• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Pada Siswa Kelas XII SMA "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Pada Siswa Kelas XII SMA "X" Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

i Universitas Universitas Maranatha Abstrak

Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan pada Siswa Kelas XII SMA “X” Bandung dilaksanakan untuk mengetahui gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII SMA “X”Bandung. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini menggunakan tekhnik sensus dan ukuran sampel sejumlah147 responden.

Teori yang digunakan adalah teori Adolescents Orientation to the Future dari Jari Erik Nurmi (1989). Alat ukur yang digunakan, didasarkan dari teori Adolescents Orientation to the Future (1989) dan terdiri dari 36 item. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan Rank Spearman dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach diperoleh validitas berkisar antara 0,310 - 0,814 dan reliabilitas sebesar 0,751. Pengolahan data menggunakan teknik analisis deskriptif yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 51,7% siswa kelas XII SMA “X” Bandung memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas dan sebanyak 48,3% memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang tidak jelas. Siswa kelas XII SMA “X” Bandung dengan orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas sebagian besar memiliki motivasi yang kuat, perencanaan yang terarah, dan evaluasi yang akurat. Siswa kelas XII SMA “X” Bandung dengan orientasi masa depan bidang pendidikan yang tidak jelas, sebagian besar memiliki motivasi yang lemah, perencanaan yang tidak terarah, dan evaluasi yang tidak akurat.

(2)

ii Universitas Universitas Maranatha Abstract

This study’s titiled is Descriptive Study About Orientation to the Future of Education in Twelve Grade Student at “X” Senior High School Bandung to determine about orientation to the future of education in twelve grade student at “X” Senior High Scholl in Bandung. This research used census method and in this research amounted to 147 respondents.

The theory of this research is Adolescents Orientation to the Future from Jari Erik Nurmi (1989). The gauge study in this research is based from theory of Adolescents Orientation to the Future and consist of 36 items. The validity test using Rank Spearman and reliability test using coefficient reliability Alpha Cronbach formula resulting 0,310 - 0,814 for validity and 0,751 for reliability. The data processing by using descriptive analyze presented in frequency distribution and cross tabulation.

From the research result, 51,7% of twelve grade students at “X” Senior High School have a clear future oriented of education and 48,3% of twelve grade students at “X” Senior High School have an unclear future oriented of education. Student with clear future oriented of education mostly have a strong motivation, directed plan, and accurate evaluation. Student with unclear future oriented of education mostly have a weak motivation, undirected plan, and unaccurate evaluation.

Researcher proposes suggestion to research the contribution that influence the Orientation to the Future. For the twelve grade students, they are expected to know their future orientation of education so it can be used as a reference and evaluation materials in view of their education in the future, especially selection of college majors and for the school is expected to make a workshop to provide information about college majors, make a training of future orientation, guidance counseling for twelve grade students, and tell the parents about the importance of providing complete information to the twelve grade students about college majors.

(3)

iii Universitas Universitas Maranatha DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 10

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Kegunaan Penelitian... 11

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 11

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 11

1.5. Kerangka Pemikiran ... 12

1.6. Asumsi Penelitian... 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 24

2.1. Orientasi Masa Depan... ... ...24

2.1.1. Pengertian Orientasi Masa Depan ... 24

(4)

iv Universitas Universitas Maranatha

2.1.3.Hal-hal yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan ... 32

2.2. Masa Remaja ... 34

2.2.1. Masa Perkembangan Remaja ... 34

2.2.2. Pengambilan Keputusan pada Remaja ... 35

2.2.3. Sekolah bagi Remaja ... 36

2.2.3.1. Transisi dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ke Perguruan Tinggi ... 36

2.2.4. Perkembangan Karir... 38

2.2.4.1. Eksplorasi, Pengambilan Keputusan, Perencanaan, dan Perkembangan Identitas ... 38

2.2.5. Ikatan Keluarga – Teman Sebaya pada Masa Remaja ...40

2.2.6. Konflik Remaja dan Orang Tua ... 41

2.2.7. Konformitas Teman Sebaya ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

3.1. Rancangan Penelitian ... 43

3.2. Bagan Rancangan Penelitian ... 43

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 43

3.3.1. Variabel Penelitian ... 43

3.3.2. Definisi Konseptual ... 44

(5)

v Universitas Universitas Maranatha

3.4. Alat Ukur ... 45

3.4.1. Alat Ukur Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan ... 45

3.4.2. Prosedur Pengisian ... 46

3.4.3. Sistem Penilaian ... 47

3.4.4. Data Pribadi dan Data Penunjang ... 48

3.4.4.1. Data Pribadi ... 48

3.4.4.2. Data Penunjang ... 48

3.4.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 48

3.4.5.1. Validitas Alat Ukur ... 48

3.4.5.2. Reliabilitas Alat Ukur ... 49

3.5. Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 50

3.5.1. Populasi Sasaran... 50

3.5.2. Karakteristik Populasi ... 50

3.5.3. Teknik Penarikan Sampel ... 51

3.6. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...52

4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian...52

4.1.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin...52

4.1.2. Gambaran Subjek Berdasarkan Jurusan di SMA ...52

4.1.3. Gambaran Subjek Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Ayah ...53

4.1.4. Gambaran Subjek Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Ibu ...53

(6)

vi Universitas Universitas Maranatha 4.2.1. Gambaran Tahap Motivasi Orientasi Masa Depan Bidang

Pendidikan ...55

4.2.2. Gambaran Tahap Perencanaan Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan ...55

4.2.3. Gambaran Tahap Evaluasi Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan...56

4.2.4. Gambaran Pengolahan Data Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan dengan Tahap Motivasi ...56

4.2.5. Gambaran Pengolahan Data Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan dengan Tahap Perencanaan ...57

4.2.6. Gambaran Pengolahan Data Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan dengan Tahap Evaluasi ...58

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian...58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 68

5.1. Kesimpulan...68

5.2. Saran...69 DAFTAR PUSTAKA

(7)

vii Universitas Universitas Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi-kisi Alat Ukur ... 47

Tabel 3.2. Penilaian Jawaban ... 49

Tabel 4.1. Gambaran Jenis Kelamin... 52

Tabel 4.2. Gambaran Jurusan... 52

Tabel 4.3. Gambaran Latar Belakang Pendidikan Ayah... 53

Tabel 4.4. Gambaran Latar Belakang Pendidikan Ibu...53

Tabel 4.5.Gambaran Orientasi Masa Depan...54

Tabel 4.6. Gambaran Tahap Motivasi...55

Tabel 4.7. Gambaran Tahap Perencanaan...55

Tabel 4.8. Gambaran Tahap Evaluasi...56

Tabel 4.9. Tabulasi SIlang antara Orientasi Masa Depan dengan Motivasi... 56

Tabel 4.10. Tabulasi Silang antaraOrientas Masa Depan dengan Perencanaan...57

(8)

viii Universitas Universitas Maranatha DAFTAR BAGAN

(9)

ix Universitas Universitas Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Pribadi dan Data Penunjang

Lampiran 2 : Alat Ukur Orientasi Masa Depan bidang Pendidikan Lampiran 3 : Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran 4 : Gambaran Subjek Lampiran 5 : Data

Lampiran 6 : Crosstabulation Orientasi Masa Depan dengan data penunjang

(10)

1 Universitas Kristen Maranatha PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di zaman yang semakin maju dan berkembang, pendidikan menjadi salah

satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang

menentukan pekerjaan dan karier cemerlang di masa yang akan datang. Oleh

sebab itu banyak siswa/i yang berusaha memperoleh pendidikan yang terbaik.

UNESCO merupakan badan PBB yang menangani bidang pendidikan

menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

berusaha memperbaiki keadaan seluruh bangsa, haruslah dari pendidikan sebab

pendidikan adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban

(www.bpplsp-reg-1.go.id). Pendidikan yang terbaik dapat diperoleh melalui berbagai alternatif yang

salah satunya adalah melalui jalur pendidikan formal di sekolah. Jalur pendidikan

formal dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), kemudian Perguruan

Tinggi. (id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formal)

Pendidikan yang akan ditempuh siswa setelah lulus SMA adalah jenjang

perguruan tinggi. Ini berarti siswa SMA harus mengambil keputusan-keputusan

tentang masa depan, termasuk salah satunya mengenai kuliah untuk melanjutkan

pendidikan sebelumnya (Santrock, 1995). Pengambilan keputusan ini terjadi saat

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha

bangku SMA. Pada saat siswa kelas XII, pembelian formulir dan pendaftaran

perguruan tinggi sudah mulai dibuka, meskipun siswanya belum mengikuti UAN

dan dinyatakan lulus.

Memilih suatu jurusan perkuliahan bukan persoalan yang mudah bagi

siswa-siswi SMA kelas XII. Sebuah survei yang dilakukan oleh psikologi

online pada tahun 2009, menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan

terbesar para siswa di SMA adalah tentang pemilihan jurusan di Perguruan

Tinggi. Mereka merasa bingung dalam menentukan pilihan. Mereka ragu-ragu

jurusan apa yang akan dipilihnya kelak. Dalam sebuah survei, ratusan siswa

SMA ketika ditanya mengenai yakin atau tidaknya akan lulus sekolah tanpa

ragu mereka menyatakan pasti akan lulus. Hasil uji coba (try out) yang mereka

lakukan sendiri mengindikasikan mereka memang akan bisa lulus. Akan

tetapi saat diberikan pertanyaan mengenai jurusan yang akan dipilih saat

kuliah kelak, sebagian besar dari mereka belum dapat menjawab. Hanya

kurang dari 5% siswa yang mampu menjawab dengan tegas dan penuh

keyakinan. Selebihnya ragu-ragu menjawab atau bahkan tidak menjawab sama

sekali (www.psikologi-online.com, tahun 2009)

Dalam memilih jurusan di perguruan tinggi, siswa SMA perlu

mempertimbangkan beberapa faktor seperti kemampuan, minat, bakat, dan

kepribadian karena apabila siswa SMA salah memilih jurusan terdapat

beberapa dampak negatif terhadap kehidupan siswa di masa mendatang.

(12)

Universitas Kristen Maranatha

adalah menurunnya daya tahan terhadap tekanan, konsentrasi dan menurunnya

daya juang. Apalagi bila pelajaran semakin sulit, masalah akan semakin

bertambah dan dapat menyebabkan kuliah terancam terhenti di tengah jalan.

Problem akademis juga dapat terjadi jika salah mengambil jurusan,

seperti prestasi yang kurang optimal, banyak mengulang mata kuliah yang

berdampak bertambahnya waktu dan biaya, kesulitan memahami materi,

kesulitan memecahkan persoalan, ketidakmampuan untuk mandiri dalam

belajar, dan rendahnya nilai indeks prestasi. Selain itu, salah memilih jurusan

juga dapat mempengaruhi motivasi belajar dan tingkat kehadiran. Apabila

semakin sering tidak masuk kuliah, maka akan mengalami kesulitan dalam

memahami materi, lalu jika tidak suka dengan mata perkuliahannya akhirnya

menjadi sering bolos. Padahal tingkat kehadiran juga dapat mempengaruhi

nilai. Memilih jurusan dengan tidak dipertimbangkan terlebih dahulu juga

memunculkan problem relasional. Salah memilih jurusan, membuat

mahasiswa tidak nyaman dan tidak percaya diri. Ia merasa tidak mampu

menguasai materi perkuliahan sehingga ketika hasilnya tidak memuaskan, ia

merasa rendah diri karena merasa dirinya kurang mampu. Oleh karena itu

sangat penting seorang siswa khususnya yang sedang duduk di bangku SMA

untuk mempertimbangkan lebih dahulu sebelum menentukan jurusan

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha

Siswa SMA kelas XII sedang berada dalam tahap perkembangan remaja

akhir. Dibandingkan dengan anak-anak, remaja cenderung menciptakan

pilihan-pilihan, menelaah situasi dari berbagai sudut pandang, memperkirakan

konsekuensi dari suatu keputusan dan mempertimbangkan kredibilitas sumber

(Mann, Harmoni & Power dalam Santrock, 2003). Nurmi (1991) menegaskan

bahwa minat dan tujuan remaja berisi tentang tugas-tugas utama perkembangan

(Havighurst, 1948/1974) pada remaja akhir dan dewasa awal, seperti pendidikan

lanjutan, pekerjaan, keluarga dan aspek materi dari kehidupan. Maka dari itu,

masa SMA merupakan masa dimana mereka membuat rencana mengenai

perwujudan minat-minat remaja di masa depan.

Orientasi masa depan merujuk pada bagaimana cara seseorang

memandang masa depannya yang berhubungan dengan minat, harapan, dan

perhatiannya (Nurmi, 1991). Orientasi masa depan merupakan proses yang

mencakup tiga tahapan yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi. Motivasi

merujuk pada hal-hal yang menjadi minat seseorang di masa yang akan datang.

Perencanaan merujuk pada bagaimana seseorang merencanakan perwujudan

minat-minatnya dalam konteks masa depan (Nuttin 1974; 1984 dalam Nurmi,

1991). Evaluasi menyangkut kesempatan yang ada untuk merealisasikan goal

yang sudah ditetapkan dengan rencana yang telah dibentuk. Ketiga proses

tersebut menentukan jelas atau tidaknya orientasi masa depan seseorang.

Siswa SMA kelas XII yang telah memiliki orientasi masa depan yang

(14)

Universitas Kristen Maranatha

depannya. Ia telah menentukan jurusan perkuliahan apa yang akan ia ambil

ketika lulus sekolah kelak. Ia juga telah mampu merumuskan langkah-langkah

apa yang akan dilakukannya agar jurusan perkuliahan yang diinginkannya dapat

tercapai, dan ia juga mampu mengevaluasi berbagai faktor yang dapat

mendukung dan menghambat dirinya dalam mencapai jurusan perkuliahan yang

ia inginkan.

Dengan adanya orientasi masa depan maka siswa memiliki suatu

pedoman atau persiapan diri guna mengarahkan dirinya pada keberhasilan

pencapaian jurusan perkuliahan yang dicita-citakan di masa depan. Jika seorang

individu memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang tidak jelas,

maka ia belum mampu untuk menentukan jurusan perkuliahan yang akan

diambil setelah lulus SMA. Ia belum dapat menyusun langkah-langkah untuk

mencapai tujuannya.

SMA “X” adalah salah satu SMA swasta di Bandung yang berlokasi di

daerah yang strategis dan memiliki akreditasi A. SMA “X” memiliki fasilitas

yang baik untuk menunjang kegiatan akademik dan non akademik. SMA “X”

dimiliki oleh sebuah yayasan yang bernama Yayasan “X”. Yayasan tersebut

menyelenggarakan kegiatan bidang pendidikan dari tingkat TK, SD, SMP, SMA

dan Akademi Sekretaris Manajemen. Yayasan tersebut terkenal memiliki

kualitas yang baik dari segi lulusan maupun fasilitas belajarnya oleh masyarakat

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha

Visi SMA “X” adalah mendukung dan mengutamakan proses pendidikan

seumur hidup (Long Life Education) dengan meningkatkan mutu pembelajaran

dan pelayanan pendidikan sehingga terbentuk siswa yang cerdas secara

intelektual, emosional, dan spiritual. Sementara itu misinya adalah mewujudkan

SMA “X” sebagai sekolah pembauran (Agama, Bangsa, dan Suku Bangsa)

dengan menghilangkan perbedaan dan mengedepankan kebersamaan, menjaga

suasana dan lingkungan belajar yang kondusif, aman, damai dan tertib, mampu

menghasilkan lulusan yang berkualitas secara akademik dan bersaing dalam

kompetisi secara global (http://www.SMA-X.com)

Menurut wawancara dengan guru BK SMA “X”, mayoritas siswa-siswi

“X” setelah lulus ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Begitu

pula dengan alumni SMA “X” dari tahun ke tahun hampir seluruh lulusannya

melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri

maupun swasta. Sedikit sekali siswa-siswi “X” yang setelah lulus langsung

bekerja. Siswa-siswi kelas XII SMA “X” memiliki dorongan yang tinggi untuk

melanjutkan pendidikannya mengingat saat ini mencari pekerjaan adalah bukan

hal yang mudah sehingga kebanyakan siswa-siswi kelas XII SMA “X” ingin

memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya atau minimal Diploma, agar

memudahkan mereka dalam mencari pekerjaan cemerlang di masa yang akan

datang.

Meskipun siswa SMA “X” memiliki dorongan yang tinggi untuk

(16)

Universitas Kristen Maranatha

mereka yang sudah mengetahui dengan jelas jurusan perkuliahan dan perguruan

tinggi mana yang mereka inginkan karena mereka mengalami kebingungan

untuk memilih jurusan yang sesuai dengan minatnya. Ada beberapa siswa yang

ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi hanya karena mengikuti

temannya. Kebanyakan dari siswa SMA “X” memiliki minat pada satu

Perguruan Tinggi swasta di Bandung sehingga beberapa dari mereka tidak

peduli dengan jurusan perkuliahan selama mereka dapat berkuliah di Perguruan

Tinggi yang menjadi favorit siswa-siswi SMA “X” tersebut. Ada pula beberapa

siswa yang ingin melanjutkan perkuliahan ke jurusan tertentu karena mengikuti

orangtua atau kakak mereka sehingga saat ditanyakan mengenai jurusan apa

yang mereka inginkan dan apa alasannya, hampir sebagian besar siswa SMA

kelas XII “X” tidak memiliki alasan yang jelas.

Hal ini dapat terjadi karena kurangnya informasi mengenai pemilihan

jurusan di perguruan tinggi yang dimiliki oleh siswa-siswi kelas XII SMA “X”.

Kendala yang terjadi SMA “X” bahwa tidak disediakannya jam pelajaran khusus

untuk Guru BK sehingga siswa-siswi mengalami kesulitan apabila hendak

berkonsultasi atau mencari informasi mengenai jurusan di perguruan tinggi.

Selain itu, tidak semua siswa memiliki keinginan untuk mencari informasi

selengkap-lengkapnya mengenai jurusan perkuliahan. Di sisi lain, tidak semua

orang tua siswa memberikan informasi dengan lengkap tentang pemilihan

jurusan kepada anak-anaknya. Hampir sebagian dari siswa kelas XII SMA “X”

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha

untuk mempersiapkan diri agar dapat diterima di jurusan perkuliahan yang

diinginkan. Siswa kelas XII yang telah mengetahui jurusan di perguruan tinggi

yang mereka inginkan, dari semenjak kelas XI telah memilih penjurusan SMA

yang sesuai dengan persyaratan dari jurusan perkuliahan yang diinginkan.

Sebagai contoh, siswa yang ingin berkuliah di jurusan kedokteran, semenjak Ia

duduk di kelas XI, ia telah belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat masuk ke

jurusan IPA. Hal ini disebabkan karena dalam memilih jurusan IPA dan IPS di

SMA “X” tidak berdasarkan minat siswa tapi hanya berdasarkan kriteria nilai di

beberapa pelajaran tertentu, hal ini tentunya dapat mempengaruhi siswa yang

berminat masuk jurusan perkuliahan tertentu tapi tidak bisa karena persyaratan

jurusan SMA yang tidak sesuai. Siswa SMA “X” sendiri memiliki level

optimisme yang bervariasi, ada sebagian siswa yang sudah yakin akan

kemampuannya dan merasa optimis dapat diterima di Perguruan Tinggi yang

mereka inginkan, tetapi sebagian besar siswa merasa pesimis akan

kemampuannya dan memiliki harapan yang rendah dapat diterima di jurusan

perkuliahan yang diinginkan.

Berdasarkan hasil wawancara pada 13 orang siswa kelas XII SMA “X”

Bandung mengenai minat mereka dalam bidang pendidikan, 8 orang diantaranya

(61,5%) memiliki minat untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi dan

telah mengetahui jurusan perkuliahan yang diinginkan dengan jelas dan spesifik

yang menandakan mereka memiliki motivasi yang kuat terhadap jurusan

(18)

Universitas Kristen Maranatha

minat untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi namun mereka masih

bingung dan ragu-ragu, mereka belum mengetahui jurusan perkuliahan yang

jelas dan belum spesifik, yang menandakan mereka memiliki motivasi yang

lemah terhadap jurusan perkuliahan tertentu.

Dari 13 orang siswa tersebut, 6 orang diantaranya (46,2%) telah mencari

informasi mengenai jurusan perkuliahan, persyaratannya, dan informasi yang

berkaitan dengan perguruan tinggi yang diinginkan melalui orang tua, teman,

guru, ataupun mencari informasi melalui media cetak dan internet. Mereka juga

telah menyusun langkah-langkah yang akan mereka tempuh agar diterima di

jurusan perkuliahan dan perguruan yang mereka inginkan, misalnya mengikuti

bimbingan tambahan di luar sekolah dan juga membentuk strategi apabila tidak

diterima di jurusan perkuliahan yang mereka inginkan misalnya dengan

menentukan jurusan perkuliahan lain untuk dijadikan cadangan. Hal ini

membuktikan bahwa mereka berarti memiliki perencanaan yang terarah.

Sedangkan 7 orang (53,8%) siswa tidak mencari informasi yang berhubungan

dengan perguruan tinggi yang mereka inginkan ataupun belum memiliki jurusan

perkuliahan yang jelas, mereka ingin mendaftarkan dirinya ke beberapa jurusan

di perguruan tinggi negeri maupun swasta di Bandung. Hal ini menandakan

mereka memiliki perencanaan yang tidak terarah. Dari 13 orang siswa, 4 orang

diantaranya (30,8%) telah melakukan penilaian terhadap kemampuan diri

mereka melalui prestasinya di sekolah, syarat-syarat yang dapat mereka penuhi

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha

sedangkan 9 orang (69,28%) lainnya merasa tidak yakin akan minat, bakat, dan

kemampuan dirinya, mereka juga memiliki harapan yang rendah dalam

mencapai jurusan perkuliahan yang diinginkan yang berarti memiliki evaluasi

yang tidak akurat.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa siswa kelas XII SMA

“X” memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang bervariasi.

Mengingat pentingnya orientasi masa depan bagi siswa SMA, hal ini membuat

peneliti tertarik untuk meneliti mengenai gambaran orientasi masa depan bidang

pendidikan pada siswa SMA “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimanakah gambaran orientasi masa

depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII SMA “X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai Orientasi

(20)

Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah memperoleh gambaran

mengenai Orientasi masa depan bidang pendidikan siswa kelas XII SMA “X”

Bandung dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

 Memberikan tambahan informasi mengenai Orientasi masa depan bidang pendidikan yang dimiliki siswa kelas XII SMA “X” Bandung bagi bidang

ilmu Psikologi Pendidikan.

 Memberikan sumbangan informasi orientasi masa depan bidang

pendidikan kepada peneliti-peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti

lebih lanjut mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi bagi SMA “X” Bandung mengenai gambaran

orientasi masa depan para siswanya. Hal ini dapat digunakan untuk

melakukan arahan dan bimbingan ke para siswa mengenai pendidikan di

masa yang akan datang khususnya dalam memilih jurusan perkuliahan.

 Memberikan informasi bagi siswa kelas XII SMA “X” Bandung mengenai

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha

bahan evaluasi bagi siswa dalam memandang pendidikannya di masa

depan terutama dalam pemilihan jurusan perkuliahan.

1.5 Kerangka Pikir

Masa remaja dimulai saat individu kira-kira berusia 10 sampai 13 tahun

dan berakhir antara usia 18 dan 22 tahun. Saat ini, siswa kelas XII SMA “X”

rata-rata telah memasuki masa remaja akhir. Masa remaja merupakan salah satu

tahapan dalam perkembangan setiap individu. Menurut Santrock (2003), masa

remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa

dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional.

Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman konkrit aktual sebagai dasar

pemikiran. Remaja mulai berpikir abstrak, idealis dan logis. Selama masa remaja,

pemikiran-pemikiran remaja juga mengarah ke masa depan. Remaja mulai

berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan

masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Piaget dan Mussen (1984) dalam

Nurmi (1989), bahwa remaja berada pada tahap berpikir formal operasional. Pada

tahap ini remaja dapat menggunakan variasi yang lebih luas untuk strategi

pemecahan masalah, fleksibilitas dalam berpikir dan bernalar serta dapat melihat

suatu permasalahan dari sejumlah perspektif atau sudut pandang. Kemudian

Nurmi (1989) menjelaskan bahwa pada tahap berpikir formal operasional remaja

(22)

Universitas Kristen Maranatha

berpikir ini juga membuat remaja mampu memahami bukan saja keadaan yang

sedang terjadi tetapi juga yang diduga akan terjadi. Kemampuan ini diharapkan

dapat menolong remaja dalam menetapkan masa depan yang belum dicapainya

dan juga untuk perencanaan serta alternatif pelaksanaan dalam usaha pencapaian

masa depannya.

Menurut Nurmi (1989), ada beberapa bidang kehidupan di masa depan

yang sering kali menjadi pusat perhatian remaja, salah satunya adalah bidang

pendidikan. Bagi seorang siswa SMA, salah satu orientasi masa depan bidang

pendidikan adalah dengan mempersiapkan diri untuk memilih jurusan perkuliahan

di Perguruan Tinggi. Orientasi masa depan dalam bidang pendidikan adalah

bagaimana cara seseorang memandang masa depannya yang berhubungan dengan

minat, harapan, dan perhatiannya dalam bidang pendidikan (Nurmi, 1991).

Orientasi masa depan ini merupakan sebuah siklus yang mencakup tiga tahapan

yang saling berkaitan satu sama lain yaitu: motivasi, perencanaan dan evaluasi.

Pertama, pada tahap motivasi, siswa menentukan tujuan mereka

berdasarkan perbandingan antara motif-motif dan nilai-nilai umum dengan

pengetahuan yang mereka miliki mengenai usaha pemenuhan tugas

perkembangan, yaitu untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Dengan

mengeksplorasi pengetahuan yang berhubungan dengan motif dan nilai, siswa

SMA dapat membuat minatnya menjadi lebih spesifik. Minat dalam jurusan

perkuliahan tertentu akan mengarahkan dalam menentukan jurusan perkuliahan

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha

minat pada bidang seni, mereka sudah dapat menentukan jurusan perkuliahan

serta peguruan tinggi yang akan mereka pilih, misalnya jurusan seni murni di

Perguruan Tinggi X Bandung.

Motivasi mengacu pada energi yang dimiliki oleh siswa dan siswi kelas

XII SMA “X”, kemauan dalam diri yang membawa ke dalam suatu tindakan

dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Misalnya, siswa SMA mulai

mencari tahu informasi melalui orangtua, guru, ataupun media lain mengenai

berbagai jurusan yang ada di perguruan tinggi. Minat tiap orang juga bervariasi

berdasarkan seberapa jauh kedepan mereka memperkirakan minat tersebut dapat

direalisasikan.

Tahapan yang kedua adalah tahap perencanaan. Aktivitas perencanaan

diperlukan sebagai usaha untuk mewujudkan tujuan, yaitu diterima di jurusan

perkuliahan yang diinginkan. Terdapat tiga tahapan lagi pada tahap perencanaan

ini, yaitu knowledge, plans dan realization (Nurmi, 1989). Diawali dengan

knowledge yang berkaitan dengan pembentukan sub-sub tujuan. Pembentukan

sub-sub tujuan adalah usaha siswa kelas XII SMA “X” untuk mewujudkan tujuan

yang telah direncanakan; untuk membentuk sub-sub tujuan dibutuhkan

pengetahuan yang berhubungan dengan tujuan tersebut. Seberapa banyak

pengetahuan yang dimiliki siswa kelas XII SMA “X” akan mempengaruhi

perencanaan yang dibuat. Siswa kelas XII SMA “X” akan mencari pengetahuan

dan informasi yang berhubungan dengan tujuan masa depan yang diharapkan,

(24)

Universitas Kristen Maranatha

diterima di jurusan perkuliahan yang diinginkan, lalu siswa mengetahui

persyaratan apa saja yang dibutuhkan di jurusan perkuliahan tersebut.

Kedua, siswa SMA harus membuat plans. Plans berkaitan dengan

keragaman dari rencana atau strategi yang dilakukan untuk meraih tujuan.

Membangun rencana sama dengan proses memecahkan masalah (problem

solving) dimana siswa harus menemukan jalan yang membawa pada peraihan goal

dan kemudian memutuskan jalan mana yang paling efisien. Siswa kelas XII SMA

“X” dapat membuat berbagai rencana atau strategi seperti menyusun

langkah-langkah dengan matang ataupun membuat berbagai macam strategi agar dapat

diterima di jurusan perkuliahan yang diinginkan.

Fase ketiga dari tahap perencanaan adalah realization. Realization adalah

pelaksanaan dari rencana dan strategi yang telah dibentuk. Sama seperti

perencanaan umum, pelaksanaan rencana dan strategi juga dikontrol oleh

perbandingan antara gambaran goal dan konteks aktual. Selama siswa masih

belum lulus dan masih menjalani sekolah, mereka mendapatkan informasi

tambahan dan keadaan yang mungkin dapat mempengaruhi rencana mereka untuk

mencapai jurusan perkuliahan yang diinginkan. Dengan perubahan situasi seperti

ini, siswa harus dapat memodifikasi rencana yang telah mereka susun.

Pada tahap evaluasi, siswa juga harus mengevaluasi kemampuan untuk

merealisasikan goal berupa jurusan perkuliahan yang sudah ditetapkan dengan

rencana yang telah dibentuk. Akan tetapi, karena goal dan rencana untuk meraih

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha

termasuk evaluasi kemungkinan perealisasiannya. Evaluasi dalam orientasi masa

depan terlihat berdasarkan dua hal pula yaitu, causal attribution yang

berhubungan dengan harapan, perhitungan kemungkinan yang berhubungan

dengan realisasi yang menandakan level optimisme, dan evaluasi emosi umum

tentang masa depan. Pertama, siswa mengevaluasi kemungkinan diterima di

jurusan perkuliahan tersebut berdasarkan kemampuan mereka dan

kesempatan-kesempatan yang mereka miliki. Causal attribution didasarkan pada evaluasi

kognitif secara sadar oleh siswa akan peluang untuk mengontrol masa depan

mereka.

Kedua, berdasarkan pengetahuan, rencana, kesempatan dan kemungkinan

yang telah dipikirkan, siswa dapat merasa optimis atau pesimis mengenai

pencapaian jurusan perkuliahan yang diinginkan. Apabila lebih banyak hal yang

mendukung untuk mencapai jurusan perkuliahan tersebut, siswa dapat merasa

lebih optimis, begitu juga sebaliknya. Terakhir, emosi umum yang dirasakan

siswa terhadap masa depannya, berhubungan juga dengan tingkat optimismenya.

Semakin siswa merasa optimis, maka mereka pun dapat merasa semakin tinggi

harapan mereka untuk mencapainya. Selain itu semakin mereka merasa dapat

mengontrol pencapaian tujuan maka mereka pun dapat semakin optimis dan

semakin tinggi harapan mereka.

Orientasi masa depan dikarakteristikan sebagai proses dari 3 tahapan yaitu,

membuat goals, merencanakan, dan yang terakhir mengevaluasi kemungkinan

(26)

Universitas Kristen Maranatha

dalam berbagai cara. Pertama, goals dan standart personal memberikan dasar

terhadap bagaimana seseorang mengevaluasi kemampuan mereka: pencapaian

goal membentuk konsep diri yang positif. Kedua, keefektivan rencana yang dibuat

mempengaruhi pencapaian hasil juga evaluasi diri. Yang ketiga, bagaimana

seseorang mengevaluasi penyebab kesuksesan dan kegagalan mereka, pada

gilirannya juga akan mempengaruhi goals dan aspirasi yang nanti akan akan

dibuat (Bandura, 1986). Kesimpulannya, orientasi masa depan dapat

dikarakterisasikan sebagai sistem dimana tahapan-tahapannya saling berinteraksi.

Dari ketiga tahapan tersebut, akan diperoleh gambaran orientasi masa

depan pada Siswa kelas XII SMA “X” dalam bidang pendidikan. Dalam

perkembangannya, jelas atau tidak jelasnya orientasi masa depan yang dimiliki

oleh individu dipengaruhi oleh dua hal, yaitu cultural context dan social

environment. Cultural context adalah bagian terbesar dari konteks kehidupan

seorang individu dapat dijelaskan melalui aturan-aturan sosial, peran-peran yang

diberikan padanya, pola-pola aktivitas, dan sistem kepercayaan yang berlaku

dalam suatu budaya. Perbedaan dari norma-norma budaya, harapan-harapan,

aturan-aturan dan pola-pola aktivitas dalam tahap perkembangan dapat

dikategorikan sebagai developmental tasks (Havighurst 1948/1974 dalam Nurmi

1989) atau normative life tasks. Perkembangan selama rentang kehidupan yang

terkait dengan tugas-tugas ini berlaku secara universal (Levinson, 1978), namun

usia dalam mencapai tugas-tugas ini belum tentu sama. Sebagai contoh, usia

(27)

18

Universitas Kristen Maranatha

dan tugas-tugas perkembangan ini dapat bervariasi tergantung oleh faktor-faktor

lain, seperti level pendidikan, sex roles dan socio economic status.

Tuntutan budaya berdasarkan sex roles. Remaja pria dapat memiliki

orientasi masa depan yang lebih jelas daripada wanita. Pada umumnya pria lebih

berperan aktif dalam dunia pendidikan dan pekerjaan, sementara wanita lebih

berperan dalam keluarga dan aktivitas rumah tangga. Hasil penelitian mengenai

perbedaan jenis kelamin pada orientasi masa depan remaja menunjukkan bahwa

pemikiran remaja pria yang cenderung lebih tertarik aspek materi dari kehidupan

sedangkan remaja wanita lebih berorientasi pada keluarga di masa depan.

Tuntutan budaya berdasarkan socioeconomics status. Remaja yang berada

dalam kelas ekonomi bawah lebih tertarik dalam dunia kerja. Sebaliknya remaja

dalam kelas ekonomi menengah cenderung menyukai bidang pendidikan, karir,

dan aktivitas luang. Lebih lanjut, Lamm dkk (1976) menemukan bahwa remaja

kelas ekonomi menengah menyuarakan lebih banyak harapan yang berkaitan

dengan kehidupan bermasyarakat daripada kehidupan pribadinya dibandingkan

dengan remaja kelas ekonomi bawah. Nurmi (1987) menemukan kenyataan ini

terutama dalam hal yang berkaitan dengan minat dalam bidang pekerjaan.

Sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa remaja dengan status sosial

ekonomi yang tinggi memikirkan masa depannya lebih jauh dibandingkan remaja

yang berstatus sosial ekonomi rendah (Mehta et al., 1972; Nurmi, 1987b; O'Rand

& Ellis, 1974; Trommsdorff & Lamm, 1975; Vincent dalam Nurmi 1991).

(28)

Universitas Kristen Maranatha

lebih mencerminkan penilaian yang nyata mengenai rentang kehidupan yang

diharapkannya daripada kekurangan-kekurangan dirinya dalam pemikiran

mengenai masa depan. Kebanyakan penelitian pada tahap perencanaan terhadap

masa depan menunjukkan bahwa remaja dengan status sosial ekonomi atas

cenderung lebih merencanakan masa depannya dibandingkan dengan remaja yang

berstatus sosial ekonomi rendah (Cameron et al., 1977-78; Trommsdorff et al.,

1978; Tyszkowa, 1980).

Faktor kedua yang mempengaruhi orientasi masa depan individu adalah

social environment. Lingkungan sosial saat ini yang berhubungan dengan

individu, misalnya adalah keluarga dan teman sebaya.

Pertama, orang tua menjadi model dalam mengatasi tugas perkembangan

yang dimiliki. Terdapat beberapa tugas perkembangan bagi seorang remaja akhir

misalnya, mencapai identitas diri dan kemandirian, berkembang kedekatan dengan

teman sebaya, menyelesaikan sekolah formal (Santrock). Dalam memenuhi tugas

perkembangannya yang banyak tersebut, siswa SMA dapat menjadikan orang tua

nya model. Misalnya, orang tua yang setelah lulus SMA melanjutkan

pendidikannya ke Perguruan tinggi dan berhasil dalam bidang pendidikan, maka

anak akan memiliki orientasi yang jelas pada bidang pendidikan.

Kedua, dengan orang tua menetapkan standar kepada anaknya, orang tua

dapat mempengaruhi minat, nilai dan goal pada siswa. Misalnya, orang tua

menanamkan pentingnya berkuliah setelah lulus SMA agar siswa dapat diterima

(29)

20

Universitas Kristen Maranatha

siswa dan akan membuat siswa lebih jelas dalam menentukan jurusan

perkuliahannya. Berbeda dengan orang tua yang kurang mementingkan untuk

melanjutkan kuliah setelah lulus SMA, hal ini secara tidak langsung akan

membuat siswa lebih santai dan tidak memikirkan apa yang akan dilakukannya

setelah lulus SMA.

Ketiga, adalah teman sebaya. Siswa SMA kelas XII sedang berada pada

tahap perkembangan remaja akhir dimana hubungan dengan teman menempati

porsi besar di dalam kehidupan seseorang. Saat remaja terdapat isu konformitas

dimana remaja ingin menyesuaikan perilaku mereka karena ada tekanan dari

teman sebaya. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi lebih kuat ketika

memasuki tahap remaja. Teman sebaya mempengaruhi beberapa aspek kehidupan

remaja dan dapat berbentuk positif ataupun negatif.

Apabila kedua faktor diatas, baik cultural context maupun social

environment menunjang, maka orientasi masa depan dalam bidang pendidikannya

jelas, sebaliknya apabila tidak menunjang maka orientasi masa depan dalam

bidang pendidikannya tidak jelas. Orientasi masa depan yang jelas ditunjukkan

dengan motivasi yang kuat dan menunjukkan minat yang besar terhadap suatu

jurusan perkuliahan yang telah dipilih untuk masa depan. Mereka memiliki rasa

ingin tahu yang tinggi sehingga melakukan eksplorasi dengan mencari informasi

sehubungan dengan minatnya itu. Berdasarkan informasi dan pengetahuan yang

diperoleh, siswa menentukan tujuan yang ingin dicapai di masa depan sehubungan

(30)

Universitas Kristen Maranatha

siswa mulai menyusun strategi yang terarah pada pencapaian tujuan yang ingin

dicapai di masa depan. Langkah selanjutnya adalah, siswa mengevaluasi tujuan

yang ingin dicapai dengan strategi yang telah disusun, sehingga timbul harapan

dan perasaan optimis bahwa kelak ia akan berhasil mencapai tujuannya. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa siswa kelas XII SMA “X” memiliki orientasi

masa depan dalam bidang pendidikan yang jelas.

Sementara itu orientasi masa depan yang tidak jelas ditunjukkan apabila

siswa memiliki motivasi yang lemah. Siswa belum memiliki minat dan

menentukan jurusan perkuliahan yang ingin dicapainya di masa depan. Mereka

juga tidak tertarik untuk mencari informasi mengenai jurusan perkuliahan yang

akan digelutinya kelak. Kurangnya minat dan informasi yang dimiliki

menghambat siswa dalam menyusun strategi, sehingga mereka tidak memiliki

perencanaan untuk mencapai tujuan dalam bidang pendidikan. Evaluasi siswa

juga akan menjadi tidak akurat karena kurangnya minat dan perencanaan dalam

bidang pendidikan (Nurmi, 1989). Oleh karena orientasi masa depan merupakan

suatu proses yang saling berkaitan mencakup tiga tahapan, remaja dapat dikatakan

mempunyai orientasi masa depan yang tidak jelas jika salah salah satu dari ketiga

tahap tersebut lemah, tidak terarah, atau tidak akurat meskipun dua dari ketiga

(31)

22

Universitas Kristen Maranatha

Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran

Tidak jelas

Faktor yang mempengaruhi :

- Cultural Context (Tugas perkembangan dan tuntutan budaya yang berdasarkan level pendidikan, sex roles dan socio economic status)

- Social Environment (Orang tua menjadi model, orang tua menetapkan standart dan teman)

Orientasi Masa Depan

Tahapan :

1. Motivasi

2. Perencanaan

3. Evaluasi Siswa kelas

XII SMA “X” Bandung

(32)

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

Berdasarkan kerangka pikir, maka dapat ditarik asumsi :

1) Kejelasan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII

SMA “X” Bandung ditentukan berdasarkan tiga tahap, yaitu motivasi,

perencanaan serta evaluasi.

2) Siswa kelas XII SMA “X” yang memiliki motivasi yang kuat, perencanaan

yang terarah, evaluasi yang akurat dapat membentuk orientasi masa depan

bidang pendidikan yang jelas, dan sebaliknya.

3) Orientasi masa depan siswa kelas XII SMA “X” Bandung dapat

dipengaruhi oleh cultural context dan social environment.

4) Siswa kelas XII SMA “X” memiliki orientasi masa depan bidang

(33)

68 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian terhadap 147 orang siswa kelas XII SMA “X”

Bandung, maka dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai orientasi masa depan

bidang pendidikan siswa, yaitu sebagai berikut:

1. Sebagian siswa kelas XII SMA “X” Bandung memiliki gambaran orientasi

masa depan bidang pendidikan yang jelas dan sebagian lainnya memiliki

gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan yang tidak jelas.

2. Siswa kelas XII SMA “X” Bandung dengan gambaran orientasi masa

depan bidang pendidikan yang jelas sebagian besar memiliki motivasi

yang kuat, perencanaan yang terarah dan evaluasi yang akurat.

3. Siswa kelas XII SMA “X” Bandung dengan gambaran orientasi masa

depan bidang pendidikan yang tidak jelas, sebagian besar memiliki

motivasi yang lemah, perencanaan yang tidak terarah dan evaluasi yang

tidak akurat.

4. Siswa kelas XII SMA “X” Bandung yang menjadikan orangtuanya sebagai

model dalam bidang pendidikan, lebih banyak yang memiliki gambaran

orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas, dibandingkan dengan

siswa kelas XII SMA “X” yang tidak menjadikan orangtuanya sebagai

(34)

Universitas Kristen Maranatha

5. Siswa kelas XII SMA “X” Bandung yang orangtuanya menetapkan

standart yaitu dengan menanamkan pentingnga berkuliah dan menuntut

untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA, lebih banyak yang

memiliki gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas,

dibandingkan dengan siswa kelas XII SMA “X” yang orangtuanya tidak

menetapkan standart.

5.2. SARAN

Dari hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran yang diharapkan

dapat berguna, yaitu sebagai berikut:

5.2.1 Saran Teoritis

1. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai kontribusi

faktor-faktor terhadap orientasi masa depan bidang pendidikan.

5.2.2 Saran Praktis

1 Diharapkan pihak sekolah dapat membuat workshop dan mendatangkan

narasumber dari salah satu Universitas di Bandung untuk memberikan

informasi mengenai jurusan perkuliahan terhadap siswa kelas XII SMA “X”

Bandung sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan yang luas mengenai

bidang-bidang pendidikan yang dapat dicapainya dan juga siswa dapat

(35)

70

Universitas Kristen Maranatha

2 Diharapkan pihak sekolah dapat membuat pelatihan mengenai orientasi masa

depan kepada siswa kelas XII SMA “X” Bandung agar orientasi masa depan

bidang pendidikan siswanya dapat lebih jelas.

3 Diharapkan pihak sekolah dapat menyampaikan pada orangtua siswa,

mengenai pentingnya orangtua memberikan informasi secara lengkap

mengenai jurusan perkuliahan dan perguruan tinggi kepada siswa kelas XII

SMA “X” Bandung.

4 Diharapkan Guru BK mengadakan bimbingan konseling dengan siswa kelas

XII SMA “X” Bandung mengenai kesulitan dalam memilih jurusan

perkuliahan yang sesuai dengan kemampuan dan minat serta membantu siswa

menyusun langkah-langkah untuk dapat mencapai jurusan perkuliahan yang

(36)

Universitas Kristen Maranatha

Kumar, Ranjit. 1999, Research Metodology. London: RAGE Publications

Nazir., Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor Ghalia Indonesia

Nurmi, J.E. 1989. Adolescent’s Orientation to The Future Development of

Interests and Plans, and Related Attributions and Affects, in the Life-Span Context. Helsinski: Academic Bookstore

Santrock., John. W. 2002. Life-Span Development edisi kelima. Jilid 2. Versi

Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Siegel, Sidney. 1992. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT.

(37)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. 2009. Pedoman Penulisan

Skripsi Sarjana (Edisi Revisi III). Bandung

______.2009. Lulusan S1 yang kompetitif (Online),(http://www.kompas.com/

Kompascetak/0206/lulu21.htm, diakses September tahun 2010)

______.Pendidikan Formal. (Online), (id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formal,

diakses Agustus tahun 2010)

______.07 November 2009. Pertimbangan-pertimbangan Memilih Jurusan untuk

Pelajar (Online), (www.psikologi-online.com, diakses September tahun 2010)

Susilowati, Puji. 16 Juni 2008. Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi (Online),

(http://www.e-psikologi.com/epsi/pendidikan.asp, diakses Agustus tahun 2010)

Wijayanti, Susan. 2009. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang

Pekerjaan pada Siswa Kelas XII SMK “X” Bogor. Skripsi. Bandung: Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha

______.Yayasan Taruna Bakti. (Online), (http://www.TARUNA-BAKTI.com,

Referensi

Dokumen terkait

Sub target behavior dalam penelitian ini adalah melipat sisi atas dan sisi bawah kain, menjahit sisi atas dan sisi bawah kain yang telah dilipat, melipat

Fungsi minyak sebagai medium pengolahan bahan pangan dimana minyak mengalami pemanasan menyebabkan terjadinya perubahan fisika-kimia yang berpengaruh terhadap minyak

Gambaran tentang perbedaan fisik rumah gadang Koto Piliang dan Bodi Caniago tersebut diatas memang selalu terkait dengan aspek politik dan pola kepemimpinan yang berkembang dalam

Di samping itu, tugas akhir ini juga dapat menjadi bahan referensi dalam wilayah akademik secara khusus bagi mahasiswa Teologi yang akan menjadi Pendeta agar

Langkah-langkah yang dilaksanakan untuk memenuhi target di tahun ke 2 ini adalah berupa kajian teoretis bagi fungsi gelombang relativistik, modifikasi dan

Sistem informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengelola data-data kepegawaian yaitu data Administrasi Kepegawaian seluruh pegawai, pengontrolan kenaikan pangkat pegawai,

Hal tersebut dapat pula menjadi style of humor jenis Self Defeating yang mana anggota GAMSU merasa dengan melakukan humor yang mengejek dirinya sendiri walaupun ia merasa

Skripsi yang berjudul “Albert Camus’ Absurdism and Ambivalent Views on French Orientalist Prejudice as Reflected in The Stranger ” ini adalah sebuah analisis terhadap novel