• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DALAM PENCAPAIAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE (STUDI KASUS DESA BONE KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AKUNTABILITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DALAM PENCAPAIAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE (STUDI KASUS DESA BONE KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DALAM PENCAPAIAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

(STUDI KASUS DESA BONE KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA)

SKRIPSI

Y U N I T A S A R I NIM: 105731133717

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2022

(2)

ii

KARYA TUGAS AKHIR MAHASISWA

JUDUL PENELITIAN:

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DALAM PENCAPAIAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE (STUDI KASUS DESA BONE KECAMATAN

BAJENG KABUPATEN GOWA)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Oleh:

Y U N I T A S A R I NIM: 105731133717

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Sarjana Akuntansi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2022 M/1443 H

(3)

iii

MOTTO

Berbuat Baiklah Tanpa Henti

Dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun jangan enggan melakukan kebaikan. Karena entah kebaikan yang mana yang akan

mengantarkan kita kepada pintu surga-Nya

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas Ridho-Nya serta karunia-Nya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Alhamdulillahi Rabbil’alamin

Skripsi ini sebagai persembahan kecil untuk kedua orang tuaku tercinta karena doanya yang tidak pernah henti hingga sekarang, dan orang-orang yang saya

sayangi serta almamater biru yang saya banggakan

PESAN DAN KESAN

Tidak ada keberhasilan yang mudah, tapi juga tidak ada kerja keras yang sia-sia

(4)

iv

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin No. 295 gedung iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866972 Makassar

HALAMAN PERSETUJUAN Judul Penelitian :

Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Pencapaian Good Government Governance (Studi Kasus Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa)

Nama Mahasiswa : Yunitasari No. Stambuk/ NIM : 105731133717 Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Menyatakan bahwa penelitian ini telah diperiksa, dan diujikan didepan pengujian skripsi strata (S1) pada tanggal 29 Januari 2022 di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 27 Jumadil Akhir 1443 H 29 Januari 2022 M Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Wa Ode Rayyani, SE.,M.Si.Ak.CA Sahrullah, SE.,M.Ak NIDN 0909047902 NIDN 0930108804

Mengetahui

Dekan Ketua Program Studi Akuntansi

Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si Mira, SE., M.AK NIDN 0902116603 NIDN 0903038803

(5)

v

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin No. 295 gedung iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866972 Makassar

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi atas Nama :Yunitasari, Nim: 105731133717 diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi berdasarkan Surat Keputusan Rektor Nomor : 0003/SK-Y/62201/091004/2022 M, tanggal 27 Jumadil Akhir 1443/ 29 Januari 2022 M. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar SARJANA AKUNTANSI pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 27 Jumadil Akhir 1443 H 29 Januari 2022 M PANITIA UJIAN

a. Pengawas Umum : Prof. Dr. H, Ambo Asse, M.Ag (………) (Rektor Unismuh Makassar)

b. Ketua : Dr. H. Andi Jam’an, SE.,M.Si (………) (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)

c. Sekretaris : Agusdiwana Suarni, SE., M.ACC (………) (Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis)

d. Penguji : 1. Dr. Agus Salim HR, SE., MM (………) 2. Abd. Salam HB, SE.,M.Si.Ak.CA.CSP (………)

3. Sahrullah, SE., M.Ak (………)

4. Saida Said, SE., M.Ak (………)

Disahkan Oleh,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si NBM 6510919118704 507

(6)

vi Makassar

SURAT PERNYATAAN KEABSAHAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama Mahasiswa : Yunitasari No. Stambuk/ NIM : 105731133717 Program Studi : Akuntansi

Judul Penelitian : Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Pencapaian Good Government Governance (Studi Kasus Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa)

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apa bila pernyataan ini tidak benar

Makassar,27 Jumadil Akhir 1443 H 29 Januari 2022 M

Yang Membuat Penyataan

YUNITASARI NIM 105731133717

Diketahui Oleh:

Dekan Ketua Program Studi

Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si Mira, SE., M.AK

NBM: 651 507 NBM: 1286844

Materai 10.000

(7)

vii

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya.

Shalawat dan salam tak lupa pula penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul

“Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi dana Desa (ADD) Dalam Pencapaian Good Government Governance (Studi Kasus Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa)”.

Skripsi yang penulis susun ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Bapak Alm. Abdul Latif dan ibu Hj. Manurung yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa yang tulus tanpa pamrih. Dan saudara-saudariku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, serta dukungan baik materi maupun moral, dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

(8)

viii

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Mira, SE., M.Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Wa Ode Rayyani, SE.M.Si.Ak.CA, selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik.

5. Bapak Sahrullah, SE.,M.Ak, selaku pembimbing II yang telah berkenan membantu dan meluangkan waktunya selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan Asisten/Konsultan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah, banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staff dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi angkatan 2017 terkhusus teman kelas Akuntansi 17H dan Akuntansi Sektor Publik 3 yang selalu belajar bersama baik offline maupun online yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

9. Kepala Desa dan segenap Perangkat Desa yang ada di Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa yang dengan senang hati menerima penulis untuk melakukan kegiatan penelitian ini.

(9)

ix

11. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaraan, motivasi, serta dukungannya sehingga penulis dapat meranmpungkan penulisan skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada almamater tercinta Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh.

Makassar, 21 September 2021

Penulis

Yunitasari

(10)

x

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa). Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Wa Ode Rayyani dan Pembimbing II Sahrullah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dalam encpaian Good Government Governance. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sumber data yang diolah merupakan sumber data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Desa Bone dalam mengelola Alokasi dana Desa (ADD) sudah Akuntabel dalam pencapaian Good Government Governance di dukung dengan prinsip transparansi dan prinsip partisipasi. Hal ini diketahui bahwa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa mulai pada tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban sudah sesuai dengan Permendagri 20 Tahun 2018.

Kata Kunci : Akuntabilitas, Alokasi Dana Desa, Good Government Governance

(11)

xi

Bajeng District, Gowa Regency). Thesis of Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by Supervisor I Wa Ode Rayyani and Supervisor II Sahrullah.

This study aims to determine the accountability of village fund allocation management in Bone Village, Bajeng District, Gowa Regency in achieving Good Government Governance. The type of research used is qualitative research with a descriptive approach. Sources of processed data are primary data sources and secondary data.

The results showed that the Bone Village Government in managing the Village Fund Allocation (ADD) was already accountable in the implementation of Good Government Governance supported by the principle of transparency and the principle of participation. It is known that in managing the Village Fund Allocation starting from the planning, implementation, reporting and accountability stages, it is in accordance with Permendagri 20 of 2018.

Keywords: Accountability, Allocation of Village Funds, Good Government Governance

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ...ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iv

HALAMAN PENGESAHAN ...v

SURAT PERNYATAAN ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

ABSTRAK ...x

ABSTRACT ...xi

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7

A. Landasan Teori ...7

1. Desa ...7

2. Pemerintahan Desa ...8

3. Alokasi Dana Desa (ADD) ...10

4. Pengelolaan Alokasi Dana Desa ...13

5. Akuntabilitas ...16

(13)

xiii

6. Good Government Governance ...20

B. Tinjauan Empiris ...23

C. Alur Pikir Penelitian ...30

BAB III METODE PENELITIAN ...33

A. Jenis Penelitian ...33

B. Fokus Penelitian ...33

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...34

D. Sumber Data ...34

E. Metode Pengumpulan Data ...35

F. Instrumen Penelitian ...36

G. Metode Analisis Data ...36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...38

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...38

1. Deskripsi Wilayah Penelitian ...38

2. Tingkat Ekonomi ...40

3. Struktur Pemerintahan Organisasi Desa Bone ...41

B. Hasil Penelitian ...47

1. Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) ...47

a. Perencanaan Alokasi Dana Desa (ADD) ...48

b. Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) ...51

c. Penatausahaan Alokasi Dana Desa (ADD) ...53

d. Pelaporan Alokasi Dana Desa (ADD) ...55

e. Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa (ADD) ...56

C. Pembahasan ...58

1. Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) ...58

2. Perencanaan Alokasi Dana Desa (ADD)...59

3. Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) ...59

(14)

xiv

4. Penatausahaan Alokasi Dana Desa (ADD) ...60

5. Pelaporan Alokasi Dana Desa (ADD) ...61

6. Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa (ADD) ...61

BAB V PENUTUP ...63

A. Simpulan ...63

B. Saran ...63

DAFTAR PUSTAKA ...65

LAMPIRAN ...67

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... … 24 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk berdasarkan jumlah KK . .………..40 Tabel 4.2 Sumber penghasilan masyarakat Desa Bone………..40

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Alur Pikir Penelitian ... … 30 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Desa Bone……….41

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah desa dipandang mampu melihat kondisi daerahnya sendiri, baik potensi sumber daya yang dimiliki, sarana dan prasarana yang dibutuhkan serta hal-hal lainnya untuk memaksimalkan pembangunan desa melalui potensi desanya. Pemerintah mengalokasikan dana desa dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) bagi desa melalui transfer Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota yaitu dalam bentuk Alokasi Dana Desa (ADD). ADD merupakan dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk desa yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota, dengan tujuan untuk membiayai program pemerintahan desa dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, pemerintahan, dan pemberdayaan masyarakat desa.

Sehubungan dengan diterimanya Alokasi Dana Desa (ADD), maka pemerintah desa dituntut untuk mengelola ADD dengan efektif dan akuntabel. Efektif yang dimaksud adalah sejauh mana target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh pemerintah desa dalam pemanfaatan ADD. Sedangkan akuntabel yang dimaksud adalah tingkat transparansi dari keberhasilan atau kegagalan yang dicapai oleh pemerintah desa dalam pemanfaatan ADD.

Alokasi Dana Desa yang diterima oleh pemeritah desa mengalami peningkatan yang cukup besar di setiap tahunnya. Adanya peningkatan

(18)

tersebut, dalam pengelolaan ADD di desa akan ada pertanggungjawaban yang cukup besar ditanggung oleh pemerintah desa. Karena itu, untuk menghindari terjadinya penyelewengan dalam pengelolaan keuangan desa dan agar pengelolaan alokasi dana desa semakin akuntabel, maka diperlukan mekanisme alokasi dana desa sesuai dengan Permendagri No.

20 Tahun 2018 yang merupakan keseluruhan kegiatan meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan hingga pertanggungjawaban. Dalam pengelolaan keuangan desa terkhusus pada alokasi dana desa mampu menerapkan prinsip akuntabilitas yang dilakukan oleh tim pelaksana yang dibentuk masing-masing desa mengingat masih lemahnya sistem akuntabilitas yang dapat berisiko menimbulkan kecurangan sehingga perlu adanya suatu tata kelola pemerintahan yang baik (good government governance).

Penerapan good government governance sangat penting dilakukan melihat banyaknya tekanan yang dituntut oleh masyarakat terhadap pemerintahan guna melaksanakan kegiatan penyelenggaraan yang efektif, sehingga pemerintah dalam mengatasi tuntutan-tuntutan dari masyarakat perlu membangun tata kelola pemerintahan yang baik. Oleh sebab itu, pengelolaan ADD harus memenuhi kaidah good governance yang menjadi pedoman dalam tata kelola pemerintahan, baik buruknya pemerintahan bisa dinilai bila telah memenuhi prinsip dari good government governance.

Menurut Kaur Keuangan desa Bone, fenomena terjadi setelah diterapkannya UU Desa tentang pengelolaan keuangan desa dimana peraturan desa dari permendagri berubah-ubah dalam waktu yang singkat sehingga dalam penerapan UU desa tidak berjalan secara efektif dan efisien.

(19)

Sedangkan dalam proses penerapannya membutuhkan waktu yang lama karena SDM-nya relatif rendah dan membutuhkan pelatihan-pelatihan yang memakan waktu karena perangkat desa sangat banyak mulai dari kaur keuangan, kaur administrasi, kasi pemerintah, kasi pembangunan dan lainnya. Oleh karena itu, jika pemerintah tidak cepat tanggap dan menerapkan good government governance sesuai prinsip, maka semua rencana pemerintah desa tidak akan berjalan efektif dan efisien.

Penelitian terdahulu mengenai Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dilihat dari aspek Akuntabilitas pada Desa Tangkan Kec. Awang Kab. Barito Timur dilakukan oleh Shinta Gloria Gunawan, Wahyu Subadi, dan Heni Supardi (2020). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk pengelolaan ADD pada Desa Tangkan sudah akuntabel, dari akuntabilitas untuk Posyandu dan PKK masih belum akuntabel. Hasil penelitian tersebut berbanding terbalik dari penelitian yang dilakukan oleh Meyla Dwi Pangesti dan Ardiani Ika S. (2020) menunjukkan bahwa pengelolaan ADD mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban di Desa Mranggen sudah baik dan sesuai dengan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Dalam pengelolaan ADD di Desa Mranggen sudah menerapkan prinsip akuntabilitas yang didukung prinsip partisipasi dan transparansi.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Pancawati Hardiningsih, Rachmawati Meita Oktaviani, Ceacilia Srimindarti (2019) menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan desa pada tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban belum sepenuhnya berjalan baik sesuai Permendagri No.113 tahun 2014 dan Perbup Pemalang

(20)

No. 58 tahun 2015. Hasil pengelolaan ADD Kab. Pemalang belum sepenuhnya mengimplementasikan prinsip good government governance dalam bentuk transparansi dan akuntabilitas karena banyak aparat desa sudah purna tugas bahkan pindah tugas sehingga yang terjadi adalah rangkap jabatan. namun secara rutin ditindak lanjuti audit dari inspektorat untuk menjaga kualitas laporan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas serta hasil-hasil dari penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana akuntabilitas pengelolaan ADD di Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban sehingga dapat menciptakan good government governance. Maka peneliti akan mengangkat judul yaitu “Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Pencapaian Good Government Governance (Studi Kasus Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah pada penilitian ini adalah bagaimanakah akuntabilitas pengelolaan ADD di Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dalam pencapaian good government governance ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang diuraikan diatas, tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana akuntabilitas pengelolaan ADD di Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dalam pencapaian good government governance.

(21)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan manfaat untuk :

1. Manfaat teoritis

Untuk memberikan wawasan yang luas bagi para akademisi dimana dapat mengetahui tata kelola alokasi dana desa dengan baik dan dapat memberikan pengembangan konsep terhadap pemberian kebijakan, sehingga dalam penerapannya tidak adanya perbedaan pandangan antara pemerintah pusat, daerah, desa serta masyarakat.

2. Manfaat praktis

Hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis yang berguna bagi berbagai pihak, yaitu :

a. Bagi Pemerintah

Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai gambaran tentang akuntabilitas pengelolaan ADD khususnya di Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa sebagai bahan evaluasi atau masukan bagi pemerintah.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau referensi maupun bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya untuk mengembangkan pengetahuan dalam menganalisa penelitian mengenai akuntabilitas pengelolaan ADD dalam pencapaian good government governance.

(22)

c. Bagi Masyarakat Desa Bone

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan untuk memperkaya wawasan masyarakat desa mengenai pengelolaan ADD sehingga masyarakat desa dapat berpartisipasi dalam mensukseskan pelaksanaan ADD.

(23)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia). Undang-undang ini mengatur suatu desa untuk bisa mengatur pemerintahannya dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.

(Andriawan, 2020) menyatakan desa memiliki kewenangan dibidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pemberdayaan masyarakat desa serta pembinaan kemasyarakatan desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat desa. Undang- Undang No. 6 Tahun 2014 menyebutkan kewenangan desa yaitu:

1) Kewenangan berdasarkan hak asal-usul 2) Kewenangan lokal berskala desa

3) Kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota

(24)

4) Kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten atau kota sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undang.

Lebih jauh (Prandara, 2020) mengungkapkan bahwa desa memiliki hak dan kewajiban yang tertuang dalam UU No. 6 Tahun 2014, yaitu.

Desa berhak:

1) Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul, adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat desa 2) Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa

3) Mendapatkan sumber pendaptan Desa berkewajiban:

1) Melindungi dan menjaga persatuan, keutuhan, serta kerukunan masyarakat desa dalam rangka menjaga keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

2) Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa 3) Mengembangkan kehidupan demokrasi

4) Mengembangkan pemberdayaan masyarakat desa

5) Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa

2. Pemerintahan Desa

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Pasal 1 tentang Desa, menyatakan bahwa Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa

(25)

sebagai penyelenggara pemerintahan dilaksanakan kepala desa yang dibantu oleh perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Perangkat desa ialah warga desa yang diangkat oleh kepala desa yang memenuhi persyaratan umum dan khusus kemudian di konsultasikan kepada camat atas nama bupati atau walikota untuk sah dijadikan aparatur desa.

Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa Kepala desa memiliki tugas untuk menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya, kepala desa memiliki wewenang sebagai berikut:

1) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa 2) Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa

3) Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa 4) Menetapkan peraturan desa

5) Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) 6) Membina kehidupan masyarakat desa

7) Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa

8) Membina dan meningkatkan perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa

9) Mengembangkan sumber pendapatan desa

10) Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejaahteraan masyarakat desa

11) Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa

(26)

12) Memanfaatkan teknologi tepat waktu

13) Mengoordinasikan pembanguna desa secara partisipatif

14) Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya

15) Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Adapun hak kepala desa dalam menjalankan tugasnya, yaitu:

1) Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja pemerintahan desa 2) Mengajukan rancangan dan menetapkan peraturan desa

3) Menerima penghasilan tetap (gaji) setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan 4) Mendapatkan perlindungan hukum atas kebijakan yang

dilaksanakan

5) Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat desa.

Kepala desa dalam melaksanakan tugasnya, bertanggungjawab memimpin dan mengoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.

3. Alokasi Dana Desa (ADD)

Alokasi Dana Desa (ADD) adalah bagian keuangan desa yang diperolah dari bagi hasil pajak daerah dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten sebesar paling sedikit 10% (sepuluh persen) untuk desa. Dana perimbangan pusat dan daerah dimaksud yaitu dana yang terdiri dari

(27)

dana bagi hasil pajak dan sumber daya alam ditambah Dana Alokasi Umum (DAU) setelah dikurangi belanja pegawai. Seluruh kegiatan yang berasal dari anggrana alokasi dana desa direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh masyarakat desa (Karimah, Saleh, & Wanusmawatie, 2014).

Karisma 2013 dalam (Malumperas, Manossoh, & Pangerapan, 2021) menyatakan bahwa alokasi dana desa merupakan dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten atau kota untuk desa yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten atau kota, yang dimaksudkan untuk membiayai program pemerintahan desa dalam melaksanakan kegiatan pembagunan, pemerintahan, dan pemberdayaan masyarakat desa dengan meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai potensi desa dalam meningkatkan pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja untuk mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat. Bagian dari ADD yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah desa yaitu :

1. Paling banyak 30% (tiga puluh persen) untuk pemerintah dan Badan Permusyawaratan Rakyat (BPD). Penggunaan alokasi dana desa 30% dari anggaran pendapatan dan belanja desa digunakan untuk biaya operasional pemerintah desa pada pos-pos anggaran yang menyangkut honorarium pemerintah desa seperti honorarium kepala desa, honorarium sekretariat desa yang terdiri atas

(28)

sekretaris desa, Kaur Keuangan, kepala seksi, kepala urusan dan kepala dusun, serta honorarium BPD

2. Paling sedikit 70% (tujuh puluh persen) untuk pemberdayaan masyarakat dan pembangunan. Pemberdayaan masyarakat desa sebesar 70% untuk penggunaan sarana dan prasarana ekonomi desa, pemberdayaan di bidang pendidikan dan kesehatan, pemberdayaan ekonomi masyarakat dan bantuan keuangan kepada lembaga masyarakat desa.

Sebagaimana tercantum dalam UU No. 6 Tahun 2014 menegaskan bahwa Alokasi dana desa (ADD) adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk mebiayai penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari ADD berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 sebagai berikut:

1. Meningkatkan penyelenggaraan pemeritah desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangan.

2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa.

3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa

4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat desa.

(29)

5. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.

6. Meningkatkan pembangunan infrastruktur.

7. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial.

8. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Adapun mekanisme penyaluran alokasi dana desa adalah sebagai berikut:

1. Kepala Desa, menyampaikan dokumen persyaratan penyaluran kepada bupati/wali kota: menyampaikan perubahan atau pergantian rekening desa, menyampaikan APBDes, laporan penyerapan dan capaian output, dan menyampaikan lembar konfirmasi penerimaan dana pada RKD.

2. Bupati/wali kota, melakukan verifikasi kesesuaian dokumen persyaratan penyaluran dari desa, kemudian menyampaikan kepada KPPN.

3. KPPN, menerima kelengkapan dokumen penyaluran, kemudian melakukan penyaluran (Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan).

4. Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian dari pengelolaan keuangan desa. Pengelolaan ADD dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dibidang pengelolaan keuangan desa. Berdasarkan Permendagri No. 20 Tahun 2018, pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan

(30)

pertanggungjawaban keuangan desa. Pengelolaan keuangan desa dilakukan dengan basis kas yaitu dengan melakukan pencatatan transaksi pada saat kas diterima atau dikeluarkan dari rekening kas desa.

Keuangan desa dikelola berdasarkan praktik-praktik pemerintahan yang baik. Adapun asas-asas dalam pengelolaan keuangan desa sebagai berikut:

1) Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa. Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya. Pengelolaan tersebut dipercayakan dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang- undangan;

2) Akuntabel merupakan perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Asas ini menentukan bahwa setiap anggaran kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, mulai dari proses perencanaan hingga pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3) Partisipatif merupakan penyelenggaraan pemerintahan desa yang mengikutsertakan keterlibatan masyarakat baik secara langsung

(31)

maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya.

4) Tertib dan disiplin anggaran yaitu anggaran harus dlaksanakan secara konsisten dengan pencatatan atas penggunaannya sesuai dengan peraturan yang melandasinya.. Beberapa disiplin anggaran yang harus diperhatikan dalam Pengelolaan Keuangan Desa, sebagai berikut:

a) Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan pada pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.

b) Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum atau tidak tersedia anggarannya dalam APBD/APBD-Perubahan.

c) Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBDesa dan dilakukan melalui Rekening Kas Desa (BPKP, 2015).

Lebih jauh (Safitri & Fathah, 2018) Mengemukakan tahapan pengelolaan ADD yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, sebagai berikut :

1. Tahap perencanaan ADD dimulai dari Kepala Desa selaku penanggungjawab ADD melakukan rencana penggunaan ADD dalam musyawarah desa yang dihadiri oleh unsur pemerintah desa,

(32)

lembaga kemasyarakatan desa, badan permusyawaratan desa dan tokoh masyarakat, hasil dari musyawarah desa dituangkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes).

2. Tahap pelaksanaan ADD, sebagaimana pelaksanaan kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari ADD ditetapkan dalam APBDes.

3. Tahap Pertanggungjawaban ADD terintegrasi dalam pertanggungjawaban APBDes, dimana perangkat desa dalam melaksanakan pengelolaan ADD wajib melaporkan pelaksanaan ADD berupa laporan pertanggungjaawaban keuangan desa, laporan berkala serta laporan akhir ADD.

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas sebagai prinsip utama good government governance berkaitan dengan pertanggungjawaban pemerintah atas keputusan dan hasil yang dicapai, sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan dalam pelaksanaan tanggungjawab pemerintahan. Mardiasmo, 2014 dalam (Prandara, 2020) mengartikan akuntabilitas sebagai kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/pimpinan kolektif suatu organinsasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan berupa hasil laporan dengan prinsip bahwa setiap kegiatan pengelolaan keuangan desa yang harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan hingga pelaksanaannya dan merupakan hal yang penting untuk menjamin nilai-

(33)

nilai seperti efisiensi, efektifitas, reliabilitas dalam pelaporan keuangan desa.

Pemerintah pusat ataupun daerah harus dapat menjadi subjek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik yaitu hak untuk tahu, hak untuk diberi informasi, dan hak untuk didengar aspirasinya. Dalam pelaksanaan akuntabilitas dilingkungan instansi pemerintah, terdapat beberapa prinsip yang mendasarinya (Hamid, 2016) sebagai berikut:

1) Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.

2) Harus merupakan sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

3) Berorientasi pada pencapaian visi dan misi yang telah dibuat serta hasil dan manfaat yang diperoleh.

4) Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan

5) Harus dilaksanakan dengan jujur, objektif, transparan, akurat serta inovatif.

Akuntabilitas memiliki kewajiban dan kewenangan dalam melaporkan segala bentuk kegiatan, akuntabilitas tumbuh pada lingkungan yang mengutamakan keterbukaan sebagai landasan pertanggungjawaban.

Sementara itu Sumarto, 2003 dalam (Bolang, 2014) menjelaskan bahwa prinsip akuntabilitas merupakan suatu keadaan atau situasi

(34)

dimana penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan dihadapan publik secara administratif ataupun secara politik, baik dari segi pengambilan kebijakan, pelaksanaan, hingga pelaporan dari sebuah kebijakan. Sedangkan untuk aspek akuntabilitas memungkinkan publik untuk mengukur berhasil tidaknya pelaksanaan sebuah kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Menurut Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, terdapat beberapa indikator dalam akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan

1) Perencanaan pengelolaan keuangan desa di anggarkan dalam APB Desa.

2) Sekretaris desa mengoordinasikan penyusunan rancangan APB Desa berdasarkan RKP Desa tahun berkenaan.

3) Sekretaris desa menyampaikan rancangan peraturan desa tentang APB Desa kepada Kepala Desa.

4) Rancangan peraturan desa tentang APB Desa disampaikan Kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama dalam musyawarah BPD paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.

b. Tahap pelaksanaan

1) Segala bentuk penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.

2) Rekening kas desa dilaporkan kepala desa kepada Bupati/Wali Kota.

(35)

3) Bupati/Wali Kota kepada Gubernur melaporkan daftar nomor rekening kas desa untuk pengendalian penyaluran dana transfer.

4) Kaur keuangan mencatat pengeluaran anggaran kedalam buku kas umum dan buku pembantu panjar.

5) Kaur dan Kasi pelaksana kegiatan anggaran wajib menyampaikan laporan akhir realisasi pelaksanaan kegiatan dan anggaran kepada Kepala Desa paling lambat 7 (tujuh) hari sejak seluruh kegiatan selesai.

c. Tahap penatausahaan

1) Penatausahaan keuangan dilakukan oleh kaur keuangan sebagai pelaksana fungsi kebendaharaan.

2) Penatausahaan dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas umum.

3) Pencatatan pada buku kas umum ditutup setiap akhir bulan.

4) Kaur keuangan wajib membuat buku pembantu kas umum yang terdiri atas :

a) Buku pembantu bank, merupakan catatan penerimaan dan pengeluaran melalui rekening kas desa.

b) Buku pembantu pajak, merupakan catatan penerimaan potongan pajak dan pengeluaran setoran pajak.

c) Buku pembantu panjar, merupakan catatan pemberian dan pertanggungjawaban uang panjar.

d. Tahap pelaporan

(36)

1) Kepala desa menyampaikan laporan pelaksanaan APB Desa semester pertama kepada Bupati/Wali Kota melalui camat.

2) Laporan semester pertama berupa laporan pelaksanaan APB Desa dan Laporan realisasi kegiatan.

3) Kepala Desa menyusun laporan dengan cara menggabungkan seluruh laporan paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun berjalan.

4) Bupati/Wali Kota menyampaikan laporan konsolidasi pelaksanaan APB Desa kepada menteri paling lambat minggu kedua Bulan Agustus tahun berjalan.

e. Tahap pertanggungjawaban

1) Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa kepada Bupati/Wali Kota melalui camat setiap akhir tahun anggaran.

2) Laporan pertanggungjawaban disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.

3) Laporan pertanggungjawaban terdiri atas laporan keuangan, laporan realisasi kegiatan, dan daftar program sektoral, program daerah dan program lainnya yang masuk ke desa.

6. Good Government Governance

(Hamid, 2016) mengartikan governance secara umum sebagai kualitas hubungan antara pemerintah dan masyarakat yang dilayani serta dilindunginya, private sectors (sektor swasta atau dunia usaha) dan society (masyarakat). Jadi, good governance adalah suatu proses

(37)

tata kelola yang baik, dengan melibatkan stakeholders terhadap berbagai kegiatan perekonomian, sosial politik dan pemanfaatan berbagai sumber daya seperti sumber daya alam, keuangan, serta manusia bagi kepentingan rakyat yang dilaksanakan dengan menganut asas pemerataan, persamaan, keadilan, efisiensi dan akuntabilitas.

World bank mendefinisikan governance sebagai cara pemerintah mengelola sumber daya ekonomi dan sosial untuk kepentingan pembangunan masyarakat, sedangkan pada good governance didefinisikan sebagai suatu penyelenggara manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan kerangka politik bagi tumbuhnya aktivitas usaha (Mardiasmo, 2002).

Good governance mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan bersama.

Sedangkan Good Government merupakan seperangkat yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang bekaitan dengan hak-hak atau kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

Berdasarkan pengertian good governance dan good government, maka good government governance adalah suatu penyelenggara manajemen pembangunan yang bertanggungjawab yang sejalan

(38)

dengan prinsip demokrasi, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi dengan menggunakan seperangkat aturan Negara yang diciptakan oleh pemerintah Negara dan kepentingan masyarakat.

Lebih jauh United Nation Development Programme dalam (Mardiasmo, 2002) menyatakan bahwa terdapat sembilan prinsip yang perlu diperhatikan dalam pencapaian good government governance.

Dari kesembilan prinsip tersebut ada tiga prinsip utama yang melandasi good government governance yaitu :

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas artinya para pengambil keputusan di pemerintahan, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat, bertanggungjawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Akuntabilitas merupakan sebuah kewajiban melaporkan dan bertanggungjawab atas keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Transparansi

Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas artinya seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat di mengerti dan dipantau. Transparansi berarti adanya keterbukaan terhadap publik sehingga dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan mengenai kebijakan pemerintah dan organisasi badan usaha, terutama para

(39)

pemberi pelayanan publik. Organisasi publik yang bergerak atas nama publik mengharuskan adanya keterbukaan agar dapat menilai kinerja pelayanan yang diberikan. Dengan ini akan terlihat bagaimana suatu sistem yang berjalan dalam organisasi tersebut.

3. Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat artinya semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga-lembaga perwakilan yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat.

Partisipasi masyarakat dapat mendukung tugas pemerintah untuk mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat, mengatur agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program- program sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat (Kurrohman, 2015).

Good government governance merupakan kebutuhan mutlak mayoritas rakyat demi terciptanya suatu sistem pemerintahan yang lebih berpihak kepada kepentingan rakyat. Dengan mewujudkan good government governance berarti terciptanya suatau layanan publik atau tata kelola pemerintahan yang bersih dan akuntabel.

B. Tinjauan Empiris

Berdasarkan penelitian terdahulu, Penulis mengutip informasi dari beberapa penelitian yang berkaitan dengan akuntabilitas pengelolaan ADD

(40)

yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian terdahulu yang akan menjadi rujukan penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Metodologi Hasil 1. Teti Anggita

Safitri, Rigel Nurul Fathah (2018)

Pengelolaan

Alokasi Dana Desa dalam Mewujudkan Good Governance

Metode kualitatif

dengan analisis deskriptif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

1) Sistem pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Sardonoharjo telah menerapkan prinsip-prinsip good governance.

2) Tahapan pengelolaan Alokasi Dana Desa menerapkan perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban administrasi terkendala dengan keterlambatan laporan dari pendukuhan dan pihak desa sedikit

kesulitan dalam

menerapkan Sistem

Keuangan Desa

(SISKEUDUS).

3) Pengukuran kinerja keuangan desa di Desa Sardonoharjo didasarkan pada tingkat efektivitasnya yaitu sebesar 97% yang berarti efektif.

2. Rosalina Ghazali, Muhammad Fahmi, Taufik Katiallo (2018)

Analisis

Pertanggungjawab an Alokasi Dana Desa dengan Pendekatan Good Governance pada Desa Talang Buluh Kabupaten

Banyuasin

Metode kualitatif

dengan analisis deskriptif

Hasil analisis menunjukkan belum diberlakukannya pertanggungjawaban alokasi dana anggaran dengan pendekatan good governance menurut Permendagri Nomor 37 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengelolaan keuangan Desa pada Desa Talang Buluh Kabupaten Banyuasin.

3. Pancawati Hardiningsih, Rachmawati Meita Oktaviani,

Akuntabilitas Pengelolaan

Alokasi Dana Desa Menuju Good Government

Metode kualitatif

dengan analisis deskriptif

Menunjukkan bahwa

pengelolaan keuangan desa pada tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, dan

(41)

Ceacilia Srimindarti (2019)

Governance pertanggungjawaban belum

sepenuhnya berjalan baik sesuai Permendagri No.113 tahun 2014 dan Perbup Pemalang No. 58 tahun 2015.

Hasil pengelolaan alokasi dana desa kab. pemalang

belum sepenuhnya

mengimplementasikan prinsip

Good Government

Governance dalam bentuk transparansi dan akuntabilitas karena banyak aparat desa sudah purna tugas bahkan pindah tugas sehingga yang terjadi adalah rangkap jabatan.

namun secara rutin ditindak lanjuti audit dari inspektorat untuk menjaga kualitas laporan.

4. Razi Apriansyah Mustaram, Nining Sudiyarti, Zuhra Kumala (2020)

Analisis Penerapan Prinsip Good Government

Governance dalam Pengelolaan

Keuangan Desa di

Desa Poto

Kecamatan Moyo Hilir

Metode kualitatif

Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan prinsip good government governance ini telah diterapkan oleh pemerintah Desa Poto, namun tidak semua prinsip dari good government governance sudah diterapkan sepenuhnya.

Prinsip good government governance yang telah diterapkan yaitu prinsip tegaknya supremasi hukum, perduli kepada masyarakat, berorientasi terhadap consensus, efektif dan efisien, prinsip fairness. Sedangkan prinsip yang belum sepenuhnya diterapkan yaitu prinsip partisipasi, transparansi, responsibilitas dan prinsip akuntabilitas.

5. Christa Yunnita Garung, Linda Lomi Ga (2020)

Pengaruh

Akuntabilitas dan Transparansi Terhadap Pengelolaan

Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Pencapaian Good Governance Pada

Metode kuantitatif

Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa : 1) Akuntabilitas berpengaruh

terhadap pengelolaan ADD dalam pencapaian good governance pada Desa Manulea, dibuktikan

dengan adanya

pertanggungjawaban dalam

(42)

Desa Manulea Kecamatan

Sasitamean Kabupaten Malaka

laporan

pertanggungjawaban yang disajikan dengan bukti-bukti yang mendukung.

2) Transparansi berpengaruh terhadap pengelolaan ADD dalam pencapaian good governance pada Desa Manulea dibuktikan dengan adanya keterbukaan secara transparan terhadap masyarakat maupun pihak lain yang membutuhkan.

3) Akuntabilitas dan transparansi secara simultan berpengaruh terhadap pengelolaan ADD dalam pencapaian good governance pada Desa

Manulea sudah

menunjukkan pelaksanaan yang akuntabel dan transparan dilihat dari pelaporan

pertanggungjawaban

APBDes karena

pengelolaan ADD

digunakan untuk

meningkatkan pelayanan dan upaya pemberdayaan masyarakat desa.

6. Meyla Dwi Pangesti dan Ardiani Ika S.

(2020)

Akuntabilitas Pengelolaan

Alokasi Dana Desa (Studi Kasus Desa Mranggen

Kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak)

Metode kualitatif

dengan analisis deskriptif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan ADD mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, dan

pertanggungjawaban di Desa Mranggen sudah baik dan sesuai dengan perundang- undangan dan ketentuan yang berlaku. Dalam pengelolaan ADD sudah menerapkan prinsip akuntabilitas yang didukung prinsip partisipasi dan transparansi. Terlihat pada proses perencanaan ADD di Desa Mranggen dengan keikutsertaan masyarakat yang antusias dalam musyawarah desa.

Sedangkan pada tahap

(43)

pelaksanaan ADD terlihat dengan adanya pelaporan disetiap kegiatan pelaksanaan ADD. Untuk pelaporan pertanggungjawaban

keuangan Desa Mranggen melalui Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) secara online.

7. Shinta Gloria Gunawan, Wahyu Subadi, dan Heni Supardi (2020)

Pengelolaan

Alokasi Dana Desa Dilihat dari Aspek Akuntabilitas Pada Desa Tangkan Kecamatan Awang Kabupaten Barito Timur

Metode kualitatif

dengan analisis deskriptif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk pengelolaan ADD di Desa Tangkan sudah akuntabel.

Pada akuntabilitas untuk Posyandu dan PKK masih belum akuntabel dan sangat diperlukan bimbingan dari aparat desa dalam pelaporan dan tepat waktu dalam mengumpulkan pelaporan.

Sedangkan faktor penghambat yaitu kurangnya kemampuan sumber daya untuk melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya, hal ini dapat dilihat dari kurangnya kemampuan dari PKK dan Posyandu yang masih kurang dalam membuat pertanggungjawaban

pelaporan.

8. Desi Susilawati, Parwoto, Puspita Dewi Wulaningrum

, Tri

Wijayanto (2020)

Good Governance Aloksi Dana Desa (ADD) : Peran Perangkat dan Akuntabilitas Publik Suatu Analisis di Desa Tirtomartani Kecamatan

Kalasan

Metode kualitatif

dengan analisis deskriptif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

1) Tahap perencanaan ADD pada Desa Tirtomartani telah menerapkan prinsip partisipasi dan transparansi dengan baik.

2) Tahap pelaksanaan program ADD di Desa Tirtomartani telah menerapkan prinsip transparansi dan akuntabel.

3) Pertanggungjawaban APBDes ADD pada Dsa Tirtomartani berupa

dokumen laporan

pertanggungjawaban atau laporan realisasi

(44)

penggunaan dana masih terkendala waktu yang belum tepat.

9. Lulut Agus Riyanto, Afifuddin, dan Roni Pindahanto Widodo (2021)

Akuntabilitas dan Transparansi Pemerintah Desa Terhadap Alokasi Dana Desa dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus di Kantor Pemerintah Desa Bendoroto,

Kecamatan Munjungan)

Metode kualitatif

dengan analisis deskriptif

Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa pemerintah Desa Bendoro dalam pengelolaan ADD sudah dilaksanakan sesuai ketentuan dan format dari pemerintah pusat. Pemerintah desa dalam menunjang pelaporan yang valid menggunakan pelaporan aplikasi Siskeudes dan ditahap realisasi dari anggaran dana desa sudah sesuai prioritas yang dibutuhkan dan berdampak langsung ke

kemajuan maupun

kesejahteraan masyarakat Desa Bendoroto. Hal ini menun jukkan pemerintah Desa Bendoroto sudah memenuhi prasarat tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

10. Michael Hardi Jani Malumperas, Hendrik Manossoh, dan Sonny Pangerapan (2021)

Akuntabilitas Pengelolaan ADD (Studi kasus di Desa Bowongkali, Kecamatan

Tabukan Tengah Kabupaten

Kepulauan Sangihe)

Metode kualitatif

dengan analisis deskriptif

Penelitian ini menyimpulkan bahwa, tingkat pengelolaan keuangan dan pelaksanaan program di Desa Bowongkali sudah transparan dan dapat dipertanggungjawabkan hanya ada beberapa kendala dalam proses pelaksanaan yang

kadang mengalami

keterlambatan pencairan dana dari pemerintah daerah namun secara keseluruhan proses pengelolan keuangan desa sangat baik dan telah sesuai dengan Permendagri No. 20 Tahun 2018.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait Alokasi Dana Desa (ADD), diantaranya penelitian oleh Teti Anggita Safitri (2018) menunjukkan bahwa pengelolaan ADD pada Desa Sardonoharjo telah menerapkan prinsip-prinsip good governance dengan hasil yang sama oleh penelitian

(45)

Myla Dwi Pangesti (2020), Desi Susilawati (2020) dan Lulut Agus Riyanto (2021) yang mengemukakan bahwa pengelolaan ADD mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban ADD sudah menerapkan prinsip-prinsip good governance, namun ada kendala dibeberapa penelitian yaitu realisasi penggunaan dana masih terkendala waktu yang belum tepat tapi secara keseluruhan pengelolaan ADD telah sesuai dengan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.

Berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosalina Ghazali (2018) yang menunjukkan bahwa pertanggungjawaban ADD tahun anggaran 2014 dengan pendekatan good governance pada pemerintahan Desa Talang Buluh belum mengaplikasikan konsep-konsep good governance dengan baik.

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Pancawati Hardiningsih (2019) menunjukkan bahwa pengelolaan ADD pada tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban belum sepenuhnya mengimplementasikan prinsip good government governance sesuai dengan Permendagri No 113 tahun 2014.

Sama halnya dengan hasil penelitian oleh Razi Apriansyah Mustaram (2020) yang menunjukkan bahwa tidak semua prinsip dari good government governance sudah diterapkan sepenuhnya oleh pemerintah Desa Poto.

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas perbedaan penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak pada objek penelitian dan tahun anggaran pengelolaan alokasi dana desa.

(46)

C. Alur Pikir Penelitian

Alur pikir penelitian akuntabilitas ADD dalam wilayah Desa Bone dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Alur Pikir Penelitian

Penelitian ini akan menjelaskan mengenai pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) yang dilakukan di Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Penelitian ini didasari dengan permendagri No. 20 Tahun 2018 tentang pengelolaan keuangan desa, dimana pengelolaan keuangan desa tidak dapat dipisahkan dengan pengelolaan ADD karena ADD merupakan bagian dari APBDes yang menjadi pokok utama dalam pengelolaan keuangan desa. Dengan dasar tersebut tujuan peneliti agar dapat mengetahui akuntabilitas pengelolaan ADD di Desa Bone dengan melalui 5 tahapan yaitu :

Good Government Governance Desa Bone

Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)

Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa

Tahap Penatausahaan Tahap

Perencanaan

Tahap Pelaporan Tahap

Pelaksanaan

Tahap

Pertanggungjawaban

(47)

1. Tahap perencanaan

Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa dengan menyelenggarakan musyawarah desa yang dihadiri oleh pemerintah desa yang dipercayakan, baik dari badan permusyawaratan, lembaga kemasyarakatan desa serta perwakilan tokoh masyarakat ikut serta bermusyawarah dalam rangka membahas rencana penggunaan ADD. Kemudian hasil musyawarah yang telah terencana dituangkan dalam rancangan penyusunan APBDes.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan oleh tim pelaksana desa sesuai dengan rancangan yang telah disusun pada tahap perencanaan yang telah ditetapkan dalam APBDes. Perlu adanya keterbukaan informasi dalam proses ini dengan menyampaikan informasi yang jelas kepada masyarakat mengenai kegiatan fisik ADD melalui papan informasi yang dipasang pada lokasi kegiatan.

3. Tahap penatausahaan

Bendahara desa membuat dokumentasi surat pertanggungjawaban pengguna dana untuk masing-masing rincian penerimaan dan pengeluaran. Selanjutnya, mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran menggunakan buku kas umum, buku kas pembantu pajak dan buku bank.

4. Tahap pelaporan

Perangkat desa dalam melaksanakan pengelolaan ADD wajib melaporkan pelaksanaan ADD berupa laporan pertanggungjaawaban keuangan desa, laporan berkala serta laporan akhir ADD.

(48)

5. Tahap pertanggungjawaban

Pada tahap pertanggungjawaban penggunaan ADD dipertanggungjawabkan melalui laporan pertanggungjawaban. Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksana APBDes kepada bupati/walikota setiap akhir tahun anggaran.

Jika semua tahapan terlaksana dengan efektif maka dengan memenuhi 5 tahapan tersebut dapat mengetahui akuntabilitas pengelolaan ADD sehingga dalam pemerintahan Desa Bone sudah tercapai tata kelola pemerintahan yang baik (good government governance).

(49)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi dan tanpa pengujian hipotesis (Mustaram, Sudiyarti, & Kumala, 2020). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berupaya untuk mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia (Riyanto, Afifuddin, & Widodo, 2021).

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena permasalahan belum jelas, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut bisa menggunakan metode kuantitatif, peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam untuk dapat melihat gambaran tentang akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa di Desa Bone dengan berpatokan pada Permendagri No. 20 Tahun 2018 untuk memperoleh tata kelola pemerintahan yang baik.

B. Fokus Penelitian

Pusat penelitian ini berfokus pada, bagaimana akuntabilitas pengelolaan ADD dalam mewujudkan good government governance di Desa Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

(50)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Bone yang merupakan salah satu desa dari 15 desa/kelurahan yang ada di wilayah kecamatan Bajeng kabupaten Gowa. Desa Bone berada ±15 KM dari Kota Provinsi atau

±10 KM dari Kota Sungguminasa Ibu Kota Kabupaten Gowa atau ±3 KM dari Ibu Kota Kecamatan Bajeng dengan luas wiayah 3,05 KM² (tiga koma nol lima meter). Batas-batas wilayah Desa Bone yaitu:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lempangan Kec. Bajeng b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bonto Sunggu Kec. Bajeng c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bori’matangkasa Kec.

Bajeng Barat

d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Moncobalang Kec.

Barombong

2. Waktu penelitian yaitu 2 (dua) bulan mulai bulan Agustus sampai bulan September 2021.

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa Data Primer dan Data Sekunder :

1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara (interview) untuk memperoleh data yang diperlukan menjadi lengkap. Peneliti memilih informan yang akan di wawancarai yang terlibat langsung dalam pengelolaan alokasi dana desa yaitu Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara Desa serta masyarakat.

2. Data Sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melaui media perantara atau dikumpulkan dan dicatat oleh

(51)

pihak lain yang telah disusun dan dipublikasikan. Data tersebut dapat diperoleh melalui gambar, tabel, dan dokumen-dokumen yang telah di arsipkan.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau proses dalam mengumpulkan, pencatatan, dan penyajian fakta utuk mendapatkan data yang akan diolah menjadi suatu hasil penelitian. Untuk mendapatkan data yang menunjang dalam penelitian ini maka digunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab langsung kepada informan atau pihak yang terkait dalam pengelolaan alokasi dana desa.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneiliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Dalam mengumpulkan informasi yang valid dan akurat, peneliti melakukan wawancara secara mendalam yang dibantu dengan alat perekam yang digunakan untuk mendapatkan keterangan atau informasi yang tidak sempat dicatat peneliti saat melakukan wawancara bersama informan.

2. Observasi yaitu dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung pada objek penelitian terkait pengelolaan alokasi dana desa.

Peneliti akan mengikuti kegiatan keseharian yang dilakukan subyek atau informan dalam waktu tertentu, memperhatikan apa yang dikatakannya dan mempelajari dokumen yang dimiliki. Ini dilakukan dengan mengamati, mencatat hal-hal, melihat perkembangan dan sebagaimana

(52)

tentang Akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa di Desa Bone dalam tata pemerintahan yang baik.

3. Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari catatan- catatan/dokumen-dokumen yang dimiliki desa dalam pengelolaan alokasi dana desa. Keseluruhan data tersebut diperoleh dari pemerintah desa untuk peneliti catat sebagai salinan data penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya agar menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Adapun alat bantu yang dilakukan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Alat perekam suara 2. Buku catatan 3. Alat tulis 4. kamera

5. Buku, jurnal, dan referensi lainnya

G. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deksriptif kualitatif. Yang dimaksud analisis deskriptif kualitatif yaitu menganalisis dan menggambarkan pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bone dari berbagai situasi yang terjadi, baik dari data yang telah dikumpulkan berupa hasil wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang terjadi di lapangan yang menjadi bahan penelitian bagi pihak peneliti.

(53)

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan studi dokumentasi. Dengan cara mengorganisasikan data ke sintesis, menyusun ke pola, memilah mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, selanjutnya membuat kesimpulan sehingga memudahkan untuk dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2010).

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian

Desa Bone merupakan salah satu desa yang berada dalam daerah dataran rendah di Wilayah Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

Jarak dari Pusat Pemerintah Kecamatan Bajeng seluas 3 KM dan Kota Sungguminasa Ibu Kota Kabupaten Gowa seluas 10 KM serta Ibu Kota Provinsi 15 KM.

Batas-batas wilayah Desa Bone yaitu :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lempangan Kec. Bajeng b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bonto Sunggu Kec. Bajeng c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bori’matangkasa Kec.

Bajeng Barat

d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Moncobalang Kec.

Barombong

Desa Bone merupakan daerah dataran rendah yang luas wilayahnya 3,05 KM² dan berada ditengah-tengah hamparan sawah.

Desa Bone dikenal dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musin hujan yang memiliki iklim dengan tipe D4 (3,032) dan ketinggian 200- 700 m dari permukaan laut. Dilihat dari kondisi geografisnya Desa Bone memiliki wilayah potensial untuk usaha pertanian. Berdasarkan kondisi desa ini maka akan dijabarkan permasalahan, potensi, hingga daftar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) yang

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu ...............................................................
Gambar 2.1  Alur Pikir Penelitian ................................................................
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk berdasarkan jumlah KK

Referensi

Dokumen terkait

Teknik wawancara ini digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi dari guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 26 Bandung tentang kesulitan

Dalam penelitian ini, digunakan 3 buah beacon dari Cubeacon sebagai perangkat Raspberry Pi 3 yang akan dibuat sebagai observer serta sebuah server sebagai penyimpan data

Bu, diğer metal alaşımları ile karşılaştırıldığında, dişçilik sektörü için biyo uyumlu (CE 0537) , sertifikalı ve çok ucuzdur. Kobalt krom molibden

17 Pada penelitian yang lain, korban kekerasan seksual mayoritas adalah anak di bawah 18 tahun, 80.000 anak. Amerika setiap tahunnya mengalami

Dalam area konservasi ex situ , provenans yang akan dipilih untuk ditanam dalam suatu lokasi sebaiknya merupakan kombinasi provenans yang memiliki kisaran nilai

Kemudian pengertian nazhir dalam Pasal 1 butir (4) Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf menyatakan Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda

Pernyataan yang secara luas menggambarkan pencapaian karir dan professional yang disiapkan oleh program studi untuk dicapai oleh lulusannya dalam beberapa tahun. pertama

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan empiris yang menggunakan bahan-bahan hukum atau data-data