• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Data pertumbuhan industry Penyedia Makanan Minuman, Restoran, dan sejenisnya (Sumber :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Data pertumbuhan industry Penyedia Makanan Minuman, Restoran, dan sejenisnya (Sumber :"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi pandemic berbagai industry mengalami penurunan termasuk dalam sector industri food and beverage (F&B), namun industri food and beverage kini merupakan salah satu industri yang dapat diandalkan sebagai penopang dan pertumbuhan manufaktur nasional pada tahun 2021 (Kemenperin Bidik Sektor Industri Tumbuh 3,95% Tahun 2021, 2020). Hal ini dikarenakan bidang F&B ialah kebutuhan utama dari manusia dan bidang ini masih dapat memanfaatkan teknologi digital yang dimana penjualan dilakukan secara online maupun layanan pengiriman.

Gambar 1.1 Data pertumbuhan industry Penyedia Makanan Minuman, Restoran, dan sejenisnya 2011-2021

(Sumber : www.dataindustri.com)

Industri F&B saat ini semakin kompetitif, hal ini dikarenakan kuliner telah menjadi gaya hidup masyarakat sehingga sebuah bisnis diwajibkan untuk selalu update dengan trend yang terjadi saat ini. Menurut data yang diperoleh 1 research pada tahun 2020, industri food and beverage mengalami pertumbuhan lebih baik yaitu sebesar 1,58 persen jika dibandingkan dengan sektor industri lainnya (Handayani, 2021). Trend tersebut membuat persaingan bisnis menjadi lebih ketat, dari sini para pemilik bisnis harus memiliki inovasi baru untuk terus menarik perhatian konsumen baik dari segi kreativitas dalam menciptakan menu maupun dari segi komunikasi pemasarannya, yang dimana tujuannya agar sebuah bisnis dapat selalu berkembang.

(2)

Strategi komunikasi pemasaran yang tepat diperlukan agar sebuah brand dapat berkembang sesuai dengan harapan, jika strategi yang digunakan unik tentu hal ini dapat menarik perhatian calon konsumen. Salah satu strategi komunikasi pemasaran yang saat ini sedang banyak digunakan oleh beberapa brand ialah co-branding. Strategi co-branding merupakan kegiatan pemasaran yang melibatkan 2 atau lebih merek. Fenomena kolaborasi brand ini bisa dikatakan relative baru dalam dunia pemasaran.

Gambar 1.2 Kemasan BTS Meal yang dijual di marketplace

Strategi co-branding saat ini sudah banyak dilakukan oleh industry F&B dan mampu menarik perhatian konsumen dengan menu kolaorasi atau packaging unik yang telah diciptakan. Salah satu co-branding yang menarik banyak perhatian pada bulan Juni tahun 2021 ialah Mcd x BTS. Diketahui bahwa BTS memiliki banyak penggemar termasuk di Indonesia karena BTS memiliki value yang tinggi, jadi apa yang berkaitan dengan BTS akan menjadi menarik di mata penggemar sehingga ketika Mcd berkolaborasi dengan BTS dapat menjadi magnet masyarakat untuk membeli produk BTS Meal.

Munculnya produk kolaborasi ini juga menimbulkan banyaknya antrian ojek online sehingga menimbulkan kemacetan, tidak hanya itu keekslusifan produk kolaborasi ini membuat kemasan BTS Meal ini dijual di sejumlah marketplace dengan harga yang sangat mahal.

Selain Mcd x BTS beberapa brand lain juga telah melakukan kolaborasi

(3)

fenomena tersebut dapat dilihat bahwa seiring dengan perkembangan zaman, banyak brand yang bukan lagi bersaing untuk mengembangkan bisnis melainkan dengan kolaborasi, dengan adanya strategi ini tentu akan mempermudah bagi sebuah brand ketika ingin meningkatkan penjualan, ekuitas merek, memperkuat citra, dan mampu memperluas target pasar.

Salah satu brand food and beverage yang sering kali melakukan kolaborasi ialah Chatime. Melihat dari social media instagram @chatimeindo brand minuman ini selalu menciptakan sebuah menu unik hasil kolaborasi dengan brand lain seperti Chatime x Film Bucin, Chatime x Wardah, Chatime x Tanamera Coffee, Chatime x Sasa, Chatime x Tanah Kita. Minuman kekinian ini mampu melihat sebuah peluang melalui kolaborasi brand sehingga strategi ini sering digunakan oleh Chatime.

Chatime merupakan salah satu minuman berbahan dasar tea yang berasal dari Taiwan. Brand yang memiliki konsep good tea good time juga telah menepati urutan pertama pada top brand award gen-z index 2021 kategori makanan dan minuman.

Tabel 1.1 Top brand award Gen-z index 2021 kategori makanan dan minuman

Brand TBI 2021

Chatime 52,4%

Hop Hop 12,5%

Lup Lup 10,3%

Chill Bubble Tea 9,2%

Quickly 2,1%

Pada Juni 2021 lalu Chatime berhasil memperkenalkan dua menu yang unik melalui kolaborasi hakiki antara chatime dengan Sasa, yaitu chococonut (sensasi rasa gurih dan creamy) dan flaming hot milk tea (Sensasi rasa pedas).

Kolaborasi tersebut berakhir pada akhir Juli 2021 lalu namun tidak berhenti disitu Chatime kembali melakukan kolaborasi dengan franchise film animasi illumination’s minions yang mulai tersedia di gerai pada 15 September 2021.

Bentuk kolaborasi ini menghasilkan dua menu unik yaitu dalgonana milk tea (perpaduan milk tea dengan krim dalgona serta banana milk sauce) dan

(4)

dalgonana choco (perpaduan susu pisang dengan krim dalgona serta banana choco sauce).

General Manager Marketing Communications Chatime Indonesia, Lany Cucu mengatakan bahwa “Chatime melihat banyak orang yang menyukai minions dengan karakternya yang lucu, menyenangkan, menggembirakan dan melihat dari sisi konsumen yang rentang usianya cukup lebar sehingga sesuai jika berkolaborasi dengan Chatime yang memiliki slogan good tea good time yang dimana Chatime ingin memberikan kebahagiaan lebih pada konsumen di masa sulit saat ini”. Menyambut kolaborasi ini perwakilan dari Account Manager Pacific Licensing Studio-NBC Universal, Ronny Iskandar juga mengatakan “Paling utama kolaborasi ini bisa membawa keceriaan bagi kita semua. Saya mewakili Pacific dan Universal Studio Brand Development, kami sangat berharap kehadiran minions lewat kerjasama ini, dapat mengobati rasa rindu sembari menunggu 2022 menyambut film ‘Minions Rise of The Gru’”

(Kristanti, 2021)

Gambar 1.3 Produk co-branding Chatime x Minions

Keunikan dalam kolaborasi ini tidak hanya pada menu serta cita rasanya namun juga packaging yang bergambar minions pada gelas dan cup sealer-nya dan merchandise khusus kolaborasi dengan minions berupa tote bag dan stackable cups minions yang dapat diperoleh konsumen. Produk kolaborasi yang akan tersedia hingga Desemeber 2021 ini juga mampu melihat karakteristik generasi muda yang suka menjadi pelopor dalam sebuah trend

(5)

dalam produk ini menghasilkan menu minuman yang unik sehingga mampu memberikan pengalaman baru bagi konsumen.

Penelitian ingin mengetahui respon mahasiswa pada co-branding melalui teori pengartian secara semantik. Teori pengartian secara semantik oleh Osgood ini berfokus pada bagaimana seseorang merespon rangsangan yang ditengahi oleh representasi internal dalam pikirannya. Jadi, ketika seseorang mendapatkan sebuah rangsangan akan muncul sebuah respon mental yang internal sehingga pemaknaan internal dari setiap orang akan sebuah rangsangan berbeda-beda. Asumsi dasar dalam teori ini adalah seseorang merespon terhadap sebuah rangsangan akan tergantung bagaimana pemaknaan internal masing-masing individu baik dari segi evaluasi (baik-buruk), aktivitas (aktif-pasif), maupun potensi (kuat-lemah) (Stephen W Littlejohn, 2009:190).

Melihat brand Chatime yang sering kali melakukan aktivitas co- branding dengan beberapa brand lainnya sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian terkait respon pada co-branding. Mengetahui bagaimana respon tentu juga akan mengetahui bagaimana citra produk tersebut di mata konsumen dan ketika citra tersebut baik tentu dapat membangun loyalitas merek brand tersebut. Loyalitas merek ialah salah satu target yang ingin di capai dalam strategi co-branding dan semua ini sangat bergantung bagaimana konsumen memandang baik dari segi nilai, kualitas, makna, dari sebuah produk karena tidak sepenuhnya co-branding dalam kendali pemasar (Rachmat, 2019).

Makna juga penting untuk diketahui karena berhubungan dengan pikiran dan perilaku sehingga peneliti tertarik meneliti respon melalui teori pengartian semantik

Peneliti tertarik meneliti respon mahasiswa dengan beberapa kriteria, yaitu telah selesai menempuh praktikum PR, memahami konsep co-branding, mengetahui brand Chatime dan Film Minions, serta mengetahui bentuk kolaborasi dari Chatime x Minions. Peneliti menggunakan mahasiswa khususnya ilmu komunikasi konsentrasi PR angkatan 2017-2018 dengan asumsi bahwa mahasiswa yang telah lulus menempuh praktikum akan lebih memahami konsep mengenai co-branding, serta target market dari Chatime yang bisa dikatakan cukup luas mulai dari usia 15 hingga 35 tahun sehingga

(6)

penetapan mahasiswa sebagai responden dikarenakan mahasiswa masuk dalam target market brand Chatime.

Penelitian ini menjadi menarik untuk diangkat oleh peneliti, karena penelitian ini ingin melihat teori Osgood menjadi landasan untuk mengetahui respon mahasiswa pada produk co-branding Chatime x Minions. Dengan meneliti respon, peneliti berharap mampu menemukan jawaban tentang respon apa yang diberikan mahasiswa pada produk co-branding Chatime x Minions sehingga penelitian ini dapat bermanfaat bagi brand serupa ketika ingin melakukan co-branding. Fenomena yang diangkat oleh peneliti mengenai produk co-branding ini juga terbilang menarik karena selain co-branding saat ini menjadi salah satu strategi yang banyak digunakan oleh beberapa brand, kolaborasi antara Chatime x Minions termasuk kolaborasi lintas kategori, proses perilisannya co-branding ini juga cukup banyak mendapat perhatian masyarakat sehingga mampu memberikan respon internal individu dalam diri seseorang

Dari penjelasan latar belakang yang sudah diuraikan oleh peneliti diatas sehingga judul dalam penelitian ini ialah “Respon Mahasiswa pada Co- branding Chatime x Minions ditinjau dari Semantic Meaning Theory”

1.2 Rumusan Masalah

Melihat latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini ialah

“Apa respon mahasiswa pada co-branding Chatime x Minions jika ditinjau dari Semantic Meaning Theory?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas bisa disimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk melihat respon mahasiswa pada co-branding (Chatime x Minions) ditinjau dari Semantic Meaning Theory.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta

(7)

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi sebuah brand untuk mengevaluasi dan menjadi bahan pertimbangan ketika akan melakukan co-branding.

Referensi

Dokumen terkait

Dapat digunakan pula untuk mencari kombinasi gerakan untuk n banyak orang agar pada akhir lagu pasangan penari akan bertukar tempat dan menyelesaikan tarian ini tanpa

Pada bab ini akan dilakukan analisis dan pembahasana dari hasil pengumpulan dan pengolahan data terhadap penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi orang tua dalam membina kecerdasan

Dengan demikian penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kata yang telah dipadankan dalam bahasa Saluan memiliki variasi ditinjau dari daerah pengamatan, variasi

Terkait dengan hal tersebut di atas, maka telaah kurikulum menjadi salah satu parameter akademik yang senantiasa perlu dilakukan sehingga tingkat kompetensi mahasiswa

Judul diketik tiga spasi di bawah tulisan RINGKASAN dan dimulai dari batas kiri (tanpa diindent) dengan awal kata huruf besar kecuali kata sambung dan sejenisnya

4 Andri Herviana, 2018: Pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian smartphone asus: studi kasus pada mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulam sebagai berikut: a) Wilayah Kabupaten Indramayu telah mengalami perubahan