i Universitas Universitas Maranatha Abstrak
Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan pada Siswa Kelas XII SMA “X” Bandung dilaksanakan untuk mengetahui gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII SMA “X”Bandung. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini menggunakan tekhnik sensus dan ukuran sampel sejumlah147 responden.
Teori yang digunakan adalah teori Adolescents Orientation to the Future dari Jari Erik Nurmi (1989). Alat ukur yang digunakan, didasarkan dari teori Adolescents Orientation to the Future (1989) dan terdiri dari 36 item. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan Rank Spearman dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach diperoleh validitas berkisar antara 0,310 - 0,814 dan reliabilitas sebesar 0,751. Pengolahan data menggunakan teknik analisis deskriptif yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 51,7% siswa kelas XII SMA “X” Bandung memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas dan sebanyak 48,3% memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang tidak jelas. Siswa kelas XII SMA “X” Bandung dengan orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas sebagian besar memiliki motivasi yang kuat, perencanaan yang terarah, dan evaluasi yang akurat. Siswa kelas XII SMA “X” Bandung dengan orientasi masa depan bidang pendidikan yang tidak jelas, sebagian besar memiliki motivasi yang lemah, perencanaan yang tidak terarah, dan evaluasi yang tidak akurat.
ii Universitas Universitas Maranatha Abstract
This study’s titiled is Descriptive Study About Orientation to the Future of Education in Twelve Grade Student at “X” Senior High School Bandung to determine about orientation to the future of education in twelve grade student at “X” Senior High Scholl in Bandung. This research used census method and in this research amounted to 147 respondents.
The theory of this research is Adolescents Orientation to the Future from Jari Erik Nurmi (1989). The gauge study in this research is based from theory of Adolescents Orientation to the Future and consist of 36 items. The validity test using Rank Spearman and reliability test using coefficient reliability Alpha Cronbach formula resulting 0,310 - 0,814 for validity and 0,751 for reliability. The data processing by using descriptive analyze presented in frequency distribution and cross tabulation.
From the research result, 51,7% of twelve grade students at “X” Senior High School have a clear future oriented of education and 48,3% of twelve grade students at “X” Senior High School have an unclear future oriented of education. Student with clear future oriented of education mostly have a strong motivation, directed plan, and accurate evaluation. Student with unclear future oriented of education mostly have a weak motivation, undirected plan, and unaccurate evaluation.
Researcher proposes suggestion to research the contribution that influence the Orientation to the Future. For the twelve grade students, they are expected to know their future orientation of education so it can be used as a reference and evaluation materials in view of their education in the future, especially selection of college majors and for the school is expected to make a workshop to provide information about college majors, make a training of future orientation, guidance counseling for twelve grade students, and tell the parents about the importance of providing complete information to the twelve grade students about college majors.
iii Universitas Universitas Maranatha DAFTAR ISI
ABSTRAK...i
ABSTRACT...ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR BAGAN... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 10
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Kegunaan Penelitian... 11
1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 11
1.4.2. Kegunaan Praktis ... 11
1.5. Kerangka Pemikiran ... 12
1.6. Asumsi Penelitian... 23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 24
2.1. Orientasi Masa Depan... ... ...24
2.1.1. Pengertian Orientasi Masa Depan ... 24
iv Universitas Universitas Maranatha
2.1.3.Hal-hal yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan ... 32
2.2. Masa Remaja ... 34
2.2.1. Masa Perkembangan Remaja ... 34
2.2.2. Pengambilan Keputusan pada Remaja ... 35
2.2.3. Sekolah bagi Remaja ... 36
2.2.3.1. Transisi dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ke Perguruan Tinggi ... 36
2.2.4. Perkembangan Karir... 38
2.2.4.1. Eksplorasi, Pengambilan Keputusan, Perencanaan, dan Perkembangan Identitas ... 38
2.2.5. Ikatan Keluarga – Teman Sebaya pada Masa Remaja ...40
2.2.6. Konflik Remaja dan Orang Tua ... 41
2.2.7. Konformitas Teman Sebaya ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43
3.1. Rancangan Penelitian ... 43
3.2. Bagan Rancangan Penelitian ... 43
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 43
3.3.1. Variabel Penelitian ... 43
3.3.2. Definisi Konseptual ... 44
v Universitas Universitas Maranatha
3.4. Alat Ukur ... 45
3.4.1. Alat Ukur Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan ... 45
3.4.2. Prosedur Pengisian ... 46
3.4.3. Sistem Penilaian ... 47
3.4.4. Data Pribadi dan Data Penunjang ... 48
3.4.4.1. Data Pribadi ... 48
3.4.4.2. Data Penunjang ... 48
3.4.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 48
3.4.5.1. Validitas Alat Ukur ... 48
3.4.5.2. Reliabilitas Alat Ukur ... 49
3.5. Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 50
3.5.1. Populasi Sasaran... 50
3.5.2. Karakteristik Populasi ... 50
3.5.3. Teknik Penarikan Sampel ... 51
3.6. Teknik Analisis Data ... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...52
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian...52
4.1.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin...52
4.1.2. Gambaran Subjek Berdasarkan Jurusan di SMA ...52
4.1.3. Gambaran Subjek Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Ayah ...53
4.1.4. Gambaran Subjek Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Ibu ...53
vi Universitas Universitas Maranatha 4.2.1. Gambaran Tahap Motivasi Orientasi Masa Depan Bidang
Pendidikan ...55
4.2.2. Gambaran Tahap Perencanaan Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan ...55
4.2.3. Gambaran Tahap Evaluasi Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan...56
4.2.4. Gambaran Pengolahan Data Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan dengan Tahap Motivasi ...56
4.2.5. Gambaran Pengolahan Data Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan dengan Tahap Perencanaan ...57
4.2.6. Gambaran Pengolahan Data Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan dengan Tahap Evaluasi ...58
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian...58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 68
5.1. Kesimpulan...68
5.2. Saran...69 DAFTAR PUSTAKA
vii Universitas Universitas Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kisi-kisi Alat Ukur ... 47
Tabel 3.2. Penilaian Jawaban ... 49
Tabel 4.1. Gambaran Jenis Kelamin... 52
Tabel 4.2. Gambaran Jurusan... 52
Tabel 4.3. Gambaran Latar Belakang Pendidikan Ayah... 53
Tabel 4.4. Gambaran Latar Belakang Pendidikan Ibu...53
Tabel 4.5.Gambaran Orientasi Masa Depan...54
Tabel 4.6. Gambaran Tahap Motivasi...55
Tabel 4.7. Gambaran Tahap Perencanaan...55
Tabel 4.8. Gambaran Tahap Evaluasi...56
Tabel 4.9. Tabulasi SIlang antara Orientasi Masa Depan dengan Motivasi... 56
Tabel 4.10. Tabulasi Silang antaraOrientas Masa Depan dengan Perencanaan...57
viii Universitas Universitas Maranatha DAFTAR BAGAN
ix Universitas Universitas Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Pribadi dan Data Penunjang
Lampiran 2 : Alat Ukur Orientasi Masa Depan bidang Pendidikan Lampiran 3 : Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Lampiran 4 : Gambaran Subjek Lampiran 5 : Data
Lampiran 6 : Crosstabulation Orientasi Masa Depan dengan data penunjang
1 Universitas Kristen Maranatha PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di zaman yang semakin maju dan berkembang, pendidikan menjadi salah
satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
menentukan pekerjaan dan karier cemerlang di masa yang akan datang. Oleh
sebab itu banyak siswa/i yang berusaha memperoleh pendidikan yang terbaik.
UNESCO merupakan badan PBB yang menangani bidang pendidikan
menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan
berusaha memperbaiki keadaan seluruh bangsa, haruslah dari pendidikan sebab
pendidikan adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban
(www.bpplsp-reg-1.go.id). Pendidikan yang terbaik dapat diperoleh melalui berbagai alternatif yang
salah satunya adalah melalui jalur pendidikan formal di sekolah. Jalur pendidikan
formal dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), kemudian Perguruan
Tinggi. (id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formal)
Pendidikan yang akan ditempuh siswa setelah lulus SMA adalah jenjang
perguruan tinggi. Ini berarti siswa SMA harus mengambil keputusan-keputusan
tentang masa depan, termasuk salah satunya mengenai kuliah untuk melanjutkan
pendidikan sebelumnya (Santrock, 1995). Pengambilan keputusan ini terjadi saat
2
Universitas Kristen Maranatha
bangku SMA. Pada saat siswa kelas XII, pembelian formulir dan pendaftaran
perguruan tinggi sudah mulai dibuka, meskipun siswanya belum mengikuti UAN
dan dinyatakan lulus.
Memilih suatu jurusan perkuliahan bukan persoalan yang mudah bagi
siswa-siswi SMA kelas XII. Sebuah survei yang dilakukan oleh psikologi
online pada tahun 2009, menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan
terbesar para siswa di SMA adalah tentang pemilihan jurusan di Perguruan
Tinggi. Mereka merasa bingung dalam menentukan pilihan. Mereka ragu-ragu
jurusan apa yang akan dipilihnya kelak. Dalam sebuah survei, ratusan siswa
SMA ketika ditanya mengenai yakin atau tidaknya akan lulus sekolah tanpa
ragu mereka menyatakan pasti akan lulus. Hasil uji coba (try out) yang mereka
lakukan sendiri mengindikasikan mereka memang akan bisa lulus. Akan
tetapi saat diberikan pertanyaan mengenai jurusan yang akan dipilih saat
kuliah kelak, sebagian besar dari mereka belum dapat menjawab. Hanya
kurang dari 5% siswa yang mampu menjawab dengan tegas dan penuh
keyakinan. Selebihnya ragu-ragu menjawab atau bahkan tidak menjawab sama
sekali (www.psikologi-online.com, tahun 2009)
Dalam memilih jurusan di perguruan tinggi, siswa SMA perlu
mempertimbangkan beberapa faktor seperti kemampuan, minat, bakat, dan
kepribadian karena apabila siswa SMA salah memilih jurusan terdapat
beberapa dampak negatif terhadap kehidupan siswa di masa mendatang.
Universitas Kristen Maranatha
adalah menurunnya daya tahan terhadap tekanan, konsentrasi dan menurunnya
daya juang. Apalagi bila pelajaran semakin sulit, masalah akan semakin
bertambah dan dapat menyebabkan kuliah terancam terhenti di tengah jalan.
Problem akademis juga dapat terjadi jika salah mengambil jurusan,
seperti prestasi yang kurang optimal, banyak mengulang mata kuliah yang
berdampak bertambahnya waktu dan biaya, kesulitan memahami materi,
kesulitan memecahkan persoalan, ketidakmampuan untuk mandiri dalam
belajar, dan rendahnya nilai indeks prestasi. Selain itu, salah memilih jurusan
juga dapat mempengaruhi motivasi belajar dan tingkat kehadiran. Apabila
semakin sering tidak masuk kuliah, maka akan mengalami kesulitan dalam
memahami materi, lalu jika tidak suka dengan mata perkuliahannya akhirnya
menjadi sering bolos. Padahal tingkat kehadiran juga dapat mempengaruhi
nilai. Memilih jurusan dengan tidak dipertimbangkan terlebih dahulu juga
memunculkan problem relasional. Salah memilih jurusan, membuat
mahasiswa tidak nyaman dan tidak percaya diri. Ia merasa tidak mampu
menguasai materi perkuliahan sehingga ketika hasilnya tidak memuaskan, ia
merasa rendah diri karena merasa dirinya kurang mampu. Oleh karena itu
sangat penting seorang siswa khususnya yang sedang duduk di bangku SMA
untuk mempertimbangkan lebih dahulu sebelum menentukan jurusan
4
Universitas Kristen Maranatha
Siswa SMA kelas XII sedang berada dalam tahap perkembangan remaja
akhir. Dibandingkan dengan anak-anak, remaja cenderung menciptakan
pilihan-pilihan, menelaah situasi dari berbagai sudut pandang, memperkirakan
konsekuensi dari suatu keputusan dan mempertimbangkan kredibilitas sumber
(Mann, Harmoni & Power dalam Santrock, 2003). Nurmi (1991) menegaskan
bahwa minat dan tujuan remaja berisi tentang tugas-tugas utama perkembangan
(Havighurst, 1948/1974) pada remaja akhir dan dewasa awal, seperti pendidikan
lanjutan, pekerjaan, keluarga dan aspek materi dari kehidupan. Maka dari itu,
masa SMA merupakan masa dimana mereka membuat rencana mengenai
perwujudan minat-minat remaja di masa depan.
Orientasi masa depan merujuk pada bagaimana cara seseorang
memandang masa depannya yang berhubungan dengan minat, harapan, dan
perhatiannya (Nurmi, 1991). Orientasi masa depan merupakan proses yang
mencakup tiga tahapan yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi. Motivasi
merujuk pada hal-hal yang menjadi minat seseorang di masa yang akan datang.
Perencanaan merujuk pada bagaimana seseorang merencanakan perwujudan
minat-minatnya dalam konteks masa depan (Nuttin 1974; 1984 dalam Nurmi,
1991). Evaluasi menyangkut kesempatan yang ada untuk merealisasikan goal
yang sudah ditetapkan dengan rencana yang telah dibentuk. Ketiga proses
tersebut menentukan jelas atau tidaknya orientasi masa depan seseorang.
Siswa SMA kelas XII yang telah memiliki orientasi masa depan yang
Universitas Kristen Maranatha
depannya. Ia telah menentukan jurusan perkuliahan apa yang akan ia ambil
ketika lulus sekolah kelak. Ia juga telah mampu merumuskan langkah-langkah
apa yang akan dilakukannya agar jurusan perkuliahan yang diinginkannya dapat
tercapai, dan ia juga mampu mengevaluasi berbagai faktor yang dapat
mendukung dan menghambat dirinya dalam mencapai jurusan perkuliahan yang
ia inginkan.
Dengan adanya orientasi masa depan maka siswa memiliki suatu
pedoman atau persiapan diri guna mengarahkan dirinya pada keberhasilan
pencapaian jurusan perkuliahan yang dicita-citakan di masa depan. Jika seorang
individu memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang tidak jelas,
maka ia belum mampu untuk menentukan jurusan perkuliahan yang akan
diambil setelah lulus SMA. Ia belum dapat menyusun langkah-langkah untuk
mencapai tujuannya.
SMA “X” adalah salah satu SMA swasta di Bandung yang berlokasi di
daerah yang strategis dan memiliki akreditasi A. SMA “X” memiliki fasilitas
yang baik untuk menunjang kegiatan akademik dan non akademik. SMA “X”
dimiliki oleh sebuah yayasan yang bernama Yayasan “X”. Yayasan tersebut
menyelenggarakan kegiatan bidang pendidikan dari tingkat TK, SD, SMP, SMA
dan Akademi Sekretaris Manajemen. Yayasan tersebut terkenal memiliki
kualitas yang baik dari segi lulusan maupun fasilitas belajarnya oleh masyarakat
6
Universitas Kristen Maranatha
Visi SMA “X” adalah mendukung dan mengutamakan proses pendidikan
seumur hidup (Long Life Education) dengan meningkatkan mutu pembelajaran
dan pelayanan pendidikan sehingga terbentuk siswa yang cerdas secara
intelektual, emosional, dan spiritual. Sementara itu misinya adalah mewujudkan
SMA “X” sebagai sekolah pembauran (Agama, Bangsa, dan Suku Bangsa)
dengan menghilangkan perbedaan dan mengedepankan kebersamaan, menjaga
suasana dan lingkungan belajar yang kondusif, aman, damai dan tertib, mampu
menghasilkan lulusan yang berkualitas secara akademik dan bersaing dalam
kompetisi secara global (http://www.SMA-X.com)
Menurut wawancara dengan guru BK SMA “X”, mayoritas siswa-siswi
“X” setelah lulus ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Begitu
pula dengan alumni SMA “X” dari tahun ke tahun hampir seluruh lulusannya
melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri
maupun swasta. Sedikit sekali siswa-siswi “X” yang setelah lulus langsung
bekerja. Siswa-siswi kelas XII SMA “X” memiliki dorongan yang tinggi untuk
melanjutkan pendidikannya mengingat saat ini mencari pekerjaan adalah bukan
hal yang mudah sehingga kebanyakan siswa-siswi kelas XII SMA “X” ingin
memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya atau minimal Diploma, agar
memudahkan mereka dalam mencari pekerjaan cemerlang di masa yang akan
datang.
Meskipun siswa SMA “X” memiliki dorongan yang tinggi untuk
Universitas Kristen Maranatha
mereka yang sudah mengetahui dengan jelas jurusan perkuliahan dan perguruan
tinggi mana yang mereka inginkan karena mereka mengalami kebingungan
untuk memilih jurusan yang sesuai dengan minatnya. Ada beberapa siswa yang
ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi hanya karena mengikuti
temannya. Kebanyakan dari siswa SMA “X” memiliki minat pada satu
Perguruan Tinggi swasta di Bandung sehingga beberapa dari mereka tidak
peduli dengan jurusan perkuliahan selama mereka dapat berkuliah di Perguruan
Tinggi yang menjadi favorit siswa-siswi SMA “X” tersebut. Ada pula beberapa
siswa yang ingin melanjutkan perkuliahan ke jurusan tertentu karena mengikuti
orangtua atau kakak mereka sehingga saat ditanyakan mengenai jurusan apa
yang mereka inginkan dan apa alasannya, hampir sebagian besar siswa SMA
kelas XII “X” tidak memiliki alasan yang jelas.
Hal ini dapat terjadi karena kurangnya informasi mengenai pemilihan
jurusan di perguruan tinggi yang dimiliki oleh siswa-siswi kelas XII SMA “X”.
Kendala yang terjadi SMA “X” bahwa tidak disediakannya jam pelajaran khusus
untuk Guru BK sehingga siswa-siswi mengalami kesulitan apabila hendak
berkonsultasi atau mencari informasi mengenai jurusan di perguruan tinggi.
Selain itu, tidak semua siswa memiliki keinginan untuk mencari informasi
selengkap-lengkapnya mengenai jurusan perkuliahan. Di sisi lain, tidak semua
orang tua siswa memberikan informasi dengan lengkap tentang pemilihan
jurusan kepada anak-anaknya. Hampir sebagian dari siswa kelas XII SMA “X”
8
Universitas Kristen Maranatha
untuk mempersiapkan diri agar dapat diterima di jurusan perkuliahan yang
diinginkan. Siswa kelas XII yang telah mengetahui jurusan di perguruan tinggi
yang mereka inginkan, dari semenjak kelas XI telah memilih penjurusan SMA
yang sesuai dengan persyaratan dari jurusan perkuliahan yang diinginkan.
Sebagai contoh, siswa yang ingin berkuliah di jurusan kedokteran, semenjak Ia
duduk di kelas XI, ia telah belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat masuk ke
jurusan IPA. Hal ini disebabkan karena dalam memilih jurusan IPA dan IPS di
SMA “X” tidak berdasarkan minat siswa tapi hanya berdasarkan kriteria nilai di
beberapa pelajaran tertentu, hal ini tentunya dapat mempengaruhi siswa yang
berminat masuk jurusan perkuliahan tertentu tapi tidak bisa karena persyaratan
jurusan SMA yang tidak sesuai. Siswa SMA “X” sendiri memiliki level
optimisme yang bervariasi, ada sebagian siswa yang sudah yakin akan
kemampuannya dan merasa optimis dapat diterima di Perguruan Tinggi yang
mereka inginkan, tetapi sebagian besar siswa merasa pesimis akan
kemampuannya dan memiliki harapan yang rendah dapat diterima di jurusan
perkuliahan yang diinginkan.
Berdasarkan hasil wawancara pada 13 orang siswa kelas XII SMA “X”
Bandung mengenai minat mereka dalam bidang pendidikan, 8 orang diantaranya
(61,5%) memiliki minat untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi dan
telah mengetahui jurusan perkuliahan yang diinginkan dengan jelas dan spesifik
yang menandakan mereka memiliki motivasi yang kuat terhadap jurusan
Universitas Kristen Maranatha
minat untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi namun mereka masih
bingung dan ragu-ragu, mereka belum mengetahui jurusan perkuliahan yang
jelas dan belum spesifik, yang menandakan mereka memiliki motivasi yang
lemah terhadap jurusan perkuliahan tertentu.
Dari 13 orang siswa tersebut, 6 orang diantaranya (46,2%) telah mencari
informasi mengenai jurusan perkuliahan, persyaratannya, dan informasi yang
berkaitan dengan perguruan tinggi yang diinginkan melalui orang tua, teman,
guru, ataupun mencari informasi melalui media cetak dan internet. Mereka juga
telah menyusun langkah-langkah yang akan mereka tempuh agar diterima di
jurusan perkuliahan dan perguruan yang mereka inginkan, misalnya mengikuti
bimbingan tambahan di luar sekolah dan juga membentuk strategi apabila tidak
diterima di jurusan perkuliahan yang mereka inginkan misalnya dengan
menentukan jurusan perkuliahan lain untuk dijadikan cadangan. Hal ini
membuktikan bahwa mereka berarti memiliki perencanaan yang terarah.
Sedangkan 7 orang (53,8%) siswa tidak mencari informasi yang berhubungan
dengan perguruan tinggi yang mereka inginkan ataupun belum memiliki jurusan
perkuliahan yang jelas, mereka ingin mendaftarkan dirinya ke beberapa jurusan
di perguruan tinggi negeri maupun swasta di Bandung. Hal ini menandakan
mereka memiliki perencanaan yang tidak terarah. Dari 13 orang siswa, 4 orang
diantaranya (30,8%) telah melakukan penilaian terhadap kemampuan diri
mereka melalui prestasinya di sekolah, syarat-syarat yang dapat mereka penuhi
10
Universitas Kristen Maranatha
sedangkan 9 orang (69,28%) lainnya merasa tidak yakin akan minat, bakat, dan
kemampuan dirinya, mereka juga memiliki harapan yang rendah dalam
mencapai jurusan perkuliahan yang diinginkan yang berarti memiliki evaluasi
yang tidak akurat.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa siswa kelas XII SMA
“X” memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang bervariasi.
Mengingat pentingnya orientasi masa depan bagi siswa SMA, hal ini membuat
peneliti tertarik untuk meneliti mengenai gambaran orientasi masa depan bidang
pendidikan pada siswa SMA “X” Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimanakah gambaran orientasi masa
depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII SMA “X” Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai Orientasi
Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah memperoleh gambaran
mengenai Orientasi masa depan bidang pendidikan siswa kelas XII SMA “X”
Bandung dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Ilmiah
Memberikan tambahan informasi mengenai Orientasi masa depan bidang pendidikan yang dimiliki siswa kelas XII SMA “X” Bandung bagi bidang
ilmu Psikologi Pendidikan.
Memberikan sumbangan informasi orientasi masa depan bidang
pendidikan kepada peneliti-peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti
lebih lanjut mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Memberikan informasi bagi SMA “X” Bandung mengenai gambaran
orientasi masa depan para siswanya. Hal ini dapat digunakan untuk
melakukan arahan dan bimbingan ke para siswa mengenai pendidikan di
masa yang akan datang khususnya dalam memilih jurusan perkuliahan.
Memberikan informasi bagi siswa kelas XII SMA “X” Bandung mengenai
12
Universitas Kristen Maranatha
bahan evaluasi bagi siswa dalam memandang pendidikannya di masa
depan terutama dalam pemilihan jurusan perkuliahan.
1.5 Kerangka Pikir
Masa remaja dimulai saat individu kira-kira berusia 10 sampai 13 tahun
dan berakhir antara usia 18 dan 22 tahun. Saat ini, siswa kelas XII SMA “X”
rata-rata telah memasuki masa remaja akhir. Masa remaja merupakan salah satu
tahapan dalam perkembangan setiap individu. Menurut Santrock (2003), masa
remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional.
Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman konkrit aktual sebagai dasar
pemikiran. Remaja mulai berpikir abstrak, idealis dan logis. Selama masa remaja,
pemikiran-pemikiran remaja juga mengarah ke masa depan. Remaja mulai
berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan
masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis.
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Piaget dan Mussen (1984) dalam
Nurmi (1989), bahwa remaja berada pada tahap berpikir formal operasional. Pada
tahap ini remaja dapat menggunakan variasi yang lebih luas untuk strategi
pemecahan masalah, fleksibilitas dalam berpikir dan bernalar serta dapat melihat
suatu permasalahan dari sejumlah perspektif atau sudut pandang. Kemudian
Nurmi (1989) menjelaskan bahwa pada tahap berpikir formal operasional remaja
Universitas Kristen Maranatha
berpikir ini juga membuat remaja mampu memahami bukan saja keadaan yang
sedang terjadi tetapi juga yang diduga akan terjadi. Kemampuan ini diharapkan
dapat menolong remaja dalam menetapkan masa depan yang belum dicapainya
dan juga untuk perencanaan serta alternatif pelaksanaan dalam usaha pencapaian
masa depannya.
Menurut Nurmi (1989), ada beberapa bidang kehidupan di masa depan
yang sering kali menjadi pusat perhatian remaja, salah satunya adalah bidang
pendidikan. Bagi seorang siswa SMA, salah satu orientasi masa depan bidang
pendidikan adalah dengan mempersiapkan diri untuk memilih jurusan perkuliahan
di Perguruan Tinggi. Orientasi masa depan dalam bidang pendidikan adalah
bagaimana cara seseorang memandang masa depannya yang berhubungan dengan
minat, harapan, dan perhatiannya dalam bidang pendidikan (Nurmi, 1991).
Orientasi masa depan ini merupakan sebuah siklus yang mencakup tiga tahapan
yang saling berkaitan satu sama lain yaitu: motivasi, perencanaan dan evaluasi.
Pertama, pada tahap motivasi, siswa menentukan tujuan mereka
berdasarkan perbandingan antara motif-motif dan nilai-nilai umum dengan
pengetahuan yang mereka miliki mengenai usaha pemenuhan tugas
perkembangan, yaitu untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Dengan
mengeksplorasi pengetahuan yang berhubungan dengan motif dan nilai, siswa
SMA dapat membuat minatnya menjadi lebih spesifik. Minat dalam jurusan
perkuliahan tertentu akan mengarahkan dalam menentukan jurusan perkuliahan
14
Universitas Kristen Maranatha
minat pada bidang seni, mereka sudah dapat menentukan jurusan perkuliahan
serta peguruan tinggi yang akan mereka pilih, misalnya jurusan seni murni di
Perguruan Tinggi X Bandung.
Motivasi mengacu pada energi yang dimiliki oleh siswa dan siswi kelas
XII SMA “X”, kemauan dalam diri yang membawa ke dalam suatu tindakan
dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Misalnya, siswa SMA mulai
mencari tahu informasi melalui orangtua, guru, ataupun media lain mengenai
berbagai jurusan yang ada di perguruan tinggi. Minat tiap orang juga bervariasi
berdasarkan seberapa jauh kedepan mereka memperkirakan minat tersebut dapat
direalisasikan.
Tahapan yang kedua adalah tahap perencanaan. Aktivitas perencanaan
diperlukan sebagai usaha untuk mewujudkan tujuan, yaitu diterima di jurusan
perkuliahan yang diinginkan. Terdapat tiga tahapan lagi pada tahap perencanaan
ini, yaitu knowledge, plans dan realization (Nurmi, 1989). Diawali dengan
knowledge yang berkaitan dengan pembentukan sub-sub tujuan. Pembentukan
sub-sub tujuan adalah usaha siswa kelas XII SMA “X” untuk mewujudkan tujuan
yang telah direncanakan; untuk membentuk sub-sub tujuan dibutuhkan
pengetahuan yang berhubungan dengan tujuan tersebut. Seberapa banyak
pengetahuan yang dimiliki siswa kelas XII SMA “X” akan mempengaruhi
perencanaan yang dibuat. Siswa kelas XII SMA “X” akan mencari pengetahuan
dan informasi yang berhubungan dengan tujuan masa depan yang diharapkan,
Universitas Kristen Maranatha
diterima di jurusan perkuliahan yang diinginkan, lalu siswa mengetahui
persyaratan apa saja yang dibutuhkan di jurusan perkuliahan tersebut.
Kedua, siswa SMA harus membuat plans. Plans berkaitan dengan
keragaman dari rencana atau strategi yang dilakukan untuk meraih tujuan.
Membangun rencana sama dengan proses memecahkan masalah (problem
solving) dimana siswa harus menemukan jalan yang membawa pada peraihan goal
dan kemudian memutuskan jalan mana yang paling efisien. Siswa kelas XII SMA
“X” dapat membuat berbagai rencana atau strategi seperti menyusun
langkah-langkah dengan matang ataupun membuat berbagai macam strategi agar dapat
diterima di jurusan perkuliahan yang diinginkan.
Fase ketiga dari tahap perencanaan adalah realization. Realization adalah
pelaksanaan dari rencana dan strategi yang telah dibentuk. Sama seperti
perencanaan umum, pelaksanaan rencana dan strategi juga dikontrol oleh
perbandingan antara gambaran goal dan konteks aktual. Selama siswa masih
belum lulus dan masih menjalani sekolah, mereka mendapatkan informasi
tambahan dan keadaan yang mungkin dapat mempengaruhi rencana mereka untuk
mencapai jurusan perkuliahan yang diinginkan. Dengan perubahan situasi seperti
ini, siswa harus dapat memodifikasi rencana yang telah mereka susun.
Pada tahap evaluasi, siswa juga harus mengevaluasi kemampuan untuk
merealisasikan goal berupa jurusan perkuliahan yang sudah ditetapkan dengan
rencana yang telah dibentuk. Akan tetapi, karena goal dan rencana untuk meraih
16
Universitas Kristen Maranatha
termasuk evaluasi kemungkinan perealisasiannya. Evaluasi dalam orientasi masa
depan terlihat berdasarkan dua hal pula yaitu, causal attribution yang
berhubungan dengan harapan, perhitungan kemungkinan yang berhubungan
dengan realisasi yang menandakan level optimisme, dan evaluasi emosi umum
tentang masa depan. Pertama, siswa mengevaluasi kemungkinan diterima di
jurusan perkuliahan tersebut berdasarkan kemampuan mereka dan
kesempatan-kesempatan yang mereka miliki. Causal attribution didasarkan pada evaluasi
kognitif secara sadar oleh siswa akan peluang untuk mengontrol masa depan
mereka.
Kedua, berdasarkan pengetahuan, rencana, kesempatan dan kemungkinan
yang telah dipikirkan, siswa dapat merasa optimis atau pesimis mengenai
pencapaian jurusan perkuliahan yang diinginkan. Apabila lebih banyak hal yang
mendukung untuk mencapai jurusan perkuliahan tersebut, siswa dapat merasa
lebih optimis, begitu juga sebaliknya. Terakhir, emosi umum yang dirasakan
siswa terhadap masa depannya, berhubungan juga dengan tingkat optimismenya.
Semakin siswa merasa optimis, maka mereka pun dapat merasa semakin tinggi
harapan mereka untuk mencapainya. Selain itu semakin mereka merasa dapat
mengontrol pencapaian tujuan maka mereka pun dapat semakin optimis dan
semakin tinggi harapan mereka.
Orientasi masa depan dikarakteristikan sebagai proses dari 3 tahapan yaitu,
membuat goals, merencanakan, dan yang terakhir mengevaluasi kemungkinan
Universitas Kristen Maranatha
dalam berbagai cara. Pertama, goals dan standart personal memberikan dasar
terhadap bagaimana seseorang mengevaluasi kemampuan mereka: pencapaian
goal membentuk konsep diri yang positif. Kedua, keefektivan rencana yang dibuat
mempengaruhi pencapaian hasil juga evaluasi diri. Yang ketiga, bagaimana
seseorang mengevaluasi penyebab kesuksesan dan kegagalan mereka, pada
gilirannya juga akan mempengaruhi goals dan aspirasi yang nanti akan akan
dibuat (Bandura, 1986). Kesimpulannya, orientasi masa depan dapat
dikarakterisasikan sebagai sistem dimana tahapan-tahapannya saling berinteraksi.
Dari ketiga tahapan tersebut, akan diperoleh gambaran orientasi masa
depan pada Siswa kelas XII SMA “X” dalam bidang pendidikan. Dalam
perkembangannya, jelas atau tidak jelasnya orientasi masa depan yang dimiliki
oleh individu dipengaruhi oleh dua hal, yaitu cultural context dan social
environment. Cultural context adalah bagian terbesar dari konteks kehidupan
seorang individu dapat dijelaskan melalui aturan-aturan sosial, peran-peran yang
diberikan padanya, pola-pola aktivitas, dan sistem kepercayaan yang berlaku
dalam suatu budaya. Perbedaan dari norma-norma budaya, harapan-harapan,
aturan-aturan dan pola-pola aktivitas dalam tahap perkembangan dapat
dikategorikan sebagai developmental tasks (Havighurst 1948/1974 dalam Nurmi
1989) atau normative life tasks. Perkembangan selama rentang kehidupan yang
terkait dengan tugas-tugas ini berlaku secara universal (Levinson, 1978), namun
usia dalam mencapai tugas-tugas ini belum tentu sama. Sebagai contoh, usia
18
Universitas Kristen Maranatha
dan tugas-tugas perkembangan ini dapat bervariasi tergantung oleh faktor-faktor
lain, seperti level pendidikan, sex roles dan socio economic status.
Tuntutan budaya berdasarkan sex roles. Remaja pria dapat memiliki
orientasi masa depan yang lebih jelas daripada wanita. Pada umumnya pria lebih
berperan aktif dalam dunia pendidikan dan pekerjaan, sementara wanita lebih
berperan dalam keluarga dan aktivitas rumah tangga. Hasil penelitian mengenai
perbedaan jenis kelamin pada orientasi masa depan remaja menunjukkan bahwa
pemikiran remaja pria yang cenderung lebih tertarik aspek materi dari kehidupan
sedangkan remaja wanita lebih berorientasi pada keluarga di masa depan.
Tuntutan budaya berdasarkan socioeconomics status. Remaja yang berada
dalam kelas ekonomi bawah lebih tertarik dalam dunia kerja. Sebaliknya remaja
dalam kelas ekonomi menengah cenderung menyukai bidang pendidikan, karir,
dan aktivitas luang. Lebih lanjut, Lamm dkk (1976) menemukan bahwa remaja
kelas ekonomi menengah menyuarakan lebih banyak harapan yang berkaitan
dengan kehidupan bermasyarakat daripada kehidupan pribadinya dibandingkan
dengan remaja kelas ekonomi bawah. Nurmi (1987) menemukan kenyataan ini
terutama dalam hal yang berkaitan dengan minat dalam bidang pekerjaan.
Sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa remaja dengan status sosial
ekonomi yang tinggi memikirkan masa depannya lebih jauh dibandingkan remaja
yang berstatus sosial ekonomi rendah (Mehta et al., 1972; Nurmi, 1987b; O'Rand
& Ellis, 1974; Trommsdorff & Lamm, 1975; Vincent dalam Nurmi 1991).
Universitas Kristen Maranatha
lebih mencerminkan penilaian yang nyata mengenai rentang kehidupan yang
diharapkannya daripada kekurangan-kekurangan dirinya dalam pemikiran
mengenai masa depan. Kebanyakan penelitian pada tahap perencanaan terhadap
masa depan menunjukkan bahwa remaja dengan status sosial ekonomi atas
cenderung lebih merencanakan masa depannya dibandingkan dengan remaja yang
berstatus sosial ekonomi rendah (Cameron et al., 1977-78; Trommsdorff et al.,
1978; Tyszkowa, 1980).
Faktor kedua yang mempengaruhi orientasi masa depan individu adalah
social environment. Lingkungan sosial saat ini yang berhubungan dengan
individu, misalnya adalah keluarga dan teman sebaya.
Pertama, orang tua menjadi model dalam mengatasi tugas perkembangan
yang dimiliki. Terdapat beberapa tugas perkembangan bagi seorang remaja akhir
misalnya, mencapai identitas diri dan kemandirian, berkembang kedekatan dengan
teman sebaya, menyelesaikan sekolah formal (Santrock). Dalam memenuhi tugas
perkembangannya yang banyak tersebut, siswa SMA dapat menjadikan orang tua
nya model. Misalnya, orang tua yang setelah lulus SMA melanjutkan
pendidikannya ke Perguruan tinggi dan berhasil dalam bidang pendidikan, maka
anak akan memiliki orientasi yang jelas pada bidang pendidikan.
Kedua, dengan orang tua menetapkan standar kepada anaknya, orang tua
dapat mempengaruhi minat, nilai dan goal pada siswa. Misalnya, orang tua
menanamkan pentingnya berkuliah setelah lulus SMA agar siswa dapat diterima
20
Universitas Kristen Maranatha
siswa dan akan membuat siswa lebih jelas dalam menentukan jurusan
perkuliahannya. Berbeda dengan orang tua yang kurang mementingkan untuk
melanjutkan kuliah setelah lulus SMA, hal ini secara tidak langsung akan
membuat siswa lebih santai dan tidak memikirkan apa yang akan dilakukannya
setelah lulus SMA.
Ketiga, adalah teman sebaya. Siswa SMA kelas XII sedang berada pada
tahap perkembangan remaja akhir dimana hubungan dengan teman menempati
porsi besar di dalam kehidupan seseorang. Saat remaja terdapat isu konformitas
dimana remaja ingin menyesuaikan perilaku mereka karena ada tekanan dari
teman sebaya. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi lebih kuat ketika
memasuki tahap remaja. Teman sebaya mempengaruhi beberapa aspek kehidupan
remaja dan dapat berbentuk positif ataupun negatif.
Apabila kedua faktor diatas, baik cultural context maupun social
environment menunjang, maka orientasi masa depan dalam bidang pendidikannya
jelas, sebaliknya apabila tidak menunjang maka orientasi masa depan dalam
bidang pendidikannya tidak jelas. Orientasi masa depan yang jelas ditunjukkan
dengan motivasi yang kuat dan menunjukkan minat yang besar terhadap suatu
jurusan perkuliahan yang telah dipilih untuk masa depan. Mereka memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi sehingga melakukan eksplorasi dengan mencari informasi
sehubungan dengan minatnya itu. Berdasarkan informasi dan pengetahuan yang
diperoleh, siswa menentukan tujuan yang ingin dicapai di masa depan sehubungan
Universitas Kristen Maranatha
siswa mulai menyusun strategi yang terarah pada pencapaian tujuan yang ingin
dicapai di masa depan. Langkah selanjutnya adalah, siswa mengevaluasi tujuan
yang ingin dicapai dengan strategi yang telah disusun, sehingga timbul harapan
dan perasaan optimis bahwa kelak ia akan berhasil mencapai tujuannya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa siswa kelas XII SMA “X” memiliki orientasi
masa depan dalam bidang pendidikan yang jelas.
Sementara itu orientasi masa depan yang tidak jelas ditunjukkan apabila
siswa memiliki motivasi yang lemah. Siswa belum memiliki minat dan
menentukan jurusan perkuliahan yang ingin dicapainya di masa depan. Mereka
juga tidak tertarik untuk mencari informasi mengenai jurusan perkuliahan yang
akan digelutinya kelak. Kurangnya minat dan informasi yang dimiliki
menghambat siswa dalam menyusun strategi, sehingga mereka tidak memiliki
perencanaan untuk mencapai tujuan dalam bidang pendidikan. Evaluasi siswa
juga akan menjadi tidak akurat karena kurangnya minat dan perencanaan dalam
bidang pendidikan (Nurmi, 1989). Oleh karena orientasi masa depan merupakan
suatu proses yang saling berkaitan mencakup tiga tahapan, remaja dapat dikatakan
mempunyai orientasi masa depan yang tidak jelas jika salah salah satu dari ketiga
tahap tersebut lemah, tidak terarah, atau tidak akurat meskipun dua dari ketiga
22
Universitas Kristen Maranatha
Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran
Tidak jelas
Faktor yang mempengaruhi :
- Cultural Context (Tugas perkembangan dan tuntutan budaya yang berdasarkan level pendidikan, sex roles dan socio economic status)
- Social Environment (Orang tua menjadi model, orang tua menetapkan standart dan teman)
Orientasi Masa Depan
Tahapan :
1. Motivasi
2. Perencanaan
3. Evaluasi Siswa kelas
XII SMA “X” Bandung
Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi
Berdasarkan kerangka pikir, maka dapat ditarik asumsi :
1) Kejelasan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII
SMA “X” Bandung ditentukan berdasarkan tiga tahap, yaitu motivasi,
perencanaan serta evaluasi.
2) Siswa kelas XII SMA “X” yang memiliki motivasi yang kuat, perencanaan
yang terarah, evaluasi yang akurat dapat membentuk orientasi masa depan
bidang pendidikan yang jelas, dan sebaliknya.
3) Orientasi masa depan siswa kelas XII SMA “X” Bandung dapat
dipengaruhi oleh cultural context dan social environment.
4) Siswa kelas XII SMA “X” memiliki orientasi masa depan bidang
68 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian terhadap 147 orang siswa kelas XII SMA “X”
Bandung, maka dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai orientasi masa depan
bidang pendidikan siswa, yaitu sebagai berikut:
1. Sebagian siswa kelas XII SMA “X” Bandung memiliki gambaran orientasi
masa depan bidang pendidikan yang jelas dan sebagian lainnya memiliki
gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan yang tidak jelas.
2. Siswa kelas XII SMA “X” Bandung dengan gambaran orientasi masa
depan bidang pendidikan yang jelas sebagian besar memiliki motivasi
yang kuat, perencanaan yang terarah dan evaluasi yang akurat.
3. Siswa kelas XII SMA “X” Bandung dengan gambaran orientasi masa
depan bidang pendidikan yang tidak jelas, sebagian besar memiliki
motivasi yang lemah, perencanaan yang tidak terarah dan evaluasi yang
tidak akurat.
4. Siswa kelas XII SMA “X” Bandung yang menjadikan orangtuanya sebagai
model dalam bidang pendidikan, lebih banyak yang memiliki gambaran
orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas, dibandingkan dengan
siswa kelas XII SMA “X” yang tidak menjadikan orangtuanya sebagai
Universitas Kristen Maranatha
5. Siswa kelas XII SMA “X” Bandung yang orangtuanya menetapkan
standart yaitu dengan menanamkan pentingnga berkuliah dan menuntut
untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA, lebih banyak yang
memiliki gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas,
dibandingkan dengan siswa kelas XII SMA “X” yang orangtuanya tidak
menetapkan standart.
5.2. SARAN
Dari hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran yang diharapkan
dapat berguna, yaitu sebagai berikut:
5.2.1 Saran Teoritis
1. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai kontribusi
faktor-faktor terhadap orientasi masa depan bidang pendidikan.
5.2.2 Saran Praktis
1 Diharapkan pihak sekolah dapat membuat workshop dan mendatangkan
narasumber dari salah satu Universitas di Bandung untuk memberikan
informasi mengenai jurusan perkuliahan terhadap siswa kelas XII SMA “X”
Bandung sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan yang luas mengenai
bidang-bidang pendidikan yang dapat dicapainya dan juga siswa dapat
70
Universitas Kristen Maranatha
2 Diharapkan pihak sekolah dapat membuat pelatihan mengenai orientasi masa
depan kepada siswa kelas XII SMA “X” Bandung agar orientasi masa depan
bidang pendidikan siswanya dapat lebih jelas.
3 Diharapkan pihak sekolah dapat menyampaikan pada orangtua siswa,
mengenai pentingnya orangtua memberikan informasi secara lengkap
mengenai jurusan perkuliahan dan perguruan tinggi kepada siswa kelas XII
SMA “X” Bandung.
4 Diharapkan Guru BK mengadakan bimbingan konseling dengan siswa kelas
XII SMA “X” Bandung mengenai kesulitan dalam memilih jurusan
perkuliahan yang sesuai dengan kemampuan dan minat serta membantu siswa
menyusun langkah-langkah untuk dapat mencapai jurusan perkuliahan yang
Universitas Kristen Maranatha
Kumar, Ranjit. 1999, Research Metodology. London: RAGE Publications
Nazir., Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor Ghalia Indonesia
Nurmi, J.E. 1989. Adolescent’s Orientation to The Future Development of
Interests and Plans, and Related Attributions and Affects, in the Life-Span Context. Helsinski: Academic Bookstore
Santrock., John. W. 2002. Life-Span Development edisi kelima. Jilid 2. Versi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Siegel, Sidney. 1992. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT.
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. 2009. Pedoman Penulisan
Skripsi Sarjana (Edisi Revisi III). Bandung
______.2009. Lulusan S1 yang kompetitif (Online),(http://www.kompas.com/
Kompascetak/0206/lulu21.htm, diakses September tahun 2010)
______.Pendidikan Formal. (Online), (id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formal,
diakses Agustus tahun 2010)
______.07 November 2009. Pertimbangan-pertimbangan Memilih Jurusan untuk
Pelajar (Online), (www.psikologi-online.com, diakses September tahun 2010)
Susilowati, Puji. 16 Juni 2008. Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi (Online),
(http://www.e-psikologi.com/epsi/pendidikan.asp, diakses Agustus tahun 2010)
Wijayanti, Susan. 2009. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang
Pekerjaan pada Siswa Kelas XII SMK “X” Bogor. Skripsi. Bandung: Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Maranatha
______.Yayasan Taruna Bakti. (Online), (http://www.TARUNA-BAKTI.com,