• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV

Diajukan untuk memenuhi syarat guna menyelesaikan program Strata Satu (S1)

Oleh :

Nama : HARMAIN SAID NIM : 0140311-129

Peminatan : TEKNIK TENAGA LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

2007

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana, pada jurusan Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana. Judul Tugas Akhir :

MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV

Nama : Harmain Said NIM : 0140311-129

Peminatan : Teknik Tenaga Listrik Telah Disetuji dan Diterima Oleh :

Pembimbing Koordinator Tugas Akhir

Ir. Badaruddin Ir. Yudhi Gunardi, MT.

Mengetahui

Ketua Jurusan Teknik Elektro

Ir. Budi Yanto Husodo, Msc.

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir yang berjudul :

MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV

Adalah benar karya pribadi saya dan sepanjang sepengetahuan saya belum pernah dipublikasikan oleh orang lain dan bukan duplikasi karya tulis yang sudah dipakai untuk mendapatkan gelar sarjana di Universitas lain, kecuali pada bagian-bagian sumber informasi dicantumkan dengan cara referensi yang semestinya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 21 April 2007

Penulis

Harmain Said

(4)

iii KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Bismillaahirrahmaanirrahiim penulis mencoba memulai penulisan Skripsi ini. Syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan, kesempatan dan kelapangan pikiran kepada penulis hingga akhirnya Skripsi ini selesai. Serta shalawat beriring salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk membantu pemahaman dan pengertian mengenai pentingnya andongan pada sistem transmisi. Dalam hal ini penulis mengambil pembahasan tentang ‘ MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV’

Pada penulisan Skripsi ini penulis banyak mendapat dukungan serta bimbingan yang diberikan sehingga memungkinkan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini sesuai dengan rencana. Maka dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda (Alm) H. Baharuddin Said yang terus memberikan dukungan serta doa restunya. Semoga Allah SWT memberikan karunia-Nya dan memberikan tempat yang baik di sisi-Nya.

2. Ibunda Hj, Nurdahlena Siregar serta saudara-saudara saya yang tercinta yang tidak pernah lelah memberikan dukungan serta doanya.

(5)

iv 3. Bapak Ir. Badaruddin selaku Pembimbing saya yang selalu

memberikan masukan-masukan untuk penulisan Skripsi saya ini.

4. Bapak Ir. Budi Yanto Husodo, M.Sc selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercubuana.

5. Bapak Ir. Yenon Orsa, MT selaku Direktur Perkuliahan Sabtu Minggu Universitas Mercubuana yang selalu aktif memberi masukan kepada mahasiswanya untuk dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf karyawan di Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercubuana.

7. Buat adik Sapitri yang tidak bosan memberikan dukungan dan doanya hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Buat semua sahabat-sahabat dekat saya yang selalu membantu.

9. Buat rekan-rekan mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercubuana dan semua pihak yang turut memberikan bantuan, saran dan kritikan demi sempurnya Skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyajian Skripsi ini baik tulisan maupun materi masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis. Sehingga kemungkinan dijumpai kekurangan-kekurangan dalam Skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung

(6)

v maupun tidak langsung selama penulis menyusun Skripsi ini. Semoga Penulisan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Jakarta, 20 May 2007 Penulis

Harmain Said NIM : 0140311-129

(7)

vi ABSTRACT

The transmission lines was something that was very absolute in some system the electricity power.In the distribution of the electricity power from the centres of the generator to the burden (the consumer), where his distance quite far then was carried out through the transmission channel. In this transmission lines the voltage was increased from the centre of the generator through the transformer to the value of the voltage that was wanted.

To more optimised results that will be received in building a transmission lines, here the writer tried to discuss the mechanical criterion in transmission planning especially in “ Count Andongan the escort's Wire to the Transmission Lines 150 of kVA “ as well as several of his supportive aspects like the escort's clearance, strong attracted the escort and the geographical situation.

So as eventually will be received by results that were more optimal to build the transmission lines that in accordance with his geographical condition in order to satisfies the requirement for the electricity power that increasingly increased

(8)

vii ABSTRAK

Saluran transmisi adalah suatu hal yang sangat mutlak dalam suatu system tenaga listrik. Dalam penyaluran tenaga listrik dari pusat-pusat pembangkit ke beban (konsumen), dimana jaraknya cukup jauh maka dilakukan lewat saluran transmisi. Pada saluran transmisi ini tegangan dinaikkan dari pusat pembangkit melalui transformator ke harga tegangan yang diinginkan.

Untuk lebih mengoptimalkan hasil yang akan diperoleh dalam membangun sutau saluran transmisi, disini penulis mencoba membahas kriteria mekanis dalam perencanaan transmisi khususnya dalam “ Menghitung Andongan Kawat Penghantar Pada Saluran Transmisi 150 kVA “ serta beberapa aspek yang mendukungnya seperti jarak antara penghantar, kuat tarik penghantar dan keadaan geografis.

Sehingga nantinya akan diperoleh hasil yang lebih optimal untuk membangung saluran transmisi yang sesuai dengan kondisi geografisnya guna memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang semakin meningkat.

(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……… i

LEMBAR PERNYATAAN ……… ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

ABSTRACT ……… vi

ABSTRAK ……….. vii

DAFTAR ISI ………. viii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1. Latar Belakang ……….………... 1

1.2. Tujuan Penulisan ……..………. 2

1.3. Batasan Masalah ………. 3

1.4 Metode Penulisan ……… 3

1.5. Manfaat Penulisan ………... 4

1.5. Sistematika Penulisan ………. 4

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI………... 6

2.1. Umum ………. 6

2.2. Diagram Satu Garis Sistem Daya ……….. 7

2.3. Saluran Transmisi ……….. 8

2.4. Klasifikasi Saluran Transmisi ……… 9

2.4.1 Berdasarkan Jenis Arus ……….. 9

2.4.2 Berdasarkan Tegangan Transmisi ……….. 10

2.4.3 Berdasarkan Fungsinya Dalam Operasi …. 10 BAB III PENGHANTAR SALURAN TRANSMISI……… 12

(10)

ix

3.1. Kawat Penghantar …………..……….. 12

3.1.1 Pengertian ……….. 12

3.1.2 Bahan ……….. 12

3.1.3 Jenis Kawat Penghantar ……… 13

3.1.4 Tegangan Tarik Pada Penghantar …………. 14

3.2. Jarak Antar Penghantar ………... 16

3.2.1 Jarak Horizontal ……… 16

3.2.2 Jarak Vertikal ……… 17

3.3. Menara Transmisi ……… 18

3.4. Tekanan Angin ………... 19

3.5. Jarak antara Tiang (Span) ……….. 20

3.6. Andongan Kawat Penghantar ……… 20

3.6.1 Kedua Menara Sama Tinggi ………. 21

3.6.2 Kedua Menara Tidak Sama Tinggi ……… 22

3.7. Rentangan Vertikal ……… 24

3.8. Template untuk Penempatan Menara……….27

3.8.1 Penggambaran Template ………. 28

3.9. Pemakaian Template ……… 30

BAB IV MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV……….. 35

4.1. Menghitung Andongan Kawat Penghantar ACSR Pada Saluran Transmisi 150 kV ……….. 36

4.1.1. Perhitungan Andongan Untuk Menara Sama Tinggi ……….. 36

(11)

x 4.1.2. Perhitungan Andongan Untuk Menara

Tidak Sama Tinggi ……… 39

4.2. Menghitung Andongan Kawat Penghantar AAC Pada Saluran Transmisi 150 kV ……….. 42

4.2.1 Perhitungan Andongan Untuk Menara Sama Tinggi ……….. 43

4.2.2 Perhitungan Andongan Untuk Menara Tidak Sama Tinggi ……… 46

BAB V PENUTUP ……….. 50

5.1. Kesimpulan ……….. 50

5.2. Saran ………. 50

DAFTAR PUSAKA ……… 52

DAFTAR TABEL ………... xi

DAFTAR GAMBAR ……….. xx

(12)

xi DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik mekanik kawat aluminium Hard Drawn Kuat Tarik (kg) Luas

Penampang (mm2)

Diamater

(mm) Berat (kg/km)

Minimum Rata-Rata

15,90 4,5 42,93 257 268

13,85 4,2 37,40 224 234

12,57 4,0 33,94 203 212

11,34 3,8 30,62 183 191

10,75 3,7 29,03 178 185

9,621 3,5 15,98 159 169

8,042 3,2 21,71 133 141

6,605 2,9 17,83 111 118

5,309 2,6 14,33 91,5 97,0

4,155 2,3 11,22 74,5 78,9

3,142 2,0 8,48 58,5 61,9

(13)

xii Tabel 2. Karakteristik mekanik kawat aluminium campuran Hard Drawn

Luas Penampang Terhitung

(mm2)

Diamater (mm)

Berat (kg/km)

Kuat Tarik (kg)

Tegangan Tarik Minimum (kg/mm2)

19,64 5,0 53,03 619 31,5

15,90 4,5 42,93 501 31,5

12,57 4,0 33,94 396 31,5

10,75 3,7 29,03 339 31,5

9,621 3,5 25,98 303 31,5

8,042 3,2 21,71 253 31,5

6,605 2,9 17,83 208 31,5

5,309 2,6 14,33 167 31,5

4,155 2,3 11,22 131 31,5

3,142 2,0 8,48 99 31,5

(14)

xiii Tabel 3. Karakteristik mekanik kawat baja galvanisasi siberlilit

Ukuran Luas Penampang

Nominal (mm2)

Jumlah Diamater

(mm)

Luas Penampang

Terhitung (mm2)

Diameter Luar (mm)

Berat

(kg/km) Kuat Tarik (kg)

135 7/5,0 137,4 15,0 1092 15400

110 7/4,5 11,3 12,5 884,4 12500

90 7/4,0 87,99 12,0 698,7 9800

70 7/3,5 67,35 10,5 535,0 7560

55 7/3,2 56,30 9,6 447,3 6300

45 7/2,9 46,24 8,7 367,3 5200

38 7/2,6 37,1 7,8 295,3 4180

30 7/2,3 29,09 6,9 231,0 3270

22 7/2,0 21,99 6,0 174,7 2470

(15)

xiv Tabel 4. Karakteristik mekanik kawat baja galvanisasi siberlilit Hard Dawn Ukuran Luas

Penampang Nominal

(mm2)

Jumlah Diamater

(mm)

Luas Penampang

Terhitung (mm2)

Diameter Luar (mm)

Berat

(kg/km) Kuat Tarik (kg)

500 61/3,2 490,6 28,8 1351 13890

400 61/2,9 402,9 26,1 1109 11420

400 37/3,7 397,8 25,9 1092 11290

360 37/3,5 356,0 24,5 977,6 10900

300 37/3,2 297,6 22,4 816,9 8420

240 19/4,0 238,6 20,0 652,6 6770

200 37/2,6 196,4 18,2 539,2 5560

200 19/3,7 204,3 18,5 558,2 5800

180 19/3,5 182,8 17,5 499,5 5180

150 19/3,2 152,8 16,0 417,4 4330

125 19/2,9 125,5 14,5 342,8 3560

100 19/2.6 100,9 13,0 275,5 2860

90 7/4,0 87,99 12,0 240,4 2490

70 7/3,5 67,35 10,5 184,0 1910

55 7/3,2 56,29 9,6 153,8 1590

45 7/2,9 46,24 8,7 126,3 1310

38 7/2,6 37,16 7,8 101,5 1050

30 7/2,3 29,09 6,9 79,5 825

22 7/2,0 21,99 6,0 60,1 624

(16)

xv

16 3/2,6 15,93 5,6 43,5 451

12 3/2,3 12,47 5,0 34,1 354

10 3/2,0 9,43 4,3 25,7 267

(17)

xvi Tabel 5. Karakteristik mekanik kawat tembaga berlilit

Ukuran Luas Penampang

Nominal (mm2)

Jumlah Diamater

(mm)

Luas Penampang

Terhitung (mm2)

Diameter Luar (mm)

Berat

(kg/km) Kuat Tarik (kg)

1000 127/3,2 1021 41,6 9135 40100

850 127/2,9 838,8 37,7 7651 33000

725 91/3,2 731,8 35,2 6655 28700

600 91/2,9 601,1 31,9 5466 23700

500 61/3,2 490,6 28,8 4448 19300

400 61/2,9 402,9 26,1 3654 15900

325 61/2,6 323,8 23,4 2937 12900

250 61/2,3 253,5 20,7 2298 10200

240 37/2,6 196,4 18,2 1776 7830

150 37/2,3 153,7 16,1 1390 6160

125 19/2,9 125,5 14,5 1129 4960

100 19/2,0 100,9 13,0 907,6 4020

80 19/2,3 78,95 11,5 710,3 3160

60 19/2,0 59,70 10,0 537,0 2410

38 7/2,6 37,16 7,8 334,4 1480

30 7/2,3 29,09 6,9 261,7 1170

22 7/2,0 21,99 6,0 197,9 888

14 7/1,6 14,08 4,8 126,7 574

8 7/1,2 7,92 3,6 71,1 326

(18)

xvii Tabel 6. Karakteristik mekanik kawat tembaga berlilit Hard Dawn

Ukuran Luas Penampang

Nominal (mm2)

Jumlah Diamater

(mm)

Luas Penampang

Terhitung (mm2)

Diameter Luar (mm)

Berat

(kg/km) Kuat Tarik (kg)

240 19/4,0 238,8 20,0 2148 9180

200 19/3,7 204,3 18,5 1838 7910

180 19/3,5 182,8 17,5 1645 7120

150 19/3,2 152,8 16,0 1375 5990

125 19/2,9 125,5 14,5 1129 4960

100 7/4,3 101,6 12,9 914,5 3880

75 7/3,7 75,25 11,1 677,0 2910

55 7/3,2 56,29 9,6 506,4 2210

45 7/2,9 46,24 8,7 416,0 1830

38 7/2,6 37,16 7,8 334,4 1480

30 7/2,3 29,09 6,9 261,7 1170

22 7/2,0 21,99 6,0 197,9 890

(19)

xviii Tabel 6. Karakteristik mekanik kawat tembaga berlilit Hard Dawn

Konstruksi (Jumlah/Diameter

dalam mm)

Luas Penampang

Terhitung (mm2) Diamater Luar (mm) Ukuran

Luas Penampang

Nominal

(mm2) Aluminium Baja Aluminium Baja

Kuat Tarik Minimum

(kg) Aluminium Baja

Berat (kg/km)

680 54/4,0 19/2,4 678,8 85,96 20310 36,00 12,0 2556

610 54/3,8 7/3,8 612,4 79,38 18150 34,20 11,4 2320

590 30/5,0 19/3,0 589,0 134,3 24250 35,00 15,0 2688

520 54/3,5 7/3,5 519,5 67,35 15600 31,50 10,5 1969

480 30/4,5 19/2,7 477,0 108,8 20160 31,50 13,5 2176

430 54/3,2 7/3,2 434,3 56,29 13080 28,80 9,6 1645

420 30/4,2 19/2,5 415,5 93,27 17390 29,30 12,5 1883

410 26/4,5 7/3,5 413,4 67,35 13890 28,50 10,5 1673

380 30/4,0 19/2,4 377,1 85,96 15930 28,00 12,2 1720

360 54/2,9 7/2,9 356,7 46,24 11010 26,10 8,7 1351

330 26/4,0 7/3,1 326,8 52,84 10930 25,30 9,3 1320

330 54/2,8 7/2,8 332,5 43,11 10290 25,20 8,4 1260

320 30/3,7 7/3,7 322,5 75,25 13630 25,90 11,1 1484

290 30/3,5 7/3,5 288,6 67,35 12170 24,50 10,5 1328

290 54/2,6 7/2,6 286,7 37,16 8964 23,40 7,8 1086

250 26/3,5 7/2,72 250,1 40,80 8670 22,16 8,16 1013

240 30/3,2 7/3,2 241,3 56,29 10210 22,40 9,6 1110

210 26/3,2 7/2,49 209,1 34,09 7260 20,27 7,47 847,0

200 30/2,9 7/2,9 198,2 46,24 8620 20,30 8,7 911,7

170 26/2,9 7/2,26 171,7 28,08 6010 18,38 6,78 696,2

160 30/2,6 7/2,6 159,3 37,16 6990 18,20 7,8 732,8

140 26/2,6 7/2,02 138,0 22,44 4860 16,46 6,06 558,1

120 30/2,3 7/2,3 124,7 29,09 5590 16,10 6,0 573,7

(20)

xix

120 12/3,5 7/3,5 115,5 67,35 9590 17,50 10,5 848,1

110 26/2,3 7/1,79 108,0 17,61 3960 14,57 5,37 437,0

97 12/3,2 7/3,2 96,50 56,29 8050 16,00 9,6 708,9

95 6/4,5 1/4,5 95,40 15,90 3180 13,50 4,5 358,2

90 6/4,3 1/4,3 87,12 14,52 2910 12,90 4,5 351,8

80 6/4,2 1/4,2 83,10 13,85 8770 12,60 4,3 335,5

79 12/2,9 7/2,9 79,26 46,24 6820 14,50 4,2 582,1

75 6/4,0 1/4,0 75,42 12,57 2510 12,00 8,7 304,6

64 12/2,6 7/2,6 63,71 37,16 5510 13,00 4,0 468,0

58 6/3,5 1/3,5 57,73 9,621 1980 10,50 7,8 233,1

50 12/2,3 1/2,3 49,86 29,09 4340 11,50 3,5 366,3

48 6/3,2 1/3,2 48,25 8,042 1660 9,6 6,9 194,8

40 6/2,9 1/2,9 39,63 6,605 1400 8,7 3,2 196,0

32 6/2,6 1/2,6 31,85 5,309 1140 7,8 2,6 128,6

25 6/2,3 1/2,3 24,93 4,155 907 6,9 2,3 100,7

19 6,20 1,20 18,85 3,142 698 6,0 2,0 76,12

(21)

xx DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram Satu Garis Sistem Daya Gambar 2.2. Saluran Transmisi Rangkaian Tunggal Gambar 2.3. Gambar Saluran Transmisi Rangkaian Ganda Gambar 3.1. Kedua Menara Sama Tinggi

Gambar 3.2. Kedua Menara Tidak Sama Tinggi Gambar 3.3. Rentangan Vertikal

Gambar 3.4. Pergeseran Titik Terendah pada Rentangan

Gambar 3.5. Rentangan Vertikal Berdasarkan Pergeseran Titik Terendah Gambar 3.6. Jarak Bebas Penghantar Terhadap Permukaan Bumi

Gambar 3.7. Template

Gambar 3.8. Pemakaian Template

Gambar 3.9. Lengkungan Penghantar yang Tidak Memenuhi Persyaratan Jarak Bebas

Gambar 3.10. Pemakaian Menara yang Lebih Tinggi Gambar 3.11. Penambahan Satu Menara

(22)

xxi

(23)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan merupakan suatu kegiatan pemikiran yang sistematis, berjangka panjang, berorientasi rasional akan pembangunan, tugas, tujuan dan kebutuhan masa depan dalam rangka mengambil langkah-langkah atau tindakan- tindakan pelaksanaan yang perlu ditempuh dalam persiapan sebelumnya guna mencapai sasaran yang telah ditetapkan secara optimal.

Perencanaan transmisi yang terdiri atas kriteria listrik dan kriteria mekanis mempunyai tujuan untuk mencari kemungkinan-kemungkinan pengadaan saluran transmisi seoptimal mungkin guna memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik yang terus menerus meningkat membuat perusahaan listrik yang ada lebih memaksimal potensi yang ada lebih memaksimalkan potensi yang ada, antara lain dengan mengurangi rugi-rugi yang timbul pada saat penyaluran tenaga listrik. Salah satu cara adalah dengan memperhatikan sistem transmisi yang merupakan bagian dari system tenaga listrik untuk menyalurkan daya listrik dari pusat pusat tenaga listrik ke gardu induk yang selanjutnya didistribusikan kepada konsumen.

Pada perencanaan mekanis adanya tekanan angin yang merupakan gaya- gaya mekanis pada menara dan penghantar perlu diperhitungkan. Penghantar yang digunakan harus memiliki kekuatan mekanis yang baik. Pemakaian kawat penghantar dibatasi oleh karakteristik mekanis serta beratnya sendiri yang dapat menyebabkan andongan yang berlebihan pada suatu rentangan. Di samping itu

(24)

2 penghantar dapat berayun melebihi batas-batas yang telah ditetapkan bila ditiup angina dan mengganggu jarak bebas.

Pada daerah-daerah dimana permukaan bumi tidak rata, misalnya daerah pegunungan, andongan kawat dapat mendekati permukaan bumi pada bagian- bagian yang tinggi diantara dua menara. Untuk mencegah hal ini, diperlukan penampang peta lokasi saluran udara dan pemakaian template agar pada pemasangan kawat pada suatu rentangan, diperoleh andongan dengan jarak bebas dari permukaan bumi.

Pada skripsi ini, penulis mencoba menjelaskan bagian dari perencanaan saluran transmisi yaitu “ Menghitung Andongan Kawat Penghantar Pada Saluran Transmisi 150 kV” yang dapat dipakai sebagai acuan dalam pembangunan saluran transmisi.

1.2 Tujuan Penulisan

Untuk memperoleh hasil yang optimal dari saluran transmisi, maka perlu diperhatikan beberapa hal yang erat kaitannya dengan pembangunan saluran transmisi itu sendiri. Dalam Skripsi ini penulis mencoba menguraikan cara menghitung andongan kawat penghantar yang sebagai perbandingan penulis mengambil data-data di PT. PLN (Persero) P3B Region Jakarta Banten, Cililitan Jakarta Timur, yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan atau bahan pertimbangan dalam membangun saluran transmisi sehingga akan diperoleh hasil yang lebih optimal.

(25)

3 1.3 Batasan Masalah

Sesuai denan judul skripsi ini, yaitu “ Menghitung Andongan Kawat Penghantar Pada Saluran Transmisi 150 kV ” , maka penulisan Skripsi ini hanya terbatas pada aspek-aspek yang berhubungan dengan perencanaan saluran transmisi khususnya perhitungan andongan kawat penghantar sesuai dengan kondisi menara. Hal ini bertujuan agar dalam penulisan Skripsi ini lebih terarah dan lebih mudah dipahami yang juga karena kemampuan dari penulis yang terbatas.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan metode-metode penelitian sebagai berikut :

a. Studi literature, yaitu dengan mengumpulkan, membaca, mengolah data dari buku buku referensi, jurnal, artikel dan lain lain yang berhubungan dengan tugas akhir ini.

b. Mengadakan wawancara dan diskusi, yaitu dengan meminta penjelasan mengenai informasi dan data-data yang diperlukan baik secara langsung dengan pimpinan (Kabag) maupun dari petugas terkait PT.PLN (Persero) dan diskusi dengan rekan-rekan mahasiswa.

c. Memformulasikan masalah dengan memasukkan rumus-rumus yang akan digunakan dalam analisa.

d. Menganalisa dan memahami hasil-hasil yang diperoleh dari data-data yang dimasukkan kedalam formulasi yang sudah dibuat.

(26)

4 1.5 Manfaat Penulisan

Skripsi ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Mahasiswa yang ingin mempelajari hal yang sama.

2. Penulis sendiri, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman agar mampu melakukan penghitungan andongan kawat penghantar. Dan sebagai bahan masukan dan bahan bandingan kelak ketika terjun kelapangan.

1.6 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, uraian dan isi secara ringkas adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahulan

Bab ini menerangkan mengenai latar belakang pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika pembahasan.

BAB II Sistem Saluran Transmisi

Bab ini menerangkan tentang sistem saluran transmisi, diagram satu garis dari sistem daya, serta klasifikasi saluran transmisi.

BAB III Penghantar Saluran Transmisi

Bab ini menerangkan tentang bagian penting dari penghantar saluran transmisi berupa jenis penghantar, tegangan tarik pada penghantar, jarak antar penghantar dan menara transmisi.

BAB IV Menghitung Andongan Kawat Penghantar Pada Saluran Transmisi 150 kV

(27)

5 Bab ini menguraikan perhitungan andongan kawat penghantar yang meliputi tekanan angina, jarak gawang (span), template untuk penempatan menara dan andongan penghantar.

BAB V Penutup

Bab ini merupakan bab akhir dari penulisan yang merupakan intisari dari Skripsi ini yang berisi Kesimpulan dan Saran .

(28)

6 BAB II

SISTEM SALURAN TRANSMISI

2.1. Umum

Tenaga listrik dapat dibangkitkan dengan mudah dan ekonomis hanya pada tempat-tempat dimana sumber dari pembangkit tenaga seperti batubara dan air tersedia. Ini jelas bahwa sumber dari tenaga listrik tersebut tersedia tidak tersedia pada seluruh tempat, karena itu lokasi pembangkitan dibangun pada tempatyang benar-benar tersedia kebutuhan-kebutuhan untuk pembangkitan itu sendiri. Dan melalui saluran transmisi inilah penyaluran tenaga listrik ini sampai pada konsumen. Adapun komponen utama dari saluran transmisi itu sendiri adalah :

a. Menara transmisi atau tiang transmisi beserrta pondasinya, b. Isolator,

c. Kawat penghantar (conductor), d. Kawat tanah (ground wire).

Pusat-pusat tenaga listrik, terutama yang menggunakan air (PLTA) umumnya terletak jauh dari tempat-tempat dimana tenaga listrik digunakan atau pusat-pusat beban (Load Centers).

Dengan demikian tenaga listrik yang dibangkitkan harus disalurkan menggunakan kawat-kawat atau saluran trasnsmisi.

Dalam transmisi energi listrik, tegangan yang digunakan adalah tegaangan tinggi agar diperoleh aliran arus yang rendah dan berarti mengurangi rugi daya (Head Loass) I² R yang menyertainya. Mengingat tegangan generator yang

(29)

7 dihasilkan pada umumnya rendah, antara 6 – 20 KV, maka tengangan ini biasanya dinaikkan ketingkat yang lebih tinggi antara 30 -500 KV dengan menggunakaan transformator penaik tegangan (Step-Up Transformator). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan keandalan sistem tenaga pembangkit yang saling berjauhan dan saling berinterkoneksi. Dan ketika saluran transmisi mencapai pusat beban, tegangan tersebut akan diturunkan kembali menjadi tegangan menengah dengan menggunakan transformator penurun tegangan (Step-Down Transformator).

2.2. Diagram Satu Garis Sistem Daya

Diagram satu garis sistem daya ditunjukkan pada Gambar 2.1. Diagram satui garis ini terdiri dari sistem transmisi yang dibagi atas:

1. Transmisi sisi primer

Pengiriman daya secara besar-besaran dari pusat pembangkit primer gardu induk (Primery Substation), ataupun untuk kerjasama antar beberapa buah (unit) pusat pembangkit (Inter Connection System).

2. Transmisi sisi sekunder

Pengiriman daya listrik dari gardu induk sisi sekunder (Secondary Substation) ke pusat-pusat beban.

Step Up Transformator

Transmissi on line

Step Down Transformator

Sisi Primer Sisi Skunder

Gambar 2.1. Diagram satu garis sistem daya

(30)

8 2.3. Saluran Transmisi

Transmisi terdiri dari seperangkat konduktor yang membawa energi listrik dan mentransmisikan dari pusat pembangkit ke gardu induk primer. Konduktor dari saluran transmisi tersebut digantungkan pada isolator yang dikaitkan dengan menara. Gambar 2.2 dan 2.3 menunjukkan sketsa dari saluran transmisi. Gambar 2.2 memperlihatkan bagian dari menara yang membawa tida bagian dari konduktor (3) tiga phasa R, S dan T, ini disebut rangkaian tunggal. Gambar 2.3 menunjukkan menara yang membawa 6 (enam) konduktor. Keenam konduktor ini tersusun diatas dua rangkaiaan yang terpisah, masing-masing kawat debgab phasa R, S dan T. Tipe yang ditunjukkan pada Gambar 2.3 disebut dengan saluran transmisi rangkaian ganda.

R

S T

Gambar 2.3 Saluran transmisi rangkaian tunggal

(31)

9 R1

S1

T1

R2

S2

T2

Gambar 2.3 Saluran Transmisi rangkaian Ganda

2.4. Klasifikasi Saluran Transmisi

Saluran transmisi dapat diklarifikasikan (dibagi) menjadi beberapa bagian, yaitu :

2.4.1. Berdasarkan Jenis Arus

Menurut jenis arus dikenal sistem arus bolak-balik (AC) dan sistem arus searah (DC). Sistem arus bolak-balik merupakan sistem yang banyak digunakan saat ini mengingat beberapa kelebihan-kelebihannya seperti :

o mudah pembangkitannya o mudah pengaturan tegangannya o dapat menghasilkan medan putar

o dengan sistem tiga phasa, daya yang disalurkan melalui jaringan lebih besar.

(32)

10 Bukan berarti saluran DC tidak mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan saluran AC, seperti : isolasinya yang lebih sederhana, daya guna (efisiensi) yang lebih tinggi (karena power faktornya 1) serta tidak ada masalah stabilitas sehingga dimunggkinkan untuk penyaluran jarak jauh. Akan tetapiu masalah ekonomisnya masih harus diperhitungkan. Penyaluran energi listrik dengan sistem DC harus dapat dianggap ekonomis bila jarak saluran udara lebih jauh, antara 400 – 600 km, atau untuk saluran bawah tanah lebih panjang dari 50 km. Ini disebabkan karena biaya peralatan pengubah AC ke DC dan sebaliknya yang cukup tinggi.

2.4.2. Berdasarkan Tegangan Transmisi

Di Indonesia standar tegangan transmisi adalah :70 KV, 150 KV, 275 KV dan 500 KV, Penentuan tegangan transmisi ini dengan memperhitungkan daya yang disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran, keandalan, biaya peralatan serta tegangan-tegangan yang sekarang dan yang direncanakan. Kecuali itu, penentuan tegangan harus dilihat dari standarisasi peralatan yang ada.

2.4.3. Berdasarkan Fungsinya Dalam Operasi

Berdasarkan fungsinya dalam operasi , saluran transmisi sering diber nama antara lain :

1. Transmisi yang menyalurkan daya besar dari pusat-pusat pembangkit ke daerah beban, antaraa dua atau lebih sistem.

2. Sub transmisi, biasanya merupakan transmisi pencabangan dari saluran yang lebih tinggi ke saluran yang lebih rendah.

(33)

11 3. Distribusi di Indonesia telah ditetapkan bahwa tegangan distribusi adalah

20 KV.

(34)

12 BAB III

PENGHANTAR SALURAN TRANSMISI

3.1. Kawat Penghantar 3.1.1 Pengertian

Kawat penghantar adalah kawat untuk menghantarkan arus listrik dan mempunyai sifat-sifat daya hantar listrik yang baik dan tahan panas serta mempunyai daya mekanis yang baik. Penghantar untuk saluran transmisi adalah kawat tanpa isolasi (bare) yaang terbuat dari bahan tembaga, perunggu, alumunium, logam biasa dan logam campuran yang berbentuk padat, berlilit dan berongga.

Pada sistem tegangan listrik , kawat penghantar yang bertegangan dapat dijumpai pada saluran transmisi, gardu induk dan panel daya.

3.1.2 Bahan

Bahan kawat penghantar yang digunakan untuk saluran energi listrik perlu memiliki sifat-sifat berikut :

a. Konduktivitas tinggi

b. Kekuatan tarik mekanikal yang tinggi c. Mempunyai titik berat

d. Biaya murah (rendah), dan e. Tidak mudah patah

Untuk keperluan ini yang paling banyak digunakan adalah tembaga aluminium dan berbagai kombinasi dari kedua bahan tersebut. Untuk saluran udara biasanya

(35)

13 digunakan kawat yang tidak solid, melainkan terdiri atas jalinan beberapa kawat.

Kawat penghantar jalinan (stranded wires) biasanya terdiri atas sebuah kawat berpusat dengan sekelilingnya lapisan-lapisan 6,12,18 atau 24 kawat, untuk n lapisan, jumlah kawat adalah sebanyak [3n(n+1)+1]. Bilamana tiap kawat adalah d, maka diameter kawat jalinan seluruhnya adalah (2n+1)d.

3.1.3 Jenis Kawat Penghantar

Jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah kawat tembaga dengan konduktivitas 100 % (CU 100%), kawat tembaga yang konduktivitasnya 97,5% atau kawat aluminium dengan konduktivitas 61%

(Al 61%). Kawat penghantar aluminium terdiri dari berbagai jenis dengan lambang sebagai berikut :

a. AAC = “All Aluminium Conductor”,

Yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari aluminium.

b. AAAC = “ All Aluminium Alloy Conductor”,

Yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran aluminium.

c. ACSR = “ Aluminium Conductor Steel Reinforced”,

Yaitu kawat penghantar aluminium berinti kawat baja.

d. ACAR = “ Aluminium Conductor Alloy Reinforced “,

Yaitu kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.

(36)

14 Kawat tembaga mempunyaai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kawat aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Tetapi kelemahannya ialah, untuk besar tahanan yang sama, kawat tembaga lebih berat dari kawat aluminium dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kaawat aluminium telah menggantikan kedudukan kawat tembaga. Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat aluminium digunakan campuran aluminium (Aluminium Alloy). Untuk saluran transmisi teganggan tinggi, dimana jarak antara 2 (dua) tiang / menara jauh (ratusan meter), dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, untuk itu digunakan kawat ACSR.

3.1.4 Tegangan Tarik Pada Penghantar

Penghantar yang digunakan harus cukup aman dalam menyalurkan tenaga listrik. Untuk itu daya kerja maksimum pada kawat karus ditambah kan dengan faktor keamanan 2,2 untuk kawat tembaga tarikan keras (hard drawn) dan 2,5 untuk kawat ACSR serta kawat-kawat lainnya. Bila tarikan sehari-hari pada kawat besar, maka penghantar mudah menjadi letih karena getaran. Hal ini perlu diperhatikan dalam mempertimbangkan besarnya kekuatan kerja maksimum.

Apabila tegangan kerja maksimum telah ditetapkan, maka andongan dan tegangan tarik kawat dalam berbagai kondisi dapat dihitung. Untuk kawat yang membentuk lengkungan parabolis andongan dan tariknya adalah :

Untuk mencari tegangan tarik kawat dipergunakan rumus 2) :

f2² { f1 ² + ( K – tE ) } = M (3.1) Dimana

f 1 = Tegangan kerja kawat penghantar [ kg/mm² ]

(37)

15 f2 = Tegangan tarik terhadap andongan [ kg/mm² ]

t = Suhu maksimum pada andongan tertentu [/˚C]

E = Koefisien elastisitas penghantar [kg/mm2] α = Koefisien permulaan linier [/˚C]

K = Koefisien tegangan tarik [kg/mm2] M = Tegangan tarik kawat [kg/mm2]

Untuk mencari andongan (D) dipergunakan rumus 2) :

D = 2

2 2

8 f S δq

(3.2)

Dimana

D = Andongan [m]

δ = Berat konduktor perluas penampang [kg/mm² ] q2 = 1,37 untuk ketegangan maksimum

q2 = 1 untuk menghitung andongan S = Rentangan [m]

Untuk mencari koefisien tegangan tarik kawat (K) dipergunakan rumus 2) :

K = f1 2

1 2 2 1 ) (

f E S qδ

(3.3)

Sehingga berdasarkan rumus-rumus diatas didapat rumus untuk mencari tegangan tarik kawat (M) yaitu :

M = 2

1 2 2 2 ) (

f E S q δ

(3.4)

Untuk mencari berat konduktor perluas penampang (δ )

(38)

16 δ =

A

W (3.5)

Dimana :

W = Berat Penghantar persatuan panjang [kg/m]

A = Luas Penampang penghantar [mm2]

Untuk mencari tegangan kerja kawat penghantar ( f ) dipergunakan rumus : 1

f1 =

A

T (3.6)

3.2 Jarak Antar Penghantar

Dalam perencanaan saluran transmisi, jarak antar penghantar harus diperhitungkan dengan kemungkinan penghantar saling mendekat terutama di tengah rentangan di mana andongan maksimum. Lompatan api tidak boleh terjadi bila penghantar saling mendekat. Untuk itu harus ditentukan jarak minimal antar kawat sehingga terhindar dari kemungkinan adanya loncatan api.

Karena andongan kawat tergantung dari beberapa factor misalnya ukuran dan jenis penghantar, rentangan, cuaca dan lain sebagainya, maka sulit diadakan standar untuk jarak tersebut. Karena itu factor pengalaman sangat penting artinya dalam menentukan jarak antar penghantar. Di bawah ini diterangkan beberapa jarak antar penghantar.

3.2.1 Jarak Horizontal a. Rentangan Standar

2.5. Rangkaian Tunggal (Konfigurasi Horizontal) 1)

(39)

17 C = 0,4 + h

1 1

, 1 k

v (3.7)

Dimana Ch = jarak horizontal [m]

v = rentangan nominal [m]

k1 = konstanta [20~30]

2.6. Rangkaian Ganda (Konfigurasi Vertikal)

Ch = 1,5 + 1 2

, 1 k

v (3.8)

Dimana Ch = jarak horizontal [m]

v = rentangan nominal [m]

k2 = konstanta [20~30]

b. Rangkaian Besar

Ch = 0,0625 D + 0,021 v (3.9)

Dimana Ch = jarak horizontal [m]

v = rentangan nominal [m]

D = andongan [m]

3.2.2. Jarak Vertikal

a. Rentangan Standar

Cv = 1,0 + 1 3

, 1 k

v (3.10)

Dimana C v = jarak horizontal [m]

v = rentangan nominal [m]

(40)

18 k3 = konstanta [40~50]

b. Rentangan Besar

Cv = 2,0 + 1 4

, 1 k

v (3.11)

Dimana Cv = jarak horizontal [m]

v = rentangan nominal [m]

k4 = konstanta [50~60]

3.3 Menara Transmisi

Menara atau tiang transmisi merupakan suatu bangunan penopang saluran transmisi berupa menara baja, tiang baja, tiang beton dan tiang kayu.

Menurut karakteristiknya menara transmisi terbagi atas : a. Menara kayu (rigid)

b. Menara Lentur (flexible)

c. Menara setengah lentur (semi flexible)

Pemilihan menara untuk transmisi dilakukan secara ekonomis dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

a. Lokasi Saluran b. Pentingnya Saluran c. Umur Saluran d. Pengadaan material e. Keadaan Cuaca f. Biaya Pendidikan g. Sistem tegangan

(41)

19 Untuk menghitung tinggi menara saluran transmisi, maka harus diperhitungkan jarak bebas terhadap permukaan bumi, jarak antar penghantar dan jarak penghantar dengan kawat tanah.

Secara matematis dapat dituliskan 2) : 2j jt Dmax

jb

Tm = + + + (3.12)

Dimana : Tm = tinggi minimum [m]

jb = jarak bebas terhadap permukaan bumi [m]

j = jarak antar penghantar [m]

jt = jarak antar penghantar dengan kawat tanah [m]

Dmax = andongan maksimum [m]

Untuk saluran transmisi 150 kV dipakai menara baja karena menara baja dapat menahan beban mekanis yang besar yang disebabkan oleh pemakaian kawat besar, tekanan angin yang besar serta rentangan yang jauh.

Usianya dapat mencapai 45 tahun dengan pemeliharaan yang tidak terlalu ketat serta biaya perawatan yang rendah.

3.4 Tekanan Angin

Dalam perencanaan transmisi cenderung dipakai tegangan yang lebih dengan pemakaian penghantar yang memiliki diameter lebih kecil sehingga tekanan angin pada kawat penghantar dapat dikurangi, karena tekanan angin ini dapat mempengaruhi tegangan dan andongan kawat. Besarnya tekanan angin tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan berikut 2) :

α 025 2

,

0 v

P= (4.1)

(42)

20 Dimana : P = tekanan angin [ kg/m2 ]

v = kecepatan angin [ m/det ] = faktor keefektifan angin [ < 1 ]

Tekanan angin standar ini digunakan untuk perencanaan jenis konstruksi penampang dan jenis kawat direntang.

Untuk perencanaan nilai faktor keefektifan angin ( ) diambil 0,6 untuk kecepatan angin sekitar 30 m/det. Dalam penerapan di Indonesia perlu diadakan koreksi terhadap nilaiu yang diperoleh bila digunakan nilai faktor keefektifan angin = 0.6 karena kecepatan angin = 0.6 karena kecepatan angin rata-rata di Indonesia adalah 20 m/det.

3.5 Jarak antara Tiang ( Span)

Penentuan jarak antara tiang (span) sangat penting dalam perencanaan saluran transmisi secara keseluruhan. Oleh sebab itu hal ini harus ditetapkan ditinjau dari segi teganga, konstruksi penghantar, tinggi menara transmisi, keadaan udara serta keadaan tanah.

3.6 Andongan Kawat Penghantar

Kawat penghantar yang direntangkan antara dua menara transmisi tidak akan mengikuti garis lurus, akan tetapi karena beratnya sendiri akan melengkung kebawah. Itulah yang dikatakan dengan andongan. Besar lengkungan ini tergantung dari berat dan panjang dari kawat penghantar itu sendiri. Secara matematis, lengkungan tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan-persamaan tertentu sesuai dengan keadaan dan kondisi menara.

(43)

21 3.6.1 Kedua Menara Sama Tinggi

Dengan menganggap bahwa penghantar adalah satu jenis ( homogen ) , maka kurva yang terbentuk merupakan logam lengkungan sempurna.sehingga pada setiap titik yang terletak pada kurva berlaku persamaan-persamaan berikut : Pada Gambar 4.1 1) :

c y=

c

cosh x (4.2)

c l=

c

coshx (4.3)

d = y-c = c ( c

coshx- 1 ) (4.4)

Dimana :

l = panjang garis lengkung dan titik terendah, sampai suatu titik dengan korodinat( ( x, y)

d = andongan pada titik dengan koordinat (x,y)

Dimensi c memberi nilai yang nyata pada kurva terhadap gaya tarik pada penghantar, maka :

W

c= T [m] (4.5)

Dimana :

T = gaya tarik horizontal pada penghantar [kg]

W = berat penghantar per satuan panjang [ kg/m]

c = dimensi [m]

Pada umumnya lengkungan penghantar dapat dinyatakan sebagai suatu lengkung parabola dan persamaan-persamaan berikut dapat diterapkan.

(44)

22 T

D WS 8

= 2 [m] (4.6)

2 2

3 1 8

( S

S D

L= + [m] (4.7)

WD T T

T1= 2 = + [kg] (4.8)

Dimana :

S = rentangan menara [m]

L = panjang penghantar sebenarnya [m]

T1 = T2 gaya tarik menarik pada penghantar [kg]

Gambar 3.1 Kedua menara sama tinggi

3.6.2 Kedua Menara Tidak Sama Tinggi

Bila kedua menara tidak sama tingginya, maka andongan yang dihitung adalah jarak antara garis yang ditarik diantara kedua ujung menara. Karena cukup

(45)

23 besar maka pergeseran titik terendah 0 ke titik singgung N pada gambar 4.2 dapat diabaikan dan andongan D dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 4.6

Hubungan antara titik terendah 0 dengan titik-titik ujung menara dinyatakan dengan persamaan berikut :

Gambar 3.2 Kedua menara tidak sama tinggi

2

1 = 1−4

D D H

D [m] (4.9)

= D

H X S

1 4

1 2 [m] (4.10)

(46)

24 Gaya tarik penghantar pada puncak menara :

T1 = T + WD [kg] (4.11)

T2 = T + W ( D + H ) [kg] (4.12)

Gaya tarik horizontal pada kedua puncak menara adalah sama. Tetapi gaya tarik vertikan pada puncak menara 1 lebih besar daripada muncak menara 2 karena menara 1 lebih tinggi ( dilihat dari titik 0 tiang terhadap garis x).

Maka :

T1 = T2 + W H [ kg] (4.13)

3.7 Rentangan Vertikal

Rentangan vertikal adalah jarak antara 2 titik terendah lengkungan penghantar yang berurutan. Pada menara dengan ketinggian yang sama seperti gambar 4.3

Titik terendah kedua lengkungan penghantar O12 dan O23 tepat berada pada titik tengah rentangan sehingga 1)

(

12 23

)

2

1 S S

Vs = + (4.14)

Dimana Vs = rentangan vertikal [m]

S12 = rentangan menara 1 dan 2 [m]

S23 = rentangan menara 2 dan 3 [m]

Pada menara dengan ketinggian yang tidak sama seperti pada gambar .4.4 titik terendah O bergeser sejauh S dari titik tengah rentangan M.

(47)

25 Gambar 3.3 Rentangan Vertikal

Pergeseran tersebut dapat dinyatakan dengan

WS S = HT

∆ [m] (4.15)

Dimana S = pergeseran titik terendah [kg]

T = gaya tarik horizontal [kg]

H = selisih ketinggian menara [m]

W = berat penghantar persatuan panjang [ kg/m]

S = rentangan menara [rn]

Selanjutnya S pada rentangan menara yang lain dipakai dalam suatu persamaan untuk menghitung rentangan vertikal. Pada gambar 4.5 ditarik garis horizontal melalui puncak menara 2. Garis ini dipakai sebagai garis referensi.

(48)

26

?

Gambar 3.4 Pergeseran titik terendah pada rentangan

?

?

Gambar 3.5 Rentangan vertikal berdasarkan pergeseran titik terendah

(49)

27 Apabila diketahui :

S12 = rentangan menara 1 dan 2 [m]

S23 = rentangan menara 2 dan 3 [m]

S12 = pergeseran titik terendah lengkungan menara 1 dan 2 [m]

S23 = pergeseran titik terendah lengkungan menara 2 dan 3 [m]

H12 = selisih ketinggian menara 1 dan 2 [m]

H23 = selisih ketinggian menara 2 dan 3 [m]

Maka rentangan vertikal Vs :

Vs = 1/2 S12 - S12 + 1/2S23 + S23 [m] (4.17) Atau

(

+

)

− +

=

23 23 12

12 23

2 12

1 S

H S H W S T S

Vs [m] (4.18)

3.8 Template Untuk Penempatan Menara

Pemakaian template untuk penempatan menara terutama untuk mendapatkan jarak bebas yang baik antara penghantar dengan permukaan bumi. Pada daerah- daerah dengan permukaan bumi yang tidak rata, misalnya daerah pegunungan, bisa terjadi bahwa jarak antara lengkungan penghantar terlalu dekat dengan permukaan bumi yang menonjol. Pada gambar 4.6 jarak tersebut adalah h.

(50)

28 Gambar 3.6 . Jarak bebas penghantar terhadap permukaan bumi

Untuk mencegah hal yang demikian itu diperlukan suatu templete yang dapat memberikan gambaran mengenai jarak bebas tersebut. Dengan menggunakan template dapat diketahui menara perlu ditinggikan, digeser atau menambah satu menara lagi untuk mendapatkan jarak bebas yang baik.

3.8.1 Penggambaran Template

Untuk rentangan tertentu dengan ukuran dan jenis penghantar yang ditentukan, dihitung andongan maksimum yang terjadi dengan menggunakan persamaan 4.6 seperti yang terjadi dengan menggunakan persamaan 4.6 seperti telah dikemukakan diatas.

Andongan maksimum diperhitungkan dengan menggunakan faktor suhu ( suhu maksimum yang dapat terjadi pada lokasi saluran ).

(51)

29 Untuk perencanaan biasanya digunakan suhu maksimum 75o C, Suhu dapat mempengaruhi andongan kawat (sag). Oleh karena itu perlu ada jarak bebas (clearence) yang cukup agar kawat tidak menimbulkan gangguan baik dari segi mekanis maupun segi elektrik.

Lengkung jarak bebas dilukiskan pada template dengan mengambil jarak bebas vertikal terhadap permukaan bumi seperti pada Tabel 3.1.

Gambar 3.7. Template

(52)

30 Tabel 3.1 Jarak Bebas Vertikal 3)

Tegangan Jarak Bebas Vertikal

35 – 160 kV 6m (5m bila saluran melalui daerah pegunungan yang jarang didatangi manusia )

Diatas 160 kV 6m ditambah 1,2m untuk setiap 10 kV (5,5m bila saluran melalui daerah pegunungan yang jarang didatangi manusia)

3.9 Pemakaian Template

Tahap pertama ditetapkan jarak rentangan serta tinggi menara dan dilukiskan pada penampang peta lokasi. Template diletakkan pada penampang peta sedemikian rupa sehingga kedua puncak menara 2 dan 3 pada gambar 4.8 berada pada lengkungan template dengan ketentuan sumbu vertikal template harus tetap tegak lurus terhadap horizontal.

(53)

31 Gambar 3.8 Pemakaian Template

Dapat dilihat bahwa garis lengkung jarak bebas tidak memotong permukaan bumi untuk lengkung penghantar antara menara 2 dan menara 3.

Maka dalam hal ini garis lengkung template diantara puncak menara 2 dan 3 merupakan lengkungan penghantar yang akan terjadi dengan persyaratan jarak bebas yang telah terpenuhi.

Bila dalam penempatan template terjadi peristiwa seperti pada gambar 4.9 yaitu ada bagian permukaan bumi yang memotong lengkung jarak bebas, maka harus diadakan perubahan terhadap gambar perencanaan.

(54)

32 Gambar 3.9 Lengkungan penghantar yang tidak memenuhi persyaratan jarak

bebas

Perubahan tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :

1 Memakai menara yang lebih tinggi sehingga permukaan bumi tidak lagi memotong lengkung jarak bebas dan gambar perencanaan seperti pada Gambar 4.10.

2 Menambah menara lagi pada lokasi dimana permukaan bumi memotong lengkung jarak bebas. Pada gambar 4.11 lokasi tersebut adalah daerah 5.

Disini pelukisan lengkung penghantar untuk rentangan 2-5 dan 5-3 dilakukan tersendiri.

(55)

33 Gambar 3.10. Pemakaian menara yang lebih tinggi

Keputusan untuk memakai menara yang lebih tinggi atau menambah 1 menara lagi diambil dengan mempertimbangkan banyak faktor, misalnya

- Kemungkinan sambaran petir - Lokasi setempat

- Keadaan geologis - Faktor ekonomi

(56)

34 Gambar 3.11 Penambahan satu menara

(57)

35 BAB IV

MENGHITUNG ANDONGAN KAWAT PENGHANTAR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV

4.1 Menghitung Andongan Kawat Penghantar ACSR Pada Saluran Transmisi 150 kV

Pada perhitungan ini yang dicari adalah menentukan andongan dan ketegangan kawat dengan memperhitungkan pengaruh tekanan angin dan pengaruh panas. Konduktor yang digunakan adalah ACSR dan luas penampangnya 240 mm2 sesuai dengan standar PLN.

Data-data yang diambil dari saluran transmisi 150 kV diambil dari PT. PLN (Persero) P3B Region Jakarta dan Banten, Cililitan Jakarta Timur :

Luas penampang nominal : 240 mm2

Tipe kawat penghantar : ACSR

Luas penampang terhitung : Aluminium (Aa) = 241,3 Diameter konduktor : Aluminium (da) = 22,4

Berat konduktor : 1,110 kg/m

Koefisien ekspansi linier : Aluminium (αa) = 23x10-6 Koefisien elastisitas konduktor : Aluminium (Ea) = 6300 Panjang span saluran transmisi 150 kV : S = 200 m

Faktor keamanan : 2,5 untuk ketegangan maksimum

Temperatur : Maksimum = 75oC

Minimum = 15oC Sehari-hari = 50oC

(58)

36 Tegangan tarik kerja maksimum : 10.210 kg

Kecepatan angin : 40,0 m/s

4.1.1 Perhitungan Andongan Untuk Menara Sama Tinggi

Untuk menara yang sama tinggi perhitungan dilakukan dengan panjang saluran (span) 300 m. Rumus-rumus pendekatan yang dipergunakan untuk menghitung kuat tarik maksimum sama dengan rumus yang ada pada persamaan (3.1) sampai dengan (3.6).

Diketahui : W = 1,11 kg/m

S = 200 m

A = 240 mm2

E = 6300 kg/mm2 t = 75oC

T = 10.210 kg

Maka untuk mencari andongan maksimum dari kawat penghantar dipergunakan rumus (3.2) :

D = 2

2 2

8 f S δq

[m]

Dari rumus diatas maka perlu ada besaran-besaran yang harus dicari terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai andongan maksimum (D). Dari data yang diketahui diatas maka dapat dicari nilai dari berat konduktor perluas penampang (δ ) dengan mempegunakan rumus (3.5):

δ = A W

(59)

37 δ = 2

240 / 11 , 1

mm m kg

δ = 4,625 x 10-3 kg/m/mm2

Begitu juga dengan nilai tegangan kerja kawat penghantar ( f ) dapat dicari 1 dengan menggunakan rumus (3.6) :

f1 =

A T

f1 =

240 2

210 . 10

mm kg

f1 = 42,54 kg/mm2

Sehingga setelah didapat nilai dari berat konduktor perluas penampang (δ ) dan juga nilai tegangan kerja kawat penghantar ( f ), maka dapat dicari besar gaya 1 tarik penghantar (K) dengan menggunakan rumus (3.3), nilai q1 = 1 ( ketegangan kerja maksimum) :

K = f1 2

1 2 2 1 ) (

F E S qδ

K = 42,54kg/mm2

(

2

)

2

2 2

2 2

/ 54 , 42

/ 6300 240 200

/ 11 , 1

mm kg

mm kg x

mm m m

kg

K = 42,54kg/mm2−2,979 kg/mm2 K = 39,561 kg/mm2

Begitu juga untuk menentukan tegangan tarik penghantar (M) dengan memasukkan nilai q2 = 1,37 ( ketegangan maksimum) dan menggunakan rumus (3.4) :

(60)

38

M = 2

1 2 2 2 ) (

f E S q δ

M = 24

/ 6300 200

37 , 240 1

/ 11 ,

1 2 2 2

2

2 x m x kg mm

mm m

kg

M = 24 117 .

10 kg3/mm6

M = 421,54 kg3/mm6

Kemudian dapat ditentukan nilai tegangan tarik terhadap andongan ( f ) dengan 2 menggunakan rumus (3.1) :

( )

[

f K tE

]

M

f22 1+ −α =

( )

[

2 2 6 2

]

3 6

2

2 42,54kg/mm 39.561kg/mm 2x10 x75 x6300kg/mm 421,54kg /mm

f + − o =

2 6 3 2

2 71,23 /

/ 54 , 421

mm kg

mm f = kg

4 2 2

2 5,92kg /mm f =

2 2 2,43kg/mm f =

Dengan demikian maka harga andongan maksimum dapat ditentukan dengan q2

=1 dan mempergunakan rumus (3.2) :

D = 2

2 2

8 f S δq

[m]

D =

(

2

)

2 2 2

/ 43 , 2 8

200 240

/ 11 , 1

mm kg

m x mm m

kg

D = 2

2

/ 44 . 19

. / 185

mm kg

m mm kg

D = 9,52 m

(61)

39 Dari perhitungan-perhitungan diatas dapat dilihat bahwa untuk menara sama tinggi dengan panjang saluran (span) 200 meter yang menggunakan kawat penghantar ACSR 240 mm2 , maka andongan maksimumnya adalah 9,52 meter.

Temperatur yang dipakai adalah temperature maksimum sebagai faktor safety untuk antisipasi jika temperatur mencapai nilai maksimum, maka saluran menara transmisi dapat bekerja dengan normal dan tidak menimbulkan bahaya bagi saluran transmisi tersebut.

4.1.2 Perhitungan Andongan Untuk Menara Tidak Sama Tinggi

Untuk menara yang tidak sama tinggi perhitungan dilakukan dengan panjang saluran (span) 100 meter.

Diketahui W = 1,11 kg/m

S = 100 m

A = 240 mm2

E = 6300 kg/mm2 t = 75oC

T = 10.210 kg

Maka untuk mencari andongan maksimum dari kawat penghantar (D) dapat dipergunakan rumus (3.2) :

D = 2

2 2

8 f S δq

[m]

Dari data-data diatas dapat dicari berat konduktor perluas penampang (δ ) dengan menggunakan rumus (3.5) :

δ = A W

(62)

40 δ = 2

240 / 11 , 1

mm m kg

δ = 4,625 x 10-3 kg/m/mm2

Setelah itu dapat dicari tegangan kerja kawat penghantar ( f1 ) dengan menggunakan rumus ( 3.6) :

f1 =

A T

f1 =

240 2

210 . 10

mm kg

f1 = 42,54 kg/mm2

Kemudian dapat ditentukan gaya tarik penghantar (K) digunakan q1= 1 dan dipergunakan rumus (3.3) :

K = f1 2

1 2 2 1 ) (

F E S qδ

K = 42,54kg/mm2

(

2

)

2

2 2

2 2

/ 54 , 42

/ 6300 240 100

/ 11 , 1

mm kg

mm kg x mm m

m kg

K = 42,54kg/mm2−0,74 kg/mm2 K = 41,8 kg/mm2

Setelah itu dicari tegangan tarik penghantar (M) digunakan q2 = 1,37 dengan menggunakan rumus (3.4) :

M = 2

1 2 2 2 ) (

f E S q δ

M = 24

/ 6300 100

37 , 240 1

/ 11 ,

1 2 2 2

2

2 x m x kg mm

mm m

kg

Referensi

Dokumen terkait

nanofiller NPCC memberikan resistansi isolasi &gt; 4 MO dan tidak tembus

Adapunfaktor-faktor pendukung dalam penerimaan Retribusi pasar ialah terciptanyakoordinasi antara Dinas Pasar Kota Pekanbaru dengan pihak DinasPendapatan Asli Daerah

3 Tahun 2013 tentang Hak Dasar Anak juga mendefinisikan Anak yang Berhadapan dengan Hukum (selanjutnya disingkat ABH) adalah anak yang telah mencapai usia 12

Hasil akhirnya adalah aplikasi akuntansi penjualan online pada toko kosmetik rahayu bandar lampung yang dapat mengolah data pelanggan, produk, pemesanan dan

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Camat dan pegawai Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran sebanyak 22 orang.

bahwa berdasarkan kondisi kepegawaian dan pembagian tugas yang dilakukan, struktur organisasi Komite PMKP berdasarkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

5) Tidak sedang menjalani hukuman disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 atau peraturan lain yang berlaku (dinyatakan secara tertuils oleh

Namun, karena adanya hirudin dalam air liur lintah, terus mengalir dari perlengketan lintah baik setelah lintah terlepas sesi terapi tetap berlanjut hingga sekitar 6-8 jam,