• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI, TENAGA KERJA, DAN PENDAPATAN PERKAPITA DI JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI, TENAGA KERJA, DAN PENDAPATAN PERKAPITA DI JAWA TIMUR."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “ Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Tenaga Kerja Dan Pendapatan Perkapita Di Jawa Timur”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Drs. Ec. Marseto D.S., Msi, Selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(2)

3. Bapak Drs. Ec.Wiwin Priana,MT, selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 4. Drs. Ec. Marseto Ds,MSi selaku dosen pembimbing utama yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang berarti bagi peneliti.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan iklas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

6. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS), dan beberapa perpustakan Universitas-universitas negeri maupun swasta di Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusuna skripsi ini.

7. Ayahanda, ibunda, beserta Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral, materil serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

(3)

Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Maret 2011

(4)
(5)

Oleh :

Metrin Daka Ferlys

Abstraksi

Modal merupakan pendorong perkembangan ekonomi dan merupakan sumber untuk menaikan tenaga produksi yang semuanya membutuhkan kepandaian penduduknya dan mengadakan investasi dan mengolahnya, selain itu ditentukan pula adanya pendorong untuk mengadakan investasi atas dana yang diperoleh dari tabungan masyarakat maupun pinjaman luar negeri. Sehubungan dengan itu diperlukan upaya peningkatan pergerakan dana dari dalam negeri. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap negara senantiasa menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat kalangan swasta dalam negeri, tapi juga investor asing.

Penelitian ini menggunakan data skunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur mulai tahun 2000-2010. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan menggunakan alat bantu computer program Statistic Program for Social Science (SPSS) Versi 13.0 yang menunjukkan pengaruh secara tidak signifikan antara variabel bebas dan variable terikat.

Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Dependen Investasi Penanaman Modal Asing (X1) terhadap Pendapatan Perkapita (Y1), Pertumbuhan Ekonomi (Y2), Ekspor (Y3), maka ( 1 ) Dapat diketahui bahwa Variabel Investasi Penanaman Modal Asing tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Perkapita (Y1), Pertumbuhan Ekonomi (Y2), Ekspor (Y3), dan Variabel yang paling dominan dipengaruhi oleh Investasi Penanaman Modal Asing (X1) yakni variabel Pendapatan Perkapita (Y1).

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu. ... 9

2.2. Landasan Teori ... 13

2.2.1. Investasi ... 13

2.2.1.1. Pengertian Investasi ... 13

2.2.1.2. Teori Investasi ... 13

(7)

2.2.1.4. Hubungan Antara Investasi Dan Tenaga

Kerja ... 17

2.2.1.5. Penanaman Modal Asing (PMA) ... 21

2.2.1.6. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) .. 22

2.2.2. Pertumbuhan Ekonomi ... 25

2.2.2.1. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 26

2.2.2.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik ... 38

2.2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ... 39

2.2.2.4. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi ... 43

2.2.2.5. Modal Manusia Dan Pertumbuhan Ekonomi. 45

2.2.3. Tenaga Kerja ... 49

2.2.3.1. Pengertian Angkatan Kerja... 50

2.2.3.2. Pengertian Bukan Angkatan Kerja... 51

2.2.3.3. Permintaan Tenaga Kerja... 53

2.2.3.4. Penawaran Tenaga Kerja... 55

2.2.3.5. Pengangguran. ... 57

2.2.3.6. Jenis-jenis Pengangguran ... 58

2.2.4. Pengertian Pendapatan Perkapita ... 59

(8)

2.2.4.2. Pengertian Produk Domestik Regional

Bruto. ... 61

2.3. Kerangka Pikir ... 64

2.4. Hipotesis ... 68

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 70

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 70

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 72

3.3.1. Jenis Data . ... 72

3.3.2. Sumber Data ... 72

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 72

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... . 73

3.5.1. Teknik Analisis... 73

3.5.2. Uji Hipotesis... 75

3.6. Uji Asumsi Klasik... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 82

4.1.1. Kondisi Geografis di Jawa Timur... 82

4.1.2 . Kondisi Perkembangan Investasi di Jawa Timur . 83 4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 85

(9)

4.2.2. Perkembangan Tenaga Kerja ... 87 4.2.3. Perkembangan Pendapatan Perkapita ... 88 4.2.4. Perkembangan Investasi ... 89

4.3. Uji Hipotesis Parsial ... 90 4.3.1. Analisis dan Pengujian hipotesis ... 91 4.3.2. Pembahasan ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 96 5.2. Saran ... 98

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Hubungan Antara MEC dan Investasi ... . 17

Gambar 2. Kurva Investasi (MEI) ... 19

Gambar 3. Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja ... 52

Gambar 4. Kurva Permintaan Tenaga Kerja ... 54

Gambar 5. Kurva penawaran Tenaga Kerja ... 55

Gambar 6. Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja ... 56

Gambar 7. Kerangka Pikir... 67

Gambar 8. Distribusi Penolakan dan Penerimaan Hipotesis Secara parsial ... 75

Gambar 9. Kurva Durbin-Watson ... 77

Gambar 10. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Investasi (X1) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y1) ... 91

Gambar 11. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Invetasi (X1) terhadap Tenaga Kerja (Y2) ... 92

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.6. Autokorelasi Durbin Watson ... 78

Tabel 4.2.2. Perkembangan penyerapan Tenaga Kerja tahun 2000-2010... 85

Tabel 4.2.3. Perkembangan Pendapatan Perkapita tahun 2000-2010 ... 88

Tabel 4.2.4. Perkembangan Investasi tahun 2000-2010 ... 88

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Input Jawa Timur

Lampiran 2 : Tabel Variables Entered / Removed Tabel Model Summary

Tabel Coefficient

Lampiran 3 : Tabel Variables Entered / Removed Tabel Model Summary

Tabel Coefficient

Lampiran 4 : Tabel Variables Entered / Removed Tabel Model Summary

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap kegiatan maupun aktivitas di dalam perekonomian selalu

mempunyai keterkaitan dengan aktivitas lainnya. Dalam teori ekonomi

pembangunan (teori Harrold-Domar) diketahui bahwa tingkat

pertumbuhan ekonomi dan investasi mempunyai hubungan timbal balik

yang positif. Hubungan timbal balik tersebut terjadi karena di satu pihak,

semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, berarti semakin besar

bagian bagian dari pendapatan yang bisa di tabung, sehingga investasi

yang tercipta akan semakin besar pula. Dalam kasus ini, investasi

merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Dilain pihak, semakin

besar investasi suatu negara, akan semakin besar pula tingkat

pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai.

Pertumbuhan ekonomi dijadikan sebagai tolak ukur untuk

mengetahui sejauh mana kegiatan ekonomi di suatu wilayah berjalan

selama kurun waktu tertentu. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi

suatu wilayah menandakan semakin bergairahnya kegiatan ekonomi di

peroleh dari perkembangan PDRB atas dasar harga konstan dibandingkan

(14)

Keuangan daerah merupakan salah satu alat yang dipakai untuk

mengukur kemampuan suatu daerah dalam mengurus rumah tangganya

sendiri. Satuan wilayah pembangunan Jawa Timur sebagai salah satu

kawasan otonom mempunyai penerimaan keuangan daerah yang sangat

bergantung pada dana perimbangan pemerintah pusat, khususnya dana

alokasi umum yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah

daerah.

Pelaksanaan pembangunan nasional sebagian besar diarahkan pada

ekonomi, dimana mempunyai pengertian sebagai usaha untuk:

1 .Meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat yang berarti

tingkat pertambahan GDP melebihi pertambahan penduduk.

2 .Melakukan perombakan dan modernisasi dalam struktur

perekonomian Yang umumnya masih bercorak tradisional

(Sukirno,2004 : 50)

Dengan demikian salah satu indikasi dalam pembangunan

ekonomi adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) dapat ditunjukkan oleh

pertambahan produksi atau pertumbuhan pendapatan nasional. Dalam

menciptakan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan adanya penanaman

modal atau investasi, dimana investasi merupakan kebutuhan dalam

pembangunan yang menghendaki adanya pertumbuhan.

Istilah pendapatan regional dapat diartikan sebagai Produk

(15)

barang dan jasa yang dihasilkan oleh produksi di suatu daerah pada

periode tertentu. Sedangkan Produk Domestik Bruto menggambarkan

kenaikan produksi nasional yang benar-benar berlaku dalam negara

tersebut tersebut. (Sukirno, 2004 : 24)

Pada tahun 2001 laju pertumbuhan PDRB mencapai 3,76 % dan

pada tahun 2004 mengalami kenaikan menjadi 5,83%. Perlu diingat

bahwa pada tahun 1997 perekonomian negara sedang mengalami resesi

yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi. Dimana PDRB

Jawa Timur mengalami penurunan dari 15.724.321,44 pada tahun 1997

menjadi 12.896.26,82 pada tahun 1998 dengan pertumbuhan mencapai

-17,98%. Setelah peristiwa itu, Jawa Timur mencoba untuk bangkit

perlahan-lahan.

Saat negara dilanda krisis ekonomi, kondisi investasi swasta

domestik dan investasi asing juga mengalami penurunan drastis. Proses

pemulihan ekonomi akan senantiasa berusaha menciptakan iklim yang

dapat menggairahkan untuk investasi. Sasaran yang dituju tidak hanya

masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri tetapi juga investor asing.

Pada tahun 2001-2007 investasi swasta domestik (PMDN) lebih

mendominasi dibandingkan investasi swasta asing (PMA) karena

jumlahnya yang jauh lebih besar dari pada investasi swasta asing. Pada

tahun 2002, investasi swasta asing mengalami penurunan dari 1679

(16)

swasta domestik mengalami penurunan juga. Setelah tahun 2002, PMDN

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Disisi lain PMA masih mempunyai proporsi naik turun yang tidak

begitu baik. Pada tahun 2007 investasi swasta asing turun lagi, dari

1130.2 milliar rupiah menjadi 972.5 milliar rupiah. Hal ini disebabkan

salah satunya oleh masalah lumpur lapindo di Sidoarjo. Para investor

asing takut menanamkan modal mereka di Jawa Timur karena di anggap

tidak dapat mendatangkan profit/keuntungan, disamping itu faktor

keamanan yang belum stabil juga menjadi salah satu penghambat

investor asing. Hal ini dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan

ekonomi di Jawa Timur.

Selain itu keadaan tenaga kerja di Indonesia, dewasa ini selalu

menjadi pusat perhatian dalam pembangunan ekonomi. Sebelumnya

Indonesia mengalami masa pertumbuhan penduduk yang pesat, namun

ciri kelebihan tenaga kerja mewarnai kehidupan ekonomi di Indonesia.

Pelaksananaan pembangunan dengan orientasi pemerataan juga

dilakukan dengan arah untuk memperbaiki dan meningkatkan

penghasilan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Karena dalam

pembangunan penduduk juga berfungsi sebagai tenaga kerja maka dalam

pembangunan akan timbul masalah dalam penyediaan lapangan kerja.

Oleh karena itu penduduk yang selalu berkembang menurut adanya

perkembangan ekonomi yang terus menerus pula dan untuk itu

(17)

Dengan demikian bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia

dari tahun ke tahun, sedangkan jumlah lapangan kerja yang tersedia

terbatas, hal ini menimbulkan persaingan di antara pencari kerja, dengan

ketrampilan yang dimiliki, maka pencari kerja akan berusaha untuk

mencari lapangan kerja pada perusahaan untuk memperoleh upah,

penerapan upah tentu akan berbeda antara satu perusahaan dengan

perusahaan lain.

Laju pertumbuhan ekonomi sebagai cermin dari adanya

peningkatan barang dan jasa. Peningkatan produksi barang dan jasa

terjadi disebabkan karena adanya laju pertumbuhan yang tinggi, maka

akan menyebabkan perkembangan penyerapan tenaga kerja yang tinggi.

(Sulistyo, 2002 : 2)

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat penting

untuk dikaji. Negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar

serta penyediaan kesempatan kerja yang terbatas akan menghadapi

masalah yang serius dengan tingkat pengangguran yang terjadi

antara lain : besarnya angkatan kerja yang tersedia yang tidak diimbangi

dengan jumlah kesempatan, kerja yang memadai, tidak adanya

kesesuaian antara keahlian dan ketrampilan yang, dimiliki oleh

angkatan kerja dengan spesifikasi kesempatan kerja yang

disediakan perusahaan, ketidaksesuaian antara salary (gaji) yang

ditawarkan perusahaan dengan yang diminta oleh pekerja.

(18)

bisa dilepaskan dari perkembangan jumlah pendudukdi suatu wilayah.

Perkembangan tersebut bisa disebabkan oleh faktor kelahiran dan

kematian, migrasi (masuk maupun keluar) juga pergeseran waktu oleh

usia.

Kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan ekonomi selalu

ditujukan untuk mempertinggi dalam arti yang seluas-luasnya, kegiatan

pembangunan ekonomi selalu dipandang sebagai bagian dari keseluruhan

usaha pembangunan yang dijalankan oleh masyarakat. Pembangunan

ekonomi hanya meliputi usaha masyarakat untuk mempertinggi tingkat

pendapatan masyarakat, sedangkan keseluruhan usaha-usaha

pembangunan juga meliputi usaha pembangunan social, politik dan

kebudayaan. Oleh karena adanya pembatasan maka pengertian

pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu

proses yang menyebabkan pendapatan perkapita suatu masyarakat

meningkat dalam jangka panjang. (Sukirno, 2003 :45)

Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa pembangunan ekonomi

mempunyai tiga sifat penting, yaitu :

1. Suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi

terus-menerus.

2. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan perkapita.

3. kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsung dalam

(19)

Berdasarkan definisi pembangunan ekonomi yang dijelaskan

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk melihat lajunya

pembangunan suatu Negara maka perlu mengetahui pendapatan nasional

dan pendapatan perkapita dari waktu ke waktu.

Pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan

jasa-jasa yang diciptakan dalam perekonomian di dalam masa satu tahun.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai’ Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi, Tenaga Kerja Dan Pendapatan Perkapita Di Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas

maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah investasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur

Timur?

2. Apakah investasi mempengaruhi tenaga kerja di Jawa Timur?

3. Apakah investasi mempengaruhi pendapatan perkapita di Jawa

Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi

(20)

2. Untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap tenaga kerja di Jawa

Timur.

3. Untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap pendapatan perkapita di

Jawa Timur.

4. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya dalam bidang

Invest asi.

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan dari penelitian ini, dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya agar dapat melengkapi

kekurangan – kekurangan yang ada dalam penelitian ini.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi intansi-instansi terkait

dalam mengambil kebijaksanaan yang berhubungan dengan

pengembangan daerah.

3. Sebagai kontribusi untuk menambah khasanah ilmu, khususnya untuk

perbendaharaan literatur bagi perpustakaan di UPN “Veteran” Jawa

(21)

2.1 Penelitian Terdahulu

Studi mengenai pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya telah banyak dilakukan oleh banyak peneliti. Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah pertumbuhan (growth). Hal ini bisa dimengerti mengingat penghalang utama bagi pembangunan negara sedang berkembang adalah terjadinya kekurangan modal Dengan menggunakan angka-angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai bahan penelitian, analisis pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan.

(22)

signifikasi 0,025 dengan t tabel sebesar 2,3646 hal menunujukan semua variabel bebas berpengaruh secara parsial terhadap variabel produktifitas kerja.

2. Barro (2001), ”Economic Growth in a cross section of Country” Dalam penelitian ini variable yang digunakan adalah X = school attainment, life expetancy, tingkat inflasi, rasio investasi – hubungan perdagangan Y = Pertumbuhan ekonomi (GDP) di berbagai negara dengan berbagai tingkat ekonomi tahun 1965-1995. Hasil penelitian ini adalah :

- Penduduk laki-laki berpendidikan menengah dan tinggi memberi pengaruh dan signifikan terhadap pertumbuhan GDP perkapita riil. karena pekerja dengan latar belakang pendidikan dilengkapi dengan teknologi yang baru memiliki peran penting dalam penyebaran teknologi

- Penduduk perempuan berpendidikan dasar, menengah, tinggi dan penduduk laki-laki berpendidikan dasar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan GDP perkapita ril.

- Pertumbuhan GDP tidak berkaitan secara signifikan dengan lama sekolah perempuan pada tngkat pendidikan dasar merupakanprasyarat bagi tingkat pendidikan menengah dan tinggi.

(23)

Konvergensi” Dalam penelitian ini variable yang digunakan adalah X = Penduduk berumur 10 th ke atas yang berhasil menamatkan jenjang SMu, Angkatan kerja, Dummy sumberdaya alam, Dummy krisis (mulai th 1997=1) Y= PDRB per kapita. Hasil penelitian ini adalah :

- Variabel penduduk yang tamat SMU bernilai positif dan

signifikan.

- Angkatan kerja tidak signifikan

- Dummy SDA menunjukkan hubungan positif dan signifikan

- Dummy krisis menunjukkan hubungan yang negatif dan signifikan

di semua model.

4. Neni Pancawati (2000), ”Pengaruh Rasio kapitaltenaga kerja, tingkat pendidikan, stok kapital & pertumbuhan penduduk thd GDP Indonesia” Dalam penelitian ini variable yang digunakan adalah X = Rasio kapital - TK, Tingkat Pendidikan, Perubahan stok kapital, Pertumbuhan penduduk. Y = Pertumbuhan output (Y)

Hasil penelitian ini adalah :

- Rasio tenaga kerja-kapital berpengaruh positif terhadap

(24)

- Tk. Pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

output.

- Perubahan stok kapital berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output

- Pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan output.

5. Wibisono (2001), ”Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional : Studi Empiris Antar Propinsi di Indonesia” Dalam penelitian ini variable yang digunakan adalah X = Educational Attainment, life expetancy, tingkat inflasi, tingkat fertilitas, tingkat kematianbayi, dummy regional Y = Pertumbuhan ekonomi regional pada 26 Propinsi di Indonesia (tidak termasuk Timtim) tahun 1975-1995. Hasil penelitian ini adalah :

- Variabel yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi adalah pendidikan, angka harapan hidup, dan tingkat kematian bayi.

- Sedangkan tingkat fertilitas dan laju inflasi memberikan efek negatif pada pertumbuhan ekonomi

(25)

- Peningkatan educational attainment sebesar satu satuan akan

meningkatkan pertumbuhan PDRB sebesar 1,5% s/d 2,6%

2.2 Landasan teori

2.2.1 Investasi

2.2.1.1 PengertianInvestasi

Investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang atau jasa-jasa yang tersedia didalam perekonomian.(Sukirno, 2004 : 50).

Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori produktivitas batas (marginal produktivity) dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan tingkat bunga-bunganya. Sehingga investasi ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan.

2.2.1.2 Teori Investasi

(26)

menjadi faktor terpenting untuk penentu besarnya investasi menurut siahaan terdapat teori, yaitu:

a. Teori Klasik

Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori produktivitas batas (marginal produktivity) dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan tingkat bunga-bunganya. Sehingga investasi ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan.

Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi oleh para-para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab suatu perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu persaingan sempurna. Bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu suku bunga, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

(27)

2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan dari investasi itu.

b. Teori Keynes

Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal Efficiency of Investment (MEI), yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan apabila MEI lebih tinggi daripada tingkat suku bunga.

Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu:

1. Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi itu, semakin banyak investasi yang terlaksana dalam lapangan ekonomi maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI menurun.

2. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang modal menjadi lebih tinggi. (Suparmoko, 2000: 84)

2.2.1.3 Macam-macam Investasi

Cara pembagian investasi menurut jenisnya : a. Autonomous investment dan Induced invesment

(28)

oleh karena adanya perubahan faktor diluar pendapatan. Misal tingkat teknologi, kebijakan para pengusaha dan sebagainya. Induced investment (investasi terimbas) adalah bersebelahan dengan investasi otonom. Investasi ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

b. Public investment dan Private investment

Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah. Yang dimaksud ialah pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah tingkat satu, tingkat dua, kecamatan, maupun desa. Private investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta.

c. Domestic investment dan Foreign investment

Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri. Foreign investment adalah penanaman modal luar negeri.

d. Gross investment dan Net investment

Gross investment (investasi bruto) adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksanakan pada suatu ketika. Atau investasi yang dilakukan pada suatu Negara (daerah tertentu) pada atau selama suatu periode tertentu.

(29)

2.2.1.4 Hubungan Antara Investasi dan Tenaga Kerja

1) Marginal Efficiency Of Capital (MEC)

Di dalam suatu waktu tertentu misalnya dalam tempo satu tahun, dalam perekonomian akan banyak terdapat individu dan perusahaan yang mempertimbangkan untuk melakukan investasi. Berbagai proyek investasi ini mempunyai tingkat pengembalian modal yang berbeda, yaitu sebagai bagian dari proyek investasi itu akan menghasilkan keuntungan rendah. Berdasarkan atas besarnya jumlah modal yang berbeda,yaitu sebagai bagian dari proyek investasi itu akan menghasilkan keuntungan rendah.Berdasarkan atas besarnya jumlah modal yang akan ditanam dan tingkat pengembalian modal yang akan diramalkan, akan diperoleh analisis makro ekonomi membentuk suatu kurva yang dinamakan Efisiensi Modal Marginal / marginal Efficiency Of Capital atau MEC. (Sukirno,2005 : 111). Gambar 5. Hubungan Antara MEC dan Investasi

(30)

Berdasarkan hal-hal yang dihubungkannya, efisiensi modal marginal dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menunjukkan suatu hubungan diantara tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan.

Untuk memperjelas arti konsep efisiensi modal marginal, dapat dijelaskan sebagai berikut : sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian modal dan sumbu datar menunjukkan nilai investasi yang akan dilakukan. Pada kurva MEC ditunjukkan dengan tiga buah titik A, B, C. Titik A menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah sebesar R0 dan investasi adalah I0. ini berarti titik A menggambarkan bahwa perekonomian terdapat investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak I0 titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B menggambarkan wujudnya kesempurnaan untuk menginvestasikan dengan tingkat pengembalian modal R1 atau lebih dan modal yang diperlukan adalah I1. Titik C menggambarkan untuk mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R2 atau lebih dan modal yang diperlukan sebanyak I2.

(31)

Setelah itu baru dibandingkan nilai MEI tersebut dengan tingkat bunga di pasar (Sukirno, 2005 : 112).

2) Marginal Efficiency of Investment (MEI)

Kurva MEI adalah kurva yang menghubungkan titik-titik besarnya investasi yang diinginkan pada berbagai tingkat harga dimana harga investasi berubah apabila terhadi perubahan tingkat bunga (Guritno, 2005 : 85).

Gambar 6. Kurva Investasi (MEI)

Sumber : Waluyo, Dwi Eko, 2002, teori Ekonomi Mikro, Universitas Muhammadiyah, Malang Press, Malang, hal 54.

Kurva diatas menggambarkan jumlah investasi yang akan terlaksana pada setiap tingkat bunga. Menurunnya slop dari MEI ini disebabkan oleh dua hal, yaitu :

(32)

tersebut. Sebab makin banyak investasi yang terlaksana dalam berbagai lapangan ekonomi, maka menjadi semakin ketat persaingan para investor sehingga MEI menurun.

2. Bahwa semakin banyak investasi yang dilakukan maka ongkos (asset) menjadi lebih tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi MEI antara lain :

a. Jumlah aktivitas investasi sosial yang terselenggara dalam masyarakat

b. Population growth, bertambahnya jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga akan menaikkan harga. Naiknya harga akan menaikkan annual rate of income sehingga MEI naik.

c. Technological invention dan innovation yang mengakibatkan berkurangnya biaya-biaya produksi.

d. Capital accumulation, makin banyak akumulasi modal akan semakin rendahlah tingkat MEI

e. Kepercayaan terhadap situasi perdagangan di masa depan (state of business confidence. Sikap pesimis terhadap kemungkinan hari depan akan menurunkan MEI.

(33)

2.2.1.5 Penanaman Modal Asing (PMA)

Menurt Undang-Undang nomor 1 tahun 1967 pasal 1, pengertian penanaman modal asing adalah sebagai berikut : “pengertian penanaman modal asing, didalam undang-undang ini, hanyalah penanam modal asing secara langsung yang di lakukan menurut atau berdasarkan ketentuan undang-undang di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung, menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. (Widjaya, 2005 : 25).

Penanaman modal asing adalah investasi yang dilakukan oleh Investor luar negeri dalam penanaman modal asing. Bentuknya hanya berupa cadangan perusahaan multinasional. Resiko kegagalan Investasi di tanggung oleh Investor luar negeri. (Prasetio, 2009 : 12).

Sedangkan arti modal asing disini adalah:

Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia.(Widjaya, 2005 : 25).

- Investasi Swasta

(34)

Peningkatan iklim investasi dilakukan dengan PP No. 17 tahun 1992 sebagai penyederhanaan dari UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Penanaman modal asing hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung, dan yang dipergunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.

Yang dimaksud modal asing adalah :

1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

2. Alat-alat perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing, bahan-bahan yang dimasukkan ke Indonesia. Selama alat-alat tersebut tidak dibiayai oleh devisa Indonesia. 3. Bagian dari hasil perusahaan diperkenankan transfer, tetapi tidak

transfer seluruhnya dan dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

2.2.1.6 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Investasi Pemerintah

(35)

investasi pemerintah biasanya selalu diikuti dengan masalah Crowding out biasanya menunjukkan efek kebijaksanaan fiskal terhadap kegiatan ekonomi. Apabila penambahan pengeluaran (investasi pemerintah), apakah itu dibiayai dengan penarikan pajak ataupun dengan penarikan obligasi, tidak dapat mendorong kegiatan ekonomi atau efeknya terhadap kegiatan ekonomi nol, maka dikatakan bahwa telah terjadi crowding out pengeluaran investasi swasta oleh investasi pemerintah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa multiplier pengeluaran adalah kira-kira nol. Kira-kira nol, berarti bahwa setiap Rp. 1,00 atau kurang lebih dari Rp 1,00.

Crowding out yang sempurna apabila Rp. 1,00 pengeluaran pemerintah mengganti Rp 1,00 pengeluaran investasi swasta. Tidak sempurna apabila penggantian atau penurunan investasi swasta melebihi Rp 1,00. (Nopirin, 2000 : 65).

Peran pemerintah dalam berinvestasi dibagi menjadi 4 macam : 1. Peran Alokatif

(36)

2. Peran Distribusi

Peran pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara wajar dan adil. Contoh pemerintah berusaha untuk mencegah adanya monopoli dalam penyediaan dan distribusi barang kebutuhan pokok, sehingga hanya dinikmati sekelompok orang sehingga menimbulkan kecemburuan sosial.

3. Peran Stabilisatif

Peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaan disequilibrium. Contohnya ketika terjadi inflasi, resesi, serbuan barang impor.

4. Peran Dinamisasi

Peranan pemerintah dalam menggerakkan proses pertumbuhan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang dan maju. Contoh nya perintis kegiatan-kegiatan ekonomi tertentu. Seperti penerbangan pesawat ke jalur baru yang masing kering, atau pemekaran kota dengan memindahkan pusat kegiatan pemerintah ke lokasi baru, serta dalam bentuk mempercepat pertumbuhan bidang bisnis tertentu (mengalokasikan anggaran yang lebih besar ke bidang bersangkutan). (Dumairy, 2000 : 158-161).

Yang dimaksud modal dalam negeri adalah :

(37)

diatur oleh undang-undang tentang Penanaman Modal Asing. Penanaman Modal Dalam Negeri adalah penggunaan dari kekayaan tersebut di atas baik secara langsung maupun tidak untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini.

Selain Undang-Undang di atas tadi, pemerintah juga men ciptakan keterbukaan iklim investasi melalui paket kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi. Hal ini juga untuk menghadapi era persaingan bebas tahun 2020 nanti. (Dumairy, 1997 : 149).

2.2.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. (Sukirno, 2000 : 10).

Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. .

(38)

dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. (Sukirno, 2004 : 9).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. (Todaro, 2004 : 99).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan tertentu. (Putong, 2003 : 252).

2.2.2.1 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi W.W. Rostow

Profesor Walt Whitman Rostowmengajukan teorinya pertama kali dalam Economic Journal dan kemudian dikembangkan dalam bukunya The Stages of Economic Growth”. Proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan semua negara di dunia ini akan melalui salah satu dari tahap tersebut. Kelima tahap pertumbuhan ekonomi itu adalah :

1. Masyarakat tradisional (the traditional society)

2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off) 3. Lepas landas (the take-off)

4. Gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity)

(39)

Adapun penjelasan kelima tahap pertumbuhan ekonomi tersebut diatas sebagai berikut.

1. Masyarakat tradisional (the traditional society)

Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang dalam kehidupannya masih menggunakan cara-cara yang sangat sederhana dan telah berlaku secara turun-temurun, baik dalam berproduksi maupun dalam tata cara / adat istiadat. Tingkat produktivitas mereka masih sangat terbatas karena sebagian besar sumber daya masyarakat hanya digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Struktur sosial bersifat hierarkis, maksudnya kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak akan berbeda dengan ayahnya, kakeknya, dan kakek moyangnya. Dalam masyarakat ini kecil sekali kemungkinan misalnya, bagi anak seorang petani biasa untuk menjadi tuan tanah atau kelas masyarakat lainnya yang lebih tinggi dari petani.

2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off)

Masa selanjutnya adalah masa ketika masyarakat telah mulai sadar terhadap pentingnya pembangunan ekonomi. Ide-ide baru telah mulai diterima untuk mencapai kemajuan hidup mereka. Masa ini disebut sebagai masa peralihan atau prasyarat untuk landas.

(40)

bermunculan, perkembangan teknologi yang pesat dan lembaga keuangan resmi sabagai penggerak dana masyarakat mulai bermunculan, serta terjadi investasi besar-besaran terutama pada industri manufaktur. Bila perubahan-perubahan seperti itu timbul, yang menyebabkan pertumbuhan selalu terjadi, maka proses pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah mulai berlangsung. Jika pertumbuhan ekonomi sudah lebih sering terjadi, suatu negara sudah dapat dianggap berada pada tahap prasyarat untuk lepas landas.

3. Lepas landas (the take-off)

Dalam tahap ini pertumbuhan ekonomi merupakan peristiwa yang selalu berlangsung. Pada permulaannya terjadi perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, dan terbukanya pasar-pasar baru. Akibat dari perubahan ini akan tercipta pembaruan-pembaruan secara teratur dan terjadi peningkatan penanaman modal. Penanaman modal yang tinggi akan meningkatkan pendapatan nasional yang melebihi tingkat pertambahan penduduk. Dengan demikian, pendapatan perkapita semakin lama akan semakin bertambah besar.

Terdapat tiga ciri untuk mengetahui apakah suatu negara sudah mencapai tahap lepas landas atau belum, yakni :

(41)

b. Terjadi perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi.

c. Segera tercipta suatu kerangka dasar politik, sosial, ekonomi dan institusional yang akan mewujudkan segala kegiatan yang merupakan perluasan dari sektor modern dan potensi ekonomi ekstern yang ditimbulkan oleh kegiatan lepas landas, sehingga menyebabkan pertumbuhan yang akan terus berlanjut.

4. Tahap gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity)

Dalam tahap ini, masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi modern untuk memanfaatkan faktor-faktor produksi dan kekayaan alamnya. Sektor-sektor ekonomi berkembang lebih lanjut dan sektor-sektor andalan baru akan muncul untuk menggantikan sektor andalan lama, yang mengalami kemunduran. Ciri-ciri non ekonomi dari masyarakat yang telah mencapai tahap ke arah kedewasaan dan yang hampir memasuki tahap berikutnya adalah sebagai berikut :

a. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan dimana peranan sektor industri semakin penting, sementara sektor pertanian semakin menurun karena berpindahnya tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Kemahiran dan kepandaian para pekerja bertambah tinggi.

(42)

c. Masyarakat merasa bosan dengan dampak negatif yang diciptakan oleh industrialisasi (polusi, permintaan dari buruh, suara mesin) sehingga mulai memunculkan kritik-kritik terhadapnya dan menginginkan perubahan lebih jauh.

5. Tahap konsumsi tinggi (the age of high mass consumption)

Pada tahap ini perhatian masyarakat lebih tertuju kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat, bukan lagi pada masalah produksi. Ada tiga tujuan masyarakat yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia serta dukungan politik dari pemerintah agar produksi mereka benr-benar dapat habis terjual, yaitu dengan cara :

a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke negara-negara lain untuk perluasan pasar yang berakhir pada penaklukan atas negara-negara tersebut.

b. Menciptakan kemakmuran yang lebih merata dengan mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem perpajakan progresif, yakni semakin tinggi pendapatan semakin besar pula tarif pajak.

(43)

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith

Adam Smith menyatakan bahwa mekanisme pasar akan menciptakan suatu suasana yang mengakibatkan perekonomian akan berfungsi secara efisien. Adam Smith terkenal sebagai pelopor perkembangan ilmu ekonomi dan ahli ekonomi yang pertama mengemukakan mengenai pentingnya kebijakan laissez faire dan juga ahli pertama yang banyak menumpahkan perhatian kepada masalah pembangunan. Menurut Adam Smith, kebijakan laissez faire atau sistem mekanisme pasar akan memaksimumkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai oleh masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan dua unsur, yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan output total dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu :

1. Sumber-sumber alam 2. Perkembangan penduduk

3. Jumlah persediaan barang modal.

(44)

menyebabkan tingkat kegiatan ekonomi bertambah tinggi. Perkembangan spesialisasi dan pembagian pekerjaan di antara tenaga kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi, karena spesialisasi akan mempertinggi tingkat produktivitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi. Apabila pembangunan telah terjadi, maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung secara kumulatif sehingga pasar berkembang dan spesialisasi terjadi, dan pada akhirnya menimbulkan kenaikan produktivitas.

Sejalan dengan perkembangan penduduk dari masa ke masa, yang diikuti dengan kenaikan produktivitas yang mengakibatkan kenaikan pendapatan nasional, akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan yang cukup tinggi. Kedua hal itu akan memberikan dorongan yang lebih besar kepada para pengusaha untuk mengadakan inovasi dan mengembangkan teknologi. Dengan demikian, perkembangan ekonomi akan terus berlangsung dan pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi. c. Teori Pertumbuhan Ekonomi David Ricardo dan Thomas Robert

(45)

menjadi dua kali lipat dalam waktu satu generasi. Pada tingkat ini tenaga kerja akan menerima upah yang sangat minim yang hanya cukup untuk hidup (subsistence level). Teori David Ricardo ini banyak dipengaruhi oleh teori perkembangan penduduk yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus dan teori hasil lebih yang semakin berkurang.

Pola pertumbuhan ekonomi menurut David Ricardo adalah sebagai berikut. Mulanya jumlah penduduk masih sedikit dan kekayaan alam relatif cukup banyak sehingga pengusaha mendapatkan keuntungan yang besar. Laba yang tinggi akan menciptakan tingkat pembentukan modal yang tinggi juga. Hal itu akan meningkatkan produksi sehingga mengakibatkan pula bertambahnya permintaan terhadap tenaga kerja, yang pada akhirnya pendapatan tenaga kerja juga akan naik.

(46)

tidak memperoleh keuntungan yang cukup. Sedangkan yang memperoleh keuntungan tersebar adalah para tuan tanah yang menerima sewa tanah yang tinggi.

Kemajuan teknologi akan dapat mempertinggi tingkat upah sehingga produktivitas juga naik. Proses pertumbuhan dapat berjalan terus dan keadaan ini berlangsung tidak lama karena pertambahan penduduk selanjutnya akan menurunkan kembali tingkat upah dan tingkat keuntungan. Kemajuan teknologi tidak dapat menghalangi terjadinya stationary state tetapi hanya mampu menunda masa terjadinya untuk sementara waktu.

Ciri-ciri perekonomian menurut David Ricardo adalah sebagai berikut :

1. Sumber alam yang terbatas jumlahnya (tanah)

2. Perubahan tenaga kerja (bertambah atau berkurang) sesuai dengan perubahan tingkat upah minimum

3. Pembentukan modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh para pengusaha cukup tinggi (berada di atas tingkat keuntungan minimal)

4. Kemajuan teknologi terjadi secara terus-menerus 5. Peranan sektor pertanian lebih dominan.

d. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar

(47)

mengemukakan teorinya tahun 1939 dalam Economic Journal, sedangkan Domar mengemukakan teorinya untuk pertama kali pada tahun 1947 dalam American Economic Review. Teori Harrod-Domar merupakan pengembangan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja.

Teori Harrod-Domar menganalisis persoalan keadaan yang bagaimana yang harus tercipta untuk menjamin agar perekonomian selalu mempunyai kesanggupan berproduksi yang selalu bertambah sebagai akibat dari penanaman modal.

(48)

pertumbuhan baru akan tercipta bila pengeluaran masyarakat mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan masa sebelumnya.

e. Teori Pertumbuhan Ekonomi Schumpeter

Teori Joseph Schumpeter dapat digolongkan ke dalam kelompok klasik, namun dari segi kesimpulannya, Schumpeter lebih dekat dengan para ekonom modern. Schumpeter tidak terlalu menekankan pada aspek pertumbuhan penduduk maupun aspek keterbatasan sumber alam dalam proses pertumbuhan ekonomi. laju pertumbuhan penduduk dianggap sudah diketahui dan tidak ditentukan di dalam modelnya.

Schumpeter berpendapat bahwa motor penggerak perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para wiraswasta / inovator / entrepreneur. Kemajuan ekonomi hanya dapat berlangsung dengan adanya inovasi dari para pengusaha. Di sini, inovasi dibedakan dengan penemuan (invensi). Seseorang yang menemukan lokomotif dikatakan sebagai penemu (inventor), sedangkan pengusaha yang mendirikan perusahaan kereta api adalah inovatornya. Sehingga inovasi adalah penerapan pengetahuan teknologi di dunia ekonomi / kemasyarakatan. Inovasi mempunyai tiga pengaruh, yaitu :

1. Memperkenalkan teknologi baru.

2. Menimbulkan keuntungan lebih yang merupakan sumber dana penting bagi pembentukan modal.

(49)

teknologi baru tersebut. Proses imitasi ini mempunyai pengaruh berupa menurunnya keuntungan yang diraih oleh para inovator dan penyebaran teknologi baru di dalam masyarakat.

Kegiatan-kegiatan yang oleh Schumpeter dimasukkan sebagai inovasi adalah :

1. Diperkenalkannya produk baru.

2. Diperkenalkannya cara berproduksi baru. 3. Pembukaan pasar baru.

4. Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru.

(50)

2.2.2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah sama seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern Lewis yakni:

Y = Aeμt . Kα . L1-α ...(1)

Y = Produk Domestik Bruto

K = stok modal fisik dan modal manusia

L = tenaga kerja non terampil

A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar

eμt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi

α = melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni

Persentase kenaikan PDB yang bersumber dari 1% penambahan modal fisik dan modal manusia.

(51)

2.2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, Yaitu :

a. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya

Kekayaan alam sesuatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan hasil laut yang dapat diperoleh, jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang terdapat. Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk mengembangkan perekonomian sesuatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Di dalam setiap negara di mana pertumbuhan ekonomi baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi di luar sektor utama (pertanian dan pertambangan) yaitu sektor di mana kekayaan alam terdapat kekurangan modal, kekuangan tenaga ahli dan kekurangan pengetahuan para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi modern di satu pihak.

(52)

menguntungkan, hambatan yang baru saja dijelaskan akan dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat.

b. Jumlah dan Mutu dari Penduduk dan Tenaga Kerja

Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu menambah produksi. Disamping itu sebagai akibat pendidikan, latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu bertambah tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktivitas bertambah dan ini selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja. Selanjutnya perlu diingat pula bahwa pengusaha adalah sebagian dari penduduk. Maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sesuatu negara juga bergantung kepada jumlah pengusaha dalam sejumlah penduduk tertentu adalah lebih banyak, lebih banyak kegiatan ekonomi yang dijalankan.

(53)

c. Barang-Barang Modal dan Tingkat Teknologi

Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi keefisienan pertumbuhan ekonomi. Didalam masyarakat yang sangat kurang maju sekalipun barang-barang modal sangat besar perannya dalam kegiatan ekonomi. Tanpa adanya alat-alat untuk menangkap ikan dan berburu, alat-alat untuk bercocok tanam dan mengambil hasil hutan, masyarakat yang kurang maju akan mengalami kesusahan yang lebih banyak lagi dalam mencari makanannya sehari-hari.

(54)

yang berlaku di berbagai negara terutama ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek yang positif dalam pertumbuhan ekonomi, dan oleh karenanya pertumbuhan ekonomi menjadi lebih pesat.

d. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Di dalam menganalisis mengenai masalah-masalah pembangunan di negara-negara berkembang ahli-ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius kepada pembangunan.

(55)

untuk mengumpulkan lebih banyak uang untuk investasi, sikap yang sangat menghargai kerja keras dan kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan usaha, dan sikap yang selalu berusaha untuk menambah pendapatan dan keuntungan. Apabila di dalam masyarakat terdapat beberapa keadaan dalam sistem sosial dan sikap masyarakat yang sangat menghambat pertumbuhan ekonomi, pemerintah haruslah berusaha untuk menghapuskan hambatan-hambatan tersebut. Perombakan dalam sistem sosial, seperti misalnya menghapuskan kekuasaan tuan tanah dan memberikan tanah kepada para petani yang tidak memiliki tanah, adalah suatu langkah yang perlu dilakukan.

Perubahan dalam sikap masyarakat perlu diciptakan. Perubahan itu terutama harus ditujukan agar masyarakat bersedia bekerja lebih keras untuk mendapatkan pendapatan dan keuntungan yang lebih banyak. Salah satu langkah penting yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memperluas fasilitas pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan masyarakat. (Sukirno, 2004 : 430-432).

2.2.2.4 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

(56)

Pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, dihitung berdasarkan laju perubahan Pendapatan Nasional riil per tahun dalam persentase atau besarnya pertambahan riil Pendapatan Nasional riil tahun t (sekarang) dikurangi tahun t-1 (sebelumnya) kemudian dikalikan 100 % atau dengan

rumus persamaan sebagai berikut :

Gt = PNB rt - PNB rt-1 X 100 % ...(Ritonga, 2003 : 159). PNB rt-1

. Pelajaran Ekonomi Jilid 3, Penerbit Erlangga, Jakarta

Dimana:

Gt = Pertumbuhan Ekonomi pada tahun t PNB rt = Pendapatan Nasional riil pada tahun t PNB rt-1 = Pendapatan Nasional riil pada tahun t-1

Alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain : a. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Produk Domestik Bruto ini merupakan acuan yang sifatnya global dan bukan merupakan alat pengukuran yang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya.

b. Produk Domestik Bruto Perkapita

(57)

saja. Produk Domestik Bruto Perkapita adalah jumlah produk domestik bruto nasional dibagi dengan jumlah penduduk.

c. Pendapatan Perjam Kerja

Pendapatan Perjam Kerja sebenarnya paling baik sebagai alat untuk mengukur maju tidaknya perekonomian. Biasanya suatu negara yang mempunyai pendapatan atau upah jam kerja lebih tinggi dari upah jam kerja negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama. Pasti boleh dikaitkan bahwa negara yang bersangkutan lebih maju dari negara lain. (Suparmoko, 2000 : 205).

2.2.2.5 Modal Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi

(58)

Menurut Mill pembangunan ekonomi sangat tergantung pada dua jenis perbaikan, yaitu perbaikan dalam tingkat pengetahuan masyarakat dan perbaikan yang berupa usaha-usaha untuk menghapus penghambat pembangunan seperti adat istiadat, kepercayaan dan berpikir tradisional. Perbaikan dalam pendidikan, kemajuan dalam ilmu pengetahuan, perluasan spesialisasi dan perbaikan dalam organisasi produksi merupakan faktor yang penting yang akan memperbaiki mutu dan efisiensi faktor-faktor produksi dan akhirnya menciptakan pembangunan ekonomi. Menurut Mill, faktor pendidikan melaksanakan dua fungsi yaitu: mempertinggi pengetahuan teknik masyarakat dan mempertinggi ilmu pengetahuan umum. Pendidikan dapat menciptakan pandangan-pandangan dan kebiasaan modern dan besar perannya untuk menentukan kemajuan ekonomi masyarakat.

Modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh oleh para pekerja melalui pendidikan mulai dari program untuk anak-anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan (on the jobtraining) untuk para pekerja dewasa. Seperti halnya dengan modal fisik, modal manusia meningkatkan kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa. Untuk meningkatkan level modal manusia dibutuhkan investasi dalam bentuk guru, perpustakaan dan waktu belajar. (Mankiw : 2003 : 22).

(59)

kualitas sumber daya manusia, dengan mewujudkan program-program spesifik yakni :

1. Mengendalikan penyakit serta meningkatkan kesehatan dan nutrisi. Meningkatkan standar kesehatan penduduk menyebabkan peningkatan produktivitas mereka sebagai tenaga kerja. Pusat kesehatan masyarakat dan penyediaan air bersih merupakan modal sosial yang bermanfaat.

2. Meningkatkan pendidikan, menurunkan angka buta huruf dan melatih tenaga kerja. Manusia terdidik merupakan tenaga kerja yang lebih produktif karena mampu menggunakan modal secara lebih efektif, mampu mengadopsi teknologi dan mampu belajar dari kesalahan.

3. Di atas semua itu, tidak boleh mengestimasi secara lebih rendah (under estimate) terhadap pentingnya sumberdaya manusia. (Samuelson dan Nordhaus, 2001).

(60)

disediakan secara publik dan pengetahuan yang dihasilkan secara privat bersifat komplementer.

Mengemukakan bahwa pembangunan manusia secara luas didefinisikan sebagai mengusahakan orang-orang untuk menjalani hidup lebih lama, lebih sehat dan lebih penuh. Secara sempit, pembangunan manusia diinterpretasikan sebagai refleksi dari status kesehatan dan pendidikan manusia. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia merupakn hubungan dua arah yang kuat. Di satu sisi pertumbuhan ekonomi menyediakan sumber-sumber yang memungkinkan terjadinya perkembangan secara berkelanjutan dalam pembangunan manusia. Sementara sisi lain pengembangan secara berkelanjutan dalam kualitas modal manusia merupakan kontributor penting bagi pertumbuhan ekonomi. (Anonim, 2001).

(61)

lembaga swadaya masyarakat dan ormas. Faktor-faktor kelembagaan pemerintah jelas peranannya karena keberadaanya sangat menentukan implementasi kebijakan publik.

Faktor distribusi sumber daya juga jelas karena tanpa distribusi sumber daya yang merata (misal dalam penguasaan lahan atau sumber daya ekonomi lainnya) hanya akan menimbulkan frustasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan terhadap sistem dan perilaku pemerintah. Semua faktorfaktor tersebut berperan sebagai katalisator bagi berlangsungnya hubungan timbal balik antara keduanya secara efisien.

2.2.3 Tenaga Kerja

(62)

2.2.3.1 Pengertian Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini menunjukkan kepada tiga hal, yaitu :

a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat dan tidak mempunyai cacat mental.

b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.

c. Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia untuk memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti orang yang bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas kemauannya sendiri mencari pekerjaan.(Dumairy, 1997 : 75). Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh. (Suparmoko, 2000 : 67).

(63)

2.2.3.2 Pengertian Bukan Angkatan Kerja

Bukan Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.(Sumarsono, 2003 : 116).

Bukan Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Mereka ini adalah bagian dari tenaga yang sesungguhnya tidak terlihat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa yang bukan angkatan kerja disini dapat di golongkan menjadi 3 golongan, yaitu:

b. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatannya hanya sekolah.

c. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah.

d. Golongan lain, yaitu :

1. Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan sesuatu kegiatan ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan, seperti: tunjangan pensiun, bunga atas pinjaman atau sewa atas hak milik.

2. Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain.

(64)

Gambar 1 : Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja

Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 2002, Pengantar Ekonomi

Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 19.

Keterangan :

Jumlah penduduk dan angkatan kerja, serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya dukung yang efektif di negara itu cukup kuat untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.

Penduduk disuatu negara bisa menjadi tenaga kerja atau bukan tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi angkatan kerja dan

Penduduk

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

Bukan Angkatan Kerja

(65)

bukan angkatan kerja, sekalipun mereka adalah angkatan kerja tidak semua angkatan kerja akan bekerja, ada juga yang menganggur. Penduduk yang telah bekerja juga tidak selalu bekerja penuh, ada penduduk yang bekerja setengah menganggur, dapat dilihat dan setengah pengangguran kentara karena jam kerja yang sedikit dan pengangguran tidak kentara karena produktivitas rendah ataupun penghasilan yang rendah.

Bukan angkatan kerja dalam hal ini disebabkan oleh beberapa hal karena masih duduk dibangku sekolah, mengurus rumah tangga bagi mereka yang telah berkeluarga, penerima pendapatan atau orang yang tidak produktif tetapi mendapatkan imbalan seperti, pensiunan pendapatan dari jasa sewa, bunga simpanan dan lain sebagainya. (Simanjuntak, 2003 : 16)

2.2.3.3 Permintaan Tenaga Kerja

(66)

Gambar 2 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja

Upah

VMPPL D

w1

w w2

D = MPPL X P 0

A N B Penempatan

Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 2005, Pengantar Ekonomi

SumberDaya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 75.

Keterangan :

Garis DD melukiskan nilai hasil marginal karyawan (Value marginal physical pruduct of VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan.

(67)

ON. Dititik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPPL X P sama dengan upah yang dibayarkan kepada karyawan.

2.2.3.4 Penawaran Tenaga Kerja

Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum dihubungkan dengan faktor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran tenaga kerja sudah ikut dipertimbangkan faktor upahnya. Dalam hal ini pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan tenaganya apabila kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu. (Suroto, 2002 : 22).

Gambar 3 : Kurva Penawaran Tenaga kerja

Upah Ns (Pe = 2.0)

W2

Ns (Pe = 1.0)

W1

0

N1 Tenaga kerja

(68)

Keterangan :

Pada harga harapan Pe = 1.0. Upah nominal adalah W1 maka jumlah tenaga kerja yang ditawarkan adalah N1. Apabila harga harapan naik menjadi Pe = 2.0; tingkat upah w2 akan memberikan upah riil yang sama, sehingga jumlah tenaga kerja yang ditawarkan tetap pada N1. Jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan naik apabila upah riilnya naik, yakni apabila upah nominal naik menjadi W2 sedang yang diharapkan tetap tidak berubah pada Pe = 1.0

Gambar 4 : Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja

Upah Nominal

WL NS (P1) W1

W2 ND (P1)

N2 N1 N3 L Tenaga Kerja Sumber : Nopirin, 2002, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM,

Yogyakarta, Halaman 16. Keterangan :

(69)

jumlah tenaga kerja yang diminta (N3) melebihi yang ditawarkan (N2). Kelebihan jumlah tenaga kerja yang diminta ini akan mendorong tingkat upah naik sampai ke W1 kembali dimana tingkat upah riil juga kembali sama seperti semula.

2.2.3.5 Pengangguran

Pengertian Pengangguran

Pengangguran merupakan masalah ekonomi makro. Pengangguaran menjadi masalah yang berpengaruh langsung bagi standart kehidupan dan tekanan psikologis masyarakat. Sehingga masalah pengangguran ini menjadi perdebatan hangat oleh para politikus dan para pakar ekonomi. Masalah pengangguran ini menjadi masalah penting yang harus diselesaikan. Menurut para pakar ekonomi masalah pengangguran , saking pentingnya kemudian, mereka merasa bahwa masa ini perlu untuk di telaah dalam kaitannya dengan pengertian dan beberapa penyebabnya.

(70)

(Sukirno, 2003: 22).

2.2.3.6 Jenis-jenis pengangguran

Edgar O. Edward dalam membagi menjadi 5 (lima) jenis pokok pengerahan tenaga kerja yang tidak optimal ( underutilization of labor ) antara lain :

1. Pengangguran terbuka ( open unemployment ) yakni, mereka yang

benar-benar tidak bekerja, baik secara sukarela maupun terpaksa.

2. Pengangguran terselubung ( under unemployment ) yakni, para

pekerja yang jumlah jam kerjanya lebih sedikit yang dari

sebenarnya mereka inginkan.

3. Mereka yang nampak aktif bekerja tetapi sebenarnya kurang

produktif mereka yang tidak digolongkan dalam pengangguran

terbuka atau terselubung, namun bekerja dibawah standar

produktivitas optimal. Jenisnya sendiri lebuh dari satu yakni :

a. pengangguran terselubung yang terlindungi

b. pengangguran yang tersembunyi

(71)

pekerja yang ingin bekerja secara penuh tetapi terbentur

pada kondisi fisik yang lemah dan tidak memungkinkan

( misalnya penyandang cacat )

5. Mereka yang tidak produktif yakni, mereka sesungguhnya

memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan- pekerjaan

yang produktif, akan tetapi mereka tidak memiliki sumber daya

komplemen yang memadai untuk menghasilkan output.

( Todaro 2004 : 235 ).

2.2.4 Pengertian Pendapatan Perkapita

Definisi Pendapatan Perkapita adalah : pendapatan perkapita merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian dalam masa satu tahun. (Sukirno, 2002 : 21).

2.2.4.1 Pengertian Pendapatan Perkapita

Definisi Pendapatan Perkapita adalah :

(72)

membagi pendapatan nasional pada tahun itu dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama. (Sukirno, 2001 : 22).

b. Sedangkan menurut definisi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Propinsi Jawa Timur 1993-1996, pendapatan perkapita penduduk adalah pendapatan rata-rata tiap jiwa dalam suatu wilayah atau daerah yang diperoleh dengan cara membagi jumlah total produksi barang dan jasa yang dihasilkan penduduk dalam suatu wilayah tertentu dalam satu tahun dengan jumlah penduduk. Atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pendapatan Perkapita Penduduk = PDRB ..(Anonim,2005 ; 32). Jumlah Penduduk

Dimana :

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu.

Sedangkan jumlah penduduk adalah banyaknya jumlah yang menetap di suatu wilayah atau daerah tertentu selama minimal 60 hari berturut-turut atau berada di suatu wilayah dalam jangka waktu yang lama atau tidak dapat ditentukan.

(73)

Disamping itu kegunaan dari pendapatan perkapita, dua diantaranya yang penting adalah

1. Untuk membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat.

2. Untuk membandingkan laju perkembangan ekonomi yang dicapai oleh berbagai negara didunia dari masa ke masa.

2.2.4.2 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto

Pengertian Domestik Regional Bruto adalah suatu indicator untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara sektoral, sehingga dapat dilihat penyebab pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tersebut. Selain daripada itu PDRB juga alat ukur untuk menganalisa perubahan tingkat kemakmuran secara riil atas harga konstan. (Anonim, 2001).

Cara perhitungan Produk Domestik Regional Bruto dapat digunakan melalui 3 pendekatan, antara lain :

1. Pendekatan produksi ; Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sektor lapangan usaha yaitu :

a. Pertanian

(74)

c. Industri pengolahan d. Listrik, gas dan air bersih e. Bangunan

f. Perdagangan, hotel dan restoran g. Pengangkutan dan Komunikasi

h. Jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan i. Jasa lain-lain. (Rosyidi, 2003 : 140).

2. Pendekatan pengeluaran ; Produk Domestik Regional Bruto adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, yaitu :

a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung

b. Konsumsi pemerintahan

c. Pembentukan modal tetap domestik bruto d. Perubahan stock

e. Ekspor netto, (ekspor dikurangi impor). (Sukirno 2002 : 38). 3. Pendekatan pendapatan ; Produk Domestik Regional Bruto

merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.

Gambar

Tabel 4.2.3. Perkembangan Pendapatan Perkapita tahun 2000-2010 .....................
Tabel Coefficient
tabel pada level signifikasi 0,05 dengan df (3,7) sebesar 4,35 hal
Gambar 5. Hubungan Antara MEC dan Investasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendapatan perkapita merupakan ukuran tingkat kesejahteraan atau kemakmuran secara statistik dimana rata-rata pendapatan perkapita di Wilayah Kabupaten Jawa Timur yang di

Dengan variabel jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel, dan pendapatan perkapita dengan menggunakan uji regresi linear berganda dengan menunjukkan hasil yang

Sedangkan dalam model jangka pendek terdapat enam variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu investasi swasta, belanja modal, subsidi,

Dari hasil analisis pada Tabel 3.1 diperoleh bahwa secara umum bahwa variabel aglomerasi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel

Diperoleh hasil bahwa variabel yang paling mempengaruhi terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata adalah variabel jumlah obyek wisata sedangkan variabel pendapatan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa:a) peningkatan pendapatan perkapita akan turut meningkatkan penerimaan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kondisi infrastruktur, tenaga kerja dan pendapatan perkapita masyarakat di Kota Malang serta mengetahui apakah infrastruktur,

Investasi diperoleh koefisien regresi sebesar 0,407 yang artinya setiap adanya kenaikan 1 persen terhadap investasi maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya pertumbuhan ekonomi di