• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT CIGUGUR-KUNINGAN DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT CIGUGUR-KUNINGAN DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT

CIGUGUR-KUNINGAN DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN

HIDUP SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi sebagian dari

Syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Prgram Studi Pendidikan Geografi

Disusun oleh :

Yuvenalis Anggi Aditya

(1101685)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT

CIGUGUR-KUNINGAN DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI

Oleh

Yuvenalis Anggi Aditya

S.Pd UPI Bandung, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Geografi

© Yuvenalis Anggi Aditya 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si NIP. 19610323 198603 1 001

Pembimbing II

Prof. Dr. Dede Rohmat, Ir, M.T NIP. 19640603 198903 1 001

Mengetahui

Ketua Prodi Pendidikan Geografi

(4)

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT

CIGUGUR-KUNINGAN DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI

Oleh : Yuvenalis Anggi Aditya

Pembimbing : 1. Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. 2. Prof. Dr. Dede Rohmat, Ir. M.T.

Abstrak

Pembentukan karakter peserta didik merupakan tanggung jawab dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Pembentukkan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan cara mengenalkannya pada budaya lokal. Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat lokal mengandung nilai-nilai kearifan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka salah satu upaya dalam membentuk karakter peserta didik adalah menggali nilai-nilai kearifan lokal. Hasil penelitian ini dijadikan sebagai sumber belajar geografi.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal yang ada di masyarakat Cigugur, khususnya masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) dalam bentuk pengelolaan lahan dan tradisi yang ada kemudian mengidentifikasikannya dalam pembelajaran geografi. pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode etnopedagogi. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara yang mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi tentang masyarakat AKUR Cigugur, sehingga penelitian ini dipusatkan pada kegiatan sehari-hari masyarakat AKUR Cigugur dalam mengelola lahan dan hubungannya dengan alam lingkungan sekitarnya berupa tradisi yang masih dipegang teguh oleh masyarakat tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan nilai-nilai kearifan lokal yang berhubungan dalam pelestarian lingkungan hidup. Adapun nilai-nilai yang merupakan temuan dari penelitian ini adalah : Nilai integritas keruangan, Nilai adaptasi ekologi, Nilai keselarasan, Nilai keseimbangan, Nilai kesinambungan, Nilai ketaatan, Nilai kebersamaan, Nilai gotong royong, dan Nilai budaya. Temuan nilai-nilai ini kemudian diidentifikasi menjadi sumber belajar geografi.

(5)

i

LOCAL WISDOM VALUE OF CIGUGUR-KUNINGAN COMMUNITY IN ENVIRONMENTAL CONSERVATION AS A SOURCE OF

GEOGRAPHY LEARNING

Oleh : Yuvenalis Anggi Aditya

Pembimbing : 1. Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. 2. Prof. Dr. Dede Rohmat, Ir. M.T.

Abstract

Student character developing is responsible of learning process. It can be done by introducing local tradition. The local tradition has wisdom value. Base on those research background, one of many way developing student character is exploring local wisdom. The result of study is become as geography lesson source.

The research purpose is exploring Cigugur local wisdom, especially AKUR (Adat Karuhun Urang) society. Researcher analyzes their tradition and land management. It is used to identify to geography approach. The method of this study is qualitative method and ethno-pedagogy. Data and information was gathered by deep interview, participative observation, and documentation study about AKUR Cigugur. So the study focuses are land management and its impact on environment in AKUR Cigugur tradition which it is done until now.

The result of this study is those have local wisdom that have impact to environment conservation. And the local wisdom from this study are the spatial integrity values, the ecological adaption values, the concordant values, the balance values, the continuously values, the fidelity values, the togetherness values, the gotong royong/work together values, and the culture values. These finding is identified to be geography lesson source.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 6

F. Kerangka Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Nilai ... 11

B. Kearifan lokal ... 12

1. Pengertian Kearifan Lokal ... 12

2. Fungsi Kearifan Lokal ... 14

3. Kearifan Lokal Dalam Pelestarian Lingkungan ... 16

4. Hambatan Kearifan Lokal ... 22

a) Modernitas ... 23

b) Kapitalisme ... 24

C. Lingkungan Hidup ... 25

1. Pengertian Lingkungan Hidup ... 25

2. Tipe-Tipe Lingkungan ... 29

D. Pelestarian Lingkungan ... 31

(7)

F. Sumber Belajar Pengajaran Geografi ... 35

1. Pengertian Sumber Belajar ... 35

2. Ciri-Ciri Sumber Belajar ... 37

3. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar ... 38

G. Penerapan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Untuk Pembelajaran Geografi .... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 45

B. Prosedur Penelitian ... 46

C. Partisipasi Observasi ... 47

D. Lokasi Penelitian ... 48

E. Subjek Penelitian dan Waktu Penelitian ... 49

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 53

1. Tahapan Pengumpulan Data ... 53

2. Teknik Pengumpulan Data ... 54

G. Teknik Analisis Data ... 58

H. Pengujian Keabsahan Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 63

1. Kondisi Geografis Kecamatan Cigugur ... 63

2. Kondisi Klimatologis Kecamatan Cigugur ... 66

3. Kondisi Kependudukan Kecamatan Cigugur ... 66

B. Tradisi Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 70

1. Sistem Pertanian Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 70

a) Pola Pengelolaan Sawah Pada Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) ... 70

b) Ritual Pada Waktu Tandur Dalam Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 72

c) Ritual Pada Waktu Mipit / Panen Dalam Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 93

(8)

Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 98

2. Tradisi Seren Taun di Cigugur ... 100

a) Pra Seren Taun ... 102

1) Damar Sewu ... 102

2) Ngajayak Pare ... 103

3) Pesta Dadung ... 104

4) Sarebu Kentongan ... 106

5) Tari Pwah Aci ... 107

6) Ngareremokeun ... 108

b) Pelaksananaan Seren Taun ... 109

1) Ngajayak ... 109

2) Tari Buyung ... 111

3) Angklung Buncis ... 112

4) Nutu ... 113

c) Pasca Seren Taun ... 114

C. Upaya Menegakkan Tradisi Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 115

D. Relevansi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur Sebagai Sumber Belajar Geografi ... 118

1. Makna Kearifan Lokal Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 118

2. Identifikasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur Sebagai Sumber Belajar Geografi ... 121

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 131

B. Rekomendasi ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 134

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 138

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

Tabel 1 Dasasila Masyarakat Baduy Sebagai Kearifan Lokal

Masyarakat Baduy ... 17

Tabel 2 Prinsip-Prinsip Pamali Dalam masyarakat Sunda (Kampung Kuta) Yang Berhubungan Dengan Pengelolaan Alam Lingkungan ... 20

Tabel 3 Urutan Pranata Mangsa ... 21

Tabel 4 Kategori Informan ... 50

Tabel 5 Waktu Tahapan Penelitian ... 52

Tabel 6 Penduduk Kecamatan Cigugur Berdasarkan Umur ... 67

Tabel 7 Penduduk usia 10 Tahun ke atas Yang mempunyai Pekerjaan Menurut lapangan (Sektor) Pekerjaan/Usaha Utama ... 68

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

Gambar 1 Hierarki Nilai Budaya ... 12

Gambar 2 Interaksi Antara Organisme Hidup Dengan Lingkungan ... 28

Gambar 3 The Environment of Men ... 30

Gambar 4 Diagram Kegiatan Penelitian Pada Informan Pokok dan Informan pangkal ... 51

Gambar 5 Teknik Pengumpulan Data ... 57

Gambar 6 Model Langkah Analisis Induktif ... 59

Gambar 7 Teknik Content Analysis ... 60

Gambar 8 Periode Pengumpulan Data ... 61

Gambar 9 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Cigugur ... 65

Gambar 10 Urutan Dalam Mengelola Sawah ... 70

Gambar 11 Paramodana (9 macam) Pada Waktu Tandur ... 76

Gambar 12 Sawah Dengan Batas Hanjuang ... 77

Gambar 13 Damar Sewu ... 102

Gambar 14 Ngajayak Pare ... 104

Gambar 15 Pesta Dadung ... 105

Gambar 16 Sarebu Kentongan ... 106

Gambar 17 Tari Pwah Aci ... 107

Gambar 18 Ngareremokeun ... 108

Gambar 19 Ngajayak ... 110

Gambar 20 Tari Buyung ... 111

Gambar 21 Angklung Buncis ... 113

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada

penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan

akumulasi dari nilai dan karakter lokal masing-masing suku yang ada di

Indonesia. Penanaman nilai dan karakter bangsa itu menuntut guru untuk

lebih bijak dalam memilih sumber belajar yang tepat dan dekat dengan

karakter peserta didiknya dan memperhatikan karakter dan kearifan lokal

daerah setempat. Seperti kita ketahui, guru merupakan sosok penting dalam

keberhasilan peserta didik. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 yang secara jelas menjelaskan

tentang tujuan pendidikan nasional.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara tegas menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pembentukan karakter peserta didik ditempatkan pada bagian awal tujuan

pendidikan nasional. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya pembentukan

karakter peserta didik. Pendidikan Geografi sebagai bagian dari mata

pelajaran yang ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah

memiliki peran penting dan strategis dalam pembentukan karakter dan jati

diri bangsa. Karena itu pembelajaran yang bersumber pada nilai-nilai kearifan

lokal (local wisdom) sangat penting bagi perkembangan peserta didik.

Cigugur merupakan suatu kecamatan di kabupaten Kuningan yang

mempunyai karakteristik tersendiri dan berbeda dengan kecamatan lainnya di

kabupaten Kuningan. Cigugur merupakan daerah pertanian, sehingga

sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Kehidupan

(12)

mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan wilayah dan kecamatan

lainnya di kabupaten Kuningan. Tradisi yang rutin dilakukan oleh masyarakat

Cigugur adalah tradisi Seren Taun. Ini merupakan suatu tradisi tahunan

masyarakat agraris Sunda. Seren taun adalah ucapan syukur atas panen pada

Tuhan Yang Maha Esa dan Seren Taun merupakan sebuah religiositas untuk

mengucap syukur pada Yang Maha Esa (Pangeran Si Kang Sawiji-wiji) atas

kehidupan ini. Dalam kehidupan sehari-harinya baik itu dalam kegiatan

mengolah lahan (sawah) dan kehidupan masyarakatnya yang berhubungan

dengan lingkungannya masih ada yang memegang teguh tata cara yang

diturunkan secara turun menurun oleh para pendahulunya/Karuhun. Tata cara

yang dilakukan dari dulu sampai sekarang itu merupakan suatu kearifan lokal

(local wisdom) masyarakat Cigugur dalam mengelola alam lingkungannya.

Bentuk kearifan lokal ada yang berupa nilai, norma, kepercayaan, tradisi, dan

sanksi. Bentuk kearifan lokal dalam masyarakat tradisional biasanya disebut

pamali/tabu, sehingga jika larangan itu dilanggar maka bagi orang yang

melanggarnya akan menerima akibatnya/matakna. Bentuk kearifan lokal itu

merupakan suatu kebiasaan yang ada dan dilakukan oleh masyarakat Cigugur.

Seiring berjalannya waktu dan kencangnya arus globalisasi, kehidupan

masyarakat Cigugur juga mengalami perubahan sesuai dengan dinamika yang

terjadi. Globalisasi memberikan kemudahan, kecepatan komunikasi, dan

teknologi yang banyak membantu kehidupan manusia. Seiring dengan

kemudahan yang diberikan oleh pengaruh globalisasi, maka sebagian besar

tata kehidupan masyarakat Cigugurpun mengalami pergeseran dan hanya

sebagian kecil orang yang masih memegang teguh aturan dan nilai yang

diturunkan oleh karuhun/para pendahulunya. Cigugur yang daerahnya

merupakan daerah pertanian, sehingga sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani, tidak lepas dari perubahan dan hampir sebagian

besar petani di Cigugur mengolah lahan dengan menggunakan teknologi yang

lebih kekinian. Karena itu, kondisi tanah pertanian yang ada di Cigugur

mengalami degradasi/penurunan. Masalah lain yang terjadi adalah masalah

(13)

kehidupan. Sehingga air merupakan barang vital dalam kehidupan manusia.

Selain dikenal sebagai daerah pertanian, Cigugur juga terkenal sebagai daerah

sumber air. Pada jaman dahulu wahangan/selokan yang ada di daerah

Cigugur airnya sangat melimpah, jernih dan bersih namun kenyataannya

sekarang debit airnya berkurang dan kotor.

Masalah yang terjadi pada lingkungan Cigugur adalah gambaran dari

terjadinya pergeseran dalam masyarakat Cigugur yang diakibatkan oleh

pengaruh globalisasi dan masyarakat menyerap semua yang diberikan oleh

globalisasi tanpa menyaringnya dan memperhatikan dampak yang akan

terjadi di masa yang akan datang. Karena itu, arus globalisasi seringkali

dikaitkan dengan homogenisasi, yaitu penyamaan berbagai bagian

kebudayaan diantara bangsa-bangsa. Padahal pengertian tentang globalisasi

merupakan suatu kekeliruan dan bukan merupakan pengertian umum yang

sesungguhnya tentang globalisasi. Masih ada bagian dari masyarakat Cigugur

yang masih memegang aturan karuhun dan menjalankan suatu tradisi sebagai

pedoman dalam kehidupannya walaupun di tengah derasnya arus perubahan.

Aturan dan tradisi karuhun yang masih dijalankan oleh sebagian kecil

masyarakat Cigugur adalah suatu kearifan lokal yang harus dipertahankan dan

dijadikan sebagai filter dalam menyaring derasnya arus perubahan yang

disebabkan globalisasi.

Perlunya memperhatikan aturan dan tadisi karuhun yang dijalankan

sebagian kecil dari masyarakat Cigugur merupakan suatu masukan dalam

membangun keselarasan kehidupan antara manusia dengan lingkungannya.

Adanya aturan dan tradisi tersebut merupakan sebuah kearifan lokal yang

harus dijaga dan dilestarikan secara khusunya oleh masyarakat Cigugur.

Perlunya penegakan dan penerapan aturan dan tradisi karuhun dalam

masyarakat Cigugur merupakan suatu keharusan dalam era globalisasi ini.

Pemahaman akan makna dari kearifan lokal yang berasal dari aturan dan

tradisi karuhun dalam masyarakat Cigugur harus dilakukan secara

menyeluruh dan dilakukan oleh seluruh stakeholder masyarakat, baik itu dari

(14)

Cigugur. Tanggung jawab dalam menegakkan aturan dan tradisi karuhun juga

merupakan tanggung jawab insan pendidikan terutamanya guru, sehingga

diharapkan guru dapat memberikan pemahaman dan penanaman karakter bagi

para generasi muda khususnya generasi muda Cigugur yang berasal dari

kearifan lokal masyarakatnya sendiri.

Dalam proses pembelajaran yang bersumber pada nilai-nilai kearifan

lokal erat kaitannya dengan pendidikan geografi. Nilai-nilai kearifan lokal

yang terkandung itu merupakan modal dasar dalam pembangunan bangsa ini.

Dalam kehidupan masyarakat banyak sekali terdapat sistem nilai. Sistem nilai

yang dianut sesuai dengan falsafah hidup yang menjadi pedoman bagi

masyarakat tersebut. Makna dari nilai-nilai kearifan lokal yang ada pada

masyarakat Cigugur dalam hal pelestarian lingkungan merupakan bagian dari

Pendidikan Geografi. Pendidikan Geografi mempunyai 3 dasar tujuan yaitu

secara Pengetahuan (mengetahui dan mengembangkan konsep tentang

Geosfer), keterampilan (memiliki keterampilan secara komprehensif tentang

lingkungan baik sosial maupun fisik), sikap (memiliki kepekaan terhadap

lingkungan sekitar dan berupaya melestarikan lingkungan sekitar). Ketiga

dasar tujuan dalam Pendidikan Geografi ini harus dimiliki oleh peserta didik

setelah belajar Geografi. Berdasarkan dari tujuan dasar pendidikan geografi

tersebut, diharapkan para peserta didik mampu mengembangkan

pengetahuannya dalam upaya pelestarian lingkungan yang bersumber dari

nilai-nilai kearifan lokal masyarakat setempat, memiliki keterampilan dalam

mengelola lahan yang mengacu pada nilai-nilai kearifan lokal masyarakatnya,

dan mempunyai sikap dalam berperilaku terhadap lingkungannya yang

bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal masyarakatnya.

Pembelajaran yang bersumber pada nilai-nilai kearifan lokal yang

berwawasan kelestarian lingkungan hidup merupakan pedoman dalam

berperilaku bagi peserta didik/generasi muda Cigugur dalam mengolah dan

menyikapi masalah yang ada di lingkungan sekitarnya. Kearifan lokal

tersebut sebagai upaya membangun identitas bangsa, dan sebagai penyeleksi

(15)

yang bersumber pada nilai-nilai kearifan lokal dari masyarakat Cigugur bagi

para peserta didik yang berada di Kabupaten Kuningan, khususnya di

Kecamatan Cigugur tentunya diperlukan pemahaman makna yang ada dalam

nilai-nilai kearifan lokal tersebut dan pendekatan yang lebih interaktif kepada

peserta didik. Adanya pemahaman yang benar dari nilai-nilai kearifan lokal

dalam upaya melestarikan lingkungan hidup dari masyarakat Cigugur,

Kuningan, Jawa Barat dengan lingkungan peserta didik maka diharapkan

mereka dapat memahami pentingnya melestarikan lingkungan ini untuk

kehidupan yang akan datang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengkaji lebih dalam tentang “Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat

Cigugur-Kuningan Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup Sebagai

Sumber Belajar Geografi”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tradisi dalam masyarakat Cigugur sehingga mampu

mengatur pola kehidupan masyarakat Cigugur dalam mengelola

lingkungan sekitarnya?

2. Bagaimanakah upaya dalam menegakkan tradisi karuhun yang merupakan

kearifan lokal masyarakat Cigugur dalam mengelola lingkungan

sekitarnya?

3. Bagaimanakah identifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur

(16)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tradisi yang mengatur pola kehidupan masyarakat Cigugur

dalam mengelola lingkungan sekitarnya.

2. Mengetahui upaya dalam menegakkan tradisi karuhun yang berhubungan

dengan pengelolaan lahan lingkungan sekitarnya.

3. Mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur-Kuningan

kemudian dijadikan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran Geografi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritik

Mengimplementasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran

geografi terutamanya dalam materi pelestarian lingkungan hidup.

2. Manfaat praktik

- Memberikan masukan bagi para peserta didik tentang pentingnya

pelestarian lingkungan hidup yang bersumber dari nilai-nilai kearifan

lokal masyarakat Cigugur.

- Memberikan masukan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan

dalam hal pelaksanaan pembelajaran yang bersumber dari nilai-nilai

kearifan lokal masyarakat setempat.

- Memberikan sumbangan pengetahuan dalam proses belajar mengajar

geografi terutamanya dalam materi pelestarian lingkungan.

E. Definisi Operasional

Tesis ini berjudul nilai-nilai kearifan lokal masyarakat

Cigugur-Kuningan dalam pelestarian lingkungan hidup sebagai sumber belajar

geografi. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam isi tesis ini, maka

penulis memberikan penjelasan tentang pokok bahasan dalam penelitian ini.

(17)

1. Kearifan lokal

Kearifan lokal dalam bahasa inggris disebut dengan local wisdom atau

genius local. Kearifan lokal merupakan suatu pengetahuan dan pandangan

hidup yang genuine dari masyarakat setempat dalam hubungannya dengan

pemenuhun kebutuhan hidupnya baik secara moral maupun materi.

Kearifan lokal merupakan jembatan dari masa lalu ke generasi sekarang,

disebutkan demikian karena kearifan lokal merupakan suatu konsep, ide,

gagasan yang senantiasa dijaga dan ditanamkan pada generasi berikutnya

sehingga sehingga dapat membertuk keselarasan dalam hidup mereka

baik dengan sesama maupun alam lingkungannya.

2. Lingkungan hidup

Lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan ruang dengan semua benda,

daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya

yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup. Pada penelitian ini mengkaji hubungan

manusia dengan lingkungan sekitarnya. Kajian itu berisi tentang

fenomena lingkungan fisik dan perilaku manusia yang mencerinkan

kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup.

3. Pelestarian lingkungan hidup

Pelestarian lingkungan berhubungan dengan etika lingkungan. Etika

lingkungan berisi tentang bagaimana cara dan solusi kita dalam

mengelola lingkungan sekitar kita. Indonesia merupakan salahsatu negara

yang mendukung dalam pelestarian lingkungan hidup yaitu melalui

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang itu

berisi tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan sekitar sehingga

terwujud kelestarian lingkungan hidup.

4. Masyarakat Cigugur-Kuningan

Cigugur merupakan suatu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten

Kuningan. Pada wilayah kecamatan Cigugur ini terdapat masyarakat adat

(18)

tatali paranti karuhun (warisan budaya leluhur). Tradisi yang menonjol

dari masyarakat AKUR Cigugur adalah tradisi dalam mengolah sawah

dan Upacara Seren Taun. Tradisi tersebut mengandung makna yang

berhubungan dengan kelestarian lingkungan hidup sekitarnya.

5. Sumber belajar geografi

Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang berada diluar peserta didik

dan bertujuan untuk memudahkan peserta didik memehami suatu materi

pelajaran. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari fenomena geosfer.

Berdasarkan pengertian geografi tersebut maka sumber belajar geografi

sangat luas sehingga segala sesuatu yang ada di bumi ini merupakan

sumber belajar geografi, baik itu fisik ataupun aktivitas manusia.

Penelitian ini bertujuan menggali nilai-nilai kearifan lokal dari suatu

masyarakat kemudian menjadikannya sebagai sumber belajar geografi.

nilai-nilai kearifan lokal yang ditemukan dalam penelitian ini kemudian

diidentifikasi berdasarkan ciri dan jenis sumber belajar, sesudah itu

memberikan masukan pada cara penggunaannya dalam pembelajaran

geografi.

F. Kerangka Penelitian

Sesuai dengan permasalahan, tujuan, kajian teori dalam penelitian ini.

(19)
(20)

Pada diagram berikut digambarkan bahwa nilai-nilai kearifan lokal

khususnya dalam hal pelestarian lingkungan yang ada pada masyarakat

Cigugur yang tertuang dalam nilai, tradisi dan kepercayaan masyarakat

tersebut. Nilai, tradisi, dan kepercayaan yang ada pada masyarakat Cigugur

dan merupakan kearifan lokal masyarakat tersebut tidak terlepas dari

tantangan baik itu berasal dari dalam (Internal) maupun dari luar (eksternal).

Untuk mengatasi tantangan tersebut maka perlu adanya upaya dalam

menegakkan nilai-nilai kearifan lokal tersebut, hal ini bertujuan untuk

menjaga nilai kearifan lokal tersebut sehingga terjadi keseimbangan hidup

antara manusia dengan alam lingkungan sekitarnya. Menjaga nilai-nilai

kearifan lokal merupakan tanggung jawab semua stakeholder masyarakat dan

semua bidang termasuk bidang pendidikan. Dalam penelitian ini yang

bertujuan menggali nilai-nilai kearifan lokal yang ada pada masyarakat

Cigugur dan dijadikan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran di sekolah

terutamanya dalam mata pelajaran Geografi tingkat SMA.

Pembelajaran geografi yang bersumber pada nilai-nilai kearifan lokal

masyarakat Cigugur dan merupakan masyarakat Sunda, hal ini bertujuan

untuk membentuk karakter peserta didik dan generasi yang akan datang

sehingga penelitian ini dapat menjawab tantangan global ditengah krisis

karakter bangsa yang dialami oleh negara ini. Melalui Pendidikan Geografi

terutamanya dalam materi pelestarian lingkungan hidup, peserta didik

diharapkan dapat memahami arti pentingnya pelestarian lingkungan melalui

pendekatan nilai-nilai kearifan lokal, sehingga mereka mempunyai wawasan

yang luas dan modern dalam pendidikan namun mereka juga tetap memegang

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian terhadap Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Cigugur

Sebagai Sumber Belajar Geografi menggunakan pendekatan kualitatif yang

bertujuan memahami kegiatan seseorang dalam dalam lingkungannya,

berinteraksi dengan meraka dan berusaha memahami tradisi yang dilakukan

mereka dan mengartikulasikan makna dari tradisi yang mereka lakukan. Hal

ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Syaodih (2007:60) bahwa

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan

dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap kepercayaan,

persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.

Berkenaan dengan permasalahan yang dibahas dan tujuan yang ingin

dicapai oleh penulis, maka penelitian yang dilakukan ini dilakukan dengan

metode etnopedagogi. Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan cara

hidup masyarakat yang menjadi subjek penelitian berupa tradisi yang

lakukan, kemudian mengeksplanasi secara detail tentang tradisi yang

dilakukannya, selanjutnya direkonstruksi berdasarkan partisipasi secara

alamiah. Berdasakan kajian tersebut diharapkan akan memperoleh gambaran

tentang nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur yang selanjutnya dapat

dipublikasikan kepada generasi muda melalui dunia pendidikan terutamanya

pembelajaran geografi. Penerapan penelitian ini pada pembelajaran geografi

dilakukan dengan cara mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat

Cigugur-Kuningan berdasarkan ciri-ciri sumber belajar, setelah itu

mengklasifikasikannya berdasarkan jenis sumber belajar yang tepat dalam

pembelajaran geografi.

(22)

B. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan metode etnopedagogi. Menurut Bungin

(2011:42) mengemukakan tentang pendekatan penelitian kualitatif bahwa :

“Penelitian Kualitatif lahir dan berkembang biak dari tradisi (main stream) ilmu-ilmu sosial Jerman yang sarat diwarnai pemikiran filsafat ala Platonik sebagaimana yang kental tercermin pada pemikiran Kant maupun Hegel. Penelitian kualitatif ini sangat kental diwarnai oleh aliran filsafat idealisme, rasionalisme, humanisme, fenomenologisme, dan interpretivisme yang digunakan untuk dapat memahami fenomena sosial (tindakan manusia)”.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka penelitian yang dilakukan oleh penulis

tentang nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur sebagai sumber belajar

geografi ini dilakukan dengan cara menggunakan pendekatan kualitatif. Ada

beberapa pertimbangan dalam menggunakan pendekatan kualitatif ini, yaitu :

(1) metode ini menyajikan hubungan langsung antara peneliti dengan

responden; (2) metode kualitatif ini lebih peka terhadap pola-pola nilai yang

akan digali.

Pendekatan kualitatif ini menggunakan metode etnopedagogi.

Alwasilah (2009 : 50) mengemukakan tentang metode etnopedagogi bahwa :

Etnopedagogi adalah praktek pendidikan berbasis kearifan lokal dalam berbagai aspek kehidupan. Etnopedagogi memandang pengetahuan atau kearifan lokal (indigenous knowledge, local wisdom) sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan untuk kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal adalah koleksi fakta, konsep, keyakinan, dan persepsi masyarakat terhadap lingkungan mereka.

Merujuk pada pernyataan diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan cara

memusatkan perhatian dan mendokumentasikan dengan cara observasi

partisipan, wawancara mendalam, diskusi dan mendokumentasikannya yang

berasal dari proses yang berkaitan dengan tradisi sehari-hari masyarakat

Cigugur, kemudian mengartikulasikan makna dari tradisi yang mereka

(23)

C. Partisipasi Observasi

Penelitian kualitatif ini mempunyai beberapa langkah, sehingga penulis

harus menempuh langkah-langkah tersebut. Adapun langkah-langkah

penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012:12) adalah sebagai berikut :

- Pertama, tahap orientasi atau deskripsi. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan.

- Kedua, tahap reduksi/fokus. Pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama. Pada tahap reduksi ini, peneliti mereduksi data yang ditemukan pada tahap I untuk memfokuskan pada masalah tertentu. Pada tahap reduksi ini peneliti menyortir data dengan cara memilih mana data yang menarik, penting, berguna dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka data-data tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian.

- Ketiga, tahap ini disebut dengan tahap selection (seleksi). Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci.

Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka pada tahap pertama peneliti

mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan ditanyakan

kepada informan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan pokok

dan informan pangkal yang mengetahui tentang tradisi yang ada di

masyarakat Cigugur. Tahap selanjutnya peneliti mereduksi dan mulai fokus

pada kajian yang akan dibahas. Data yang berhubungan dengan tradisi

masyarakat Cigugur simpan dan data yang tidak berhubungan dengan kajian

yang dibahas disingkirkan untuk selanjutnya dikelompokkan sebagai data

yang menunjang kajian penelitian tersebut. Tahap selanjutnya adalah tahap

seleksi, pada tahap ini penulis menguraikan secara fokus dan menjadi lebih

rinci tentang kajian yang akan dibahasnya.

Pada penelitian ini, setting yang menjadi subjek penelitian dibiarkan

secara alamiah (natural), artinya penulis tidak melakukan perlakuan apapun

terhadap mereka. Tetapi peneliti turut ikut dalam kegiatan mereka (observasi

partisipan), tujuannya adalah untuk mengetahui dan menelaah proses yang

(24)

mengkajinya sehingga ditemukan gagasan-gagasan atau ide baru yang

didengar dan dirasakan oleh peneliti. Pada penelitian ini berupaya

menampilkan masukan, pendapat, dari informan yang dianggap mampu

memberikan informasi. Selanjutnya dilakukan triangulasi, menurut Sugiyono

(2012:83) triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada. dengan melakukan triangulasi, diharapkan dapat memberikan

makna yang sesuai kajian yang dirancang peneliti, yang bersumber pada

instrumen yang berkembang dilapangan.

D. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Kecamatan

Cigugur, Kabupaten Kuningan. Kecamatan Cigugur terdiri dari 5 Desa dan 5

Kelurahan yaitu Desa Puncak, Desa Cileuleuy, Desa Babakanmulya, Desa

Cisantana, Desa Gunungkeling, Kelurahan Cigugur, Kelurahan Cigadung,

Kelurahan Sukamulya, Kelurahan Winduherang, dan Kelurahan Cipari. Batas

wilayah Kecamatan Cigugur adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kramatmulya

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kadugede

- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Majalengka

- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kuningan

Kecamatan Cigugur berjarak 3,5 km dari pusat ibu kota Kabupaten

Kuningan. Luas Kecamatan Cigugur sekitar 3.369.576 Ha. Jumlah penduduk

Kecamatan Cigugur sebesar 43.600 jiwa (tahun 2011) yang terdiri dari 12.324

KK dan sebagian besar mata pencaharian masyarakat Cigugur adalah sebagai

petani. Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah para

informan yang dapat memberikan informasi tentang kearifan lokal

(25)

E. Subjek Penelitian dan Waktu Penelitian

Informan yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini terbagi

menjadi dua yaitu informan pokok dan informan pangkal. Informan pokok

dalam penelitian ini adalah orang yang memahami kearifan lokal yang ada

pada masyarakat Cigugur, kemudian informan pangkalnya adalah orang yang

mampu memberikan perluasan, pelengkap atas informasi yang diperoleh

sehingga informasi semakain detail dan mendalam. Setiap informan harus

memiliki karakteristik yang baik, untuk itu kita harus tahu tentang ciri-ciri

informan yang baik. Ciri-ciri informan yang baik menurut Hermanto (2012 :

7) adalah :

1. Informan harus memiliki data informasi potensial atas budaya yang dimilikinya melalui proses enkulturasi.

2. Informan harus memiliki keterlibatan langsung dalam masalah penelitian.

3. Memiliki ketersediaan waktu banyak dalam memberikan data informasi.

4. Informan yang baik menyampaikan apa yang mereka ketahui dan alami dalam bahasanya sendiri serta harapannya.

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposif.

Menurut Bungin (2011:107) mengemukakan bahwa prosedur purposif adalah

salah satu strategi yang paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu

menemtukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria

terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu. Penentuan informan

secara purposif ini dianggap bahwa informan yang dipilih tersebut mewakili

masyarakat yang bersifat homogen. Informan penelitian ini terdiri dari

informan pokok dan informan pangkal. Informan pokok dalam penelitian ini

terdiri dari pupuhu adat AKUR, Ketua Adat AKUR, warga pendatang yang

menikah dengan warga AKUR. Sedangkan informan pangkalnya adalah Ais

Pangampih AKUR, anggota pemuda adat AKUR, warga diluar masyarakat

AKUR Cigugur yang memiliki pengetahuan, dan guru geografi SMA N 1

(26)

Tabel. 4 Kategori Informan

No Informan Pokok Informan Pangkal

1 Pupuhu Adat AKUR Cigugur Ais Pangampih

2 Ketua Pemuda adat AKUR

Cigugur

Anggota Pemuda adat AKUR

Cigugur

3 Warga AKUR Cigugur - Warga diluar AKUR Cigugur

yang memiliki pengetahuan

tentang tradisi daerah Cigugur

- Guru geografi SMA N 1

Cigugur

Sumber : Rancangan Peneliti, 2013

Berdasarkan tabel diatas, maka dalam penelitian ini yang menjadi subjek

penelitian terdiri dari dua kategori informan yaitu informan pokok dan

informan pangkal. Informan pokok adalah orang-orang yang menjadi sumber

informan utama yang dapat memberikan data atau keterangan tentang

penelitian ini, kemudian informan pangkal adalah terdiri dari orang-orang

yang menerima pengetahuan dari informan pokok dan diharapkan dapat

memberikan keterangan dalam penelitian ini. Sehingga diharapkan dengan

adanya pembagian informan baik informan pokok ataupun informan pangkal

maka penelitian ini diharapkan dapat menyajikan data yang valid tentang

nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur yang dimplementasikan sebagai

sumber belajar geografi. adapun diagram informan dalam penelitian ini

(27)

Keterangan :

= kegiatan pengumpulan data pada informan pokok

= kegiatan pengumpulan data pada informan pangkal

= hasil pengumpulan data dari informan pokok dan pangkal

Gambar 4

Diagram kegiatan penelitian pada informan pokok dan informan pangkal

Diagram diatas merupakan rangkaian kegiatan dalam pengumpulan data

terhadap informan pokok dan informan pangkal. Proses pengambilan data

dimulai dari informan pangkal, setelah mendapat data dari informan pangkal Informan pangkal 8 Informan pangkal 7 Informan pangkal 6 Informan pokok 3

Informan pangkal 5 Peneliti

Informan pokok 2

Informan pangkal 4 Informan pangkal 3 Informan pokok 1

(28)

tersebut kemudian penulis melakukan pengumpulan data dari informan

pokok. Data yang didapat dari informan pokok kemudian di kroscek lagi ke

informan pangkal yang lainnya, setelah itu data yang di dapat di kroscek lagi

ke informan pokok yang lainnya. Setelah data yang didapatkan cukup

memenuhi harapan penulis, selanjutnya penulis melakukan analisis data

melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada masyarakat AKUR Cigugur,

Keluruhan Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Waktu

penelitian diawali dengan survey awal ke lokasi penelitian yaitu pada bulan

september-nopember 2012 yang bertujuan untuk penyusunan proposal yang

ditampilkan pada mata kuliah kajian mandiri. Kemudian ditindaklanjuti

dengan penelitian yang bertujuan untuk pembuatan tesis yang dilakukan dari

bulan Januari-Mei 2013.

Berdasarkan tabel diatas maka waktu tahapan penelitian ini menggambarkan

aktivitas penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian diawali dengan

survey awal yang bertujuan untuk mencari bahan dalam penyusunan proposal

untuk kajian mandiri yang dilakukan pada bulan september sampai nopember

2012. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi proposal pada mata kuliah

(29)

penulis menindaklanjuti proposal tersebut menjadi tesis melalui proses

pembimbingan dengan dosen pembimbing. Tahap pertama dalam penyusunan

tesis ini adalah pada tahap pengumpulan data yang dilakukan pada bulan

januari sampai maret 2013, kemudian dilanjutkan pada tahap kedua yang

tahap mereduksi data yang dilakukan pada bulan april, dan tang terakhir

adalah tahap seleksi data dan analisis data yang dilakukan pada bulan mei

2013. Setelah selesai penulis mengajukannya untuk diujikan pada sidang

tahap 1.

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahapan Pengumpulan Data

Setelah menentukan informan penelitian dan waktu pengumpulan

data, maka selanjutnya peneliti melaksanakan penelitian ke lapangan.

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil

penelitian, yaitu instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah

peneliti itu sendiri. Karena itu, peneliti harus benar-benar memahami

penelitian kualitatif, penguasaan materi, wawasan terhadap bidang yang

diteliti, serta kesiapan dalam memasuki lapangan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa suksesnya penelitian kualitatif jika peneliti itu

benar-benar memahami kondisi apa yang ditelitinya karena peneliti adalah

sebagai instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Adapun tahapan

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Data diambil langsung dari lapangan dengan setting yang alami

tanpa treatment (perlakuan) peneliti, sehingga data yang didapat

berupa data alami (natural) dari kebiasaan masyarakat yang menjadi

subjek penelitian.

b) Sumber data ditentukan secara purposif, karena sumber data sangat

tergantung pada pertimbangan kelengkapan informasi atau data yang

(30)

dapat diteruskan sampai tercapainya taraf reduksi, mengalami tahap

kejenuhan.

c) Peneliti sebagai instrumen penelitian, dalam penelitian ini

pengambilan data dilakukan langsung oleh peneliti sehingga tidak

menggunakan instrumen penelitian. Kalaupun ada, bentuknya sangat

abstrak sehingga mudah dikembangkan di lapangan. Peneliti

langsung mengumpulkan data dengan metode-metode partisipatif,

seperti wawancara mendalam dan observasi partisipatif (Bungin,

2011:133)

d) Penelitian yang dilakukan lebih mengarah pada proses, sehingga data

yang didapat bersifat deskriptif analitik. Data tersebut memuat

analisis dari tradisi yang menjadi kebiasaan sehari-hari masyarakat

AKUR yang menjadi subjek penelitian.

e) Analisis data secara induktif, artinya penelitian ini lebih bersifat

mementingkan makna dan pemahaman yang mendalam tentang

makna yang ada dibalik simbol dari tradisi tersebut.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah observasi partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Hal

ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bungin (2011:79) bahwa :

penelitian kualitatif menggunakan metode pengumpulan data seperti

wawancara yang mendalam (in-depth interview), observasi partisipan

(participant observer), dan lain-lain.

Teknik wawancara mendalam (in-depth interview) menurut

Bungin (2011:111) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan

atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara

dan informan terlibat dalam keterlibatannya dalam kehidupan informan.

Teknik ini dilakukan dengan tujuan menggali data yang berasal dari

(31)

Pengambilan informan secara purposif dilakukan karena peneliti

menganggap informan tersebut dapat memberikan masukan data yang

dibutuhkan oleh peneliti. Wawancara secara mendalam dilakukan secara

berulang-ulang dalam jangka waktu yang relatif lama dan peneliti ikut

masuk dalam kegiatan informan tersebut. Pada pelaksanaannya

wawancara yang dilakukan bersifat terbuka, hal ini bertujuan

memberikan kebebasan kepada informan sehingga informan tidak merasa

kaku dan informan dapat memberikan pandangannya secara bebas

tentang kajian yang ditanyakan oleh peneliti.

Teknik lainnya yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi

partisipan (partisipant observer). Menurut Bungin (2011:118) observasi

partisipan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan atau penginderaan.

Berdasarkan pengertian tersebut maka observasi partisipan (partisipant

observer) kategori dalam kegiatan pengumpulan data penelitian. Kriteria

pengumpulan data dalam penelitian ini menurut Bungin (2011:118)

adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius.

b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

c. Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian.

d. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya.

Ketika melakukan observasi dan wawancara yang mendalam, penulis

mendokumentasikannya dengan menggunakan alat perekam. Menurut

Setiawan (2012:83) ada dua dimensi rekaman data yaitu fidelitas dan

struktur. Fidelitas mengandung arti sejauh mana bukti nyata di lapangan

disajikan (berupa rekaman audio-visual memiliki fidelitas yang tinggi,

(32)

struktur menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi dilakukan

secara sistematis dan terstruktur.

Pada penelitian ini yang termasuk rekaman penelitian jika dilihat

dari sumber datanya merupakan sumber data primer. Sumber data primer

yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada peneliti

sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh

melalui studi dokumentasi berupa catatan penelitian terdahulu atau data

dari berbagai jurnal, makalah atau karya tulis ilmiah lainnya.

Setelah melakukan wawancara mendalam, observasi partisipan,

dan dokumentasi selanjutnya penulis melakukan triangulasi untuk

menentukan data yang berkaitan dengan kajian yang sedang kita teliti.

Triangulasi merupakan bagian dari pemeriksaan dan keabsahan data.

Menurut Sugiyono (2012:83) triangulasi adalah teknik pengumpulan data

yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data

dan sumber data yang telah ada. berdasarkan pernyataan tersebut maka

teknik triangulasi ini digunakan bertujuan untuk menggabungkan data

yang sudah penulis dapatkan melalui cara wawancara, observasi

partisipan, dan dokumentasi sehingga didapatkan data yang sesuai

dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Untuk lebih lanjutnya

penulis mengilustrasikan proses pengumpulan data dengan menggunakan

teknik yang telah ditentukan, ilustrasi dari teknik pengumpulan data itu

(33)

Gambar 5

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tujuan menggali nilai-nilai

tradisi yang ada di Cigugur khususnya masyarakat AKUR. Data tersebut

bersumber pada informan yang mengetahui tradisi yang ada di Cigugur

Kuningan terutamanya dalam mengelola lahan dan tradisi seren taun.

sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 informan yaitu

informan pokok (pupuhu AKUR, warga AKUR Cigugur) dan informan

pangkal (Ais pangampih, warga Cigugur, Guru SMA N 1 Cigugur).

Teknik wawancara dilakukan dengan cara menemui informan tersebut

dan menanyakan tentang tradisi yang dilakukannya dan makna yang

terkandung dalam tradisi tersebut. Observasi partisipan dilakukan cara

mengamati kondisi lingkungan masyarakat AKUR Cigugur.

Dokumentasi dilakukan melalui dua cara yaitu merekam hasil wawancara

peneliti dengan informan dan studi dokumentasi tentang masyarakat

AKUR Cigugur. Untuk memudahkan dokumentasi maka diperlukan alat

bantu dalam memudahkan penelitian ini. Alat bantu yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

a. Lembar catatan penelitian, berfungsi untuk mencatat semua

percakapan dari fenomena yang ditemukan dilapangan. Observasi

partisipan

Triangulasi

Dokumentasi Wawancara

mendalam

informan

(34)

b. Kamera digital, berfungsi untuk mendokumentasikan fenomena di

lapangan berupa gambar.

c. Alat perekam, berfungsi sebagai alat bantu dalam

mendokumentasikan ketika mengadakan wawancara dengan

informan.

Setelah menggunakan alat bantu dalam penelitian ini, diharapkan dapat

menghasilkan sumber data yang sesuai tujuan yang akan digali dari

penelitian tersebut.

G. Teknik Analisis Data

Pada analisis data ini menggunakan analisis data induktif yang merujuk

pada Bungin (2011:148), tahapan analisis data induktif ini adalah sebagai

berikut :

1. Melakukan pengamatan terhadap fenomena sosial, melakukan identifikasi, revisi-revisi, dan pengecekan ulang terhadap data yang ada

2. Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh 3. Menelusi dan menjelaskan kategorisasi

(35)

BERAKHIR MEMULAI

Sumber : Bungin (2011 : 148)

Gambar 6

Model langkah analisis induktif

Berdasarkan gambar 6 tentang model langkah analisis induktif tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa analisis dalam penelitian ini melalui beberapa

tahapan. Dimulai dari pengamatan dan identifikasi sampai pada pemaknaan

dari data yang ada. setelah itu dianalisis dengan strategi analisis data kualitatif

verifikatif.

Strategi analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

strategi analisis data kualitatif-verifikatif. Bungin (2011:151) berpendapat

bahwa :

“Strategi analisis data kualitatif-verifikatif adalah sebuah upaya analisis induktif terhadap data penelitian yang dilakukan pada seluruh proses penelitian yang dilakukan, format penelitian kualitatif-verifikatif mengkonstruksi format penelitian dan strategi untuk lebih awal memperoleh data sebanyak-banyaknya di lapangan dengan mengesampingkan pesan teori, dengan kata lain peran data lebih penting dari teori itu sendiri”.

Strategi analisis data kualitatif-verifikatif menggunakan teknik analisis isi

(content analysis). Teknik ini akan memaparkan secara detail mengenai

tradisi yang dilakukan oleh objek penelitian sehingga dapat ditemukan data

(36)

yang sahih. Adapun Alur analisis dengan menggunakan analisis isi menurut

Bungin (2011:167) adalah sebagai berikut :

Sumber : Bungin (2011 : 167)

Gambar. 7

Teknik Content Analysis

Berdasarkan pada pernyataan tersebut maka penelitian ini menggali data

tentang fenomena atau tradisi yang ada pada masyarakat AKUR Cigugur

secara detail dan menyeluruh yang berupa simbol atau lambang , kemudian

memaknai arti yang ada dibalik tradisi tersebut, kemudian mengidentifikasi

temuan nilai-nilai dibalik lambang dan simbol dari tradisi tersebut untuk

dijadikan sebagai sumber belajar geografi.

Aktifitas analisis data penelitian ini dilakukan secara interaktif dan

berlangsung terus menerus sampai datanya jenuh. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Miles dan Huberman (1992:12) mengemukakan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus, sampai datanya jenuh. Aktifitas dalam

analisis data yaitu reduction, data display, dan conclusion

drawing/verivication. Langkah-langkah analisisnya dapat dilihat pada alur

dibawah ini :

Prediksi / menganalisis data Menemukan

lambang / simbol

(37)

Reduksi Data

Antisipasi Selama Setelah

Display Data

Selama Setelah ANALISIS

Kesimpulan / verifikasi

Sumber : Miles & Huberman (1992:20)

Gambar. 8

Periode Pengumpulan Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul

dari berbagai sumber yaitu hasil wawancara, pengamatan yang sudah

dituliskan dalam catatan lapangan, dokumentasi, foto, video, dan lain-lain.

Catatan dibedakan melalui catatan deskriptif dan catatan reflektif. catatan

deskriptif lebih menyajikan kejadian-kejadian yang berlangsung dalam

penelitian sedangkan Catatan reflektif lebih menonjolkan tentang kerangka

pikiran, ide sehingga isinya menampilkan komentar dari penulis terhadap

fenomena yang ada. Setalah dipelajari dan ditelaah, maka langkah

selanjutnya adalah mereduksi data sehingga akhirnya membuat abstraksi.

Abstraksi adalah usaha membuat rangkuman inti dari penelitian tersebut.

Kemudian langkah selanjutnya adalah menyusun satu persatu dan

kategorisasi dan langkah terakhir adalah menafsirkan makna dari data

(38)

H. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data dilakukan untuk mengetahui kredibilitas dari

data tersebut. Kredibilitas data tersebut menunjukkan kebenaran dari

penelitian tersebut. Hal ini penting karena penelitian kualitatif sering

diragukan kebenarannya, yang disebabkan oleh beberapa hal : (1) adanya

subjektifitas peneliti dalam penelitian tersebut; (2) teknik pengumpulan data

melalaui wawancara dan observasi; (3) sumber data yang kurang kredibel

akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Untuk menghindari hal tersebut

maka digunakanlah uji keabsahan data yang tujuannya untuk mengetahui

kredibilitas dari data tersebut. Pada penelitian ini untuk mengetahui

kredibilitas data maka dilakukan teknik-teknik perpanjangan keikutsertaan

peneliti di lapangan, ketekunan pengamatan, triangulasi (sumber data,

metode, teori dan peneliti), pengecekan melalui diskusi, kecukupan referensi,

kajian kasus negatif, pengecekan anggota.

Setelah itu dilanjutkan dengan pengecekan, hal ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui transfernability, dependability, dan confirmability.

Untuk menajamkan pengecekan data, peneliti berusaha meningkatkan

ketelitian dari data yang sudah diperoleh, kemudian melakukan reduksi data

dengan menggunakan metode triangulasi, mendiskusikannya dengan orang

yang faham mengenai penelitian ini. Transfernability dilakukan untuk

mengetahui kebermanfaatan dari hasil penelitian ini pada situasi lainnya.

Harapannya hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pengguna penelitian,

penelitian ini memberikan gambaran dan pemahaman yang luas mengenai

fokus penelitian. Dependability bertujuan untuk meninjau hasil penelitian

yang berdasarkan konsistensi pengumpulan data, penerapan konsep-konsep,

memaknai data yang ada, dan akhirnya sampai pada pengambilan

kesimpulan. Sedangkan confirmability bertujuan untuk mengkonfirmasikan

data yang ada kepada sumbernya sehingga data yang didapatkan menjadi

valid dan penelitian ini teruji kebenarannya. Langkah-langkah diatas

bertujuan untuk mengetahui kredibilitas data sehingga penelitian ini teruji

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam hasil penelitian dan

pembahasan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tatali paranti

karuhun (warisan budaya leluhur) yang merupakan tradisi masyarakat AKUR

(Adat Karuhun Urang) Cigugur dalam mengelola lahan sawahnya dan Upacara

Seren Taun mengandung nilai-nilai kearifan dalam menjaga keharmonisan

hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya, sehingga dapat

mewujudkan kelestarian lingkungan.

Nilai yang masih dipegang teguh oleh masyarakat AKUR Cigugur

merupakan suatu kearifan lokal (local wisdom) yang merupakan tuntunan dalam

kehidupan mereka. Masyarakat AKUR memiliki tradisi dalam mengelola lahan

terutama sawah. diawali pada waktu tandur (menanam padi) mereka selalu

menyiapkan paramodana (sesajian) dan mendasarkan pada palintangan

(perhitungan-perhitungan). Hal serupa juga dilakukan pada waktu mipit/dibuat

(panen), mereka selalu menyiapkan paramodana (sesajian) dan palintangan

(perhitungan-perhitungan) dan masyarakat AKUR tidak memusnahkan hama yang

ada, tetapi menempatkan hama pada tempat yang semestinya dengan

menggunakan sanduk-sanduk papalaku (Doa) yang merupakan bentuk saling

menghormati antara makhluk yang satu dengan yang lainnya. Pada masyarakat

AKUR ada sebuah ungkapan yang mendasari tentang hubungan antara manusia

dengan alam lingkungannya. Ungkapan tersebut adalah gumulung sabudeur awun,

gumanti sabumi manik, gelar patarema rasa, sampurna jatining sunda. Ungkapan

tersebut mengadung makna tentang adanya keselarasan antara manusia dengan

makhluk lainnya dan alam lingkungannya, sehingga setiap tindakan yang

dilakukan oleh masyarakat AKUR selalu didasarkan pada keselarasan dan

keserasian untuk mewujudkan keseimbangan hidup. Tradisi yang dilakukan dalam

kegiatan mengolah sawah diaktulisasikan dalam Upacara Seren Taun. Kegiatan

(40)

telah diterima dalam kehidupan ini. Setiap rangkaian Upacara Seren Taun

merupakan kegiatan dalam mengolala lahan yang mengutamakan keselarasan

dengan alam, sehingga Upacara Seren Taun ini mengandung makna dan petuah

dalam kehidupan untuk lebih mengutamakan keselarasan hubungan antara

manusia dengan alam untuk mewujudkan kelestarian lingkungan.

Tradisi yang ada tersebut hendaknya perlu dilestarikan sehingga generasi

muda dapat mengenal dan mengetahui makna di balik tradisi tersebut. Salah satu

cara dalam menegakkan tradisi tersebut adalah melalui pembelajaran di sekolah.

Tujuan dari pembelajaran yang bersumber pada budaya lokal adalah membentuk

karakter peserta didik yang sesuai dengan jati dirinya. Karena itu, diperlukan guru

yang kreatif dan inovatis sehingga dapat mengajarkan materi pelajaran yang

bersumber pada nilai-nilai tradisi masyarakat setempat.

Nilai-nilai yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain adalah Nilai

integritas keruangan, Nilai adaptasi ekologi, Nilai keselarasan, Nilai

keseimbangan, Nilai kesinambungan, Nilai ketaatan, Nilai kebersamaan, Nilai

gotong royong, dan Nilai budaya. Nilai-nilai yang masih dipegang teguh oleh

masyarakat AKUR Cigugur dapat dijadikan sebagai sumber belajar geografi

terutamanya dalam materi lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan

lingkungan pada kelas XI semester II. Masukan dalam pembelajaran geografi

dapat berupa identifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat AKUR yang

dijadikan sebagai sumber belajar geografi. Identifikasi nilai-nilai kearifan lokal

berdasarkan ciri-ciri sumber belajar, setelah itu mengklasifikasikannya kedalam

jenis sumber belajar. Hasil penelitian ini memberikan gambaran cara penggunaan

nilai-nilai kearifan lokal tersebut dalam pembelajaran geografi bertujuan supaya

peserta didik lebih aktif dalam mengeksplorasi materi lingkungan hidup dan

pembangunan berwawasan lingkungan yang berdasarkan tradisi pengelolaan

lingkungan yang ada di sekitar mereka. Penelitian ini diharapkan memberikan

inovasi dalam pembelajaran geografi sehingga peserta didik memperoleh

informasi dan pemahaman langsung dari lapangan tentang tradisi yang ada dalam

(41)

keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya untuk

mewujudkan kelestarian lingkungan.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan temuan dalam penelitian, pembahasan temuan penelitian, dan

kesimpulan di atas, maka ada beberapa rekomendasi yang dapat penulis

sampaikan dalam penelitian ini. Adapun rekomendasi tersebut adalah sebagai

berikut :

- Diperlukannya penelitian lebih lanjut tentang tradisi yang ada pada

masyarakat AKUR Cigugur baik itu tentang pengelolaan lingkungan, upacara

adat, dan kesenian-kesenian lainnya. Semakin banyak penelitian yang

menggali nilai-nilai masyarakat adat yang dijadikan sumber belajar

khususnya mata pelajaran geografi, maka semakin banyak pula bahan ajar

dalam pelajaran geografi sehingga tidak terpaku pada buku teks dan ilmuwan

asing.

- Bagi sesepuh adat dan masyarakat AKUR (Adat karuhun Urang) Cigugur

agar senantiasa menjaga tradisi yang telah mereka jalankan secara turun

menurun, sehingga kelestarian alam lingkungan ini dapat terjaga dengan baik,

selain itu juga menjadi daya tarik tempat wisata budaya dan menjadi tempat

penelitian dari berbagai peneliti.

- Adanya penelitian lebih lanjut dari penelitian ini terutama dalam

mengimplemetasikan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur dalam

pembelajaran geografi melalui model dan metode yang tepat dalam

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, Kusnaka. (2008). Dinamika Budaya Lokal. Bandung : CV Indra Prahasta dengan Pusat Kajian LBPB.

Adiwikarta, S. (1988). Sosiologi Pendidikan : Isyu dan Hipotesis tentang Hubungan Pendidikan dengan Masyarakat. Jakarta : PPLPTK Dirjen Dikti, Depdikbud.

Alwalsilah, Chaedar.A. dkk. (2009). Etnopedagogi : Landasan Praktek Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung : PT Kiblat Utama.

Bintarto, R Surastopo Hadisumarno. (1991). Metode Analisis Geografi. Jakarta : LP3ES

Budiyono. (2007). Nilai-Nilai Kepribadian dan Perjuangan Bangsa Indonesia. Bandung : Alfabeta.

Bungin, Burhan. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer). Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Fraenkel J,R. (1977). How to Teach About Values, An Analytic Approach. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Marfai, Aris, Muh. (2012). Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal. Yogyakarta : Gadah Mada University Press.

Miles, Matthew dan Huberman, Michael. (1992). Analisa Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Mulyana, Rohmat. (2011). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : CV. Alfabeta.

Murtiyoso, S. (1994). Klasifikasi Lahan Pada Masyarakat Sunda Kuno, Sangyang Siksakanda Ng Karesian. Dalam K.Adimihardja (ed), Sistem Pengetahuan dan Teknologi Rakyat : Subsistensi dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan di Kalangan Masyarakat Sunda di Jawa Barat. Bandung: Ilham Jaya Pp. 61-70.

Mutakin, Awan. (2005). Nilai-Nilai Kearifan Adat dan Tradisi Di Balik Simbol (Totem) Kuda Kuningan. Kuningan : Universitas Pendidikan Indonesia.

(43)

Mutakin, Awan dan Gurniwan KP. (2006). Geografi Budaya. Bandung : Buana Nusantara.

Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam konteks Strategi Pembelajaran. Bandung : Buana Nusantara.

Pasya, Gurniwan K. (2002). Geografi : Pemahaman Konsep dan Metodelogi. Bandung : Buana Nusantara.

Rohani, Ahmad. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Roselle, D, ed. (1987). Voices of Social Education 1937-1987 : national Council for the Sosial Studies. New york : macmilan.

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV. Alfabeta.

Salim, Emil. (1991). Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Mutiara Sumber; Penabur Benih Kecerdasan.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.

Sudjana, Nana dan Rivai Akhmad. (1991). Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung : Alumni.

_________________. (1989). Studi lingkungan Hidup. IKAPI

_________________. (1996). Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta.

__________________. (1997). Metodelogi Pengajaran Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.

Syaodih, Nana. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Program Pascasarjana UPI dan Remaja Rosdakarya

(44)

Jurnal :

Iskandar, Johan. (2011). Upaya Pelestarian Tatar Sunda. Bandung : Yayasan Rancage (Konferensi Internasional Budaya Sunda II Revitalisasi Budaya Sunda : Peluang dan Tantangan Dalam Dunia Global).

Oktaviani, Tia, dkk. (2010). Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di Kampung Kuta. Bogor : Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.

Sartini. (2004). “Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafati”. Jurnal Filsafat. Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2. Yogyakarta : UGM.

Makalah :

Suprijoko, K. (2003). Sistem Pendidikan Nasional dan Peran Budaya Dalam Pembangunan Berkelanjutan. Makalah pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII. Denpasar : 14 – 18 Juli 2003.

Tesis/Disertasi :

Darsono. (1999). Penggunaan Media Pengajaran Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS di Skolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas tentang Penggunaan Media Pengajaran Berupa Gambar Diam dan Lingkungan Sekitar Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS Pokok Bahasan Lingkungan Sekitar, Sub Pokok Bahasan Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Rumah Pada Kelas III SDS Al Qur’an Metro, Kotif Metro Kabupaten lampung Tengah). Bandung : Tesis Jurusan IPS-UPI.

Hermanto. (2012). Kearifan Lokal Kesatuan Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul (Kajian Etnopedagogi). Bandung : Disertasi Jurusan IPS-UPI.

Hermawan, Iwan. (2008). Kearifan Lokal Sunda Dalam Pendidikan (Kajian Terhadap Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Sunda Dalam Pendidikan IPS di Sekolah Pasundan dan Yayasan Atikan Sunda). Bandung : Disertasi Jurusan IPS-UPI.

Gambar

Tabel 1     Dasasila Masyarakat Baduy Sebagai Kearifan Lokal
Tabel. 4 Kategori Informan
Gambar 4 Diagram kegiatan penelitian pada informan pokok dan
Tabel 5 Waktu Tahapan Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

If weight is in effect, see classification table for the total number..

Car Named Desire” by Tennessee Williams. 2) How deixis is used in the American Play “A Street Car Named Desire” by.

[r]

Peta Pola Minat Biologi Siswa Smp Berdasarkan Gender.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Kami Hari Basuki , ST, MT sebagai Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi masukan atas Tugas Akhir ini.. Ismiyati, MS selaku Dosen Wali penulis yang telah

BAB III : Tanggapan Masyarakat TerhadapKinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam Pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara. Pada bab ini nantinya akan membahas garis

Dikutip dari arsip Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Batu Bara. Oleh karena itu program pembuatan