• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI TENAGA KERJA BONGKAR MUAT BARANG (TKBM) DI PELABUHAN BELAWAN (STUDI KASUS BURUH ETNIS BATAK YANG BERTAHAN HIDUP).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSISTENSI TENAGA KERJA BONGKAR MUAT BARANG (TKBM) DI PELABUHAN BELAWAN (STUDI KASUS BURUH ETNIS BATAK YANG BERTAHAN HIDUP)."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Eksistensi Tenaga Kerja Bongkar Muat Barang (TKBM)

Di Pelabuhan Belawan

(Studi Kasus Buruh Etnis Batak Yang Bertahan Hidup)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains Pada

Program Studi Antropologi Sosial

Oleh:

Selfi Sihombing NIM: 8106152015

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI SOSIAL

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

Eksistensi Tenaga Kerja Bongkar Muat Barang (TKBM)

Di Pelabuhan Belawan

(Studi Kasus Buruh Etnis Batak Yang Bertahan Hidup)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains Pada

Program Studi Antropologi Sosial

Oleh:

Selfi Sihombing NIM: 8106152015

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI SOSIAL

PROGRAM PASCASARJANA

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Selfi Sihombing: Eksistensi Tenaga Kerja Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Belawan. (Studi Kasus: Buruh Batak yang Bertahan Hidup di Pelabuhan Belawan).

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana buruh Batak yang bertahan hidup di Pelabuhan Belawan dengan upah yang sedikit. Buruh Batak di Pelabuhan Belawan berjumlah 2746 orang dari jumlah keseluruhannya 3432 orang, jadi ada sekitar 80% buruh yang bekerja sebagai TKBM di Pelabuhan Belawan adalah orang Batak. Mereka mendominasi jumlahnya karena satu dengan yang lain saling mengajak teman, saudara, atau tetangga yang satu suku dengan mereka yaitu Batak. Namun sepanjang adanya Pelabuhan Belawan tidak pernah terjadi konflik diantara buruh TKBM yang dilatarbelakangi oleh perbedaan agama dan suku. Suku Batak sekalipun mendominasi jumlah buruh dapat menjaga keharmonisan dengan suku lain, dalam bekerja mereka saling menghormati hak dan kewajibannya. Buruh Batak di Pelabuhan Belawan sudah banyak yang bekerja di atas 20 tahun bahkan ada yang bekerja sampai 40 tahun, mereka dapat bertahan hidup dengan gaji yang sedikit karena sistim gilir yang diberlakukan dalam bekerja. Sistim gilir tersebut membuka peluang bagi mereka untuk mencari pekerjaan lain agar dapat memenuhi kebutuhannya setiap hari. Ada yang bekerja lain sebagai pedagang, peternak, berladang, nelayan, kuli, dan sopir atau narik becak. Masing-masing melakoni pekerjaan lainnya dalam rangka untuk menyambung hidup di Pelabuhan Belawan. Selain karena sistim gilir dalam bekerja yang membuka peluang untuk bekerja lain, buruh Batak bertahan hidup di Pelabuhan Belawan juga dikarenakan oleh fasilitas dari pemerintah berupa pelatihan-pelatihan pegembangan diri sebaga buruh, Jamsostek dan perumahan bagi buruh. Karena hal tersebutlah buruh Batak dapat bertahan hidup di Pelabuhan Belawan.

(6)

ABSTRACT

The objectives of this research is to descrite the surviving of Batak worker in Belawan Harbor with a few pay. The amount of Batak worker in Belawan Harbor is 2746 people with the total of them is 3432 people, so about 80% worker as TKBM in Belawan Harbor is Batak worker. They dominate because one another invite their friends, family, or neigbour that same ethnic with them, that is Batak. But as long as the existences of Belawan Harbor, never accur the conflict between of TKBM that has background of the differences religion and ethnic. Batak ethnic dominate the worker amount can kept the harmonization with other etnichs, in work activity, they respect the right and the obligation. There are many Batak worker in Belawan Harbor for along time 20 years, even until 40 years, they can survive with a few pay because of alternate system that accur in working activity. The turning system open the opportunity for them to find another working so that can fulfill their necessary everyday. There are working as merchant, cattleman, farmer, fisherman, laborer, and driver or pull tricycle. Each of them do the other working to connect their life in Belawan Harbor, beside of turning system in working that open the opportunity to other working, the Batak worker also survive in Belawan Harbor because of the facility of government such as coaching of selfis development as worker, Jamsostek and hausing for worker. Because of that, Batak worker can survive in Belawan Harbor.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang atas kasih dan penyertaanNya sehingga tesis ini yang berjudul: Eksistensi Tenaga Kerja Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Belawan dapat selesai disusun.

Disamping itu, penulis juga berterimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si sebagai Rektor Universitas

4. Dr. Hidayat, M.Si sebagai Sekertaris Program Studi Antropologi Sosial

5. Dr. Fikarwin Zuska sebagai Pembimbing I yang telah sabar dalam membimbing penulis dari mulai menentukan isu penelitian, menentukan judul, penyusunan proposal tesis sampai penyusunan tesis ini.

6. Dr. Daulat Saragi, M. Hum. sebagai Pembimbing II yang telah sabar dalam membimbing penulis dari mulai menentukan isu penelitian, menentukan judul, penyusunan proposal tesis sampai penyusunan tesis ini.

7. Prof. Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak, M.Si, Dr. Pujiati, M.Si dan Dr. Hidayat, M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran-saran dimulai dari proposal tesis sehingga menjadi tesis.

8. Seluruh Dosen Pengampu Mata Kuliah di Program Studi Antropologi Sosial.

(8)

10.Teristimewa suami tercinta M. Erwin Sijabat, SSos atas doa dan segala dukungannya, juga buat kedua malaikat kecil penulis Jhon Baptist Jabat dan Joanna LALA (Lalu Lintas Angkutan Laut) Jabat. 11.Orangtua penulis S. Sihombing dan N. Silaban yang setia dalam

doanya serta buat semua keluarga yang secara langsung maupun tidak langsung turut mendukung penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan berkat atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis. Dan penulis juga menyadari bahwa isi tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini agar layak untuk dipergunakan dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial.

Medan, Mei 2014 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Daftar Isi... 1

Daftar Table ………. 3

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 4

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Dasar Teoritis ... ... 8

B. Sistem Kekerabatan Dalam Suku Batak ... ... 13

C. Sejarah Buruh ... ... 26

D. Jenis Pekerjaan ………. 30

E. Gambaran Buruh ... ... 33

F. Dasar Konseptual ... ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... ... 40

B. Jenis Penelitian ... ... 41

C. Teknik Pengumpulan Data ... ... 42

D. Analisa Data ... ... 47

(10)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kondisi Pelabuhan Belawan ... ... 51

B. Orang Batak Sampai di Medan... 53

C. Buruh Batak Sampai Di Pelabuhan Belawan... 57

D. Pembagian Kerja TKBM ... ... 61

E. Usia Tenaga Kerja Bongkar Muat ... . 65

F. Tenaga Kerja dan Pendidikan ……… 69

G. Jenis Barang Muat Dan Bongkar ... . 69

H. Jam Kerja TKBM ... .. 71

I. Cara Orang Batak Mendominasi Jumlah Buruh……….. 73

J. Cara Bertahan Hidup... ... 80

K. Hubungan Antara Tenaga Kerja Berdasarkan Etnis ... ... 123

L. Promosi Kerja ... ... 161

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... ... 164

B. Saran... ... 166

DAFTAR PUSTAKA………. 170

DAFTAR INFORMAN ……… 172

(11)

DAFTAR TABEL

1.Tabel Kategori Usia TKBM ………. 64

2.Tabel Buruh Berusia Lebih 65 Tahun ………. 65

3.Tabel Tenaga Kerja dan Pendidikan ……… 68

4.Tabel Barang Muat dan Bongkar ………. 69

5. Tabel Usaha-Usaha Buruh ……….. 84

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini adalah penelitian mengenai eksistensi buruh Batak dalam kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan Medan. Selain mempelajari kegiatan bongkar muat barang itu sendiri penelitian ini juga mempelajari aktivitas atau usaha-usaha lain yang dilakukan oleh orang Batak selaku TKBM sehingga mereka mampu bertahan hidup dari semenjak mereka datang ke Pelabuhan Belawan sampai sekarang.

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan perekonomian dan juga pemerintahan. Sebagai tempat perekonomian, pelabuhan dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan bongkar muat barang. Aktivitas ini dilengkapi juga dengan beberapa standar keselamatan sebagai fasilitas umum, sebagai tempat perpindahan intra dan antar transportasi. Disamping itu juga pelabuhan merupakan pintu gerbang untuk masuk ke dalam suatu wilayah tertentu, sehingga peranan pelabuhan menunjang pendapatan Negara melalui export – import. (KEPMENHUB No. 53 Tahun 2002 Tentang Tatanan Kepelabuhanan Nasional, Bab. I. Ketentuan Umum, Pasal I, Hal. 2)

(13)

sebagai sarana perhubungan, maka pelabuhan itu berupa suatu tempat yang dipenuhi oleh kerumunan orang-orang yang memiliki tujuan dan kepentingan-kepentingan tertentu. Sama halnya dengan terminal-terminal bus, stasiun-stasiun kereta api dan lapangan-lapangan udara, yang kesemuanya merupakan tempat untuk mewujudkan tujuan atau kepentingan-kepentingan tertentu, seperti orang hendak pergi ke suatu tempat, orang-orang yang berjualan, penginapan, toko-toko, warung-warung dan lain sebagainya.

(14)

Di pelabuhan orang-orang yang mempunyai kepentingan-kepentingan seperti inipun sangat diperlukan, karena orang-orang yang hendak bepergian apabila mereka haus atau lapar maka mereka akan memerlukan warung-warung makanan, dan apabila mereka kebetulan tidak mendapatkan karcis kapal sehingga perjalanannya harus ditunda untuk beberapa waktu, maka mungkin mereka akan memerlukan penginapan-penginapan atau kalau mereka mau membatalkan kepergiannya sehingga mereka harus kembali ke tempat tinggalnya maka mereka akan datang ke terminal yang ada di daerah pelabuhan untuk mencari kendaraan yang bisa membawa mereka pulang ke daerah tempat tinggalnya. Selain itu kalau mereka yang bepergian hendak membawa buah tangan atau oleh-oleh maka mereka akan pergi ke toko-toko yang menjual keperluan-keperluan tersebut.

(15)

mereka membentuk suatu masyarakat dengan hasil budaya-budaya setempat.

Di pelabuhan Belawan, ada tiga faktor pendukung yang sangat penting dalam kecepatan arus barang, yaitu: pertama, sumber daya manusia yang dalam hal ini Tenaga Kerja Bongkar Muat Barang (TKBM) atau buruh pelabuhan; kedua, peralatan atau fasilitas dan ketiga, sistim administrasi. TKBM menjadi bagian yang ternyata tidak bisa dipisahkan dari yang namanya pelabuhan karena kinerja bongkar muat barang yang dikerjakan oleh buruh akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran, kecepatan dan efisiensi biaya operasional perusahaan bongkar muat dan kapal pengangkut barang itu sendiri. Dari sekian banyak buruh di pelabuhan Belawan, suku Batak yang mendominasi. Data registrasi buruh menunjukkan bahwa 80% buruh Pelabuhan Belawan adalah suku Batak. Buruh Batak yang postur tubuh tinggi besar, wajahnya yang khas, kulitnya sawo matang dan suaranya yang keras, sangat gampang dijumpai di Pelabuhan Belawan. Dan buruh Batak tersebut sudah lama bekerja di Pelabuhan Belawan bahkan sudah ada yang sampai tiga generasi.

(16)

kekerabatan berdasarkan geneologis. Sementara kekerabatan berdasarkan sosiologis terbentuk melalui perkawinan. Sistim kekerabatan muncul di tengah-tengah masyarakat karena menyangkut hukum antar satu sama lain dalam pergaulan hidup. Begitulah yang terjadi di pelabuhan Belawan, biasanya buruh yang bekerja ke pelabuhan Belawan karena diajak oleh saudaranya yang tinggal tidak jauh dari daerah pelabuhan atau karena diajak oleh temannya. Perkenalan antara sesama buruh yang ternyata satu suku membuat para buruh merasa pelabuhan adalah lingkungannya atau rumpunnya karena dalam perkenalan tersebut biasanya buruh menyebut marganya bukan namanya dan peran Dalihan Na Tolu atau tungku yang tiga dalam budaya Batak, mengikat para buruh menjadi satu keluarga.

(17)

membuka peluang mereka untuk melakukan usaha lain agar pendapatannya dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Etos kerja orang Batak didasari dari semangat kerja yang diadopsi dari sistim nilai budaya. Budaya yang berakar pada Dalihan Na Tolu tersebut berproses menjadi sebuah sistim nilai kerja. Etos kerja tersebut jika ditinjau dari sisi budaya kerja berarti mengerti posisi. Ada waktunya menjadi pimpinan (hulahula), ada saatnya menjadi mitra kerja (dongan sabutuha), ada saatnya menjadi pesuruh, karyawan, karier terbawah (boru).

Namun sesungguhnya ketiga sistim ini tidak bisa berdiri sendiri, harus kait mengkait. Hulahula (pimpinan) harus mengayomi, memperhatikan boru (karyawannya). Dongan sabutuha atau rekan kerja, sesama setingkat harus saling menghargai di depan pimpinan. Boru (karyawan) harus menghargai pimpinan sebagai pemilik perusahaan. Artinya ada moral kerja tertanam di filosofi Dalihan Na Tolu.

(18)

Terkait dengan hal tersebut di atas menjadi ketertarikan penulis untuk meneliti eksistensi Buruh Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Belawan. Yaitu mengenai segala aktivitas atau usaha Tenaga Kerja Bongkar Muat Barang (TKBM) dalam hal ini buruh Batak sehingga mereka dapat mendominasi jumlah buruh dan mampu bertahan di Pelabuhan Belawan.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini berangkat dari realita TKBM yang berasal dari etnis Batak di Pelabuhan Belawan mendominasi jumlah buruh dan mereka sudah lama bekerja sebagai TKBM. Oleh karena itu masalah yang dapat dirumuskan adalah apa yang dilakukan oleh buruh Batak sehingga mereka dapat mendominasi kegiatan TKBM dan bertahan hidup di Pelabuhan Belawan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan cara buruh Batak untuk mendominasi TKBM dan bertahan hidup di Pelabuhan Belawan.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

(19)

2. Penerapan temuan penelitian dapat memberikan suatu sumbangan pemikiran yang diharapkan bermanfaat bagi buruh Batak maupun Otoritas Pelabuhan Belawan dan perusahaan-perusahaan pelayaran dalam kegiatan bongkar muat barang.

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Buruh TKBM di Pelabuhan Belawan didominasi oleh suku Toba karena semangat migran yang mereka jiwai. Mereka bekerja keras di daerah perantauannya yaitu Medan, menjalin jaringan kekuatan dengan saling mengajak teman atau saudaranya yang satu suku dengan mereka.

2. Buruh TKBM di Pelabuhan Belawan dapat bertahan hidup karena faktor tradisi suku Batak yang bebas mereka lakukan seperti penggunaan marga, penggunaan bahasa, berkumpul di Lapo Tuak, Partangiangan, Memanggang makanan khas mereka, dan jiwa

semangat migran yang mereka terapkan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

(21)

4. Buruh TKBM adalah buruh yang terdaftar sebagai tenaga bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan dan mereka mempunyai kartu anggota, sehingga tidak sembarangan orang bisa masuk pelabuhan dan bekerja sebagai buruh. Setiap buruh masuk pelabuhan harus membawa kartu tersebut dan setiap mereka hendak bekerja harus menunjukkan kartu tersebut sebagai identitas mereka. Begitu juga orang lain yang datang menggantikan seorang buruh, harus membawa kartu buruh yang digantikannya.

5. Buruh TKBM Pelabuhan Belawan berjumlah 3.432 orang dan dibagi menjadi 286 regu kerja dan dalam satu regu terdiri dari 12 orang. Mereka semua diperkerjakan dengan sistim gilir kerja oleh Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Barang (TKBM) yang secara organisasi ada semenjak 1969. Ke 286 regu kerja digilir secara merata dan dalam satu hari jika pekerjaan bongkar atau muat barang banyak, dapat 100 regu kerja yang bekerja.

(22)

keterlambatan. Padahal upah itu seharusnya dipergunakan pada hari itu juga oleh buruh karena jika ia pulang ke rumahnya tidak membawa uang maka rumahnya tidak akan ada “asap”. Artinya upah tersebut berkaitan dengan makan di rumahnya, jika buruh tidak bawa uang ke rumah maka tidak ada yang dimasak. Hal ini merupakan ketidaktegasan oleh pihak Otoritas selaku pengawas pelabuhan, seharusnya hal keterlambatan tidak boleh ditolerir lebih dari 7 hari setelah bekerja sesuai Undang-Undang prosedur pembayaran upah oleh pemerintah. Pihak Otoritas adalah pihak pemerintah seharusnya mereka yang mereka yang lebih mengawasi hal tersebut.

7. Keterlambatan pembayaran upah tersebut membuat para buruh pelabuhan meminjam uang kepada rentenir. Bunga yang dibebankan antara 10 sampai 20 persen dari yang dipinjam itupun hitungan mingguan atau hitungan 10 hari. Kalau sampai bulanan biasanya antara buruh dan rentenir membuat kesepakatan berapa yang harus dibayar, biasanya bunganya sangat tinggi. Pinjaman inilah juga menjadi faktor buruh tersebut semakin miskin karena tidak jarang upah yang mereka terima hanya untuk menutupi hutang, tidak sempat dibawa ke rumahnya.

(23)

yang satu dengan buruh Batak yang lainnya, membuat mereka merasa pelabuhan Belawan tidak asing bagi mereka karena yang dijumpai di sana ternyata satu rumpun dengan mereka. Maka ketika orang Batak berkenalan dengan buruh Batak, membuat orang Batak yang baru bergabung tadi mempunyai keberanian dan percaya diri karena merasa akan diterima di pelabuhan oleh buruh yang lain karena mereka satu suku.

(24)

menjadi faktor utama jumlah buruh Batak di Pelabuhan Belawan didominasi oleh orang Batak.

10.Dengan upah yang minim sebagai buruh TKBM tidak cukup bagi buruh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka sistim gilir dalam bekerja membuka peluang bagi buruh untuk melakukan pekerjaan sampingan. Buruh Batak di Pelabuhan Belawan adalah pekerja kasar yang upahnya kecil, ketika mengetahui upah buruh tidak cukup memenuhi kebutuhan hidupnya, iapun putar otak cari nafkah lain. Usaha-usaha yang mereka lakukan ialah berdagang, bertani, melaut, narik beca atau menjadi sopir dan kuli bangunan. Mereka menyesuaikan keadaannya dengan kerja sampingannya, misalnya kalau memang ada lahan, mereka bertani, kalau ada keterampilan dagang mereka dagang. Jadi usaha-usaha yang mereka lakukan berkaitan juga dengan potensi yang mereka miliki.

(25)

santunan kematian, pendidikan dan pelatihan-pelatihan. Jika buruh meninggalkan pekerjaannya maka santunan-santunan inipun tidak akan ada lagi.

12.Pengaruh dari budaya Dalian Na Tolu (tungku yang tiga) dalam budaya Batak membuat buruh Batak dapat menjalin hubungan yang baik kepada buruh Batak lainnya atau kepada buruh yang bukan satu suku. Umumnya mereka semua satu keluarga karena diikat dengan pertalian marga. Bisa saja terjalin hubungan marga bukan saja karena marganya sama, tetapi menyangkut dengan marga istri, tulangnya, amangborunya, opungnya, opungnya yang kakak beradik. Pokoknya semua marga yang ada dalam silsilah keturunannya akan dihubung-hubungkan sehingga mendapat satu persamaan. Dalihan Na Tolu ini juga membuat buruh dapat menghormati buruh lain

sebagai mana penerapan dalam bersikap kepada hulahula, dongan tubu maupun boru.

(26)

asal-asalan. Antara buruh Batak dengan buruh suku lain masih ada komunikasi jika perbedaan itu menyangkut suku ataupun agama. 14.Untuk mendukung ekonomi keluarga, istri buruhpun pada umumnya

bekerja. Ada sebagian besar melakukan kegiatan sesuai pekerjaan sampingan suaminya, ada yang mandiri seperti buka salon, pembantu rumah tangga, buka warung kecil di rumah dan lain-lain. 15.Tidak selamanya semua buruh tetap buruh, ada juga promosi kerja.

Ada juga buruh itu menjadi pegawai koperasi bila dianggap pantas atau layak oleh pejabat koperasi.

B. SARAN

1. Pemerintah dan Pengurus Koperasi TKBM agar mendapatkan solusi untuk menempatkan buruh TKBM sesuai kebutuhan kegiatan perusahaan bongkar muat. Kalau idealnya buruh TKBM itu 1700 menurut kegiatan maka setengah dari jumlah yang ada harus dikurangi agar pendapatan buruh tersebut dalam sebulan dapat meningkat dua kali lipat.

2. Pengurus Koperasi TKBM untuk tidak menerima tenaga kerja buruh lagi karena yang ada sekarangpun sudah melebihi.

(27)

mendapatkan rumah. Pemerintah dan Pengurus Koperasi TKBM agar secepatnya berupaya merealisasikannya dengan tidak menambah biaya yang harus dipotong dari upah buruh.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Barth, Fredrik, 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: UI Press.

Bayo Ala, Andre, 1981. Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan. Yogyakarta: Liberty

Diamond, Larry dan Plattner Marc F, 1988. Nasionalisme, Konflik Etnik, dan Demokrasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung

Giddens, Anthony, 1992. Sociology. Cambridge: Polity Press.

---, 1987. Perdebatan Klasik dan Kontemporer Mengenai Kelompok, Kekuasaan dan Konflik. Jakarta: Rajawali Press

Geertz, Clifford, 1999. After the fact. Yogyakarta: LKis

_____________, 1992. Tafsir Kebudayaan, diterjemahkan oleh Francisco Budi Hardiman. Yogyakarta: Kanisius.

Garna, Judistira K, 1992. Teori-Teori Perubahan Sosial. Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran.

Gunakaya, Widiada, 1988. Sosiologi Dan Antropologi. Bandung: Exact Hasselgren, Johan, 2008. Batak Toba Di Medan. Medan: Bina Media

Perintis

Hendropuspito, 1983. Sosiologi Agama. Yogyakarta

Horton, Paul B and Chester L. Hunt, 1992. Sosiologi. Jakarta: Erlangga Yayasan Obor Indonesia

Ihromi, T.O, 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indnesia

(29)

Jenkins, Richard, 2008. Identitas Sosial. Medan: Bina Media Perintis.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 53 tahun 2002 tentang Tatanan Kepelabuhanan Nasional

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2002 Tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional

Koentjaraningrat, 1997. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineke Cipta

______________, 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

______________, 1974. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

Kuper, Adam, 1996. Pokok Dan Tokoh Antropologi. Jakarta: Bhratara

Lewis Oskar, 1988. Kisah Lima Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor

Malau, Gens, 2000. Budaya Batak. Jakarta: Yayasan Bina Budaya Nusantara

Menno, S, 1994. Antropologi Perkotaan. Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada

Moleong, Lexy J, 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nainggolan, Togar, 2006. Batak Toba Di Jakarta. Medan; Bina Media.

---, 2012. Batak Toba Sejarah Dan Transformasi Religi. Medan: Penerbit Bina Media Perintis

Papanek, H, 1986. Pekerjaan Wanita Dalam Rumah Tangga Dan Tambahan Penghasilan. Jakarta: Gajah Mada University

(30)

____________, 1998. Urbanisasi dan Adaptasi. Jakarta: LP3ES

Penny, D.H, 1990. Kemiskinan: Peranan Sistem Pasar. Jakarta: UI

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 35 Tahun 2007 tentang Pedoman Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat Barang di Pelabuhan.

Pitana, I Gde, 2004. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Purba, O.H.S, 1998. Migran Batak Toba Diluar Sumatera Utara. Medan: Monora

Ritzer, George & Barry Smart, 2011. Handbook Teori Sosial. Jakarta: Nusa Media

Saifuddin, Achmad Fedyani, 2005. Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Prenada Media.

Saptari, Ratna, 1997. Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial, Sebuah Pengantar Studi Perempuan, Jakarta: Grafiti

Siahaan, N, 1964. Sejarah Kebudayaan Batak. Medan: Napitupulu & Sons.

Simanjuntak, Bungaran Antonius, 2009. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

____________, 2011. Pemikiran Tentang Batak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sihombing, T.M, 2000, Falsafah Batak. Jakarta: CV. Balai Pustaka.

(31)

Spradley, James P, 2006, Metode Etnografi, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Soetrisno, Loekman, 1997. Kemiskinan, Perempuan dan Pemberdayaan. Yogyakarta: Kanisius

Soerjono, Soekanto, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Keempat. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Soepomo, Imam, 1984. Sejarah Perkebunan Di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Suparlan, Parsudi, 1995. Orang Sakai di Riau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

______________, 1995. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor

Subadio, Maria Ulfah. Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Susilo, Edi, 2010. Dinamika, Struktur Sosial Dalam Ekosistem Pesisir. Malang: Brawijaya Press

Usaman, A. Rani, 2009. Etnis Cina Perantauan Di Aceh. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Vergouwen, J.C, 1986. Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Jakarta: Pustaka Azet

Referensi

Dokumen terkait

Namun begitu, walaupun sumber-sumber berita mempunyai pengaruh kuasa dalam membentuk rangka sesebuah wacana berita, analisis makro-struktur menunjukkan beberapa rangka berita

267 RIAN HIDAYAT DESAIN KOMUNIKASI VISUAL (DKV) LULUS. 268 RIDHA NURAZIZAH

1) Indonesia telah berhasil menyelesaikan perjanjian tentang garis batas laut teritorial, landas kontinen dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dengan negara-negara

4.1.1 Kesulitan belajar membaca Al-Qur’an yang dialami siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta tahun 2017 ada beberapa macam, diantaranya yaitu:

Pelaksanaan pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi berbasis kearifan lokal yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia di kelas VII A4 SMPNegeri 1

Alkaloid adalah senyawa yang mengandung substansi dasar nitrogen basa, biasanya dalam bentuk cincin heterosiklik.. Alkaloid terdistribusi secara luas

apabila permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a memiliki kesesuaian kegiatan dengan fungsi gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan tanggal yang dimohonkan

Berikut ini tabel yang menunjukkan hasil uji t dan besarnya level of significance terletak pada α = 0.05 Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan regresi