• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA PADA MATERI HIMPUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA PADA MATERI HIMPUNAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL

MATEMATIKA PADA MATERI HIMPUNAN

Sadam Eksan, Franky A. Oroh, Nancy Katili ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas VII SMP Negeri 15 Kota Gorontalo dalam memahami materi himpunan yang diukur melalui indikator kesulitan belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian bahwa rata-rata persentase capaian kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 15 Kota Gorontalo pada materi himpunan menurut indikator kesulitan belajar yaitu pada indikator belajar fakta sebesar 62.14%, indikator belajar konsep sebesar 43.95%, indikator belajar prinsip sebesar 68.305% dan indikator belajar operasi sebesar 77.62%. Kesulitan siswa kelas VII SMP Negeri 15 Kota Gorontalo yang diukur melalui indikator kesulitan belajar siswa sangat beragam dan perlu metode dan strategi untuk meminimalisir kesulitan yang dialami oleh siswa.

Kata kunci: Kesulitan Belajar Siswa PENDAHULUAN

Setiap bangsa perlu mempersiapkan segalanya dalam menghadapi pengaruh kemajuan teknologi terhadap pendidikan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan diharapkan akan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkemampuan unggul yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri sehingga mampu menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesat.

Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkemampuan unggul tentunya diperlukan peningkatan kualitas pendidikan dalam berbagai bidang diantaranya matematika. Matematika merupakan pengetahuan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan kualitas pendidikan matematika selalu ditempatkan sebagai subjek penting didalam sistem pendidikan disetiap negara. Secara formal pelajaran matematika telah diberikan kepada siswa semenjak Sekolah Dasar hingga ke jenjang Universitas dengan harapan akan melahirkan SDM Indonesia yang berkualitas. Matematika sebagai salah satu ilmu yang tidak kalah pentingnya dalam upaya meningkatkan mutu kehidupan bangsa. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang pada dasarnya dapat dipandang sebagai alat, pola pikir dan ilmu pengetahuan yang dapat

(2)

2 dikembangkan. Matematika merupakan ilmu yang melayani ilmu-ilmu yang lain diantaranya ilmu sosial ekonomi dan alam. Oleh karena itu matematika merupakan ilmu penting sebagai dasar dalam berbagai bidang terutama IPTEK sehingga matematika harus dipelajari serta dipahami untuk kebutuhan hidup kita. Dengan demikian diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan.

Prestasi yang didapatkan oleh siswa dalam bidang matematika tentunya merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat Indonesia dan bagi dunia pendidikan matematika khususnya, tapi jika dilihat dari kenyataan yang ada, ternyata pada umumnya prestasi matematika siswa masih berada di papan bawah. Hal tersebut bisa dilihat dari nilai matematika ujian nasional pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) di seluruh indonesia pada mata pelajaran matematika selalu terpaku pada angka rendah. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh dalam harian kompas yang menyatakan bahwa “hasil ujian nasional 2012 yang telah diketahui yaitu siswa SMP yang tidak lulus mencapai 15.945 siswa, yang terbanyak gagal dalam mata pelajaran Matematika dengan jumlah peserta ujian nasional SMP mencapai 3,6 juta orang” (dikutip dari http://sains.kompas.com/ read/2012/06/02/10035432/Banyak. Siswa. Tak. Lulus. Ujian. Matematika).

Rendahnya daya serap belajar siswa adalah karena pada masalah ketuntasan belajar yakni pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi secara perorangan. Masalah ketuntasan belajar merupakan masalah yang penting, sebab menyangkut masa depan siswa, terutama mereka yang mengalami kesulitan belajar karena ketika siswa mengalami kesulitan belajar maka sangat sulit untuk mencapai ketuntasan belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa antara lain tergantung atas seberapa jauh siswa mampu menemukan dan menyelesaikan secara baik tugas-tugas yang diberikan kepadanya setelah mengalami proses pembelajaran tertentu. Selain itu prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika antara lain ditentukan oleh kemampuan memahami dan menguasai meteri pelajaran yang diberikan, sehingga dalam menyelesaikan soal matematika dalam bentuk tugas atau tes yang diberikan guru dalam suatu kegiatan belajar mengajar di kelas, siswa dapat menyelesaikannya dengan baik. Prestasi belajar siswa sangat berkaitan sekali dengan kesulitan belajar karena jika siswa mampu mengatasi kesulitan belajarnya maka siswa tersebut akan mampu bersaing dengan yang lain untuk mendapatkan prestasi belajar yang diinginkannya.

(3)

3 Kemampuan anak yang berbeda-beda membuat anak yang kemampuannya rendah dalam menyerap materi pelajaran enggan untuk lebih memahami apa yang mereka kurang kuasai. Tak sedikit siswa yang kurang pandai enggan untuk bertanya tentang kesulitan materi yang diajarkan oleh guru, karena tak sedikit siswa yang malu kepada teman-teman sekelasnya hanya karena menanyakan materi yang kurang dimengerti ketika pembelajaran sedang berlangsung, sehingga tak jarang banyak siswa yang sama sekali tidak menguasai salah satu bahkan beberapa materi pelajaran.

Salah satu materi yang sering kali membuat siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan adalah materi himpunan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru matematika kelas VII SMP Negeri 15 Kota Gorontalo bahwa siswa banyak mengalami kesulitan dalam mempelajari materi himpunan. Hal ini menyebabkan siswa sulit menyatakan masalah sehari-hari kedalam bentuk himpunan dan menyatakan anggotanya, sulit menentukan mana yang termasuk himpunan dan mana yang bukan himpunan. Guru juga menyatakan bahwa dalam setiap pembelajaran pada materi himpunan, banyak siswa yang meminta guru untuk mengulangi penjelasannya. Ini sesuai dengan pernyataan Soedjadi (dalam Hidayati, 2010: 5) yang menyatakan bahwa kesulitan yang dialami siswa akan memungkinkan terjadi kesalahan sewaktu menjawab tes. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Soedjadi, kesalahan yang dilakukan siswa dalam menjawab persoalan pada materi himpunan membuktikan bahwa adanya kesulitan yang dialami oleh siswa pada materi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan suatu penelitian yang diformulasikan dengan judul “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pada Materi Himpunan”.

Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada materi himpunan.

Menurut Abdurrahman (2012: 1) kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris learning disability. Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya belajar dan disability atrinya ketidakmampuan; shingga terjemahan yang sebenarnya adalah ketidakmampuan belajar. Istilah kesulitan belajar digunakan karena dirasakan lebih optimistik. Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau menghitung.

(4)

4 Menurut Syah (dalam Candraningrum, 2010: 21) siswa tidak pernah lepas dari kesulitan yang dialami selama belajar. Secara umum, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam yakni:

a. Faktor Intern Siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dalam diri siswa sendiri. Seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa, labilnya emosi dan sikap, dan terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar.

b. Faktor Ekstern Siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang datang dari luar diri siswa. Biasanya berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan perkampungan/masyarakat dan lingkungan sekolah.

Hal tersebut juga seperti yang diungkapkan oleh Cooney, Davis, dan Henderson (dalam Candraningrum, 2010: 22-27) yang mengelompokkan sumber kesulitan itu menjadi lima faktor yaitu :

1. Faktor Fisiologis

Kesulitan belajar siswa dapat ditimbulkan oleh faktor fisiologis. Diantaranya adalah karena gangguan penglihatan dan pendengaran. Suatu kenyataan yang terjadi adalah siswa yang mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran akan banyak mengalami kesulitan apabila dibandingkan dengan siswa yang normal pada umumnya. Siswa akan mengalami kesulitan untuk melihat tulisan di papan tulis atau pada saat guru sedang menjelaskan tentang konsepnya. Hal yang serupa juga terjadi pada siswa yang mempunyai gangguan neurologis (sistem syaraf). Sistem koordinasi sistem syaraf yang terganggu merupakan kendala dalam siswa belajar.

Apabila terdapat siswa yang mempunyai gangguan fisiologis, yang dapat dilakukan guru hanyalah memberikan kesempatan kepada siswa yang mengalami gangguan tersebut untuk duduk lebih dekat dengan meja guru. Selain itu, hambatan tersebut hendaknya di atasi melalui kerjasama yang baik dengan pihak yang memiliki kompetensi (seperti psikolog, atau dari bimbingan dan konseling) bahkan terdapat sekolah khusus seperti sekolah luar biasa sehingga dapat menanganinya dengan baik.

2. Faktor Sosial

Hubungan orang tua dengan anak, dan tingkat kepedulian orang tua tentang masalah belajarnya di sekolah, merupakan faktor yang dapat memberikan kemudahan, atau sebaliknya menjadi faktor kendala bahkan penambah kesulitan belajar siswa. Termasuk dapat memberikan kemudahan antara lain : kasih sayang, pengertian, dan perhatian atau kepedulian (misalnya “menyertai anaknya belajar”, dan tersedianya tempat belajar yang kondusif).

(5)

5 Di samping itu ekonomi juga merupakan faktor baik positif maupun negatif. Siswa yang mengalami masalah sosial di rumahnya biasanya dari kalangan keluarga yang kurang menaruh perhatian pada perkembangan anaknya. Hal ini mungkin akibat dari kepedulian yang rendah terhadap belajar anak/siswa, permasalahan tersebut dapat terjadi baik dari kalangan yang ekonominya sudah mapan maupun ekonominya masih lemah. Keluarga yang mempunyai kemudahan dalam memberikan alat permainan dan bacaan edukatif kepada anaknya yang masih belajar di tingkat pendidikan dasar, memberikan kesempatan lebih baik untuk anak-anaknya untuk berkembang dan mengatasi kesulitan mereka di kelas.

Faktor sosial di dalam dan di luar kelas dalam lingkungan sekolah juga berpengaruh terhadap kelancaran atau kesulitan belajar siswa. Interaksi antar siswa yang kurang dibiasakan dalam kegiatan di kelas dapat menyebabkan masalah sosial. Secara umum siswa yang terlalu tertutup atau terlalu terbuka mungkin adalah siswa yang mengalami masalah di rumah atau tekanan dari teman atau mungkin orang tuanya. Jadi lingkungan belajar di sekolah juga merupakan salah satu faktor sosial kesulitan belajar siswa. Masalahnya perlu dikaji dan penyelesaiannya mungkin memerlukan bantuan wali kelas, guru bimbingan atau pihak luar yang lebih memahami masalah siswa tersebut.

3. Faktor Emosional

Siswa yang sering gagal dalam matematika lebih mudah berpikir tidak rasional, takut, cemas, benci pada matematika. Jika demikian maka hambatan itu dapat “melekat” pada diri anak / siswa. Masalah siswa yang termasuk dalam faktor emosional dapat disebabkan oleh :

1) Obat-obatan tertentu, seperti obat penenang, ekstasi dan obat lain yang sejenis 2) Kurang tidur

3) Diet yang tidak tepat

4) Hubungan yang renggang dengan teman terdekat 5) Masalah tekanan dari situasi keluarganya di rumah

Siswa yang mengkonsumsi obat-obatan akan menunjukkan perangai yang tidak rasional, depresi bahkan kesehatan akan menurun. Akibatnya siswa akan kurang menaruh perhatian terhadap pelajaran, atau mudah mengalami depresi mental, emosional, kurang ada minat membaca buku maupun menyelesaikan pekerjaan rumah. Penanganan kesulitan belajar yang disebabkan oleh hal-hal di atas sebaiknya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kompetensi, baik psikologis, medis maupun agamis.

(6)

6 4. Faktor Intelektual

Siswa yang mengalami kesulitan belajar disebabkan oleh faktor intelektual, umumnya kurang menguasai konsep, fakta, operasi dan prinsip atau algoritma, walaupun telah berusaha mempelajarinya. Siswa yang mengalami kesulitan menabstraksi, menggeneralisasi, berpikir deduktif, dan mengingat konsep-konsep atau prinsip-prinsip biasanya selalu merasa bahwa matematika itu sulit. Siswa yang demikian juga mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah terapan atau soal cerita. Ada juga siswa yang kesulitannya terbatas dalam materi tertentu, tetapi merasa mudah dalam materi lain.

Adapun yang menjadi indikator kesulitan belajar matematika dalam penelitian ini pada faktor intelektual siswa mencakup 4 aspek yakni:

a. Kesulitan belajar fakta

Fakta merupakan perjanjian atau pemufakatan yang dibuat dalam matematika, misalnya lambang, nama, istilah, serta perjanjian. Kaitannya dengan kesulitan belajar matematika siswa, maka siswa sering mengalami kesulitan disebabkan dari adanya lambang-lambang atau simbol, huruf dan kata. Contohnya pada materi himpunan adalah siswa kurang tahu bagaimana cara penulisan tanda kurung kurawal, simbol bilangn asli seperti apa dan lain sebagainya.

b. Kesulitan belajar konsep

Konsep merupakan pengertian abstrak yang memungkinkan seseorang menggolong-golongkan objek atau peristiwa. Hubungannya dengan kesulitan belajar matematika, maka siswa sering mengalami kesulitan untuk menangkap konsep dengan benar. Contohnya pada materi himpunan yaitu siswa belum bisa membedakan mana yang termasuk himpunan dan mana yang bukan himpunan.

c. Kesulitan belajar operasi

Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan matematika yang lain. Operasi dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi khusus karena operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui. Contohnya dalam materi himpunan adalah siswa tidak tahu bagaimana cara menyatakan himpunan dalam bentuk kata-kata, notasi himpunan dan mendaftarkan anggotanya.

d. Kesulitan belajar prinsip

Prinsip yaitu pernyataan yang menyatakan berlakunya suatu hubungan antara beberapa konsep. Pernyataan itu dapat menyatakan sifat-sifat suatu konsep, atau hukum-hukum atau teorema atau dalil yang berlaku dalam konsep itu. Berkaitan dengan kesulitan belajar yang

(7)

7 dialami siswa dalam belajar matematika, maka sering siswa tidak memahami asal usul suatu prinsip, ia tahu rumusnya dan bagaimana menggunakannya, tetapi tidak tahu mengapa digunakan. Contohnya pada materi himpunan yaitu misalnya siswa tahu pengertian himpunan dan menyatakan himpunan akan tetapi ketika masuk pada materi himpunan semesta dan himpunan bagian siswa sudah tidak memahami lagi konsep yang sebelumnya.

5. Faktor Pedagogis

Di antara penyebab kesulitan belajar siswa yang sering dijumpai adalah faktor kurang tepatnya guru mengelola pembelajaran dan menerapkan metodologi. Misalnya guru masih kurang memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki siswa, guru langsung masuk ke materi baru. Ketika terbentur kesulitan siswa dalam pemahaman, guru mengulang pengetahuan dasar yang diperlukan. Kemudian melanjutkan lagi materi baru yang pembelajarannya terpenggal. Jika ini berlangsung dan bahkan tidak hanya sekali dalam suatu tatap muka, maka akan muncul kesulitan umum yaitu kebingungan karena tidak terstrukturnya bahan ajar yang mendukung tercapainya suatu kompetensi.

Di antara lima faktor kesulitan belajar yang diungkapkan oleh Cooney, Davis, dan Henderson, yang dikaji oleh peneliti adalah kesulitan belajar yang dialami siswa berkaitan dengan faktor intelektual, Hal tersebut dilihat dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 15 kota Gorontalo sehingga kesulitan yang dimaksud adalah kesulitan siswa berkaitan dengan kesulitan belajar konsep, kesulitan belajar fakta, kesulitan belajar operasi dan kesulitan belajar prinsip dalam mempelajari materi himpunan. Contohnya dalam materi himpunan yaitu C adalah himpunan bilangan cacah yang kurang dari 10, bagaimana menyatakan himpunan A dengan cara kata-kata, notasi himpunan dan mendaftarkan anggotanya maka penyelesaiannya adalah C adalah himpunan bilangan cacah kurang dari 10, maka menyatakan dengan kata-kata yaitu C = { bilangan cacah kurang dari 10}, menyatakan dengan notasi pembentuk himpunan yaitu C = { bilangan cacah} dan menyatakan dengan mendaftar anggota-anggotanya yaitu C = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini hanya ada terdapat variabel tunggal yaitu kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada materi himpunan dengan empat indikator kesulitan belajar yaitu kesulitan belajar fakta, kesulitan belajar konsep, kesulitan belajar prinsip dan kesulitan belajar operasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

(8)

8 deskriptif kualitatif. Karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis tentang kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika siswa pada materi himpunan.

Subjek dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP Negeri 15 Kota Gorontalo pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 sejumlah 75 siswa yang tersebar dalam empat kelas yakni VII1, VII2, VII3, VII4. Karena keterbatasan waktu dan faktor lainnya, maka sumber informasi yang menjadi fokus dalam penelitian ini diambil dengan teknik pengambilan Simple Random Sampling yakni dengan cara merandom keempat kelas tersebut sehingga diperoleh kelas VII2 yang berjumlah 19 siswa sebagai kelas penelitian.

Tabel Subjek penelitian

No Nama siswa

Skor Capaian Jumlah

Skor

1 2 3 4 5

1 Sri Dewanti Ciling 6 14 13 24 6 63

2 Ramona Watty Bakar 4 14 9 20 6 53

3 Vitanisa R Palinto 4 14 7 20 6 51 4 Nurhayati Waluyo 6 14 13 12 6 51 5 Fitri Lamusu 4 14 13 16 4 51 6 Siskawaty Lakoro 2 15 13 12 6 48 7 Rahmawati Djafar 6 13 9 12 6 46 8 Mutiya Lakanarang 6 14 10 12 4 46

9 Sultan K Hairudin Djumura 1 14 6 12 4 37

10 Hendra Hatika 2 12 6 12 4 36

11 Aisyah Fitriana Adam 2 14 13 12 4 45

12 Nur Amar Hasan 2 14 6 0 0 22

13 Farlan R 2 14 6 0 0 22

14 Moh Ruslan 2 13 6 0 0 21

15 Ilham Ismail 1 14 4 0 0 19

16 Rahmat Hiddaya Badu 1 2 9 1 3 16

17 Ismail Suleman 1 12 1 1 1 16

18 Galib Y Kadji 0 4 7 1 1 13

19 Rio Rahman 0 1 7 1 2 11

(9)

9 Penyajian data dalam hal ini peneliti menyajikan data dalam bentuk deskriptif, yang diuraikan pada aspek-aspek yang dinilai dan diamati selama kegiatan penelitian dilakukan. Selanjutnya data di analisis dengan menggunakan analisis persentase. Analisis persentase yang dilakukan yaitu untuk masing-masing soal dan indikator kesulitan belajar. Untuk mengetahui persentase masing-masing soal dan indikator kesulitan belajar dilakukan perhitungan dengan cara sebagai berikut:

Langkah terakhir adalah melakukan penarikan kesimpulan dari berbagai data yang telah diperoleh dan didukung. Data-data yang diperoleh pada saat peneliti mengumpulkan data yang didukung dengan bukti-bukti yang valid, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel, artinya jika data-data yang dikumpul didukung oleh bukti-bukti yang valid.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh rata-rata persentase capaian kemampuan keseluruhan siswa menurut indikator kesulitan belajar siswa yaitu sebagai berikut:

1. Indikator kesulitan belajar fakta

Kelompok siswa berkemampuan tinggi : 71.43% Kelompok siswa berkemampuan sedang : 72.5% Kelompok siswa berkemampuan rendah : 42.5%

Jadi rata-rata persentase capaian kemampuan keseluruhan siswa pada tahap indikator kesulitan belajar fakta ini adalah 62.14%

2. Indikator kesulitan belajar konsep

Kelompok siswa berkemampuan tinggi : 73.82% Kelompok siswa berkemampuan sedang : 43.45% Kelompok siswa berkemampuan rendah : 14.58%

Jadi rata-rata persentase capaian kemampuan keseluruhan siswa pada tahap indikator kesulitan belajar konsep ini adalah 43.95%

3. Indikator kesulitan belajar prinsip

Kelompok siswa berkemampuan tinggi : 89.29% Kelompok siswa berkemampuan sedang : 75%

(10)

10 Kelompok siswa berkemampuan rendah : 40.625%

Jadi rata-rata persentase capaian kemampuan keseluruhan siswa pada tahap indikator kesulitan belajar prinsip ini adalah 68.305%

4. Indikator kesulitan belajar operasi

Kelompok siswa berkemampuan tinggi : 90% Kelompok siswa berkemampuan sedang : 89.30% Kelompok siswa berkemampuan rendah : 53.57%

Jadi rata-rata persentase capaian kemampuan keseluruhan siswa pada tahap indikator kesulitan belajar operasi ini adalah 77.62%

Untuk lebih jelasnya disajikan tabel persentasi capaian kemampuan keseluruhan siswa menurut indikator kesulitan belajar siswa yang dibagi kedalam tiga kelompok sebelumnya yaitu kelompok siswa berkemampuan tinggi, kelompok siswa berkemampuan sedang dan kelompok siswa berkemampuan rendah.

Tabel Persentase Capaian Kemampuan Siswa

No Kelompok

Tahapan

Fakta Konsep Prinsip Operasi

1 Tinggi TSM 70 294 56 49 Capaian skor 55 217 50 44 % 71.43 73.82 89.29 90 2 Sedang TSM 40 168 32 28 Capaian skor 29 73 24 25 % 72.5 43.45 75 89.30 3 Rendah TSM 80 336 64 56 Capaian skor 34 49 26 30 % 42.5 14.58 40.625 53.57 Rata-rata (%) 62.14 43.95 68.305 77.62

(11)

11 Simpulan dan Saran

Klasifikasi kemampuan siswa pada materi himpunan di kelas VII SMP Negeri 15 Kota Gorontalo berdasarkan indikator kesulitan belajar siswa adalah sebagai berikut:

a) Rata-rata persentase capaian kemampuan siswa pada indikator kesulitan belajar fakta adalah 62.14%.

b) Rata-rata persentase capaian kemampuan siswa pada indikator kesulitan belajar konsep adalah 43.95%.

c) Rata-rata persentase capaian kemampuan siswa pada indikator kesulitan belajar prinsip adalah 68.305%.

d) Rata-rata persentase capaian kemampuan siswa pada indikator kesulitan belajar operasi adalah 77.62%.

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan sebelumnya, maka peneliti menyampaikan beberapa saran diantaranya:

a. Untuk siswa diharapkan untuk lebih memperdalam pelajaran matematika khususnya materi himpunan yang diukur pada empat indikator kesulitan belajar siswa. terutama untuk tiga indikator yaitu indikator kesulitan belajar fakta, kesulitan belajar konsep dan kesulitan belajar prinsip karena ketiga indikator tersebut capaian kemampuan siswa secara keseluruhan masih belum maksimal. Selain itu, para siswa diharapkan banyak melatih mengerjakan soal-soal matematika dan harus banyak bertanya jika ada materi yang tidak dipahami.

b. Kepada guru matematika setelah memberikan pelajaran matematika khususnya materi himpunan agar selalu mengadakan tes terhadap pengetahuan dasar materi himpunan yang siswa miliki. Selain itu pula, para guru mata pelajaran matematika diharapkan mampu menerapkan sebuah metode atau strategi mengajar yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa agar para siswa bisa menerima pelajaran dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2012. anak berkesulitan belajar. Rineka Cipta: Jakarta. A.M, Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers: Jakarta. Anna, Lusia Kus. 2012. Banyak siswa tidak lulus ujian Matematika. Dikutip dari http://sains.kompas.com/read/2012/06/02/10035432/Banyak.Siswa.Tak.Lulus.Ujian.Matemati ka pada pukul 21.32 tanggal 9 April 2013.

Candraningrum, Erlina Sari. 2010. Kajian Kesulitan Siswa Dalam Mempelajari Geometri Dimensi Tiga Kelas X Man Yogyakarta I. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta

(12)

12 Hidayati, Fajar. 2010. Kajian Kesulitan Belajar siswa kelas VII SMP Negeri 16 Yogyakarta dalam mempelajari Aljabar. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta

Lababan, Harlina. 2010. Analisis kemampuan siswa dalam menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika: UNG.

Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta. Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Tarsito Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung.

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung.

Tiro, Muhammad Arif. 2010. Cara Efektif Belajar Matematika. Andira Publisher: Makassar Uno, Hamzah B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Bumi Aksara: Jakarta.

Uno, Hamzah B. 2008. Pengantar Teori Belajar dan Pembelajaran. Gorontalo: Nurul Jannah Yunus, Silvani. 2011. Analisis Kemampuan Siswa SMP Dalam Memahami Bangun Segitiga Ditinjau Dari Teuri Van Hiele. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika: UNG.

Gambar

Tabel Subjek penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Table 3.8 merupakan tabel retur yang digunakan Toko Elektronik Atari untuk menyimpan data Retur pembelian. Field Tipe Data Null

[r]

Catatan : Bangunan Ruko Tersebut lebih tinggi dari jalan ± 20 Cm. Selaku Penyetuju Spek Bangunan Selaku

Di zaman sekarang ini setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian, ketrampilan dan juga kreatifitas sebagai nilai jual lebih pada dirinya untuk mendapatkan pekerjaan yang

Lembaga Ombudsman Daerah dibentuk berdasarkan SK (surat keputusan) Governor, dimana lemabaga tersebut adalah lembaga pengawasan masyarakat yang independen dan memiliki

• Produsen yang biaya oportunitasnya kecil memiliki keunggulan komparatif (Petani bangladesh memiliki. keunggulan

– Pencapaian tujuan dengan menggunakan input yang sama untuk menghasilkan output yang lebih besar. – Usaha meminimalisir pemborosan sumber daya dalam

Dalam upaya meningkatkan pembangunan sektor-sektor unggulan ini sehingga mampu menjadi sektor yang strategis dalam pengembangan wilayah, maka tujuan penelitian ini adalah: