• Tidak ada hasil yang ditemukan

berjumlah 27% atau 8 orang. Proporsi jenis kelamin responden dapat dilihat pada diagram pai berikut. Gambar 5.1. Jenis Kelamin Responden Fakultas TC U

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "berjumlah 27% atau 8 orang. Proporsi jenis kelamin responden dapat dilihat pada diagram pai berikut. Gambar 5.1. Jenis Kelamin Responden Fakultas TC U"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

STUDI DAN ANALISIS DATA EKSPERIMEN

5.1 Gambaran Umum Penelitian

Penelitian eksperimen semu ini dilakukan untuk meneliti pengaruh elemen visual dalam desain terhadap persepsi visual manusia dengan menggunakan studi kasus Pre-School, Gereja Sakura Lima dan Tirta Ayu Spa, yang merupakan proyek desain SOLIDROCK INDONESIA. Penelitian dilakukan terhadap warga Fakultas Pendidikan Guru (Teachers College/TC) di Universitas Pelita Harapan. Fakultas TC Universitas Pelita Harapan dipilih sebagai populasi penelitian karena memiliki latar belakang pendidikan yang awam di bidang desain dan psikologi serta dianggap dapat memberikan gambaran mengenai persepsi visual manusia secara general.

Karakteristik umum responden di Fakultas TC Universitas Pelita Harapan pada penelitian ini diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 30 orang responden yang dibagi ke dalam dua strata berdasarkan pekerjaannya. Karakteristik umum tersebut terdiri dari jenis kelamin, usia, pekerjaan dan lama bekerja di Fakultas TC.

5.1.1 Jenis Kelamin

Warga Fakultas TC yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagian besar responden dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan, yaitu 73% atau berjumlah 22 orang. Respoden laki-laki yang mengikuti penelitian ini

(2)

berjumlah 27% atau 8 orang. Proporsi jenis kelamin responden dapat dilihat pada diagram pai berikut.

Gambar 5.1. Jenis Kelamin Responden Fakultas TC UPH Sumber: Penelusuran Pribadi

5.1.2 Tingkat Usia Responden

Tingkat usia responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam diagram pai berikut.

Gambar 5.2. Tingkat Usia Responden Fakultas TC UPH Sumber: Penelusuran Pribadi

Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat usia responden berada di antara 17 tahun hingga 36 tahun ke atas. Sebagian besar responden berada pada kelompok usia 17-25 tahun, yaitu 57%. Sedangkan jumlah responden terendah berada pada kelompok usia di atas 36 tahun, yaitu 18%. Sisanya, yaitu sebesar 25% responden berada di kelompok usia 26-35 tahun.

(3)

5.1.3 Jenis Pekerjaan Responden

Populasi penelitian ini dibagi ke dalam dua jenis pekerjaan, yaitu mahasiswa dan staf Fakultas TC UPH. Tingkat pendidikan responden yang berada dalam kelompok mahasiswa dapat dilihat dalam gambar 5.3 berikut.

Gambar 5.3. Tingkat Pendidikan Responden Mahasiswa TC UPH Sumber: Penelusuran Pribadi

Diagram pai di atas menunjukkan jumlah responden terbanyak merupakan mahasiswa TC yang sedang berada pada semester 3 dan 4, yaitu sebesar 53%. Sedangkan jumlah responden terendah, sebesar 13%, merupakan mahasiswa TC pada semester 5 dan 6. Responden lainnya sedang berada pada semester 1 dan 2, yaitu sebesar 34%. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berada dalam kelompok mahasiswa masih dalam tahap awal pembelajaran dalam bidang yang ditekuni.

Proporsi lama bekerja responden yang berada dalam kelompok staf TC UPH dapat dilihat dalam diagram pai berikut.

(4)

Gambar 5.4. Lama Bekerja Responden Staf TC UPH Sumber: Penelusuran Pribadi

Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar responden yang berada dalam kelompok staf baru bekerja di Fakultas TC UPH selama kurang dari satu tahun. Proporsi mayoritas responden tersebut sebesar 36%. Sedangkan, jumlah responden terendah terdapat pada kelompok staf yang sudah bekerja di Fakultas TC UPH selama 3-4 tahun dan 5-6 tahun, yaitu masing-masing sebesar 21%. Responden lainnya, sebesar 22%, telah bekerja di Fakultas TC selama 1-2 tahun. Sebagian besar responden kelompok staf merupakan individu yang baru saja bekerja di Fakultas TC UPH, sama seperti responden yang berada dalam kelompok mahasiswa.

5.2 Deskripsi Data Penelitian

5.2.1 Deskripsi Hasil Post-test Persepsi Terhadap Warna 5.2.1.1 Skor Post-test Kelompok Kontrol

Post-test kelompok kontrol dengan variabel bebas warna dilakukan terhadap 5 orang responden. Berikut adalah hasil perhitungan (skor) yang diperoleh responden berdasarkan item pertanyaan dalam kuesioner.

(5)

Item Pertanyaan Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TOTAL Yohanes 3 4 4 4 4 2 4 4 4 33 Mei 4 5 5 5 5 1 5 3 4 37 Lia 4 2 4 5 5 2 5 4 4 35 Melissa 4 3 2 5 5 1 5 1 2 28 Lisa 5 4 4 5 4 1 5 3 5 36 MEAN 33.8 MEDIAN 35

Tabel 5.1. Tabel Skor Post-test Kelompok Kontrol Warna Sumber: Kuesioner Warna Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa kelompok kontrol memiliki skor tertinggi sebesar 37 dan skor terendah sebesar 28. Nilai rata-rata (mean) dari kelompok kontrol ini sebesar 33,8 dengan nilai tengah (median) sebesar 35.

5.2.1.2 Skor Post-test Kelompok Percobaan

Post-test kelompok percobaan dengan variabel bebas warna dilakukan terhadap 5 orang responden. Berikut adalah hasil perhitungan (skor) yang diperoleh responden berdasarkan item pertanyaan dalam kuesioner.

Item Pertanyaan Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TOTAL Erna 2 2 5 4 5 4 4 3 4 33 Suzanne 2 1 3 4 2 1 4 4 4 25 Kristina 3 3 4 4 4 3 4 3 3 31 Steven 4 4 4 3 4 2 2 2 2 27 Sonya 4 4 4 4 5 1 3 3 5 33 MEAN 29.8 MEDIAN 31

Tabel 5.2. Tabel Skor Post-test Kelompok PercobaanWarna Sumber: Kuesioner Warna Kelompok Percobaan

(6)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa kelompok percobaan memiliki skor tertinggi sebesar 33 dan skor terendah sebesar 25. Nilai rata-rata (mean) dari kelompok kontrol ini sebesar 29.8 dengan nilai tengah (median) sebesar 31.

5.2.1.3 Perbedaan Hasil Kelompok Kontrol dan Kelompok Percobaan

Data kelompok kontrol dan kelompok percobaan yang telah dihitung dengan menggunakan tabel skor di atas, kemudian dibandingkan satu sama lain untuk melihat apakah terdapat perubahan skor. Berdasarkan tabel hasil perhitungan data, perbandingan skor kelompok yang tidak dikenai perlakuan dan kelompok yang dikenai perlakuan adalah sebagai berikut.

Kelompok Mean Median Skor Tertinggi Skor Terendah

Kontrol 33.8 35 37 28

Percobaan 29.8 31 33 25

Desainer - - 45 9

Tabel 5.3. Tabel Perbandingan Skor Post-test Warna Sumber: Penelusuran Pribadi

Tabel perbandingan skor memberikan gambaran bahwa terjadi perubahan skor antara kelompok yang tidak dikenai perlakuan (kontrol) dan kelompok yang dikenai perlakuan (percobaan). Perubahan skor tersebut menunjukkan bahwa adanya perlakuan terhadap kelompok percobaan (perubahan elemen visual warna) memberikan pengaruh terhadap penilaian atau persepsi akan gambar 3D Pre-School yang

(7)

digunakan dalam penelitian. Selain itu, kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelompok percobaan, yaitu sebesar 33,8. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok kontrol yang diberikan gambar 3D area resepsionis Pre-School memiliki penilaian yang lebih mendekati penilaian konsep desain oleh desainer dalam desain Pre-School, dibandingkan dengan kelompok percobaan.

5.2.2 Deskripsi Hasil Post-test Persepsi Terhadap Pola 5.2.2.1 Skor Post-test Kelompok Kontrol

Post-test kelompok kontrol dengan variabel bebas pola dilakukan terhadap 5 orang responden. Berikut adalah hasil perhitungan (skor) yang diperoleh responden berdasarkan item pertanyaan dalam kuesioner.

Item Pertanyaan Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TOTAL Wiyun 5 4 4 3 2 5 2 3 3 31 Pingkan 5 2 4 3 3 3 4 4 4 32 Abed 5 1 5 3 1 5 4 1 4 29 Hendrik 5 4 2 5 2 5 4 5 4 36 Eirene 5 5 4 3 1 5 4 5 3 35 MEAN 32.6 MEDIAN 32

Tabel 5.4. Tabel Skor Post-test Kelompok Kontrol Pola Sumber: Kuesioner Pola Kelompok Kontrol

Tabel hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa kelompok kontrol memiliki skor tertinggi sebesar 36 dan skor terendah sebesar 29. Nilai rata-rata (mean) yang diperoleh kelompok

(8)

kontrol dengan variabel bebas pola ini sebesar 32,6 dengan nilai tengah (median) sebesar 32.

5.2.2.2 Skor Post-test Kelompok Percobaan

Post-test kelompok percobaan dengan variabel bebas pola dilakukan terhadap 5 orang responden. Berikut adalah hasil perhitungan (skor) yang diperoleh responden berdasarkan item pertanyaan dalam kuesioner.

Item Pertanyaan Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TOTAL Krisna 4 2 5 3 2 5 2 4 3 30 Zein 5 5 3 3 4 4 4 4 2 34 Kristin 4 4 2 2 1 1 4 4 4 26 Daniel 4 2 4 3 2 5 4 5 5 34 Hasri 5 5 1 5 1 1 5 4 5 32 MEAN 31.2 MEDIAN 32

Tabel 5.5. Tabel Skor Post-test Kelompok Percobaan Pola Sumber: Kuesioner Pola Kelompok Percobaan

Tabel hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa kelompok percobaan memiliki skor tertinggi sebesar 34 dan skor terendah sebesar 26. Nilai rata-rata (mean) yang diperoleh kelompok kontrol dengan variabel bebas pola ini sebesar 31,2 dengan nilai tengah (median) sebesar 32.

(9)

5.2.2.3 Perbedaan Hasil Kelompok Kontrol dan Kelompok Percobaan

Data kelompok kontrol dan kelompok percobaan pola yang telah dihitung dengan menggunakan tabel hasil perhitungan (skor), kemudian dibandingkan satu sama lain untuk melihat apakah terdapat perubahan skor. Berdasarkan tabel hasil perhitungan data, perbandingan skor kelompok yang tidak dikenai perlakuan dan kelompok yang dikenai perlakuan adalah sebagai berikut.

Kelompok Mean Median Skor Tertinggi Skor Terendah

Kontrol 32.6 32 36 29

Percobaan 31.2 32 34 26

Desainer - - 45 9

Tabel 5.6. Tabel Perbandingan Skor Post-test Pola Sumber: Penelusuran Pribadi

Tabel perbandingan skor memberikan gambaran bahwa terjadi perubahan skor antara kelompok yang tidak dikenai perlakuan (kontrol) dan kelompok yang dikenai perlakuan (percobaan). Namun, kelompok kontrol dan kelompok percobaan memiliki median/nilai tengah yang sama, yaitu 32. Kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelompok percobaan, yaitu sebesar 32,6. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perlakuan terhadap kelompok percobaan, yaitu perubahan elemen visual pola, memberikan pengaruh terhadap persepsi seseorang akan gambar 3D Gereja Sakura Lima yang digunakan dalam penelitian.

(10)

5.2.3 Deskripsi Hasil Post-test Persepsi Terhadap Efek cahaya 5.2.3.1 Skor Post-test Kelompok Kontrol

Post-test kelompok kontrol dengan variabel bebas efek cahaya dilakukan terhadap 5 orang responden. Berikut adalah hasil perhitungan (skor) yang diperoleh responden berdasarkan item pertanyaan dalam kuesioner.

Item Pertanyaan Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TOTAL Kristian 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 34 Elvi 3 5 4 5 5 3 2 5 5 2 39 Indah 2 3 2 4 4 2 4 4 3 3 31 Hizkra 4 5 3 5 4 4 4 5 5 4 43 Novi 4 2 3 5 4 4 2 4 3 3 34 MEAN 36.2 MEDIAN 34

Tabel 5.7. Tabel Skor Post-test Kelompok Kontrol Efek cahaya Sumber: Kuesioner Efek Cahaya Kelompok Kontrol

Berdasarkan tabel hasil perhitungan (skor) di atas, skor tertinggi yang dimiliki kelompok kontrol efek cahaya sebesar 43 dan skor terendahnya sebesar 31. Nilai rata-rata (mean) yang diperoleh kelompok kontrol ini sebesar 36,2 dengan nilai tengah (median) sebesar 34.

5.2.3.2 Skor Post-test Kelompok Percobaan

Post-test kelompok percobaan dengan variabel bebas efek cahaya dilakukan terhadap 5 orang responden. Berikut adalah hasil perhitungan (skor) yang diperoleh responden berdasarkan item pertanyaan dalam kuesioner.

(11)

Item Pertanyaan Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TOTAL Diaz 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 35 Novita 4 4 3 4 5 2 2 5 3 4 36 Resp.A 4 4 1 5 5 1 4 5 4 2 35 Marna 5 3 4 5 5 1 2 5 3 4 37 Regina 1 3 3 4 4 2 4 4 4 4 33 MEAN 35.2 MEDIAN 35

Tabel 5.8. Tabel Skor Post-test Kelompok Percobaan Efek cahaya Sumber: Kuesioner Efek Cahaya Kelompok Percobaan

Berdasarkan tabel hasil perhitungan (skor) di atas, skor tertinggi yang dimiliki kelompok percobaan efek cahaya sebesar 37 dan skor terendahnya sebesar 33. Nilai rata-rata (mean) yang diperoleh kelompok kontrol ini sebesar 35,2 dengan nilai tengah (median) sebesar 35.

5.2.3.3 Perbedaan Hasil Kelompok Kontrol dan Kelompok Percobaan

Data kelompok kontrol dan kelompok percobaan efek cahaya yang telah dihitung dengan menggunakan tabel hasil perhitungan (skor), kemudian dibandingkan satu sama lain untuk melihat apakah terdapat perubahan skor. Berikut adalah perbandingan skor kelompok yang tidak dikenai perlakuan dan kelompok yang dikenai perlakuan. Kelompok Mean Median Skor Tertinggi Skor Terendah

Kontrol 36.2 34 43 31

Percobaan 35.2 35 37 33

Desainer - - 50 10

Tabel 5.9. Tabel Perbandingan Skor Post-test Efek Cahaya Sumber: Penelusuran Pribadi

(12)

Tabel perbandingan skor memberikan gambaran bahwa terjadi perubahan skor yang kurang konsisten antara kelompok yang tidak dikenai perlakuan (kontrol) dan kelompok yang dikenai perlakuan (percobaan). Kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata dan nilai tertinggi yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelompok percobaan, namun memiliki median/nilai tengah dan skor terendah yang lebih rendah dari kelompok percobaan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat responden dari kelompok kontrol yang memiliki penilaian yang cenderung serupa dengan konsep desain yang dimunculkan oleh desainer dalam gambar 3D Tirta Ayu Spa, namun ada pula responden yang memiliki penilaian yang cenderung berlawanan dengan konsep desain dari desainer. Walaupun demikian, nilai rata-rata kelompok kontrol yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelompok percobaan menunjukkan bahwa perubahan elemen visual efek cahaya, yang merupakan perlakuan terhadap kelompok percobaan, memberikan pengaruh terhadap penilaian seseorang akan gambar 3D Tirta Ayu Spa yang dijadikan studi kasus.

5.3 Pengujian Hipotesa

Pengujian hipotesa penelitian ini menggunakan Uji U Mann-Whitney yang bertujuan untuk menguji beda mean dari dua sampel penelitian. Syarat menggunakan Uji U Mann-Whitney ini adalah data mempunyai skala ordinal dan tidak memerlukan asumsi distribusi normal dan homogenitas variance (Nazir, 1988, 470). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan persepsi

(13)

manusia yang disebabkan adanya perlakuan, yaitu mengubah elemen visual (warna, pola, efek cahaya) menggunakan Teori Gestalt.

No. Variabel Bebas Ucari Utabel Kesimpulan

1 Warna 4 2 Ho ditolak

2 Pola 9.5 2 Ho ditolak

3 Efek cahaya 12 2 Ho ditolak

Tabel 5.10. Tabel Uji Hipotesa U Mann-Whitney (Perhitungan lengkap: lampiran)

Berdasarkan hasil perhitungan beda mean dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan variabel bebas warna, diperoleh Ucari = 4 dan Utabel

= 2. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa hipotesa nul ditolak, karena

Ucari > Utabel. Hal ini berarti elemen visual desain, yaitu warna, mempengaruhi

persepsi visual manusia terhadap gambar presentasi 3D.

Hasil perhitungan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan variabel bebas pola adalah Ucari = 9.5 dan hasil perhitungan dengan variabel bebas

efek cahaya adalah Ucari = 12. Oleh karena Ucari kedua hasil perhitungan tersebut

lebih besar dibandingkan Utabel , maka hipotesa nul dengan variabel bebas pola

dan efek cahaya ditolak. Dengan demikian, hipotesa alternatif yang diterima, yaitu elemen visual dalam desain, yaitu pola dan efek cahaya, mempengaruhi persepsi visual manusia terhadap presentasi gambar 3D.

5.4 Pembahasan

Penelitian ini menggunakan tiga buah gambar 3D, yaitu gambar ruang receptionist dan area tunggu Pre-School, ruang ibadah Gereja Sakura Lima dan

(14)

ruang receptionist Tirta Ayu Spa. Masing-masing gambar kemudian diubah salah satu elemen visualnya menggunakan Teori Gestalt dan diberikan kepada kelompok percobaan. Kelompok kontrol diberikan gambar yang tidak diubah elemen visualnya. Adanya perbedaan nilai rata-rata antara kelompok responden yang tidak dikenai perlakuan dan kelompok yang dikenai perlakuan menunjukkan bahwa kedua kelompok responden memiliki penilaian atau persepsi yang berbeda terhadap gambar yang dipakai dalam studi kasus. Hasil analisis data dengan membandingkan beda mean dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan bahwa elemen visual dalam desain yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu warna, pola dan efek cahaya, memberikan pengaruh terhadap persepsi visual manusia dalam gambar 3D.

5.4.1 Analisis Pengaruh Warna Terhadap Persepsi Visual

Warna yang merupakan salah satu elemen visual dalam desain, dapat memunculkan kesan tertentu terhadap ruang, termasuk ketika ruang tersebut ditampilkan dalam bentuk gambar (bidang dua dimensi). Kesan yang muncul saat seseorang memperhatikan gambar ruang tersebut adalah persepsi terhadap gambar ruang yang muncul secara visual.

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, didapatkan bahwa warna dapat mempengaruhi persepsi visual manusia terhadap gambar 3D. Pengaruh warna terhadap persepsi visual dapat terlihat dengan membandingkan hasil penilaian dua buah kelompok terhadap gambar ruang receptionist dan area tunggu Pre-School.

(15)

Studi Kasus Perasaan/Kesan Proporsi Warna Warna Dominan Kel. Kontrol Cukup santai Segar Playful Tenang Kuat Cukup menarik Warna alami rerumputan, yaitu warna hijau Terlihat menonjol Kel.Percobaan Cukup santai Cukup segar Playful Cukup tenang Cukup kuat Cukup menarik Warna netral, cream Kurang menonjol

- Penilaian berdasarkan skor responden dalam kuesioner - Perubahan warna menggunakan Hukum Ketertutupan Gestalt

Tabel 5.11. Tabel Penilaian Warna Dominan dan Proporsi Warna Sumber : Kuesioner Warna

Responden dalam kelompok kontrol menilai bahwa warna dominan dalam gambar terlihat menonjol dan menunjukkan warna hijau seperti rerumputan yang ada di alam terbuka. Berbeda halnya dengan responden dalam kelompok percobaan ketika diberikan gambar ruang yang sama namun diubah elemen visual warnanya, mereka menilai bahwa warna dominan menjadi kurang menonjol, namun cukup kuat dan menarik proporsi warnanya. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat beberapa faktor dari penggunaan warna yang mempengaruhi persepsi visual manusia, yaitu warna yang dominan dalam gambar ruang dan proporsi warna-warna yang dipakai dalam gambar.

(16)

Warna yang dominan dalam ruang dapat memberikan karakter tertentu dan menentukan bagaimana perasaan dan persepsi manusia terhadap ruang tersebut. Suatu warna dikatakan dominan dalam ruang ketika proporsi penggunaan warna tersebut lebih banyak dibandingkan warna lainnya dalam ruang (Michel, 1996, 98). Dengan kata lain, proporsi warna yang digunakan dalam gambar ruang memiliki peran penting dalam menentukan warna yang dominan dan mempengaruhi penampilan warna yang satu dengan yang lain. Contohnya, ketika warna yang dominan dalam gambar ruang adalah hijau dan warna lain yang digunakan adalah warna netral, seperti cream, responden menilai gambar ruang tersebut menampilkan suasana yang segar dan santai. Namun, ketika warna yang dominan dalam gambar ruang adalah warna cream, responden menilai suasana yang ditampilkan oleh gambar ruang menjadi kurang segar tetapi cukup playful. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan warna tertentu sebagai warna dominan akan menghasilkan suasana dan kesan tertentu pula.

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, proporsi warna dalam ruang dapat mempengaruhi penampilan warna yang satu dengan yang lainnya. Penampilan suatu warna dapat terlihat menonjol atau tidak, tergantung dari tingkat kekontrasan dan ketajaman warna yang digunakan. Semakin tinggi tingkat kekontrasan antara warna yang satu dengan warna lain di sekitarnya, maka warna tersebut akan terlihat lebih menonjol. Kekontrasan ini dapat dipengaruhi oleh ketajaman dari warna tersebut. Penggunaan warna yang lebih tajam akan langsung menarik perhatian mata manusia, meskipun warna tersebut bukanlah warna yang dominan dalam gambar ruang.

(17)

Contohnya, penggunaan warna cream sebagai warna yang dominan dalam gambar ruang dan warna cerah, seperti merah, biru, kuning dan lain-lain sebagai warna aksen. Responden menilai bahwa warna yang dominan, yaitu cream, terlihat kurang menonjol. Hal ini dikarenakan warna-warna cerah yang digunakan sebagai warna aksen memiliki tingkat kekontrasan dan ketajaman warna yang lebih tinggi dibandingkan warna lain di sekitarnya, yaitu warna cream. Tingkat kekontrasan dan ketajaman warna dapat dimanfaatkan desainer dalam menghasilkan proporsi warna yang baik serta memunculkan persepsi visual yang sesuai dengan harapan desainer terhadap gambar ruang 3D tersebut.

5.4.2 Analisis Pengaruh Pola Terhadap Persepsi Visual

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data, pola cenderung mempengaruhi persepsi visual manusia terhadap gambar 3D, namun perbedaaan nilai rata-rata yang tipis menunjukkan bahwa pengaruh pola terhadap persepsi visual manusia kurang dimanfaatkan. Pengaruh pola terhadap persepsi visual manusia dalam desain ruang ibadah Gereja Sakura Lima dapat dilihat dari tabel penilaian di bawah ini.

Studi Kasus Perasaan/Kesan Hub.antar Pola Tingkat kekontrasan Komposisi Kel. Kontrol Cukup khusyuk Tenang Pola dinding, lantai dan plafond menyatu Cukup menonjol Cukup menjadi fokus perhatian Cukup menarik

(18)

Kel.Percobaan Tidak ramai dan tidak khusyuk Cukup tenang Pola dinding, lantai dan plafond cukup menyatu Cukup menonjol Cukup menjadi fokus perhatian Kurang menarik

- Penilaian berdasarkan skor responden dalam kuesioner

- Perubahan warna menggunakan Hukum Kedekatan dan Kontinuitas Gestalt Tabel 5.12. Tabel Penilaian Pola

Sumber : Kuesioner Pola

Tabel penilaian di atas memperlihatkan bahwa penilaian/persepsi kelompok kontrol dan kelompok percobaan, secara umum, tidak jauh berbeda dan memiliki persamaan. Responden kelompok kontrol menilai hubungan antara pola yang digunakan di dinding, lantai dan plafond sebagai satu kesatuan dan saling menyatu. Hubungan antara pola yang terbentuk dari material yang berbeda, namun terlihat menyatu ini, merupakan persepsi visual yang ditangkap oleh responden. Persepsi visual ini dapat muncul karena pola yang dipakai dalam desain ruang ibadah Gereja Sakura Lima ini memiliki komposisi dan tingkat kekontrasan yang cukup tinggi terhadap lingkungannya. Pola merupakan salah satu elemen visual desain yang dapat mempengaruhi persepsi visual seseorang terhadap gambar ruang 3D. Besarnya pengaruh pola terhadap persepsi visual dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu komposisi pola dalam ruang dan tingkat kekontrasan pola terhadap lingkungannya. Ketika suatu pola memiliki tingkat kekontrasan yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya, pola tersebut dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap persepsi dan suasana yang terbentuk dalam gambar ruang

(19)

3D. Pola dengan tingkat kekontrasan yang tinggi disebut sebagai pola yang kuat. Pola yang kuat dan dominan dalam gambar ruang dapat langsung menarik perhatian manusia sehingga pola tersebut terlihat menonjol.

Salah satu faktor yang dapat membentuk pola yang kuat adalah komposisi pola dalam gambar ruang. Menurut Michel, ketika pola yang ukuran unit-unitnya relatif sama diletakkan berdekatan satu sama lain, maka akan membentuk pola yang kuat. Semakin dekat jarak antara tiap unit dalam pola dan semakin intensitas penggunaan pola tesebut, maka tingkat kekontrasan pola tersebut terhadap lingkungannya akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin jauh jarak antara tiap unit dalam pola, maka semakin rendah tingkat kekontrasannya dan persepsi yang terbentuk pun berbeda. Hal ini terlihat dari penelitian eksperimen yang telah dilakukan. Responden kelompok kontrol menilai komposisi pola yang terlihat di gambar ruang ibadah cukup menarik dan cukup menonjol. Hal ini dikarenakan, pola di dinding, lantai dan plafond memiliki komposisi yang serupa dan memunculkan persepsi seolah-olah perhatian pengamat diarahkan ke area mimbar. Persepsi ini dapat muncul karena pola yang terlihat dalam gambar ruang memiliki jarak yang berdekatan satu sama lainnya. Ketika jarak antara tiap unit dalam pola yang ada dalam gambar dijauhkan satu sama lainnya, seperti yang terlihat dalam gambar 3D kelompok percobaan, responden menilai ruang ibadah tersebut menjadi kurang menarik meskipun pola tersebut cukup menonjol. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa pola cenderung mempengaruhi persepsi visual manusia terhadap gambar 3D.

(20)

5.4.3 Analisis Pengaruh Efek Cahaya Terhadap Persepsi Visual

Hasil uji hipotesa dengan variabel bebas efek cahaya menunjukkan bahwa persepsi visual manusia dapat dipengaruhi oleh penggunaan efek cahaya dalam gambar ruang 3D. Akan tetapi, perbedaan nilai rata-rata antara kelompok kontrol dan kelompok percobaan yang tipis serta nilai Ucari dalam

uji hipotesa yang jauh lebih besar dari nol, yaitu 12, menunjukkan bahwa pengaruh efek cahaya terhadap persepsi visual manusia dalam gambar ruang receptionist Tirta Ayu Spa cenderung kurang dimanfaatkan. Pengaruh efek cahaya terhadap persepsi visual manusia dalam desain ruang receptionist Tirta Ayu Spa dapat dilihat dari tabel penilaian di bawah ini.

Studi Kasus Perasaan/Kesan Intensitas Cahaya Penempatan Cahaya Kel.Kontrol Tenang Cukup Santai Cukup remang-remang Cukup warm Nyaman Cukup ada fokus Cukup menonjol Kel.Percobaan Cukup Tenang Santai Terang Cukup warm Cukup Nyaman Cukup ada fokus Cukup menonjol

- Penilaian berdasarkan skor responden dalam kuesioner - Perubahan warna menggunakan Hukum Kesamaan Gestalt

Tabel 5.13. Tabel Penilaian Efek Cahaya Sumber : Kuesioner Efek Cahaya

(21)

Tabel penilaian di atas memperlihatkan adanya sedikit perbedaan persepsi visual antara kelompok kontrol dan kelompok percobaan yang muncul akibat penggunaan efek cahaya dalam gambar. Responden dari kelompok kontrol menilai bahwa gambar ruang 3D tersebut memiliki pencahayaan yang cukup remang-remang dan cukup warm sehingga gambar ruang tersebut menimbulkan kesan yang cukup nyaman dan santai. Adanya beberapa area yang dijadikan fokus pencahayaan membuat area tersebut cukup menonjol. Secara umum, responden dari kelompok percobaan menilai efek cahaya yang digunakan dalam gambar ruang memberikan kesan yang santai dan nyaman. Meskipun intensitas cahaya yang digunakan sebagai penerangan menyeluruh cukup terang, beberapa area yang dijadikan fokus pencahayaan tetap terlihat cukup menonjol. Hal ini dikarenakan intensitas cahaya yang digunakan sebagai aksen dalam gambar ruang lebih tinggi dibandingkan dengan penerangan menyeluruh.

Faktor-faktor dari efek cahaya yang mempengaruhi persepsi visual manusia terhadap gambar ruang 3D, antara lain brightness atau intensitas cahaya dan penempatan cahaya. Intensitas cahaya yang digunakan dalam desain ruang dapat mempengaruhi kenyamanan, perasaan dan aktivitas manusia di dalamnya. Intensitas cahaya perlu dikontrol untuk menciptakan gambar ruang yang terlihat nyaman bagi manusia, terutama intensitas cahaya untuk penerangan menyeluruh dalam gambar ruang. Tingkat intensitas cahaya untuk penerangan menyeluruh memiliki kontribusi dalam memunculkan persepsi visual terhadap gambar ruang 3D. Dalam studi kasus yang digunakan, penerangan menyeluruh yang warm memberikan perasaan yang

(22)

tenang dan cukup nyaman. Sedangkan penggunaan penerangan menyeluruh dengan intensitas cahaya yang lebih terang memberikan perasaan yang cukup menenangkan dan santai, meskipun tidak senyaman penerangan yang warm. Hal ini dikarenakan, mata manusia lebih cepat lelah ketika melihat atau berada dalam ruang yang tingkat brightness-nya tinggi (Michel,1996, 177).

Selain intensitas cahaya, bagaimana desainer menempatkan cahaya untuk menghasilkan efek cahaya yang diinginkan juga mempengaruhi persepsi visual manusia terhadap gambar ruang 3D. Ketika desainer ingin membuat suatu area atau obyek lebih menonjol, desainer dapat menggunakan cahaya sebagai aksen dalam ruang.

Bright light sources are going to attract the scanning eye whether or not intended by the designer. (Michel, 1996: 64)

Penggunaan cahaya sebagai aksen dapat dilakukan dengan meninggikan intensitas cahaya pada area tertentu dan mengurangi tingkat brightness cahaya di sekelilingnya, seperti contoh studi kasus yang dipakai. Kedua gambar ruang studi kasus tersebut menggunakan cahaya dengan tingkat brightness yang lebih tinggi dibandingkan penerangan menyeluruh pada area tertentu sehingga membuat area tersebut lebih menonjol dan ditangkap oleh mata manusia sebagai stimuli visual. Stimuli ini kemudian memunculkan persepsi visual tertentu terhadap gambar ruang tersebut.

5.4.4 Persepsi Visual Desainer SolidRock Indonesia dan Responden Terhadap Gambar 3D

Dalam desain SolidRock Indonesia, desainer memanfaatkan elemen visual warna, pola dan efek cahaya untuk merepresentasikan konsep desain

(23)

yang diangkat sehingga desain yang dihasilkan sesuai dengan keinginan klien. Desainer SolidRock Indonesia menkomunikasikan hasil desainnya kepada klien dengan menggunakan media visual berupa presentasi gambar tiga dimensi (3D). Dengan menggunakan gambar 3D, desainer memunculkan persepsi visual yang dianggap sesuai dengan konsep desain dan kemudian klien mempersepsikan gambar 3D tersebut. Hal ini berarti klien melakukan persepsi visual terhadap elemen visual yang digunakan oleh desainer dalam gambar 3D.

Dalam studi kasus proyek Pre-School, desainer SolidRock Indonesia menonjolkan elemen visual warna untuk mengekspresikan konsep desain dari ruang, yaitu pertumbuhan dan mempertimbangkan pengguna ruang tersebut, yaitu anak-anak. Elemen visual pola berusaha dimanfaatkan oleh desainer dalam studi kasus Gereja Sakura Lima untuk mencapai konsep desain ruang yang mengundang pengguna untuk merenung dan mengarahkan diri ke satu titik fokus. Sedangkan, dalam studi kasus Tirta Ayu Spa, desainer memanfaatkan elemen visual efek cahaya untuk menciptakan gambar ruang 3D yang hangat dan santai untuk relaksasi. Konsep desain yang ditampilkan dalam bentuk gambar 3D ini, dinilai oleh para responden untuk menguji apakah konsep desain yang ditampilkan melalui permainan elemen visual oleh desainer berhasil mencapai responden dan apakah terjadi perbedaan persepsi visual antara desainer dan responden ketika elemen visual yang ditonjolkan dalam masing-masing studi kasus diubah.

(24)

Konsep Desain Kesan Spasial/Suasana Studi Kasus

Desainer Responden Desainer Responden

Kel. Kontrol

Bertumbuh

seperti pohon Cukup mewakili pertumbuhan seperti pohon Seperti berada di alam terbuka Playful dan santai Segar Tidak terlalu menunjukkan alam Playful dan cukup santai Segar Kel.Percobaan - Kurang mewakili pertumbuhan seperti pohon - Sedikit menunjukkan alam Playful dan cukup santai Cukup segar Kel. Kontrol Mengarahkan diri ke satu tujuan Mengarahkan diri ke satu tujuan Dinamis Fokus Semangat Tidak terlalu dinamis Cukup fokus Cukup bersemangat Kel.Percobaan - Cukup terarah ke satu tujuan - Kurang dinamis Cukup fokus Kurang semangat Kel.Kontrol Ramah dan tradisional Cukup ramah dan tradisional Homy Dramatis Santai Cukup homy Kurang dramatis Cukup Santai Kel.Percobaan - Kurang ramah dan tradisional - Kurang homy Cukup monoton Santai Tabel 5.14. Tabel Persepsi Visual Desainer dan Responden

(25)

Tabel persepsi visual tersebut menunjukkan bahwa tidak sepenuhnya konsep desain yang divisualisasikan oleh desainer melalui gambar 3D berhasil ditangkap oleh responden. Selain itu, terdapat variasi persepsi visual ketika elemen visual yang ditonjolkan dalam desain ruang masing-masing studi kasus diubah menggunakan teori persepsi Getalt. Variasi persepsi visual ini menunjukkan bahwa elemen visual yang dipakai dalam gambar ruang 3D memberikan pengaruh terhadap persepsi visual manusia, seperti yang telah dibahas di subbab analisis sebelumnya.

Elemen visual warna yang ditonjolkan desainer dalam desain Pre-School bertujuan untuk memunculkan persepsi visual yang dapat memicu kreatifitas dan pertumbuhan anak. Desainer memanfaatkan pengalaman warna-warna di alam terbuka, seperti pepohonan, dan membawa hal-hal tersebut ke dalam desainnya. Secara tidak langsung, desainer mengarahkan persepsi manusia terhadap desain Pre-School dengan meminjam pengalaman manusia terhadap warna-warna alam. Proses ini merupakan salah satu teori persepsi Gestalt, yaitu Hukum Ketertutupan. Ketika warna dalam gambar 3D Pre-School diubah menurut Hukum Ketertutupan Gestalt, persepsi visual responden pun menjadi berbeda dan kurang menangkap konsep desain yang diangkat. Hal ini dapat terjadi karena pengalaman responden akan warna-warna alam dan pepohonon berbeda dengan warna-warna-warna-warna yang dilihat dalam gambar.

Seperti studi kasus Pre-School, ketika elemen visual pola yang ditonjolkan dalam gambar ruang 3D Gereja Sakura Lima diubah, persepsi visual responden menjadi berbeda. Desainer menggunakan pola di lantai,

(26)

dinding dan plafond untuk memuncukan persepsi visual yang terarah pada satu tujuan serta memberi kesan ruang yang dinamis dan bersemangat. Responden menilai gambar memunculkan persepsi visual yang terarah pada satu tujuan, namun responden memiliki persepsi visual yang sedikit berbeda dalam hal suasana ruang dalam gambar. Persepsi responden menjadi semakin bervariasi ketika pola dalam gambar 3D menjadi lebih berjauhan dan tidak menyatu satu sama lain, berdasarkan Hukum Kedekatan dan Kontinuitas Gestalt.

Variasi persepsi visual antara desainer dan responden juga terjadi dalam studi kasus Tirta Ayu Spa. Permainan efek cahaya yang digunakan oleh desainer dalam gambar 3D, dengan tujuan untuk menciptakan suasana ruang yang homy, ramah dan santai, dipersepsikan berbeda oleh responden. Responden menilai efek cahaya yang digunakan menghasilkan suasana ruang yang cukup homy dan cukup santai. Perubahan efek pencahayaan dalam gambar 3D, berdasarkan Hukum Kesamaan Gestalt, membuat persepsi visual responden menjadi semakin jauh dari persepsi visual yang diharapkan desainer. Hal ini dikarenakan, intensitas cahaya dalam gambar dibuat berbeda-beda sehingga responden menilai suasana ruang dalam gambar menjadi kurang homy dan cukup monoton.

5.4.5 Analisis Persepsi Visual Desainer SolidRock Indonesia dan Responden Terhadap Gambar 3D

Dalam proses desain di SolidRock Indonesia, desainer bertemu dan melakukan wawancara dengan klien untuk mengetahui keinginan dan

(27)

kebutuhan klien. Desainer kemudian mendapat konsep desain yang dianggap sesuai dengan keinginan dan kebutuhan klien dari hasil wawancara tersebut. Salah satu hal yang menjadi pertimbangan desainer untuk mendapatkan konsep desain adalah desain ruang yang menjadi precedence klien. Maksud dari precedence ini adalah suatu desain ruang atau area khusus yang disukai dan tidak disukai oleh klien. Dengan kata lain, precedence merupakan suatu hal, tempat atau desain ruang yang bermakna bagi klien. Berangkat dari tempat atau desain ruang yang bermakna bagi klien ini, desainer kemudian mendapat konsep desain yang diekspresikan menggunakan elemen visual dalam gambar 3D studi kasus.

Konsep desain dalam bentuk gambar 3D tersebut diberikan kepada responden dan hasil penelitian menunjukkan adanya variasi persepsi visual antara desainer SolidRock dan responden. Persepsi visual yang bervariasi antara desainer SolidRock dan responden dalam penelitian ini dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :

1. Pemaknaan

Desainer SolidRock berusaha memunculkan konsep desain yang sesuai dengan pemaknaan yang dimiliki klien dalam gambar 3D studi kasus. Dalam studi kasus Gereja Sakura Lima, klien, yang merupakan seorang pendeta, memaknai gereja sebagai tempat ‘mengosongkan diri’ dengan tujuan untuk fokus dan menangkap sesuatu yang spiritual. Pemaknaan yang dimiliki klien ini diangkat oleh desainer dengan menggunakan elemen visual pola dalam konsep desainnya, dan hasil kuesioner menunjukkan bahwa responden kelompok kontrol berhasil

(28)

menangkap konsep desain yang diangkat, meskipun tidak sepenuhnya sama dengan persepsi visual yang diinginkan desainer. Variasi persepsi visual responden kelompok kontrol dapat terjadi karena responden tidak memiliki pemaknaan yang serupa dengan pemaknaan klien yang menjadi dasar pertimbangan konsep desain gambar 3D studi kasus. Responden, yang bukan seorang pendeta, memaknai konsep desain gambar 3D studi kasus tersebut berdasarkan pemahaman dan pengalaman spiritual yang mereka miliki. Pemahaman dan pengalaman spiritual yang dimiliki responden tidak serupa dengan pengalaman spiritual yang dimiliki oleh klien (pendeta) sehingga muncul variasi persepsi visual.

Di sisi lain, variasi persepsi visual antara desainer, responden kelompok kontrol dan responden kelompok percobaan dapat terjadi karena gambar 3D studi kasus yang digunakan oleh kelompok percobaan telah diubah elemen visualnya sehingga tingkat pemaknaan yang menjadi dasar pertimbangan konsep desain gambar 3D studi kasus menjadi berkurang dan tidak sepenuhnya dapat ditangkap oleh kelompok percobaan. Oleh karena itu, hasil persepsi visual responden kelompok percobaan cenderung menjauhi persepsi visual desainer.

2. Pengalaman

Pemaknaan berhubungan erat dengan pengalaman yang dialami manusia. Manusia dapat memaknai suatu hal berdasarkan pengalaman yang dialami sebelumnya. Ketika manusia memiliki pengalaman akan suatu hal atau obyek dan menjumpai hal atau obyek serupa dalam

(29)

lingkungan yang berbeda, manusia akan mempersepsikan obyek tersebut berdasarkan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Dalam studi kasus Pre-School, klien menginginkan suasana ruang yang dapat memicu kreatifitas dan mendukung pertumbuhan anak sehingga desainer menggunakan warna hijau dari pepohonan yang dianggap mewakili konsep pertumbuhan. Dalam hal ini, desainer meminjam pengalamannya dan klien akan warna hijau pepohonan dan membawa warna tersebut ke dalam lingkungan yang baru, yaitu desain area receptionist dalam bentuk gambar 3D. Berdasarkan hasil kuesioner, didapatkan bahwa warna hijau dalam konsep desain pertumbuhan dipersepsikan secara bervariasi oleh responden. Responden mempersepsikan warna dalam gambar 3D tersebut berdasarkan pengalamannya terhadap warna-warna pepohonan yang pernah dilihat responden sebelumnya dan pengalaman tersebut dapat bervariasi satu dengan yang lain.

Di sisi lain, ketika warna hijau yang mewakili konsep pertumbuhan tersebut diubah menjadi warna lain, responden semakin tidak dapat menangkap konsep desain yang diangkat sehingga variasi persepsi visual antara desainer dan responden menjadi semakin lebar. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman akan warna hijau dari pepohonan yang digunakan oleh desainer dalam konsep desain memiliki peran dalam memunculkan dan mengurangi terjadinya variasi persepsi visual.

3. Perbedaan individu

Selain pemaknaan dan pengalaman, faktor lain yang menyebabkan adanya variasi dalam persepsi visual antara desainer dan responden adalah

(30)

perbedaan individu. Dalam studi kasus Tirta Ayu Spa, klien menginginkan nuansa tradisional Jawa serta suasana yang santai dan nyaman sehingga desainer menggunakan ornamen tradisional Jawa dan pencahayaan yang warm. Pencahayaan warm yang digunakan oleh desainer bertujuan untuk mendukung konsep desain tradisional Jawa yang bersifat kekeluargaan dan santai. Konsep desain ini dipersepsikan secara bervariasi oleh responden. Variasi ini dapat terjadi karena adanya perbedaan latar belakang antara desainer, klien dan responden. Meskipun desainer, klien dan responden sama-sama tinggal di Indonesia, latar belakang pendidikan atau pekerjaan serta pengalaman hidup yang dimiliki desainer, klien dan responden bervariasi. Hal ini mengakibatkan terjadinya variasi persepsi visual antara desainer dan responden.

Berdasarkan hasil kuesioner dalam 3 studi kasus yang digunakan, persepsi visual responden kelompok kontrol mendekati hasil persepsi visual desainer, sebaliknya, hasil dari kelompok percobaan semakin menjauhi persepsi visual desainer. Hasil persepsi visual tersebut menunjukkan bahwa meskipun desainer dan responden adalah individu yang berbeda, desainer tetap dapat mengarahkan responden untuk membentuk persepsi visual sesuai yang diinginkan desainer dengan memanfaatkan faktor pemaknaan dan pengalaman.

(31)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh elemen visual terhadap persepsi visual manusia dalam desain SolidRock Indonesia dan bagaimana elemen visual yang digunakan oleh desainer SolidRock Indonesia tersebut terlihat dalam presentasi gambar 3D. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, kesimpulan dari penelitian eksperimen semu ini adalah sebagai berikut.

1. Pengujian hipotesa dengan uji U Mann-Whitney menunjukkan bahwa hipotesa nul dengan variabel bebas warna, pola dan efek cahaya ditolak. Hal ini dikarenakan Ucari > Utabel (Ucari warna = 4, Ucari pola = 9.5 dan Ucari efek

cahaya = 12 lebih besar dari Utabel = 2). Dengan demikian, hipotesa yang

diterima adalah hipotesa alternatif, yaitu elemen visual dalam desain (warna, pola dan efek cahaya) mempengaruhi persepsi visual manusia terhadap presentasi gambar 3D dalam desain SolidRock Indonesia.

2. Perbedaan nilai rata-rata antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan bahwa kedua kelompok responden memiliki penilaian/persepsi visual yang tidak serupa terhadap gambar 3D yang dipakai dalam studi kasus. Persepsi visual yang tidak serupa ini dipengaruhi oleh elemen visual (warna, pola, cahaya) yang dipakai dalam gambar oleh desainer SolidRock Indonesia.

(32)

3. Faktor dari warna yang dapat mempengaruhi persepsi visual manusia, yaitu warna yang dominan dan proporsi warna yang dipakai dalam gambar. Proporsi warna yang digunakan dalam gambar memiliki peran penting dalam menentukan warna yang dominan dan mempengaruhi penampilan warna yang satu dengan yang lain. Penampilan suatu warna dapat terlihat menonjol tergantung dari tingkat kekontrasan dan ketajaman warna yang digunakan. 4. Faktor dari penggunaan pola yang dapat mempengaruhi persepsi visual

manusia, adalah komposisi pola dalam gambar dan tingkat kekontrasan pola terhadap lingkungannya. Pola yang memiliki tingkat kekontrasan yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya dapat memberikan pengaruh terhadap persepsi dan suasana yang terbentuk dalam gambar 3D.

5. Efek cahaya dapat mempengaruhi persepsi visual manusia, tergantung dari beberapa faktor, yaitu brightness atau intensitas cahaya dan penempatan cahaya. Intensitas cahaya untuk penerangan menyeluruh memiliki kontribusi dalam memunculkan persepsi visual terhadap gambar ruang 3D. Selain itu, penempatan cahaya dalam gambar ruang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan efek cahaya dan suasana ruang yang diinginkan.

6. Terdapat variasi persepsi visual antara desainer SolidRock Indonesia dan responden terhadap gambar 3D desain SolidRock Indonesia. Responden dapat menangkap konsep desain dan suasana ruang yang ditampilkan melalui gambar 3D, meskipun tidak sepenuhnya sama dengan persepsi visual yang diharapkan oleh desainer.

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya variasi persepsi visual antara desainer dan responden terhadap gambar 3D desain SolidRock Indonesia,

(33)

adalah pemaknaan, pengalaman dan perbedaan individu. Pemaknaan dan pengalaman yang bervariasi yang dimiliki oleh masing-masing individu serta pemahaman yang berbeda terhadap gambar 3D yang sama, menyebabkan terjadinya variasi persepsi visual antara desainer dan responden.

6.2 Kesimpulan Umum

Melalui penelitian ini, diketahui bahwa elemen visual dalam desain, yaitu warna, pola dan efek cahaya, dapat mempengaruhi persepsi visual manusia. Elemen visual seringkali digunakan oleh desainer SolidRock Indonesia untuk menginterpretasikan konsep desain yang diangkat dalam suatu proyek. Desainer SolidRock Indonesia perlu memperhatikan bagaimana warna, pola dan efek pencahayaan terlihat dalam desain ruang, bagaimana elemen-elemen visual tersebut dipersepsikan serta bagaimana persepsi visual tersebut kemudian mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, desainer perlu mengetahui pengaruh elemen visual terhadap persepsi visual manusia agar konsep desain yang diangkat desainer dapat sepenuhnya ditangkap oleh klien.

Salah satu media yang digunakan oleh desainer SolidRock Indonesia untuk mempresentasikan konsep desainnya kepada klien adalah media visual dalam bentuk gambar 3D. Presentasi gambar 3D ini digunakan oleh desainer SolidRock Indonesia untuk memberikan gambaran akan suasana dan konsep desain kepada klien. Dalam penelitian ini, variasi persepsi visual terjadi antara desainer dan responden. Pemaknaan, pengalaman dan perbedaan individu merupakan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya variasi persepsi visual. Peluang terjadinya variasi persepsi visual antara desainer dan responden dapat

(34)

dikurangi dengan memanfaatkan faktor pemaknaan dan pengalaman. Dengan memanfaatkan pengalaman dan hal yang bermakna bagi responden, termasuk klien, desainer dapat memunculkan persepsi visual yang dapat ditangkap sepenuhnya oleh responden dan klien pada akhirnya. Oleh karena itu, desainer SolidRock Indonesia disarankan untuk melakukan wawancara dengan klien untuk berbagi pengalaman serta menggali hal yang bermakna bagi klien. Dengan demikian, desainer SolidRock Indonesia dapat memutuskan bagaimana pengaruh elemen visual yang akan digunakan dalam desain ruang untuk menghasilkan persepsi visual yang sesuai harapan desainer dan klien.

Desainer yang bergerak dalam bidang desain interior perlu menggunakan dan memanfaatkan elemen visual dalam desain ruang yang diciptakan. Selain itu, desainer juga perlu mempelajari pengaruh penggunaan elemen visual terhadap persepsi visual dan perasaan manusia, khususnya warna, pola dan efek cahaya. Dengan mempelajari dan memanfaatkan pengaruh elemen visual, desainer dapat menghasilkan desain yang mempengaruhi perasaan manusia yang melihatnya. Dalam menghasilkan desain ruang yang baik, desainer tidak semata-mata memasukkan elemen visual ke dalam desain ruang, melainkan memanfaatkan bagaimana pengaruh elemen visual terhadap persepsi visual manusia yang menikmati desain ruang tersebut. Hal ini dikarenakan, desain ruang berhubungan erat dengan proses penglihatan dan persepsi visual alami manusia.

Sebelum desain ruang terbangun secara nyata, desainer menunjukkan konsep desainnya kepada klien menggunakan presentasi gambar 3D. Presentasi gambar 3D penting karena dapat membantu desainer dalam menginterpretasikan konsep desain kepada klien sehingga klien memiliki persepsi visual yang sesuai

(35)

dengan konsep desain yang diangkat desainer. Selain itu, desainer juga dapat memanfaatkan faktor pemaknaan dan pengalaman dari klien untuk mengurangi peluang terjadinya variasi persepsi visual antara desainer dan klien.

Demikian hasil penelitian pengaruh elemen visual terhadap persepsi visual manusia dalam desain SolidRock Indonesia, peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penelitian ini karena adanya kendala, seperti kurang obyektif dan mendalamnya analisa, serta responden yang hanya berjumlah 30 orang sehingga kurang mewakili populasi secara umum. Oleh karena itu, peneliti berharap penelitian ini dapat dilanjutkan dan disempurnakan sehingga dapat memberikan kontribusi lebih bagi dunia keprofesian Desain Interior.

Gambar

Gambar 5.1. Jenis Kelamin Responden Fakultas TC UPH  Sumber: Penelusuran Pribadi
Gambar 5.3. Tingkat Pendidikan Responden Mahasiswa TC UPH  Sumber: Penelusuran Pribadi
Gambar 5.4. Lama Bekerja Responden Staf TC UPH  Sumber: Penelusuran Pribadi
Tabel 5.1. Tabel Skor Post-test Kelompok Kontrol Warna  Sumber: Kuesioner Warna Kelompok Kontrol
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan analisis data hasil penelitian mengenai pengaruh aplikasi pupuk SP-36 dan fungi mikoriza arbuskula terhadap ketersediaan P dalam tanah dan serapan P

Muon adalah partikel tidak stabil yang tercipta pada tempat tinggi oleh partikel dalam sinar kosmik dari luar angkasa. Sewaktu sinar kosmik menembus lapisan atmosfir bumi,

Bonus: 10 Files, termasuk 3 Files Microsoft Office Excel 97-2003 Worksheet/Lotus 1-2-3 (Transition) PERUM DAMRI 2015 (sebagai MASTER UTAMA ) yang disusun sesederhana

[r]

“Pengurusan hutan meliputi kegiatan penyelenggaraan perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan serta penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan kehutanan

Lembaga*lembaga keuangan dapat mena(arkan berbagai jenis surat berharga menurut besar-ke!ilnya nilai atau jangka (aktunya +elain itu, resiko yang ditanggung

Agar semua kondisi yang tidak diinginkan tidak terjadi, seperti hilangnya dokumen kerja yang belum disimpan ketika menyalakan komputer, rusaknya komponen komputer yang digunakan