iii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai orientasi masa depan dalam bidang pendidikan pada remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” di kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling, dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 orang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan metoda survey.
Sesuai dengan tujuan tersebut maka teori yang digunakan adalah teori orientasi masa depan dari J. E. Nurmi. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner orientasi masa depan dari J. E. Nurmi yang telah diterjemahkan oleh Dr. Hanna Widjaja dan terdiri dari 18 item. Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan rumus Rank Spearman dan diseleksi berdasarkan norma Friedenberg & Kaplan (Friedenberg, 1995) diperoleh hasil validitas 0,023 – 0,717. Uji reliabilitas 0,825 artinya reliabilitas tinggi. Data yang diolah menggunakan program SPSS 16,0.
Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil penelitian bahwa 50% remaja SMA memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas dalam bidang pendidikan, yakni mereka mempunyai motivasi yang lemah, perencanaan yang tidak terarah dan evaluasi tidak akurat. Sedangkan terdapat 50% remaja SMA lainnya memiliki orientasi masa depan jelas dalam bidang pendidikan.
Dari kesimpulan yang diperoleh, Faktor perkembangan kognitif terlihat memiliki hubungan yang paling signifikan dengan orientasi masa depan bidang pendidikan pada remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung. Faktor lain yang juga memiliki hubungan yang signifikan adalah faktor tuntutan situasional dan faktor proses interaksi. Sedangkan faktor social learning terlihat tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan orientasi masa depan bidang pendidikan pada remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung.
iv Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
This research was done in order to know the description of the future orientation about adolescent education in orphanage called “X” at Bandung. The selection of sample used purposive sampling technic with 26 people.The design which is used in this research is descriptive survey method.
In accordance with these objectives, the teory used in here is the future orientation theory by J.E. Nurmi. Measuring tool used here is questionnaire future orientation by JE Nurmi which has been translated by Hanna Widjaja and consist of 18 items. Based on validity test using Rank Spearman formula which has been selected by Friedenberg and Kaplan (Friedenberg, 1995) theorys, the validity result is 0,023 – 0,717. Reliability test 0,825 means a high reliability and the data has been processed using SPSS 16,0 program.
Based on result obtained by processing data, 50% of adolescent have unclear future orientation about their study. They have poor motivation, unfocused planning and unaccurate evaluation. Another 50% adolescent have a clear future orientation in education subject.
The Conclusion is, Cognitive development factors appear having a significant relationship with the educational future orientation in adolescents who live in orphanages “X” Bandung. Another factor which has significant relationship is demands of situational factor and interaction process. But, social learning factor appears do not have any significant relation with future-oriented education in adolescent who live in orphanage “X” Bandung
viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL...i
LEMBAR PENGESAHAN...ii
ABSTRAK...iii
ABSTRACT ...iv
KATA PENGANTAR...v
DAFTAR ISI...viii
DAFTAR TABEL...xiii
DAFTAR BAGAN...xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...xv
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Identifikasi Masalah...10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 10
ix Universitas Kristen Maranatha
1.3.2 Tujuan Penelitian... 11
1.4 Kegunaan Penelitian... 11
1.4.1 Kegunaan Ilmiah ... 11
1.4.2 Kegunaan Praktis... 11
1.5 Kerangka Pemikiran... 12
1.6 Asumsi Penelitian... 21
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Orientasi Masa Depan... 22
2.1.1 Definisi Orientasi Masa Depan ...22
2.1.2 Proses Orientasi Masa Depan...23
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan ... 28
2.1.4 Ciri-ciri Orientasi Masa Depan...32
2.1.5 Orientasi Masa Depan Sebagai Suatu Sistem...33
2.1.6 Kehidupan Sosial dan Orientasi Masa Depan...34
2.2 Teori Perkembangan Remaja ...34
2.2.1 Pengertian Remaja………...35
2.2.2 Tugas Perkembangan Remaja ……….………....36
x Universitas Kristen Maranatha
3.3 Panti Asuhan...40
3.3.1 Pengertian Panti Asuhan...40
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian……...…………....…….. 41
3.2 Bagan Prosedur Penelitian... 41
3.3 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian....…………...……. 42
3.3.1 Variabel Penelitian………...………..…. 42
3.3.2 Definisi Operasional………...…………..….. 42
3.4 Alat Ukur………...………...…... 43
3.4.1 Kuesioner Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan... 43
3.4.2 Data Penunjang...44
3.4.3 Pengujian Alat Ukur...…………...…….….…. 44
3.4.3.1 Validitas Alat Ukur... 51
3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur... 53
3.5 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel... 54
3.5.1 Populasi Sasaran... 54
xi Universitas Kristen Maranatha
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel... 54
3.6 Teknik Analisis Data... 54
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden... 56
4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia... 56
4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 57
4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Jurusan di SMA... 57
4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Status...58
4.2 Gambaran Hasil Penelitian...58
4.2.1 Tabulasi Silang Tahap Motivasi Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan... 59
4.2.2 Tabulasi Silang Tahap Perencanaan Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan... 60
4.2.3 Tabulasi Silang Tahap Evaluasi Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan... 60
xii Universitas Kristen Maranatha BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...73
5.2 Saran...74
5.2.1 Saran Teoritis...74
5.2.2 Saran Praktis...74
DAFTAR PUSTAKA...xvi
DAFTAR RUJUKAN...xvii
xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Orientasi Masa Depan...………... ...43
Tabel 3.2 Kriteria Uji Lisa Freidenberg...…………..…..… 51
Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia... 56
Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 57
Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan... 57
Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Status... 58
Tabel 4.5 Gambaran Hasil Penelitian...…... 58
Tabel 4.6 Tabulasi Silang Tahap Motivasi Orientasi Masa Depan...59
Tabel 4.6 Tabulasi Silang Tahap Perencanaan Orientasi Masa Depan…... 60
xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran………...………... 20
xv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Profil Panti Asuhan
Lampiran II Kuesioner Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan
Lampiran III Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran IV Data Mentah Hasil Penelitian
Lampiran V Tabulasi Silang Data Utama dan Data Penunjang
Lampiran VI Kuesioner Data Penunjang
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI, jumlah anak penyandang masalah kesejahteraan sosial (usia 0-18 tahun) di Indonesia per Desember 2009 mencapai 4.656.913
jiwa. Menurut data tersebut, mereka yang disebut penyandang masalah kesejahteraan sosial anak adalah anak balita telantar, anak telantar, anak jalanan,
dan anak nakal atau anak yang berhadapan dengan hukum. Anak-anak telantar sendiri bisa dikatakan sebagai anak-anak yang tidak mendapatkan pengasuhan yang layak dari orang-tua, tidak diperhatikan, dan tidak dipenuhi hak-haknya
sebagai anak.
(http://artikelindo-admin.blogspot.com/2010/02/jumlah-penduduk-singapura-sama-jumlah.html?showComment=1266467229416#ixzz1JVlt4500)
Seiring dengan jumlah anak telantar di Indonesia yang terus meningkat,
maka keberadaan lembaga sosial panti asuhan sangat dibutuhkan untuk membantu mengatasi masalah anak-anak telantar. Hingga kini jumlah panti asuhan di seluruh Indonesia sendiri diperkirakan berjumlah 5.000 s.d 8.000 dan mengasuh hingga
setengah juta orang anak, jumlah ini yang membuat kemungkinan sebagai jumlah panti asuhan terbesar di seluruh dunia. (http://www.depsos.go.id/ modules
2
Universitas Kristen Maranatha Pada umumnya setiap manusia dilahirkan dan dibesarkan dalam sebuah keluarga, dimana orang-tua berperan sebagai pengasuh dan pembimbing. Orang
tua berperan dalam mempersiapkan anak-anak mereka agar mampu mandiri dalam kehidupan di masa yang akan datang namun, tidak semua anak merasakan
pengasuhan dan bimbingan orang-tua dalam merancang masa depannya. Kemiskinan, rumah tangga yang tidak harmonis, kesibukan orang-tua, ketidak-mampuan orang-tua untuk mendidik dan membimbing, atau bahkan kematian
salah satu atau kedua orang-tua, membuat mereka berada dalam kondisi yang berbeda dengan anak-anak lainnya.
Kondisi-kondisi di atas membuat tidak semua anak mendapatkan pengasuhan dari dalam keluarga. Salah-satu bentuk pengasuhan lain selain pengasuhan dalam keluarga sendiri adalah pengasuhan di panti asuhan. Panti
asuhan sendiri adalah sebuah wadah yang menampung anak-anak yatim piatu dan anak-anak telantar. Di dalam panti asuhan, anak-anak ini biasanya tinggal,
mendapatkan pendidikan, dan juga dibekali berbagai keterampilan agar dapat berguna di kehidupannya nanti (http://id.wikipedia.org/wiki/Panti_asuhan).
Berdasarkan data dari organisasi sosial Save the Children, terdapat sekitar
8000 panti asuhan yang terdaftar (http://www.unpad.ac.id/archives/37106). Sebagai Ibu Kota Jawa Barat, Kota Bandung sendiri memiliki sekitar lebih dari 50
panti asuhan. Salah satunya adalah Panti Asuhan ‘X’ Bandung. Panti asuhan ini adalah panti asuhan swasta yang telah berdiri sejak tahun 1979. Panti asuhan ‘X’
3
Universitas Kristen Maranatha berbagai peraturan di atas, panti asuhan ‘X’ juga memberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya kepada anak-anak asuhnya. Panti asuhan “X” Bandung mengharapkan dengan memberikan pendidikan dan
pembentukan karakter bagi anak-anak yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung,
anak-anak dapat pulang kedaerahnya masing-masing dan mempergunakan ilmu yang telah diperoleh untuk mengembangkan daerahnya. Anak-anak yang tidak ingin pulang kedaerah asalnya, tetap diharapkan dapat menggunakan ilmu yang
diperoleh untuk mendapatkan pekerjaan atau berwiraswasta untuk mencukupi kehidupannya sendiri.
Di panti asuhan “X” kota Bandung setiap anak diwajibkan untuk
menjalani setiap peraturan dan kegiatan-kegiatan yang diberikan oleh panti. Setiap hari anak-anak harus bangun pukul 04:00 dan tidur sekitar pukul 21:00-22:00, dan
juga harus belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah pada jam-jam yang telah ditetapkan untuk melatih kedisiplinan. Pada waktu-waktu yang telah ditentukan,
anak-anak yang tinggal di panti asuhan “X” juga harus melakukan pekerjaan rumah seperti mengepel, mencuci, dan lain-lain yang bertujuan untuk melatih tanggung-jawab anak. Selain itu anak-anak juga harus selalu menunaikan shalat 5
4
Universitas Kristen Maranatha Sekolah Menengah Pertama, 32 orang di Sekolah Menengah Atas, dan 5 orang sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi. Dari 90 orang anak asuh,
anak-anak yang sedang menimba ilmu di SMA adalah masa-masa yang penting untuk diteliti. Masa SMA sendiri adalah masa yang penting dalam ilmu psikologi
perkembangan, dimana anak-anak yang berada dalam masa ini sedang berada di tahap perkembangan remaja, yang merupakan periode transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Periode remaja mencakup perubahan-perubahan
biologis, kognitif, dan sosioemosional. Perkembangan kognitif dalam diri remaja ditandai dengan peningkatan kemampuan membuat keputusan (Santrock, 2003). Berdasarkan pertimbangan itu pula panti asuhan “X” Bandung mengharuskan
remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung, untuk membuat keputusan terhadap masa depannya. Remaja SMA yang tinggal di panti asuhan
“X” Bandung harus membuat keputusan apakah mereka akan meneruskan
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, atau memutuskan untuk keluar dari panti
diakir tahun ajaran kelas XII.
Dalam kaitannya dengan misi panti asuhan untuk memfasilitasi pendidikan anak-anak asuhnya, panti asuhan “X” Bandung berkomitmen untuk memfasilitasi
pendidikan anak-anak asuhnya hingga jenjang Sekolah Menengah Atas. Hal ini dikarenakan panti asuhan “X” hingga saat ini masih kesulitan untuk mencari
sponsor tetap untuk membiayai anak-anak asuhnya yang ingin melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi. Meskipun demikian, panti asuhan “X” kota Bandung ini
anak-5
Universitas Kristen Maranatha anak yang ingin melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi, meskipun hingga kini mereka tidak memberi jaminan bahwa akan ada sponsor bagi anak-anak yang
ingin melanjutan sudi ke Perguruan Tinggi.
Pihak panti asuhan “X” kota Bandung sangat ketat dalam menyeleksi
anak-anak asuhnya yang akan mengikuti pendidikan di Perguruan Tinggi. Prestasi akademik merupakan syarat utama dari pihak panti agar anak dapat diusahakan untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Selain syarat akademik,
ketekunan dan keuletan anak asuh untuk dapat kuliah juga dapat menjadi dasar yang kuat bagi pihak panti asuhan untuk mempromosikan anak kepada para calon
donatur. Kesempatan yang diberikan pihak panti ini pun sangat terbatas pada 2 Universitas yang sudah menjadi mitra bagi panti asuhan “X” kota Bandung. Bagi anak-anak asuh yang ingin kuliah di jurusan dan Universitas lain, maka pihak
panti akan berusaha untuk mencarikan sponsor bagi anak tersebut untuk dapat berkuliah di tempat yang mereka inginkan. Hingga kini sangat sedikit anak yang
pada akhirnya mendapat sponsor untuk kuliah di jurusan dan Universitas yang mereka inginkan. Pihak panti juga tidak berani menjamin bahwa mereka akan mendapatkan sponsor yang akan membiayai pendidikan mereka di perguruan
tinggi hingga selesai.
Melihat masalah-masalah yang dihadapi oleh remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung, maka setiap remaja SMA yang tinggal di panti asuhan
“X” Bandung yang ingin masuk ke perguruan tinggi harus membuat perencanaan
6
Universitas Kristen Maranatha sponsor, dan mitra universitas yang terbatas. Remaja panti asuhan “X” Bandung tersebut juga harus mempertimbangkan setiap hal yang mereka putuskan dalam
bidang pendidikan mereka, termasuk setiap resiko yang akan mereka hadapi bila pendidikan yang mereka pilih ternyata tidak sesuai minat atau kompetensi
mereka. Hal inilah yang disebut oleh Nurmi sebagai orientasi masa depan.
Orientasi masa depan adalah cara pandang seseorang terhadap masa depanya. Bagaimana individu memandang masa depannya, akan tergambar
melalui motivasi, perencanaan dan strategi (Nurmi, 1991). Dengan adanya Orientasi Masa Depan berarti remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X”
Bandung telah melakukan antisipasi terhadap kejadian-kejadian yang mungkin timbul dimasa depan. Selain syarat akademik dan masalah dana sebagai suatu kesulitan dalam orientasi masa depan, remaja SMA yang tinggal di panti asuhan ‘X’ Bandung juga mengalami kesulitan-kesulitan lain. Salah satu kesulitan yang
dihadapi oleh remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung adalah
mereka diharapkan dapat bekerja sambil menjalani kuliah untuk membantu membiayai kuliah mereka. Hal ini tentu membuat orientasi masa depan remaja
SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung semakin kompleks.
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan kepada tiga orang remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung, satu dari tiga remaja merasa
takut bahwa dia tidak mampu menyelesaikan kuliahnya hingga selesai karena harus membagi konsentrasi antara bekerja dan belajar. Sebanyak satu remaja lagi
7
Universitas Kristen Maranatha akan mendapat beasiswa di jurusan dan universitas yang dia inginkan. Hal ini dikarenakan remaja tersebut rata-rata tidak memiliki kepastian untuk dapat
melanjutkan pendidikan di masa yang akan datang. Selain itu remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung juga tidak memiliki bayangan mengenai
jurusan-jurusan yang ada karena tidak pernah mendapatkan bimbingan mengenai hal tersebut.
Dalam orientasi masa depan dalam bidang pendidikan, remaja SMA yang
tinggal di panti asuhan “X” Bandung akan mengalami beberapa tahap. Tahap pertama, remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung harus mengenali
minat mereka. Minat ini kemudian harus dipertimbangkan dengan jenis pendidikan yang mereka inginkan. Jika pendidikan yang akan remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung jalani tidak sesuai dengan minatnya maka
hal ini akan mempengaruhi prestasi remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung dalam pendidikannya. Karena minat yang rendah akan berpengaruh pada
motivasi belajar, sehingga ilmu dan kompetensi yang diperoleh akan lebih sedikit dari pada mereka yang memiliki minat dan motivasi dalam pendidikannya.
Pertimbangan minat dalam memilih pendidikan yang diinginkan juga
dibatasi oleh faktor peluang kerja yang ada bagi jenis pendidikan tertentu. Semakin banyak siswa yang memilih suatu jenis pendidikan maka persaingan
untuk mendapatkan pekerjaan di masa yang akan datang juga semakin sulit. Inilah yang oleh Nurmi disebut sebagai aspek motivasi. Berdasarkan survei awal yang
8
Universitas Kristen Maranatha Tahap selanjutnya remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung akan memikirkan bagaimana merealisasikan minat dan tujuan
pendidikan remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung. Tahap ini ditandai dengan seberapa sering remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X”
Bandung mencari informasi mengenai jurusan-jurusan yang ada diperguruan tinggi, serta mencari tau mengenai syarat-syarat akademik, biaya, dan lain sebagainya mengenai jurusan tersebut. Sebanyak 2 remaja mencari informasi
mengenai jurusan yang ada di perguruan tinggi, namun informasi yang didapat hanya sebatas lapangan pekerjaan dari jurusan tersebut. Sebanyak 2 remaja tidak
mencari tau mengenai kampus mana yang unggul dalam jurusan tersebut, selain itu mereka juga tidak mencari tau mengenai syarat-syarat akademis dan biaya yang dibutuhkan untuk masuk ke jurusan tersebut. Hal ini lah yang dinamakan
aspek perencanaan oleh Nurmi.
Setelah remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung telah
membuat perencanaan untuk merealisasikan tujuan pendidikannya maka selanjutnya mereka akan mereview antara tujuan yang ingin di capai dengan apa yang telah ia lakukan demi mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan survei yang
telah dilakukan, 2 remaja tidak mereview tujuan yang ingin dicapai dengan apa yang ia lakukan lakukan. Padahal tahap ini sangat penting sebagai bahan
pertimbangan apakah remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung akan terus berusaha mencapai tujuan atau malah kembali menentukan minat dan
9
Universitas Kristen Maranatha Bandung. Hal inilah yang disebut oleh Nurmi sebagai aspek evaluasi dalam Orientasi Masa Depan.
Sebanyak 2 remaja mengakui bahwa mereka tidak melakukan review tindakan yang sudah dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan mereka di masa
yang akan datang. Sebanyak 2 remaja kesulitan menerangkan seberapa penting mencapai tujuan pendidikan bagi diri mereka, mereka juga ragu apakah mereka dapat mengatasi masalah-masalah yang mungkin muncul dalam pendidikannya di
masa yang akan datang. Hal ini penting karena dalam proses evaluasi terdapat proses melihat sejauh mana tujuan itu relevan dan berprospek bagi remaja SMA
yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung.
Dengan melihat pemaparan di atas kita tahu bahwa proses yang dialami oleh remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung dalam orientasi masa
depan bidang pendidikan ini tidak sederhana. Dengan syarat yang diberikan bagi anak asuhnya yang akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, dan dana
yang terbatas, maka kesulitan dalam orientasi masa depan remaja panti asuhan “X” Bandung ini semakin tinggi. Remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X”
Bandung yang bisa mengatasi kesulitan-kesulitan dalam orientasi masa depan ini
akan memutuskan jenis pendidikan yang tepat baginya dan memiliki kemungkinan sukses dalam pendidikan yang semakin tinggi. Sedangkan bagi
remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung yang tidak dapat mengatasi kesulitan-kesulitan dalam orientasi masa depan ini akan memutuskan
10
Universitas Kristen Maranatha Orientasi masa depan adalah hal yang penting bagi remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung. Melalui tahap-tahap orientasi masa depan
anak-anak dapat menentukan jurusan yang sesuai dengan minat dan motif pribadi mereka. orientasi masa depan membantu mereka dalam membuat perncanaan
mengenai langkah-langkah untuk masuk kejurusan yang mereka inginkan. orientasi masa depan juga membantu mereka dalam mengevaluasi kemungkinan untuk masuk jurusan yang diinginkan. Berdasarkan hasil survei, wawancara
kepada pengasuh, dan melihat pentingnya remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung untuk orientasi masa depan, serta melihat resiko yang akan
didapat jika gagal dalam memilih pendidikan yang sesuai maka peneliti tertarik untuk meneliti Orientasi Masa Depan bidang Pendidikan pada anak-anak SMA di Panti asuhan ‘X’, Bandung.
1.2Identifikasi Masalah
Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana Orientasi Masa Depan pada anak-anak SMA di Panti Asuhan ‘X’ Bandung?
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
11
Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai Orientasi Masa Depan pada anak-anak SMA di Panti Asuhan ‘X’ Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Ilmiah
Hasil dari penelitian ini diharapakan akan berguna bagi dunia penelitian dalam hal :
1) Memberikan informasi mengenai Orientasi Masa Depan kepada remaja panti asuhan ke dalam bidang ilmu Psikologi Sosial.
2) Memberi informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian
lanjutan mengenai Orientasi Masa Depan.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapakan akan berguna secara praktis dalam hal: 1) Memberikan informasi kepada remaja panti asuhan mengenai proses
yang telah mereka lakukan dalam merancang masa depan mereka di Bidang Pendidikan, sehingga remaja panti asuhan lebih siap untuk menentukan jenis pendidikan dan lebih siap untuk mengikuti
pendidikan di jenjang selanjutnya.
2) Memberikan informasi kepada pengurus panti asuhan mengenai
12
Universitas Kristen Maranatha evaluasi terhadap kebijakan dan kegiatan-kegiatan yang diberikan, agar kebijakan dan kegiatan yang diberikan dapat membantu anak-anak agar
lebih siap dalam menentukan jenis pendidikan yang akan mereka jalani di masa yang akan datang.
1.5 Kerangka Pemikiran
Panti asuhan adalah sebuah wadah yang menampung anak-anak yatim
piatu. Di dalam panti asuhan terdapat anak-anak yatim-piatu (ataupun anak yang dititipkan orang-tuanya karena tidak mampu) biasanya tinggal, mendapatkan
pendidikan, dan juga dibekali berbagai keterampilan agar dapat berguna di kehidupan nanti. Panti asuhan “X” Bandung adalah sebuah lembaga sosial yang berperan dalam menampung dan memfasilitasi anak yatim-piatu dan
anak-anak yang kurang mampu untuk tinggal dan menimba ilmu. Di panti asuhan “X” Bandung, anak-anak juga diberi kesempatan untuk bersekolah hingga Sekolah
Menengah Atas. Panti asuhan “X” Bandung ini juga tidak menutup kemungkinan untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak asuhnya untuk menimba ilmu hingga perguruan tinggi.
Setiap penghuni panti asuhan “X” Bandung yang telah menginjak masa remaja, harus membuat perencanaan mengenai masa depannya di bidang
pendidikan. Karena dengan terbatasnya dana yang dimiliki oleh panti asuhan “X” Bandung, maka mereka harus memilih dan menetapkan rencana bidang
13
Universitas Kristen Maranatha depan. Menurut Nurmi (1991), orientasi masa depan diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap masa depannya.
Dengan keterbatasan dana yang dimiliki oleh panti asuhan “X” Bandung,
panti asuhan “X” Bandung tetap memberi kebebasan kepada remaja SMA yang
tinggal di panti asuhan “X” Bandung dalam menentukan jenjang pendidikan dan
jurusan di perguruan tinggi yang diinginkan. Hal ini dikarenakan pengurus panti yakin bahwa di masa remaja para remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X”
Bandung sudah memiliki kemampuan dan tanggung jawab dalam menentukan pendidikan yang cocok bagi diri mereka sendiri. Pandangan ini sejalan dengan
pandangan Piaget yang berpendapat bahwa, anak-anak yang berada pada usia ini (10-18th) sedang berada dalam tahap perkembangan kognitif formal operasional (Santrock, 1995).
Pada tahap formal operasional seorang anak mampu menggunakan pemikiran deduktif hipotesis yang dibutuhkan seorang remaja dalam orientasi
masa depan. Misalnya remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung menghadapi kesulitan untuk masuk perguruan tinggi swasta yang diinginkan karena keterbatasan dana, maka mereka dapat mencari alternatif tindakan lain
seperti beralih kepada universitas negeri yang lebih terjangkau dengan kualitas yang tidak jauh berbeda. Pada tahap formal opertational juga terjadi peningkatan
kognitif dalam memecahkan masalah. Peningatan kognitif dalam memecahkan masalah menyebabkan remaja di panti asuhan ‘X’ kota Bandung dapat menyusun
strategi ketika menemui masalah pada saat mencapai tujuan. Misalnya remaja
14
Universitas Kristen Maranatha untuk masuk kesuatu perguruan tinggi, maka mereka dapat menyusun strategi seperti dengan cara mencari dana dengan bekerja sambilan, atau mencari jalur
khusus dengan dana yang lebih murah.
Orientasi masa depan berlangsung melalui tahap-tahap yang tidak
sederhana. Setiap tahap yang berlangsung tidak lepas dari pengaruh eksternal dan aspek-aspek psikologis dalam diri remaja panti asuhan “X” Bandung. Nurmi (1989) mengemukakan bahwa orientasi masa depan dibentuk melalui tiga tahap
yaitu : motivasi, perencanaan, dan evaluasi.
Motivasi berisikan motif-motif, minat-minat dan harapan-harapan yang dimiliki remaja di panti asuhan ‘X’ kota Bandung yang berkaitan dengan masa
depannya. Minat-minat yang dimiliki remaja di panti asuhan ‘X’ kota Bandung akan mengarahkan diri mereka dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai pada
masa yang akan datang. Melalui eksplorasi, pengetahuan yang berkaitan dengan motif-motif dan nilai-nilai individu mampu membuat minat mereka menjadi lebih
spesififik.
Proses selanjutnya dalam pembentukan orientasi masa depan adalah Perencanaan. Perencanaan adalah suatu tahap-tahap yang akan diambil oleh remaja di panti asuhan ‘X’ kota Bandung untuk merealisasikan tujuan yang telah
dibentuk di tahap motivasi. Setelah remaja di panti asuhan ‘X’ kota Bandung telah
melalui tahap motivasi dan perencanaan tentang bagaimana merealisasikan tujuannya tersebut, maka remaja di panti asuhan ‘X’ kota Bandung harus
15
Universitas Kristen Maranatha realisasi dari tujuan dan perencanaan yang telah disusun, jadi dalam proses ini terjadi proses evaluasi terhadap kemungkinan remaja di panti asuhan ‘X’ kota
Bandung dalam merealiasikan tujuan.
Selama berlangsungnya tahap-tahap orientasi masa depan, ada beberapa
hal yang mempengaruhi setiap tahap tersebut. Pengaruh tersebut berasal dari dalam diri maupun pengaruh dari luar atau yang biasa disebut dengan pengaruh lingkungan. Trommsdorf (1983) mengemukakan 4 hal yang berkaitan dengan
pembentukan orientasi masa depan, yaitu : pengaruh tuntutan situasional, kematangan kognitif, pengaruh social learning, dan proses interaksi.
Pembentukan orientasi masa depan remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung baik langsung maupun tidak langsung, dipengaruhi oleh
pengaruh tuntutan situasional. Pengaruh tuntutan situasional disini lebih kepada
syarat yang diberikan suatu Universitas untuk masuk ke suatu jurusan atau jenis pendidikan yang dipilih remaja SMA panti asuhan “X” kota Bandung. Syarat dari
jurusan tertentu misalnya adalah keterampilan-keterampilan, syarat presasi akademik, maupun biaya yang dibutuhkan untuk dapat berkuliah di jurusan tersebut.
Tuntutan situasional yang dihadapi remaja panti asuhan ‘X’ kota Bandung ini akan berpengaruh kepada usaha mereka dalam mencapai harapan dan tuntutan
yang ditujukan kepada mereka. Bila yang dilakukan remaja di panti asuhan ‘X’ kota Bandung untuk mencapai tujuan masa depanya sedikit, maka struktur
16
Universitas Kristen Maranatha asuhan ‘X’ kota Bandung memandang masa depan yang ingin ditujunya sulit
untuk dicapai maka remaja di panti asuhan ‘X’ kota Bandung akan cenderung
untuk menyusun orientasi yang lebih dekat atau lebih realistis. Sehingga kemungkinan keberhasilan tampak lebih jelas.
Faktor kedua yang mempengaruhi terbentuknya orientasi masa depan adalah faktor kematangan kognitif remaja SMA yang tinggal di panti asuhan ‘X’ Bandung. Remaja SMA yang tinggal di panti asuhan ‘X’ kota Bandung berada
pada tahap lanjutan masa remaja yang telah mencapai tahap berpikir formal operational. Pada tahap ini remaja di panti asuhan ‘X’ kota Bandung memiliki
ketrampilan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis. Misal, mereka menghadapi hal yang tidak sesuai dengan keadaan sekarang maka dirinya mampu mencari alternatif tindakan lain. Pada tahap formal opertational ini terjadi peningkatan
kognitif, hal ini menyebabkan remaja di panti asuhan ‘X’ kota Bandung dapat menyusun strategi ketika menemui masalah pada saat mencapai tujuan. Dengan demikian remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung diharapkan
sudah dapat melakukan orientasi masa depan yang dalam tahap-tahapnya melibatkan proses berpikir yang lebih abstrak seperti merumuskan
hipotesis-hipotesis dan menetapkan strategi.
Selain pengaruh tuntutan sosial dan kematangan kognitif pembentukan
orientasi masa depan remaja di panti asuhan ‘X’ kota Bandung juga dipengaruhi oleh faktor social learning. Pembentukan orientasi masa depan remaja di panti asuhan ‘X’ kota Bandung baik langsung maupun tidak langsung, dipengaruhi oleh
17
Universitas Kristen Maranatha teori social learning Bandura. Bandura menjelaskan bahwa perilaku manusia adalah suatu konteks timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif,
perilaku dan pengaruh lingkungan. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor kognitif memainkan peran yang penting. Faktor kognitif yang dimaksud adalah
self-efficacy. Individu dengan self-efficacy tinggi memiliki komitmen dalam
memecahkan masalahnya dan tidak akan mudah menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan tidak berhasil. Menurut Bandura (1994),
individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan lebih mudah dalam menghadapi tantangan.
Self-efficacy yang dimiliki oleh remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung dipengaruhi oleh beberapa faktor (Bandura, 1994). Faktor pertama
yang mempengaruhinya adalah faktor pengalaman keberhasilan (mastery
experiences). Pengalaman keberhasilan yang dimaksud adalah prestasi akademik
terbaik yang pernah diraih oleh remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X”
Bandung. Pengalaman akan keberhasilan akan meningkatkan self-efficacy remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X”, sedangkan pengalaman kegagalan
sebaliknya akan menurunkan self-efficacy remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung.
Faktor yang mempengaruhi self-efficacy selanjutnya adalah faktor
pengalaman orang lain (vicarious experiences). Dalam hal ini, pengalaman keberhasilan yang pernah diraih oleh saudara atau orang-orang terdekat remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X Bandung akan meningkatkan self-efficacy.
18
Universitas Kristen Maranatha yang menjadi model memiliki kemiripan dengan kondisi dan situasi yang dihadapi oleh remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung. Kemiripan model
dengan remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung, meliputi kemiripan kondisi keluarga, keuangan, dan lain-lain.
Faktor ketiga yang mempengaruhi self-efficacy adalah faktor persuasi sosial (social persuation). Persuasi sosial adalah mengenai kata-kata verbal yang biasa diberikan orang-orang sekitar yang meyakinkan bahwa remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung dapat menyelesaikan studi dan bahkan
bukan hal yang mustahil bahwa mereka dapat kuliah dijurusan dan Universitas
yang mereka inginkan. Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi self-efficacy adalah keadaan fisiologis dan emosional (physiological dan emotional states). Kecemasan dan stress yang terjadi dalam diri remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung ketika mengerjakan tugas atau ulangan dapat diartikan
sebagai suatu kegagalan. Self-efficacy biasanya ditandai oleh tingkat stress dan
kecemasan, sebaliknya self-efficacy yang rendah ditandai oleh tingkat stress dan kecemasan yang tinggi pula.
Faktor terakhir yang mempengaruhi pembentukan orientasi masa depan
remaja SMA yang tinggal di panti asuhan ‘X’ Bandung adalah proses interaksi. Remaja SMA yang tinggal di panti asuhan ‘X’ Bandung sendiri mendapatkan
dukungan yang besar dari panti asuhan maupun dari keluarga mereka. Panti asuhan ‘X’ kota Bandung sering memberikan motivasi dan kepercayaan diri
19
Universitas Kristen Maranatha memberikan motivasi untuk meningkatkan kepercayaan diri bahwa mereka adalah orang-orang yang mampu untuk meraih kesuksesan.
Orientasi masa depan setiap remaja yang tinggal di panti remaja di panti asuhan ‘X’ kota Bandung dipengaruhi ke empat faktor tersebut, namun memiliki
bentuk dan variasi yang berbeda-beda. Setiap penghuni panti asuhan memiliki tuntutan situasional yang berbeda dari anak seusianya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari harapan yang diberikan oleh remaja SMA yang tinggal di panti asuhan ‘X’ Bandung yang dihadapkan untuk dapat meninggalkan panti setelah memasuki
masa dewasa.
Orientasi masa depan setiap remaja SMA yang tinggal di panti asuhan ‘X’ Bandung dibentuk melalui tahap motivasi, tahap perencanaan dan tahap evaluasi. Setiap tahap yang dilalui oleh remaja SMA yang tinggal di panti asuhan ‘X’
Bandung akan dipengaruhi oleh pengaruh tuntutan situasional, kematangan
kognitif, pengaruh dari Social Learnning, dan proses interaksi remaja SMA yang
tinggal di panti asuhan ‘X’ Bandung. Remaja SMA yang tinggal di panti asuhan ‘X’ Bandung digolongkan memiliki orientasi masa depan yang jelas apabila
memiliki motivasi yang tinggi, perencanaan terarah dan evaluasi yang akurat. Sedangkan apabila remaja di panti asuhan ‘X’ kota Bandung memiliki motivasi yang rendah, perencanaan tidak terarah dan evaluasi tidak akurat maka orientasi masa depan remaja di panti asuhan ‘X’ kota Bandung tergolong tidak jelas. Untuk
20
Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran
Remaja SMA yang tinggal di Panti Asuhan X
Bandung
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Orientasi Masa Depan :
1. Pengaruh Dari Tuntutan Situasional 2. Kematangan Kognitif
3. Pengaruh Dari Social Learnning 4. Proses Interaksi
Orientasi
Masa
Depan
Orientasi Masa Depan
21
Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi
Dari bagan tersebut didapatkan asumsi sebagai berikut :
1) Orientasi masa depan remaja SMA yang tinggal di panti asuhan ‘X’ Bandung terbentuk melalui tiga tahap yaitu tahap motivasi, perencanaan dan evaluasi.
2) Orientasi masa depan remaja SMA yang tinggal di panti asuhan ‘X’ Bandung pada proses pembentukannya dipengaruhi oleh empat faktor yaitu pengaruh
Aspek-aspek Orientasi Masa Depan :
1. Motivasi 2. Perencanaan 3. Evaluasi
Orientasi Masa Depan
22
Universitas Kristen Maranatha dari tuntutan situasional, kematangan kognitif, pengaruh dari social learnning, dan proses interaksi.
3) Orientasi masa depan remaja SMA yang tinggal di panti asuhan ‘X’ Bandung jelas jika mereka semakin telah melalui tahap-tahap orientasi masa depan dan
sebaliknya orientasi masa depan remaja SMA yang tinggal di panti asuhan ‘X’ Bandung tidak jelas jika mereka belum melalui tahap-tahap orientasi
75 Universitas Kristen Maranatha BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 26 remaja SMA yang tinggal di
panti asuhan “X” Bandung, maka dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan siswa, yaitu sebagai berikut:
1. Remaja SMA yang tinggal di panti asuhan ”X” Bandung yang memiliki
orientasi masa depan yang jelas di bidang pendidikan sebanyak 50% sama dengan jumlah anak yang memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas.
2. Terdapat berbagai variasi dalam setiap tahap yang dimiliki remaja SMA
yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung yang memiliki orientasi masa
depan yang jelas. 15% remaja memiliki motivasi yang kuat, perencanaan tidak terarah dan evaluasi yang akurat. 8% remaja memiliki motivasi yang kuat, perencanaan tidak terarah, dan evaluasi yang tidak akurat. 8% remaja
memiliki motivasi yang kuat, perencanaan terarah dan evaluasi yang tidak akurat dan 15% remaja memiliki motivasi yang lemah, perencanaan
terarah dan evaluasi tidak akurat.
3. Faktor perkembangan kognitif terlihat memiliki hubungan yang paling signifikan dengan orientasi masa depan bidang pendidikan pada remaja
76
Universitas Kristen Maranatha faktor proses interaksi. Sedangkan faktor social learning terlihat tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan orientasi masa depan bidang
pendidikan pada remaja SMA yang tinggal di panti asuhan “X” Bandung.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan
beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan:
5.2.1 Saran Teoretis
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk diteliti lebih lanjut
mengenai hubungan antara kejelasan orientasi masa depan dalam bidang pendidikan faktor social learning dan proses interaksi dan apa yang melatarbelakanginya.
2. Menambah item data penunjang terutama faktor Proses interaksi.
5.2.2 Saran Praktis
1. Pihak panti asuhan dapat memberikan penyuluhan mengenai universitas-universitas yang menjadi rekan dari lembaga panti asuhan.
2. Pihak panti asuhan dapat memberikan informasi mengenai jurusan-jurusan
yang ada di perguruan tinggi dengan mengundang mahasiswa dari beberapa universitas untuk menjelaskan mengenai jurusan-jurusan yang
ada di perguruan tinggi.
77
Universitas Kristen Maranatha fakultas/jurusan melalui kegiatan diskusi berkala dengan orang tua maupun guru BK mengenai minat, tujuan, strategi perencanaan siswa, mengatasi hambatan yang mungkin muncul, dan memiliki perasaan
optimis dalam menghadapi masa depan dalam mempersiapkan pendidikan lanjutan setelah lulus SMA.
xvi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York : W. H. Freeman
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Hurlock, Elizabeth B.1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Gramedia.
Kumar, R. (1999) Research Methodology: A Step-by-Step Guide for Beginners. Thousand Oaks, CA: Sage Publications.
Nazir, Moh. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurmi, J. E. 1987. Age, Sex, Social Class and Quality of Familiy Interation as Determinants of Adolescence Future Orientation : A Developmental Task Interpretation. San Diego: Libra Publisher, Inc.
_________. 1989. Adolescent’s Orientation To The Future. Helsinki: Finnish Society of Scinces and Letters
_________. 1991. Future Orientation Questionnaire. Helsinki: University of Helsinki.
_________. 1991. How Do Adolescents See Their Future? A Review of the Development of Future Orientation and Planning. Helsinki: Academic Press, Inc.
_________. 1991. The Development of Future-Orientation in a Life-Span Context. Helsinki: Yliopiston Psykologian Laitos.
Santrock, John W. 2003. Adolescence, Sixth Edition. Jakarta: Erlangga
Santrock, John W. 2006. Life-Span Development, Tenth Edition. New York: McGraw-Hill.
xvii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Aldora, Stella. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan pada Siswa kelas XI SMA “X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
http:// artikelindo - admin.blogspot. com/ 2010/02/jumlah-penduduk-singapura- sama- jumlah.html?showComment=1266467229416#ixzz1JVlt4500