ANALISIS KETEPATAN CARA PENGGUNAAN INHALER PADA
PASIEN ASMA DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO
PERIODE AGUSTUS 2015
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
JUANG ADI PRAKOSO
K 100 100 121
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
ANALISIS KETEPATAN CARA PENGGUNAAN INHALER PADA PASIEN ASMA DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO
PERIODE AGUSTUS 2015
ANALYSIS ACCURATION USE OF INHALER ON ASTHMA PATIENTS IN DISTRICT HOSPITAL OF SUKOHARJO IN PERIOD
OF AUGUST 2015
Juang Adi Prakoso, Arifah Sri Wahyuni
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102
Email: juangadi121@gmail.com
ABSTRAK
Inhaler adalah sebuah alat yang digunakan bagi penderita asma untuk memasukkan obat ke dalam saluran pernapasan. Inhaler diciptakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan dalam cara penggunaannya. Kemajuan pada teknologi terapi inhalasi telah memberikan manfaat yang besar bagi pasien penderita penyakit saluran pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur persentase ketepatan cara penggunaan inhaler pada pasien asma di RSUD Kabupaten Sukoharjo periode Agustus 2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimental yang dilakukan secara observasional dan data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan metode purposive sampling. Sampel yang digunakan adalah pasien RSUD Kabupaten Sukoharjo yang menggunakan obat dengan sediaan inhaler yang memenuhi kriteria inklusi yang ditetapkan. Kriteria inklusi sampel penelitian yaitu, pasien asma di RSUD Kabupaten Sukoharjo yang berusia > 12 tahun, menggunakan inhaler secara mandiri, menggunakan inhaler jenis MDI (Metered Dose Inhaler), MDI (Metered Dose Inhaler) dengan spacer, atau DPI (Dry Powder Inhaler), dan bersedia menjadi responden. Ketepatan cara penggunaan inhaler pada pasien asma didapatkan hasil 10 responden (31,25%) dari 32 orang responden yang dikatakan tepat karena tidak melewatkan langkah-langkah penting dalam penggunaan inhaler. Langkah-langkah penting yang dimaksud yaitu mengocok tabung inhaler, menghembuskan napas sebelum menggunakan inhaler, memasukkan inhaler ke dalam mulut dan menutup mulut dengan rapat, menarik napas setelah menyemprotkan inhaler ke dalam mulut, dan menahan napas selama 5-10 detik.
Kata kunci: inhaler, ketepatan penggunaan
ABSTRACT
Inhaler is a tool used for asthmatics to incorporate the drug into the respiratory tract Inhalers are designed to increase the easiness of use. Advancements in inhalation therapy technology has been a great benefit for patients with respiratory diseases. The aim in this research is to measure the percentage of accuration use of inhaler on asthma patient in district hospital of Sukoharjo in period of august 2015. This type of research is non-experimental research conducted observational and and the data were analyzed with descriptive method. Respondent in this research with purposive sampling method. The respondent used were patient hospital of Sukoharjo using the drug with the dosage inhaler who meet the inclusion criteria specified. Inclusion criteria sample is, asthma patients in hospitals Sukoharjo aged >12 years, using the inhaler independently, using the inhaler types of MDI (Metered Dose Inhaler), MDI (Metered Dose Inhaler) with a spacer, or DPI (Dry Powder Inhaler), and willing to become respondents. The accuracy of the use of inhalers in asthma patients is 10 respondents (31,25%) from 32 rspondents who said right because do not skip important steps in the using of inhalers.The important steps is whisk inhaler tube, exhalation before using the inhaler, insert the inhaler into the mouth and close the mouth tightly, draw breath after the inhaler sprayed into the mouth, and hold your breath for 5-10 seconds.
PENDAHULUAN
Perkembangan pesat pada teknologi terapi inhalasi telah memberikan manfaat yang
besar bagi pasien yang menderita penyakit saluran pernapasan, tidak hanya pasien yang
menderita asma tetapi juga pasien PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) (GINA, 2008).
Inhaler dirancang untuk meningkatkan kemudahan dalam cara penggunaannya. Namun
cara penggunaan yang salah masih terdapat pada pasien asma atau PPOK meskipun
mereka sudah pernah mendapatkan pelatihan (NACA, 2008). Hal ini juga ditunjukkan oleh
penelitian Interiano & Guntupalli bahwa sejumlah besar layanan kesehatan di Houston,
USA tidak mampu menunjukkan teknik penggunaan inhaler yang tepat (Interiano &
Guntupalli, 1993). Metered dose inhaler adalah perangkat inhaler yang paling banyak
digunakan, umumnya kesalahan yang terjadi pada pasien yang menggunakan MDI
(Metered Dose Inhaler) adalah kebanyakan pasien menghirup terlalu cepat (Al showair et
al., 2007), kegagalan untuk menahan napas selama 5-10 detik sekitar 52,2% dan kegagalan
inspirasi dengan perlahan dan dalam 46,4% (Alamoudi, 2003). Kegagalan untuk
menghembuskan napas sebelum penggunaan inhaler, posisi yang salah dari penggunaan
inhaler dan urutan rotasi yang salah (Lavorini et al., 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2010) pada pasien asma
rawat jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta didapatkan hasil ketepatan cara penggunaan
inhaler mencapai 78,7%, namun pada penelitian lain yang dilakukan oleh Purnamasari
pada tahun 2012 tentang ketepatan cara penggunaan inhaler pada pasien Apotek Bunda
Surakarta didapatkan 35 orang responden inhaler jenis MDI (Metered Dose Inhaler) dan 10
orang responden nebulizer. Dari data tersebut didapatkan hasil sebanyak 15 orang
(42.86%) tepat cara penggunaan inhaler jenis MDI (Metered Dose Inhaler). Sedangkan
pada penggunaan nebulizer 7 orang (70,00%) dikatakan tepat dalam langkah-langkah
penggunaan nebulizer. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan cara penggunaan inhaler
masih kurang. Responden inhaler dikatakan tidak tepat karena mereka salah dalam
langkah-langkah penggunaan inhaler, mereka mengaku tidak pernah mendapatkan edukasi
sehingga tidak tepat dalam penggunaan inhaler. Penggunaan inhaler yang tepat secara
dosis dan cara penggunaan yang sesuai maka efek sampingnya dapat dikurangi.
Penggunaan obat inhalasi yang salah akan meningkatkan efek samping seperti
jamur/kandidiasis di daerah mulut dan suara serak (Supriyatno, 2002). Oleh karena itu,
diperlukan pengetahuan tentang teknik penggunaan alat terapi inhalasi yang membutuhkan
juga evaluasi yang berulang kali untuk memantau cara penggunaan alat terapi inhalasi
yang tepat oleh pasien.
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimental yang dilakukan secara
observasional dan data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Penelitian ini dilakukan
di Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Sukoharjo.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk mengambil data adalah lembar kuesioner dan produk
inhaler yang digunakan untuk peragaan dalam menggunakan inhaler serta lembar evaluasi
yang digunakan untuk menilai tepat atau tidak tepat pasien dalam memperagakan
penggunaan inhaler.
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data yang merupakan hasil
dari jawaban responden.
Lembar kuesioner tersebut terdiri dari 2 jenis pertanyaan :
1. Pertanyaan mengenai identitas responden yang meliputi nama, alamat, jenis kelamin,
dan usia.
2. Pertanyaan mengenai cara penggunaan dan pengetahuan terhadap inhaler berupa
suggested checklist (memilih jawaban yang dirasa benar dengan cara memberikan
tanda centang) yang digunakan untuk mengevaluasi langkah-langkah penggunaan alat
terapi inhalasi responden.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah responden yang menggunakan terapi inhalasi
berupa inhaler pada pasien RSUD Kabupaten Sukoharjo periode Agustus 2015 dan
memenuhi kriteria inklusi yang sudah ditetapkan.
Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian pasien RSUD
Kabupaten Sukoharjo yang terpilih menjadi responden. Kriteria inklusi sampel penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Pasien asma di RSUD Kabupaten Sukoharjo yang bersedia menjadi responden.
2. Pasien asma di RSUD Kabupaten Sukoharjo yang menggunakan inhaler secara
mandiri (tanpa bantuan orang lain).
4. Menggunakan inhaler jenis MDI (Metered Dose Inhaler), MDI (Metered Dose
Inhaler) dengan spacer, atau DPI (Dry Powder Inhaler).
Teknik Pengambilan Data
Pengambilan sampel penelitian ini dengan metode purposive sampling. Sampel
yang digunakan adalah pasien RSUD Kabupaten Sukoharjo yang menggunakan obat
dengan sediaan inhaler yang memenuhi kriteria inklusi yang ditetapkan dan telah
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Data diambil di instalasi rawat
jalan Poliklinik Paru RSUD Sukoharjo ketika responden sedang menunggu antrian periksa
dengan cara menemui para pasien secara langsung satu persatu. Kemudian data dari
responden diperoleh melalui dua tahap, tahap pertama responden diminta mengisi
kuesioner dan tahap kedua responden diminta untuk memperagakan langsung cara
menggunakan inhaler yang dinilai oleh peneliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengelompokan jenis kelamin, usia responden dan usia saat pertama kali
menggunakan inhaler
Tabel 1. Pengelompokkan jenis kelamin, usia responden, usia saat pertama kali menggunakan inhaler dan lama pakai inhaler
Frekuensi Persentase (%)
Usia Responden 12-35 tahun
35-55 tahun
Usia saat pertama kali menggunakan inhaler
Lama pakai inhaler 1-6 bulan
6-12 bulan
Jumlah responden yang didapatkan di RSUD Sukoharjo adalah sebanyak 32
responden. Semua responden menggunakan inhaler dengan jenis Metered Dose Inhaler
(MDI) atau dapat juga dikatakan sebagai inhaler dosis terukur. Dari 32 orang responden
diperoleh data jenis kelamin, usia responden, dan usia saat pertama kali menggunakan
inhaler. Berdasarkan data kuesioner, sebanyak 19 orang responden atau 59,38% berjenis
kelamin laki-laki dan sisanya sebanyak 13 orang responden atau 40,62% berjenis kelamin
perempuan. Kemudian data usia responden, 2 responden berusia antara 12-35 tahun, 11
responden berusia 35-55 tahun, dan 19 responden berusia >55 tahun. Selanjutnya data usia
>18 tahun saat pertama kali menggunakan inhaler, sedangkan 3,13% (1 orang responden)
berusia 12-18 tahun saat pertama kali menggunakan inhaler. Dari data usia pertama kali
menggunakan inhaler diperoleh data lama pakai, 12 responden telah menggunakan inhaler
selama 1-6 bulan, 7 responden menggunakan inhaler selama 6-12 bulan, dan responden
yang menggunakan inhaler >12 bulan sebanyak 13 orang.
Penilaian Pengetahuan Responden Terhadap Inhaler
Tabel 2. Tenaga Kesehatan yang Menjelaskan Cara Penggunaan Inhaler Dan Pengetahuan Responden Terhadap Inhaler
Tenaga Kesehatan yang Memberikan Penjelasan Cara Penggunaan Inhaler Kepada Responden
Tidak Mendapatkan Penjelasan
Dokter Apoteker Perawat
32 0 1 0
Frekuensi Persentase (%)
Berbagi inhaler dengan penderita lain Tidak berbagi dengan penderita lain
Memasukkan tabung inhaler ke dalam air
Berdasarkan perhitungan dosis (untuk inhaler DPI) / saat disemprotkan obat tidak keluar (untuk inhaler MDI)
7
Lainnya (tempat yang mudah di jangkau)
15
Lainnya (dikumpulkan bersama kemasan inhaler lain yang telah kosong)
Berdasarkan data di atas semua responden telah mendapatkan penjelasan dari
tenaga kesehatan. Dari semua jumlah responden yaitu 32 orang, sebanyak 31 orang
mendapatkan penjelasan dari dokter. Sedangkan 1 responden tersisa mendapatkan
penjelasan dari dokter dan perawat. Pengetahuan tentang penularan penyakit melalui media
inhaler telah dipahami oleh responden dan sebanyak 32 responden (100%) memilih untuk
tidak berbagi perangkat inhaler dengan penderita lain meskipun itu dengan anggota
keluarga sendiri. Responden tidak berbagi inhaler karena dikhawatirkan dapat menjadi
Pengetahuan responden terhadap inhaler didapatkan hasil bahwa ada sebagian
responden kurang mengetahui akan inhaler yang digunakannya. Untuk cara mengetahui
inhaler habis, 7 responden (21,87%) memilih mengguncang/mengocok tabung inhaler
untuk mengetahui apakah inhaler tersebut sudah habis apa belum. Kemudian 25 responden
(78,13%) memilih obat tidak keluar ketika inhaler disemprotkan. Cara yang dinilai paling
tepat untuk mengetahui inhaler habis yaitu dengan mengapungkan tabung inhaler ke dalam
air. Rubin & Lolly (2004) mengatakan bahwa banyak pasien menentukan tabung sudah
kosong dengan menggoyangkan tabung atau memperkirakan berat tabung tapi yang paling
tepat adalah dengan mengapungkan tabung inhaler. Untuk cara penyimpanan inhaler
sebanyak 15 responden (46,37%) memilih menyimpan inhaler di lemari obat dan 17
responden (53,13%) menyimpan inhaler pada tempat yang mudah dijangkau seperti di atas
meja agar ketika terjadi serangan dapat segera diatasi. Penyimpanan inhaler yang tepat
adalah disimpan pada suhu dibawah 30° C serta terlindung dari sinar matahari langsung
(Kline, 2014). Kemudian cara membuang kemasan inhaler, sebagian besar responden
84,37% (27 orang) hanya membuang kemasan inhaler di tempat sampah. 3 orang
responden (9,37%) memilih mengumpulkan kemasan inhaler pada satu wadah. Dan 2
responden sisanya 1 responden (3,13%) memilih membakar kemasan lalu 1 responden
(3,13%) lain membuang kemasan inhaler dengan cara dikubur. Menurut WHO (1999), cara
paling tepat untuk membuang kemasan inhaler adalah dengan dikubur jangan dibakar
karena kemungkinan dapat meledak.
Penilaian ketepatan peragaan penggunaan inhaler
Tabel 3. Langkah-langkah penggunaan inhaler yang tidak dilakukan oleh responden berdasarkan peragaan
No Langkah-langkah penggunaan inhaler Frekuensi Persentase (%)
1
Memegang inhaler dengan benar kemudian diarahkan ke mulut Menghembuskan napas secara dalam
Meletakkan inhaler di dalam mulut dan menutup mulut dengan rapat Menekan inhaler kemudian tarik napas panjang secara perlahan melalui mulut
Menahan napas selama 5-10 detik kemudian menghembuskan napas perlahan melalui mulut
Pada langkah-langkah penggunaan inhaler diatas kesalahan responden yang paling
dominan sebanyak 21 responden (65,62%) adalah pada saat menahan napas selama 5-10
detik. Sebagian besar responden hanya mampu menahan 1-3 detik. Jika menahan napas
kurang dari 5-10 detik maka akan mengakibatkan jumlah obat yang masuk ke dalam
paru-paru berkurang. Sehingga efek obat tidak optimal dibandingkan dengan menahan napas
menahan napas selama 5-10 detik. Mengocok inhaler adalah kesalahan paling banyak
kedua, sebanyak 8 responden (25%) tidak mengocok inhaler terlebih dulu sebelum
digunakan. Tidak mengocok inhaler saat akan digunakan dapat mengurangi efek obat,
karena jika obat yang digunakan berisikan campuran obat dan tidak dikocok terlebih
dahulu maka obat tidak akan tercampur sehingga mengurangi efek obat. Kesalahan
berikutnya adalah pada saat menghembuskan napas secara dalam sebelum menggunakan
inhaler sebanyak 7 responden (21,83%) melakukan kesalahan dalam hal ini. Dan kesalahan
dengan persentase terendah adalah langkah ke 5 dan ke 6, langkah ke 5 yaitu meletakkan
inhaler di dalam mulut dan menutup mulut secara rapat. 3 responden (9,37%) mengalami
kesalahan pada langkah ke 5 karena tidak menutup mulut dengan rapat. Kemudian langkah
ke 6 adalah menekan inhaler lalu tarik napas panjang secara perlahan melalui mulut,
sebanyak 3 responden (9,37%) melakukan kesalahan yaitu tidak menarik napas panjang
melalui mulut. Berdasarkan data kesalahan penggunaan inhaler yang dilakukan oleh
responden, cara penggunaan dapat dikatakan tepat jika responden tidak melewatkan
langkah-langkah seperti mengocok inhaler, menghembuskan napas dalam sebelum
menggunakan inhaler, meletakkan inhaler di dalam mulut kemudian menutup mulut
dengan rapat, dan menahan napas selama 5-10 detik.
Tabel 4. Jumlah Responden yang Tepat dan Tidak Tepat dalam Menggunakan Inhaler
Kesalahan Frekuensi Keterangan Jumlah
Langkah 7 9
Tidak Tepat 22
Langkah 2 1
Langkah 5 & 7 3
Langkah 2 & 7 2
Langkah 6 & 7 2
Langkah 2, 4, & 7 2
Langkah 2, 4, 5, & 7 2
Langkah 2, 4, 5, 6, & 7 1
Tidak melakukan kesalahan 10 Tepat 10
Keterangan:
Langkah 1. Membuka tutup inhaler Langkah 2. Mengocok inhaler
Langkah 3. Memegang inhaler dengan benar kemudian diarahkan ke mulut Langkah 4. Menghembuskan napas secara dalam
Langkah 5. Letakkan inhaler di dalam mulut dan tutup mulut dengan rapat Langkah 6. Tekan inhaler kemudian tarik napas panjang secara perlahan
Langkah 7. Tahan napas selama 5-10 detik kemudian hembuskan napas secara perlahan melalui mulut Langkah 8. Tutup kembali inhaler
Dari data tabel diatas kesalahan terbanyak ada pada langkah ke 7 yaitu menahan
napas selama 5-10 detik. Alasan ketidakmampuan menahan napas ini yaitu kesulitan
responden menahan napas secara lama saat terjadi serangan. Jumlah responden yang tidak
inhaler. Sedangkan yang menggunakan inhaler dengan tepat hanya 10 responden (31,25%)
karena tidak melakukan kesalahan pada langkah-langkah penting dalam menggunakan
inhaler.Menurut Fink (2005), Inhaler merupakan bentuk sediaan yang sudah umum di
pasaran. Mungkin karena itu inhaler dianggap perangkat sederhana sehingga
langkah-langkah penggunaannya yang tepat tidak diperhatikan. Kesalahan pada satu langkah-langkah atau
lebih dapat secara substansial mengurangi efektivitas obat dan mengurangi masuknya obat
ke dalam paru. Setiap jenis inhaler memiliki petunjuk penggunaan yang berbeda-beda. Hal
ini memungkinan menciptakan kebingungan pada pasien tentang cara penggunaan inhaler.
Misalnya Metered Dose Inhaler (MDI) yang membutuhkan inspirasi lambat agar obat
dapat masuk ke dalam paru, sedangkan pada Dry Powder Inhaler (DPI) memerlukan
inhalasi yang cepat karena sediaan berbentuk serbuk. Jika pasien diberikan obat yang tepat
dan digunakan sesuai dengan ketentuan maka angka mortalitas dan morbiditas terkait
dengan asma dapat berkurang secara signifikan. Namun, masih banyak pasien tidak
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk menggunakan inhaler agar
dapat menimbulkan efek yang optimal.
Penggunaan kortikosteroid melalui inhalasi merupakan cara yang tepat untuk
pengobatan asma bronkial. Keuntungan yang paling penting dari terapi inhalasi adalah efek
langsung dan efek samping yang minimal. Namun, penggunaan inhaler yang tidak tepat
adalah salah satu penyebab paling umum yang menghambat pengobatan asma (Al-Jahdali,
2013). Efektivitas obat inhalasi seperti ẞ2-agonis, agen antikolinergik atau kortikosteroid
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk usia, jenis kelamin, durasi penyakit, jenis
inhaler digunakan, dan teknik inhalasi benar. Banyak pasien usia lanjut memiliki teknik
inhalasi yang buruk karena masalah medis seperti arthritis, kelemahan atau gangguan
ketangkasan. Pasien menerima pengobatan tetapi tanpa pengetahuan dan pelatihan dalam
teknik penggunaan inhalasi yang benar akibatnya terapi kurang optimal. Penggunaan
inhaler yang salah adalah masalah yang signifikan untuk penderita asma dan dapat
mengakibatkan efek terapi berkurang. Banyak inhaler, baik MDI dan DPI yang rumit untuk
digunakan karena beberapa membutuhkan hingga delapan langkah yang dilakukan dengan
benar agar obat dapat menimbulkan efek maksimal. Oleh karena itu, untuk memperoleh
keterampilan yang dibutuhkan untuk menggunakan obat-obat ini, petugas kesehatan dan
pasien harus dilatih dengan baik (Lavorini, 2007).
Dalcin (2014) mengatakan, bahwa melakukan teknik inhaler dengan benar
tergantung pada jenis inhaler. Hal ini ditunjukkan bahwa pasien yang menggunakan inhaler
mereka yang menggunakan inhaler dosis terukur (MDI). Inhaler dosis terukur lebih sulit
untuk digunakan, karena mereka memerlukan koordinasi motorik yang lebih besar.
Penggunaan spacer mengurangi kebutuhan koordinasi motorik yang lebih besar. Namun,
meskipun begitu inhaler dosis terukur (MDI) tetap lebih sulit untuk digunakan
dibandingkan inhaler serbuk kering (DPI). Tingkat dukungan yang diberikan oleh anggota
keluarga atau pengasuh juga dapat berkontribusi pada kinerja yang tepat dari teknik
inhaler. Penurunan nilai fisik atau mental yang disebabkan oleh adanya penyakit lain juga
dapat berdampak negatif pada penggunaan inhaler. Kondisi seperti tremor, gangguan
penglihatan, gangguan pendengaran, arthritis, gangguan mood, dan gangguan kognitif
dapat mengganggu pembelajaran teknik inhaler atau kinerja yang sesuai dengan ketentuan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul analisis ketepatan cara penggunaan
inhaler pada pasien asma di RSUD Kabupaten Sukoharjo mendapatkan kesimpulan yaitu
10 responden dari total 32 responden (31,25%) dapat dikatakan tepat dalam menggunakan
inhaler karena tidak melewatkan langkah-langkah penting dalam menggunakan inhaler.
SARAN
Berdasarkan penelitian ini, peneliti menyarankan agar apoteker memperagakan cara
penggunaan inhaler yang tepat kepada pasien hingga pasien memahami cara penggunaan
inhaler yang tepat. Selain itu, penelitian ini perlu untuk di evaluasi secara berkala untuk
DAFTAR PUSTAKA
Alamoudi, O. S., 2003, Pitfalls of inhalation technique in chronic asthmatics. Effect of
education program and correlation with peak expiratory flow. Saudi Med J, 24(11),
1205-1214
Al-Jahdali., et al., 2013, Improper Inhaler Technique is Associated with Poor Asthma
Control and Frequent Emergrncy Department visits, Biomed central, No 1-7
Al-Showair, R. A., Pearson, S. B. & Chrystyn, H., 2007, The potential of a 2Tone Trainer
to help patients use their metered-doseinhalers. Chest, 131(6), 1776-1782
Dalcin, P. T. R., et al., 2014, Factor Related to The Incorrect Use of Inhalers by Asthma
Patients. J Bras Pbeumol, 40(1): 13-20
Fink, J. B. & Bruce, K. R., 2004, Problem With Inhaler Use: A Call For Improve Clinician
and Patient Education. Respiratory Care Journal, Vol 50 No 10
Global Initiative for Asthma (GINA), 2008, Global Strategy for Asthma Management and
Prevention, University of Cape Town Lung Institute, Cape Town
Interiano, B. & Guntupalli, K. K., 1993, Metered-dose inhalers: do health care providers
know what to teach Arch Intern Med, 153(1), 81–86.
Kline, S. G., 2014, VentilineCFC-Free Inhaler, The Australian Register of Therapeutic
Goods (THE ARTG)
Lavorini, F., Magnan, A., Dubus, J. C., Voshaar, T., Corbetta, L., Broeders, M., et al.,
2008, Effect of incorrect use of dry powder inhalers on management of patients
with asthma and COPD. Respiratory Med, 102(4), 593-604
National Asthma Council Australia, 2008, Inhaler technique in adults with asthma or
COPD, Australia
Purnamasari, R., 2012, “Evaluasi Cara Penggunaan Inhaler Dan Nebulizer Pada Pasien”,
Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
Rubin, B. K. & Lolly, D., 2004, How Do Patient Determine That Their Metered-Dose
Inhaler Is Empty?. Wake Forest University School of Medicine, Winston-Salem
New Caledonia
Supriyatno, B., 2002, Terapi Inhalasi Pada Asma Anak, Sari Pediatri, Vol 4: 67-73
Wibowo, S. A., 2010, “Evaluasi Penggunaan Inhaler pada Pasien Asma Rawat Jalan
RSUD Dr.Moewardi Surakarta”, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
World Health Organization, 1999, Guidelines for Safe Disposal of Unwanted