• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkaji penelitian yang dilakukannya. Dari beberapa penelitian terdahulu,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkaji penelitian yang dilakukannya. Dari beberapa penelitian terdahulu,"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukannya. Dari beberapa penelitian terdahulu, peneliti tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama persis seperti judul yang diangkat penulis untuk diteliti. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya kajian pada penelitian penulis.

Penelitian yang dilakukan oleh Anugrah Gusti Afrilianto (2017) yang berjudul “Analisis Dampak Alokasi Dana Desa Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bogor”. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa variabel yang berpenngaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi secara signifikan adalah Alokasi Dana Desa dan angkatan kerja.

Perbedaan yang dilakukan oleh Anugrah Gusti Afrilianto (2017) yaitu variabel yang digunakan ADD dan jumlah angkatan kerja dengan kurun waktu 5 tahun dan metode analisis yang digunakan adalah model ekonometrika data panel yang mencakup 39 kecamatan dan data runut waktu tahun 2013 hingga 2016. Sedangkan penelitian ini mengunakan variabel ADD, PAD, dan DAU dengan kurun waktu 3 tahun dan menggunakan metode regresi data panel dan uji hipoteis 8 kabupaten . Persamaan ialah

(2)

menggunakan data panel, variabel yang digunakan ADD sebagai variabel independen dan pertumbuhan ekonomi sebagai dependen.

Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2012) yang berjudul Dampak Alokasi Dana Desa di Era Desentralisasi Fiskal terhadap Perekonomian Daerah di Indonesia. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa Alokasi Dana Desa mampu meningkatkan kinerja fiskal dan ekonomi daerah, mampu mengurangi jumlah orang miskin dan meningkatkan produk domestik regional bruto sektor pertanian.

Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2012) yaitu Penelitian ini mencoba mendeskripsikan dan menganalisis dampak alokasi dana desa dalam era desentralisasi pada perekonomian daerah di Indonesia.

Analisis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Tipologi Klassen, indeks Williamson dan model ekonometrika. Sedangkan penelitian mendeskripsikan dan menganalisispengaruh ADD, PAD, dan DAU terhadap perumbuhan ekonomi dengan merode analisis data panel. Persamanya sama-sama menggunakan variabel ADD sebagai variabel independen dan menggunakan data panel.

Penelitian yang dilakukan oleh Ashari (2013) membuktikan peran alokasi dana desa dalam pengembangan infrastruktur fisik di Desa Kelinjau Ilir masih sedikit. Ini menunjukkan, ketika alokasi dana desa dialokasikan dengan benar, itu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan indek pembangunan manusia dan mengurangi kemiskinan.

(3)

Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh Ashari (2013) membuktikan peran alokasi dana desa dalam pengembangan infrastruktur fisik di Desa Kelinjau Ilir masih sedikit. Sedangkan penelitian ini membuktikan pengaruh ADD, PAD, dan DAU terhadap pertumbuhan ekonomi. Persamaan menggunakan variabel ADD sebagai variabel independen.

Penelitian yang dilakukan oleh Widyasari (2013) meneliti Pengaruh PAD, BDH, DAU, dan DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB). Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Daw na Alokasi Khusus (DAK) tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi, sedangkan Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh Widyasari (2013) meneliti Pengaruh PAD, BDH, DAU, dan DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB). Alat analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistik Deskriptif, Regresi berganda. Sedangkan penelitian ini meneliti pengaruh ADD, PAD, dan DAU terhadap pertumbuhan ekonmi dan menggunakan analisis regresi data panel. Persamaan menggunakan PAD dan DAU sebagaai variabel independen dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dipenden dan sama-sama menggunkan data panel.

Penelitian yang dilakukan oleh Permanasari (2013) yang berjudul Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan

(4)

Ekonomi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa DAU dan PAD berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi secara segnifikan, sedangkan DAK dan belanja modal tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh Permanasari (2013) yang berjudul Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan analisis yang digunakan regresi linear berganda.

Sedangkan penelitian ini meneliti pengaruh ADD, PAD, dan DAU terhadap pertumbuhan ekonmi dan menggunakan analisis regresi data panel.

Persamaan menggunakan PAD dan DAU sebagaai variabel independen dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dipenden dan sama-sama menggunkan data panel.

B. Landasan Teori

1. Alokasi Dana Desa

a. Pengertian Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian dana perimbangan yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10%. 36 Alokasi dana desa merupakan dana yang cukup signifikan bagi desa untuk menunjang program-program desa. Dalam Peraturan disebutkan bahwa bagian dari dana perimbangan pusat dan

(5)

daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa.

Alokasi dana desa (ADD) pada hakekatnya merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk meyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan desa itu sendiri berdasar keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini karena desa mempunyai hak untuk memperoleh bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang di terima.

b. Tujuan dan Prinsip Alokasi Dana Desa

Tujuan dari alokasi dana desa sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri pasal 3 yaitu untuk:

a) Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.

b) Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat.

c) Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan.

d) Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial.

e) Meningkatkan ketentraman dan ketertiban mayarakat

f) Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat.

(6)

g) Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat.

c. Bidang Kegiatan yang Dibayai Alokasi Dana Desa 1) Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pelaksanaan kegiatan operasional desa menjadi prioritas dalam pengunaan ADD di bidang ini. Penyelenggaraan administratif bagi perangkat desa serta kegiatan terkait penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa, perangkat desa. Agenda lain yang tercantum mencakup sistem administrasi desa, pendataan,musyawarah, pengelolaan asset, kerjasama dan unit arsip tingkat desa.

2) Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa

Dalam pelaksanaan dan pembangunan desa di NTB salah satu kegiatan yang menjadi parameter bagi pemerintah daerah adalah kegiatan pembangunan jalan desa, jalan pemukiman dan jalan menuju wilayah pertanian. Kegiatan pembangunan pertanian di desa mencakup pembangunan tembok penahan tanah, drainase, sumur resapan, pembangkit listrik, saluran irigasi. Kegiatan pembangunan di bidang kesehatan dan pendidikan mencakup pembangunan taman desa, septitank, MCK, tempat pembuangan, rumah ibadah, posyandu, taman bacaan, perpustakaan dan sanggar belajar. Serta pembangunan di bidang perekonomian seperti pembangunan pasar, usaha dan lembaga keuangan mikro berbasis desa.

(7)

3) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan

a) Kegiatan penyelenggaraan masyarakat mencakup penyelenggaraan ketertiban dan ketentraman, pengadaan sarana dan prasaran olahraga, santunan sosial

b) bagi anak yatim dan fakir miskin, pelaksanaan upacara adat serta peringatan hari besar nasional.

d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa diharapkan mampu meningkatkan kapasitas dan kemampuan masyarakat di desa secara keseluruhan. Kegiatan pemberdayaan mencakup peningkatan kapasitas bagi perangkat desa, pelatihan di usaha bidang ekonomi, pertanian dan perdagangan, serta peningkatan kapasitas masyarakat dan lembaga masyarakat. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas kemampuan desa adalah pengalokasian ADD.

2. Pendapatan Asli Daerah

a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retrebusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan kelulusan pada daetah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas disentralisasi.

(8)

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia NO. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah pendapatan asli daerah yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, retrebusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

b. Sumber Pendapatan Asli Daerah

Sebagaimana dengan Negara, maka daerah dimana masing- masing pemerintah daerah mempunyai fungsi dan tanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan jalan melaksanakan pembangunan disegala bidang. Sumber pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan daerah yang digali dalam daerah yang bersangkutan, yang terdiri:

1) Pajak Daerah

Pajak daerah adalah kontribusi wajib pada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Jenis pajak yang terdapat di daerah terdiri dari:

a) Pajak Hotel

Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan

(9)

oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga, hotel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10(sepuluh).

Mengacu Pendapatan Asli Daerah ketentuan pasal 32 ayat UU 28 Tahun 2009 tersebut, apabila ada fasilitas hiburan yang menyatu sebagai fasilitas hotel, seperti diskotek,spa,fitness center dll, maka dapat dikenakan pajak hotel. Sedangkan pendapat terjadi antara pemerintahan daerah Pajak Restoran

pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering.

b) Pajak Hiburan

Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.Hiburan adalah semua jeis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

(10)

c) Pajak Reklame

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.

Reklame adalah benda,alat,perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, mengajukan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.

d) Pajak Penerangan Jalan

pajak penerangan jalan adalah pajak yang dipungut dari hasil penggunaan tenaga listrik. Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari lain. Listrik yang dihasilkan sendiri meliputi seluruh pembangkit listrik.

e) Pajak Parkir

Pajak parkir adalaha pajak yang dihasilkan dari parkiran roda dua dan roda 4. Objeknya seperti tempat Restoran, wisata dan lain-lain.

f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan 2) Retribusi Daerah

Sumber pendapatan daerah yang penting lainnya adalah retribusi daerah.Retribusi daerah merupakan pungutan daerah

(11)

sebagai pembayaran pemakaian atau karena memproleh jasa atas pekerjaan atau pelayanan pemerintah daerah dan jasa usaha milik daerah bagi yang berkepentingan atas jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung. Retribusi daerah dibagi tiga golongan:

a) Retribusi Umum

Retribusi yang dikenakan atas jasa umum digolongkan sebagai retribusi jasa umum.Obyek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

b) Retribusi Jasa Usaha

Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah:

(1). Perizinan Tertentu

Obyek Retribusi perizinan Tertentu adalah pelayanan prizinan oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badab yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, saran atau kelestarian lingkungan.

(2). Perusahaan daerah

Pemerintahan daerah juga diberikan hak untuk

(12)

mengelola perusahaan sendiri sebagai salah satu sumber bpendapatan yang disebut perusahaan daerah.Sifat perusahaan daerah sesuai dengan motif pendirian dan pengelolaan adalah kesatuan produki untuk menambah penghasilan daerah, member jasa, penyelenggarakan kemanfaatan umum dan memperkembangkan perekonomi daearah.

c. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Pajak daerah dan retribusi merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber pembiyaan pemerintah daerah dan pembangunan daerah yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan daerah. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ini diharapkan akan memperlancar jalannya pembangunan dan pemerintahan daerah. Pembangunan dapat berjalan dengan lancar maka peluang untuk kesejahteraan masyarakat diharapkan akan meningkat.

d. Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah 1) Belanja Tidak Langsung

a) Belanja Pegawai b) Belanja Bunga c) Belanja Subsidi d) Belanja Hibah

(13)

e) Belanja Bantuan Sosial f) Belanja Bagi Hasi

g) Belanja Bantuan Keuangan h) Pengeluaran tidak terduga 2) Belanja Langsung

a) Belanja Pegawai

b) Belanja Barang dan Jasa c) Belanja Modal

3) Pembiayaan Daerah 3. Dana Alokasi Umum

a. Pengertian Dana Alokasi Umum

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah disebutkan bahwa “Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi”. Menurut Awaniz (2011: 19) “Dana alokasi umum merupakan jenis transfer dana antar tingkat pemerintahan yang tidak terikat dengan program pengeluaran tertentu”. Sedangkan menurut Halim (2016: 127) menjelaskan bahwa

“Dana alokasi umum adalah transfer dana yang bersifat block grant, sehingga pemerintah daerah mempunyai keleluasaan di dalam penggunaan DAU sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masing-

(14)

masing daerah”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Dana alokasi umum merupakan salah satu dana perimbangan atau pendapatan transfer yang ditujukan untuk pemerintah daerah guna mencapai pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dalam pelaksanaan desentralisasi dan memenuhi kebutuhan daerah masing- masing.

b. Tujuan Pembentukan Dana Alokasi Umum

Indraningrum (2011:23) mengidentifikasi beberapa tujuan pemerintah pusat memberikan dana bantuan dalam bentuk DAU (block grant) kepada pemerintah daerah, yaitu:

a) Untuk mendorong terciptanya keadilan antar wilayah (geographical equity);

b) Untuk meningkatkan akuntabilitas (promote accountability);

c) Untuk meningkatkan sistem pajak yang lebih progresif. Pajak daerah cenderung kurang progresif, membebani tarif pajak yang tinggi kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah;

d) Untuk meningkatkan keberterimaan (acceptability) pajak daerah.

Pemerintah pusat mensubsidi beberapa pengeluaran pemerintah daerah untuk mengurangi jumlah pajak daerah.

Sedangkan menurut Halim (2016:127) menjelaskan bahwa tujuan dibentuknya DAU adalah sebagai berikut:

(15)

Dana Alokasi Umum mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan daerah, DAU akan memberikan kepastian bagi daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggung jawab masing-masing daerah dengan proporsi sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan dalam negeri netto yang telah ditetapkan dalam APBN.

Ketimpangan ekonomi antara satu provinsi dengan provinsi lain tidak dapat dihindari dengan adanya desentralisasi fiskal. Disebabkan oleh minimnya sumber pajak dan sumber daya alam yang kurang dapat digali oleh Pemerintah daerah. Untuk menanggulangi ketimpangan tersebut, Pemerintah pusat berinisiatif untuk memberikan subsidi berupa DAU kepada daerah. Bagi daerah yang tingkat kemiskinannya lebih tinggi, akan diberikan DAU lebih besar dibanding daerah yang kaya dan begitu juga sebaliknya.

c. Prinsip Dasar Dana Alokasi Umum

Siregar (2016: 17) menyatakan bahwa prinsip dasar untuk alokasi DAU adalah sebagai berikut:

1) Kecukupan Prinsip mendasar yang pertama adalah prinsip kecukupan. Sebagai suatu bentuk penerimaan, sistem DAU harus memberikan sejumlah dana yang cukup kepada daerah. Hal ini berarti, perkataan cukup harus diartikan dalam kaitannya dengan beban fungsi sebagaimana diketahui, beban finansial dalam menjalankan fungsi tidaklah statis, melainkan cenderung meningkat karena satu atau berbagai faktor. Oleh karena itulah

(16)

maka penerimaan pun seharusnya naik sehingga pemerintah daerah mampu membiayai beban anggarannya. Bila alokasi DAU mampu merespon terhadap kenaikan beban anggaran yang relevan, maka sistem DAU dikatakan memenuhi prinsip kecukupan.

2) Netralitas dan efisiensi desain dari sistem alokasi harus netral dan efisien. Netral artinya suatu sistem alokasi harus diupayakan sedemikian rupa sehingga efeknya justru memperbaiki (bukannya menimbulkan) distorsi dalam harga relatif dalam perekonomian daerah. Efisien artinya sistem alokasi DAU tidak boleh menciptakan distorsi dalam struktur harga input, untuk itu sistem alokasi harus memanfaatkan berbagai jenis instrumen finansial alternatif relevan yang tersedia.

3) Akuntabilitas sesuai dengan namanya yaitu Dana Alokasi Umum, maka penggunaan terhadap dana fiskal ini sebaiknya dilepaskan ke daerah, karena peran daerah akan sangat dominan dalam penentuan arah alokasi, maka peran lembaga DPRD, pers dan masyarakat di daerah bersangkutan amatlah penting dalam proses penentuan prioritas anggaran yang perlu dibiayai DAU. Format yang seperti ini, format akuntabilitas yang relevan adalah akuntabilitas kepada elektoral (accountability to electorates) dan bukan akuntabilitas finansial kepada pusat (financial accountability to the centre).

4) Relevansi dengan tujuan sistem alokasi DAU sejauh mungkin harus mengacu pada tujuan pemberian alokasi sebagaimana

(17)

dimaksudkan dalam Undang-Undang. Alokasi DAU ditujukan untuk membiayai sebagian dari beban fungsi yang dijalankan, hal- hal yang merupakan prioritas dan target-target nasional yang harus dicapai. Perlu diingat bahwa kedua Undang-Undang telah mencantumkan secara eksplisit beberapa hal yang menjadi tujuan yang ingin dicapai lewat program desentralisasi.

5) Keadilan Prinsip dasar keadilan alokasi DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi.

6) Objektivitas dan transparansi sebuah sistem alokasi DAU yang baik harus didasarkan pada upaya untuk meminimumkan kemungkinan manipulasi, maka sistem alokasi DAU harus dibuat sejelas mungkin dan formulanya pun dibuat setransparan mungkin.

Prinsip transparansi akan dapat dipenuhi bila formula tersebut bisa dipahami oleh khalayak umum. Oleh karena itu maka indikator yang digunakan sedapat mungkin adalah indikator yang sifatnya obyektif sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang ambivalen.

7) Kesederhanaan rumusan alokasi DAU harus sederhana (tidak kompleks). Rumusan tidak boleh terlampau kompleks sehingga sulit dimengerti orang, namun tidak boleh pula terlalu sederhana sehingga menimbulkan perdebatan dan kemungkinan ketidak- adilan. Rumusan sebaiknya tidak memanfaatkan sejumlah besar variabel dimana jumlah variabel yang dipakai menjadi relatif

(18)

terlalu besar ketimbang jumlah dana yang ingin dialokasikan.

d. Formulasi Dana Alokasi Umum

DAU = CF + AD Keterangan :

DAU = Dana Alokasi Umum CF = Celah Fiskal

AD = Alokasi Dasar

Dana Alokasi Umum diberikan berdasarkan celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal merupakan kebutuhan daerah yang dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah. Kebutuhan daerah dihitung berdasarkan variabel- variabel yang terdiri dari jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks pembangunan manusia (IPM), indeks kemahalan kontruksi (IKK), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita, sedangkan perhitungan kapasitas fiskal didasarkan atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil yang diterima daerah. Sementara alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah (Wandira, 2013: 42).

(19)

e. Pengalokasian Dana Alokasi Umum

4. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan dalam suatu perekonomian. Kemajuan suatu perekonomian ditentukan oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjukan oleh perubahan output nasional. Adanya perubahan output dalam perekonomian merupakan analisis ekonomi jangka pendek.

Secara umum teori tentang pertumbuhan ekonomi dapat di kelompokan menjadi dua, yaitu teori pertumbuhan ekonomi klasik dan teori pertumbuhan ekonomi modern. Pada teori pertumbuhan ekonomi klasik, analisis di dasarkan pada kepercayaan dan efektivitas mekanisme pasar bebas. Teori ini merupakan teori yang dicetuskan oleh para ahli ekonom klasik antara lain Adam Smith, David Ricardo.

(20)

Teori lain yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi adalah teori ekonomi modern. Teori pertumbuhan Harrod-Domar merupakan salah satu teori pertumbuhan ekonomi modern, teori ini menekankan arti pentingnya pembentukan investasi bagi pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi investasi maka akan semakin baik perekonomian, investasi tidak hanya memiliki pengaruh terhadap permintaan agregat tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi.

Dalam perspektif yang lebih panjang investasi akan menambah stok kapital.

a. Pengertian Pertumbhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan kapasitas produksi untuk mencapai penambahan output, yang diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Tekanannya pada tiga aspek, yaitu: proses, output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah

suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini kita melihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.

Tekanannya ada pada perubahan atau perkembangan itu sendiri.

Rumus Pertumbuhan Ekonomi :

R(t-1,t =(PDRBx – PDRB-1)/PDRB-1 x 100

(21)

Keterangan :

R = Pertumbuhan Ekonomi PDRBx = PDRB Saat ini PDRB-1 = PDRB Sebelumnya

Menurut Prof. Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas tersebut dimungkinkan oleh adanya kamajuan atau penyesuaian- penyesuaian teknologi, intitusional dan ideologi terhadap berbagai keadaan yang ada.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus, usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita, kenaikan pendapatan perkapita harus terus berlangsung dalam jangka panjang dan yang terakhir perbaikan sistem kelembagaan disegala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya). Sistem ini bisa ditinjau dari dua aspek yaitu: aspek perbaikan dibidang organisasi (institusi) dan perbaikan dibidang regulasi baik legal formal maupun informal. Dalam hal Ini, berarti pembangunan ekonomi merupakan suatu usaha tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemeritah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan.

(22)

Dari berbagai teori pertumbuhan yang ada yakni teori Harold Domar, Neoklasik, dari Solow, dan teori endogen oleh Romer, bahwasanya terdapat tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi.

Ketiganya adalah:

1) Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia.

2) Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selajutnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja.

3) Kemajuan teknologi

Pembangunan daerah dilaksanakan untuk mencapai tiga tujuan penting, yaitu mencapai pertumbuhan (growth), pemerataan (equity), dan keberlanjutan (sustainability).

1) Pertumbuhan (growth), tujuan yang pertama adalah pertumbuhan ditentukan sampai dimana kelangkaan sumber daya dapat terjadi atas sumber daya manusia, peralatan, dan sumber daya alam dapat dialokasikan secara maksimal dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan produktif.

2) Pemerataan (equity), dalam hal ini mempunyai implikasi dalam pencapaian pada tujuan yang ketiga, sumber daya dapat berkelanjutan maka tidak boleh terfokus hanya pada satu daerah

(23)

saja sehingga manfaat yang diperoleh dari pertumbuhan dapat dinikmati semua pihak dengan adanya pemerataan.

3) Berkelanjutan (sustainability), sedangkan tujuan berkelanjutan, pembangunan daerah harus memenuhi syarat-syarat bahwa penggunaan sumber daya baik yang ditransaksikan melalui sistem pasar maupun diluar sistem pasar harus tidak melampaui kapasitas kemampuan produksi.

b. Indikator Pertumbuhan Ekonomi wilayah

Sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Prof Rahardjo Adisasmita, dalam bukunya mengatakan bahwa ada beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah sebagai berikut.

1) Ketidakseimbangan Pendapatan

Dalam keadaan yang ideal, di mana pendapatan dengan mutlak didistribusikan secara adil, 80 persen populasi terbawah akan menerima 80 persen dari total pendapatan, sedangkan 20 persen populasi teratas menerima 20 persen total pendapatan. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), susunan pengelompokan penduduk dibagi tiga, yaitu 40 persen populasi terendah, 40 persen populasi sedang, dan 20 persen populasi teratas. Indikator ketidakseimbangan pendapatan dapat diterapkan untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah.

2) Perubahan Struktur Perekonomian

(24)

Dalam masyarakat yang maju, pembangunan ekonomi yang dilaksanakan akan mengakibatkan perubahan struktur perekonomian, dimana terjadi kecendrungan bahwa kontribusi (peran) sektor petanian terhadap nilai PDRB akan menurun, sedangkan kontribusi sektor industri akan meningkat. Sektor industri memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan nasional dan regional, sektor industri dapat menyediakan lapangan kerja yang luas, memberikan peningkatan pendapatan kepada masyarakat, menghasilkan devisa yang dihasilkan dari exspor. Oleh karena itu, perekonomian suatu wilayah harus di orientasikan selain sektor pertanian, tetapi harus pula diorientasikan kepada sektor industri.

3) Pertumbuhan Kesempatan Kerja

Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan salah satu masalah yang stategis dan sangat mendesak dalam pembangunan di Indonesia. Penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 240 jiwa, tingkat pengangguran cukup tinggi dan cenderung bertambah luas akibat krisis financial Negara-negara di dunia. Untuk mengatasi krisis ekonomi yang sangat luas tersebut, diperlukan peranan pemerintah. Salah satu langkah strategis yang ditempuh adalah pembangunan prasarana (misalnya jalan).

Pembangunan jalan yang menjangkau ke seluruh kantong-kantong produksi, akan mendorong peningkatan produksi berbagai

(25)

komoditas sektor pertanian dalam arti luas (meliputi tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan) serta barang-barang hasil industri. Pembangunan prasarana dan sarana transportasi akan menunjang berkambangnya berbagai kegiatan di sektor-sektor lainnya ( pertanian, perdagangan, industri, pariwisata dan lainnya).

4) Tingkat dan Penyebaran Kemudahan

Dalam hal ini “kemudahan” diartikan sebagai kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, baik pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari (seperti sandang, pangan, papan, memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan, kesempatan melakukan ibadah, rekreasi dan sebagainya), maupun pemenuhan kebutuhan untuk dapat melakukan kegiatan usaha misalnya mendapatkan bahan baku, bahan penolong, suku cadang, listrik, air bersih, dan jasa-jasa seperti jasa angkutan, pemasaran, perbankan dan lainnya)

5) Produk Domestik Regional Bruto

Salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah adalah dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Menurut definisi, PDRB adalah jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu

(26)

tertentu tanpa melihat faktor kepemilikan. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah diperoleh dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan yang mencerminkan kenaikan produksi barang dan jasa dari tahun ke tahun.

Menurut badan pusat statistik (BPS) ada tiga cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.

a) Pendekatan produksi

PDRB menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokan menjadi Sembilan sektor lapangan usaha yaitu:

(1) Pertanian

(2) Pertambangan dan Penggalian (3) Industri Pengolahan

(4) Listrik, gas, dan air bersih (5) Bangunan dan Konstruksi (6) Perdagangan, hotel dan restoran (7) Pengangkutan dan komunikasi

(8) Jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan (9) Jasa-jasa lainnya

(27)

b) Pendekatan pengeluaran

PDRB menurut pendekatan pengeluaran adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, dari:

(1). Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung (nirlaba)

(2). Konsumsi pemerintah

(3). Pembentukan modal tetap domestik bruto (investasi) dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

(4). Pembentukan stok Ekspor netto (exspor dikurang impor) c) Pendekatan pendapatan

PDRB menurut pendekatan pendapatan adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan.

Perhitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB , kecuali faktor pendapatan, termasuk pula komponen pendapatan ini menurut sektor disebut nilai tambah bruto (NTB sektoral). Jadi, PDRB yang dimaksud adalah jumlah dari NTB seluruh sektor lapangan usaha.

5. Hubungan Alokasi Dana Desa Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

(28)

Alokasi dana desa (ADD) adalah dana yang bersumber dari pemerintah pusat, yang diberikan kepada daerah dan diteruskan ke desa untuk membangun desa. Semakin tinggi dana desa yang disediakan, semakin tinggi tingkat pembangunan desa. Peningkatan tingkat perkembangan ini dapat meningkatkan ekonomi kegiatan masyarakat Kabupaten dan kota.

Oleh karena itu, semakin tinggi dana desa, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Pendapat ini menunjukkan bahwa alokasi dana desa memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi daerah. sesuai dengan UU No. 6 tahun 2014, tentang Desa adalah alokasi anggaran untuk desa yang berasal dari anggaran pusat yang dilakukan secara adil dan merata membuat program berbasis desa efektif. Prasetyo (2012) membuktikan bahwa alokasi dana desa mampu meningkatkan kinerja fiskal dan ekonomi regional dan mampu mengurangi jumlah orang miskin dan meningkatkan produk domestik bruto sektor pertanian. Sementara Ashari (2013) membuktikan peran alokasi dana desa dalam pengembangan infrastruktur fisik di Desa Kelinjau Ilir masih sedikit. Ini menunjukkan, ketika alokasi dana desa dialokasikan dengan benar, itu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

6. Hubungan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Mardiasmo(2002) , pendapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Desentralisasi

(29)

berarti penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah.

Semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diperoleh suatu daerah maka akan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Menurut Brata yang dikutip oleh Adi dan Harianto menyatakan bahwa terdapat dua komponen penerimaan daerah yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yaitu PAD serta sumbangan dan bantuan.

Dengan adanya kewenangan daerah dalam mengoptimalkan PAD sehingga komposisi PAD sebagai penerimaan daerah juga meningkat.

Peningkatan PAD yang dianggap sebagai modal, secara akumulasi akan lebih banyak menimbulkan eksternalisasi yang bersifat positif dan akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Prantini (2014) menyatakan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

7. Hubungan Dana Alokasi Umum terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Dana alokasi umum memiliki peran yang penting di dalam perekonomian suatu daerah. Dengan adanya tuntutan dari masyarakat yang menginginkan peningkatan kualitas layanan publik, pemerintah berusaha untuk membangun infrastruktur yang dapat memberikan manfaat yang lebih kepada masyarakat. Dengan meningkatnya alokasi Belanja Daerah Pemerintah berharap pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami

(30)

peningkatan. Permanasari (2013) menemukan bahwa dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan dana alokasi khusus dan belanja modal berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

C. Kerangka Pemikiran

Gambar.2.1 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian

Diduga Alokasi Dana Desa, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana alokasi Umum berpengaruh Positif dan Segnifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi (Y) Alokasi Dana

Desa (X1)

Pendapatan Asli Daerah (X2)

Dana Alokasi Umum (X3)

(31)

Referensi

Dokumen terkait

Balai PATP mendukung arah dan sasaran Strategis Pembangunan Pertanian dan Pangan Lima Tahun ke depan (2020-2024), melalui upaya-upaya pengelolaan alih teknologi, invensi

Hal ini disebabkan karena banyak fakta-fakta di lapangan yang memunculkan berbagai macam bentuk mainan(toys) dan permainan(game) yang berasal dari luar negeri yang

3 (2) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan Usaha Bandar Udara, Badan Usaha Angkutan Udara,

1) Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau sama sekali tidak tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. 2) Tingkat kedua adalah para pembeli

Atas dasar hal ini, maka penelitian tentang: Kajian aktivitas dan mekanisme kerja molekuler antikanker ekstrak etanol daun Chromolaena odorata Linn pada Tikus Putih Wistar

Penelitian ini menghasil beberapa simpulan, yaitu sebagai berikut: (1) peristiwa morfofonemik pada dasarnya adalah proses berubahnya sebuah fonem dalam pembentukan

Pembelajaran merupakan kumpulan dari kegiatan guru dan siswa yang disengaja atau dimaksudkan guna terwujudnya tujuan pembelajaran. Pembelajaran bertujuan agar siswa

Dari definisi-definisi diatas dapat dikatakan bahwa sistem ABC merupakan suatu metode yang mengenai sistem perhitungan biaya produk dan membebankan biaya produk tersebut