• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI”SENSUALITAS”DALAM LIRIK LAGU ”BIBIR “ OLEH SAMANTHA BAND (Studi Semiologi Tentang Represenatasi ”Sensualitas”Pada Lirik Lagu”Bibir” Oleh Samantha Band).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REPRESENTASI”SENSUALITAS”DALAM LIRIK LAGU ”BIBIR “ OLEH SAMANTHA BAND (Studi Semiologi Tentang Represenatasi ”Sensualitas”Pada Lirik Lagu”Bibir” Oleh Samantha Band)."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

REPRESENTASI ” SENSUALI TAS” DALAM LI RI K LAGU

” BI BI R “ OLEH SAMANTHA BAND

( St ud i Sem iol ogi Tent ang Repr esenat asi ” Sensualit as” Pada Lirik Lagu” Bib ir” Oleh Sam ant ha Band)

SKRI PSI

Oleh :

LAKSONO.ADI .WI BOWO

0743 010166

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDI DI KAN DAN PERUMAHAN

UNI VERSI TAS PEMBANGUNAN NASI ONAL “ VETERAN” JAWA TI MUR

FAKULTAS I LMU SOSI AL DAN I LMU POLI TI K

PROGRAM STUDI I LMU KOMUNI KASI

(2)

PENGGAM BARAN ”SEN SU ALI T AS”DALAM LI RI K

LAGU ”BI BI R”OLEH SAM AN T H A BAN D

( St udi Sem iot ik Ten t ang Penggam bar an” Sensualit as” Pada Lirik Lagu” Bib ir” Oleh Sam ant ha Band)

PROPOSAL

Oleh :

LAKSONO.ADI .WI BOWO

0743 010166

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDI DI KAN DAN PERUMAHAN

UNI VERSI TAS PEMBANGUNAN NASI ONAL “ VETERAN” JAWA TI MUR

FAKULTAS I LMU SOSI AL DAN I LMU POLI TI K

PROGRAM STUDI I LMU KOMUNI KASI

(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Rahmat Allah SWT, serta sholawat dan salam kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan lancar. Yang berjudul : Repr esentasi Sensualitas Dalam Lir ik Lagu ( Studi Semiologi Tentang Repr esentasi Sensualitas dalam lir ik lagu “ Bibir “ Oleh Samantha Band).

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Dr.Catur Suratnoaji, MSi selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan pengarahan dalam menyusun skripsi ini hingga selesai.

Keberhasilan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan materiil maupun spirtual. Atas bantuan tersebut penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof Dr. Teguh Suedarto.Mp.Rektor UPN”Veteran” Jawa Timur. 2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Unversitas Pembangunan Nasional”Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, Sos, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional”Veteran ” Jawa Timur.

4. Bapak Dr.Catur Suratnoaji,M.Si Selaku Dosen Pembimbing Utama.

5. Kedua Orang Tua mama dan papa serta adik-adikku tyan dan febi yang telah banyak berkorban memberiak semangat,pikiran dan fasilitas secara materiil maupun mental sehingga semuanya dapat berjalan lancar.

6. Semua teman dan kerabat baikku Sandi,Dimas, Allen,woho, Rico, dll juga teman- Teman yang sudah mendukung dan memberikan semangat.

(4)

kekurngan yang ada

Surabaya, 15 Desember 2011

(5)

DAFTAR ISI HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan dan Manfaat ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1 Landasan Teori ... 12

2.1.1 Musik ... 12

2.1.2 Lirik Lagu ... 14

2.1.3 Sensualitas ... 14

2.1.4 Semiotika ... 18

2.1.5 Semiologi dan Semiotika dalam komunikasi ... 19

(6)

2.1.9 Pendekatan Semiotika ... 30

2.1.10 Kerangka Berpikir ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 34

3.2 Kerangka Konseptual ... 35

3.3 Unit Analisis ... 37

3.4 Corpus ... 37

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.6 Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Gambaran Objek Penelitian ... 42

4.2 Lirik lagu” Bibir” menurut Semiologi Roland Barthes ... 44

4.3Penyajian Data dan Hasil Analisis Data ... 45

4.3.1 Penyajian Data ... 45

4.3.2 Hasil Analisis Data... 46

4.4 Representasi Sensualitas Dalam Lirik Lagu” Bibir”... 52

BAB V KRITIK DAN SARAN ... 54

5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 55

(7)

ABSTRAKSI

LAKSONO.ADI.W. REPRESENTASI SENSUALITAS DALAM

LIRIK LAGU “ BIBIR “ OLEH SAMANTHA BAND

( Studi Semiologi Repr esentasi Sensualitas Dalam Lir ik Lagu

“Bibir ” Oleh Samantha Band )

Musik diartikan sebagai suatu ungkapan yang berasal dari perasaan yang dituangkan dalam bentuk bunyi-bunyian atau suara. Musik merupakan hasil karya manusia yang menarik karena musik memegang sebuah peranan yang sangat banyak diberbagai bidang. Salah satu hal terpenting dalam sebuah musik yang sebagaimana dapat menjadi media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat . Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk sosialitas karena mengandung informasi atau pesan, dan dapat pula sebagai pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang terkadung dalam lirik lagu “ bibir”pada album Samantha Band oleh Samantha Band.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah lagu dan juga lirik lagu, arti dari bibir , dan juga mitos agar cara berpikir para masyarakat mengalami kemajuan. Pemaknaan terhadap lirik lagu ini menggunakan metode Semiologi Roland Barthes yaitu, pada dasarnya ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum yang diartikan oleh Barthes. Denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua.

Makna dari keseluruhan bait lagu bibir yang diarasement oleh samantha band adalah suatu rasa sayang dan cinta sehingga di dalam benak mereka mengapa harus ada melayang ke awan ? sebagaimana kita tahu tahu bahwa hidup secara damai dan berdampingan itu indah.

(8)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Musik dan lagu merupakan salah satu kegiatan komunikasi, karena didalamnya terdapat proses penyampaian pesan dari si pencipta lagu tersebut kepada khalayak pendengarnya. Pesan yang terkandung dalam sebuah lagu merupakan representasi dari pikiran atau perasaan dari pencipta lagu sebagai orang yang mengirim pesan. Pesan yang disampaikan biasanya bersumber dari frame of refrence dan field of experience.

Musik merupakan hasil budaya manusia yang menarik diantara budaya yang

lain, dikatakan menarik karena musik memegang peranan yang sangat banyak diberbagai bidang. Seperti dilihat dari sisi psikologisnya, musik kerap menjadi sarana kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan berkreasi. Dari sisi sosial musik dapat disebut sebagai cermin tatanan yang ada dalam masyarakat saat musik tersebut diciptakan. Dari segi ekonomi, musik telah berkembang pesat menjadi suatu komoditi yang mengntungkan .

(9)

2

Komponen tersebut antara lain paduan alat musik dalam satu instrumen , suara vokal dan yang terakhir adalah lirik lagunya. Instrumen dan kekuatan vokal penyanyian adalah sebagai tubuh sedangkan lirik lagu adalah jiwa atau nyawa adalah penggambaran musik itu sendiri.

Isi tanda musik dalam hal ini adalah emosi yang dibangkitkan dalam diri pendengar. Para ahli musik berpendapat bahwa musik merupakan ‘ ekspresi perasaan , bentuk simbolik ’ yang signifikamsinya dapat dirasakan , tetapi tidak dapat didefinisikan karena ia hanya bersifat ‘implisit, tetapi secara konvensional tidak tetap’.

Salah satunya hal yang terpenting dalam sebuah musik adalah keberadaan lirik lagunya, karena melalui lirik lagu, pencipta lagu ingin menyamapaikan pesan yang merupakan pengekspresian dirinya terhadap fenomena-fenomena yang terjadi didunia sekitar. Lirik lagu dalam musik yang seabagaimana bahasa , dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dalam pelestaraian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu diaransi dan dipendengarkan kepada masayarakat tanggung jawab yang besar tersebar luasnya kenyakinan , nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu ( Setianingsih, 2003:7-8 ).

(10)

musik yang telah tercipta , adanya menyangkut pembicaraan autoritas mereka melambangkan saling pengertian yang patut diagungkan dan dipatuhi orang dari apa yang awali mereka .

Lirik lagu biasanya dibawakan oleh penyanyi yang kemudian menjadi public figure dan disebarkan melalui media massa sehingga khalayak dengan cepat

mengenali lagu tersebut. Hal ini secara tidak langsung tentu saja akan berdampak pada sikap afektif , konotif dan kognif pendengarnya. Sikap afektif adalah sikap emosional dari individu , sikap konatif adalah berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan dan betindak, sedangkan sikap kognitif adalah aspek intelektual, yang berkaitan dngan apa yang diketahui oleh manusia. (Rahmat,2001:37).

Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu diaransemen dan diperdengarkan oleh khalayak, lirik lagu mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai bahkan sebuah prasangka tertentu. Sebuah lirik lagu notabane kata-kata didalamnya menggunakan media musik untuk menyampaikan kepada publik. Jadi bisa dikatakan bahwa lirik lagu juga merupakan karya sastra yang diwujudkan dalam karya seni.

(11)

4

sensual harus di takar dalam karya cipta si pencipta lagu . Antara masuk kategori seni atau kategori sensualitas.

Unsur sensual dalam sebuah lagu sering kali kita jumpai pada karya lagu musisi Indonesia . Tentunya karena lagu adalah sebuah seni auditif, maka porsi terbesar yang mungkin bisa memuat seks adalah dalam ranah idea, yang akan terwujud dalam lirik lagu. Jika unsur seks dimasukkan kedalam ranah auditif, hasilnya akan mengarah ke sensual. Lain halnya jika unsur sensual tersebut terkandung dalam lirik. Karena didalam lirik lagu, si pencipta lagu bisa melakukan penyamaran, asosiasi atau metafora atau melakukan penyamaran.

asosiasi atau metafor yang bisa membuat pendengar “berfikir ke arah sana” tanpa harus menyebutkannya secara jorok.

Penggunaan ide sensual , bersifat tasteful atau berselera. Unsur-unsur yang bisa dimasukkan antara lain : tindakan atau aksi, kondisi seksual seperti orgasme, gairah, hornyness, attraction, sugesti feromone (bau-bauan), reaksi tubuh, segesti suasana, dan lain-lain. Ide seks yang berselera tinggi, umumnya tampil dalam bentuk sugestif, multi interpretative. Bisa dikatakan sebagai sensual, dan bisa saja tidak.

Kadang asosiasi atau metafora seks yang seharusnya berselera tinggi, diterapkan melalui “style” yang tidak tepat mengakibatkan imaji yang justru distasteful (menurunkan selera), misalnya seperti penempatan lirik “Ah, ah, ah,

(12)

konotasi lekat dengan kehidupan malam kelas bawah. Jika ingin memasukkan unsur sensual di dalam lagu, agar tidak terkesan murahan. Maka pencipta lagu harus menguatkan ide dasarnya, yaitu ide yang lebih luhur mengenai cinta. Nantinya jika pencipta lagu memasukkan unsur sensual, unsur tersebut berdiri sebagai suatu kesatuan penunjang untuk menggambarkan sesuatu (cinta) yang luhur atau abadi atau mendalam atau suci dan lain-lain. Dengan demikian, asosiasi pendengar tidak mengarah pada aspek jorok, melainkan aspek sisi selera seni yang tinggi.

Sensualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut dan sikap berkaitan dengan perilaku sensual maupun orientasi seksual. Kata sensualitas berasal dari kata dasar “sensual ”, yang berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah hubungan intim dan mesra dalam kaitannya dengan bermacam-macam hubungan antar pria dan wanita. Sensual bukanlah sesuatu yang menakutkan karena seks merupakan karunia dari Tuhan, secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi mempertahankan keturunan, dan seks dapat dikatakan sebagai kenikmatan bagi setiap orang, asal dilakukan dalam konteks yang sebenarnya yaitu ikatan pernikahan.

(13)

6

Menurut Dokter Sarlito perilaku seksual pada awalnya dilakukan saling berciuman, saling meraba tubuh, saling membuka baju dan yang terakhir kemudian melakukan senggama. Langkah awal sebelum melakukan kegiatan seksual adalah dari ajakan untuk berkencan dahulu atau berpacaran yang dapat dilakukan di rumah hingga ke tempat-tempat hiburan, kemudian menciptakan hubungan intim yang diteruskan dengan mulai berpelukan, saling meraba atau hingga kearah yang lebih intim

Bagi masyarakat golongan tradisional yang terkait kuat dengan norma, agama serta moralitas budaya, cenderung memandang seks sebagai suatu perilaku yang bersifat rahasia dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka, terutama bagi kalangan yang dianggap belum dewasa. Para orang tua pada umumnya menutup pembicaraan tentang hal yang negatif kepada anak-anaknya, termasuk sebagai suami-istri merasa risih jika membicarakan tentang seks. Bagi kalangan ini perilaku sensual diatur sedemikian rupa dengan hukum-hukum adat, agama dan ajaran moralitas, dengan tujuan agar dorongan sensual secara alamiah ini dalam prakteknya sesuai dengan batas-batas kehormatan dan kemanusiaan.

(14)

yang bergaul secara bebas antara laki-laki dan perempuan tanpa batasan-batasan. Hal ini karena saat ini banyak sekali fasilitas yang mendukung untuk dapat melakukan aktifitas pergaulan bebas tersebut, misalnya saja: club malam, café music, diskotik, bahkan tempat karaoke pun kadang disalahgunakan bagi mereka untuk ajang pergaulan bebas.

Persepsi masyarakat terhadap perilaku pencipta lagu cenderung menghalalkan seks atas dasar argument saling suka, cinta, saling membutuhkan dan situasi yang mendukung. Kondisi semacam ini mengisyaratkan suatu perselingkuhan baik sebelum atau sesudah pernikahan.

Dalam lirik lagu “Bibir” yang dipopulerkan oleh penyanyi pop Samantha Band yang sebelumnya terkenal dengan lagu “Capek dech” mengandung pemahaman pada sesuatu yang kontra dengan norma agama dan norma-norma yang ada di masyarakat dan berkaitan erat dengan fenomena sosial yang terjadi saat ini, dimana sensual bukan lagi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan baik bagi kalangan remaja maupun orang dewasa. “Bibir”, bisa diartikan banyak bisa positif bisa juga negatif, membahas masalah cinta tidak akan ada habisnya pada lagu yang bergenre pop house music menggambarkan tentang seksualitas. Dimana kisah cinta yang terjadi begitu singkat hanya satu malam namun dikenang sampai akhir hayatnya mesti lagu ini dibawakan dengan suasana ceria namun menyimak liriknya sangat dalam maknanya.

(15)

8

berikutnya, maka lirik tersebut akan menunjukkan makna/arti yang sebenarnya sehingga dengan demikian musik tidak hanya bunyi suara-suara belaka.

Realitas sosial yang terkait dengan lirik lagu “Bibir” akhir-akhir ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Banyak sekali kasus yang muncul terutama di kota-kota besar, dimana kehidupan manusia semakin berkembang pergaulannya, apa yang tidak boleh oleh agama, orang tua atau aturan-aturan yang ada, semakin dilanggar, seperti perselingkuhan, dan lain sebagainya.

Masalah bisa timbul dari perbedaan persepsi dibenak penikmat musik dikarenakan ketidakjelasan makna lirik lagu dalam musik mengakibatkan kesalahan persepsi ini yang kemudian menimbulkan gejolak dalam masyarakat dan dapat menyudutkan salah satu pihak. Lirik lagu “Bibir” yang dipopulerkan oleh penyanyi Samantha Band adalah sebuah proses komunikasi yang mewakili seni karena terdapat informasi atau pesan yang terkandung dalam simbol lirik lagu tersebut yang sengaja digunakan oleh komunikator untuk disampaikan kepada komunikan dengan menggunakan bahasa yang di dalamnya berbeda makna dari makna sebenarnya, namun dalam hal ini bisa berupa kata-kata yang dalam teks lirik lagu yang merupakan suatu bentuk komunikasi verbal.

(16)

kadang-kadang kita sulit untuk memahami apa yang diajarkan atau yang kita baca. Keraguan, kebingungan dalam mengambil keputusan tentang makna dan aneka tafsiran makna.

Semiotik adalah ilmu tentang bentuk, sebab ia mempelajari bahasa secara terpisah dari kandungannya. Di dalam semiotik seseorang diberikan “kebebasan” didalam memaknai sebuah tanda (Kurniawan, 2001:15). Sementara itu bagi barthes semiotik mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal tersebut objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktural dari tanda (kurniawan, 2001:53)

(17)

10

Dari fenomena yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lirik lagu “Bibir” yang dibawakan oleh penyanyi pop “Samantha Band”. Sehingga penelitian ini berupaya lebih menitik beratkan pada “Penggambaran Pornografi” dalam lirik lagu “Bibir”.

1.2 Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah representasi sensualitas pada lirik lagu “Bibir” oleh penyanyi pop “Samantha Band”?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui representasi sensualitas dalam lirik lagu “Bibir” yang dibawakan oleh “Samantha Band”.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teor itis

(18)

1.4.2 Manfaat Praktis

(19)

BAB II KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i 2.1.1 Musik

Sistem tanda musik adalah oditif, namun untuk mencapai pendengarannya, pengubahan musik dalam mempersempersembahkan kreasinya dengan perantara pemain musik dalam bentuk sistem tanda tertulis. Bagi Simiotikus musik , adanya tanda- tanda perantara, yakni musik yang dicatat dalam partitur orkesteranya. Hal ini sangat memudahkan dalam menganalisis karya musuk dalam teks. Itulah sebabnya mengapa penelitan musik terarah pada sintakis.

Mesti demikian, tidak ada semiotika tanpa semantik. Jadi , juga tidak ada semiotik musik tanpa semantik musik. Semantik musik, bisa dikatakan harus senantiasa membuktikan hak kehadirannya (van zoest,1993:120-121).

Salah satu hal penting dalam sebuah musik adalah lirik lagu. Sebagaimana bahasa dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas

sosial yang ada pada masyarakat.Lirik lagu dapat pula menjadi sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu mulai diaranir dan dipendengarkan kepada khalayak , nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu.

(20)

Mentle Hood, seorang pelopor ehnomusicology dari USA memberikan definisi tentang ehnomusicology sebagai studi musik dari segi sosial dan kebudayaan ( Bandem, 1981: 41). Musik itu dipelajari melalui peraturan tertentu yang dihubungkan dengan bentuk kesenian lainnya termasuk bahasa , Falsafah, dan agama ( Sobur, 2003 : 148 ).

Musik pop adalah merupakan suatu bagian yang terpenting disekian banyak cabang seni pertunjukkan. Musik ini digandrungi oleh setiap lapisan masyarakat. Di dalam musik ini merupakan sebuah rasa nasionalisme yang sangat berpengaruh pada bangsanya.

(21)

14

2.1.2 Lir ik lagu

Perkembangan lirik lagu di Indonesia sudah mulai sejak setelah merebut kemerdekaan. Pada pertengahan dasawarsa1960-an. Pada waktu masih dilakukan yang dinamakan” Dara Puspita ” yaitu menggarap komposisi-komposisi lagu terhadap puisi-puisi yang terdahulu diciptakan oleh penyair terpandan( Rachmawati,2000:42 ).

Lirik sebuah lagu di era sekarang merupakan sebuah kunci utama menghidupkan lagu tersebut secara keseluruhan . link merupakan sebuah energi yang mampu mengungkapkan banyak hal. Hampir sebagaian besar lirik lagu-lagu Indonesia memuat berbagai peristiwa atau perasaan emosi yang dilihat , didengar dan dirasakan oleh si pencipta lagu. Ada pula yang menuangkan perasaan cinta mengharu biru ada pula yang menuangkan protes dan kontrol sosial. Apapun jenis musiknya, lirik lagu cinta tetap dominan dari waktu ke waktu. Para pencipta lagu pun lebih memprioritaskan lagu-lagu bertema bibir. Para pencipta lagu pun berpendpat bahwa tema bibir adalah cinta, tidak heran apabila banyak grup musik atau penyanyi yang memakai konsep pembuatan lirik semacam itu.

2.1.3 Sensualitas

(22)

Kata sensualitas itu berasal dari kata sense”rasa”pada indera kita yang timbul ketika memandang obyek perempuan dalam suatu karya seni; sehingga bisa dikatakan bahwa lawan dari sensualitas adalah “intelektualistas”. Di dalam karya seni apapun, kedua unsur tadi ,” sensualitas dan intelektualitas” selalu ada saling mengimbangi; sedangkan sentimentalitas merupakan unsur utama didalamnya (dalam arti luas, terutama aspek visualyang ada dalam karya seni itu.) sedangkan kata”seksualitas” itu berasal dari kata sex, maka jelaslah antara sex dengan sense itu berbeda. Pengertian sensualitas itu memang luas,termasuk adegan ranjang, atau foto telanjang dan semacamnya, tetapi tetap itu bukan pornografi dan itu bukan satu-satunyayang bisa digolongkan kedalam seksualitas. Sensualitas tidak selamanya ada kaitannya dengan seks.

Definisi atas konsep sensualitas dan politik tubuh perempuan yang berkembang di media massa tidak berhasil dirumuskan dalam definisi yang tidak jelas. Akan halnya sensualitas berkembang menyatakan sebagai bentuk aksi sensual mengkonsumsi. Pakaian minim, terawang, atau terbuka adalah salah satu contoh bentuk sensualitas itu. Namun yang menarik, selama itu pula tidak

termasuk dalam kategori erotis apalagi porno.

(23)

16

Sementara seksualitas adalah suatu konsep, konstruksi sosial terhadap nilai, orientas perilaku, yang berkaitan dengan seks. Sementara seks adalah ciri-ciri anatomi biologis yang membedakan antara laki-laki dengan perempuan (Raharjo,1996:261). Konstruksi sosial yang dimaksud adalah suatu nilai-nilai atau norma-norma suatu daerah yang telah dikembangkan sehingga dapat menjadi pegangan seperti halnya adanya moral yang harus dianut dan sanksi sebagai pengontrol kelembagaa tersebut.

Industrialisasi, ekonomisasi dan peran kapitaslisme didalamnya mengharuskan proses pemasaran didalamnya mengharuskan proses pemasaran atau komodifikasi segala sesuatu termasuk tubuh, agar sebuah industri dapat terus berlangsung. Hampir semua industri sudah terjebak dalam “budaya sensualitas”. Menurut Yasrat Amir Piling, dalam pandangannya seputar fenomena penayangan sejumlah program televisi swasta yang dianggap selalu berisikan sensualitas, erostisme, dan pornografi”sesungguhnya tengah terjadi di dalam budaya sensualitas dewasa ini adalah semacam paradoks kebudayaan, yang ketika kita memilih salah satunya, misalnya budaya massa , maka kita akan mengorbankan

yang lainnya (moralitas). Kecuali bila bisa dicarikan semacam jalan ketiga seperti yang dilakukan pomodemisme lewat moralitas barunya. Akan tetapi moralistas baru ini pun sarat paradoks”.

(24)

Lesmana 1975, untuk dapat mengetahui bahwa suatu cerita atau gambar tersebut bertujuan untuk mengekspoloitir birahi khalayak, hal ini dapat diketahui dari pemakaian kata-kata( untuk cerita ). Atau cara penggambaran adegan persetubuhan (untuk tontonan atau cerita ) atau pose-pose yang diperlihatkan oleh peraga (untuk difoto/gambar).

Dalam konteks iklan yang dalam hal ini berkaitan dengan dunia periklanan berkonsep audio visual. Bahwa sensualitas adalah sesuatu yang berkaitan langsung dengan yang inderawi. Maka penekannanya pada gambar ( semua content yang menjadi visualisasi ) dan warna-warninya, untuk mencapai nilia estetika yang maksimal. Hal tersebut bertujuan untuk menempatkan kadar tinggi kenikmatan inderawi sensulitas tubuh perempuan dalam suatu karya seni berkaitan erat dengan hal inderawi ( sense=indera) yang timbul dalam diri seorang apresiator seni. Wanita erat kaitannya dengan sensulitas, melalui lekuk tubuh, gaya busana, aksesori, maupun wewangian yang digunakan.

2.1.4 Semiotika

Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetuhan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan ‘tanda’. Dengan demikian semiotika mempelajari hakikat tentang keberadaan tentang suatu tanda. ( Sobur, 2006:87)

(25)

18

atau dalam istilah Barthes, Semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusia (humanity) memakai hal-hal (things). Memakai ( to sinify ) dalam hal tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan ( to community). Memakai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa

informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem struktur dari tanda. ( Barthes dalam Sobur, 2006:15).

Tokoh semiotik Charles Sanders Peirce adalah salah seorang filsuf Amerika. Sedangkan Ferdinand de Saussure adalah pendiri linguistic modern, sarjana tokoh besar asal Swiss yang terkenal dengan teorinya tetang tanda. (Sobur,2006:43)

2.1.5 Semiotika Dalam Ilmu Komunikasi

Menurut Littlejohn ( 1996:64) dalam Sobur ( 2001:15 ) tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Semiotik adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia, di tengah-tengah manusia dan

bersama-sama manusia. a. Definisi Semiotik

(26)

Memakai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi , dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda ( Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001: 53 ) dalam Sobur (2001:15).

1. Semiotika komunikasi yang dikembangkan oleh Charles Sanders Pierce lebih menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda ) , pesan , dalam saluran komunikasi dan acuan.

2. Semiotika signifikasi yang dikemabangkan oleh Ferdinand de Saussure memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Suatu tanda menandakan sesuatu selain diriny sendiri dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda.

3. Semiotika Konotatif yang dikembangkan oleh Rolanf Barthes lebih menekankan lima kode yang ditinjau dan dieksplisitkan untuk menilai

suatu naska realis. Lima kode yang ditinjau Barthes adalah kode hermeneutik ( kode teka-teki ), kode semik (makna konotatif ), kode

simbolik, kode proaretik ( logika tindakan ), dan kode gnomik yang

(27)

20

2.1.6 Semiologi Roland Bar thes

Roland Barthes dikenal sebagai salah satu seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia juga intelektual dan kritikus sastra Pracis yang ternama: eksponen penerpan strulturlisme dan semiotik pada studi sastra. Bertens ( 2001:208) menyebutnya sebagai tokoh yang memainkan peranan sentral dalam strukturalisme tahun 1960-an d1960-an 70-1960-an (Sober, 2001: 63)

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader ). Konotasi walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pemirsa agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sastra merupakan contoh yang paling jelas sistem pemaknaan tataran kedua yang dibangun di atas bahasa sebagai yang pertama. Sistem kedua ini oleh Barthes disebut dengan konotif, yang didalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotitaf atau sistem pemaknaan tataran pertama. Melanjutkan studi

Hjelmslev, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja

1.Signifier( penanda ) 2. Signified (Petanda)

3. Denotatif sign ( tanda denotatif )

(28)

Gambar 2.1.Peta Tanda Roland Bar thes

Sumber: Paul Cobley&Litza Jansy,1999, Introducing Semiotics, NY, Totem Book,Hlm.51 Dari peta Barther diatas

Dari peta Barther di atas terlihat bahwa tanda denotatif(3) terdiri atas penanda(1) dan petanda(2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material ; hanya jika anda mengenal tanda “ siaga “,barulah konotasi seperti harga diri, keragangan, dan keberanian menjadi mungkin ( Cobiey dan Jansz,1999:51).

Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengundang kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaan. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif.

(29)

22

Gambar 2.2 Dua Sudut Ar tikulasi Bar thes

1. Konotasi mengkonstitusi tingkat denotasi dan sistem 2 berkorespondensi dengan tingkat konotasi. Pada artikulasi kedua( sebelah kanan) sistem primer (ERC) mengkonstitusi tingkat isi untuk sistem kedua ER(ERC). Disini sistem 1 berkorespondensi dengan objek bahasa dan sistem 2 dengan netabahasa (metalanguage)(Kurniawan,2001:67).

Pada dasarnya ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh Barthes. Dalam pengertian umum, denotasi biasanyadimengerti sebagai makna harfiah, makna yang “ sesungguhnya “, bahkan kadang kala juga dirancukan dengan referensi atau acuan. Proses signifikasi yang secara tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Akan tetapi, di dalam semiologi Roland Barthes dan pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih

E C

E C

E C

(30)

diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan demikian sensor atau represi politis. Sebagai reaksi yang paling ekstrem melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opersif ini. Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi semata-mata. Penolakan ini mungkin terasa berlebihan, namun ia tetap berguna sebagai sebuah koreksi atau kepercayaan bahwa makna “ harfiah” merupakan sesuatu yang bersifat alamiah (Sobur, 2001:65).

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu ( Sobur, 2001 : 65 ). Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, tanda namun sebagai suatu sistem yang unik , mitos di bangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya. Atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sitem pemaknaan tatanan kedua. Didalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.

Menurut Barthes (2001) tanda adalah suatu kesatuan dari bentuk penanda atau petanda. Penanda adalah “ bunyi yang bermakna ” atau ” coretan yang

bermakna”. Jadi penanda adalah aspek metarial dari bahasa, apa yang dikatakan, apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa . yang harus diperhatikan adalah bahasa dalam tanda bahasa yang kongkret unsur tersebut tidak dapat dilepaskan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi signifier (penanda) dan signified (petanda). Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena

(31)

24

atau ditangkap lepas dari penanda. Petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistic.” Penanda dan petanda merupakan dua sisi dari sebuah kertas”( Sobur, 2004:46).

Dalam kritik kebudayaan dan sastranya, Bathes menggunkan konsep semitoc konotatif untuk mengungkapkan makna yang tersembunyi dalam teks. Dia mendefinisikan sistem-sistem makna sekunder semacam ini sebagai mitos, kemudian Barthes mendeskripsikan mitologi-mitologi atau ideologi-ideologi sebagai sistem sistem konotatif sekunder dengan berupaya memberikan landasan kepada pesan-pesan mereka dengan alam, yang dianggap sebagai denotative primer. Pada tataran denotative, mereka mengekspresiakan makna “ alami ” primer. Pada tataran konotatif , media massa mengungkapkan makna ideologi sekunder.

Untuk membuat ruang atensi yang lebih lapang bagi diseminasi makna dan pluralitas teks, maka Barthes mencoba memilah-milah penanda-penanda pada wacana naratif ke dalam serangkaian gragmen ringkasan dan beruntun yang disebutnya sebagai leksia-leksia (lexias), yaitu satuan-satuan pembaca ( unit of

(32)

dapat di temukan baik pada saat satuan-satuan dipilah-pilah sedemikian, rupa sehingga diperoleh aneka fungsi pada tataran –tataran pengorganisasian yang lebih tinggi.

Barthes juga berupaya untuk mengeksplitsitkan kode-kode narasi yang belaku dalam suatu naskah realitas. Barthes berpendapat bahwa dalam novel yang di telitinya yakni Sarrsine yang ditulis oleh sastrawan Perancis pada abad ke-19, Honore de Balzac ini terangkai dalam kode rasionalisasi, suatu proses yang yang mirip dengan yang terlihat dalam retorika tentang tanda kode. Lima kode yang ditinjau Barthes adalah kode Hermeneutik ( kode teka-teki ) , kode Semik ( makna konotatif ) , kode Simbolik, kode Proaretik ( logika tindakan ) dan kode Gnomik atau kode Kultural yang membangkitkan suatu badan pengtahuan tertentu ( Sobur, 2001: 65 ).

Berdasarkan objeknya Barthes meminjau dengan menggunakan lima kode atau leksia yaitu kode hermeneutik (kode teka-teki), kode semik (makna konotatif), kode simbolik, kode proaretik (logika tindakan ) dan kode gnomik atau kode

kultural yang membengkitkan suatu badan pengetahuan. Kelima kode tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Kode Hermeneutik (kode teka-teki)

(33)

26

2. Kode Semik (kode konotatif )

Kode siamik menawarkan banyak sisi. Dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema atau teks. Dia melihat bahwa konotasi kata atau frase tertentu dalam teks dapat dikelompokkan dengan konotasi kata atau fase yang mirip. Perlu dicatat bahwa Barthez menganggap denotasi sebagai konotasi yang paling kuat dan paling “akhir”

3. Kode Simbolik

Merupakan aspek pengadaan fiksi yang paling khas bersifat struktural. Dalam suatu teks verbal, perlawanan yang bersifat simbolik seperti ini dapat dikodekan melalui istilah-istilah retoris seperti antitesis yang merupakan hal yang istimewa dalam sistem simbol barthez.

2. Kode Proaretik (kode tindakan)

Kode ini dianggap sebagai perlengkapan utama suatu teks yang di baca orang yang dimaksud antara lain adalah semua teks yang bersifat naratif.

4. Kode Gnomik (kode kultural)

Kode ini merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui dan dikondisikan oleh budaya. Rumusan suatu budaya atau sub budaya adalah hal-hal kecil yang tekah dikondisikan yang diatasnya para penulis bertumpu.

2.1.7 Repr esentasi

(34)

: 24). Representasi adalah proses dan hasil yang memberi makna khusus pada tanda. Melalui representasi, ide-ide ideologis dan abstrak mendapat bentuk abstraknya. Representasi juga berarti sebuah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia : dialog, tulisan, video, film, fotografi, dsb. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa.

Menurut Stuart Hall (1997) representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut pengalaman berbagi. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada disitu membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam bahasanya yang sama dan saling berbagi konsep-konsep yang sama.

Bahasa adalah medium yang menjadi perantara kita dalam memahami sesuatu, memproduksi dan mengubah makna. Bahasa mampu melakukan semua ini karena ia beroperasi sebagai sistem representasi lewat bahasa (simbol-simbol dalam tanda tertulis, lisan atau gambar) kita mengungkapkan pikiran, konsep dan

ide-ide tentang sesuatu, makna sesuatu hal sangat tergantung dari cara kita merepresentasikannya. Dengan mengamati kata-kata dan image yang kita gunkan dalam merepresentasikan sesuatu atau bisa terlihat jelas nilai-nilai yang kita berikan pada sesuatu tersebut.

(35)

28

segala sesuatu yang ada didunia. Kedua, pendekatan intensional dimana kita menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan sesuatu sesuai dengan cara pandang kita terhadap sesuatu. Sedangkan yang ketiga, adalah pendekatan konstruksionis, pendekatan ini kita percaya bahwa kita mengkonstruksi makna lewat bahasa yang kita pakai.

Bagi Stuart Hall, ada dua proses representasi. Pertama mental yaitu konsep tentang sesuatu yang ada dikepala kita masing-masing (peta konseptual). Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua bahasa berperan penting apda proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam bahasa yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol tertentu.

Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dir dengan mengkonstruksi seperangkan rantai korespondensi antara sesuatu dengan sistem peta konseptual kita. Dalam proses kedua kita mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara peta konseptual dengan bahasa atau simbol yang berfungsi

(36)

2.1.8 Penger tian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat secara timbal balik sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami oleh kedua belah pihak (Djamarah, 2004:2)

Komunikasi adalah peristiwa yang terjadi ketika manusia lain. Ilmu komunikasi apabila dipublikasikan secara benar akan mencegah dan menghilangkan konflik antar pribadi, antar kelompok, antar bangsa dan antar ras membina kesatuan dan persatuan umat manusia (Effendy, 2001: 2007)

Komunikasi terjadi antara satu orang dengan lainnya, mempunyai tujuan untuk mengubah membentuk perilaku orang menjadi sasaran komunikasi. Disamping itu komunikasi merupakan proses yang penyampaian menggunakan simbol-simbol dalam kata-kata, gambar-gambar maupun angka-angka.

Musik juga merupakan bagian dari komunikasi, seperti yang dikemukakan oleh William I. Gorden menyatakan bahwa komunikasi itu mempunyai empat fungsi. Keempat fungsi tersebut meliputi komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, ritual dan komunikasi instrumental, tidak salin meniadakan. (mutually

exclusive).

(37)

30

seperti novel, musik, puisi atau lukisan. Harus diakui musik juga dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran dan bahkan pandangan hidup manusia (Mulyana, 2005:21).

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa komunikasi pengertian yang luas dan beragam walaupun secara singkat komunikasi merupakan satu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengelolhan pesan yang terjadi dalam diri seorang atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa komunikasi lah yang berhubungan dengan manusia itu, dimana tidak mungkin manusia bisa hidup tanpa berkomunikasi.

2.1.9 Pendekatan Semiotika

Semiotika atau semiologi merupakan terminology yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotic lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Isilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda’ atau signs’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu

yang mempelajari sistem tanda seperti : bahasa, kode, sinyal dan sebagainya. Secara umum semiotik didefinisikan sebagai berikut :

Semiotics is usually defined as a general philosophical theory dealing

with the production of signs and symbols are part of code systems which are used

to communicate information. Semiotics includes visual and verbal as well as

tactile and olfactory signs (all signs or signals which are accessible to and can be

(38)

communicate information or messages in literary every field of human behavior

and enterprise…

(Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory (semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia). (Bartens, 2001 : 180).

Menurut John Fiske, terdapat tiga area penting dalam studi semiotic, yakni (Fiske, 2004 : 60) :

1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, dan cara-cara tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.

2. Kode atau system yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.

(39)

32

Sebuah tanda tidak hadir begitu saja sebagai bagian dari kenyataan, ia merefleksi dan membiasakan kenyataan ini. Oleh karena itu sebuah tanda bisa saja memiuhkan kenyataan atau mentaatinya. Dalam semiotika, bila segala sesuatu yang dalam terminologi semiotika disebut sebagai tanda (sign), semata alat untuk berdusta, maka setiap tanda akan mengandung muatan dusta ; setiap makna (meaning) adalah dusta; setiap pengguna tanda adalah pendusta; setiap proses

pertandaan (signification) adalah kedustaan. Umberto Eco menjelaskan bahwa bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya pula ia tidak dapat pula digunakan untuk mengungkapkan kebenaran (truth) : ia pada kenyataannya tidak dapat digunakan untuk “menggunakan” apa-apa. Dia berfikir definisi sebagai sebuah teori kedustaan sudah sepantasnya diterima sebagai program komprehensif untuk semiotika umum. (Pilian, 2003 : 43).

2.2 Ker angka Ber pikir

Setiap individu memiliki latar belakangnya berbeda-beda dalam merepresentasikan suatu peristiwa atau obyek. Hal ini dikarenakan latar belakang

pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (filed of reference) yang berada-beda dalam setiap individu tersebut. Begitu juga individu dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi, dalam hal ini pesan disampaikan dalam sebuah lirik lagu atau dalam bentuk sebuah lagu, maka penciptaan lagu tidak terlepas dari dua hal tersebut.

(40)

oleh Samantha Band. Lirik lagu “Bibir” akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan semiologi dari Roland Barthes.

Dalam penelitian ini, penelitian tidak menggunakan metode semiotic price. Karena dalam lirik lagu ini, karena dalam lirik lagu “Bibir” kata-kata yang digunakan adalah kata-kata lugas atau kalimat langsung sehingga penelitian tidak banyak menemukan adanya simbol-simbol yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan analisis. Tetapi disini bukan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan analisis. Tetapi disini bukan berarti bahasa langsung tidak ada sama sekali. Oleh karena itu, penelitian menggunakan metode sosiologi Roland Barthes dengan menitik beratkan pada tanda denotative-konotatif dan kelima kode. Roland berthes menunjukkan aspek-aspek denotatif dalam menyampaikan konotasi, dimana pada dasarnya adalah mitos-mitos yang dibangkitkan oleh sistem tanda yang lebih luas yang membentuk masyarakat.

Dalam pendekatan Roland Barthes terhadap signifikansi dua tahap, yaitu tahap pertama terdapat komponen penanda dan petanda serta makna denotasi, tanda itu akan dikaitkan dengan reality eksternal (kenyataan yang ada diluar).

Tahapan kedua adalah penandaan dan petanda itu mempunyai bentuk konotasi yang isinya mengandung mitos dan berkaitan dengan budaya sekitar. Secara sistematis dapat ditunjukkan bagan kerangka sbb :

(41)
(42)

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian semiologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskritif dengan jenis data kualitatif. Penelitian deskritif dengan jenis data kualitatif. Penelitian deskriptif dengan data kualitatif. Penelitan deskriptif adalah penelitian sistematis melukiskan fakta atau karakteristik tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Dalam penelitian ini peneliti menginterprestasiakn secara rinci representasi dalam lirik lagu” Bibir” yang dipopulerkan oleh penyanyi pop Samantha Band.

Dalam penelitian ini akan mengungkapkan secar terperinci fenomena kehidupan sosial masyarakat tertentu tanpa harus melakukan hipotes yang telah dirumuskan secar ketat. Dalm metode ini memfokuskan pada “ teks” sebagai objek , serta bagaimana menfsirkan dan memahami kode (decoding) di balik teks tersebut.

(43)

37

Sedangkan penggunaan semiologi sebagai metode pembacaan dalam penelitian ini karena ada kecenderungan dewasa ini memandangan berbagai wacana sosial, politik, ekonomi , seni, dan desain sebagai fenomena bahasa. Berdasarakan pandangan semiologi lebih menitikberatkan bahwa asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Sehingga dalam penerpannya semiologi lebih memberikan kebebasan kepada seseorang didalam memakai sebuah tanda ditengah masyarakat, karena seseorang dapat menyampaikan makna yang berbeda dengan orang lain dikarenakan lingkungannya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan metode signifikasi dua tahap (two order of signifcation) dari Roland Barthes. Diaman pada tahapan pertama tanda denotatif (denotative sign) terdiri atas pananda dan petanda (signifer signified). Dan pada tahapan kedua tanda denotatif ( denotatif sign ) juga merupakan pananda konotatif (konotatif signifer) yang akan membentuk tanda konotatif (konotatif sign). Dalam

tahap kedua dari tanda konotatif akan muncul mitos yang memadai

(44)

3.2 Ker angka Konseptual

Agar konsep dalam penelitian ini semakin jelas, maka penulis mencoba memberikan batasan judul, sehingga tidak menimbulkan interprestasi yang lain dari judul yang ada. Adapun judul penelitian ini adalah representasi sensualitas dalam lirik lagu “ Bibir “, yang sama artinya dengan representasi sensualitas, yang dimaksud senseualitas pada penelitian ini adalah:

Segala sesuatu yang menyangkut dan sikap berkaitan dengan perilaku sensual maupun orientasi sensual. Kata sensualitas berasal dari kata dasar”sensul”yang memiliki beberapa arti, yaitu:

1. Jenis Kelamin: keadaan biologis manusia yang membedakan laki dan perempuan. Istilah jenis kelamin berbeda dengan jender. Jender adalah pembedaan jenis kelamin berdasarkan peran yang dibentuk oleh masyarakat/budaya tertentu( misalnya premupan lembut, laki-laki kasar).

2. Reproduksi Sensual : Membuat bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu laki

maupun perempuan bisa menghasilkan bayi dengan kondisi-kondisi tertentu. Bagian tubuh itu disebut alat atau organ reproduksi. Organ reproduksi laki-laki dan perempuan berbeda karena punya fungsi yang berbeda.

(45)

39

4. Rangsangan atau Gairah Sensual : rangsangan seksual dapat disebabkan perasaan tertarik sekali(seperti magnit) pada seseorang sehingga terasa ada getaran”aneh” yang muncul dari dalam tubuh.

5. Hubungan seks : Hubungan Seks (HUS) terjadi bila dua individu saling merasa terangsang satu sama lain ( dapat terjadi pada lain bertemu dan terjadi penetrasi.

6. Orientasi Sensual ( sexual orientation ) adalah kecendurngan seseorang menacari pasangan seksualnya berdasarakan jenis kelamin.

Ada tiga orientasi sensual:

• Heterosensual (tertarik pada jenis kelamin yang berbeda).

• Homosensual (tertarik pada jenis kelamin yang sama : gay pada

laki-laki, lesbian pada perempuan). 50 Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Calon Konselor Sebaya.

• Biseksual (tertarik pada dua jenis kelamin: laki-laki dan perempuan).

7. Kelainan Perilaku Sensual( sexual disorders) adalah kecenderugan seseorang untuk memperoleh kepuasan seksual melalui tingkah laku tertentu.Misalnya:

- Vayourisme - Fetihisme

(46)

- Machosisme: memperoleh kepuasan seksual dengan melukai diri sendiri

3.2.1 Unit Analisis

3.2.2 Cor pus

Corpus adalah kumpulan bahan yang terbatas yang ditentukan pada perkembangan oleh analisi dengan semacam kesemenan,bersifat sehomogen mungkin( kurniawan 2001:70). Sifat yang sehomogen ini diperlukan untuk memberikan harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis sebagai keseluruhan. Tetapi sebagai analisis, corpus itu bersifat terbuka pada konteks yang beraneka ragam. Sehingga memungkinan untuk memahami banyak aspek dari sebuah teks yang tidak dapat ditangkap atas dasar suatu analisis yang bertolak dari unsur tertentu yang terpisah dan berdiri sendiri teks yang bersangkutan. Kelebihan adalah bahwa dalam mendekati teks, kita tidak didahului oloeh pra anggapan atau interprestasi

sebelumnya.

Corpus merupakan kata lain dari sampel, khusus digunakan untuk analisis wacana. Corpus pada penelitian ini adalah lirik lagu”Bibir” yang dipopuler oleh penyanyi pop Samantha Band. Berikut adalah lirik lagu “ Bibir”.

Bibir

(47)

41

Berdebar hatiku Jadi tak menentu Saat kau dekap tubuhku

Kau belai rambutku Kau kecup keningku Berdetak cepat jantungku

Buatku melayang terbang ke awan Hangatnya dalam pelukmu

Semakin erat tak ingin lepas Saat kau kecup bibirku

Karena jiwaku dalam pelukmu Tak ingin jauh darimu

Gairah hidup saat kau sentuh Hatiku dengan cintamu

Buatku melayang terbang ke awan Hangatnya dalam pelukmu

Semakin erat tak ingin lepas Saat kau kecup bibirku

Kan ku hapus bibirnya dari bibirmu Dengan bibirku dengan bibirku Kan ku hapus bibirnya dari bibirmu Dengan bibirku dengan bibirku

(48)

Tak ingin jauh darimu Gairah hidup saat kau sentuh Hatiku dengan cintamu

Kan ku hapus bibirnya dari bibirmu Dengan bibirku dengan bibirku Kan ku hapus bibirnya dari bibirmu Ho wu o ooo..

Kan ku hapus bibirnya dari bibirmu Kan ku hapus bibirnya dari bibirmu Dengan bibirku

Dari bibirmu Dari bibirmu Dari bibirmu

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berasal dari data primer data sekunder yang diperoleh dari :

1. Data Primer : pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendengar secara langsung lagu “ Bibir “ dan membaca serta memahami kata-perkata dari lirik lagunya. Yang kemudian ditulis kembali oleh penelitian untuk dijadikan seabagai bahan penelitian. 2. Data Sekunder : data yang berasal dari bahan-bahan referensi seperti

(49)

43

3.4 Teknik Analisis Data

Penelitian menginterprestasikan teks dalam lirik lagu “Bibir”, serta menyimpulkan berbagai representasi mengenai bagaimana penggambaran sensualitas dalam lirik lagu tersebut. Dari lirik lagu yang terdiri dari judul lagu, sing, reff inilah yang kemudian akan dianalisis dalam penelitian ini dengan menggunakan pandangan dari Roland Barthes, yaitu metode signifikasi dua tahap (two order of signification). Penulis akan memberikan batasan-batasan dan menjelasan istilah serta beberapa pengertian yang dapat judul skripsi ini, dan tanda-tanda berupa tulisan, terdiri dari kata-kata tersebut akan dipenggal-penggal terlebih dahulu menjadi beberapa leksia ( satuan bacaan) yang dapat beruapa kata, beberapa kalimat, sebuah paragraf, atau beberapa paragraf , untukl dikategorikan kedalam lima macam kode pembacaan menurut Barthes, yaitu kode hermeunitik , kode semik, kode semiotik, kode proaretik, dan kode kultur untuk pemaknaan sebuah tanda, sehingga akan mengetahui tanda denotatif dan tanda konotatif. Bila

dijelaskan berdasarkan peta tanda dari Barthes, maka lirik lagu “ Bibir” akan tampak sebagai berikut :

1. Signifer : semua kata-kata yang ada dalam lirik lagu “ Bibir”

(50)

Yang pada akhirnya akan dapat ditarik suatu kesimpulan makna yang sebenarnya mengenai bagaimana sensualitas bila digambarkan dalam

lirik lagu “Bibir”. 3. Denotative sign :

Kata-kata yang bermakna paling nyata 4. Konotative Signifier :

kata yang bermakna paling nyata

5. Konotative Signified : Konsep baru yang muncul dari pembaca terhadap kata-kata yang bermakna paling nyata

(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar an Umum Objek Penelitian

Tak banyak grup band perempuan di Indonesia. Kemunculan mereka terhalang oleh budaya patriarkal yang menutup kesempatan para perempuan dalam ruang berkarya. Pertengahan tahun 1960-an bisa dikatakan sebagai awal gebrakan dalam musik tanah air dimana telah melahirkan grup band perempuan yang sempat go international. Namun karena banyak faktor, kehadiran grup band perempuan di Indonesia hanya bertahan hingga awal 1970-an.

Setelah setengah abad berlalu, kemunculan band perempuan di Indonesia tetap bisa dihitung dengan jari. Samantha adalah salah satunya. Band yang beranggotakan Milsha (vokal), Keke (bass), Moniq (gitar) dan Windy (drum) ini terbentuk sejak tahun 2007. Seperti halnya band-band yang lain, mojang-mojang asal Bandung tersebut menyisakan banyak cerita mulai dari proses pembentukan hingga bisa bertahan sampai saat ini.

(52)

drum, perempuan berusia 19 tahun itu seorang multi-instrumentalis bahkan pernah dinobatkan sebagai drummer terbaik dalam sebuah festival.

Ajang A Mild Live Wanted 2009 regional Jawa Barat merupakan salah satu petualangan Samantha dalam merebut perhatian pebibir musik tanah air. Saat itu, mereka menjadi satu-satunya finalis yang semua personilnya perempuan. Tak lama sesudah itu, mereka mulai sibuk dengan berbagai aktivitas rekaman. Salah satunya mengerjakan soundtrack film layar lebar berjudul Virgin 2.

Kali ini Samantha hadir untuk memberi warna baru di dunia musik tanah air dengan mengeluarkan single pertama berjudul Bibir. Lirik melodius dalam irama musik rock yang menghentak menjadi andalan dalam petualangan mereka di dunia musik profesional. Lagu ini juga menjadi cara Samantha dalam mengeksplorasi kemampuan musik mereka.

Bagian refrain dalam lagu Bibir mungkin tak asing bagi penikmat sastra. Sebab terinspirasi dari cerpen sensasional karya salah seorang sastrawan besar Indonesia, Hamsad Rangkuti berjudul Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu? Keseriusan Samantha menggarap potongan kalimat

puitis tersebut membuat musik mereka tak sekedar apik namun memiliki lirik yang padat berisi.

(53)

47

keseriusan Samantha, bisa jadi di kemudian hari mereka bisa menggeser eksistensi band yang melulu isinya laki-laki.

4.2 Lir ik lagu “Bibir ” menur ut Semiologi Roland Bar thes

Salah satu area yang dirambah oleh Roland Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran dari pembaca.Roland Barthes sebagai salah seorang pengikut Saussure membuat model sistematika dalam menganalisa makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tujuan pada gagasan tentang signifikasi dua tahap terhadap tanda (two step of significaons ).

Tahap pertama tanda merupakan hubungan antara signifier dan signifed , Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Selanjutnya tahap kedua ialah makna konotasi dari tanda, hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaan. Dengan kata lain denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana cara menggabarankanya (Fiske,1990:72).

(54)

4.3 Penyajian dan Hasil Analisis Data 4.3.1 Penyajian Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa lirik dari lagu Bibir dari samantha band dalam album Bibir .

Berdasarkan dari pengamatan yang dilakukan terhadap lirik lagu “Bibir”, maka hasil pengamatan tersebut kemudian akan disajikan pemaknaanya, setelah itu akan diketahui pesan yang terkandung didalamnya tentang representasi sensualitas.

Lirik lagu ini akan diinterprestasikan dan dianalisis berdasarkan teori peta tanda Roland Barthes, untuk mengetahui makna yang sebenarnya dalam lirik lagu “ Bibir “. Tanda-tanda berupa tulisan, terdiri dari kata-kata tesebut akan di penggal-penggal terlebih dahulu menjadi beberapa leksia (satuan bacaan) yang dapat berupa kata, beberapa kalimat , sebuah paragraf atau beberapa paragraf untuk dikategorikan di dalam kode Barthes, sehingga dapat diketahui bagaimana representasi bibir dalam lirik lagu tersebut.

Definisi tanda dari Roland Barthes adalah berdasarkan unsur penanda

(55)

49

4.3.2 Hasil Analisis Data

Dalam lirik “ Bibir ” pada album “ Samantha band ” memiliki gambaran bahwa terbukti masih banyaknya masalah percintaan yang terjadi dikalangan anak muda, karena cinta sendiri mempunyai arti yang sangat dalam. Kasih sayang boleh wujud tanpa cinta tetapi cinta mesti wujud bersama kasih sayang Cinta lebih ditujukan kepada manusia lebih-lebih lagi pada zaman generasi muda terkini. Biasanya perkataan cinta menuju kepada sesuatu yang disayangi lebih dari diri sendiri. Dengan cinta manusia membangun keharmonisan hidup bersama manusia lainnya. Bisa dibayangkan apabila kita menjadi korban (kekasih gelap) dari orang lain atau orang yang kita sayangi. Karena cinta pula, manusia mengabdi kepada Tuhannya. Manusia yang hidup tanpa memikirkan perasaan orang lain, maka hidupnya akan dipenuhi rasa benci dan dendam. ketika seseorang sudah memilih kekasih gelap atau selingkuhan dan membuahkan sebuah cinta yang bisa membuat orang buta akan segalanya hanya demi rasa sayang terhadap kekasih gelap yang sangat dicintainya. Sebagai contoh mencintai seorang

(56)

karena sang kekasih telah dikendalikan oleh pihak keluarga agar bisa dijodohkan dengan pasangan resminya, atau itu sudah menjadi sifat karakter dari seseorang tersebut. Hubungan seperti ini akan merugikan kedua belah pihak, karena untuk membina hubungan yang baik diperlukan pengertian dan saling memahami untuk dapat melanjutkan hubungan, haruslah saling menutupi kekurangan. Biasanya tujuan kita mencintai kekasih adalah supaya kita dicintai olehnya. Cinta kepada kekasih adalah merupakan satu ikatan yang boleh terputus jika tidak dijaga dengan betul. Tidak seperti cinta ibu dan bapak walaupun kita tidak menjaga cinta kita terhadap mereka, mereka tetap tidak akan terputus hubungan dengan kita, karena darah mereka senantiasa mengalir ke dalam tubuh kita. Mencintai seseorang hanya boleh berlaku jika kita pernah melihat orang tersebut. mungkin karena sifat fisikalnya yang menarik yang boleh mengambil hati dan memberikan kenangan manis kepada kita., dalam cinta yang terlarang ini, seseorang tersebut mau menerima apa adanya pasangannya walaupun hubungan tersebut tidak sehat, dan seseorang tersebut berusaha menjalaninya walaupun dengan selingkuhannya. sehingga

yang ada dalam pikirannya hanya kekasih tersebut, bukan kekasih resminya, bisa dikarenakan karena hubungan dengan kekasih resminya sudah tidak berjalan dengan baik atau juga bisa karakteristik atau pembawaan dari orang tersebut. Berikut ini adalah Lika-Liku Selingkuh:

(57)

51

psikolog, Paula Hall mengungkapkan mengapa orang memiliki affair dan memberi tips agar hubungan bisa bertahan menghadapinya.

Saat kau kecup bibirku

Bait ke -3 kalimat ke-: Saat kau kecup bibirku

1. Penanda: saat kau kecup bibirku 2. Petanda: Konsep tentang bibir. Bibir adalah bagian tubuh yang terlihat dimulut manusia

3. Tanda denotatif : bibir merupakan sebuah organ tubuh yang di erotis bila digunakan dalam berciuman dan tindakan-tindakan lain yang berhubungan dengan hubungan seksual seseorang sehingga menimbulkan adanya suatu hasrat dan harapan.

(58)

Kode Proaretik,karena dalam kalimat ini mengandung cerita mengenai seseorang yang mendapatkan hasrat saat di kecup. Kode gnomic atau cultural, karena secara umum orang menginginkan kasih sayang belaian seorang kekasih. Kode semik, karena kata dalam kalimat saat kau kecup bibirku terdapat kata yang mirip dengan kata yaitu gairah yang mirip dengan hasrat atau nafsu.

Bait 4 kalimat ke-1 : Kan ku hapus bibirnya dari bibirmu

Kalimat kedua

b.Merasakan panas dan dingin makanan

c. Berbicara dengan jelas

4. Penanda konotatif: Bibir merupakan sebuah alat yang erotis bila digunakan dalam berciuman dan tindakan-tindakan lain yang berhubungan dengan hubungan seksual ingin mendapatkan cinta seseorang dengan cara menghapus bekas bibir wanita sebelumnya dengan cara berciuman.

(59)

53

harga dirinya. Kode Gnomik atau cultural (budaya), karena pada saat ini bibir sudah menjadi sesuatu yang digunakan oleh manusia dalam berhubungan dengan sesamanya untuk memuaskan nafsu atau hasrat, sehingga manusia rela berkorban nyawa atau raga untuk memuaskan hasrat tersebut.

Kata kan ku hapus bibirnya dari bibirmu terdiri dari kata dasar bibir yang artinya sesuatu yang merupakan kerelaan dari seorang untuk mendapatkan cinta. akhiran –mu bentuk ringkasan dari kata ganti orang kedua. Kata bibirnya artinya untuk. Dan kata ku terdiri dari kata dasar diri yang artinya orang seorang dan akhiran –ku merupakan bentuk ringkasan kata ganti orang pertama.

Makna konotasi dari lirik kan ku hapus bibirnya dari bibirmu berusaha menjelaskan bahwa seseorang rela mempertaruhkan segalanya demi orang yang dicintainya. Bibir dalam hal ini adalah alat yang digunakan dalam memuasakan hasrat seseorang dengan cara berciuman.

Apabila digabungkan secara keseluruhan, makna bait pertama ini adalah seseorang yang sedang berhasrat menginginkan hanya ada satu cinta dalam hidupnya.

(60)

Dengan bibirku dengan bibirku Bait 4 kalimat ke- 2 :

1. Penanda : Dengan bibirku dengan bibirku

2. Petanda: : Konsep tentang bibir. Bibir adalah bagian tubuh yang terlihat dimulut manusia

3. Tanda konotatif : bibir merupakan sebuah organ tubuh yang di gunakan sebagai

a.Menjaga agar makanan tidak tercecer keluar

b.Merasakan panas dan dingin makanan

c. Berbicara dengan jelas

4. Penanda konotatif: Bibir merupakan sebuah alat yang erotis bila digunakan dalam berciuman dan tindakan-tindakan lain yang berhubungan dengan hubungan seksual mengandung arti sebuah isyarat tertentu dalam mendapatkan seseorang.

Kalimat dengan bibirku dengan bibirku termasuk dalam kode proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung cerita mengenai seseorang (wanita) yang mempunyai hasrat untuk mendapatkan seseorang (laki-laki) dengan ciuman. Kode gnomik atau cultural (budaya), karena seseorang menginginkan hanya ada satu

cinta, tidak ada ingin cinta yang lain.

(61)

55

mengambil orang yang disayangi atau dibibiri yang selama ini ada di sisinya. Lirik ini juga menegaskan bahwa seorang yang tengah dilanda bibir mati memiliki keinginan atau menimbulkan keinginan untuk membunuh siapa saja yang mengambil orang dibibirinya. Bibir buta dapat mengalahkan apapun bahkan akal sehat manusia.

Kalimat wanita terindah termasuk dalam kode proaretik, karena dalam lirik ini mengandung cerita tentang keindahan yang dimiliki seorang wanita, dalam hal ini secara keseluruhan baik fisik, kepribadian serta intelegensi. Kode gnomik atau cultural (budaya), karena menurut masyarakat wanita adalah

makhluk yang indah sehingga patut untuk dibibiri. Kode simbolik, karena dalam kata ini terdapat kata wanita terindah yang menjadi tema dari lirik lagu tersebut.

Dan kata ku terdiri dari kata bibirku terdiri dari kata dasar diri yang artinya orang seorang dan akhiran –ku merupakan bentuk ringkasan kata ganti orang pertama.

4.4 Repr esentasi Sensuality dalam Lir ik Lagu “Bibir ”

(62)

merupakan sebuah alat yang erotis bila digunakan dalam berciuman dan tindakan-tindakan lain yang berhubungan dengan hubungan seksual.

(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada lirik lagu bibir oleh Samantha Band mengenai representasi sensualitas pada lirik ,peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa sensualitas yang terdapat dalam lirik bibir tersebut.

Cara pemikiran mengenai sensualitas yang ditonjolkan dalam cerita lirik lagu bibir, merupakan dampak dari kuarang baiknya filter masyarakat terhadap informasi-informasi dari luar yang masuk tidak disering terlebih dahulu dan menyebabkan shock cultere. Masuknya budaya baru juga menggerus budaya asli

bangsa Indonesia yang menganut adat ketimuran yaitu menjunjung tinggi nilai, moral dan martabat.

Budaya asing yang masuk mulai mempengaruhi masyarakat hingga terjumus ke dalam pergaulan bebas mulai dari narkoba, clubbing, sehingga hal-hal sensualitas yang merusak generasi muda sebagai penerus bangsa.

Lirik lagu bibir ini sebagai gambaran realitas yang ada dilapangan saat ini mengeanai semakin menjamur masyarakat yang menganut hal-hal yang sensulitas. .

(64)

5.2 Sar an

Lirik lagu meruapakan unsur yang penting dalam sebauh lagu. Oleh karena itu perlu kiranya bagi para pencipta lagu untuk dapat menciptakan lirik-lirik yang bermakna melalui lagu-lagu yang bermutu dan berkualitas yang dapat digubakan sebagai sarana media penyampaian informasi tentang berbagai aspek kehidupan dan komunikator (pencipta lagu) kepada komunikan (para penikmat musik tanah air).

Dari lirik fenomen lagu “bibir” yang dinyanyikan oleh samantha band penulis juga dapat memberikan saran agar masyarakat mau membuka diri terhadap masalah-masalah atau fenomene tentang cinta terlarang yang sekarang ini sudah ditutup-tutupi lagi keberadaanya. Mereka yang menjalani cinta terlarang tersebut juga ingin dihargai layaknya pasangan heteroseksual yang lain.

Gambar

Gambar 2.2 Dua Sudut Artikulasi Barthes
Gambar 2.2 : Kerangka Berfikir Lirik Lagu “Bibir ”

Referensi

Dokumen terkait

3) Makna filosofi pesan Komunikasi Islam yang terkandung dalam lirik lagu Wali Band: Lafdz (pesan sederhana yang disampaikan secara lisan yang dapat dipahami maknanya), Qaul (kata

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetehui representasi dakwah dalam lirik lagu “Tomat (Tobat Maksiat)” pada album “Ingat Sholawat” yang dipopulerkan oleh Wali

Makna dari keseluruhan bait lagu perdamaian yang diarasement oleh Band GIGI adalah.. suatu rasa cinta damai dan dalam benak mereka mengapa harus ada

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui penggambaran perempuan yang terkandung dalam lirik lagu “Hey Ladies” yang diciptakan oleh penyanyi dan pencipta

Peneliti dalam hal ini mempresentasikan secara cermat pada lirik lagu dengan membahas semua permasalahan dalam lirik lagu yang diciptakan oleh kelompok musik Ungu band yang

Kesimpulan dalam lirik lagu “ABG Tua” yang dipopulerkan oleh Pl4t Band sebagaimana adanya suatu perilaku menyimpang seseorang yang sudah lanjut usia berperilaku seperti

Kesimpulan pada pemaknaan lirik lagu “ Drama Keadilan “ yang dipopulerkan oleh Saykoji ini adalah banyaknya permasalahan – permasalahan yang dialami negara

Salah satunya hal yang terpenting dalam sebuah musik adalah keberadaan lirik lagunya, karena melalui lirik lagu, pencipta lagu ingin menyampaikan pesan yang