HUBUNGAN PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA JALUR 3 DAN 4 PT WIJAYA KARYA
BETON BOYOLALI Tbk.
ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
KHOIRUL MUNTIANA J 410 100 020
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Bismillahirrohmanirrohim
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya
Nama : Khoirul Muntiana
NIM : J 410 100 020
Fakultas/ Jurusan : Ilmu Kesehatan/ Kesehatan Masyarakat
Jenis : Skripsi
Judul : Hubungan Persepsi Karyawan terhadap Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Jalur 3 dan 4 PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk.
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas
penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy
untuk kepentingan akademis kepada perpustakan UMS, tanpa perlu
meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/ pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa
melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan
hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, Juli 2014 Yang menyatakan
HUBUNGAN PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PENERAPAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA JALUR 3 DAN 4 PT WIJAYA KARYA BETON BOYOLALI Tbk.
Khoirul Muntiana J 410 100 020
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A Yani Tromol Pos I, Pabelan, Kartasura, Surakarta
Abstrak
Penggunaan APD pada pekerja di perusahaan harus diperhatikan. Meskipun perusahaan telah menyediakan APD secara gratis, namun ada beberapa karyawan di PT WIKA belum menggunakan APD sesuai dengan ketentuan. Kepatuhan penggunaan APD juga tergantung dari persepsi karyawan terhadap kesehatan dan keselamatan yang mereka miliki. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan persepsi karyawan terhadap penerapan K3 dengan penggunaan APD pada jalur 3 dan 4 PT WIKA Beton Boyolali Tbk.. Metode Penelitian ini menggunakan rancangan survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja di jalur 3 dan 4 sebanyak 38 orang laki-laki. Pemilihan sampel dengan Purposive Sampling sebanyak 30 pekerja. Uji statistik menggunakan Product Moment Pearson Correlation dengan menggunakan SPSS yang dipakai di laboratorium komputer FIK, UMS. Hasil uji statistik korelasi menunjukkan bahwa nilai p adalah 0,018 (p<0,05) dan nilai korelasi adalah 0,429, yang berarti ada hubungan yang signifikan dan positif antara persepsi karyawan terhadap penerapan K3 dengan penggunaan APD. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi karyawan terhadap penerapan K3 dengan penggunaan APD.
Kata kunci : Persepsi K3, Penggunaan APD
ABSTRACT
SPSS which used in computer labs FIK, UMS. Statistical test results showed that the correlation p value was 0.018 (p<0.05) and a correlation value was 0.429, which means there is a significant and positive relationship between employee’s perception of the implementation of OHS with the use of PPE. This study suggested that there is a positive and significant relationship between employee’s perception of the implementation of OHS with the use of PPE.
Key words : OHS perception, use of PPE
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong Indonesia
mencapai tahap industrialisasi. Hal ini ditandai dengan adanya proses mekanisasi,
elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Penggunaan teknologi
maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang memilih untuk
menggunakan mesin sebagai pengganti tenaga manusia. Dalam keadaan demikian
penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan
terus meningkat sesuai kebutuhan industrialisasi (Tarwaka, 2014).
Penggunaan mesin di samping memberikan kemudahan bagi suatu proses
produksi, tentunya efek samping yang tidak dapat dielakkan adalah bertambahnya
jumlah dan ragam sumber bahaya bagi pengguna teknologi itu sendiri. Di samping
itu, faktor lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), proses kerja tidak aman, dan sistem kerja yang semakin
komplek dan modern dapat menjadi ancaman tersendiri bagi keselamatan dan
kesehatan pekerja (Tarwaka, 2014). Oleh sebab itu keselamatan dan kesehatan
kerja menjadi suatu tuntutan dan kebutuhan umum bagi setiap pihak.
K3 merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional.
Tanpa disadari manusia hidup di tengah atau bersama dengan bahaya.
Berdasarkan data ILO 2003 dalam Tarwaka (2014), ditemukan bahwa di
Indonesia tingkat pencapaian penerapan kinerja K3 di perusahaan masih sangat
rendah. Dari data tersebut ternyata hanya 2 % (sekitar 317 buah) perusahaan yang
sudah menerapkan K3. Sedangkan sisanya 98 % (sekitar 14.700) perusahaan
belum menerapkan K3 secara baik. Kondisi tersebut dari tahun ke tahun terus
membaik, hal ini dapat dilihat dari data Kemenakertrans pada tahun 2009 jumlah
perusahaan dan pada tahun 2010 jumlahnya meningkat menjadi 192 perusahaan.
Sehingga dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2010 jumlah totalnya sudah
mencapai 1.492 perusahaan. Selanjutnya pada tahun 2012 terdapat sebanyak 739
perusahaan berhasil meraih penghargaan kecelakaan nihil (Zero Accident). Jumlah
perusahaan zero accident ini meningkat sebesar 44,4% (227 perusahaan)
dibandingkan tahun 2011 yang berjumlah 512 perusahaan. Sedangkan
penghargaan Sistem Manajemen Kesehatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
diberikan kepada 254 perusahaan yang berhasil menerapkan SMK3 berdasarkan
evaluasi hasil audit dari Lembaga Audit Eksternal. Jumlah ini meningkat 6,7%
dibanding tahun 2011 sebanyak 238 perusahaan.
Berdasarkan data Jamsostek 2010 bahwa jumlah kecelakaan kerja yang
terjadi memang masih tinggi, dimana pada tahun 2003 sebanyak 105.846 kasus,
pada tahun 2004 sebanyak 95.418 kasus, pada tahun 2005 sebanyak 96.081 kasus,
pada tahun 2006 terjadi kecelakaan sebanyak 70.069 kasus kecelakaan kerja.
Sepanjang tahun 2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus, tahun 2008 sebanyak
94.736 kasus, tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus, tahun 2010 sebanyak 98.711
orang mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan pada tahun 2011, kecelakaan kerja
yang terjadi di seluruh indonesia mencapai 99.491 kasus dengan korban
meninggal sebanyak 2.144 orang dan mengalami cacat sebanyak 42 orang. Angka
tersebut tentunya masih sangat fantastis dan dapat
menjadi tolak ukur pencapaian kinerja K3 (Tarwaka, 2014).
Setiap karyawan memiliki persepsi yang berbeda terhadap sesuatu. Ketika
seorang individu melihat sebuah target dan berusaha untuk menginterpretasikan
apa yang ia lihat, interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik
pribadi dari pembuat persepsi individual tersebut. Menurut Robbins dan Judge
(2008) karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap,
kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, dan harapan-harapan seseorang.
Peraturan tentang K3 yang telah ditetapkan di perusahaan belum tentu sepenuhnya
dipatuhi oleh para pekerjanya. Kepatuhan terhadap K3 tergantung dari diri
pada saat bekerja, maka dia akan mematuhi peraturan tersebut dan demikian pula
sebaliknya.
Dalam UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, ditetapkan
syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh setiap orang atau badan
yang menjalankan usaha, baik formal maupun informal, dimanapun berada dalam
upaya memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan semua orang yang
berada di lingkungan usahanya (Tarwaka, 2014). Salah satu program K3 di
perusahaan adalah dengan pengadaan Alat Pelindung Diri. Berdasarkan pasal 14
(c) UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pengurus atau pengusaha
wajib menyediakan APD secara cuma-cuma terhadap pekerjanya dan orang lain
yang memasuki tempat kerja. Kepatuhan penggunaan APD juga tergantung dari
persepsi karyawan terhadap kesehatan dan keselamatan yang mereka miliki.
PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk. merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang industri beton pracetak, di industri ini mempunyai tenaga kerja
sebanyak 380 orang. Para karyawan yang bekerja di perusahaan ini tidak
semuanya berstatus karyawan tetap, terutama pada bagian produksi dari jalur 1
s.d. jalur 6. PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk. mempunyai kegiatan utama
yaitu sebagai tempat produksi tiang listrik (TL), tiang pancang (TP), bantalan
jalan rel (BJR), balok jembatan, sheet steel, courugated concrete sheet pile
(CCSP). Dari proses produksi tersebut, terdapat berbagai macam potensi bahaya
yang mengancam para pekerja. Perusahaan ini termasuk ke dalam perusahaan
besar dengan risiko tinggi terhadap kecelakaan kerja. Hal tersebut terlihat dari
proses produksinya yang banyak menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi
dan alat-alat berat sehingga menimbulkan potensi bahaya yang cukup banyak.
Misalnya pada jalur 3 dan 4 bagian produksi bantalan jalan rel (BJR) dan tiang
pancang (TP) terdapat potensi bahaya seperti terjepit, tertimpa alat-alat berat,
keracunan bahan kimia yang mengakibatkan cidera pada mata, gangguan
pneumonia, dan masih banyak lagi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan. Jam
kerja karyawan dimulai dari jam 07.30-16.30 WIB, waktu istirahat antara jam
12.00-13.00 WIB. Dalam satu minggu terhitung 5 hari kerja yakni dari hari Senin
PT WIKA Beton Boyolali Tbk. sudah menyediakan APD sesuai dengan
standar K3 perusahaan. Tersedianya APD di perusahaan bukan berarti tidak
terjadi masalah yang berhubungan dengan K3 pegawainya. Masih banyak
karyawan PT WIKA Beton Boyolali Tbk. terutama di jalur 3 dan 4 yang tidak
menggunakan APD saat bekerja.
Kasus kecelakaan kerja yang sering dialami oleh pekerja PT WIKA Beton
Boyolali Tbk. yaitu seperti jari terjepit dan jari terpukul palu. Selain itu, ada juga
beberapa pekerja senior yang telah mengalami penurunan tingkat pendengaran
akibat terpapar kebisingan. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tersebut
disebabkan oleh keteledoran karyawan dalam menggunakan peralatan kerja, dan
karyawan tidak menggunakan APD yang telah disediakan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Kepala Jalur 3 dan 4, alasan para pekerja yang tidak memakai
APD pada saat bekerja adalah karena pekerja merasa tidak nyaman menggunakan
APD yang telah disediakan serta pekerja sudah terbiasa tidak menggunakan APD
seperti earplug dan masker.
Kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja,
mengingat tingkat kebisingan yang disebabkan oleh mesin spinning di jalur 4 dan
3 relatif masih tinggi. Berdasarkan laporan pengujian Balai Hiperkes dan
Keselamatan Kerja bulan Januari 2014, nilai kebisingan di jalur 3 dan 4 adalah
77,4 dBA. Menurut PERMENAKERTRANS No. 13 tahun 2011 tentang Nilai
Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, NAB
kebisingan adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja. Meskipun tingkat kebisingan di
jalur tersebut masih di bawah NAB, penggunaan earplug tetap wajib digunakan
terutama saat mesin spinning beroperasi.
Paparan debu semen juga sangat berbahaya dan dapat menimbulkan
gangguan kesehatan terutama pada saluran pernafasan. Data yang diperoleh dari
laporan pengujian Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja menyatakan bahwa
kadar debu di jalur 3 dan 4 adalah 0,445 mg/m3, nilai tersebut masih di bawah
NAB yang ditetapkan PERMENAKERTRANS yaitu 10 mg/m3 untuk kadar debu
di tempat kerja. Debu semen merupakan partikel yang sangat kecil dan halus, dan
antaranya seperti penyakit paru obstruktif kronis, penyakit paru restriktif,
peradangan paru lainnya, bahkan di beberapa penelitian dapat menyebabkan
kanker paru (pada paparan yang lama dan tanpa pelindung). Sampai saat ini
belum ada laporan adanya penyakit akibat kerja akibat paparan debu pada pekerja.
Program penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam masalah ini masih
kurang, terutama ketegasan dalam penerapan sanksi untuk pelanggaran peraturan
keselamatan. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di atas, peneliti ingin
melakukan penelitian tentang hubungan antara persepsi karyawan terhadap
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) di jalur 3 dan 4 PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk.
TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum :
Menganalisis hubungan persepsi karyawan terhadap penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan penggunaan alat pelindung
diri (APD) pada jalur 3 dan 4 PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap penerapan program
K3 di perusahaan.
b. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan karyawan dalam penggunaan
APD.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan
Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di jalur 3
dan 4 yang berjumlah 38 orang laki-laki. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30
pekerja diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Proses
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner tertutup. Lokasi penelitian di
PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk., penelitian dilakukan pada bulan Mei 2014.
Variabel bebasnya adalah persepsi karyawan terhadap penerapan K3, variabel
Product Moment Pearson Correlation dengan tingkat signifikansi α < 0,05 dan
tingkat kepercayaan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Subyek Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian data responden yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik Frekuensi %
Usia
25 – 33 tahun 34 – 42 tahun 43 – 50 tahun
19 6 5 63.3 20 16.7 Kondisi Kesehatan Sehat Sakit 30 0 100 0 Masa Kerja
1 – 10 tahun 11 – 20 tahun 21 – 30 tahun
11 10 9 36.67 33.33 30 Pendidikan SLTP SLTA 6 24 20 80
b. Hasil Pengukuran Persepsi Karyawan terhadap Penerapan K3
Menggunakan Kuesioner
Tabel 2. Distribusi Persepsi Responden terhadap Penerapan K3
di Jalur 3 dan 4
Kategori Persepsi Frekuensi %
Positif 30 100
Negatif 0 0
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 30 responden memiliki
persepsi yang positif terhadap penerapan K3 di perusahaan atau 100%
responden mempunyai persepsi yang positif terhadap K3 yang telah
c. Hasil Pengukuran Penggunaan APD Menggunakan Kuesioner
Tabel 3. Distribusi Penggunaan APD Responden Jalur 3 dan 4
Kategori Penggunaan APD Frekuensi %
Rendah 0 0
Sedang 0 0
Tinggi 30 100
Berdasarkan tabel di atas, penggunaan APD 30 responden di
jalur 3 dan 4 dikategorikan tinggi, atau 100% responden memiliki
tingkat penggunaan APD yang tinggi.
2. Analisis Bivariat
Tabel 4. Hubungan antara Persepsi Karyawan terhadap Penerapan K3
dengan Penggunaan APD di Jalur 3 dan 4
Hubungan persepsi terhadap penerapan
K3 dengan penggunaan APD rhitung p-value (sig.)
Karyawan 0.429 0.018
Hasil uji korelasi Product Moment Pearson Correlation
hubungan persepsi terhadap penerapan K3 dengan penggunaan APD
diperoleh nilai rhitung sebesar 0,429. Dari angka tersebut menunjukkan
bahwa korelasi antara persepsi karyawan terhadap penerapan K3
dengan penggunaan APD adalah positif, yang berarti semakin positif
persepsi karyawan terhadap penerapan K3 maka penggunaan APD
karyawan cenderung semakin tinggi dan sebaliknya. Angka tersebut
juga menunjukkan bahwa tingkat hubungan antara persepsi terhadap
penerapan K3 dengan penggunaan APD adalah sedang, menurut
Sugiyono (2007) angka korelasi yang berada dalam interval 0,40 –
0,599 menunjukkan tingkat hubungan sedang.
Berdasarkan tabel 4, antara persepsi karyawan terhadap
penerapan K3 dengan penggunaan APD diperoleh nilai probabilitas
0,018 < 0,05, dengan demikian maka Ho ditolak. Hasil ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara
B. Pembahasan
Berdasarkan pengukuran tingkat persepsi karyawan terhadap
penerapan K3 di jalur 3 dan 4 PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk.
diperoleh 30 responden atau 100% memiliki persepsi yang positif terhadap
penerapan K3 di perusahaan. Persepsi positif dari pekerja mencerminkan
bahwa pekerja menyukai atau menanggapi secara positif penerapan K3 di
perusahaan. Menurut Rahmat (2005) apabila obyek yang dipersepsi sesuai
dengan penghayatan dan dapat diterima secara rasional dan emosional maka
manusia akan mempersepsikan positif atau cenderung menyukai dan
menanggapi sesuai dengan obyek yang dipersepsikan.
Persepsi orang sangat berpengaruh pada perilakunya. Seseorang yang
memiliki persepsi yang positif umumnya memiliki perilaku positif. Misalnya,
seseorang tenaga kerja yang memiliki persepsi positif mengenai pekerjaannya
akan memiliki disiplin yang tinggi dalam bekerja. Proses persepsi dapat
menambah dan mengurangi kejadian senyatanya yang diinderakan oleh
seseorang (Handoko, dkk., 2012).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30 responden
di jalur 3 dan 4 PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk. diperoleh 30
responden atau 100% responden memiliki tingkat penggunaan APD yang
tinggi. Tingkat penggunaan APD yang tinggi mencerminkan bahwa pekerja
memiliki rasa aman, nyaman, dan selalu ingin selamat dalam bekerja, dimana
subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus (penerapan program K3). Responden yang
menggunakan APD dengan baik berarti mereka sudah mengerti dan
melakukan tindakan dengan baik, dimana subyek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
(penerapan K3) (Notoatmodjo, 2003). Penggunaan APD yang tinggi
merupakan wujud keberhasilan program K3 di perusahaan, sehingga
karyawan memberikan respon dengan berperilaku positif dan aman dalam
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai r-hitung 0,429. angka tersebut
menunjukkan bahwa korelasi antara persepsi karyawan terhadap penerapan
K3 dengan penggunaan APD adalah positif, yang berarti semakin positif
persepsi karyawan terhadap penerapan K3 maka penggunaan APD
karyawan cenderung semakin tinggi dan sebaliknya. Angka tersebut juga
menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi terhadap penerapan K3
dengan penggunaan APD adalah sedang, karena menurut Sugiyono (2007)
angka korelasi yang berada dalam interval 0,40–0,599 menunjukkan tingkat
hubungan sedang. Meskipun demikian, ada variabel pengganggu yang
sebenarnya turut berpengaruh dalam penggunaan APD karyawan seperti
pendidikan, aturan undang-undang, pengawasan, pelatihan, lingkungan
kerja, komunikasi dan manajemen, serta keadaan psikologis seperti tingkat
stres yang dialami oleh responden.
Nilai tingkat signifikansi antara persepsi karyawan terhadap
penerapan K3 dengan penggunaan APD adalah 0,018 < 0,05, dengan
demikian maka Ho ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan
yang positif dan signifikan antara persepsi karyawan terhadap penerapan K3
dengan penggunaan APD. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Shiddiq, dkk. (2013) yang menyebutkan bahwa terdapat
hubungan antara persepsi K3 dengan perilaku tidak aman karyawan di
bagian produksi unit IV PT. Semen Tonasa dengan derajat kekuatan
hubungan sedang. Selanjutnya pada hasil penelitian Nazaruddin (2009)
menyebutkan bahwa ada hubungan antara persepsi petugas penunjang medis
terhadap K3 dengan penggunaan APD di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh.
Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Bahri (2005) pada
perawat di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum (BPK-RSU)
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh juga menunjukkan korelasi yang positif
Sikap dan perilaku manajemen terhadap K3 akan memberikan dampak pada
sikap dan perilaku pegawai dalam penggunaan APD.
Berdasarkan hasil analisis persepsi karyawan terhadap penerapan K3
di perusahaan 100% termasuk dalam kategori positif, hasil analisi
penggunaan APD karyawan juga 100% termasuk dalam kategori tinggi. Hal
ini mungkin disebabkan karena pelaksanaan program K3 di perusahaan
telah ditingkatkan, seperti penyuluhan secara intensif tentang K3 dan
penggunaan APD pada karyawan. Dengan memberikan informasi-informasi
tentang cara-cara bekerja dengan aman, cara penggunaan alat pelindung diri
yang benar dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan karyawan
tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan
menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan orang
berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu.
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti hanya
meneliti hubungan persepsi karyawan terhadap penerapan K3 dengan
penggunaan APD, peneliti belum dapat mencantumkan variabel lain seperti
pendidikan, suhu ruangan, ataupun luas ruang kerja yang kemungkinan
dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan APD
karyawan.
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi karyawan
terhadap penerapan K3 dengan penggunaan APD, yang berarti semakin
positif persepsi karyawan terhadap penerapan K3 maka penggunaan APD
karyawan cenderung semakin tinggi, begitu juga sebaliknya (nilai p=0,018
dan r=0,429).
2. Berdasarkan hasil penelitian, persepsi karyawan terhadap penerapan
program K3 di perusahaan termasuk dalam kategori positif yaitu sebesar
100%.
3. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat kedisiplinan karyawan dalam
B. Saran
1. Bagi karyawan, diharapkan dapat lebih meningkatkan kesadaran dalam
penggunaan ADP yang telah disediakan terutama earplug, masker, dan
sarung tangan dengan baik dan benar selama jam kerja berlangsung.
2. Bagi perusahaan, diharapkan agar dapat lebih mengendalikan bahaya dan
upaya penanggulangan resiko kecelakaan kerja pada pekerja. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memberi pelatihan kepada karyawan sebelum
mereka diijinkan bekerja yang dapat menimbulkan potensi bahaya,
mempertegas tindakan pemberian sanksi kepada karyawan yang
melanggar aturan, serta memberikan hadiah/ reward kepada karyawan
yang mematuhi segala peraturan yang berlaku dan karyawan yang
mempunyai pengaruh paling besar terhadap penggunaan APD. Selain itu
pimpinan diharapkan memberikan teladan yang baik dalam penggunaan
APD.
3. Bagi peneliti lain, bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
menambahkan beberapa variabel yang belum dapat dimasukkan dalam
penelitian ini yang diduga dapat mempengaruhi penggunaan APD
karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, S. 2005. Hubungan persepsi perawat terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan pemakaian alat pelindung diri di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum (BPK-RSU) Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. (Tesis Ilmiah). Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Nazaruddin. 2009. Hubungan antara persepsi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan komitmen manajemen dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada petugas penunjang medis di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. (Tesis Ilmiah). Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
Rahmat, J. 2005. Psikologi Komunitas. Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya.
Robbins, S.,P., & Judge, T.,A. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat.
Shiddiq, S., Wahyu, A., Muis, M. 2013. Hubungan Persepsi Karyawan dengan Perilaku Tidak Aman di Bagian Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa Tahun 2013. Makasar : Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM UNHAS.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.
Tarwaka. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.