha berada diatas angka UMP Provinsi Aceh

sehingga diharapkan mampu mempertahankan kesetabilan usaha industri kopi

dan dapat mengembangkan industri ini menjadi lebih baik. Pemilik usaha

hendaknya mampu bersaing sehat dengan menjaga kesetabilan harga agar

persaingan pada industri ini menjadi lebih sehat.

3. Dalam industri kopi di Kabupaten Aceh Tengah masih terdapat tenaga kerja

yang berpendapatan di bawah UMP Provinsi Aceh. Hal ini diharapkan

mampu diubah dengan peningkatan produktifitas tenaga kerja sehingga dapat

(23)

83

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan dan Asri, Marwan.1984. Anggaran Perusahaan. Yogyakarta:BPFE

Alamsyah, Idham 2007. Analisis Nilai Tambah Dan Pendapatan Usaha Industri

”Kemplang” Rumah Tangga Berbahan Baku Utama Sagu Dan Ikan.

Jurnal. Palembang: Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Diakses

tanggal 23 Mei 2012

Asri, Ika wahyu yuni. 2010. Analisis Usaha Industri Emping Melinjo Skala Rumah Tangga Di Kabupaten Magetan. Skripsi. Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Diakses tanggal 25 Mei 2012

Bintarto, 1977. Geografi Sosial. Yogyakarta:Spring

BPS. 2012. Aceh Tengah dalam Angka 2012. BPS: Aceh tengah

Binaria.2010.Studi Tentang Kerajinan Tenun Ulos Di Desa Papande Kecamatan Muara. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-Unimed

Kartasapoetra, G (Et.al). 1987. Pembangunan Perumusan Industri. Jakarta: PT Bina Aksara

Kotler, Philip. 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks

Mulyadi.1990.Akuntansi Biaya.Yogyakarta:BPFE

Nafarin, M. 2004. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat

(24)

84

Ranupandojo, Heidjrachman (dkk). 1985. Pengantar ekonomi perusahaan. Yogyakarta: BPFE

Ritonga .2010. Kajian Industri Mebel Di Kelurahan Sei Kambing D Kecamatan Medan Petisah. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-Unimed

Sumaatmadja.1998. Studi Geografi: Suatu Pendekatan Dan Analisis Geografi. Bandung:Alumni

Wie, The Kian. 1989.pembangunan ekonomi dan pemerataan. Jakarta: LP3ES

Aeki. Industri Kopi Indonesia,(online), (http://www.aeki-aice.org/index . Diakses pada hari tanggal 4 juni 2012)

Burhanudin,M.2012. Selasa 31 Mei. Kopi Gayo, Warisan yang Menghidupi. Harian seputaraceh, (online), (http://seputaraceh.com/read. Diakses tanggal 16 Juni 2012)

Departemen Pertania. 2012. Jum’at 1 Juni. Kopi Gayo Tembus Pasaran Amerika,

(online), (http://ditjenbun.deptan.go.id/perbenpro/index. Diakses tanggal 4 Juni 2012)

Sajo, Daud. 2009.Klasifikasi Industri, (Online), (http://geografibumi.blogspot.com /2009/10/klasifikasi-industri.html diakses tgl 11 Januari 2012)

Haliah, Novaria. 2006. Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan

Industri di Indonesia - Perekonomian Bisnis, (online), (http://organisasi.org. Diakses tanggal 4 Juni 2012)

(25)

85

Syamrilaode. 2010. Pengertian Bahan Baku dan Jenis-Jenisnya, (online), (http://id.shvoong.com Diakses tanggal 23 mei 2012)

Wikipedia. 2012. Faktor Produksi, (online), (http://www.aeki-aice.org/index. Diakses tanggal 24 Mei 2012)

Gambar

Tabel Biaya Transportasi Pemilik Usaha dalam 1 Bulan Terakhir  Pada Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ......................

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui eksistensi industri ikan asin berdasarkan modal, bahan baku, tenaga kerja, transportasi, dan pemasaran.. (2) Mengetahui

Bagaimana kondisi sosial ekonomi petani kopi pada saat konflik di Desa. Kelitu kecamatan Bintang kabupaten

Tentunya dengan adanya kebijakan tersebut, pemerintah Kabupaten Aceh Tengah mengharapkan mutu (kualitas) yang lebih baik, sehingga nantinya dapat berdampak semakin

Hasil penelitian menunjukkan kontribusi pendapatan dari kopi di kabupaten Bener Meriah sebesar 49,06 % dan kabupaten Aceh Tengah sebesar 53,31 % terhadap total pendapatan

Ruang lingkup penelitian potensi ekonomi di Kabupaten Aceh Tengah mulai perkebunan kopi dan tebu sekaligus mengindentifikasi kluster ekonomi danmenyusun strategi

Nilai faktor konversi produksi kopi jahe pada industri Sal-Han sebesar 1,20 didapatkan dari pembagian jumlah produksi sebesar 90 kg dengan jumlah bahan baku

Hasil penelitian menunjukkan kontribusi pendapatan dari kopi di kabupaten Bener Meriah sebesar 49,06 % dan kabupaten Aceh Tengah sebesar 53,31 % terhadap total pendapatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran KBQ Baburrayyan dalam pemberdayaan petani kopi Gayo di Desa Wih Nareh Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah telah berjalan cukup baik