• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SCADA PADA PENYALURAN DAN PUSAT PENGATURAN BEBAN( P3B)REGION 2 AREA PENGATURAN BEBAN (APB) CIGERELENG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS SCADA PADA PENYALURAN DAN PUSAT PENGATURAN BEBAN( P3B)REGION 2 AREA PENGATURAN BEBAN (APB) CIGERELENG."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SCADA PADA PENYALURAN DAN PUSAT PENGATURAN BEBAN ( P3B ) REGION 2 AREA PENGATURAN BEBAN (APB) CIGERELENG

PROYEK AKHIR

DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuSyaratKelulusanpada Program Studi Diploma III TeknikElektro

Oleh :

FauziahNurulAini

1004629

D3 TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

ANALISIS SCADA PADA PENYALURAN DAN PUSAT PENGATURAN BEBAN ( P3B )

REGION 2 AREA PENGATURAN BEBAN (APB) CIGERELENG

Oleh FauziahNurulAini

Sebuahproyekakhir yang

diajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratmemperolehgelarAhliMadyapadaFakultasPendidikanTek nologidanKejuruan

© FauziahNurulAini2013 UniversitasPendidikan Indonesia

Agustus 2013

HakCiptadilindungiundang-undang.

(3)

Fauziah Nurul Aini, 2013

(4)

ABSTRAK

Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun dan pertumbuhan teknologi yang bergerak sangat cepat membuat kebutuhan akan listrik semakin meningkat. Listik yang dibutuhkan tentunya adalah listrik yang berkualitas dan handal tetapi tetap ekonomis. Dibutuhkan suatu manajemen operasi sistem tenaga listrik yang baik untuk mewujudkannya. Penerapan sistem SCADA pada sistem kelistrikan merupakan salah satu upaya terwujudnya listrik yang berkualitas dan handal tetapi tetap ekonomis. SCADA ( Supervisory Control and Data Acquisition ) terdiri dari Master Station, Remote Station, dan saluran komunikasi. Fungsi utama SCADA adalah memberika informasi secara cepat dan akurat serta pengendalian pada sebuah plant. Sistem SCADA pada sistem kelistrikan khusunya pada Regional Control Center (RCC) Cigereleng Area Pengatur Beban Jawa Barat ini memerlukan Remote Terminal Unit (RTU) yang dipasang pada Pusat Pembangkit Listrik dan Gardu Induk (GI), RTU sebagai pengumpul data dan pelaksana perintah control center, dan master station sebagai yang melaksanakan control serta mengumpulkan data. Master Station melaksanakan Telemetering, Telesignal, dan Remote Control terhadap Remote Station.

Kata kunci : SCADA, master station, remote station, operasi sistem tenaga listrik, area pengatur beban

ABSTRACT

Population growth from year to year and the growth of fast-moving technology makes the need for electricity is increasing. Electric power required is certainly a quality and reliable but still economical. It takes an electric power system operation management is good to make it happen. Application of SCADA system on the electrical system is one way to realize a quality and reliable electricity but still economical. SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) consists of Master Station, Remote Station, and communication channels. The main function of SCADA is about providing information quickly and accurately and control on a plant. SCADA system on the electrical system especially in the Regional Control Center (RCC) Load Control Area Cigereleng West Java requires a Remote Terminal Unit (RTU) is installed at the Center and Power Plant Substation (GI), RTU as data collectors and executing the command control center, and conducting master control station as well as collect the data. Master Station implement Telemetering, Telesignal, and Remote Control of the Remote Station.

(5)

DAFTAR ISI

(6)

II.5 SCADA ... 27

II.5.1 Sejarah SCADA ... 28

II.5.2 Arsitektur SCADA ... 29

II.5.3 Komunikasi Sistem SCADA ... 34

II.5.3.1 Sarana Telekomunikasi dan Perusahaan Umum Telekomunikasi 34 II.5.3.2 Radio ... 35

II.5.3.3 Sistem Power Line Carrie ... 37

II.5.3.4 Sentral Telepon Lokal Otomat ... 37

II.5.3.5 Jaringan Serat Optik ... 38

II.6 Sejarah Singkat Perusahaan ... 39

BAB III HASIL PENGAMBILAN DATA III.1 Master Terminal Unit / Master Station Regional Control Center Cigereleng Area Pengaturan Jawa Barat ... 42

III.1.1 Spesifikasi Hardware ... 43

III.1.2 Spesifikasi Software ... 46

(7)

IV.1.1 Master Station ... 79

IV.1.2.2 Konfigurasi Remote Station ... 104

IV.1.2.3 Peralatan Remote Station ... 106

IV.1.2.4 Modul Remote Station ... 108

IV.1.2.5 Sequence of Event (SOE) ... 110

IV.1.2.6 Konfigurator Database Remote Station ... 110

IV.1.2.7 Catu Daya 48VDC ... 111

IV.1.4.1 Supervisory Interface ... 117

IV.1.4.2 Transducer ... 117

IV.1.5 Catu Daya ... 118

IV.1.5.1 Konfigurasi ... 118

IV.1.5.2 Genset ... 118

IV.1.5.3 Automatic Transfer Switch (ATS) ... 119

IV.1.5.4 Uninterruptible Power Supply (UPS) ... 119

IV.1.6 Protokol Komunikasi ... 120

IV.1.6.1 Protokol Master Station dengan Gateway / RTU ... 120

IV.1.6.2 Protokol Gateway dengan RTU ... 121

IV.1.6.3 Protokol Gateway dengan IED ... 121

IV.1.6.4 Protokol Antar Control Center ... 121

IV.2 Operasi Pemeliharaan Sistem SCADA ... 121

(8)

IV.2.1.1 Pedoman Target Kinerja ... 122

IV.2.1.2 Target Kinerja Pengusahaan ... 122

IV.2.1.3 Target Completeness ... 127

IV.2.1.4 Rasio Keberhasilan Remote Control ... 128

IV.2.1.5 Gangguan Teleinformasi Data ... 128

IV.2.1.6 Gangguan Master Station ... 129

IV.2.1.7 Gangguan Telekomunikasi ... 130

IV.3 Pengaturan Beban Operasi Sistem Tenaga Listrik ... 132

IV.3.1 Analisa Beban Sistem ... 132

IV.3.2 Hirarki dan Perencanaan Operasi Sistem ... 136

IV.3.3 Standar Kualitas Operasi Sistem Tenaga Listrik ... 139

IV.3.4 Kondisi Operasi ... 140

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan ... 141

V.2 Saran ... 141 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Skema Pusat Listrik yang dihubungkan melalui saluran Transmisi ke Gardu

Induk ... 8

2.2 Jaringan Distribusi Tegangan Menengah (JTM), Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dan Sambungan Rumah ke Pelanggan. ... 9

2.3 Batas Instalasi PLN dan Instalasi Pelanggan ... 10

2.4 Bagan Penyampaian Tenaga Listrik kepada Pelanggan ... 11

2.5 Sebuah Sistem Tenaga Listrik dengan sebuah PLTU, sebuah PLTG, sebuah PLTD, sebuah PLTA dan tujuh buah Pusat Beban (GI) ... 11

2.6 Organisasi Pusat Pengaturan Beban Serta Lalu-Lintas Data & Informasi Operasionil ... 25

3.3 Konfigurasi Hardware Master Station APB Jawa Barat ... 43

(10)
(11)

3.26 SSB Tipe 194 – 201 ... 75

3.32 Konfigurasi Wave Trap Inter Circuit ... 77

3.33 Konfigurasi Link PLC ... 78

3.34 Konfigurasi PLC 1 kanal ... 78

4.1 Simbol untuk IRCC/IDCC ... 82

4.2 Simbol untuk RCC/DCC ... 82

4.3 Simbol untuk remote station ... 82

4.4 Simbol untuk remote station konsentrator ... 82

4.5 Simbol untuk link komunikasi ... 83

4.6 Konfigurasi Remote Station ... 104

4.7. Konfigurasi Remote Terminal Unit ... 105

4.8. Konfigurasi remote station di unit pembangkit ... 105

4.9. Konfigurasi Komunikasi Data Point – to – point ... 113

4.10 Konfigurasi Komunikasi Data Multiple Point – to – point ... 113

4.11 Konfigurasi Komunikasi Data Multipoint – star ... 114

4.12 Konfigurasi Komunikasi Data Multipoint Partyline ... 115

4.13. Konfigurasi Komunikasi Data Loop ... 115

(12)

4.15. Konfigurasi Catu Daya ... 118

4.16 Blok Diagram Perhitungan Target Completeness ... 128

4.17 Operasi Sistem Tenaga Listrik ... 132

4.18 Pelaksanaan Pengendalian Operasi Sistem ... 138

4.19 Tahapan Frekuensi Sistem ... 139

(13)

DAFTAR TABEL

3.1 Spesifikasi Hardware Master Station APB Jawa Barat ... 44

3.2 Remote Station / Remote Terminal Unit Area Pengatur Beban Jawa Barat 50

4.1 Pengelompokkan Hak Akses ... 96

4.2 Perangkat lunak berdasarkan tingkatan RCC dan IRCC ... 103

4.3. Modul input / output analog ... 109

4.4. Modul input / output digital ... 109

4.5. Besaran nominal toleransi dan sistem pentanahan untuk peralatan catu daya 48 ... 111

Tabel 4.6 Karakteristik Minimal Transducer ... 117

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

PT PLN (Persero) merupakan Perusahaan Listrik di Indonesia dan satu- satunya

Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang penyediaan sampai penyaluran jasa

tenaga listrik. Penyediaan tenaga listrik kepada konsumen dengan aman, kualitas yang

baik dan ekonomis merupakan tugas utama suatu perusahaan listrik. Perkembangan

sistem tenaga listrik ditunjukkan dengan jumlah beban yang semakin besar, jaringan yang

makin luas dan terinterkoneksi. Keadaan ini memerlukan koordinasi pelaksanaan operasi

yang dilakukan secara terpusat. Untuk hal ini, maka perusahaan listrik mempunyai suatu

mekanisme sistem kerja dan organisasi yang disebut Penyaluran dan Pusat Pengatur

Beban ( P3B ).

Berkembangnya teknologi, industri, dan meningkatnya kebutuhan akan energi

listrik, maka di butuhkan pasokan energi listrik dan penyaluran yang andal. Keandalan

pasokan energi listrik adalah merupakan kepuasan pelanggan. Dengan begitu PT PLN

(Persero) demi menjaga keandalan sistem penyaluran tenaga listrik maka diharuskan

menggunakan sistem pengoperasian yang mempunyai tingkat keandalan yang baik,

sehingga dapat meminimalisir pemadaman untuk menjaga kepuasan pelanggan.Dengan

begitu, maka akan dicapainya misi perusahan, menjadi diakui sebagai perusahaan kelas

(15)

Untuk menghasilkan pasokan listrik yang andal, dibutuhkan pengawasan,

pengontrolan, dan pengumpulan data yang akurat. SCADA merupakan singkatan dari

Supervisory Control And Data Acquisition. Maksud dari SCADA yaitu pengawasan,

pengontrolan dan pengumpulan data. Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan

pengusahaan tenaga listrik terutama pengendalian operasi secara real time. Suatu sistem

SCADA terdiri dari sejumlah RTU (Remote Terminal Unit), sebuah Master Station /

RCC (Region Control Center), dan jaringan telekomunikasi data antara RTU dan Master

Station. Dalam komunikasi antara Master Station (MS) dengan setiap Remote Terminal

Unit (RTU) dilakukan melalui media yang bisa berupa fiber optik, power line carrier

(PLC) , atau melalui radio, dimana dalam hal ini data dikirimkan dengan protokol

tertentu (biasanya tergantung vendor SCADA yang dipakai). SCADA merupakan

teknologi yang memberikan kemudahan bagi pengguna untuk mendapatkan data dari satu

atau lebih dari fasilitas yang berjauhan dan atau mengirimkan beberapa instruksi

supervisi ke beberapa fasilitas tersebut. Sistem ini banyak dipakai di lapangan produksi

minyak dan gas (Upstream), Jaringan Listrik Tegangan Tinggi (Power Distribution) dan

beberapa aplikasi sejenis dimana sistem dengan konfigurasi seperti ini dipakai untuk

memonitor dan mengontrol areal produksi atau area jaringan listrik yang tersebar di area

yang luas.

Sebagai sarana perusahaan listrik dalam pengoperasian tenaga listrik, Penyaluran

dan Pusat Pengatur Beban ( P3B ) harus dapat menyediakan informasi yang diperlukan

untuk pengambilan keputusan dan pengaturan dalam pengoperasian sistem tenaga listrik.

Informasi ini merupakan terjemahan atas tingkah laku sistem tenaga listik untuk setiap

(16)

pengumpulan data yang akurat terhadap penyediaan dan penyaluran listrik setiap waktu

bisa terpenuhi, sehingga keandalan dan kepuasan pelanggan pun bisa tercapai.

I.2.Rumusan Masalah

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang

dapat diangkat adalah :

1) Bagaimana sistem SCADA beroperasi di Penyaluran dan Pusat

Pengaturan Beban ( P3B ) Region 2 Area Pengaturan Beban Cigereleng.

I.3.Batasan Masalah

Untuk mengatasi permasalahan yang meluas, penulis perlu membatasi dengan

beberapa kondisi:

1) Menjelaskan Peralatan SCADA Sistem Tenaga Listrik pada Sistem

SCADA yang beroperasi di Region yang merupakan perpanjangan tangan

Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban ( P3B ) yaitu Area Pengatur

Beban Region 2 Cigereleng.

2) Menjelaskan Operasi Pemeliharaan Sistem SCADA.

3) Menjelaskan Pengaturan Beban pada Operasi Sistem Tenaga Listrik

I.4.Tujuan

I.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan proyek akhir ini adalah sebagai syarat kelulusan dari

(17)

I.4.2 Tujuan Khusus

Pembuatan Proyek Akhir ini bertujuan sebagai berikut :

 Mengetahui dan memahami bagaimana SCADA beroperasi pada operasi sistem

tenaga listrik, khususnya pada Penyalur dan Pusat Pengaturan Beban (P3B)

Region 2 Area Pengaturan Beban Cigereleng.

 Memperluas wawasan ilmu tentang pengembangan teknologi di masa sekarang

dan mendatang, sehingga diharapkan dapat memahami teori dan kenyataan yang

dihadapi di lapangan.

I.5.Manfaat Penelitian

 Mengetahui pengoperasian sistem SCADA pada operasi sistem tenaga listrik,

khususnya pada Penyalur dan Pusat Pengaturan Beban (P3B) Region 2 Area

Pengaturan Beban Cigereleng.

 Sistem SCADA bisa diaplikasikan tidak hanya pada operasi sistem tenaga listrik,

melainkan sistem lainnya di berbagai aspek, maka dari itu setelah kita

mengetahui dan memahami bagaimana SCADA bekerja pada operasi sistem

tenaga listrik, diharapkan kita bisa menerapkannya di sistem lainnya.

I.6.Metodologi Penelitian

1. Studi Literatur

Mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berhubungan dengan

(18)

untuk membangun dasar – dasar teori yang diperlukan dalam penulisan proyek

akhir.

2. Studi Lapangan

Dilakukan untuk mengetahui tentang pengoperasian SCADA pada operasi tenaga

listrik di Penyalur dan Pusat Pengaturan Beban (P3B) Region 2 Area Pengaturan

Beban Cigereleng langsung di lapangan.

3. Bimbingan

Bimbingan dilakukan penulis konsultasi langsung dengan pembimbing mengenai

permasalahan proyek akhir.

I.7.Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam penyusunan laporan Proyek Akhir ini adalah sebagai

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang pembuatan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan,

manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Menjelaskan mengenai teori – teori yang dijadikan landasan dalam mengerjakan

proyek akhir ini.

BAB III : HASIL PENGAMBILAN DATA

Berisi hasil pengambilan data hasil studi lapangan pengoperasian sistem SCADA

di Penyalur dan Pusat Pengaturan Beban (P3B) Region 2 Area Pengaturan Beban

(19)

BAB IV : ANALISIS

Menganalisis, membahas tentang sistem SCADA pada Penyalur dan Pusat

Pengaturan Beban (P3B) Region 2 Area Pengaturan Beban Cigereleng.

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan dari keseluruhan pengerjaan proyek akhir dan saran – saran

untuk memperbaiki kelemahan dari sistem yang telah dibuat demi pengembangan dan

(20)

BAB III

HASIL PENGAMBILAN DATA

III.1. Master Terminal Unit / Master Station Regional Control Center

Cigereleng Area Pengatur Beban Jawa Barat

Master Station adalah stasiun yang melaksanakan telekontrol

(telemetering, telesignal, dan remote control) terhadap remote station.

Yang dimana :

Telemetering : Transmisi nilai variabel yang diukur dengan

menggunakan teknik telekomunikasi.

Telesignal : Pengawasan status dari peralatan operasional dalam

jarak tertentu dengan menggunakan teknik

telekomunikasi seperti kondisi alarm, posisi switch atau

posisi katup.

Remote Control : Penggunaan teknik telekomunikasi untuk mengubah

status peralatan operasional.

(21)

Fungsi Umum

Memonitor secara real time semua gardu induk di wilayah Jawa Barat.

 Memonitor kondisi bay, busbar, pmt, pms, pentanahan, pengukuran dan alarm

apabila terjadi gangguan.

 Mempermudah memantau kondisi sistem operasi.

 Mempercepat penanggulangan gangguan.

Gambar 3.2. Fungsi Umum

III.1.1 Spesifikasi Hardware

Perangkat keras di master station adalah:

a. Server (SCADA, EMS/DMS, DTS, data historikal, sub sistem

komunikasi, dan offline database);

b. Workstation;

c. Monitor;

(22)

e. Static display;

f. Global Position System (GPS);

(23)

Workstation 27 GHz

Logsheet HP Proliant

DL 380 G7

300 GB 2 GB Quad Core 2,66

GHz

(24)

III.1.2 Spesifikasi Software

Gambar 3.4. Spesifikasi Software Master Station APB Jawa Barat

 Menggunakan standar industri

IEEE POSIX Operating System Interfaces

o Platform Hardware yang Independent

o Menggunakan OS Sun Solaris pada Platform Unix

 TCP/IP untuk komunikasi LAN/WAN

 SQL sebagai pertukaran data menggunakan RDBMS

(25)

 Protokol Komunikasi dengan Remote Station :

o IEC 870-5-101

o IEC 870-5-104

o DNP3.0 (Serial dan Ethernet)

o HNZ

Protokol Komunikasi dengan Control Center Lain :

o IEC 870-6 TASE 2 untuk komunikasi Inter-Control Centers

 Arsitektur Sistem Terdistribusi

o Subsistem dengan masing-masing spesialisasinya didistribusikan

dalam pemrosesan

o Dimungkinkan high performance meskipun peak load

o Mudah dan biaya terjangkau untuk upgrade masing-masing subsistem

Distributed Database

o Akses database yang independent dan cepat, dengan syarat load LAN

rendah untuk masing-masing Subsistem

Application Programming Interfaces (APIs)

o Common APIs (misal : C/C++, Fortran)

(26)

Unix Environments

o Hardware dan Software yang independent

o Multi-tasking dan multi-threaded processing

o Multi-user operation

o Network-oriented

o Stabilitas yang sudah teruji untuk aplikasi-aplikasi real time

o Know-how personnel

Platform yang terintregasi

Hardware mendukung konsep desain Subsistem di Spectrum

o Interface Hardware Software

Gambar 3.5. Platform Terintregasi

(27)

 Mudah dikonfigurasi

High Scalability

Cost Efficiency

Tipe Block Function :

o Administrator (ADM)

o Communicator (COM)

o Independent FrontEnd System (IFS)

o Energy Management System (EMS)

o Man Machine Interface (MMI)

o Historical and Future Data (HFD)

III.2. Remote Station Regional Control Center Cigereleng Area Pengatur

Beban Jawa Barat

Stasiun yang dipantau, atau diperintah dan dipantau oleh master

station, yang terdiri dari gateway, IED, local HMI, RTU, dan meter

energi.

(28)

 Mengakuisisi data analog dan digital

 Melakukan kontrol buka/tutup kontak, naik/turun dan start/stop setting

atau fungsi-fungsi set point lainnya

Meneruskan hasil-hasil pengukuran ke control center

Melakukan komunikasi dengan control center

(29)
(30)
(31)
(32)

Tabel 3.2. Remote Station / Remote Terminal Unit Area Pengatur Beban Jawa Barat

III.2.1. Remote Terminal Unit (RTU)

Suatu perangkat komputer yang dipasang di remote station atau

dilokasi jaringan yang dipantau oleh control center. RTU berfungsi

sebagai pengumpul data dam melaksanakan perintah control center.

o Tugas Pokok RTU

 Mengumpulkan data status / alarm dan pengukuran

kemudian mengirimkannya ke control center.

Meneruskan perintah control center.

(33)

Gambar 3.6. Tugas Pokok RTU

o Komunikasi Control Center dengan RTU

Gambar 3.7. Komunikasi Control Center dengan RTU

o Contoh Jaringan RTU

(34)

III.2.1.1 Teleinformasi

Digital Input

Menerima besaran digital dari proses untuk indikasi, alarm.

Disebut TS ( Telesignal ) yang digunakan untuk mengetahui

posisi / status peralatan misal Circuit Breaker (CB),

Disconnecting Switch (DS), Tap Trafo.

Digital Output

Sinyal digital yang diterima dari master atau remote control

untuk buka, tutup, on, off suatu alat. Disebut Remote Control

(RC) yang digunakan untuk buka / tutup, on / off untuk Circuit

Breaker (CB), Disconnecting Switch (DS), naik / turun Tap

Trafo dan juga untuk start unit pembangkit.

Analog Input

Menerima besaran analog dari proses untuk pengukuran.

Disebut Telemetering (TM) yang digunakan untuk mengetahui

besaran listrik ( MW, A, I, V)

Analog Output

Sinyal analog yang diterima dari master station untuk

diteruskan ke proses. Disebut RC analog yang digunakan untuk

(35)

III.2.1.2 Remote Terminal Unit EPC 3200

Kapasitas Maksimum

1024 Telesinyal

256 Remote Control

128 Telemetering

Tingkatan RTU

Level 1 : Central Processing Unit (CPU)

Level 2 : Peripheral Interface Adapter (PIA)

Asynchronous Communications Interface Adapter

(ACIA)

Level 3 : Input / Output Interface

(36)

Gambar 3.9. Tingkatan RTU-2

(37)

Gambar 3.11. Hubungan RTU dengan Gardu Induk

(38)

Gamabr 3.13. Transducer Arus / DC Arus

(39)

Gambar 3.15. Transducer Power / DC Current

(40)

Gambar 3.17 Sumber DC 48 Volt & 110 Volt

(41)

III.2.1.3 Macam – Macam Modul EPC 3200

CPU

A. Microprocessor Modul (MP 49)

o 8 bit microprocessor 6809/2MHz

o 3 kBytes REPROM

o 2 Ch Interface Komunikasi (V24/RS 232) dengan kecepatan 50 s/d

9600 BAUDS

o Dataway Bus / Highway Bus Interface

o LED indikasi dan control switch

Gambar 3.19. Microprocessor Modul

B. Dialog Modul (MP 41)

(42)

o Watch Dog

o 5 kBytes REPROM

o 7 kBytes Static RAM

o Asynchronous Komunikasi (V24) untuk TTY, Printer,

PC ( untuk load database)

o Asynchronous Komunikasi (V24) Transmission Ch 50

sampai dengan 9600 Bauds

o LED indikasi dan kontrol switch

Gambar 3.20. Dialog Modul

C. Memory Modul (ME 43)

o 1 page 16 kBytes RAM 32 kBytes EEPROM

(43)

Gambar 3.21. Memory Modul

Input Output

A. Dataway Bus

Fungsi :

o Distribusi catu daya ke modul modul RTU

o Penyalur data, address & signal control (signal

pertukaran antaa CPU dengan I / O modul.

Hardware :

o Dipasang di bagian belakang rack RTU

o 1 rack terdiri dari 18 slot

Dataway Bus Signal :

7 Polariti Feeder

(44)

o 1 feeder - 15 V

o 8 bidirectional address line

o 8 bidirectional data line

o 1 interupt line

o 1 masque line

o 1 Accuisition card ackn

o 1 Restitution card ackn

o Answer line

o Calling search line

o Sampling signal

o Reset signal

o Regeneration signal

o 2 Serial chain signal

Analog Input Control Signal

o Analog / Digital Converter Start

o End of Convertion

(45)

o Data byte select

o Analog bus (2 line)

B. Supervisory Card ( modul CS 41 )

o Sebagai sumber polarity remote control (RC)

o Monitoring RC polarity off

o Monitoring temperature di lemari RTU

o Output alarm internal RTU

Gambar 3.22. Supervisory Card

(46)

o RTU EPC 3200 membutuhkan power supply +5V,

Terdiri dari 32 masukan signal logic dan dibagi

4 Bytes ( 8 bits/Byte)

 Masukan tegangan 48 V/16 mA  Opto-coupler galvanic inculation

 Masing – masing input dikonversi menjadi bit 0

atau 1

o Azquisition Analog ( modul AA11 )

16 masukan analog

Input impedansi 500 ohm ; 10 s/d +10V ; arus

(47)

 Masing – masing input menggunakan flying

capacitor

Gambar 3.23. Analog Acquisition

Restitution

o Restitution Logic

Modul RL 00

Terdiri dari 8 selection output relay (normally

open)

 Kemampuan kontak 60 W, 100 VA (max 2A /

220V)

(48)

Gambar 3.24. Modul RL 00

Modul RL 04 / 05

Terdiri dari 64 output kontak Spesifikasi kontak

RL 04 : 5W, 200V ac/dc, 250 mA

RL 05 : 30W, 250 V sc/dc, 2A

 Output dibagi 8 grup ( masing – masing grup 8

kontak )

o Restitution Analog (RA 00 )

Terdiri dari 4 output analog  Impendansi 3 kOhm maksimum

(49)

Range : 0/+5 mA, +/-5A, 0/+10 mA, +/-10 mA, 4/20 mA, -2,5/+2,5 mA.

E. Analog / DigitalConverter ( modul AA 03 )

o Berfungsi merubah besaran analog yang datang dari

modul Analog Acq menjadi digital ( 8 bits ).

o Skala konversi yang dimiliki : 0;+5A, 0;10mA,

+4;20mA, -5;+5mA, -10;+10mA. F. Servcie Modul ( Regeneration modul )

o CS00

Dipasang diantara CPU dengan Peripheral dan untuk meneruskan ke rak berikutnya

o CS01

Dipasang di rak paling akhir

o CS05

Dipasang bila RTU hanya menggunakan 1 rak

G. Modem

o Modem yang dipakai RTU EPC ( MD50 ) o Programmable dengan Pocket Terminal / PC

(50)
(51)
(52)

III.3. Sistem Komunikasi Power Line Carrier

Sistem komunikasi yang menggunakan jaringan udara tegangan tinggi

70 kV, 150 kV, dan tegangan extra tinggi, komunikasi ini dipergunakan

untuk komunikasi suara (telepon), data (RTU), dan teleproteksi.

Komponen Utama

1. Single Side Band (SSB)

2. Line Matching Unit (LMU)

3. Coupling Capacitor (CC)

4. Wave Trap/Line Trap (WT)

III.3.1. Single Side Band (SSB)

Adalah perangkat radio komunikasi dengan range frekuensi 50 KHz – 500

(53)

Gambar 3.26. SSB tipe 194 – 201 III.3.2. Line Matching Unit (LMU)

LMU berfungsi sebagai penyesuai impedansi SSB dengan penghantar

(54)

III.3.3. Coupling Capasitor (CC)

Berfungsi sebagai kopling yaitu melewatkan frekuensi tinggi dan

menahan fekuensi rendah.

Gambar 3.28 Coupling Capasitor

III.3.4. Wave Trap / Line Trap (WT)

Berfungsi menahan frekuensi tinggi dan melewatkan frekuensi rendah

(50 Hz)

(55)

III.3.5. Konfigurasi Wave Trap

Phase to ground

Gambar 3.30 Konfigurasi Wave Trap Phase to Ground

Phase to phase

Gambar 3.31 Konfigurasi Wave Trap Phase to Phase

Inter Circuit

(56)

Konfigurasi link PLC

Gambar 3.32. Konfigurasi Link PLC

Contoh konfigurasi PLC 1 kanal

(57)

BAB V

PENUTUP

V.1. KESIMPULAN

1. SCADA merupakan fasilitas bagi Dispatcher untuk mengendalikan atau mengatur

kelancaran pasokan tenaga listrik. SCADA pada Area Pengaturan Beban Jawa

Barat – Cigereleng sudah sesuai standar sehingga kelancaran pasokan tenaga

listrik bisa tercapai. Standar yang dimaksud adalah paling lambat dari

telesignaling 3 detik, telemetering 10 detik, remote control 6 detik mulai dari

eksekusi remote sampai dengan perubahan status di master station, remote tap

changer 20 detik, dan remote LFC 4 detik.

2. Sistem SCADA berjalan dengan adanya Pengaturan Beban Operasi Sistem

Tenaga Listrik terlebih dahulu.

V.2. SARAN

1. Dibutuhkan data yang lebih lengkap yang berupa data real agar bisa menganalisis

sejauh mana sistem SCADA yang ada sekarang dan dibandindkan dengan standar

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Marsuli, Djiteng (2006). Operasi Sistem Tenaga Listrik. Graha Ilmu.

Standar PT PLN (PERSERO). (2008). SPLN Peralatan Sistem SCADA, Jakarta Selatan: PT PLN (PERSERO).

Standar PT PLN (PERSERO). (2008). SPLN Operasi Pemeliharaan Sistem

SCADA, Jakarta Selatan: PT PLN (PERSERO).

Wicaksono, Handy (2012). SCADA Software dengan Wonderware Intouch Dasar – dasar pemograman. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(59)

Gambar

Tabel 4.6 Karakteristik Minimal Transducer  ...............................................
Gambar 3.1. Gambaran Umum SCADA
Gambar 3.2. Fungsi Umum
Tabel 3.1. Spesifikasi Hardware Master Station APB Jawa Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait