TAHUN 2013-2018
(Realisasi Tindak Tutur dan Kesantunan pada Forum Debat Politik)
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk
memperoleh gelar Master Humaniora
oleh
HEDI SETIADI NIM 1103943
PROGRAM STUDI LINGUISTIK SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT
TAHUN 2013–2018
(Realisasi Tindak Tutur dan Kesantunan pada Forum Debat Politik)
disusun oleh Hedi Setiadi
Abstrak
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kata Kunci: Komunikasi Politik, Debat Kandidat, Teori Tindak Tutur, dan Teori Kesantunan
POLITICAL COMMUNICATION STRATEGY OF THE CANDIDATES FOR GOVERNOR AND VICE GOVERNOR CANDIDATE SELECTION
THE HEAD AREA OF WEST JAVA IN 2013-2018 (The Realization of Speech Acts and Politeness on The Forum
of Political Debate)
Compiled By: Hedi Setiadi
Abstract
This research was conducted with the aim of formulating strategies of political communication the candidates for governor and vice governor of West Java in 2013-2018 were realized through speech acts of the candidates on the forum of political debate. In addition, this study also analyzes the realization of politeness performed using politeness strategies. Proper use of speech acts. In the delivery of the vision-mission and strategy of politeness either by the candidate may give rise to good self-image so that people can be interested in and select it on the day of election. This study uses a qualitative description of the data in the form of speech of the candidates. In candidates debate forum that aired on a private television stations nationwide. Data analysis was performed using speech act theory Searle (1979) and the theory of Politeness Brown and Levinson (1987). Results of the analysis showed that the candidates use all kinds of speech acts was assertive, directive, commissive, expresive, and declarative with different characteristics of each session of the forum debate, because each session has the different communication context. On the other hand, during debate between the candidates and continue to keep themselves face to save face speech or still use politeness strategies to keep his own face and save hearer (political opponents).
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ……….
LEMBAR PERNYATAAN ………..……….
ABSTRAK ………...
KATA PENGANTAR ………. i
UCAPAN TERIMA KASIH ………….……… ii
DAFTAR ISI………... iv
BAB I PENDAHULUAN ………... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ………. 1
1.2. Rumusan Masalah ……… 6
1.3. Tujuan Penelitian ……… 6
1.4. Manfaat Penelitian ……….. 6
1.5. Definisi Operasional ………... 7
BAB II LANDASAN TEORITIS ………. 10
2.1. Teori Tindak Tutur...……….……….. 10
2.2. Tindak Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi…………..………... 12
2.3. Jenis-jenis Tindak Tutur ……….……… 13
2.4. Konsep Wajah dalam Teori Kesantunan………. 19
2.5. Strategi Kesantunan Brown dan Levinson ………. 24
2.5.1. Strategi Kesantunan Positif .……… 27
2.5.2. Strategi Kesantunan Negatif ..……….. 30
2.5.3. Debat sebagai Satu Jenis Tindak Tutur ... 32
2.5.4. Hedge Sebagai Strategi Kesantunan Negatif... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 35
3.1. Pendekatan Penelitian ………. 35
3.2. Data dan Sumber Data ……… 36
3.3. Prosedur Pengumpulan Data………... 36
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………. 42
4.1. Realisasi Tindak Tutur Para Kandidat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat Periode 2013-2018…………...….. 42
4.1.1. Tindak Tutur Para Kandidat pada Sesi Penyampaian Visi-Misi…….. 44
1) Tindak Tutur Asertif. ………..……… 45
2) Tindak Tutur Direktif ………..……… 48
3) Tindak Tutur Ekspresif ……..………. 48
4) Tindak Tutur Komisif………... 50
5) Tindak Tutur Deklaratif …..……… 52
4.1.2. Tindak Tutur Para Kandidat pada Sesi Pertanyaan dari Panelis ……. 54
1) Tindak Tutur Asertif……… 55
2) Tindak Tutur Ekspresif……… 59
3) Tindak Tutur Komisif……….. 61
4.1.3. Tindak Tutur Para Kandidat pada Sesi Debat antar Kandidat ………. 63
1) Tindak Tutur Asertif……… 64
2) Tindak Tutur Direktif ……….. 74
3) Tindak Tutur Ekspresif……… 80
4) Tindak Tutur Komisif ………. 82
5) Tindak Tutur Deklaratif ……….. 84
4.1.4. Tindak Tutur Para Kandidat pada Sesi Penyampaian Orasi ………… 85
1) Tindak Tutur Asertif……… 86
2) Tindak Tutur Direktif ……….. 87
3) Tindak Tutur Ekspresif……… 90
4) Tindak Tutur Komisif ………. 92
5) Tindak Tutur Deklaratif ……….. 94
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.2.1. Strategi Kesantunan Positif ………. 97
a) Melebih-lebihkan rasa kagum terhadap mitra tutur……… 98
b) Meningkatkan rasa tertarik terhadap mitra tutur ………. 98
c) Menggunakan penanda yang menunjukkan kesamaan jati diri ….. 99
d) Mencari persetujuan dengan mengulang ujaran………..100
e) Menghindari pertentangan dengan persetujuan semu………... 101
f) Menunjukkan kesamaan melalui basa-basi dan presuposisi…… ...102
g) Menggunakan lelucon ……….102
h) Membuat penawaran dan janji ………103
i) Menunjukkan rasa optimisme ……….104
j) Berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu ...………104
k) Memberikan pertanyaan atau meminta alasan ………105
l) Menawarkan suatu tindakan timbal balik ………105
4.2.2. Strategi Kesantunan Negatif………106
a) Mengungkapkan secara tidak langsung sesuai konvensi...107
b) Menggunakan bentuk pemagaran (hedge)... 107
c) Bersikap pesimis... 108
d) Meminimalkan tekanan atau ancaman terhadap wajah mitra tutur ...109
e) Memberikan penghormatan... 110
f) Menggunakan permohonan maaf... 111
g) Memakai bentuk impersonal... 111
h) Menyatakan tindakan pengancaman wajah sebagai aturan yang bersifat umum... 112
i) Menyatakan secara jelas bahwa penutur telah memberikan kebaikan (hutang) kepada mitra tutur ... 113
4.3. Pembahasan…..……….……… 114
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.3.2. Kesantunan para kandidat yang direalisasikan melalui berbagai
strategi kesantunan... 116
BAB V KESIMPULAN………. 118
5.1. Simpulan………... 118
5.2. Saran ………...121
DAFTAR PUSTAKA ………...122
LAMPIRAN...125
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji strategi komunikasi politik
calon gubernur dan wakil gubernur Jabar periode 2013-2018 yang direalisasikan
dengan tindak tutur dan kesantunannya sebagai upaya penyelamatan wajah. Pada
bab ini, dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, serta definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Kampanye politik dapat diartikan pula sebagai bentuk komunikasi politik
yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang atau organisasi politik dalam
waktu tertentu untuk memperoleh dukungan politik dari rakyat (Arifin, 2003:25).
Dari sudut pandang linguistik kampanye-kampanye politik sangat menarik untuk
diamati, karena aktivitas tersebut memperlihatkan bentuk bahasa yang
dimanfaatkan sedemikian rupa untuk tujuan yang jelas dan terpusat.
Tujuan-tujuan persuasi ditempuh dengan berbagai cara, dari kampanye yang bersifat
negatif sampai kampanye yang bersifat positif. Kampanye negatif ditempuh para
politikus untuk menyerang lawan politiknya dengan membeberkan kejelekan-kejelekannya. Sementara, kampanye positif adalah “menjual” keunggulan -keunggulannya (Orwell,1986:60).
Politik merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Salah satu bentuk kegiatan yang menunjang keberlangsungan
kehidupan politik adalah pemilihan umum. Pemilihan umum dilaksanakan secara
nasional yaitu pemilihan presiden (pilpres), atau secara regional yaitu pemilihan
kepala daerah (pilkada), baik daerah tingkat satu maupun daerah tingkat dua.
2
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melaksanakan pilkada pada tanggal 24 Februari 2013. Pada tahapan akhir pilkada
tersebut, dikukuhkan gubernur dan wakilnya untuk masa periode 2013-2018.
Penyampaian pesan politik melalui media massa merupakan bentuk
kampanye yang handal dalam hal menjangkau khalayak luas. Kampanye politik
saat ini sudah mengadopsi prinsip-prinsip pemasaran dan pembentukan citra. Hal
tersebut dimungkinkan terjadi karena perubahan sistematika pemilihan kepala
daerah dari yang sebelumnya dipilih oleh legislatif menjadi dipilih langsung oleh
masyarakat. Menurut Ruslan (2005:35), kampanye politik merupakan jenis
kampanye yang pada umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan
politik. Tujuan dari kampanye ini adalah untuk memenangkan dukungan
masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat
menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan
umum.
Komunikasi politik memfokuskan pada kegunaannya yaitu untuk
menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat dengan sektor
kehidupan politik pemerintah. Bahwa komunikasi politik tidak hanya
menitikberatkan pada penerimaan norma politik dan tingkah laku pada sistem
politik yang sedang berlangsung, tetapi juga pada bagaimana mewariskan
nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Artinya sisi komunikasi sangat
dipentingkan dalam proses pewarisan tersebut.
Dengan demikian, komunikasi politik harus dikemas sedemikian rupa
sehingga menjadi efektif, atau dengan kata lain dibutuhkan ragam politik yang
memiliki ciri yang berbeda dengan ragam biasa. Tampubolon (1999:2)
menyebutkan bahwa ragam politik adalah bahasa dalam fungsi politik, sehingga
dalam ilmu politik ragam politik disebut sebagai bahasa politik (language of
politics). Bila dihubungkan dengan pengelolaan kekuasaan atas rakyat dan negara,
maka bahasa politik juga disebut sebagai bahasa kekuasaan language power
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bukan sekedar untuk mempengaruhi tetapi juga untuk membentuk opini dan
perasaan masyarakat. Sebaliknya bahasa juga digunakan rakyat untuk “menguasai para penguasa”, sehingga berfungsi ganda yaitu untuk mempengaruhi
penguasa dan menguasai.
Arifin (2003:68) menerangkan bahwa salah satu jenis kampanye politik
adalah kampanye massa, yaitu kampanye politik yang ditujukan kepada khalayak
umum, baik melalui hubungan tatap muka maupun dengan menggunakan berbagai
media, seperti surat kabar, radio, televisi, film, spanduk, baligo, poster, folder dan
selebaran serta medium interaktif melalui komputer (internet). Penyampaian
pesan politik melalui media massa merupakan jenis kampanye yang handal dalam
hal menjangkau khalayak luas. Oleh karena itu, dipilihlah forum debat kandidat
yang disiarkan di televisi sebagai salah satu bentuk kampanye resmi bagi para
kandidat.
Forum debat kandidat atau dialog kandidat menjadi salah satu sarana
untuk meningkatkan kualitas kandidat, karena dalam forum ini para kandidat
akan menjelaskan latar belakang pencalonan serta agenda yang akan dilakukan
seandainya terpilih. Para kandidat dapat pula meyakinkan rakyat dengan
pikiran-pikiran konstruktif dan kritis. Masyarakat secara bebas dan demokratis akan
mengetahui agenda yang ditawarkan para kandidat. Para kandidat pun dituntut
bersaing dengan program dan visi-misi yang jelas dengan yang ditawarkan
kandidat lain secara sehat.
Debat kandidat gubernur dan wakil gubernur Jabar tersebut disiarkan
oleh salah satu stasiun televisi nasional pada tanggal 20 Februari 2013. Debat ini
terdiri atas empat sesi, yaitu sesi 01 pemaparan visi-misi, sesi 02 uji kandidat oleh
para panelis. Kemudian pada sesi 03 acara debat dengan cara para kandidat diuji
oleh kandidat lainnya. Sesi terakhir adalah sesi orasi para kandidat untuk
4
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kegiatan pilkada Jabar yang persiapannya sudah dimulai sejak tahun
2012 tersebut diikuti oleh ada lima pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.
Pasangan kandidat pertama adalah pasangan dari tim independen. Kemudian
pasangan kedua dari Partai Golkar. Diikuti pasangan ketiga dari Partai Demokrat,
Gerindra, PAN, dan PKB. Pasangan keempat didukung oleh Partai PKS, PPP,
PBB dan Hanura. Pasangan kelima dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP). Pada forum debat kandidat, kelima pasangan tentu harus menggunakan
bahasa dengan baik dan lugas. Konteks bahasa apa yang sesuai dengan kondisi
masyarakat saat ini tentu sangat diperhitungkan.
Untuk menarik dukungan massa agar memilihnya, seorang kandidat
harus menggunakan strategi. Hal pertama yaitu visi-misi. Seorang kandidat harus
memiliki visi-misi berisi program-program kerja yang akan dilakukan selama
kepemimpinannya. Program-program kerja yang tertuang dalam visi-misi tersebut
harus dapat dikomunikasikan dengan baik kepada masyarakat. Forum debat ini
merupakan salah satu momen terbaik dalam penyampaian visi-misi para kandidat.
Para kandidat dituntut untuk menggunakan berbagai strategi komunikasi. Strategi
komunikasi tersebut dapat dilihat dari realisasi tindak tutur antar-kandidat tersebut
pada forum debat kadidat. Austin (1962:8) mengemukakan bahwa mengujarkan
sebuah kalimat tertentu dapat dipandang sebagai melakukan tindakan (act), selain
memang mengucapkan kalimat tersebut. Searle (1979:2) mengklasifikasikan
tindak tutur ke dalam lima kategori berdasarkan pada jenis dan hakikat tindakan
yang dilakukan penutur, yaitu 1) asertif (mengikat penuturnya akan kebenaran
atas apa yang diujarkan), 2) direktif (meminta orang lain untuk melakukan
tindakan yang disebutkan di dalam tuturan), 3) ekspresif (evaluasi tentang hal
yang disebutkan dalam tuturan itu), 4) komisif (mengikat penuturnya untuk
melakukan apa yang disebutkan di dalam tuturannya), dan 5) deklaratif
(menciptakan hal status, keadaan, dan sebagainya yang baru). Hal yang paling
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memiliki bentuk-bentuk tuturan yang mencerminkan maksud dan fungsi
komunikasi yang bermacam-macam.
Selain visi-misi, dalam situasi persaingan antar-kandidat, para kandidat
harus bisa menciptakan citra diri yang baik. Selama forum debat kandidat, citra
diri kandidat tidak hanya dilihat dari sikap diri (gestur), namun juga dari
penggunaan bahasa. Citra diri pun harus dibangun oleh para kandidat dengan
menunjukkan kesantunan berbahasa mereka. Kesantunan itu penting dalam
penyelamatan wajah mereka sendiri maupun lawan politiknya. Kandidat yang
dapat menjaga wajah dirinya dan wajah kandidat lainnya akan mendapat citra baik
di mata masyarakat pemilih.
Konteks situasi bisa mengubah cara berbahasa seorang politisi, begitu
pun para kandidat ini. Dalam interaksi politik, bahasa mengemban fungsi sebagai
wahana penyampai kebijaksanaan, memperoleh penghargaan, dan untuk
meyakinkan. Para politisi memanipulasi bahasa untuk membentuk pola pikir
masyarakat/orang-orang. Hal ini ditujukan untuk membuat
kebohongan-kebohongan tampak menjadi sebuah kejujuran dan membunuh/merusak dengan
terhormat dan menampilkan sebuah kekerasan menjadi angin segar (Orwel,
1986:157). Dengan demikian bahwa para politisi menggunakan bahasa bukan saja
untuk menyatakan pendapatnya, melainkan untuk menyembunyikannya. Hal itu
karena dibalik pikiran terdapat kepentingan-kepentingan yang harus
dipertahankan. Untuk menyembunyikan pikiran-pikiran politik tersebut, bahasa
politik harus ditata sedemikian rupa karena dalam struktur linguistiknya penuh
dengan muatan kekuasaan yang tersembunyi.
Dalam teori kesantunan berbahasa, ada tindak-tindak tutur tertentu yang
dapat mengancam wajah dirinya atau wajah orang lain. Brown dan Levinson
(1987:62) mengungkapkan bahwa wajah merupakan atribut pribadi yang ada pada
semua masyarakat dan bersifat universal. Setiap orang memiliki dua wajah atau
6
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
positif merupakan keinginan individu untuk diakui secara sosial, sedangkan wajah
negatif mengacu pada keinginan individu untuk tidak diganggu dan bebas dari
imposisi. Setiap orang memiliki hak dan bahkan kewajiban untuk memuliakan
wajahnya sendiri dan juga wajah anggota masyarakat lainnya (Aziz 2008:13).
Brown & Levinson (dalam Nadar,2009:32-34) menerangkan bahwa
tindakan yang berpotensi melanggar wajah negatif meliputi yang terkandung
dalam:
a. tindak tutur direktif, seperti memerintah dan meminta, menyarankan,
menasehati, memperingati, mengancam, menantang,
b. tindak tutur komisif, seperti menawarkan dan menjanjikan, dan
c. tindak tutur ekspresif, seperti memuji atau ungkapan-ungkapan perasaan
negatif (kebencian dan kemarahan).
Kemudian, tindakan yang mengancam wajah positif didominasi oleh tuturan
asertif, seperti menyangkal, menyakatan ketidaksetujuan, mengkritik,
merendahkan, mempermalukan, mengeluh, memarahi, mendakwa, mengancam,
menakuti, dan menentang. Oleh karena itu, agar tindak tutur yang diungkapkan
tidak melanggar kesantunan, baik wajah negatif atau pun positif, para kandidat
menggunakan strategi kesantunan.
Dari penjabaran fenomena tersebut, penting kiranya membahas bagaimana
sebuah bahasa digunakan dalam interaksi politik. Pemahaman terhadap strategi
komunikasi politik antar-kandidat yang tercermin dalam realisasi tidak tutur dan
upaya pencitraan diri yang tercermin dalam penggunaan strategi kesantunannya.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, dirumuskan permasalahan yang dikaji dalam
beberapa pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimana realisasi tindak tutur para kandidat pasangan calon gubernur
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimana realisasi kesantunan para kandidat pasangan calon gubernur
Jabar periode 2013-2018 pada forum debat kandidat?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan strategi komunikasi politik
yang direalisasikan dengan tindak tutur dan kesantunannya sebagai upaya
penyelamatan wajah. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan utama tersebut
dijabarkan menjadi beberapa tujuan, yaitu:
1. mendeskripsikan realisasi tindak tutur para kandidat pasangan calon gubernur
Jabar periode 2013-2018 pada forum debat kandidat,
2. menganalisis realisasi kesantunan para kandidat pasangan calon gubernur
Jabar periode 2013-2018 pada forum debat kandidat.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi berbagai pihak.
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut.
1. Memberikan gambaran secara umum tentang berbagai tindak tutur dan
kesantunan berbahasa politisi Indonesia. Berikutnya, dengan sudah hadirnya
era reformasi dan demokratisasi dapat dipahami penanda kesantunan
berbahasa para politisi, dan secara umum dapat diketahui mengapa suatu
tuturan bisa dikatakan santun dan tuturan yang lain tidak santun.
2. Memberikan pemahaman tentang tindak tutur dan kesantunan berbahasa
politisi dapat membantu mengurangi kesalahpahaman dalam berkomunikasi
kampanye politiknya, karena mempunyai cara-cara tertentu yang mereka
anggap santun untuk menyampaikan gagasan mereka.
3. Memperkaya ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan kepada peneliti-peneliti lainnya yang ingin menganalisis
8
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
cakupan yang lebih luas memberikan sumbangan pikiran untuk pengajaran
Pragmatik Indonesia.
4. Menambah khazanah kepustakaan atau bahan literatur dalam bidang
linguistik khususnya pragmatik.
1.5 Definisi Operasional
Untuk dapat memahami cakupan analisis data dan pembahasannya, berikut
ini merupakan penjabaran mengenai definisi operasional.
1. Kampanye dalam penelitian ini merupakan acara debat kandidat yang
disiarkan secara langsung oleh sebuah stasiun televisi swasta nasional pada
tanggal 20 Februari 2013. Acara ini dibagi menjadi empat sesi, yaitu sesi 01
pemaparan visi-misi, sesi 02 uji kandidat oleh para panelis, sesi 03 debat
antar kandidat, dan sesi 04 orasi para kandidat untuk mendapatkan dukungan
dan meyakinkan para calon pemilih.
2. Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi politik dari
pemerintah kepada masyarakat dan sebaliknya. Partai politik perlu
menerjemahkan informasi yang mudah dipahami oleh pemerintah dan
masyarakat, agar komunikasi bersifat efektif (Cholisin,2007:114).
Komunikasi politik menjadi posisi penting terutama sebagai jembatan untuk
menyampaikan pesan-pesan yang dapat memfungsikan kekuasaan. Proses ini
berlangsung disemua tingkat masyarakat dan setiap tempat yang
memungkinkan terjadinya pertukaran informasi diantara individu-individu
dengan kelompok-kelompoknya bahkan diantara anggota masyarakat dengan
para penguasanya.
3. Debat yang memiliki arti berpegang teguh pada argumen tertentu dalam
strategi bertengkar atau beradu pendapat untuk saling mengalahkan atau
memenangkan lidah. Jadi, definisi debat sendiri adalah suatu cara untuk
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang mendukung kasus dari masing–masing pihak yang berdebat. Secara
umum debat sendiri dapat dilakukan dengan cara berkelompok, yaitu ada dua
pihak yang di sini masing–masing memegang peranan sebagai pihak positif
dan negatif. Selain itu, mereka mencoba mempertahankan argumen mereka
dengan di dukung oleh bukti–bukti serta fakta–fakta yang mendukung kasus
mereka dan juga untuk mempertahankan serta menyerang mitra tutur dalam
program-program kerja serta visi-misi para kandidat.
4. Tindak tutur yang digunakan dalam peneletian ini adalah tindak tutur
berdasarkan teori Austin. Dalam teorinya, Austin mengklasifikasikan daya
yang terdapat dalam ujaran menjadi tiga, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Kemudian, Searle mengembangkan tindak tutur ilokusi tersebut dengan
mengklasifikasikannya dalam lima jenis, yaitu asertif, direktif, eskpresif,
komisif, dan deklaratif.
5. Kesantunan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah strategi-strategi
kesantunan yang digunakan oleh Brown & Levinson (B&L). Brown &
Levinson (dalam Grundy,2008:199) menyatakan bahwa untuk
mempertahankan kesantunan, seseorang dapat mengunakan 4 strategi
kesantunan, yaitu strategi langsung tanpa basa-basi (bald on-record strategy),
strategi kesantunan negatif (negative politeness strategy), strategi kesantunan
positif (positif politeness strategy), dan strategi tidak langsung (off-record
strategy). Namun, strategi yang digunakan pada penelitian ini adalah strategi
kesantunan positif dan strategi kesantunan negatif. Hal ini dimaksudkan agar
penelitian ini bisa fokus dan lebih cocok dengan data yang ada serta akan
lebih mendalam. Selain itu juga dikarena kedua strategi ini memiliki
keunikan dan keberagaman strategi yang terdiri dari sub-sub strategi yang
sangat menarik untuk diteliti. Tuturan yang cenderung merupakan tindakan
yang tidak menyenangkan yang disebut face threatening act (FTA) Tindakan
10
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wajah positif. Tindakan yang mengancam wajah dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu tindakan yang mengancam wajah positif lawan tutur, dan
tindakan yang mengancam wajah negatif lawan tutur. Karena pada dasarnya
kesantunan positif ditujukan terhadap wajah positif lawan tutur, yaitu citra
positif yang dianggap dimiliki oleh lawan tutur. Sedangkan kesantunan
negatif pada dasarnya ditujukan terhadap bagaimana memenuhi dan atau
menyelamatkan sebagian wajah negatif lawan tutur, yaitu keinginan dasar
lawan tutur untuk mempertahankan apa yang dianggap sebagai wilayah dan
keyakinan dirinya. Sehingga, redressive actions dapat berbentuk kesantunan
positif atau kesantunan negatif. Dengan demikian penelitian mengenai
strategi komunikasi politik pada forum debat kandidat ini sangat menarik
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu METODE PENELITIAN
Dalam metode penelitian ini, diuraikan segala hal mengenai pendekatan
penelitian yang digunakan, data dan sumber data, prosedur pengumpulan data, dan
teknik pengolahan data.
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menganalisis tindak
tutur dan kesantunan para kandidat gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat
dalam acara debat kandidat kampanye pemilihan kepala daerah periode
2013-2018. Acara tersebut ditayangkan oleh stasiun televisi swasta nasional. Penelitian
ini juga menggunakan pendekatan deskriptif, yakni mendeskripsikan wujud
satuan linguistik dalam bentuk tindak tutur ilokusi berdasarkan teori yang
dikemukakan Searle dan realisasi kesantunan yang terdapat dalam debat
kampanye politik yang digunakan para kandidat untuk mempengaruhi dan
menguasai massa.
Creswell (1998:15) memandang penelitian kualitatif sebagai proses
penelisikan dan eksplorasi permasalahan sosial. Dalam penelitian kualitatif,
peneliti menggambarkan fenomena secara menyeluruh (holistik), menganalisis
kata-kata, melaporkan tinjauan informan secara rinci, dan melakukan
penelitiannya dalam latar alamiah. Pendekatan deskriptif bertujuan membuat
deskripsi sesuatu objek kajian secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti, sehingga didapat
gambaran data secara ilmiah. Sifat kualitatif penelitian ini mengarah pada
pembahasan permasalahan tentang tindak tutur dan kesantunan para kandidat
36
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dilakukan, yaitu (1) pengumpulan data, (2) penganalisisan data, dan (3)
penyajian hasil analisis data (Sudaryanto,1993:5).
3.2 Data dan Sumber Data
Data penelitian ini adalah data bahasa berupa tuturan para kandidat yang
merupakan calon gubernur dan wakil gubernur Jabar periode 2013-2018. Tuturan
tersebut terjadi pada konteks forum debat kandidat pada tanggal 20 Februari 2013.
Acara debat tersebut ditayangkan stasiun televisi swasta nasional. Tayangan debat
ini dibagi menjadi empat sesi. Sesi pertama merupakan sesi penyampaian
visi-misi setiap kandidat. Pada sesi kedua, para kandidat diberi kesempatan untuk
menjawab beberapa pertanyaan dari para panelis. Sesi puncak merupakan
kesempatan untuk para kandidat saling bertanya dan berdebat opini. Sesi empat
adalah sesi penyampaian orasi terakhir kepada masyarakat sebagai penutup.
Data penelitian ini didapat dari para kandidat yang berjumlah lima
pasangan. Pasangan dengan nomor urut 1 berasal dari tim independen. Pasangan
nomor urut 2 didukung oleh Partai Golkar. Pasangan nomor urut 3 mendapat
dukungan dari Partai Demokrat, Gerindra, PAN dan PKB. Pasangan nomor urut 4
ditempati oleh kandidat yang berstatus sebagai gubernur petahana (incumbent)
dan didukung oleh partai PKS, PPP, PBB dan Hanura. Pasangan terakhir urutan 5
merupakan pasangan dari partai PDIP. Pada lima pasangan tersebut terdapat dua
pihak yang berbeda, yaitu pihak petahana, dan empat pasangan lain berperan
sebagai lawan politik.
3.3 Prosedur Pengumpulan Data
Sebagaimana yang telah disampaikan pada bagian data dan sumber data,
penelitian ini menggunakan tuturan lima pasang calon gubernur dan wakil
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
internet, yaitu dengan mengunduh video tayangan di Youtube. Hal ini
dikarenakan tayangan forum debat kandidat ini hanya ditayangkan sekali saja dan
terbatas. Pada video hasil unduhan tersebut sudah dapat mewakili tayangan
aslinya karena menayangkan acara tersebut secara lengkap dari awal hingga akhir,
serta menunjukkan visualisasi sehingga konteks tuturan dapat diketahui dengan
jelas. Untuk menunjang prosedur pengumpulan data tersebut, digunakan
seperangkat komputer (laptop) dengan sambungan internet.
Dalam penelitian ini, konsep yang dipilih adalah analisis tindak tutur
dan realisasi kesantunan berbahasa calon kandidat. Pada forum debat ini, dapat
terlihat strategi para kandidat saat menyampaikan visi dan misi, janji-janji,
sumpah, serta pernyataan kesanggupan (keyakinan). Semua hal tersebut dianggap
sebagai sebuah tuturan yang mendorong masyarakat untuk melakukan apa yang
disampaikan para kandidat, yaitu memilih para kandidat sebagai gubernur Jabar.
Setelah video diunduh, data berupa tuturan lima kandidat kemudian
diproses dengan melakukan transkripsi. Data ditranskrip sesuai dengan aslinya
tanpa mengurangi/melebihkan satu kata pun atau bahkan mengubahnya. Dari hasil
transkrip ini, data kemudian dikaji berdasarkan analisis tindak tutur dan realisasi
kesantunan. Prosedur pun diakhiri dengan penyajian data yang disertai deskripsi
dan pembahasannya.
3.4 Teknik Analisis Data
Creswell (2010:274) menjelaskan bahwa proses analisis data secara
keseluruhan melibatkan upaya untuk memaknai data berupa teks. Agar dapat
memaknai data dengan baik, peneliti perlu melakukan analisis-analisis yang
berbeda terhadap data, kemudian memperdalam pemahaman terhadap data, dan
menginterpretasi makna-makna yang lebih luas dari data. Oleh karena itu, untuk
38
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan menyeluruh. Hal ini dilakukan untuk membangun pemahaman umum atas
data yang didapat dan pemaknaan secara menyeluruh.
Data kemudian dipisahkan berdasarkan nomor kandidat. Kandidat
pertama diberi kode K1, kandidat kedua diberi kode K2, kandidat ketiga diberi
kode K3, kandidat keempat diberi kode K4, dan kandidat kelima diberi kode K5.
Selain itu juga, data dipisahkan berdasarkan sesi-sesi forum debat kandidat. Hal
ini dilakukan karena setiap sesi acara memiliki perbedaan konteks. Pada sesi
pertama, para kandidat menyampaikan visi-misi masing-masing. Komunikasi
terjalin hanya satu arah yaitu penutur kepada masyarakat sebagai mitra tutur pasif.
Pada sesi kedua, para kandidat diharuskan menjawab pertanyaan dari panelis.
Pada konteks ini, para kandidat diminta menyatakan jawaban berupa pendapat dan
solusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di Jabar. Hal-hal yang ditanyakan
panelis berkaitan dengan visi-misi masing-masing kandidat. Panelis yang bertanya
pun berjumlah dua orang. Pada sesi dua, komunikasi yang terjalin adalah dua
arah, antara para kandidat dan para panelis. Sesi ketiga merupakan sesi puncak
acara debat tersebut. Pada sesi ini, para kandidat akan diminta saling melontarkan
pernyataan dan perdebatan. Konteks komunikasi yang terjalin adalah dua arah
yang saling bersinergi. Sesi terakhir memberi kesempatan pada para kandidat
untuk berorasi sebagai penutupan. Pada konteks ini pun, komunikasi hanya satu
arah saja.
Proses terakhir adalah pengidentifikasian tindak tutur ilokusi pada data
berdasarkan teori tindak tutur Searle. Data diklasifikasikan berdasarkan lima jenis
tindak tutur, yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Jumlah
frekuensi setiap tindak tutur akan dideskripsikan. Untuk mempermudah analisis
data tersebut, digunakan tabel-tabel klasifikasi dan analisis sebagai berikut.
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kandidat Tindak Tutur
K1 Pertanyaan saya, bila anda terpilih menjadi orang nomor satu di Jabar, langkah apa yang akan anda ambil untuk menyelamatkan hal semacam itu?
Direktif Bertanya program bila
terpilih menjadi gubernur K2 InsyaAllah kami akan memberikan
perhatian dan bantuan kepada desa sebesar Rp. 500 juta perdesa /pertahun. Itu dalam rangka mengurangi kemiskinan.
Komisif Memberikan janji dengan
bantuan berupa uang
Kemudian, untuk pengidentifikasian realisasi kesantunan, digunakan
teori kesantunan Brown and Levinson. Realisasi kesantunan dalam teori B&L
berhubungan erat dengan strategi kesantunan negatif dan kesantunan positif.
Brown and Levinson (dalam Grundy,2008:199) menyatakan bahwa untuk
mempertahankan kesantunan, seseorang dapat mengunakan strategi kesantunan
negatif yang berjumlah 10 strategi, yaitu:
Strategi 1: Ungkapkan secara tidak langsung sesuai konvensi dengan membuat
perintah.
Strategi 2: Gunakan pertanyaan dengan partikel tertentu.
Strategi 3: Lakukan dengan hati-hati dan jangan terlalu optimistic.
Strategi 4: Kurangi kekuatan atau daya ancaman terhadap wajah lawan tutur.
Strategi 5: Berikan penghormatan.
Strategi 6: Gunakan permohonan maaf.
Strategi 7: Jangan menyebutkan penutur dan lawan tutur.
Strategi 8: Nyatakan tindakan mengancam wajah sebagai suatu ketentuan sosial
40
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Strategi 9: Nominalisasikan pernyataan,
Strategi 10: Nyatakan secara jelas bahwa penutur telah memberikan kebaikan
(hutang) atau tidak kepada lawan tutur.
Selain itu, kesantunan dapat dilakukan dengan menggunakan strategi kesantunan
positif, yaitu:
Strategi 1: Berikan perhatian khusus terhadap lawan tutur.
Strategi 2: Lebihkan rasa ketertarikan, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur.
Strategi 3: Tingkatkan rasa tertarik terhadap lawan tutur
Strategi 4: Gunakan penanda yang menunjukkan kesamaan jati diri atau
kelompok
Strategi 5: Upayakan kesepahaman dengan lawan tutur
Strategi 6: Hindari pertentangan/ketaksepahaman dengan lawan tutur
Strategi 7: Presuposisikan atau timbulkan persepsi sejumlah persamaan penutur
dan lawan tutur
Strategi 8: Buatlah lelucon (joke)
Strategi 9: Presuposisikan atau membuat persepsi bahwa penutur memahami
keinginan lawan tuturnya
Strategi 10: Buatlah penawaran dan janji
Strategi 11: Tunjukkan rasa optimisme
Strategi 12: Usahakan untuk melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu
kegiatan tertentu
Strategi 13: Berikan dan mintalah alasan
Strategi 14: Tawarkan suatu tindakan timbal balik
Strategi 15: Berikan rasa simpati kepada lawan tutur
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kandidat Tindak
Tutur
Positif Negatif
1 K4 Teh Rieke, tadi bicara masalah kartu Jabar Bangkit, kalau menurut pendapat saya apa tidak perlu kartu Jabar Bangkit itu, karena saya pikir berkenaan dengan administrasi, database kependudukan dan mengalokasikan anggaran yang cukup pada sektor kesehatan.
Asertif Penggunaan
pemagaran/ Hedge
2 K5 Apa yang anda lakukan
pada lima tahun terakhir ini
ketika kondisi yang
dihasilkan seperti ini
sangat belum
menggembirakan.
Asertif Meminimalkan
tekanan atau
ancaman
terhadap mitra
tutur
3 K4 Jadi saya kira, kita
berdialog empat kali,
Teh Rieke dan Kang
Teten selalu salah data
melulu nih, kacau nih.
Asertif Menggunakan
penanda yang
menunjukkan
jatidiri sesama
42
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kode
Kandidat
Tuturan Jenis tindak tutur Ilokusi
Host “Baik kita akan dengarkan visi dan misi pasangan… mohon tenang… (menenangkan sorak sorai pemirsa) ya, mohon tenang, terima kasih terima kasih”. “Silahkan pak Dikdik, pak Cecep, waktu Anda satu menit dimulai dari sekarang”.
1 “Bimillahirrohmanirrohim, Assalamu’allaikum wr. wb., sampurasun.
Visi kami dari pasangan nomer satu, independent, berangkat dari ada 26 permasalahan di
Jawa Barat, pdahal ketika disanding, dengan 8 isu strategi, dengan arah kebijakan dan
tujuh modal dasar begitu kita crash pada hasil akhir, kok tidak ketemu korelasinya.
Maka berangkat dari itu kami rumuskan visi TAWADHU, sebetulnya itu adalah misi spirit
dasar, THAWADHU merasa kecil dihadapan Tuhan tetapi ketika diurai menjadi Tertib,
Aman, Wibawa, Asri, Dinamis, Harmonis dan Unggul, yang kami jabarkan dalam
tujuh…”.
Ekspresif dalam bentuk salam
Asertif dalam bentuk penjelasan
Deklaratif dalam bentuk Memberikan
nama
Mengucapkan salam memulai pembicaraan
Menjelaskan mengenai visi-misi
pasangan ini
Memberikan nama tentang visi-misi dengan TAWADHU
126
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sesuai dengan kesepakatan bersama, kita mulai dengan pasangan nomer urut dua yang
mendapat kesempatan pertama kali untuk diuji visi dan misinya”.
“Bapak berdua punya waktu untuk menyampaikan visi dan misi, satu menit kita mulai dari sekarang”. (Bertanya kepada pasangan Irianto - Tatang, pasangan nomer urut dua)
2 “Terima kasih.
Dari fakta yang ada Jawa Barat memiliki penduduk 49 juta hampir mencapai 50 juta,
ternyata ada angka kemiskinan hampir mencapai 5 juta, itu 10%. Dari fakta yang ada
ternyata 80% angka kemiskinan adanya dipedesaan.
Sehingga kami membuat visi, JABAR MULIA (Makmur, Unggul, Lestari, Inovatif dan
Agamis).
InsyaAllah kami akan memberikan perhatian dan bantuan kepada desa sebesar Rp 500 juta
perdesa/pertahun. Itu dalam rangka mengurangi kemiskinan, pengangguran.
Ekspresif dalam bentuk berterimakasih
Asertif dalam bentuk penjelasan
Deklaratif dalam bentuk memberikan
nama
Komisif dalam bentuk berjanji
Mengucapkan terimakasih
Menjelaskan dan memberikan
keterangan
Menyatakan slogan pasangan ini dengan JABAR MULIA
Memberikan janji
Host “Baik, mohon tenang, mohon tenang… ya.. tenang…. Besok masih ada kampanye, sisakan
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tiga, visi dan misi Anda, silahkan pak Dede dan pak Lex”. 3 “Terima kasih.
Assalamu’allaikum wr. wb.
Jawa Barat kita pahami semuanya memiliki potensi-potensi yang begitu besar sekali,
namun kita tidak hanya bisa berbicara program-program yang kering, juga kita tidak hanya
bisa bicara tentang angka, data dan statistik.
Untuk memimpin Jawa Barat kita memerlukan pemimpin yang mau memberikan sebuah
keteladanan, yang mau hidup sederhana, yang memberikan empatinya, memberikan
simpatinya kepada rakyat.
Untuk itu kami menyatakan sebuah visi Babarengan Baraya Menuju Jabaraya, Babarengan
Baraya (Bahagia, Sejahtera, dan Berkarya) Menuju Jabaraya (Jabar Berjaya).
Dan kami menawarkan tiga misi utama menjemput yang tertinggal, berdaya babarengan,
Ekspresif dalam bentuk terimakasih
Ekspresif dalam bentuk salam
Asertif dalam bentuk penjelasan
Asertif dalam bentuk penjelasan
Deklaratif dalam bentuk memberikan
nama
Mengucapkan terimakasih
Mengucapkan salam sebelum memulai
pembicaraan
Menjelaskan dan memberi keterangan
Menjelaskan dan memberi keterangan
Menyatakan slogan pasangan ini Babarengan Baraya
128
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan juga berkah dalam keragaman. Demikian terima kasih”. Komisif dalam bentuk menawarkan
sesuatu
Menawarkan sesuatu yang berhubungan
dengan visi
Host “Kami kembali dan kini saatnya kita mendengarkan visi dan misi dari pasangan nomor urut empat, pak Ahmad Heryawan dan bapak Dedi Mizwar, mohon tenang… mohon tenang... mohon tenang…, terima kasih (sambil menenangkan penonton). Silahkan pak, waktu Anda kita mulai, satu menit”.
4 “Assalammu’alaikum wr. wb. Panelis dan hadirin sekalian semua.
Kita ingin kemajuan bahkan kita diperintahkan untuk menghadirkan kehidupan yang lebih
baik dari pada hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari sekarang.
Oleh karena itu kami tawarkan sebuah visi Jawa Barat kedepan adalah Jawa Barat yang
Maju dan Sejahtera untuk Semua.
Kami ambil kalimat Maju, karena kemajuan adalah tujuan kita semuanya, tentu unsur
kemajuan, faktor kemajuan yang paling utama adalah manusia, oleh karena itu ketika kita
ingin maju maka SDMnya lah yang pertama kali harus kita selesaikan.
Kemudian infrastrukturnya, kemudian ilmu pengetahuan dan teknologinya, kemudian yang
berikutnya adalah Sejahtera, terpenuhinya sandang, pangan dan papan secara mandiri dan
Ekspresif dalam bentuk salam Direktif dalam bentuk pengharapan Komisif dalam bentuk menawarkan sesuatu Asertif dalam bentuk penjelasan Asertif dalam bentuk penjelasan Mengucapkan salam Mengharapkan sesuatu yang lebih
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Host “Baik, kita akan lanjutkan paparan visi dan misi dan kemudian uji kandidat oleh para
panelis kita, pasangan nomer urut lima, mendapatkan kesempatan kedua, silahkan ibu dan
bapak”. (Mempersilahkan pasangan kelima Rieke & Teten) 5 “Assalammu’alaikum wr. wb., sampurasun.
Jawa Barat memiliki potensi yang luar biasa bukan hanya kekayaan alamnya saja, kita
memiliki industri manufaktur, industri kreatif, agro industri dan sebagainya dan konon kita
hidup di tanah yang paling subur di seantero nusantara.
Oleh karena itu kami menawarkan sebuah paradigma baru dalam pemerintahan yang tidak
membagi-bagikan uang kepada rakyat namun kita membangun sebuah pemerintahan yang
tidak akan memposisikan rakyat sebagai peminta-minta.
Kita akan membangun sebuah sistem yang berkelanjutan yang akan memberikan rakyat
kedaulatannya kembali kepada rakyat, menjadi rakyat yang berdikari (berdiri diatas
kakinya sendiri).
Dan sebagai seorang ibu saya akan berjuang tidak ada lagi rakyat yang berjuang ditolak
dari rumah sakit, anak-anak putus sekolah akan mendapatkan kejar paket B, kejar paket C,
Ekspresif dalam bentuk salam
Asertif dalam bentuk penjelasan
Komisif dalam bentuk menawarkan
sesuatu
Komisif dalam bentuk berjanji
Komisif dalam bentuk berjanji
Mengucapkan salam
Menjelaskan dan memberi keterangan
Menawarkan sesuatu
Memberikan janji
130
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahkan anak dari keluarga tidak mampu akan berhak mendapatkan pendidikan sampai
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Allan, keith. 1998. Speech Acts.
Tersedia: http//www.arts.monash.edu.au/spelling/speech_act_allan_html/ diunduh pada tanggal 13 November 2012.
Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi Strategi
danKomunikasi Politik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Austin, J.L. 1962. How to Do Thingswith Words. London: Oxford University Press.
Aziz, E. Aminudin.2000. Refusing in Indonesian. Tesis Ph.D. tidak diterbitkan. Department of Linguistics, Monash University.
___________. 2001. Gaya Ki Sunda mengatakan “TIDAK”: sebuah telaah sosiolinguistik terhadap variabel sosial yang mempengaruhi realisasi kesantunan dalam pertuturan menolak oleh orang Sunda. Makalah disampaikan pada Konferensi Internasional Budaya Sunda (KIBS) I, Bandung, 22-25 Agustus 2001.
___________. 2008. Horison Baru Teori Kesantunan Berbahasa: Membingkai yang terserak, Menggugat yang semu, Menuju Universalisme yang Hakiki. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Brown, P. dan S. C. Levinson. 1987. Politeness: some universals in language
usage. Cambridge: Cambridge University Press.
Cholisin, dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press.
Creswell, J.W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. New Delhi: Sage Publications, Inc.
___________. 2010. Research Design Qualitative,quantitative, and Mixed
Method Approaches. California: SAGE Publication, Inc.
Eelen, G. 2001. A critique of politeness theories. Manchester: St Jerome.
123
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Grundy, Peter. 2008. Doing Pragmatics: Third Edition. London: Hodder
Gunnarsson Louise Britt.(2003). Professional Discourse. New York. Continuum International Publishing Group.
Holmes, J. 1990. An Introduction to Sociolinguistics. England: Longman Group UK Limited.
Hu, Hsien Chin. 1944. “The Chinese Concept of “Face””. American Anthropologist 46(1): 45-64.
Lakoff, R. (1977). What you can do with words: Politeness, Pragmatics and performatives: in Rogers, P. (ed). Proceedings of Texas Conferences and Performatives, Airlinton. VA: Center of Applied of Linguistics.PP. 79-105.
Lasswel, Harold D. 1965.Studies in quantitative Sematics : Language of Politics. Cambridge, Mass : The Mitt Press.
Leech, Geoffrey. 1983. The Priciples of Pragmatics (terjemahan oleh Oka, M.M.D). Jakarta : Universitas Indonesia.
Mey J.1993. Pragmatics, An Introduction. Blackwell.
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha ilmu
Orwell, George.1986. Exploring Language : Politics and The English Language.
Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga.
Ruslan, Rosady. 2005. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT Rajawali Pers.
Tampubolon. P. Daulat. 1999. Gejala-gejala Kematian Bahasa : Suatu Observasi
Ragam Politik Orde Baru.Dalam PELBA 12. Pusat Kajian Bahasa
Budaya Unika Atma Jaya Yogyakarta : Kanisius.
Searle, John R. 1969. A Taxonomy of Illocutionary Acts. Dalam A.P. Martinich (ed). 1996. The Philosophy of Language. New York dan Oxford: Orford University Press.
Hedi Setiadi,2015
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK
PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Searle, John, Ferenc Kiefer and Manfred Bierwisch (Eds). 1983. Speech Act Theory and Pragmatics. Dordrecht, Holland: D. Reidel Publishing Company.
Sudaryanto.1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Wardaugh, Ronald. 2010. An Introduction to Sosiolinguistics. New York: Basil Blackwell.