• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SENAM MULUT (MOUTH TRAINING) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUCAPKAN HURUF KONSONAN B PADA SISWA TUNARUNGU DI SLBN A CITEUREUP CIMAHI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN SENAM MULUT (MOUTH TRAINING) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUCAPKAN HURUF KONSONAN B PADA SISWA TUNARUNGU DI SLBN A CITEUREUP CIMAHI."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN SENAM MULUT (MOUTH TRAINING) DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUCAPKAN HURUF KONSONAN B PADA SISWA TUNARUNGU DI SLBN A CITEUREUP CIMAHI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Khusus

Oleh:

Astri Mega Anggraeni 1006567

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN SENAM MULUT (MOUTH TRAINING) DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUCAPKAN HURUF KONSONAN B PADA SISWA TUNARUNGU DI SLBN A CITEUREUP CIMAHI

Oleh:

Astri Mega Anggraeni

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Khusus

© Astri Mega Anggraeni 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

ASTRI MEGA ANGGRAENI 1006567

PENERAPAN SENAM MULUT (MOUTH TRAINING) DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUCAPKAN HURUF KONSONAN B PADA SISWA TUNARUNGU DI SLBN A CITEUREUP CIMAHI

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I

Drs. Sunaryo, M.Pd. NIP. 19560722 198503 1 001

Pembimbing II

Drs. Endang Rusyani, M.Pd. NIP. 19570510 198503 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

vi

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian... 5

2. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II PEMBELAJARAN PENGUCAPAN HURUF KONSONAN B hjgjjhjhjiaMELALUI SENAM MULUT PADA SISWA TUNARUNGU A. Deskripsi Teori ... 8

1. Konsep Dasar Tunarungu ... 8

2. Konsep Dasar Artikulasi/Pengucapan ... 11

3. Klasifikasi Bunyi Konsonan ... 13

4. Kesalahan Ucap (Dyslalia) ... 18

5. Senam Mulut (Mouth Training) ... 19

B. Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 21

(5)

vii

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian ... 25

1. Variabel Bebas ... 25

2. Variabel Terikat ... 26

B. Metode Penelitian ... 26

C. Subjek dan Lokasi Penelitian... 28

1. Subjek Penelitian ... 28

2. Lokasi Penelitian ... 29

D. Instrumen Penelitian ... 29

1. Membuat Kisi-Kisi Soal ... 29

2. Pembuatan Butir Soal ... 30

3. Menentukan Kriteria Penilaian Butir Soal ... 30

4. Validitas Instrumen ... 33

5. Reliabilitas Instrumen ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

1. Hasil Baseline-1 (A-1) ... 40

2. Hasil Intervensi (B) ... 41

3. Hasil Baseline-2 (A-2) ... 43

B. Analisis Data ... 45

1. Analisis dalam Kondisi ... 45

2. Analisis Antar Kondisi ... 58

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 68

B. Saran ... 69

(6)

viii

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN ... 72

RIWAYAT HIDUP PENULIS DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Klasifikasi Ketunarunguan Menurut Davis ... 10

Tabel 2.2 Bunyi-Bunyi Bahasa Indonesia... 14

Tabel 3.1 Kriteria Penelitian Mengucapkan Huruf Konsonan B yang Berada pada Suku Kata ... 31

Tabel 3.2 Kriteria Penelitian Mengucapkan Huruf Konsonan B yang Berada di Awal Kata ... 31

Tabel 3.3 Kriteria Penelitian Mengucapkan Huruf Konsonan B yang Berada di Tengah Kata ... 32

Tabel 3.4 Kriteria Penelitian Mengucapkan Huruf Konsonan B yang Berada di Akhir Kata ... 32

Tabel 3.5 Daftar Penilai Ahli Expert-Judgemet Instrumen... 33

Tabel 4.1 Data Baseline-1 (A-1) ... 40

Tabel 4.2 Data Intervensi (B) ... 42

Tabel 4.3 Data Baseline-2 (A-2) ... 43

Tabel 4.4 Rekapitulasi Perkembangan... 44

Tabel 4.5 Data Panjang Kondisi ... 46

Tabel 4.6 Data Estimasi Kecenderungan Arah ... 48

Tabel 4.7 Banyaknya Data yang Berada dalam Rentang pada Kondisi Baseline-1 (A-1) ... 50

Tabel 4.8 Banyaknya Data yang Berada dalam Rentang pada Kondisi Intervensi (B) ... 52

Tabel 4.9 Banyaknya Data yang Berada dalam Rentang pada Kondisi Baseline-2 (A-2) ... 53

Tabel 4.10 Kecenderungan Stabilitas dalam Kondisi Desain A-B-A ... 54

Tabel 4.11 Jejak Data ... 54

Tabel 4.12 Level Stabilitas dan Rentang ... 55

(7)

ix

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi ... 56

Tabel 4.15 Data Jumlah Variabel yang Diubah ... 58

Tabel 4.16 Data Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya ... 58

Tabel 4.17 Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 59

Tabel 4.18 Data Perubahan Level... 60

Tabel 4.19 Data Persentase Overlap ... 62

(8)

x

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Kondisi Baseline-1 (A-1)... 41

Grafik 4.2 Kondisi Intervensi (B) ... 42

Grafik 4.3 Kondisi Baseline-2 (A-2)... 43

Grafik 4.4 Rekapitulasi Perkembangan ... 45

Grafik 4.5 Kecenderungan Arah pada Kondisi Baseline-1 (A-1), Intervensi (B), Baseline-2 (A-2) ... 47

Grafik 4.6 Kecenderungan Stabilitas Kondisi Baseline-1 (A-1) ... 50

Grafik 4.7 Kecenderungan Stabilitas Kondisi Intervensi (B) ... 51

Grafik 4.8 Kecenderungan Stabilitas Kondisi Baseline-2 (A-2) ... 53

Grafik 4.9 Data Overlap Kondisi Baseline-1 (A-1) ke Intervensi (B) ... 61

Grafik 4.10 Data Overlap Kondisi Intervensi (B) ke Baseline-2 (A-2) ... 62

(9)

xi

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 72

Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 79

Lampiran 3. Intrumen Penelitian ... 80

Lampiran 4. Expert Judgement ... 83

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 104

Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 106

Lampiran 7. Program Pembelajaran ... 110

Lampiran 8. Jadwal Penelitian ... 116

Lampiran 9. Jadwal Bimbingan ... 117

Lampiran 10. Hasil Penelitian ... 119

(10)

ii

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENERAPAN SENAM MULUT (MOUTH TRAINING) DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUCAPKAN HURUF KONSONAN B PADA SISWA TUNARUNGU DI SLBN A CITEUREUP CIMAHI

ASTRI MEGA ANGGRAENI (1006567)

Bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan individu untuk saling menyampaikan dan menerima pesan. Pesan yang dimaksud akan sampai jika bahasa tersebut digunakan dengan baik dan benar. Namun, berbeda dengan siswa tunarungu yang mengalami kesulitan dalam mengucapkan huruf konsonan B, sehingga berdampak pada pesan yang ingin disampaikan menjadi sulit ditangkap oleh lawan bicaranya. Modalitas utama dalam meningkatkan kemampuan bahasa dan komunikasi ialah dengan melalui pembelajaran artikulasi. Salah satu pembelajaran yang diasumsikan dapat meningkatkan kemampuan artikulasi bicara adalah latihan senam mulut, yaitu salah satu cara latihan artikulasi yang berfungsi untuk melatih mulut, lidah, rahang, dan rongga mulut dalam pengucapan huruf, kata, dan kalimat. Latihan senam mulut adalah latihan artikulasi yang dapat membantu meningkatkan kemampuan melafalkan, mengucapkan huruf dengan baik, dan mempraktikan bunyi-bunyi tertentu. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan senam mulut dalam meningkatkan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada siswa tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi. Metode penelitian yang digunakan adalah Single Subject Research (SSR) dengan desain penelitian A-B-A. Bersadarkan hasil penelitian, diperoleh mean

level baseline-1 sebesar (A-1) 27,78%, mean level intervensi (B) sebesar 52,46%, dan mean level baseline-2 sebesar (A-2) 79,63%. Dapat disimpulkan bahwa melalui latihan

senam mulut dapat meningkatkan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada siswa tunarungu (NP). Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pendidik dalam memberikan latihan artikulasi pada siswa tunarungu untuk meningkatkan kemampuan artikulasi bicaranya.

(11)

iii

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE APPLICATION OF MOUTH TRAINING TECHNIQUE IN IMPROVING THE ABILITY OF PRONOUNCING B LETTER ON DEAF

STUDENTS AT SLBN A CITEUREUP CIMAHI

ASTRI MEGA ANGGRAENI (1006567)

Language is a means of communication which can be used by individual to deliver and receive messages. Such messages can be delivered if we use the language properly. Nevertheless, for deaf students, they have difficulties in pronouncing B letter, so, it causes the messages that they deliver can not be understood by the receiver. Main modality in improving language ability and communication is by learning articulation. One of the techniques which can improve articulation is mouth training technique, namely, one of the articulation exercises which have function in training mouth, tongue, jaws, and mouth cavity in pronouncing letters, words, and sentences. Mouth training is articulation training which can improves the ability of pronouncing letters properly, and practicing certain sounds. This study is aimed to know the effect of mouth training in improving the ability of pronouncing B letter on deaf students at SLBN A Citereup Cimahi. The study method which is used is Single Subject Research level baseline-1 about (A-1) 27,78% mean level intervention (B) around 52,46%, and mean level baseline-2 about (A-2) 79,63%. It can be concluded that mouth training can improves the ability of pronouncing B letter on deaf students (NP). It is hoped that this study result can be made as a consideration for educators in giving articulation practice for deaf students in improving their speaking articulation.

(12)

1

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak tunarungu pada prinsipnya mengalami hambatan dalam pendengaran dan berkomunikasi secara verbal. Maka dari itu, anak tunarungu lebih banyak melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa nonverbal, menggunakan isyarat, ekspresi wajah, dan lainnya. Tetapi melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa nonverbal masih dirasakan kurang efektif, hal tersebut terlihat ketika seorang tunarungu berada di sekeliling orang normal yang tidak memahami isyarat sehingga mereka kesulitan dalam berkomunikasi.

Secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak-anak pada umumnya, sebab orang akan mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada saat berbicara. Mereka berbicara tanpa suara atau dengan suara yang kurang atau tidak jelas artikulasinya. Sadja’ah (2003, hlm. 60) menjelaskan bahwa “artikulasi adalah ujaran atau ucapan yang benar menurut pembentukkan ucapan setiap bunyi bahasa untuk membentuk kata-kata.”

Artikulasi atau ucapan merupakan kecakapan yang sangat penting dalam berkomunikasi, baik dalam pendidikan maupun kehidupan sehari-hari. Saat berkomunikasi dibutuhkan bahasa yang diucapkan dengan artikulasi secara tepat dan jelas. Namun, ketepatan dan kejelasan artikulasi ini merupakan hal yang sangat sulit bagi anak tunarungu. Singgih (dalam Sadja’ah, 2013, hlm. 109) mengungkapkan bahwa “karena anak tunarungu tidak mendengar dengan sempurna, maka ia tidak dapat meniru bunyi-bunyi dengan sempurna pula.”

(13)

2

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D2 yang mengalami kesalahan pengucapan yang berupa dyslalia umum atau multiple, yaitu terjadi apabila vokal atau konsonan dalam pengucapan selalu salah. Siswa tunarungu ini selalu salah dalam pengucapan huruf konsonan B, padahal huruf konsonan B adalah huruf konsonan yang lebih mudah diucapkan dibandingkan huruf konsonan yang lainnya. Siswa ini selalu salah dalam pengucapan huruf konsoan B dan menggantinya dengan huruf konsonan P, misalnya “bapa” menjadi “papa”, “mobil” menjadi “mopil”. Kesulitan pengucapan yang di alami siswa ini diduga karena siswa belum mengerti cara pengucapan huruf konsonan B dan dasar pola pengucapannya dengan tepat.

Seiring pengucapan konsonan B yang masih kurang tepat, pesan yang ingin disampaikan siswa tersebut ketika berkomunikasi menjadi sulit ditangkap oleh lawan bicaranya. Walaupun hanya hambatan pada satu atau beberapa huruf saja, permasalahan ini apabila diabaikan tanpa penanganan secara khusus akan sangat berpengaruh besar pada aspek komunikasi anak tunarungu di lingkungan sosialnya, yang mana komunikasi anak tunarungu akan terhambat bahkan terputus dan pada akhirnya terisolasi. Tak dapat dipungkiri keadaan ini sangat berpengaruh pada masa depan anak tunarungu itu sendiri.

Berdasarkan temuan tersebut tentunya harus ada upaya agar siswa tunarungu memiliki kemampuan artikulasi yang baik. Baik huruf vokal maupun konsonan, karena itu akan bermanfaat saat anak berbicara dengan lawan bicaranya. Pesan yang

dimaksud akan sampai apabila pengucapan setiap vokal dan konsonan dalam rangkaian kata/kalimat cukup jelas diucapkan.

Oleh sebab itu, perlu adanya upaya dalam mengembangkan kemampuan berbicara anak tunarungu dengan melakukan rangkaian latihan artikulasi dengan tepat dan berkesinambungan agar proses komunikasinya tidak semakin terhambat. Salah satu cara latihan yang dapat dilakukan dalam latihan artikulasi adalah senam mulut (mouth training).

(14)

3

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

huruf, kata, dan kalimat. Latihan senam mulut adalah latihan artikulasi yang dapat membantu meningkatkan kemampuan melafalkan, mengucapkan huruf dengan baik, dan mempraktikan bunyi-bunyi tertentu. Beberapa cara melakukan latihan senam mulut dengan cara menggerakkan bibir memoncong ke depan, menggerakkan bibir ke kanan dan ke kiri, serta ke atas dan ke bawah. Senam mulut ini di asumsikan sangat cocok dan baik dalam melatih kemampuan pengucapan/artikulasi huruf konsonan B yang menjadi hambatan pada subjek penelitian ini. Untuk mengucapkan satu huruf saja anak tunarungu memerlukan latihan yang intensif dan berkelanjutan. Maka dari itu, di berikannya latihan senam mulut ini diharapkan subjek dapat berbicara dengan artikulasi yang baik, perangkat alat bicara terkondisi untuk membentuk pola bunyi yang benar dan dapat dipahami, khususnya huruf konsonan B. Dengan meningkatnya kemampuan anak tunarungu dalam pengucapan huruf konsonan B akan semakin memperlancar proses komunikasi antara anak tunarungu dengan lawan bicaranya.

Hal tersebutlah yang melatarbelakangi penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Senam Mulut (Mouth Training) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat di identifikasi beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B, di antaranya sebagai berikut :

1. Kesiapan Psikis

(15)

4

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Kemauan anak untuk meniru gerakan bibir

d. Keakraban sangat penting dalam pembelajaran bicara apabila ditambah dengan adanya hasrat meniru gerakan mulut guru artikulasi. Hal ini sangat memudahkan jalannya pelaksanaan pembelajaran artikulasi.

2. Pembelajaran Artikulasi

Pelaksanaan pembelajaran artikulasi dilakukan secara individual. Waktu yang digunakan untuk tiap anak paling lama adalah 20 menit. Bagi anak tunarungu, pembelajaran artikulasi ini sangat melelahkan. Demikian juga bagi guru, karena banyaknya otot-otot yang turut bekerja keras, misalnya otot-otot organ bicara, otot-otot muka, otot penglihatan, dan sebagainya. Untuk kelancaran pembelajaran artikulasi ini, dituntut adanya kesabaran dan dedikasi yang tinggi dari guru artikulasi.

3. Sarana dan Prasarana

Ruangan kelas kondusif dengan peralatan fisik yang harus tersedia yaitu meja kursi yang nyaman

4. Kelengkapan Pembelajaran Artikulasi

Alat yang dapat digunakan untuk latihan arikulasi diantaranya adalah: a. Benda asli atau tiruan

b. Flash card atau kartu kata

c. Spatel ; untuk pembetulan posisi lidah dan lainnya. Alat yang baik terbuat dari plastic

d. Bola pingpong ; untuk membantu anak membuat suara e. Balon karet ; sebagai alat resonator gerakan

(16)

5

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Dan lain-lain yang sesuai dengan keperluan, misalnya kertas tipis,

tissue, dan sebagainya.

5. Latihan-latihan yang dilakukan disekolah, diantaranya : Latihan senam mulut (mouth training), yang di dalamnya terdapat latihan gerak bibir (lip

training), latihan gerakan rahang, latihan gerakan lidah, latihan mimik

wajah, dan latihan pernapasan 6. Kedisiplinan antara guru dan siswa

Kedisiplinan pada guru dan siswa sangat berpengaruh dalam kelangsungan belajar artikulasi. Misalnya dalam hal ketepatan dan efisiensi waktu, juga bentuk reward dan punishment yang tepat

C. Batasan Masalah

Mengingat terlalu luasnya permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini dibatasi pada latihan senam mulut (mouth training) untuk meningkatkan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada siswa tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi.

D. Rumusan masalah

Rumusan masalah dimaksudkan agar penelitian yang dilakukan memiliki arah yang tepat dan jelas. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka secara umum rumusan permasalahan penelitian ini adalah “Apakah penerapan senam mulut (mouth training) dapat meningkatkan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada siswa tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi?”

(17)

6

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan senam mulut (mouth training) untuk meningkatkan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada siswa tunarungu.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui kemampuan awal mengucapkan huruf konsonan B pada siswa tunarungu sebelum diberikan senam mulut (mouth training) b. Mengetahui kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada siswa

tunarungu setelah diberikan senam mulut (mouth training)

c. Mengetahui kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada siswa tunarungu dengan menggunakan seman mulut (mouth training)

d. Meningkatkan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada siswa tunarungu dengan diberikan senam mulut (mouth training) e. Meningkatkan kemampuan oral siswa tunarungu dengan senam mulut

(mouth training)

2. Kegunaan Penelitian

Secara umum manfaat penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran dari penerapan senam mulut (mouth training) dalam meningkatkan kemampuan artikulasi siswa tunarungu, khususnya pengucapkan huruf konsonan B pada siswa tunarungu, serta diharapkan dapat memudahkan proses pembelajaran.

Secara khusus, manfaatnya yaitu: a. Bagi Penulis

Sebagai bahan kajian, diskusi ilmiah mahasiswa untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman mengenai penerapan senam mulut (mouth training) untuk meningkatkan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada siswa tunarungu.

(18)

7

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penerapan ini diharapkan dapat meningkatkan artikulasi/kemampuan siswa dalam mengucapkan huruf konsonan B, sehingga lawan bicaranya akan mengerti dan dapat menerima pesan apa yang ia sampaikan.

c. Bagi Guru

Diharapkan dapat membantu dan menambah wawasan, pemahaman dan pengalaman dalam usaha mengembangkan/mengoptimalkan metode pembelajaran pada siswa tunarungu.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

(19)

25

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan sebagai atribut dalam penelitian berupa benda atau kejadian yang dapat diamati dan dapat di ukur perubahannya. Sesuai pernyataan yang dikemukakan oleh Sunanto, dkk (2006, hlm. 12) yang mengatakan bahwa “variabel merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang dapat berbentuk benda atau kejadian yang dapat diamati”. Variabel terbagi menjadi dua yakni variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).

Jika melihat judul penelitian “Penerapan Senam Mulut (Mouth Training) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi”, maka terdapat dua variabel, yaitu ;

1. Variabel Bebas

(20)

26

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Variabel Terikat

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.” (Sugiyono, 2009, hlm. 61). Dalam penelitian ini, variabel terikatnya yaitu kemampuan mengucapkan huruf konsonan B. Kemampuan mengucapkan atau artikulasi adalah gerakan-gerakan otot bicara yang digunakan untuk mengucapkan lambang-lambang bunyi bahasa yang sesuai dengan pola-pola yang standar sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Huruf konsonan B adalah konsonan bilabial yang bunyi bahasanya dihasilkan antara bibir atas dan bibir bawah. Artikulasi huruf konsonan B siswa tunarunggu tidak begitu baik sehingga peneliti mencoba untuk melatihnya. Dalam latihan meningkatkan pengucapan huruf konsonan B dengan menggunakan senam mulut (mouth training) dapat diukur dengan tes perbuatan.

B. Metode Penelitian

Sugiyono mengemukakan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode Penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data untuk memperoleh pengetahuan atau pemecahan suatu permasalahan yang dihadapi, yang dilakukan secara ilmiah, sistematis, dan logis. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain Single Subject Research (SSR) / subjek tunggal.

(21)

27

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan Single Subject Rerearch (SSR) karena yang diteliti adalah subjek tunggal. Metode SSR ini yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan yang diberikan pada satu subyek. Peneliti bermaksud memperoleh data mengenai penerapan senam mulut untuk meningkatkan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B siswa Tunarungu.

Penelitian ini menggunakan desain A-B-A. Desain A-B-A memberikan suatu hubungan sebab akibat diantaranya variabel terikat dengan variabel bebas. Desain A-B-A terdapat tiga tahapan antara lain: Baseline-1 (A-1), Intervensi (B), Baseline-2 (A-2). Menurut Sunanto, dkk (2006, hlm. 44) “Desain A-B-A ini menujukan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas yang lebih kuat dibandingkan dengan desain A-B.”

Baseline-1 (A-1) dalam penelitian ini yakni kemampuan dasar. Dalam hal ini

kemampuan awal subjek dalam mengucapkan huruf konsonan B. Subjek diamati, sehingga dalam kondisi kemampuan awal subjek tersebut dapat diambil datanya dengan tidak ada rekayasa. Pengamatan dan pengambilan data tersebut dilakukan secara berulang tanpa diberikan perlakuan apapun untuk memastikan data yang sudah didapat dan melihat kemampuan subjek dalam mengucapkan huruf konsonan B.

B (perlakuan atau intervensi) yang diberikan berupa pemberian latihan senam mulut. Kegiatan ini dilakukan dengan periode waktu 30 menit per sesi dan dilakukan secara berkesinambungan.

(22)

28

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Target Behavior Baseline (A-1) Intervensi (B) Baseline (A-2)

Sesi Grafik 3.1 Desain A-B-A Keterangan :

A-1 = Baseline-1 merupakan kemampuan dasar. Pengukuran target behavior dilakuakan pada keadaan natural sebelum diberikan intervensi untuk melihat kemampuan subjek. Dalam penelitian ini kemampuan yang dilihat adalah pengucapan huruf konsonan B. B = Intervensi adalah perlakuan yang diberikan kepada subjek untuk

meningkatkan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B yaitu dengan latihan senam mulut.

A-2 = Baseline-2 adalah pengamatan yang dilakukan tanpa adanya intervensi yang berguna sebagai evaluasi untuk melihat seberapa jauh perkembangan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada subjek setelah dilakukan intervensi.

C. Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian 1. Subjek penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subjek siswa tunarungu kelas D2 SDLB di SLBN A Citeureup Cimahi.

Nama : NP

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

(23)

29

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tempat, Tanggal Lahir : Cimahi, 20 Oktober 2004

Alamat : Cimahi Utara

Subjek penelitian ini dipilih berdasarkan rekomendasi pihak sekolah dan berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama observasi.

Subjek dipilih karena siswa kelas 2 SDLB di SLBN A Citeureup Cimahi ini mengalami hambatan dalam artikulasinya, yaitu dalam mengucapkan huruf konsonan B yang seringkali ia membunyikannya seperti hururf M atau P.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian tidak akan terlepas dari tempat penelitian dimana terdapat masalah yang menjadi latar penelitian yang dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan di SLBN A Citeureup Kota Cimahi, yang beralamat di jalan Sukarasa No. 40 Kota Cimahi. Telp/fax 022-6649170, Kode Pos: 40512 Web: www.slbnacimahi.net, E-mail: info@slbnacimahi.net.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah “alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah” (Suharsimi, 2002, hlm. 136).

Peneliti membuat beberapa langkah untuk mempermudah dalam mencapai tujuan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Membuat Kisi-Kisi Soal

(24)

30

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada siswa tunarungu yaitu:

a. Mengucapkan huruf konsonan B pada suku kata

b. Mengucapkan huruf konsonan B yang berada di awal kata c. Mengucapkan huruf konsonan B yang berada di tengah kata d. Mengucapkan huruf konsonan B yang berada di akhir kata

2. Pembuatan Butir Soal

Butir soal dibuat berdasarkan indikator yang dibuat pada kisi-kisi instrumen penelitian. Jumlah soal keseluruhan sebanyak 18 buah, terbagi dalam empat indikator, yaitu, 1) lima soal untuk mengetahui kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada suku kata, 2) lima soal untuk mengetahui kemampuan mengucapkan huruf konsonan B yang berada di awal kata, 3) lima soal untuk mengetahui kemampuan mengucapkan huruf konsonan B yang berada di tengah kata, dan 4) tiga soal untuk mengetahui kemampuan mengucapkan huruf konsonan B yang berada di akhir kata.

Soal tes berupa tes perbuatan (mengucapkan) dan dijadikan alat ukur untuk mengetahui kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada siswa tunarungu baik sebelum diberikan intervensi maupun setelah diberikan intervensi. Dengan demikian akan diketahui seberapa besar pengaruh senam mulut dalam meningkatkan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada siswa tunarungu.

(25)

31

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kriteria penilaian dibuat untuk menetapkan skor atau nilai hasil belajar, sehingga dapat diketahui oleh peneliti seberapa besar hasil yang dicapai oleh subjek penelitian. Kriteria penelitiannya adalah sebagai berikut :

a. Kriteria penilaian mengucapkan huruf konsonan B pada suku kata Tabel 3.1

Kriteria Penelitian Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Suku Kata

Aspek Kemampuan Skor

Siswa mampu mengucapkan huruf konsonan B pada

suku kata tanpa bantuan guru 3

Siswa mampu mengucapkan huruf konsonan B pada

suku kata dengan sedikit bantuan guru 2 Siswa mampu mengucapkan huruf konsonan B pada

suku kata dengan banyak bantuan guru 1 Siswa tidak mampu mengucapkan huruf konsonan B

pada suku kata 0

b. Kriteria penilaian mengucapkan huruf konsonan B yang berada di awal kata

(26)

32

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kriteria Penelitian Mengucapkan Huruf Konsonan B yang Berada di Awal Kata

Aspek Kemampuan Skor

Siswa mampu mengucapkan huruf konsonan B yang

berada di awal kata tanpa bantuan guru 3 Siswa mampu mengucapkan huruf konsonan B yang

berada di awal kata dengan sedikit bantuan guru 2 Siswa mampu mengucapkan huruf konsonan B yang

berada di awal kata dengan banyak bantuan guru 1 Siswa tidak mampu mengucapkan huruf konsonan B

yang berada di awal kata 0

c. Kriteria penilaian mengucapkan huruf konsonan B yang berada di tengah kata

Tabel 3.3

Kriteria Penelitian Mengucapkan Huruf Konsonan B yang Berada di Tengah Kata

Aspek Kemampuan Skor

Siswa mampu mengucapkan huruf konsonan B yang

berada di tengah kata tanpa bantuan guru 3 Siswa mampu mengucapkan huruf konsonan B yang

berada di tengah kata dengan sedikit bantuan guru 2 Siswa mampu mengucapkan huruf konsonan B yang

berada di tengah kata dengan banyak bantuan guru 1 Siswa tidak mampu mengucapkan huruf konsonan B

(27)

33

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Kriteria penilaian mengucapkan huruf konsonan B yang berada di akhir kata

Tabel 3.4

Kriteria Penelitian Mengucapkan Huruf Konsonan B yang Berada di Akhir Kata

Aspek Kemampuan Skor

Siswa mampu mengucapkan huruf konsonan B yang

berada di akhir kata tanpa bantuan guru 3 Siswa mampu mengucapkan huruf konsonan B yang

berada di akhir kata dengan sedikit bantuan guru 2 Siswa mampu mengucapkan huruf konsonan B yang

berada di akhir kata dengan banyak bantuan guru 1 Siswa tidak mampu mengucapkan huruf konsonan B

yang berada di akhir kata 0

4. Validitas Instrumen

Instrumen soal yang telah dibuat kemudian diuji validitasnya dengan uji validitas isi berupa expert-judgement dengan teknik penilaian para ahli. Uji validitas bertujuan untuk mencari kesesuaian antara alat pengukuran dengan tujuan pengukuran, atau ada kesesuaian antara pengukuran dengan apa yang hendak diukur. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 125) “dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli”.

Uji validitas dilakukan dengan cara menyusun butir soal tes sebanyak 18 butir soal, kemudian diminta penilaian (judgement) kepada tiga orang ahli. Berikut daftar penilai ahli Expert-Judgemet instrumen:

Tabel 3.5

(28)

34

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Nama Jabatan

1. Dr. Hj. Tati Hernawati, M.Pd. Dosen Pendidikan Khusus 2. Dra. Mia Jamilah Guru SLBN A Citeureup 3. Budiwati S.Pd. Guru SLBN A Citeureup

Perhitungan kecocokan terhadap validitas isi dilakukan dengan menghitung besarnya presentase pada pernyataan cocok, yaitu “presentase kecocokan suatu butir dengan tujuan/indikator“ berdasarkan penilaian guru/dosen atau ahli, Noer (1987, hlm. 112) dalam Susetyo (2011, hlm. 92). Butir tes dinyatakan valid jika kecocokannya dengan indikator mencapai lebih dari 50% dengan rumus hitungan validitas sebagai berikut:

Keterangan : P = persentase

F = jumlah cocok menurut penilai N = jumlah penilai ahli

Berdasarkan hasil hitungan uji validitas instrumen di atas yang dinilai oleh penilai ahli dapat dikatakan bahwasannya instrumen penelitian yang peneliti buat adalah valid 100%. Maka, instrumen tersebut dapat dikatakan layak untuk digunakan di lapangan untuk keperluan penelitian. Hitungan lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran.

5. Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang layak diujicobakan adalah instrumen yang telah dinyatakan valid oleh beberapa ahli, selanjutnya untuk menguji kelayakan dari instrumen yang di buat maka langkah selanjutnya setelah uji validitas adalah uji reliabilitas, hal ini dilakukan untuk mengetahui bahwa instrumen yang

(29)

35

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dibuat itu reliabel atau dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

Suatu perangkat ukur yang dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relatif sama jika dilakukan pengetesan secara berulang-ulang dan alat ukur yang demikian dinamakan dengan reliabel. Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, jika hasilnya berubah-ubah maka perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

Pengujian reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan cara mencobakan instrumen sebanyak satu kali pengukuran. Susetyo (2011, hlm. 109) menyatakan “reliabilitas konsistensi internal didasarkan pada skor yang diperoleh dari satu perangkat tes dan sekali pengukuran pada peserta tes”. Adapun rumus hitungan pengujian reliabilitas instrumen yang peneliti pilih adalah koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Arikunto (2002, hlm. 171) menyatakan bahwa “rumus aplha digunakan untuk mecari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0”.

Berikut adalah rumus Aplha Cronbach:

= ( ) ( 1 - )

Keterangan :

= reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = jumlah varians butir

(30)

36

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji reliabilitas instrumen ini peneliti lakukan pada 6 orang siswa tunarungu di SLBN Trituna, dan dilakukan hanya satu kali pengetesan. Adapun hasil uji reliabilitas pada instrumen penelitian dengan materi mengucapkan huruf konsonan B mendapatkan hasil hitungan 0,948, setelah dihitung secara keseluruhan dengan rumus alpha Cronbach yang melibatkan pula dihitungnya varians per butir soal dan selanjutnya dihitung varians totalnya. Hitungan lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada masing-masing instrumen tersebut, memiliki kenyataan kriteria penafsiran skor sangat tinggi. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Arikunto (2002, hlm. 276) bahwasannya keterangan kriteria penafsiran dari skor hasli uji reliabilitas sebagai berikut:

0,800 – 1,000 : sangat timggi 0,600 – 0,800 : tinggi

0,400 – 0,600 : cukup 0,200 – 0,400 : rendah

0,000 – 0,200 : sangat rendah

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes. Menurut Arikunto (2002, hlm. 150) “tes adalah serentetan pertanyaan dalam latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan yang dimiliki kelompok atau individu.”

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes perbuatan. Tes diberikan pada saat sebelum diberikan intervensi, pada saat diberikan intervensi, dan juga setelah diberikan intervensi. Instrumen soal dibuat oleh peneliti sendiri sesuai dengan kisi-kisi yang dibuat dan dikembangkan peneliti untuk pembelajaran artikulasi/speech

therapy kelas D2. Tes tersebut merupakan pengukuran kemampuan siswa dalam

(31)

37

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

intervensi merupakan soal yang sama untuk mengetahui gambaran secara jelas pengaruh intervensi yang dilakukan pada subjek penelitian ini.

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan persentase. Persentase merupakan satuan pengukuran yang sering digunakan oleh para peneliti dan guru untuk mengukur perilaku dalam bidang akedemik maupun sosial. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan persentase, sedangkan datanya dianalisis dengan menggunakan grafik garis sederhana (type simple line graph) dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi, adakah peningkatan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B setelah diberikan perlakuan tertentu dalam jangka waktu tertentu dengan penerapan senam mulut. Sedangkan datanya dijabarkan dalam bentuk grafik atau diagram.

”Pada penelitian Subject Single Research, grafik memegang peranan yang

utama dalam proses analisis.” (Sunanto, dkk. 2006, hlm. 30). Pembuatan grafik memiliki dua tujuan utama yaitu, (1) untuk membatu mengorganisasi data sepanjang proses pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi, dan (2) untuk memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior yang akan membatu dalam proses menganalisis hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Proses analisis dengan visual grafik pada penelitian ini diharapkan dapat lebih memperjelas gambaran stabilitas perkembangan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B siswa tunarungu melalui senam mulut.

Menurut Sunanto (2006, hlm. 30) terdapat beberapa komponen penting dalam grafik antara lain sebagai berikut:

(32)

38

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya persen) c. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y

sebagai titik awal skala

d. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%)

e. Lebel Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperiman, misalnya baseline atau intervensi.

f. Garis Perubahan Kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya,

g. Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Langkah-langkah dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

a. Menghitung hasil pengukuran data pada fase baseline-1 dari subjek pada setiap sesinya.

b. Menghitung hasil pengukuran data pada fase intervensi dari subjek pada setiap sesinya.

c. Menghitung hasil pengukuran data pada fase baseline-2 dari subjek pada setiap sesinya.

d. Membuat tabel perhitungan hasil fase baseline, fase intervensi pada subjek setiap sesinya.

e. Menjumlahkan semua hasil yang diperoleh pada fase baseline-1, fase intervensi dan fase baseline-2 pada subjek setiap sesinya.

f. Membandingkan hasil pada fase baseline-1, fase intervensi dan pada fase

baseline-2 dari subjek.

(33)

39

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

h. Adapun grafik perkembangan yang digunakan dalam mengolah data yaitu gambar grafik desain A-B-A.

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum penarikan kesimpulan. Sunanto (2006, hlm. 68-73) menerangkan bahwa dalam analisis data terdapat analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi, yaitu sebagai berikut :

a. Analisis dalam kondisi 1) Panjang kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi tersebut. Banyaknya data dalam suatu kondisi juga menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada kondisi tersebut. Panjang kondisi atau banyaknya data dalam kondisi baseline tidak ada ketentuan yang pasti. Namun demikian, data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai data menunjukan stabilitas dan arah yang jelas.

2) Kecenderungan arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan dibawah garis tersebut sama banyak.

3) Tingkat stabilitas (level stability)

Tingkat stabilitas menunjukan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Adapun tingkat stabilitas data ini dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean. Jika sebanyak 50% atau lebih data berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean, maka data tersebut dapat dikatakan stabil.

4) Tingkat perubahan

(34)

40

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5) Jejak data (data path)

Jejak data merupakan perubahandari data satu ke data lain dalam suatu kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu menaik, menurun dan mendatar.

6) Rentang

Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir. Rentang ini memberikan informasi sebagaimana yang diberikan pada analisis tentang tingkat perubahan (level change).

b. Analisis antarkondisi 1) Variabel yang di ubah

Analisis data antarkondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Artinya analisis ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran.

2) Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Analisis data antar kondisi, perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukan makna perubahan perilaku sasaran (target behavior) yang disebabkan oleh intervensi. 3) Perubahan level data

Perubahan level data menunjukan seberapa besar data berubah. Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu tingkat (level) perubahan data antar kondisi ditunjukan selisih antara data terakhir pada kondisi

(35)

68

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh latihan senam mulut terhadap kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada siswa tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu

baseline-1 (A-1) terdiri dari 4 sesi, intervensi (B) terdiri dari 6 sesi, dan baseline-2

(A-2) terdiri dari 4 sesi.

Kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada subjek (NP) sebelum dilakukan intervensi sangat rendah, maka dilakukanlah intervensi untuk meningkatkan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada subjek (NP) dengan menggunakan latihan senam mulut. Setelah dilakukan intervensi, kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada subjek (NP) mengalami peningkatan yaitu huruf konsonan B yang berada pada suku kata, di awal kata, di tengah kata, dan di akhir kata.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data keseluruhan, dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui latihan senam mulut dapat meningkatkan kemampuan artikulasi, khususnya mengucapkan huruf konsonan B pada siswa tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi. Peningkatan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B subjek (NP) dalam penelitian ini dibuktikan dengan adanya peningkatan mean level pada fase baseline-1 (A-1) sebesar 27,78%, mean level pada fase intervensi (B) yaitu sebesar 52,46%, dan mean level fase baseline-2 (A-2) sebesar 79,63%.

(36)

69

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah diungkapkan, maka terdapat beberapa hal yang perlu peneliti sampaikan sebagai suatu saran/masukan dalam pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Guru/Sekolah

Mengacu pada keberhasilan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan latihan senam mulut untuk meningkatkan kemampuan mengucapkan huruf konsonan B pada subjek (NP), maka peneliti merekomendasikan agar latihan senam mulut digunakan sebagai salah satu metode latihan di kelas, khususnya dalam pembelajaran artikulasi.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

(37)

70

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Cafe Berita. (2012). 6 tips senam bibir. [Online]. Diakses dari

http:www.cafeberita.comkesehatankesehatan-tubuh201208126-tips-senam-bibir9527.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1995). Mengajar dan berbicara

dengan anak tunarungu. Jakarta: Depdikbud.

Hurlock, B. E. (1978). Perkembangan anak. Jakarta : Erlangga.

Indriati, E. (2011). Kesulitan bicara dan bahasa pada anak. Jakarta: Prenada. Purwanto. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Rumaisho, R. (2008). Belajar artikulasi. [Online]. Diakses dari

http://rozarumaisho.wordpress.com/2008/02/01/belajar-artikulasi/.

Sadja’ah, E. (2003a). Layanan dan latihan artikulasi bagi anak tunarungu. Bandung: San Grafika.

Sadja’ah, E. (2005b). Gangguan bicara bahasa. Bandung: San Grafika.

Sadja’ah, E. (2013c). Bina Bicara Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: PT. Refika Aditama.

Septi, A. (2011). Cara melatih dan memperbaiki kesalahan pengucapan konsonan

bilabial dan dental. [Online]. Diakses dari

http://anindyasepti.blogspot.com/2011/09/cara-melatih-dan-memperbaiki-kesalahan.html.

Setiyoso, H. (2009). Pengajaran bina wicara untuk meningkatkan kemampuan

berbahasa lisan di bidang bahasa Indonesia bagi anak tuna rungu wicara kelas D5 SLB ABCD YSD Polokarto tahun ajaran 2008/2009. (Skripsi).

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Somad, P. & Hernawati, T. (1995). Orthopedagogik anak tunarungu. Jakarta: Depdikbud.

Somantri, S. (2006). Psikologi anak luar biasa. Bandung: PT. Refika Aditama. Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:

(38)

71

Astri Mega Anggraeni, 2014

Penerapan Senam Mulut (MOUTH TRAINING) dalam Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan B pada Siswa Tunarungu di SLBN A Citeureup Cimahi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suherman, E. (2012). Pelaksanaan pembelajaran artikulasi pada anak tunarungu di kelas D3 SLB Darul Ma’arif Kab. Bandung. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sunanto, J., Takeuchi, K., & Nakata, H. (2005). Pengantar penelitian dengan

subjek tunggal. Criced (University Of Tsukuba).

Susetyo, B. (2011). Menyusun tes hasil belajar. Bandung: CV Cakra.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2002).

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman penulisan karya ilmiah. UPI. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Gambar

Grafik 4.1 Kondisi Baseline-1 (A-1)...........................................................
Grafik 3.1 Desain A-B-A
Tabel 3.1
Tabel 3.3
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dan faktor ketiga yaitu kadar air tanah meliputi 25% KL, 50% KL, 75% KL dan 100% KL.Hasil menunjukkan bahwa perlakuanherbisidaberpengaruhnyatapadaperlakuantanpaherbisidaterhadap

Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Kalor.. Tesis UPI Bandung:

Dan faktor ketiga yaitu kadar air tanah meliputi 25% KL, 50% KL, 75% KL dan 100% KL.Hasil menunjukkan bahwa perlakuanherbisidaberpengaruhnyatapadaperlakuantanpaherbisidaterhadap

Pavement defects, pavement evaluation, type and severity level of distress, PCI value, pavement maintenance... 1

// Olahraga yang satu ini memang sudah cukup populer saat ini // meskipun butuh adrenalin yang cukup untuk melakukanya.// Sebelum turun langsung kesungai untuk mencoba arung jeram

Suatu logam atau elektroda tidak berada dalam keseimbangan larutan elektrolit yang mengandung ionnya atau terjadi perubahan potensial selama proses elektrolisis,

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul Pengaruh

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan area pujasera lebih banyak dilakukan di pagi hari.Area pujasera selain digunakan untuk kegiatan berniaga, penghuni memanfaatkan