• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini meningkat pesat dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini meningkat pesat dari"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini meningkat pesat dari tahun ke tahun. Tuntutan perkembangan zaman menjadikan kebutuhan teknologi masyarakat semakin bertambah. Berbagai produk teknologi yang semakin canggih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang konsumtif diciptakan. Hal ini merupakan wujud dari berkembangnya zaman teknologi informasi dan komunikasi yang kuno menuju zaman teknologi informasi dan komunikasi yang lebih modern agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang disebut dengan era globalisasi.1

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Pada zaman dahulu masyarakat menggunakan surat, telegram, radio, koran, majalah, dan lain sebagainya sebagai alat yang memfasilitasi mereka untuk mencari informasi dan berkomunikasi. Bahkan untuk berkomunikasi jarak jauh saja membutuhkan waktu yang relatif lama. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini, sekarang masyarakat tidak perlu direpotkan dengan sulitnya berkomunikasi dan mencari informasi walaupun ada perbedaan jarak sekalipun.

Di era globalisasi ini, media massa mempunyai peranan penting dalam hal berkomunikasi dan berbagi informasi. Media massa adalah sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas.

Masyarakat dapat menggunakan media massa dengan bantuan jaringan internet sebagai

1 Arnaldi Nasrum, Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Era Globalisasi, https://www.kompasiana.com/arnaldinasrum/550045e7a33311bb7451058d/pengaruh-perkembangan-teknologi- informasi-dan-komunikasi-dalam-era-globalisasi, diakses tanggal 27 Nopember 2019 1

(2)

alat mencari informasi dan berkomunikasi secara bebas. Mulai dari mencari dan menyebarkan berita, ilmu pengetahuan, bahkan berkomunikasi di media sosial.

Pengguna media sosial dapat memposting konten berupa tulisan, video, suara maupun gambar secara bebas yang dapat disebarluaskan dimanapun dan kapanpun dengan bantuan jaringan internet. Tidak jarang pengguna media sosial menyalahgunakan media sosial sebagai sarana untuk meluapkan emosi mereka, menyebar berita palsu, menjatuhkan orang lain, bahkan menyebar kebencian kepada orang lain atau suatu kelompok.

Kasus ujaran kebencian di Malang Tahun 2018 yang ditangani Polresta Malang Herman Jenggot Harland (HJH) dilaporkan Masyarakat Cinta Indonesia (MCI) pada 3 Nopember 2018. Dasar laporan itu adalah unggahan HJH terdapat foto tiga tokoh nasional, yakni Presiden RI Joko Widodo, calon wakil presiden Ma'ruf Amin, serta Ketua Umum GP Anshor Yaqut Cholil. Ketiga foto tersebut di-edit dengan tidak semestinya dilengkapi keterangan foto yang diduga mengandung unsur ujaran kebencian.2

Kasus tahun 2019 Fuvian Daffa (FD) dilaporkan oleh Santri Malang Raya kepada Polresta Malang tanggal 2 Agustus 2019. Dasar laporan adalah unggahan FD dalam Sosmed yang diduga menghina KH Maimoen Zubair: "Turut berduka cita yang sedalam- dalamnya atas kematian si mumun zubair, alhamdulillah populasi NU berkurang”. Kasus ini ditangani oleh Polresta Malang melalui mediasi. Dari penanganan perkara ini Fuvian Daffa meminta ma.af dan mengakui kesalahannya yang akhirnya Polres Malang Kota membebaskan Fulvian lantaran pelapornya Santri Malang Raya, telah mencabut laporan.3

2 Hanum Oktavia, Diduga Sebar Ujaran Kebencian, Warga Malang Laporkan Akun FB Bernama Herman Jenggot ke Polisi http://rri.co.id/post/berita/593976/hukum, diakses tanggal 3 Januari 2020

3 Aminatus Sofya, Alasan Polisi Malang Bebaskan Pelaku Ujaran Kebencian Terhadap Almarhum KH Maimoen Zubair, https://suryamalang.tribunnews.com/2019/08/12/alasan-polisi-malang-bebaskan-pelaku- ujaran-kebencian-terhadap-almarhum-kh-maimoen-zubair. Diakses tanggal 2 Januari 2020

(3)

Faisol Abod Batis (FAB) ditangkap tanggal 10 Juli 2019 oleh Tim Mabes Polri dengan koordinasi dengan Polresta Malang. FAB ditangkap sebagai pemilik akun Instagram Reaksirakyat yang banyak mengunggah konten penghinaan terhadap Jokowi dan Kepolisian. Polresta Malang dalam kasus ini hanya membantu karena penangkapan dan penjemputan dilakukan oleh pihak Bareskrim Mabes Polri.4

Upaya Polresta Malang dalam pencegahan tindak pidana ujaran kebencian adalah dengan membentuk Cyber Troops. Cyber Troops sendiri memiliki arti pasukan dunia maya yang bertugas melakukkan pengawasan media sosial yang melakukkan ‘counter issue’. Counter issue itu sendiri didefinisikan sebagai langkah untuk menyaring peredaran

issue negatif menjadi hal yang positif, hal ini dilakukkan sebagai tugas cyber troops untuk membantu proses diseminasi (penyebaran) yang positif dalam upaya upaya yang dilakukkan polri. Serta melakukkan klarifikasi terhadap informasi informasi yang tidak benar. Tim ini beranggotakan 15 personel yang setiap hari melakukan operasi secara online. Tim ini melaporkan akun medsos yang dicurigai adanya ujaran kebencian kepada Polda Jatim. Tim Polda Jatim yang akan melakukan penanganan lebih lanjut. Pada Tahun 2018 mengungkap kasus ujaran kebencian dan hoax ini, polisi menangkap 5 orang.

Masing-masing, 3 orang ditangkap Polda Jatim, 1 ditangani Polres Malang, dan 1 orang ditangani Polresta Sidoarjo. Untuk Polda Jatim sendiri, dari empat orang yang ditangkap, sementara baru satu orang yang ditahan dan dinyatakan sebagai tersangka, yakni atas nama Faisal. Yang bersangkutan, tambah Arman, menggunakan akun atas nama "Itonk".

Akun tersebut dipergunakan untuk menyebarkan hoax dengan unsur SARA.

Penyebarannya memprovokasi melalui akun media sosial dikenakan di dua undang- undang, yaitu UU Nomor 1 Tahun 1946 Pasal 14 dan 16, kemudian UU Nomor 19 Tahun 2016 ITE. Sementara itu, tiga orang lainnya dalam pendalaman dan penyelidikan lebih

4 Tugu Malang, Versi Tetangga, Penghina Jokowi bersifat Ramah, https://kumparan.com/tugumalang/versi- tetangga-penghina-jokowi-di-malang-bersifat-ramah-, diakses tanggal 3 Januari 2020

(4)

lanjut. Tiga orang tersebut, yakni Muhammad Ibrahim, Sufyan, dan Minandar.

Modusnya, tambah Arman, rata-rata adalah menyebar informasi hoax, yakni PKI akan menyerang ulama.5

Kasus nasional dalam ujaran kebencian adalah Buni Yani dan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) yang terjadi pada tahun 2016. Buni Yani ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan penyebaran informasi yang menimbulkan rasa kebencian berdasarkan SARA akibat pernyataan/tulisan dalam status yang dia sebar di akun Facebook6. Pihak kepolisian menilai bahwa Buni Yani telah melakukan perbuatan pidana yang berindikasi menimbulkan rasa kebencian saat mengunggah video pernyataan Ahok tentang Surat Al-Maidah dalam Al-qur’an saat bertugas di Kepulauan Seribu. Kasus Kaesang Pangarep pada pertengahan tahun 2017 dilaporkan oleh Muhammad Hidayat karena dalam beberapa bagian dari vlog Kaesang dianggap mengandung ujaran kebencian dan penodaan agama.7

Dilihat dari kedua contoh kasus di atas terdapat perkara yang rumit untuk diselesaikan karena perkara tersebut berkaitan dengan dunia maya. Untuk menangani perkara seperti contoh kasus tersebut, pada tanggal 8 Oktober 2015 Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti mengeluarkan Surat Edaran Kapolri Nomor: SE/6/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate Speech). Kepolisian Republik Indonesia (Polri) telah mensosialisasikan Surat Edaran tersebut kepada seluruh anggota Polri

5 Dian Kurniawan, Polda Jatim Tangkap 4 Pelaku Penyebar Ujaran Kebencian Terkait MCA,

https://www.liputan6.com/news/read/3336308/polda-jatim-tangkap-4-pelaku-penyebar-ujaran-kebencian- terkait-mca, diakses tanggal 2 Nopember 2020

6 Gilang Fauzi, Kronologi Kasus Buni Yani, Penyebar Video Ahok Soal Al Maidah, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161124075029-12-174911/kronologi-kasus-buni-yani-

penyebar-video-ahok-soal-al-maidah/. Diakses pada tanggal 13 November 2019.

7 Anggita Maulidya, Ini Ucapan Kaesang yang Dianggap Ujaran Kebencian oleh Pelapor, http://megapolitan.kompas.com/read/2017/07/05/22024781/ini.ucapan.kaesang.yang.dianggap.ujar

an.kebencian.oleh.pelapor/. Diakses pada tanggal 23 November 2019.

(5)

dengan tujuan agar anggota Polri dapat memahami perihal ujaran kebencian di media massa serta penanganannya.

Dalam surat edaran tersebut diatur prosedur polisi dalam menangani perkara yang didasari pada hate speech agar tidak menimbulkan diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa dan atau konflik sosial yang meluas. Jika tindakan preventif sudah dilakukan namun tidak menyelesaikan masalah, maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui upaya penegakan hukum sesuai dengan: KUHP, UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, UU Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang Teknis Penanganan Konflik Sosial. Fenomena ini menimbulkan keresahan berskala luas di Indonesia, bahkan sampai pemerintah mengeluarkan Undang-Undang dan surat edaran tentang ujaran kebencian melalui Pasal 27 ayat (3) UU ITE, Pasal 45 ayat (1) UU ITE dan Surat Edaran (SE) Kapolri nomor SE/6/X/2015.8

Dengan dikeluarkannya Surat Edaran Kapolri tersebut, aparat penegak hukum khususnya seluruh anggota kepolisian mempunyai acuan dalam menegakkan hukum mengenai ujaran kebencian. Penegak hukum sebagai suatu lembaga yang bergerak dibidang hukum mempunyai kewajiban menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Sudah seharusnya penegakan hukum di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.9

8 Grandyos Zafna, Bareskrim Ungkap 18 Tersangka Ujaran Kebencian, https://news.detik.com/foto-news/d- 3878494/bareskrim-ungkap-18-tersangka-ujaran-kebencian, Diakses tanggal 22 Nopember 2019

9 Christian Chrisye Lolowang dan Umar Ma‟ruf, “Implementasi Surat Edaran Kapolri Nomor SE/06/x/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam Penegakan Hukum di Polres Jakarta Selatan”, Jurnal Reformasi Hukum, Vol. 1. No. 1, September 2017, hlm. 60, http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/RH/article/download/1906/1450. Diakses pada tanggal 23 November 2017

(6)

Sepanjang tahun 2018 Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri mengamankan 18 tersangka dugaaan SARA dan ujaran kebencian. Penangkapan yang dilakukan Satgas Patroli Siber Bareskrim Polri berkaitan dengan kasus isu yang akhir- akhir ini berkembang antara lain ada isu seolah-olah penculikan ulama, guru mengaji, muazin (juru adzan), penghinaan tokoh agama, penghinaan terhadap penguasa atau badan hukum dan kasus ujaran kebencian dan SARA. sebagian besar berita bohong disebarkan berdasarkan pesan grup Whatsapp tertutup yang diikuti para tersangka. Adapun berita yang bohong yang disebar di antaranya terkait ulama sebanyak 5 dengan 6 tersangka, terkait Jokowi sebanyak 3 kasus dengan 3 tersangka, anggota dewan dan Megawati 4 kasus dengan 4 tersangka dan kelompok tertentu sebanyak 3 kasus dengan 5 tersangka.

Ke-18 tersangka yang ditahan itu 8 berasal dari Jawa Barat, 4 Jakarta, 1 Banten, 1 Bandung, 1 Lampung ,1 Jakarta timur, 2 Sumatera Utara. Sebagian tersangka mengaku hanya waspada terhadap keamanan dan lingkungan mereka.

Ujaran kebencian yang dilayangkan kepada seseorang atau kelompok orang tertentu banyak mencuri perhatian akhir-akhir ini. Melalui postingan di media sosial dengan ujaran kebencian semakin marak diperbincangkan. Banyak pengguna internet (netizen) menyebarluaskan suatu postingan (gambar, foto, video, suara, dan kata-kata) dengan ujaran kebencian yang menimbulkan penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan agama, dan lain sebagainya.

Ujaran kebencian tidak hanya dilakukan di media massa maupun media sosial saja.

Banyak peristiwa ujaran kebencian yang dilakukan selain pada media tersebut. Ujaran kebencian bisa juga dilakukan saat seseorang atau lebih berorasi di depan publik, ceramah keagamaan, bahkan lewat tulisan berupa spanduk maupun banner.

(7)

Tidak sedikit masyarakat yang merasa dirugikan akibat dari ujaran kebencian yang sedang marak terjadi ini melakukan upaya hukum. Penggunaan upaya hukum, termasuk hukum pidana sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah sosial termasuk dalam bidang kebijakan penegakan hukum. Di samping itu karena tujuannya adalah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada umumnya, maka kebijakan penegakan hukum itupun termasuk dalam bidang kebijakan sosial, yaitu segala usaha yang rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.10

Melihat perkembangan hukum di Indonesia, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana praktik penegakan hukum terhadap tindak pidana yang terkait dengan ujaran kebencian.

Karena itu penulis mengangkat penelitian yang berjudul “UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAKAN UJARAN KEBENCIAN BERDASARKAN SURAT EDARAN KAPOLRI NO SE/06/X/2015”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk-bentuk tindakan atau ucapan dapat dikategorikan dalam ujaran kebencian?

2. Bagaimana upaya kepolisian dalam menanggulangi kejahatan Ujaran Kebencian di Kota Malang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk-bentuk tindakan atau ucapan dapat dikategorikan dalam ujaran kebencian.

10 Muladi dan Barda Nawawi A., Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Penerbit Alumni, Bandung, 2011, hlm. 149

(8)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya kepolisian dalam menanggulangi kejahatan Ujaran Kebencian di Kota Malang.

D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan ilmu hukum khususnya mengenai tindakan ujaran kebencian dan implementasi Surat Edaran Kapolri Nomor:

SE/6/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate Speech) serta UU ITE Nomor 19 Tahun 2016.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan referensi dan pengetahuan masyarakat mengenai tindakan ujaran kebencian, implementasi Surat Edaran Kapolri Nomor: SE/6/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate Speech) serta undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik yang selanjutnya disebut Undang-Undang ITE Nomor 19 Tahun 2016 dan penegakan aparat hukum.

3. Bagi Institusi Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan personil Kepolisian Republik Indonesia yang professional dan bermatabat khususnya dalam penanganan kasus ujaran kebencian di Indonesia melalui Surat Edaran Kapolri Nomor: SE/6/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate Speech).

E. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan

Metode dalam penulisan ini menggunakan metode yuridis sosiologis, yakni melihat hukum sebagai perilaku manusia dalam masyarakat. Pendekatan yang penulis lakukan adalah pendekatan masalah, atau case approach, yang menganalisis dan meneliti upaya

(9)

kepolisian dalam penanganan tindakan ujaran kebencian berdasarkan Surat Edaran Kapolri Nomor: SE/6/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian, UU Nomor 19 Tahun 2016 ITE tentang perubahan atas undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Polresta Malang. Pemilihan lokasi penelitian di Polresta Malang karena kota Malang memiliki masyarakat yang terbuka dan keingintahuan terhadap informasi media sosial yang sangat tinggi. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah penegakan hukum penyelesaian kasus ujaran kebencian di Malang.

3. Jenis Sumber Data

a. Data Primer, yaitu bahan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat secara yuridis yang terdiri dari peraturan perundang- undangan yang terkait dengan penelitian ini, yaitu:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;

2) UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;

3) UU No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas UU No. 11 Tahun 2008;

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

4) UU No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis;

5) Surat Edaran Kapolri Nomor: SE/06/X/2015 Tentang Penanganan Ujaran kebencian (hate speech); dan

6) Peraturan perundang-undangan lainnya.

b. Data sekunder, yaitu bahan hukum yang bersifat menjelaskan terhadap bahan hukum primer, yaitu terdiri dari buku-buku, literatur, berita, jurnal maupun karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian ini dan wawancara dengan narasumber yang terkait dengan penelitian ini.

(10)

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Studi Pustaka

yaitu dengan mengkaji dan mempelajari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penelitian ini, seperti Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan pasal- pasal yang terkait dengan ujaran kebencian, UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, Surat Edaran Kapolri Nomor: SE/6/X/2015 Tentang Penanganan Ujaran kebencian (hate speech), buku-buku, jurnal, karya ilmiah, berita, peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan.

b. Teknik Wawancara

Penulis menggunakan teknik wawancara dengan beberapa narasumber yang terkait dengan ujaran kebencian. Dengan teknik wawancara ini dilakukan untuk mempertajam bagian analisis dan sebagai pendukung bukti.

c. Subyek Penelitian

Dalam subjek penelitian ini terdapat beberapa narasumber yang merupakan aparat penegak hukum. Adapun aparat penegak hukum yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu:

1) Penyidik Reskrim Polresta Malang;

2) Kanit Reskrim Polresta Malang.

5. Analisis Bahan Hukum

Bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Metode analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu metode analisis bahan hukum yang dilakukan dengan cara mengelompokan dan memilih bahan hukum dari hasil penelitian yang relevan dan sesuai dengan tujuan penelitian. Dari

(11)

pengelompokan dan pemilihan tersebut kemudian bahan hukum tersebut dicocokkan dengan permasalahan yang diteliti menurut kualitas kebenarannya sehingga dapat digunakan untuk memberikan jawaban atas permasalahan penelitian. Sehingga dalam melakukan analisis, terlebih dahulu Penulis akan mengumpulkan berbagai bahan hukum penelitian.

Berdasarkan analisis tersebut, akan diungkapkan permasalahan, kelebihan, kekurangan, manfaat, dan/atau ketimpangan antara das sollen dan das sein. Permasalahan yang ditemui tersebut nantinya dicari alternatif solusinya.

7. Sitematika Penulisan

Dalam penyusunan penelitian hukum ini, penelitian membagi dalam empat bab dan masing-masing bab terdiri atas sub yang bertujuan agar mempermudah pemahaman. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab yang memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, kategori teori, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan bab yang mendeskripsikan tentang kajian-kajian teoristik yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat yaitu teori penegakan hukum, tindak pidana dan ujaran kebencian.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi mengenai uraian pembahasan yang diangkat oleh penulis beserta hasil penelitian yang dilakukan di lapangan yang bertempat di Polresta Malang, serta analisa terhadap permasalahan yang akan dikomparisikan dengan peraturan perundang-undangan dan beberapa hasil wawancara dengan didukung oleh teori-teori yang relevan dengan

(12)

permasalahan dalam penulisan yaitu bentuk-bentuk tindakan ujaran kebencian dan upaya kepolisian dalam menanggulangi kejahatan Ujaran Kebencian di Kota Malang berdasarkan Surat Edaran Kapolri Nomor: SE/6/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan di bab sebelumnya, serta berisikan saran penulis dalam menanggapi permasalahan yang menjadi fokus kajian.

Referensi

Dokumen terkait

Dapat diidenti fi kasi beberapa poin yang menyebabkan terjadinya penurunan motivasi petani untuk merawat kebun. Penyebab tersebut terdiri dari kurangnya pengetahuan petani

Integrasi juga dapat dilakukan dalam mata kuliah yang berhubungan dengan kependidikan matematika seperti psikologi pendidikan, teori belajar, model pembelajaran atau mata

Penelitian dengan penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) dikatakan berhasil karena sudah memenuhi indikator ketercapaian sebesar 82% atau 32

Hasil Pengamatan dan Beberapa Prediksi Pergerakan Lateral Tanah di Bagian Permukaan akibat Pemancangan Tiang Diameter 600 mm pada Proyek Kedua .... Hasil Pengamatan dan

Akuisisi citra adalah tahap untuk mendapatkan citra digital. Citra yang didapat terbagi atas citra latih dan citra uji. Proses pengambilan citra telur ayam negeri adalah

Pada kuadran III adalah atribut yang perlu dikurangi karena atribut tersebut dianggap kurang penting dan kinerjanya kurang bagus pada website Blibli.com yaitu website memiliki

Hasil implementasi dari sistem yang dibangun dari penulisan penelitian ini adalah sebuah sistem pakar untuk mendiagnosa kerusakan Ginjal, sistem pakar kerusakan

Bahwa pemberian konsentrasi air kelapa muda berpengaruh nyata terhadap tinggi stek, lingkar stek dan panjang akar akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap