• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN Hubungan Persepsi Karyawan Terhadap Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Jalur 3 Dan 4 Pt Wijaya Karya Be

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN Hubungan Persepsi Karyawan Terhadap Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Jalur 3 Dan 4 Pt Wijaya Karya Be"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA JALUR 3 DAN 4 PT WIJAYA KARYA

BETON BOYOLALI Tbk.

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

KHOIRUL MUNTIANA J 410 100 020

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Bismillahirrohmanirrohim

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya

Nama : Khoirul Muntiana

NIM : J 410 100 020

Fakultas/ Jurusan : Ilmu Kesehatan/ Kesehatan Masyarakat

Jenis : Skripsi

Judul : Hubungan Persepsi Karyawan terhadap Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Jalur 3 dan 4 PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk.

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :

1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas

penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih

formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy

untuk kepentingan akademis kepada perpustakan UMS, tanpa perlu

meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/ pencipta.

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa

melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan

hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, Juli 2014 Yang menyatakan

(3)
(4)

HUBUNGAN PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PENERAPAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA JALUR 3 DAN 4 PT WIJAYA KARYA BETON BOYOLALI Tbk.

Khoirul Muntiana J 410 100 020

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A Yani Tromol Pos I, Pabelan, Kartasura, Surakarta

Abstrak

Penggunaan APD pada pekerja di perusahaan harus diperhatikan. Meskipun perusahaan telah menyediakan APD secara gratis, namun ada beberapa karyawan di PT WIKA belum menggunakan APD sesuai dengan ketentuan. Kepatuhan penggunaan APD juga tergantung dari persepsi karyawan terhadap kesehatan dan keselamatan yang mereka miliki. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan persepsi karyawan terhadap penerapan K3 dengan penggunaan APD pada jalur 3 dan 4 PT WIKA Beton Boyolali Tbk.. Metode Penelitian ini menggunakan rancangan survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja di jalur 3 dan 4 sebanyak 38 orang laki-laki. Pemilihan sampel dengan Purposive Sampling sebanyak 30 pekerja. Uji statistik menggunakan Product Moment Pearson Correlation dengan menggunakan SPSS yang dipakai di laboratorium komputer FIK, UMS. Hasil uji statistik korelasi menunjukkan bahwa nilai p adalah 0,018 (p<0,05) dan nilai korelasi adalah 0,429, yang berarti ada hubungan yang signifikan dan positif antara persepsi karyawan terhadap penerapan K3 dengan penggunaan APD. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi karyawan terhadap penerapan K3 dengan penggunaan APD.

Kata kunci : Persepsi K3, Penggunaan APD

ABSTRACT

(5)

SPSS which used in computer labs FIK, UMS. Statistical test results showed that the correlation p value was 0.018 (p<0.05) and a correlation value was 0.429, which means there is a significant and positive relationship between employee’s perception of the implementation of OHS with the use of PPE. This study suggested that there is a positive and significant relationship between employee’s perception of the implementation of OHS with the use of PPE.

Key words : OHS perception, use of PPE

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong Indonesia

mencapai tahap industrialisasi. Hal ini ditandai dengan adanya proses mekanisasi,

elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Penggunaan teknologi

maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang memilih untuk

menggunakan mesin sebagai pengganti tenaga manusia. Dalam keadaan demikian

penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan

terus meningkat sesuai kebutuhan industrialisasi (Tarwaka, 2014).

Penggunaan mesin di samping memberikan kemudahan bagi suatu proses

produksi, tentunya efek samping yang tidak dapat dielakkan adalah bertambahnya

jumlah dan ragam sumber bahaya bagi pengguna teknologi itu sendiri. Di samping

itu, faktor lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3), proses kerja tidak aman, dan sistem kerja yang semakin

komplek dan modern dapat menjadi ancaman tersendiri bagi keselamatan dan

kesehatan pekerja (Tarwaka, 2014). Oleh sebab itu keselamatan dan kesehatan

kerja menjadi suatu tuntutan dan kebutuhan umum bagi setiap pihak.

K3 merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional.

Tanpa disadari manusia hidup di tengah atau bersama dengan bahaya.

Berdasarkan data ILO 2003 dalam Tarwaka (2014), ditemukan bahwa di

Indonesia tingkat pencapaian penerapan kinerja K3 di perusahaan masih sangat

rendah. Dari data tersebut ternyata hanya 2 % (sekitar 317 buah) perusahaan yang

sudah menerapkan K3. Sedangkan sisanya 98 % (sekitar 14.700) perusahaan

belum menerapkan K3 secara baik. Kondisi tersebut dari tahun ke tahun terus

membaik, hal ini dapat dilihat dari data Kemenakertrans pada tahun 2009 jumlah

(6)

perusahaan dan pada tahun 2010 jumlahnya meningkat menjadi 192 perusahaan.

Sehingga dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2010 jumlah totalnya sudah

mencapai 1.492 perusahaan. Selanjutnya pada tahun 2012 terdapat sebanyak 739

perusahaan berhasil meraih penghargaan kecelakaan nihil (Zero Accident). Jumlah

perusahaan zero accident ini meningkat sebesar 44,4% (227 perusahaan)

dibandingkan tahun 2011 yang berjumlah 512 perusahaan. Sedangkan

penghargaan Sistem Manajemen Kesehatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

diberikan kepada 254 perusahaan yang berhasil menerapkan SMK3 berdasarkan

evaluasi hasil audit dari Lembaga Audit Eksternal. Jumlah ini meningkat 6,7%

dibanding tahun 2011 sebanyak 238 perusahaan.

Berdasarkan data Jamsostek 2010 bahwa jumlah kecelakaan kerja yang

terjadi memang masih tinggi, dimana pada tahun 2003 sebanyak 105.846 kasus,

pada tahun 2004 sebanyak 95.418 kasus, pada tahun 2005 sebanyak 96.081 kasus,

pada tahun 2006 terjadi kecelakaan sebanyak 70.069 kasus kecelakaan kerja.

Sepanjang tahun 2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus, tahun 2008 sebanyak

94.736 kasus, tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus, tahun 2010 sebanyak 98.711

orang mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan pada tahun 2011, kecelakaan kerja

yang terjadi di seluruh indonesia mencapai 99.491 kasus dengan korban

meninggal sebanyak 2.144 orang dan mengalami cacat sebanyak 42 orang. Angka

tersebut tentunya masih sangat fantastis dan dapat

menjadi tolak ukur pencapaian kinerja K3 (Tarwaka, 2014).

Setiap karyawan memiliki persepsi yang berbeda terhadap sesuatu. Ketika

seorang individu melihat sebuah target dan berusaha untuk menginterpretasikan

apa yang ia lihat, interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik

pribadi dari pembuat persepsi individual tersebut. Menurut Robbins dan Judge

(2008) karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap,

kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, dan harapan-harapan seseorang.

Peraturan tentang K3 yang telah ditetapkan di perusahaan belum tentu sepenuhnya

dipatuhi oleh para pekerjanya. Kepatuhan terhadap K3 tergantung dari diri

(7)

pada saat bekerja, maka dia akan mematuhi peraturan tersebut dan demikian pula

sebaliknya.

Dalam UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, ditetapkan

syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh setiap orang atau badan

yang menjalankan usaha, baik formal maupun informal, dimanapun berada dalam

upaya memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan semua orang yang

berada di lingkungan usahanya (Tarwaka, 2014). Salah satu program K3 di

perusahaan adalah dengan pengadaan Alat Pelindung Diri. Berdasarkan pasal 14

(c) UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pengurus atau pengusaha

wajib menyediakan APD secara cuma-cuma terhadap pekerjanya dan orang lain

yang memasuki tempat kerja. Kepatuhan penggunaan APD juga tergantung dari

persepsi karyawan terhadap kesehatan dan keselamatan yang mereka miliki.

PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk. merupakan perusahaan yang

bergerak di bidang industri beton pracetak, di industri ini mempunyai tenaga kerja

sebanyak 380 orang. Para karyawan yang bekerja di perusahaan ini tidak

semuanya berstatus karyawan tetap, terutama pada bagian produksi dari jalur 1

s.d. jalur 6. PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk. mempunyai kegiatan utama

yaitu sebagai tempat produksi tiang listrik (TL), tiang pancang (TP), bantalan

jalan rel (BJR), balok jembatan, sheet steel, courugated concrete sheet pile

(CCSP). Dari proses produksi tersebut, terdapat berbagai macam potensi bahaya

yang mengancam para pekerja. Perusahaan ini termasuk ke dalam perusahaan

besar dengan risiko tinggi terhadap kecelakaan kerja. Hal tersebut terlihat dari

proses produksinya yang banyak menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi

dan alat-alat berat sehingga menimbulkan potensi bahaya yang cukup banyak.

Misalnya pada jalur 3 dan 4 bagian produksi bantalan jalan rel (BJR) dan tiang

pancang (TP) terdapat potensi bahaya seperti terjepit, tertimpa alat-alat berat,

keracunan bahan kimia yang mengakibatkan cidera pada mata, gangguan

pneumonia, dan masih banyak lagi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan. Jam

kerja karyawan dimulai dari jam 07.30-16.30 WIB, waktu istirahat antara jam

12.00-13.00 WIB. Dalam satu minggu terhitung 5 hari kerja yakni dari hari Senin

(8)

PT WIKA Beton Boyolali Tbk. sudah menyediakan APD sesuai dengan

standar K3 perusahaan. Tersedianya APD di perusahaan bukan berarti tidak

terjadi masalah yang berhubungan dengan K3 pegawainya. Masih banyak

karyawan PT WIKA Beton Boyolali Tbk. terutama di jalur 3 dan 4 yang tidak

menggunakan APD saat bekerja.

Kasus kecelakaan kerja yang sering dialami oleh pekerja PT WIKA Beton

Boyolali Tbk. yaitu seperti jari terjepit dan jari terpukul palu. Selain itu, ada juga

beberapa pekerja senior yang telah mengalami penurunan tingkat pendengaran

akibat terpapar kebisingan. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tersebut

disebabkan oleh keteledoran karyawan dalam menggunakan peralatan kerja, dan

karyawan tidak menggunakan APD yang telah disediakan. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Kepala Jalur 3 dan 4, alasan para pekerja yang tidak memakai

APD pada saat bekerja adalah karena pekerja merasa tidak nyaman menggunakan

APD yang telah disediakan serta pekerja sudah terbiasa tidak menggunakan APD

seperti earplug dan masker.

Kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja,

mengingat tingkat kebisingan yang disebabkan oleh mesin spinning di jalur 4 dan

3 relatif masih tinggi. Berdasarkan laporan pengujian Balai Hiperkes dan

Keselamatan Kerja bulan Januari 2014, nilai kebisingan di jalur 3 dan 4 adalah

77,4 dBA. Menurut PERMENAKERTRANS No. 13 tahun 2011 tentang Nilai

Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, NAB

kebisingan adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja. Meskipun tingkat kebisingan di

jalur tersebut masih di bawah NAB, penggunaan earplug tetap wajib digunakan

terutama saat mesin spinning beroperasi.

Paparan debu semen juga sangat berbahaya dan dapat menimbulkan

gangguan kesehatan terutama pada saluran pernafasan. Data yang diperoleh dari

laporan pengujian Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja menyatakan bahwa

kadar debu di jalur 3 dan 4 adalah 0,445 mg/m3, nilai tersebut masih di bawah

NAB yang ditetapkan PERMENAKERTRANS yaitu 10 mg/m3 untuk kadar debu

di tempat kerja. Debu semen merupakan partikel yang sangat kecil dan halus, dan

(9)

antaranya seperti penyakit paru obstruktif kronis, penyakit paru restriktif,

peradangan paru lainnya, bahkan di beberapa penelitian dapat menyebabkan

kanker paru (pada paparan yang lama dan tanpa pelindung). Sampai saat ini

belum ada laporan adanya penyakit akibat kerja akibat paparan debu pada pekerja.

Program penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam masalah ini masih

kurang, terutama ketegasan dalam penerapan sanksi untuk pelanggaran peraturan

keselamatan. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di atas, peneliti ingin

melakukan penelitian tentang hubungan antara persepsi karyawan terhadap

penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) di jalur 3 dan 4 PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk.

TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum :

Menganalisis hubungan persepsi karyawan terhadap penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan penggunaan alat pelindung

diri (APD) pada jalur 3 dan 4 PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk.

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap penerapan program

K3 di perusahaan.

b. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan karyawan dalam penggunaan

APD.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan

Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di jalur 3

dan 4 yang berjumlah 38 orang laki-laki. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30

pekerja diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Proses

pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi dengan

menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner tertutup. Lokasi penelitian di

PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk., penelitian dilakukan pada bulan Mei 2014.

Variabel bebasnya adalah persepsi karyawan terhadap penerapan K3, variabel

(10)

Product Moment Pearson Correlation dengan tingkat signifikansi α < 0,05 dan

tingkat kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Subyek Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian data responden yang diperoleh

adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi %

Usia

25 – 33 tahun 34 – 42 tahun 43 – 50 tahun

19 6 5 63.3 20 16.7 Kondisi Kesehatan Sehat Sakit 30 0 100 0 Masa Kerja

1 – 10 tahun 11 – 20 tahun 21 – 30 tahun

11 10 9 36.67 33.33 30 Pendidikan SLTP SLTA 6 24 20 80

b. Hasil Pengukuran Persepsi Karyawan terhadap Penerapan K3

Menggunakan Kuesioner

Tabel 2. Distribusi Persepsi Responden terhadap Penerapan K3

di Jalur 3 dan 4

Kategori Persepsi Frekuensi %

Positif 30 100

Negatif 0 0

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 30 responden memiliki

persepsi yang positif terhadap penerapan K3 di perusahaan atau 100%

responden mempunyai persepsi yang positif terhadap K3 yang telah

(11)

c. Hasil Pengukuran Penggunaan APD Menggunakan Kuesioner

Tabel 3. Distribusi Penggunaan APD Responden Jalur 3 dan 4

Kategori Penggunaan APD Frekuensi %

Rendah 0 0

Sedang 0 0

Tinggi 30 100

Berdasarkan tabel di atas, penggunaan APD 30 responden di

jalur 3 dan 4 dikategorikan tinggi, atau 100% responden memiliki

tingkat penggunaan APD yang tinggi.

2. Analisis Bivariat

Tabel 4. Hubungan antara Persepsi Karyawan terhadap Penerapan K3

dengan Penggunaan APD di Jalur 3 dan 4

Hubungan persepsi terhadap penerapan

K3 dengan penggunaan APD rhitung p-value (sig.)

Karyawan 0.429 0.018

Hasil uji korelasi Product Moment Pearson Correlation

hubungan persepsi terhadap penerapan K3 dengan penggunaan APD

diperoleh nilai rhitung sebesar 0,429. Dari angka tersebut menunjukkan

bahwa korelasi antara persepsi karyawan terhadap penerapan K3

dengan penggunaan APD adalah positif, yang berarti semakin positif

persepsi karyawan terhadap penerapan K3 maka penggunaan APD

karyawan cenderung semakin tinggi dan sebaliknya. Angka tersebut

juga menunjukkan bahwa tingkat hubungan antara persepsi terhadap

penerapan K3 dengan penggunaan APD adalah sedang, menurut

Sugiyono (2007) angka korelasi yang berada dalam interval 0,40 –

0,599 menunjukkan tingkat hubungan sedang.

Berdasarkan tabel 4, antara persepsi karyawan terhadap

penerapan K3 dengan penggunaan APD diperoleh nilai probabilitas

0,018 < 0,05, dengan demikian maka Ho ditolak. Hasil ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara

(12)

B. Pembahasan

Berdasarkan pengukuran tingkat persepsi karyawan terhadap

penerapan K3 di jalur 3 dan 4 PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk.

diperoleh 30 responden atau 100% memiliki persepsi yang positif terhadap

penerapan K3 di perusahaan. Persepsi positif dari pekerja mencerminkan

bahwa pekerja menyukai atau menanggapi secara positif penerapan K3 di

perusahaan. Menurut Rahmat (2005) apabila obyek yang dipersepsi sesuai

dengan penghayatan dan dapat diterima secara rasional dan emosional maka

manusia akan mempersepsikan positif atau cenderung menyukai dan

menanggapi sesuai dengan obyek yang dipersepsikan.

Persepsi orang sangat berpengaruh pada perilakunya. Seseorang yang

memiliki persepsi yang positif umumnya memiliki perilaku positif. Misalnya,

seseorang tenaga kerja yang memiliki persepsi positif mengenai pekerjaannya

akan memiliki disiplin yang tinggi dalam bekerja. Proses persepsi dapat

menambah dan mengurangi kejadian senyatanya yang diinderakan oleh

seseorang (Handoko, dkk., 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30 responden

di jalur 3 dan 4 PT Wijaya Karya Beton Boyolali Tbk. diperoleh 30

responden atau 100% responden memiliki tingkat penggunaan APD yang

tinggi. Tingkat penggunaan APD yang tinggi mencerminkan bahwa pekerja

memiliki rasa aman, nyaman, dan selalu ingin selamat dalam bekerja, dimana

subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus (penerapan program K3). Responden yang

menggunakan APD dengan baik berarti mereka sudah mengerti dan

melakukan tindakan dengan baik, dimana subyek telah berperilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus

(penerapan K3) (Notoatmodjo, 2003). Penggunaan APD yang tinggi

merupakan wujud keberhasilan program K3 di perusahaan, sehingga

karyawan memberikan respon dengan berperilaku positif dan aman dalam

(13)

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai r-hitung 0,429. angka tersebut

menunjukkan bahwa korelasi antara persepsi karyawan terhadap penerapan

K3 dengan penggunaan APD adalah positif, yang berarti semakin positif

persepsi karyawan terhadap penerapan K3 maka penggunaan APD

karyawan cenderung semakin tinggi dan sebaliknya. Angka tersebut juga

menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi terhadap penerapan K3

dengan penggunaan APD adalah sedang, karena menurut Sugiyono (2007)

angka korelasi yang berada dalam interval 0,40–0,599 menunjukkan tingkat

hubungan sedang. Meskipun demikian, ada variabel pengganggu yang

sebenarnya turut berpengaruh dalam penggunaan APD karyawan seperti

pendidikan, aturan undang-undang, pengawasan, pelatihan, lingkungan

kerja, komunikasi dan manajemen, serta keadaan psikologis seperti tingkat

stres yang dialami oleh responden.

Nilai tingkat signifikansi antara persepsi karyawan terhadap

penerapan K3 dengan penggunaan APD adalah 0,018 < 0,05, dengan

demikian maka Ho ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan

yang positif dan signifikan antara persepsi karyawan terhadap penerapan K3

dengan penggunaan APD. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Shiddiq, dkk. (2013) yang menyebutkan bahwa terdapat

hubungan antara persepsi K3 dengan perilaku tidak aman karyawan di

bagian produksi unit IV PT. Semen Tonasa dengan derajat kekuatan

hubungan sedang. Selanjutnya pada hasil penelitian Nazaruddin (2009)

menyebutkan bahwa ada hubungan antara persepsi petugas penunjang medis

terhadap K3 dengan penggunaan APD di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh.

Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Bahri (2005) pada

perawat di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum (BPK-RSU)

Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh juga menunjukkan korelasi yang positif

(14)

Sikap dan perilaku manajemen terhadap K3 akan memberikan dampak pada

sikap dan perilaku pegawai dalam penggunaan APD.

Berdasarkan hasil analisis persepsi karyawan terhadap penerapan K3

di perusahaan 100% termasuk dalam kategori positif, hasil analisi

penggunaan APD karyawan juga 100% termasuk dalam kategori tinggi. Hal

ini mungkin disebabkan karena pelaksanaan program K3 di perusahaan

telah ditingkatkan, seperti penyuluhan secara intensif tentang K3 dan

penggunaan APD pada karyawan. Dengan memberikan informasi-informasi

tentang cara-cara bekerja dengan aman, cara penggunaan alat pelindung diri

yang benar dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan karyawan

tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan

menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan orang

berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu.

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti hanya

meneliti hubungan persepsi karyawan terhadap penerapan K3 dengan

penggunaan APD, peneliti belum dapat mencantumkan variabel lain seperti

pendidikan, suhu ruangan, ataupun luas ruang kerja yang kemungkinan

dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan APD

karyawan.

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi karyawan

terhadap penerapan K3 dengan penggunaan APD, yang berarti semakin

positif persepsi karyawan terhadap penerapan K3 maka penggunaan APD

karyawan cenderung semakin tinggi, begitu juga sebaliknya (nilai p=0,018

dan r=0,429).

2. Berdasarkan hasil penelitian, persepsi karyawan terhadap penerapan

program K3 di perusahaan termasuk dalam kategori positif yaitu sebesar

100%.

3. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat kedisiplinan karyawan dalam

(15)

B. Saran

1. Bagi karyawan, diharapkan dapat lebih meningkatkan kesadaran dalam

penggunaan ADP yang telah disediakan terutama earplug, masker, dan

sarung tangan dengan baik dan benar selama jam kerja berlangsung.

2. Bagi perusahaan, diharapkan agar dapat lebih mengendalikan bahaya dan

upaya penanggulangan resiko kecelakaan kerja pada pekerja. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara memberi pelatihan kepada karyawan sebelum

mereka diijinkan bekerja yang dapat menimbulkan potensi bahaya,

mempertegas tindakan pemberian sanksi kepada karyawan yang

melanggar aturan, serta memberikan hadiah/ reward kepada karyawan

yang mematuhi segala peraturan yang berlaku dan karyawan yang

mempunyai pengaruh paling besar terhadap penggunaan APD. Selain itu

pimpinan diharapkan memberikan teladan yang baik dalam penggunaan

APD.

3. Bagi peneliti lain, bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat

menambahkan beberapa variabel yang belum dapat dimasukkan dalam

penelitian ini yang diduga dapat mempengaruhi penggunaan APD

karyawan.

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S. 2005. Hubungan persepsi perawat terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan pemakaian alat pelindung diri di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum (BPK-RSU) Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. (Tesis Ilmiah). Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

(16)

Nazaruddin. 2009. Hubungan antara persepsi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan komitmen manajemen dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada petugas penunjang medis di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. (Tesis Ilmiah). Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.

Rahmat, J. 2005. Psikologi Komunitas. Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya.

Robbins, S.,P., & Judge, T.,A. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat.

Shiddiq, S., Wahyu, A., Muis, M. 2013. Hubungan Persepsi Karyawan dengan Perilaku Tidak Aman di Bagian Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa Tahun 2013. Makasar : Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM UNHAS.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Tarwaka. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Kompetensi Dasar Regulasi Penggunaan BTM (Food Additive) pada Pengolahan Pangan Praktikum Pembuatan Bolu Kukus pada Pengetahuan Responden Mengenai Jenis BTM

Identifikasi Bahaya pada Proses Pengalengan Ikan Lemuru ( Sardinella longiceps ) dalam Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) di PT.. Maya Muncar,

[r]

[r]

Untuk mengembangkan perkembangan teknologi yang semakin pesat pada saat ini, maka pada penelitian ini akan dipelajari Efek Waktu Milling Terhadap Sifat Fisis dan

[r]

Bila pada waktu yang ditentukan Saudara tidak dapat menyerahkan bukti tersebut maka perusahaan saudara dinyatakan “GUGUR”. Demikian kami sampaikan atas perhatiannya di ucapkan

- Pertahankan asupan dan haluaran (l&amp;O) yang akurat dan korelasikan dengan berat badan harian' Masukkan kehilangan cairan yang terukur dan. diperkirakan, seperti