• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL Hubungan Antara Iklim Organisasi Dengan Organizational Citizenship Behavior (Ocb) Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL Hubungan Antara Iklim Organisasi Dengan Organizational Citizenship Behavior (Ocb) Di Universitas Muhammadiyah Surakarta."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)

DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Gelar sarjana (s-1) psikologi

Diajukan Oleh: ARFITIAN DEA MARTHA

F 100 100 204

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

ii

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)

DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Gelar sarjana (s-1) psikologi

Diajukan Oleh: ARFITIAN DEA MARTHA

F 100 100 204

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)

v ABSTRAKSI

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)

DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Arfitian Dea Martha SusatyoYuwono dhea.martha@gmail.com

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Organizational Citizenship Behavior (OCB) sering diartikan sebagai perilaku

yang melebihi kewajiban formal (extra role) yang tidak berhubungan dengan kompensasi langsung. OCB merupakan perilaku positif orang-orang yang ada dalam organisasi. Perilaku ini akan muncul karena memiliki perasaan sebagai anggota organisasi dan merasa puas bila melakukan sesuatu yang lebih bagi organisasi. Kondisi ini terjadi jika pegawai memiliki persepsi positif pada organisasinya, termasuk pada iklim dalam organisasi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara iklim organisasi dengan OCB pada karyawan UMS. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara iklim organisasi dengan OCB di UMS. Populasi dalam penelitian ini adalah dosen dan karyawan FAI, FKI, BAA, dan Perpustakaan di UMS. Subjek penelitian ini adalah staff FAI, FKI, BAA, dan Perpustakaan di UMS. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive non random sampling. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan alat ukur skala. Analisis data menggunakan korelasi Product

Moment. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat

signifikan antara iklim organisasi dengan OCB dapat dilihat pada nilai korelasi (r) sebesar 0,508 dengan signifikansi 0,000 (p<0,01). Hasil analisis kategorisasi diketahui bahwa variabel OCB memiliki rerata empirik sebesar 64,58 dan rerata hipotetik sebesar 45 yang berarti tergolong sangat tinggi. Variabel iklim organisasi memiliki rerata empirik 60,37 dan rerata hipotetik sebesar 40 yang berarti tergolong sangat tinggi. Sumbangan efektif iklim organisasi terhadap OCB sebesar 25,8% sisanya sebesar 74,2% dipengaruhi oleh faktor lain diluar iklim organisasi. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara iklim organisasi dengan OCB di Universitas Muhammdiyah Surakarta.

(6)

1 PENDAHULUAN

Seseorang yang merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk memberikan performa terbaiknya kepada organisasi tempat ia bekerja dengan menyelesaikan tugas pekerjaannya sebaik mungkin. Bahkan, karyawan yang puas akan memiliki kesediaan untuk melakukan hal lebih diluar tanggung jawab formalnya. Kesediaan inilah yang kemudian dikenal sebagai Organizational Citizenship Behavior

(OCB) (Waspodo, 2012).

Organizational Citizenship

Behavior (OCB) ini juga sering

diartikan sebagai perilaku yang melebihi kewajiban formal (extra role) yang tidak berhubungan dengan kompensasi langsung. OCB merupakan perilaku positif orang-orang yang ada dalam organisasi. Perilaku ini terekspresikan dalam bentuk kesediaan secara sadar dan sukarela untuk bekerja, memberikan kontribusi pada organisasi lebih dari

pada apa yang dituntut secara formal oleh organisasi. Pendapat lain mengenai pengertian OCB dikemukakan oleh Garay (2006) ia menjelaskan bahwa OCB merupakan perilaku sukarela dari seorang pekerja untuk mau melakukan tugas atau pekerjaan di luar tanggung jawab atau kewajibannya demi kemajuan atau keuntungan organisasinya.

Menurut Organ (2006), ada lima aspek yang mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior

(OCB), diantaranya: Altruisme,

Courtesy, Sportmanship,

Conscientiousness, dan Civic Virtue.

Graham (Bolino, 2002) memberikan konseptualisasi OCB yang berbasis pada filosofi politik dan teori modern. Dalam menggunakan perspektif teoritis ini, Graham mengemukakan tiga bentuk OCB, yaitu:

(7)

2 b. Loyalitas (Loyality) yang

menggambarkan kemauan karyawan untuk menempatkan kepentingan pribadi mereka untuk keuntungan dan kelangsungan organisasi.

c. Partisipasi (Participation) yang menggambarkan kemauan karyawan untuk secara aktif mengembangkan seluruh aspek kehidupan organisasi.

Lin dkk (2008) menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi Organizational

Citizenship Behavior, meliputi: Faktor

Individu, Faktor Kelompok, dan Faktor Organisasi (Iklim organisasi dan budaya organisasi).

Secara umum iklim organisasi diartikan sebagai persepsi terhadap lingkungan organisasi baik secara individu maupun kelompok menurut Patterson (Wirawan, 2007).

Bagi Umstot (Idrus, 2006) iklim organisasi merupakan salah satu cara untuk mengukur budaya organisasi, dan iklim organisasi itu sendiri dimaknai sebagai cara karyawan

memahami lingkungan organisasinya. Situasi ini tampaknya yang menjadikan Umsot berpendapat bahwa faktor tertentu dapat penting pada organisasi tertentu, namun tidak memiliki makna yang berarti pada organisasi lain.

Aspek-aspek yang dikemukakan oleh Litwin & Stringer, 2001 (Susilo, 2007) yang terdiri dari, standar, penghargaan, kejelasan organisasi, dukungan, pengambilan keputusan, mengurangi konflik, dan identitas organisasi.

Robert Stringer (Wirawan, 2007) mengemukakan bahwa terdapat lima faktor yang menyebabkan terjadinya iklim suatu organisasi, yaitu lingkungan eksternal, strategi, praktik kepemimpinan, pengaturan organisasi, dan sejarah organisasi. Masing-masing faktor ini sangat menentukan, oleh karena itu orang yang ingin mengubah iklim suatu organisasi harus mengevaluasi masing-masing faktor tersebut.

(8)

3 perusahaan manapun ataupun perguruan tinggi, termasuk di UMS ini. Peneliti juga melakukan penyebaran kuesioner terbuka pada saat pra riset diseluruh fakultas di UMS serta unit-unit yang lain, seperti Biro Administrasi Akademik (BAA) dan perpustakaan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah adanya masalah pada OCB karyawan pada UMS. Berdasarkan hasil pengambilan pra riset tersebut peneliti menemukan bahwa adanya karyawan yang kurang berperilaku OCB, yaitu pada Fakultas A, Fakultas B,unit A serta unit B.

Dari hasil tabel rekap data dengan kuesioner terbuka telah menunjukkan masalah OCB, pada Fakultas A yaitu sebagian karyawan terkadang masih melakukan pekerjaannya belum sesuai waktu yang ditentukan atau masih sering terlambat masuk kerja. Pada Fakultas B, yaitu ada beberapa karyawan yang belum pernah mengerjakan pekerjaan diluar pekerjaan pokoknya. Di unit A terdapat masalah, yaitu jika disalah

(9)

4 Jika pegawai memiliki OCB maka pegawai mampu mengendalikan perilakunya sendiri atau memilih perilaku yang sesuai untuk kepentingan organisasi. Perilaku ini akan muncul karena memiliki perasaan sebagai anggota organisasi dan merasa puas bila melakukan sesuatu yang lebih bagi organisasi. Kondisi ini terjadi jika pegawai memiliki persepsi positif pada organisasinya, termasuk pada iklim dalam organisasi tersebut. Bersona dan Avilio (Dewi, 2010) menemukan pada beberapa penelitian bahwa salah satu faktor penting yang membentuk OCB adalah iklim organisasi. Iklim organisasi akan menentukan apakah seseorang dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai prosedur atau tidak (Brahmana, 2007). Lebih lanjut Luthans (Dewi, 2010) menjelaskan bahwa iklim organisasi adalah lingkungan internal organisasi.

Iklim organisasi akan berdampak positif jika iklim organisasi memenuhi perasaan dan kebutuhan pegawai. Iklim ditentukan oleh seberapa baik

anggota diarahkan, dibangun dan dihargai oleh organisasi sehingga membentuk pola perilaku positif, antara lain OCB. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Wahyuli (Dewi, 2010) yang menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara Iklim Organisasi dengan OCB karyawan. Hal ini berarti semakin kondusif iklim organisasi dalam suatu perusahaan akan diikuti dengan tingginya OCB karyawan.

Apabila dilihat dari fenomena diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu apakah iklim organisasi akan mempengaruhi Organizational

Citizenship Behavior (OCB)?.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Hubungan antara iklim organisasi dengan OCB pada karyawan UMS. 2) Sumbangan efektif iklim organisasi terhadap OCB pada karyawan UMS. 3) Tingkat OCB pada karyawan UMS. 4) Tingkat iklim organisasi tempat subjek penelitian. HIPOTESIS

(10)

5 hipotesis bahwa ada hubungan positif antara iklim organisasi dengan OCB di UMS. Semakin baik iklim organisasi maka semakin tinggi perilaku OCB yang ditampilkan, sebaliknya semakin buruk iklim organisasi maka semakin rendah perilaku OCB yang dimunculkan.

METODE PENELITIAN Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tergantung (Organizational

Citizenship Behavior (OCB), variabel

bebas (iklim organisasi). Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan dan dosen UMS dan diambil dari Fakultas Agama Islam (FAI), Fakultas Komunikasi dan Informatika (FKI), Perpustakaan, dan Biro Administrasi Akademik (BAA). Total subjek dalam penelitian ini adalah dengan jumlah 93 orang.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

mnggunakan dua skala yaitu skala OCB dan skala Iklim Organisasi. a. Skala Organizational Citizenship

Behavior (OCB) yang digunakan pada penelitian ini disusun oleh peneliti dan dibantu dengan dua rekannya berdasarkan pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Organ (1999) yang meliputi Altruism, Courtesy, Civic Virtue,

Conscientiousness, dan

Sportmanship. 0.309 - 0.478

dengan p<0.05, koefisien reliabilitas sebesar 0.790.

(11)

6 koefisien reliabilitas sebesar 0.779.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis Product Moment.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan teknik analisis product moment dari Pearson dengan menggunakan program SPSS 19 for windows dapat diketahui nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.508; p = 0,000 (p < 0.01) artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara Organizational Citizenship Behavior

(OCB) dengan iklim organisasi. Semakin tinggi nilai iklim organisasi maka semakin tinggi OCB (karyawan UMS), sebaliknya semakin rendah nilai iklim organisasi maka semakin rendah pula OCB.

Iklim organisasi akan berdampak positif jika iklim organisasi memenuhi perasaan dan kebutuhan pegawai. Iklim ditentukan oleh seberapa baik anggota diarahkan, dibangun dan dihargai oleh organisasi sehingga

membentuk pola perilaku positif, antara lain OCB. Hal ini didukung oleh Hasil penelitian Wahyuli (Dewi, 2010) yang menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara Iklim Organisasi dengan OCB karyawan. Hal ini berarti semakin kondusif iklim organisasi dalam suatu perusahaan akan diikuti dengan tingginya OCB karyawan.

(12)

7 yang baik dalam suatu organisasi akan menjadikan pegawai memiliki semangat yang tinggi dalam bekerja, dapat bekerjasama dengan karyawan lain, aturan dalam organisasi dijadikan semangat dalam bekerja, prestasi kerja meningkat, saling membantu antar karyawan, dan loyalitas kerja tinggi dalam organisasi.

Kunci keberhasilan organisasi adalah bagaimana organisasi dapat memberikan kontribusi atau sumbangan positif pada pelaksanaan dan implementasi tugas-tugas dalam pencapaian tujuan organisasi. Organizational Citizenship Behavior

(OCB) merupakan suatu perilaku positif individu dalam organisasi, yaitu suatu bentuk kesediaan secara sadar dan sukarela untuk bekerja dan memberikan kontribusi pada organisasi lebih daripada apa yang dituntut secara formal dalam organisasi. OCB penting bagi keberhasilan organisasi. Demikian halnya dalam lingkungan perguruan tinggi. Karyawan kampus memiliki tugas yang harus dijalankan, yaitu

sebagai pengajar dan pendidik serta melayani kebutuhan mahasiswanya. Selain itu terdapat kegiatan lain yang harus dijalankan misalnya menjadi anggota panitia kegiatan kampus. Seringkali pekerjaan harus dilakukan diluar jam kerja, yang berarti pula pekerjaan yang kompleks. Perguruan tinggi juga memiliki tantangan untuk menuju kearah yang lebih baik, sehingga hal ini juga tergantung pada rasa memiliki karyawan dalam menjalankan tugas.

(13)

8 menimbulkan kepercayaan karayawan terhadap organisasi, dan membuat karyawan termotivasi untuk memberikan kontribusi positif dalam mencapai tujuan perusahaan.

As'ad, 1991 (Idrus, 2006) juga menjelaskan bahwa salah satu faktor penentu kerja adalah hubungan antar karyawan dan juga atasan serta lingkungan kerjanya. Sehingga jelas bahwa penyeseuaian diri seseorang terhadap lingkungan kerjanya juga menjadi hal yang amat penting untuk mencapai kemajuan suatu organisasi atau perusahaan.

OCB sebagai perilaku individu yang secara eksplisit dapat dikenali dalam sistem kerja formal yang secara keseluruhan mampu meningkatkan efektifitas fungsi organisasi (Organ, 1988). Efektifitas fungsi organisasi dalam hal ini instansi sangat tergantung pada usaha karyawan terutama pada kesediaan karyawan secara sukarela bekerja melebihi tanggungjawab formalnya. OCB sebagai indikator penting untuk penampilan kerja karayawan yang

berdampak pada hasil positif berupa kualitas layanan yang lebih baik dan keefektifan organisasi (Godot, 2007). Lebih lanjut Gadot dkk. (2007) menjelaskan hubungan antara iklim organisasi dengan OCB, yaitu jika iklim organisasi dipersepsikan secara positif maka perilaku OCB akan muncul. Instansi memiliki tanggungjawab sosial pada lingkungan sehingga secara alamiah karyawan akan mengembangkan kesediaan untuk bekerja melebihi tugas utamanya untuk membantu mencapai tujuan instansi. Atmosfer iklim organisasi yang positif akan terakumulasi menjadi perilaku OCB.

(14)

9 Sumbangan efektif (SE) variabel iklim organisasi terhadap OCB karyawan UMS sebesar 25.8 % ditunjukkan oleh koefisien determinan (r2) sebesar 0.258. Hal ini memiliki arti bahwa masih terdapat 74.2 % faktor lain yang mempengaruhi di luar faktor iklim organisasi seperti kepemimpinan transformasional, keterlibatan kerja, komitmen organisasi, kepuasan kerja, dan lain-lain. Bersona dan Avilio menemukan pada beberapa penelitian bahwa salah satu faktor penting yang membentuk OCB adalah iklim organisasi. Iklim organisasi akan menentukan apakah seseorang dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai prosedur atau tidak (Brahmana & Sofyandi, 2007). Lebih lanjut Luthans (1998) menjelaskan bahwa iklim organisasi adalah lingkungan internal organisasi. Iklim organisasi mempengaruhi praktik dan kebijakan SDM yang diterima oleh anggota organisasi.

Perlu diketahui bahwa setiap organisasi akan memiliki iklim organisasi yang berbeda.

Keanekaragaman pekerjaan yang dirancang di dalam organisasi, atau sifat individu yang ada akan menggambarkan perbedaan tersebut. Semua organisasi tentu memiliki strategi dalam memanajemen SDM. Iklim organisasi yang terbuka, bagaimanapun juga hanya tercipta jika semua anggota memiliki persepsi positif pada organisasinya. Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena merupakan persepsi seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi penentuan tingkah laku anggota selanjutnya.

Namun demikian, tingginya tingkat OCB dalam suatu perusahaan bisa menjadi kurang menguntungkan bila karyawan menganggap OCB sebagai bagian dari peran kerja formal

(In-Role Behovior) yang pasti

direward oleh perusahaan. Karena

(15)

10 didapat dengan menunjukkan OCB maka karyawan akan semakin suka untuk menunjukkan OCB (Lam Hui, law, 1999).

Sebuah penelitian tentunya terdapat kelemahan, adapun kelemahan dalam penelitian ini antara lain; isi pernyataan dalam skala yang digunakan masih abstrak dan susah dipahami secara nyata, dimana keterbatasan dari peneliti menjadi kurang mendalam dalam mengungkap variabel-variabel yang diukur, selain itu jumlah subyek yang relatif sedikit menyebabkan tidak dapat dilakukan generelisasi terhadap hasil penelitian, hasil penelitian hanya berlaku di tempat penelitian saja yaitu di Universitas Muhammdiyah Surakarta, dan populasi terbatas yang hanya bisa digunakan dibeberapa fakultas dan instansi yang ada di UMS saja.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1) Ada hubungan positif antara iklim organisasi dengan organizational

citizenship behavior (OCB). 2)

Tingkat OCB dalam iklim organisasi tergolong sangat tinggi. 3) Tingkat iklim organisasi tergolong sangat tinggi. 4) Sumbangan efektif iklim organisasi terhadap OCB di UMS sebesar 25.8 % dapat dilihat pada koefisien determinan (r2) = 0258. Hal ini berarti masih ada 74.2 % faktor yang mempengaruhi organizational

citizenship behavior (OCB) diluar

iklim organisasi, seperti kepemimpinan transformasional, keterlibatan kerja, komitmen organisasi, kepuasan kerja, dan lain-lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari pembahasan dan kesimpulan maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

(16)

11 membantu pegawai untuk saling bekerja sama dan dapat jadi penengah bila terjadi masalah antar pegawai serta membantu mencari solusi untuk masalah tersebut. Sehingga antar pimpinan dan karyawan bisa saling berkomunikasi dan mempertahankan suasana kantor yang lebih nyaman. Pimpinan mempunyai persepsi yang positif terhadap pegawai begitu pula sebaliknya.

2. Pegawai

Bagi karyawan diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan dan kerjasama antar pegawai lain dengan cara berdiskusi dalam menghadapi permasalahan lingkungan kerja. Selain itu diharapkan pegawai dapat menerapkan fikiran positif terhadap rekan kerja, sehingga akan memperkecil kemungkinan terjadinya persaingan tidak sehat antar pegawai serta dapat tercipta kondisi iklim organisasi yang menyenangkan bagi antar pegawai. Karyawan juga dapat mengedepankan kepentingan organisasi dari pada kepentingan pribadi, serta menumbuhkan rasa

bangga dan keinginan yang kuat pada diri karyawan untuk menjadi bagian dari perusahaan, sehingga karyawan terpacu untuk bekerja lebih giat. 3. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dengan penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya, khususnya dalam bidang psikologi industri dan organisasi yang berhubungan dengan iklim organisasidan organizational

citizenship behavior (OCB).

Penulis menyarakan untuk

memperluas populasi,

memperbaiki isi instrument supaya dapat mengungkap lebih dalam setiap aspeknya, pernyataan-pernyataan dalam alat ukur dibuat singkat dan jelas agar mudah dipahami oleh responden, melengkapi dengan teknik pengumpulan data yang lain atau menyertakan variabel dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi

organizational citizenship

(17)

12 DAFTAR PUSTAKA

Bolino, M. C., Turnley, W. H., Gilstrap, J. B., & Bloodgood, J. M. (2002). Citizenship Behavior and the Creation of Social Capital in Organizations. The

Academy of Management

Review, Vol. 27, No. 4 (Oct.,

2002), pp. 505-522.

Brahmana, S.S. & Sofyandi, H. (2007). Transformational Leadership dan Organization Citizenship Behavior di Utama.

Laporan Penelitian. Tidak

diterbitkan.

Dewi, K.S.(2010). Hubungan Iklim Organisasi dan Organizational Citizens Behavioral (OCB)Guru di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo. Jurnal Psikologi

Universitas Diponegoro.Vol 7,

No 1, April 2010, 11-17.

Gadot, E.V. (2007). Group-Level Organizational Citizenship Behavior in The Education System: a Scale Reconstruction and Validation. Educational

Administration Quarterly.

Vol.XX No.X (XXXX 200X) XX-XX.

Garay, Hannah Dara Vanzuela, (2006). Kinerja Extra-Role dan Kebijakan Kompensasi, SINERGI, Kajian Bisnis Dan

Manajemen, Vol. 8, No. 1,

Januari 2006: 33-42.

Idrus, M. (2006). Implikasi Iklim Organisasi terhadap Kepuasan Kerja dan Kualitas Kehidupan Kerja Karyawan. Jurnal

Psikologi Universitas

Diponegoro, Vol. 3, No. 1,

94-106.

Lin, C.P., Hung, W.T., Chiu, C.K. (2008). Being Good Citizens: Understanding a Mediating Mechanism of Organizational Commitment and Social Network Ties in Organizational Citizenship Behavior. Journal of

Business Ethics. No 81. pp.

561-578.

Novliadi, F. (2006). Organizational Citizenship BehaviorKaryawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Kualitas Interaksi Atasan-Bawahan Dan Persepsi

Terhadap Dukungan

Organisasional. PSIKOLOGIA, Volume 2, No. 1, Juni 2006: 39-46.

Organ, D. W., Podsakoff, P. M., and Mckenzie, S. B. 2006.

Organizational alCitizenship

Behavior: Its Nature

Antecedents, and

Consequences. GE

Publications.

(18)

13 Waspodo, A. A & Minadaniati, L.

(2012). Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Iklim Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Karyawan Pada PT. Trubus Swadaya Depok. Jurnal Riset

Manajemen Sains Indonesia

(JRMSI) Vol. 3, No. 1, 2012, 115-125.

Wirawan. (2007). Budaya dan Iklim Organisasi Tepri Aplikasi dan

Penelitian. Jakarta: Salemba

Referensi

Dokumen terkait

Rostinawati, T., 2009 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi, dan Staphylococcus aureus dengan

Berdasarkan analisis hasil pengolahan data diketahui bahwa terdapat selisih antara data ekspor Indonesia dengan data impor negara maju dan negara ber- kembang untuk

The Ministry of Agriculture of' Indonesia and the Ministry for Foreign Affairs of Finland, represented in Indonesia by the Embassy of Finland, shall be the

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data kepustakaan yaitu berupa buku, transkip, majalah dan lain- lain. Hal ini sejalan dengan perincian sebagai

Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN-P) yang

Dari hasil tersebut, cendawan yang kemungkinan dapat dijadikan sebagai agens pengendalian hayati terhadap penggerek batang padi kuning adalah cendawan endofit yang hanya

(1) Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan Ujian nasional yang diikuti peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar dan menengah, dan

Tindakan yang dilakukan oleh Tamar adalah menaruh abu di kepalanya sebagai tanda bergerak melampaui keterpurukannya dan menjadi contoh yang baik bagi perempuan Indonesia