• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi Self Assessment System, persepsi sosialisasi perpajakan, persepsi tingkat pendidikan dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi (studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi Self Assessment System, persepsi sosialisasi perpajakan, persepsi tingkat pendidikan dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi (studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta)."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

xv

PERPAJAKAN, PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta)

Happy Kurniasari NIM : 122114071 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Wajib Pajak terdaftar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar tersebut tidak diimbangi dengan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak.Hal ini dapat dilihat pada jumlah Wajib Pajak terdaftar Wajib SPT tahun 2015 yang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014.Masalah kepatuhan tersebut menjadi kendala dalam pemaksimalan penerimaan pajak. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan persepsi Self Assessment System, persepsi Sosialisasi Perpajakan, persepsi Tingkat Pendidikan dengan persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus.Teknik pengambilan sampel menggunakanConvenience Sampling.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Surakarta. Teknik analisis data adalah korelasi Spearman Rank.

Hasil uji korelasi Spearman Rankmenunjukkanbahwa ada hubungan yang positif persepsi

Self Assessment System, persepsi Sosialisasi Perpajakan, persepsi Tingkat Pendidikan dengan

(2)

xvi

THE SELF ASSESSMENT SYSTEM, PERCEPTIONS OF SOCIALIZATION TAXATION, LEVEL OF EDUCATION PERCEPTION WITH THE

PERCEPTION INDIVIDUALTAXPAYER COMPLIANCE A Case Study at the Office of Pratama Tax Services, Surakarta

Happy Kurniasari Student Number : 122114071

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

Registered taxpayers continue to experience increased from year to year, but the increase of the number of registered taxpayers was not offset by taxpayer compliance in paying taxes. This can be seen in the number of registered taxpayers obligated to SPT 2015 which experience a decrease when compared to the year 2014. The compliance problems become obstacles in maximizing tax revenues. This research aims to know the relationship of perception of the Self Assessment System, perception of socialization taxation, level of education perception with the perception individual Taxpayer Compliance in the Office of Pratama Tax Services Surakarta.

This type of research is a case study. Sampling technique is Convenience Sampling. The data collection was done by distributing the questionnaire to the private Taxpayer KPP Pratama Surakarta. Data analysis technique is Spearman Rank correlations.

(3)

HUBUNGANPERSEPSISELF ASSESSMENT SYSTEM,PERSEPSI SOSIALISASI PERPAJAKAN, PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

SKRIPSI

(4)

i

HUBUNGAN PERSEPSI SELF ASSESSMENT SYSTEM, PERSEPSI SOSIALISASI PERPAJAKAN, PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Happy Kurniasari NIM : 122114071

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya”

Yesaya 40: 29

Kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus Papaku Bambang Irianto dan Mamaku Bernadetha Murtini

(8)
(9)
(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Univeritas Sanata Dharma.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan

dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Univeritas Sanata Dharma

yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan

kepribadian di Universitas Sanata Dharma kepada penulis.

2. M.Trisnawati R., S.E., M,SI., Ak., QIA selaku Pembimbing Skripsi yang

telah sabar membimbing dan memberikan masukan-masukan yang

bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, M.M., Akt., selaku dosen yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Titus Odong Kusumajati, M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang selalu membimbing dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan

studi.

5. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah II dan Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang telah memberikan izin untuk

(11)

viii

6. Papa dan mama beserta keluarga besar yang selalu memperhatikan, memberi

masukan, memberi semangat dan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Benediktus Bima Kencana Wiraubhaya, yang selalu memberi semangat,

senyuman, doa dan bersedia menemani perjalanan hidup berproses bersama

sampai saat ini.

8. Tesa, Karin, Arisna, dan Shindy sahabat seperjuangan yang banyak

membantu, menemani, dan memberi dukungan.

9. Teman-teman seperjuangan MPAT Kelas E, Akuntansi 2012 yang sudah

berdinamika bersama selama perkuliahan.

10. Seluruh Responden, atas waktu yang diberikan untuk mengisi kuesioner ini.

Penelitian ini tidak akan berhasil tanpa bantuan para Responden.

(12)
(13)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

1. Pengertian Sosialisasi Perpajakan ... 15

2. Indikator Sosialisasi Perpajakan ... 16

(14)

xi

A. Gambaran KPP Pratama Surakarta ... 42

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Deskripsi Karakteristik Responden ... 53

B. Deskripsi Variabel Penelitian ... 57

C. Pengujian Instumen Penelitian ... 61

(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Statistik Kepatuhan Wajib Pajak ... 2

Tabel 3.1 Skala Likert ... 35

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 37

Tabel 3.3 Nilai (score) Jawaban ... 38

Tabel 3.4 Batasan Skor Reliabilitas Alpa Cronbach ... 40

Tabel 3.5 Sifat Hubungan Korelasi Berdasarkan Nilai r... 41

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 55

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 55

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan perbulan... 56

Tabel 5.6 Deskriptif Statistika... 57

Tabel 5.7 Kategori Skor Jawaban Persepsi Self Assessment System ... 57

Tabel 5.8 Kategori Skor Jawaban Persepsi Sosialisasi Perpajakan ... 59

Tabel 5.9 Kategori Skor Jawaban Persepsi Tingkat Pendidikan... 60

Tabel 5.10 Kategori Skor Jawaban Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak ... 61

Tabel 5.11 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Self Assessment System ... 62

Tabel 5.12 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Sosialisasi Perpajakan ... 62

Tabel 5.13 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Tingkat Pendidikan ... 63

Tabel 5.14 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak ... 63

Tabel 5.15 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Self Assessment System ... 64

Tabel 5.16 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Sosialisasi Perpajakan ... 64

Tabel 5.17 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Tingkat Pendidikan ... 65

Tabel 5.18 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak... 65

Tabel 5.19 Uji Korelasi Spearman Persepsi Self Assessment System dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 66

Tabel 5.20 Uji Korelasi Spearman Persepsi Sosialisasi Perpajakan dengan Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 67

(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Desain Penelitian ... 24

(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Ijin Penelitian ... 83

LAMPIRAN 2 Kuesioner ... 84

LAMPIRAN 3 Tabulasi ... 93

LAMPIRAN 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 103

LAMPIRAN 5 Hasil Uji Korelasi ... 109

LAMPIRAN 6 Hasil Pengolahan Data Responden ... 110

LAMPIRAN 7 Hasil Pengolahan Variabel ... 112

(18)

xv ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI SELF ASSESSMENT SYSTEM, PERSEPSI SOSIALISASI PERPAJAKAN, PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta)

Happy Kurniasari NIM : 122114071 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Wajib Pajak terdaftar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar tersebut tidak diimbangi dengan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Hal ini dapat dilihat pada jumlah Wajib Pajak terdaftar Wajib SPT tahun 2015 yang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014. Masalah kepatuhan tersebut menjadi kendala dalam pemaksimalan penerimaan pajak. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan persepsi Self Assessment System, persepsi Sosialisasi Perpajakan, persepsi Tingkat Pendidikan dengan persepsi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Teknik pengambilan sampel menggunakan Convenience Sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Surakarta. Teknik analisis data adalah korelasi Spearman Rank.

(19)

xvi ABSTRACK

RELATIONSHIP OF PERCEPTION OF

THE SELF ASSESSMENT SYSTEM, PERCEPTIONS OF SOCIALIZATION TAXATION, LEVEL OF EDUCATION

PERCEPTION WITH THE PERCEPTION INDIVIDUAL TAXPAYER COMPLIANCE

A Case Study at the Office of Pratama Tax Services, Surakarta

Happy Kurniasari Student Number : 122114071

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

Registered taxpayers continue to experience increased from year to year, but the increase of the number of registered taxpayers was not offset by taxpayer compliance in paying taxes. This can be seen in the number of registered taxpayers obligated to SPT 2015 which experience a decrease when compared to the year 2014. The compliance problems become obstacles in maximizing tax revenues. This research aims to know the relationship of perception of the Self Assessment System, perception of socialization taxation, level of education perception with the perception individual Taxpayer Compliance in the Office of Pratama Tax Services Surakarta.

This type of research is a case study. Sampling technique is Convenience Sampling. The data collection was done by distributing the questionnaire to the private Taxpayer KPP Pratama Surakarta. Data analysis technique is Spearman Rank correlations.

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran pemerintah dan pembangunan nasional salah satunya adalah

pajak. Penerimaan pajak secara tidak langsung bertujuan untuk

meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Pajak

merupakan aspek penting bagi kelangsungan hidup Negara Indonesia.

Sistem perpajakan selalu mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

perkembangan masyarakat dan negara, baik dalam bidang kenegaraan

maupun dalam bidang sosial dan ekonomi. Pemungutan pajak merupakan

suatu bentuk kewajiban warga negara selaku Wajib Pajak serta peran aktif

untuk membiayai berbagai keperluan negara yaitu berupa pembangunan

nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan

untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.

Perubahan sistem pemungutan pajak dari Official Assessment

System menjadi Self Assessment System, merupakan salah satu sistem

pemerintah yang melibatkan masyarakat atau Wajib Pajak untuk

meningkatkan kemandirian dan kejujuran dalam menghitung dan

menetapkan pajak. Self Assessment System yang dianut undang-undang

perpajakan Indonesia memberikan kepercayaan penuh terhadap Wajib

(21)

perpajakannya, atau dengan kata lain bahwa Wajib Pajak diberi

kepercayaan penuh untuk melaksanakan hak dan kewajiban

perpajakannya.

Pelaksanaan Self Assessment System dalam Wajib Pajak tidak

terlaksana sesuai yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya

kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak, terlihat dari tingkat penyampaian

SPT Tahunan. Berdasarkan data di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Surakarta menunjukkan rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

Tabel 1.1

Statistik Kepatuhan Wajib Pajak

2012 2013 2014 2015

WP Terdaftar 80.545 85.085 93.861 100.079 WP Terdaftar Wajib SPT 64.023 63.705 63.400 59.955 Realisasi SPT Tahunan 36.909 41.245 42.860 42.756 Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat realisasi SPT Tahunan

pajak di KPP Pratama Surakarta mengalami penurunan dari tahun ke tahun

sebesar 42.756 pada tahun 2015. Hal tersebut menyatakan bahwa tingkat

kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan SPT tahunan masih rendah dan

jauh dari target yang diinginkan.

Beberapa hal yang memicu rendahnya tingkat kepatuhan

penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak di KPP Pratama Surakarta salah

satunya adalah sosialisasi perpajakan. Kurangnya sosialisasi perpajakan

(22)

melaporkan SPT. Selain kurangnya sosialisasi perpajakan, hal lain yang

dapat memicu rendahnya tingkat penyampaian SPT Tahunan adalah

tingkat pendidikan. Wajib Pajak yang berpendidikan tinggi diharapkan

bisa lebih mengerti dan lebih paham tentang pentingnya kesadaran dalam

membayar pajak sebagai salah satu kewajiban dibandingkan dengan Wajib

Pajak yang berpendidikan rendah. Apabila tingkat pendidikan Wajib Pajak

tinggi maka sudah sewajarnya tingkat kepatuhan untuk melaporkan SPT

Tahunan juga tinggi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan persepsi Self Assessment System dengan persepsi

kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi?

2. Bagaimana hubungan persepsi Sosialisasi Perpajakan dengan persepsi

kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi?

3. Bagaimana hubungan persepsi Tingkat Pendidikan dengan persepsi

kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan persepsi Self Assessment System dengan

(23)

2. Untuk mengetahui hubungan persepsi Sosialisasi Perpajakan dengan

persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

3. Untuk mengetahui hubungan persepsi Tingkat Pendidikan dengan

persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

D. Manfaat Penelitiaan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada pihak-pihak yang

terkait dalam hal penyelesaian penelitian dan penulisan ini yaitu antara

lain :

1. Penulis

Penelitian diharapkan mampu memberikan jawaban atas banyaknya

pertanyaan terkait dengan penulisan skripsi juga sebagai media untuk

menambah wawasan dalam bidang perpajakan yang diminati penulis.

2. Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu rekan-rekan

mahasiswa lain yang ingin lebih menggali bidang perpajakan, juga

sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan, selain itu juga dapat

menjadi referensi yang dapat digunakan untuk mendukung penelitian

sejenis pada waktu yang akan datang.

3. Kantor Pelayanan Pajak

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk menyumbangkan

pemikiran dan sarana-sarana terhadap kualitas pelayanan yang telah

dilakukan sehingga menimbulkan kepatuhan Wajib Pajak untuk

(24)

E. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi tentang teori pendukung, dan perumusan

hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu

penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengambilan

sampel, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,

teknik pengujian instrumen, teknik analisis data dan uji

hipotesis.

Bab IV Gambaran Umum

Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai sejarah, visi dan

misi, serta struktur organisasi.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang deskripsi data, analisis data, dan

pembahasannya.

Bab IV Penutup

Bab ini berisi tentang simpulan, keterbatasan penelitian,

(25)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pajak

1. Pengertian Pajak

Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), “pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.“

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro (2011:1), “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang berlangsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Berdasarkan pengertian pajak di atas terdapat beberapa hal pokok

yang dapat disimpulkan, yaitu :

a. Berdasarkan Undang-undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang

serta aturan pelaksanaannya.

b. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara

langsung dapat ditujuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat

ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

c. Iuran dari rakyat kepada negara

Yang berhak memungut pajak hanya negara. Iuran tersebut berupa

(26)

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni

pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2. Fungsi Pajak

The Four R adalah istilah populer yang mengacu pada fungsi pajak

yang dipungut oleh negara, yaitu (Purwono, 2010: 8-10):

a. Penerimaan (Revenue)

Fungsi penerimaan atau dikenal pula dengan istilah Fungsi

Anggaran (Budgetir) adalah fungsi utama dari pemungutan pajak.

Partisipasi dominan pajak sebagai penyokong pembiayaan

penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja rutin

pemerintah, belanja pembangunan, belanja untuk keperluan

legislasi dan yudikasi, serta pembiayaan lainnya.

b. Pemerataan (Redistribution)

Pajak yang dipungut oleh negara selanjutnya akan dikembalikan

kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan fasilitas publik di

seluruh wilayah negara.

c. Pengaturan Harga (Repricing)

Fungsi ini sama pengertiannya dengan Fungsi Regulerent

(mengatur) yang lebih sering digunakan dalam literatur perpajakan.

Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur atau mencapai tujuan

tertentu dibidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan

(27)

d. Legalitas Pemerintah (Representation)

Slogan revolusioner di Inggris yang menyerukan “no taxation

without representation”, mengimplikasikan bahwa pemerintah

membebani pajak atas warga negara, dan warga negara meminta

akuntabilitas dari pemerintah sebagai bagian dari kesepakatan

(pengenaan pajak tidak diputuskan secara sepihak oleh penguasa

tetapi merupakan kesepakatan bersama dengan rakyat melalui

perwakilannya diparlemen).

3. Syarat Pemungutan

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau

perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai

berikut (Purwono, 2010: 14) :

a. Syarat Keadilan

Pemungutan pajak dilaksanakan secara adil baik dalam peraturan

maupun realisasi pelaksanaannya.

b. Syarat Yuridis

Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang yang

ditujukan untuk menjamin adanya hukum yang menyatakan

keadilan yang tegas, baik untuk negara maupun untuk warganya.

c. Syarat Ekonomis

Pemungutan pajak tidak boleh menghambat ekonomi rakyat,

artinya pajak tidak boleh dipungut apabila justru menimbulkan

(28)

d. Syarat Finansial

Pemungutan pajak dilaksanakan dengan pedoman bahwa biaya

pemungutan tidak boleh melebihi hasil pemungutannya.

e. Syarat Sederhana

Sistem pemungutan pajak harus di rancang sesederhana mungkin

untuk memudahkan pelaksanaan hak dan kewajiban Wajib Pajak.

4. Sistem Pemungutan Pajak

a) Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang

oleh Wajib Pajak.

b) Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

Wajib Pajak untuk menentukan atau menghitung sendiri beban

pajak terutang.

c) With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

(29)

B. Wajib Pajak

1. Pengertian Wajib Pajak

UU No. 16 tahun 2000 pasal 1 ayat 1 tentang KUP disebutkan bahwa

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan , meliputi pembayar

pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak

dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan perpajakan”.

2. Wajib Pajak Patuh

Menurut Abimanyu, yang dikutip oleh Gardina (2006) Wajib Pajak

patuh berarti Wajib Pajak tersebut telah sadar yaitu memahami akan

hak dan kewajiban pajaknya serta melaksanakan hak dan kewajiban

perpajakkan dengan benar.

3. Hak dan Kewajiban Wajib pajak

A. Kewajiban Wajib Pajak

a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.

b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.

c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.

d. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan

memasukkan ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu

yang telah ditentukan.

e. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan.

(30)

1) Memperlihatkan dan meminjam buku atau catatan,

dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain

yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,

kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek

yang terutang pajak.

2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau

ruangan yang dipandang perlu dan memberikan bantuan

guna kelancaran pemeriksaan.

g. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan,

pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta,

Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk

merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu

ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.

B. Hak-hak Wajib Pajak

a. Mengajukan surat keterangan keberatan dan surat banding.

b. Menerima tanda bukti pemasukan SPT.

c. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan.

d. Mengajukan permohonan penundaan penyampaiaan SPT.

e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran

pembayaran pajak.

f. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang

dikenakan dalam surat ketetapan pajak.

(31)

h. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan

sanksi, serta pembetulan surat ketetapan pajak yang salah.

i. Memberikan kuasa kepada orang untuk melaksanakan

kewajiban pajaknya.

j. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak.

k. Mengajukan keberatan dan banding.

C. Pajak Penghasilan

1. Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak

atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun

pajak (Casavera, 2009: 78).

2. Subjek Pajak Penghasilan

a. Orang Pribadi dan Warisan yang belum terbagi sebagai satu

kesatuan menggantikan yang berhak.

b. Badan terdiri dari PT, CV, perseroan lainnya, BUMN/BUMD

dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana

pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,

organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga dan

bentuk badan lainnya.

(32)

3. Objek Pajak

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan yaitu

setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh

Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia ataupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah

kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk

apapun.

D. Self Assessment System

Sistem merupakan seperangkat unsur yang secara teratur berkaitan

sehingga membentuk suatu totalitas. Selanjutnya dalam mengefektifkan

pemungutan pajak secara maksimal dibutuhkan sistem yang tepat, dimana

dalam sistem ini diharapkan jumlah penerimaan pajak meningkat.

Menurut Dania (2009: 1)“Self Assesmentt System adalah sistem

pemungutan pajak memberikan wewenang, kepercayaan, tangguang jawab

kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan

melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar”.

Sistem pemungutan ini baru dikenalkan pada saat terjadinya

reformasi perpajakan yaitu sejak tanggal 1 Januari 1984 sebagai pengganti

sistem official assesment yang berlaku sebelumnya (Purwono, 2010: 12).

Dianutnya Self Assessment System diharapkan membawa misi dan

konsekuensi adanya perubahan sikap kesadaran warga masyarakat untuk

(33)

pengawasan maka semakin besar tingkat kepatuhan sukarela (valuntari

compiance) semakin kecil pula kebutuhan untuk mengawasinya.

Tata cara pemungutakan pajak dengan Self Assessment System

akan berhasil dengan baik apabila masyarakat mempunyai pengetahuan

dan disiplin pajak yang tinggi, dimana ciri-ciri Self Assessment System

adalah kepastian hukum, sederhana perhitungannya, mudah

pelaksanaanya, lebih adil dan merata, dan perhitungan pajak dilakukan

oleh Wajib Pajak.

Menurut Rimsky K. Judisseno selanjutnya dikutip oleh Rahayu

(2010: 102), menjelaskan bahwa:

Self Assessment System diberlakukan untuk memberikan

kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran masyarakat dalam menyetorkan pajaknya. Konsekuensinya, masyarakat harus benar-benar mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan pemenuhan perpajakan.

Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan

pajak banyak tergantung pada Wajib Pajak sendiri (peranan dominan ada

pada Wajib Pajak). Ciri-ciri Self Assessment System menurut Mardiasmo

(2011: 7) :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

Wajib Pajak sendiri;

2. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang;

(34)

E. Sosialisasi Perpajakan

1. Pengertian Sosialisasi Perpajakan

Kegiatan Sosialisasi Perpajakan diatur dalam Peraturan

Direktorat Jenderal Pajak No: Per-03/PJ/2013 tentang Pedoman

Penyuluhan Perpajakan. Istilah Sosialisasi tidak digunakan dalam

peraturan tersebut, istilah yang digunakan adalah istilah yang

mempunyai arti sama yaitu penyuluhan. Dalam peraturan tersebut

disebutkan mengenai pengertian Penyuluhan Perpajakan yaitu

“Penyuluhan Perpajakan adalah suatu upaya dan proses memberikan

informasi perpajakan kepada masyarakat, dunia, dan lembaga

pemerintahan maupun non-pemerintahan” [Pasal 1 ayat (1)].

Beberapa ahli juga menyebutkan pengertian sosialisasi yaitu:

Menurut Mustafa (2005: 10), sosialisasi adalah satu konsep

umum dimaknakan sebagai proses dimana kita belajar melalui

interaksi dengan orang lain, tentang cara berfikir, merasakan dan

bertindak dimana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat

penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif.

Menurut Basalamah (2004: 196), sosisalisasi adalah suatu

proses dimana orang-orang mempelajari sistem nilai, norma dan pola

perilaku yang diharapkan oleh kelompok suatu bentuk transformasi

(35)

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

sosialisasi perpajakan merupakan suatu upaya dari Dirjen Pajak untuk

memberikan informasi, pemahaman dan pembinaan kepada

masyarakat pada umunya dan Wajib Pajak pada khususnya mengenai

segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku.

2. Indikator Sosialisai Perpajakan

Indikator sosialisasi oleh Dirjen Pajak adalah kegiatan sadar

dan peduli pajak serta memodifikasi program pengembangan

pelayanan perpajakan yaitu:

1. Penyuluhan

Bentuk sosisalisasi yang diselenggarakan oleh Dirjen Pajak melalui

berbagai media, baik media elektronik maupun media massa

lainnya bahkan terkadang sampai mengadakan penyuluhan secara

langsung ke tempat (daerah) tertentu yang dianggap potensial

pajaknya tinggi dan membutuhkan informasi yang lengkap dan

terjamin kebenarannya.

2. Diskusi dengan Wajib Pajak dan tokoh masyarakat

Salah satu bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh Dirjen Pajak

yang lebih menekankan pada komunikasi dua arah baik dari segi

petugas pajak maupun masyarakat khususnya Wajib Pajak yang

(36)

sekitarnya sehingga diharapkan mampu memberikan penjelasan

yang lebih baik terhadap masyarakat sekitarnya.

3. Informasi langsung dari petugas ke Wajib Pajak

Bentuk penyampaian informasi yang diperoleh secara langsung

oleh Wajib Pajak dari petugas yang bersangkutan (fiskus)

mengenai perpajakan.

4. Pemasangan billboard

Pemasangan billboard dan atau spanduk dipinggir jalan atau di

tempat-tempat lainnya yang strategis dan mudah dilihat oleh

masyarakat. Berisi pesan singkat, bisa berupa pertanyaan, kutipan

perkataan maupun slogan yang mudah dimengerti dan menarik

sehingga mampu menyampaikan tujuannya dengan baik.

5. Website Dirjen Pajak

Media sosialisasi (dalam menyampaikan informasi) yang dapat

diakses internet setiap saat dengan cepat dan mudah serta informasi

yang diberikanpun sangat lengkap, akurat, terjamin kebenarannya

dan up to date.

F. Tingkat Pendidikan

Pendidikan Wajib Pajak merupakan dasar pengetahuan Wajib

Pajak dalam merespon segala informasi tentang hakekat dan makna

pembayaran pajak bagi kepentingan pembangunan nasional. Pada

(37)

sendiri berarti membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak-anak

dengan sengaja agar menjadi seseorang yang dewasa, bertingkah laku baik

dan berbudi pekerti yang luhur sehingga timbul kesadarannya guna

berbakti kepada orang tua, bangsa dan tanah air (Riyono, 2011). Melalui

pendidikan terbentuklah kepribadian seseorang, boleh dikatakan hampir

seluruh kelakuan individu dipengaruhi oleh orang lain, karena pada

hakekatnya kelakuan manusia hampir semua bersifat sosial.

Menurut Rustiyaningsih, 2011 dalam Ernawati, 2014

Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku. Tingkat pendidikan yang rendah juga akan berpeluang Wajib Pajak enggan melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang diterapkan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui pendidikan

dimungkinkan seseorang itu akan lebih bertanggung jawab, lebih mengerti,

lebih banyak menyerap pengetahuan, keterampilan, kecakapan,

pengalaman, serta lebih sadar akan hak dan kewajibannya baik sebagai

warga negara maupun sebagai warga masyarakat. Pendidikan juga

dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di

dalam masyarakat, makin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh maka

makin besar harapan untuk mencapai tujuan tersebut (Johanes, 2011 dalam

Ernawati, 2014).

Apabila dikaitkan dengan pembayaran pajak maka sudah

sewajarnyalah jika tingkat pendidikan masyarakat tinggi, kesadaran untuk

(38)

berpendidikan lebih rendah. Bagi mereka yang berpendidikan tinggi

tentunya lebih mengerti dan lebih paham tentang pentingnya membayar

pajak sebagai salah satu kewajiban sebagai warga negara (Johanes, 2011

dalam Ernawati, 2014).

G. Kepatuhan Wajib Pajak

1. Pengertian Kepatuhan Pajak

Menurut Kamus Umum bahasa Indonesia (2008: 1013), istilah

kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam

perpajakan dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan

merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan

perpajakan. Jadi, Wajib Pajak yang patuh adalah Wajib Pajak yang

taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan.

Menurut Gunardi (2005: 4) pengertian kepatuhan pajak (tax

compliance) adalah “bahwa Wajib Pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan - aturan yang

berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama,

peringatan, ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum

maupun administrasi”.

2. Kriteria Wajib Pajak Patuh

Menurut Undang-Undang No 16 Tahun 2000 mengenai

(39)

tentang penentuan Wajib Pajak patuh, kriteria Wajib Pajak Patuh

adalah :

a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan,

meliputi:

1) Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan tepat waktu

dalam 3 (tiga) tahun terkahir.

2) Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat

dalam tahun terakhir untuk Masa Pajak Januari sampai

November tidak lebih dari 3 (tiga) Masa Pajak untuk setiap

jenis pajak dan tidak berturut-turut.

3) Seluruh Surat Pemberitahuan Masa dalam tahun terakhir

untuk Masa Pajak Januari sampai November telah

disampaikan.

4) Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat telah

disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian

Surat Pemberitahuan Masa Pajak berikutnya.

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,

kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur

atau menunda pembayaran pajak. Tidak mempunyai tunggakan

pajak yang dimaksud adalah keadaan Wajib Pajak pada tanggal 31

(40)

b. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga

pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa

Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

f. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

ukuran hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Dengan demikian Wajib Pajak yang tidak dapat memenuhi kriteria

tersebut dapat digolongkan menjadi Wajib Pajak tidak patuh (Handayani,

2009 dalam Miladia, 2010).

H. Persepsi

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008: 1061) persepsi adalah :

1. Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan.

2. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya.

Menurut Slameto (2010: 109) menyatakn bahwa :

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otam manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat indera atau juga disebut sensoris stimulus merupakan salah satu

(41)

berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa factor

menurut Walgito (2010: 101) yaitu:

1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari individu yang mempersepsi, tetapi juga

dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung

mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun,

sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di

samping itu juga harus ada syarat sensoris sebagai alat untuk

meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf,

yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan

responden diperlukan syaraf motoris.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya

perhatian, yaitu langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka

mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi

dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau

(42)

I. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang Self Assessment System telah

dilakukan oleh peneliti. Sumpena (2015) melakukan penelitian mengenai

pengaruh pelaksanaan Self Assessment System dan Pengetahuan Pajak

terhadap kepatuhan Wajib Pajak survey di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bandung Karees. Hasil penelitian menunjukkan secara parsial Self

Assessment System dan pengetahuan pajak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bandung Karees.

Diani, Astuti, dan Heru (2014) melakukan penelitian tentang

pengaruh sosialisasi, motivasi, dan pemahaman Wajib Pajak terhadap

kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial sosialisasi terhadap

kepatuhan Wajib Pajak sangat berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib

Pajak, khususnya pada PKP di KPP Pratama Malang Utara.

Ernawati (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat

pendidikan, pendapatan, dan kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan

Wajib Pajak. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pendidikan,

tingkat pendapatan, dan kualitas pelayanan fiskus secara simultan

(43)

J. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1 Desain Penelitian

= memiliki hubungan Persepsi Self Assessment

System

Persepsi Sosialisasi Perpajakan

Persepsi Tingkat Pendidikan

Persepsi Kepatuhan Wajib Pajak

(44)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini studi kasus yaitu salah satu teknik pengumpulan

data yang dibutuhkan dengan cara menarik sampel dari unit sampel

tertentu yang berhubungan dan dipelajari secara lebih mendalam

(Wiyono, 2011: 135). Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Surakarta yang terletak di Jalan Kyai H. Agus Salim No1, Laweyan,

Kota Surakarta, Jawa Tengah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2016 sampai dengan

(45)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah persepsi Self Assessment System, persepsi

Sosialisasi Perpajakan, persepsi Tingkat Pendidikan dengan persepsi

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

D. Penetapan Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada

suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan

masalah penelitian (Nanang, 2010: 75). Populasi dalam penelitian ini

adalah 100.079 Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang miliki ciri-ciri atau

keadaan tertentu yang akan diteliti dan dianggap bias mewakili

keseluruhan populasi (Nanang, 2010: 75). Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 100 Wajib Pajak Orang Pribadi yang

(46)

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

convenience sampling. Menurut Siregar (2010: 148) convenience sampling

yaitu merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja,

anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia menjadi responden

untuk dijadikan sampel atau peneliti memilih orang-orang yang terdekat

saja. Peneliti akan mengambil sebanyak 100 responden sebagai sampel

percobaan. Hasil tersebut didapatkan oleh peneliti dengan menggunakan

rumus Slovin.

Keterangan :

n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi

e : Batas Toleransi Kesalahan (error tolerance) = 10%

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat

pengambil data secara langsung pada subyek sebagai sumber

informasi untuk data yang dicari (Wiyono, 2011: 131). Kuesioner

(47)

di KPP Pratama Surakarta. Kuisioner terdiri dari dua bagian,

pertama memuat pertanyaan tentang data diri responden dan kedua

berisi pertanyaan penelitian yang berhubungan dengan

variabel-variabel penelitian. Kuisioner yang dibagikan berisi identitas

responden dan pertanyaan yang bersifat tertutup.

2. Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui

hasil pengolahan pihak kedua baik berupa data kualitatif maupun

data kuantitatif (Wiyono, 2011: 133). Selain itu ada data yang

diperoleh melalui data dokumen, kepustakaan dan sumber tertulis

lainnya berupa literatur dan peraturan yang memiliki hubungan

dengan pokok bahasan yang diteliti.

G. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel Bebas (Independent variable) yaitu variabel yang

mempengaruhi variabel lain atau menghasilkan akibat pada variabel

yang lain, yang pada umumnya berada dalam urutan tata waktu yang

terjadi lebih dulu (Nanang, 2014: 61). Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut persepsi Self Assessment System (X1),

persepsi Sosialisasi Perpajakan (X2), dan persepsi Tingkat Pendidikan

(X3) yang dinyatakan dalam skor total hasil pengukuran pernyataan

responden mengenai ketiga variabel bebas tersebut yang akan

(48)

a. Persepsi Self Assessment System (X1)

Menurut Dania (2009: 1)“Self Assesmnet System adalah

sistem pemungutan pajak memberikan wewenang, kepercayaan,

tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya

pajak yang harus dibayar”. Indikator dari Self Assessment System

meliputi:

1. Mendaftar sendiri ke Kantor Pelayanan Pajak

Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri

ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan

dan Pengamat Potensi Perpajakan (KP4) yang wilayahnya

meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib Pajak.

2. Menghitung sendiri oleh Wajib Pajak

Wajib Pajak menghitung sendiri pajak terutangnya.

Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya

pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak,

dengan cara mengkalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan

pajaknya. Sedangkan memperhitungkan adalah mengurangi

pajak yang terutang dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam

tahun berjalan yang dikenal sebagai kredit pajak.

3. Menyetor atau membayar pajak sendiri oleh Wajib Pajak

Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran sendiri dengan

(49)

swasta maupun bank pemerintah dan kantor pos dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).

4. Melapor sendiri oleh Wajib Pajak

Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu

sarana bagi Wajib Pajak dalam melporkan dan

mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak

sebenarnya yang terutang. Surat Pemberitahuan berfungsi

untuk pembayaran atau pelunasan pajak baik yang dilakukan

Wajib Pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan

dan pemungutan yang dilkukan oleh pihak ketiga.

b. Persepsi Sosialisasi Perpajakan (X2)

Menurut Mustafa (2005: 10), sosialisasi adalah satu

konsep umum diartikan sebagai proses untuk belajar melalui

interaksi dengan orang lain, tentang cara berfikir, merasakan dan

bertindak dimana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat

penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif.

Indikator sosialisasi oleh Direktorat Jendral Pajak adalah

kegiatan sadar dan peduli pajak serta memodifikasi program

pengembangan pelayanan perpajakan yaitu:

1. Penyuluhan

Bentuk sosisalisasi yang diselenggarakan oleh Dirjen Pajak

melalui berbagai media, baik media elektronik maupun media

(50)

penyuluhan secara langsung ke tempat (daerah) tertentu yang

dianggap potensial pajaknya tinggi dan membutuhkan

informasi yang lengkap dan terjamin kebenarannya.

2. Diskusi dengan Wajib Pajak dan tokoh masyarakat

Salah satu bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh Dirjen

Pajak yang lebih menekankan pada komunikasi dua arah baik

dari segi petugas pajak maupun masyarakat khususnya Wajib

Pajak yang dianggap memiliki pengaruh atau dipandang oleh

masyarakat sekitarnya sehingga diharapkan mampu

memberikan penjelasan yang lebih baik terhadap masyarakat

sekitarnya.

3. Informasi langsung dari petugas ke Wajib Pajak

Bentuk penyampaian informasi yang diperoleh secara

langsung oleh Wajib Pajak dari petugas yang bersangkutan

(fiskus) mengenai perpajakan.

4. Pemasangan billboard

Pemasangan billboard dan atau spanduk dipinggir jalan atau

di tempat-tempat lainnya yang strategis dan mudah dilihat

oleh masyarakat. Berisi pesan singkat, bisa berupa

pertanyaan, kutipan perkataan maupun slogan yang mudah

dimengerti dan menarik sehingga mampu menyampaikan

(51)

5. Website Dirjen Pajak

Media sosialisasi (dalam menyampaikan informasi) yang

dapat diakses internet setiap saat dengan cepat dan mudah

serta informasi yang diberikanpun sangat lengkap, akurat,

terjamin kebenarannya dan up to date.

c. Persepsi Tingkat Pendidikan (X3)

Menurut Rustiyaningsih, 2011 dalam Ernawati, 2014

Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku. Tingkat pendidikan yang rendah juga akan berpeluang Wajib Pajak enggan melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang diterapkan.

Adapun indikator yang digunakan dalam mengukur variabel

tingkat pendidikan adalah:

1. Pemahaman Wajib Pajak.

Wajib Pajak memahami ketentuan dan peraturan

perundang-undangan di bidang perpajakan.

2. Kemampuan dalam mengisi SPT.

Kemampuan dalam pengisian SPT oleh Wajib Pajak dapat

menentukan seberapa paham dan mengerti Wajib Pajak akan

pengetahuan dan menyadari akan hak dan kewajiban sebagai

(52)

3. Pemahaman pengertian penyelundupan pajak.

Pemahaman mengenai penyelundupan di maksudkan untuk

mengetahui seberapa paham Wajib Pajak tentang peraturan

dan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

4. Minimnya tingkat pengetahuan Wajib Pajak.

Wajib Pajak yang memiliki pendidikan rendah berpeluang

enggan melaksanakan kewajiban perpajakan karena

kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan

yang diterapkan.

5. Tingginya tingkat pendidikan Wajib Pajak.

Wajib Pajak yang memiliki tingkat pendidikan tinggi

dianggap sudah mengerti akan tanggungjawab, hak dan

kewajiban sebagai warga negara yang baik terutama dalam

tanggungjawaban sebagai Wajib Pajak.

2. Variabel Dependen

Variabel Terikat (dependent variable), yaitu variabel yang diakibatkan

atau dipengaruhi oleh variabel bebas (Nanang, 2014: 61). Variabel

dalam penelitian ini yaitu Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y).

Adapun indikator yang digunakan dalam mengukur persepsi

(53)

1. Tepat Waktu Penyampaian SPT

Penyampaian SPT oleh Wajib Pajak harus sesuai dengan

ketentuan dan tata cara perpajakan yaitu menyampaikan SPT

dengan tepat waktu.

2. Kebenaran Perhitungan Pajak

Wajib Pajak yang memahami dan mengerti akan

tanggungjawab sebagai Wajib Pajak akan melakukan

perhitungan dengan jujur dan tanpa kecurangan.

3. Tepat Waktu Membayar Pajak

Wajib Pajak membayar sendiri pajak terutangnya sesuai

dengan ketentuan dan tata cara perpajakan.

4. Tidak Memiliki Tunggakan Pajak

Wajib Pajak dikatakan patuh apabila tidak memiliki

tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan

pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda

pembayaran pajak.

5. Tidak Melanggar Peraturan Perpajakan

Wajib Pajak dapat dinyatakan patuh jika tidak melanggar

peraturan yang telah berlaku dan mentaati setiap peraturan

(54)

6. Hasil Audit Laporan Keuangan

Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga

pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar

Tanpa Pengecualian selama 3 tahun berturut-turut.

3. Pengukuran Variabel

Pengukuran Variabel dengan menggunakan skala Likert yaitu

metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ke tidak

setujuannya terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu

(Indiriantoro dan Supomo, 1999: 104). Adapun nilai kuantitatif yang

dikomposisikan digunakan dengan menggunakan skala Likert.

Responden diminta menyatakan tingkat kesetujuan atau

ketidaksetujuan. Variabel persepsi Self Assessment System, persepsi

Sosialisasi Perpajakan, persepsi Tingkat Pendidikan dan persepsi

Kepatuhan Wajib Pajak menggunakan pengukuran dengan

memberikan skala pada masing-masing poin jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.1 Skala Likert

Keterangan Nilai

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Hasil presentase dari variabel X dan Y dapat menunjukkan tinggi

atau tidaknya Self Assessment System, sosialisasi perpajakan, tingkat

(55)

Untuk dapat menilai hasil persentase variabel tersebut, maka diperlukan

batas-batas skor untuk masing-masing kategori.

Menurut Anzwar (2009: 109) perhitungan dilakukan dengan tahap sebagai

berikut :

Kategori tinggi : X ≥ Mi + Sdi

Kategori sedang : Mi –Sdi ≤ X ˂ Mi + Sdi

Kategori rendah : X ˂ Mi – Sdi

Keterangan:

X = Skor Total Variabel Mi = Mean Ideal

Sdi = Standar Deviasi Ideal

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah suatu alat yang digunakan

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik

semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2007: 146).

Instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

instrumen kuesioner untuk variabel persepsi Self Assessment System,

persepsi Sosialisasi Perpajakan, persepsi Tingkat Pendidikan, dan persepsi

(56)

Tabel 3.2

2. Diskusi dengan Wajib Pajak dan

tokoh masyarakat 3 3. Informasi Langsung dari petugas

ke Wajib Pajak 4

4. Pemasangan billboard 5

5. Website Dirjen Pajak 6 4. Minimnya tingkat pengetahuan

Wajib Pajak 4

5. Tingginya tingkat pendidikan

Wajib Pajak 5

Kepatuhan Wajib Pajak

1. Tepat Waktu Penyampaian SPT 1 2. Kebenaran Perhitungan Pajak 2 3. Tepat Waktu Membayar Pajak 3 4. Tidak Memiliki Tunggakan Pajak 4 5. Tidak Melanggar Peraturan

Perpajakan 5

6. Hasil Audit Laporan Keuangan 6 Sumber : Data diolah

I. Teknik Pengolahan Data

Terdapat tiga langkah dalam pengolahan data penelitian ini, seperti

yang telah dijelaskan oleh Siregar (2010: 206) sebagai berikut:

(57)

a. Editing

Editing adalah proses pengecekan atau pemeriksaan data yang

telah berhasil dikumpulkan dari lapangan, karena ada kemungkinan

data yang telah masuk tidak memenuhi syarat atau tidak

dibutuhkan.

b. Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode terutama pada tiap-tiap

data yang termasuk kategori yang sama. Coding yang dilakukan

adalah pemberian nilai (score) pada setiap jawaban yang terhimpun

Tabel 3.3 Nilai (score) Jawaban

Keterangan Nilai

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

c. Tabulating

Tabulasi adalah proses penempatan data ke dalam bentuk tabel

yang telah diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis.

J. Teknik Pengujian Instrumen

1) Uji Validitas

Uji validitas adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu

mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2012: 46). Pengujian

(58)

pertanyaan dengan total nilai setiap variabel. Korelasi setiap item

pertanyaan dengan nilai total setiap variabel dilakukan dengan teknik

korelasi yaitu Person Product moment dengan taraf signifikansi 5%.

Menurut Siregar (2013: 47) mengatakan bahwa suatu instrument

dikatakan valid apabila:

a. Jika koefisien korelasi product moment melebihi 0,3 (Soegiyono,

1999).

b. Jika koefisien korelasi product moment > r-tabel (α ; n-2), n=

jumlah sampel

c. Nilai Sig. ≤ α .

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai

hasil skala pengukuran tertentu. Untuk mengukur reliabilitas

digunakan Cronbach Alpha. Metode Cronbach Alpha digunakan

untuk menghitung reabilitas suatu test yang tidak mempunyai pilihan

„benar‟ atau „salah‟ maupun „ya‟ atau „tidak‟, melainkan digunakan

untuk menghitung reabilitas suatu tes yang mengukur sikap atau

perilaku (Siregar, 2013). Skala pengukuran dikatakan mempunyai

reliabilitas jika angka Cronbach Alpha positif dan ≥ 0,6 (Sarwono,

(59)

Tabel 3.4

Batasan Skor Reliabilitas Alpha Cronbach

Skor Reliabilitas

<0,50 Rendah 0,50 – 0,60 Cukup 0,70 – 0,80 Tinggi Sumber : Jogiyanto (2008: 52)

K. Teknik Analisis Data

1. Deskripsi Karakteristik Responden

Analisis deskriptif responden digunakan untuk memisahkan atau

mengelompokkan responden agar diperoleh gambaran mengenai jenis

kelamin, usia, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, dan pendapatan

per bulan.

2. Deskripsi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti telah menentukan banyaknya variasi

untuk dipelajari dan dicari informasinya serta ditarik kesimpulannya.

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah persepsi Self

Assessment System, persepsi sosialisasi perpajakan, persepsi tingkat

pendidikan dan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

3. Uji Korelasi Peringkat Spearman (Rank-Spearman)

Teknik analisis data yang digunakan untuk menyelesaikan rumusan

masalah adalah analisis asosiatif. Menurut Siregar (2010: 213)

“analisis asosiatif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk

menguji ada tidaknya hubungan keberadaan variabel dari dua

(60)

menggunakan tingkat pengukuran data ordinal, maka menurut

Somantri dan Ali (2006: 217) uji statistik pada analisis asosiatif yang

tepat untuk penelitian ini adalah Spearman Rank Correlation.

Spearman Rank Correlation adalah suatu perhitungan yang

digunakan untuk menunjukkan ada hubungan antar variabel, dan

untuk melihat derajat keeratan kedua variabel yang dicari

hubungannya. Angka korelasi berkisar antara 0 sampai dengan ± 1

(artinya paling tinggi ± 1 dan paling rendah 0). Peneliti menggunakan

alat bantu SPSS untuk melakukan uji korelasi peringkat Spearman

Rank Correlation tersebut.

Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan liniear dan

arah hubungan dua variabel. Jika koefisien korelasi positif, maka

kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika variabel X

tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi. Sebaliknya, jika koefisien

negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya

jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan rendah (dan

sebaliknya).

Tabel 3.5

Sifat Hubungan Korelasi Berdasarkan Nilai r

Interval r Sifat Hubungan 0,000 – 0,199 Sangat lemah 0,200 – 0,399 Lemah 0,400 – 0,599 Cukup kuat

0,600 – 0,799 Mendekati sempurna 0,800 – 1,000 Sempurna

(61)

42 BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum KPP Pratama Surakarta

1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayana Pajak (KPP) Pratama Surakarta

KPP Pratama Surakarta sudah ada sejak lama dengan berbagai

nama dan istilah. Sebelumnya tahun 1966, KPP Pratama Surakarta

berstatus sebagai Kantor Dinas Luar Tingkat I (KDL Tk. I) Surakarta

dibawah wewenang wilayah kerja dari Kantor Inspeksi Keuangan (KIK)

Yogyakarta. Tahun 1966 karena semakin banyak jumlah Wajib Pajak dan

jumlah penerimaan pajak, KDL Tk. I Surakarta ditingkatkan menjadi

Kantor Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi diantara

KDL Tk. I Klaten dan pada akhir tahun 1966 KIK Surakarta berganti

istilah menjadi KIK Surakarta A.

Tanggal 1 April 1989 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor:

276/KMK.01/1989 tentang organisasi dan tata kerja DJP, KPP Surakarta

dipecah menjadi:

a. Kantor Pelayanan Pajak Surakarta Tipe B dengan wilayah kerja

meliputi Kotamadya Surakarta, Kabupaten Karanganyar dan

Kabupaten Surakarta.

b. Kantor Pelayanan Pajak Klaten dengan wilayah meliputi Kota

Administrasi Klaten, Kota Boyolali, Kabupaten Sukoharjo dan

(62)

c. Unit Pemeriksa dan Penyidikan Pajak (UPP) Surakarta Tipe B,

dengan wilayah kerja se-eks-Karesidenan Surakarta (wilayah kerja

Kantor Inspeksi Pajak Surakarta).

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang

Oraganisasi dan Tata Kerja Direktorat Jendral Pajak (DJP), wilayah kerja

KPP Surakarta meliputi Kotamadya Surakarta, Kabupaten Karangayar,

Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten serta Kantor Pelayanan Pajak

(Kapenpa) Sragen yang berkedudukan di Sragen.

Pembentukan KPP Pratama, merupakan bagian dari program

reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah

berjalan sejak tahun 2002 yang ditandai dengan terbentuknya Kanwil dan

KPPWP Besar. Pmebentukan KPP Pratama lanjutan dilandasi oleh

terbitnya SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 tentang Persiapan

Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor Wilayah

Direktorat Jendral Pajak (Kanwil DJP).

Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan DJP, KPP

Surakarta telah berubah menjadi KPP Pratama Suurakarta. KPP Pratama

Surakarta dibentuk berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pajak

Kep-141/PJ/2007 yang ditetapkan pada tanggal 3 Oktober 2007 tentang

Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor

Wilayah (Kanwil) DJP Jawa Tengah II dan Kantor Pelayanan,

(63)

Tengah I, Kanwil DJP Jawa Tengah II, Kanwil DJP Daerah Istimewa

Yogyakarta. KPP Pratama Surakarta mulai beroperasi tanggal 30 Oktober

2007 dan sampai saat in wilayah KPP Pratama Surakarta sudah meliputi 5

(lima) kecamatan, yaitu Laweyan, Jebres, Serengan, Pasar Kliwon, dan

Banjarsari.

Pembentukan KPP Pratama diseluruh Indonesia berlangsung dalam

periode tahun 2007-2008. Perubahan yang dilakukan meliputi struktur

organisasi, proses bisnis, teknologi dan komunikasi, sarana dan prasarana,

serta manajemen sumber daya manusia. Perbaikan dalam sturktur DJP

terefleksi pada karakter kantor modern antara lain adanya Account

Represntative untuk pelayanan kepada Wajib Pajak, penerapan Kode Etik

Pegawai yang di awasi oleh Komite Kode Etik Pegawai, dan system

penggajian yang lebih baik.

KPP Pratama merupakan penggabungan 3 (tiga) jenis unit kantor

yang berbeda, yakni Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa),

Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) dengan masing-masing seksi ke dalam seksi-seksi

yang baru sebagai berikut:

a. Waskon (Pengawasan dan Konsultasi)

Berdasarkan wilayah di Kota Surakarta, maka seksi waskon di KPP

Pratama Surakarta ini dibagi menjadi 4 (empat), dengan pembagian

wilayah sebagai berikut Waskon I untuk wilayah Kecamatan Laweyan,

(64)

wilayah Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon, dan Waskon IV untuk

wilayah Kecamatan Banjarsari.

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

c. Seksi Pelayanan

d. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

e. Seksi Pemerikasaan

f. Seksi Penagihan

g. Sub Bagian Umum

2. Lokasi KPP Pratama Surakarta

KPP Pratama Surakarta berlokasi di Jalan Kyai Haji Agus Salim No.1

Surakarta 57417, Telepon (0271) 717522/718400/720821, Faksimili

(0271) 728436, Homepage DJP : www.pajak.go.id. 3. Fasilitas KPP Pratama Surakarta

KPP Pratama Surakarta dilengkapi dengan:

a. Aula yang terletak berdektan dengan taman berseri KPP Pratama

Surakarta.

b. Poli klinik yang dibuka setiap hari Senin dan Kamis, yang dilayani

oleh 1 (satu) orang dokter.

c. Lapangan tenis outdoor dihalaman belakang kantor.

d. Ruangan rapat khusus yang digunkana untuk pertemuan-pertemuan

khusus.

Gambar

Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Surakarta ................................  50
Tabel 1.1 Statistik Kepatuhan Wajib Pajak
Gambar 2.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1 Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pompong (perahu) boleh dimanfaatkan oleh murtahin dengan catatan hasil dari memanfaatkan barang jaminan tersebut di bagi dua dengan ra&gt;hin. Perolehan hasil lebih

dependent  on  context  in  a  way  not  revealed  by  the  n ‐gram  Viewer.  The  limits  of . available  data  shape  the  possibilities  for  analysis, 

Kemudian untuk membandingkan keefektifan ketiga pembelajaran terhadap masing-masing variabel, dianalisis secara multivariate (MANOVA) dengan Helmert Contrasts pada taraf

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Andalas

Prinsip ekspresi kemarahan dan frustrasi yang didramatisasikan di Inggris melalui gaya hidup, gaya berpakian dan aliran musik di tiru oleh komunitas punk di

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa peranan Dinas Sosial Kabupaten Pacitan setelah berlakunya Undang- Undang nomor 23 tahun 2002, bahwa Dinas Sosial

[r]