NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT
CIGUGUR-KUNINGAN DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN
HIDUP SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi sebagian dari
Syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Prgram Studi Pendidikan Geografi
Disusun oleh :
Yuvenalis Anggi Aditya
(1101685)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT
CIGUGUR-KUNINGAN DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI
Oleh
Yuvenalis Anggi Aditya
S.Pd UPI Bandung, 2008
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Geografi
© Yuvenalis Anggi Aditya 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si NIP. 19610323 198603 1 001
Pembimbing II
Prof. Dr. Dede Rohmat, Ir, M.T NIP. 19640603 198903 1 001
Mengetahui
Ketua Prodi Pendidikan Geografi
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT
CIGUGUR-KUNINGAN DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI
Oleh : Yuvenalis Anggi Aditya
Pembimbing : 1. Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. 2. Prof. Dr. Dede Rohmat, Ir. M.T.
Abstrak
Pembentukan karakter peserta didik merupakan tanggung jawab dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Pembentukkan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan cara mengenalkannya pada budaya lokal. Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat lokal mengandung nilai-nilai kearifan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka salah satu upaya dalam membentuk karakter peserta didik adalah menggali nilai-nilai kearifan lokal. Hasil penelitian ini dijadikan sebagai sumber belajar geografi.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal yang ada di masyarakat Cigugur, khususnya masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) dalam bentuk pengelolaan lahan dan tradisi yang ada kemudian mengidentifikasikannya dalam pembelajaran geografi. pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode etnopedagogi. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara yang mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi tentang masyarakat AKUR Cigugur, sehingga penelitian ini dipusatkan pada kegiatan sehari-hari masyarakat AKUR Cigugur dalam mengelola lahan dan hubungannya dengan alam lingkungan sekitarnya berupa tradisi yang masih dipegang teguh oleh masyarakat tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan nilai-nilai kearifan lokal yang berhubungan dalam pelestarian lingkungan hidup. Adapun nilai-nilai yang merupakan temuan dari penelitian ini adalah : Nilai integritas keruangan, Nilai adaptasi ekologi, Nilai keselarasan, Nilai keseimbangan, Nilai kesinambungan, Nilai ketaatan, Nilai kebersamaan, Nilai gotong royong, dan Nilai budaya. Temuan nilai-nilai ini kemudian diidentifikasi menjadi sumber belajar geografi.
i
LOCAL WISDOM VALUE OF CIGUGUR-KUNINGAN COMMUNITY IN ENVIRONMENTAL CONSERVATION AS A SOURCE OF
GEOGRAPHY LEARNING
Oleh : Yuvenalis Anggi Aditya
Pembimbing : 1. Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. 2. Prof. Dr. Dede Rohmat, Ir. M.T.
Abstract
Student character developing is responsible of learning process. It can be done by introducing local tradition. The local tradition has wisdom value. Base on those research background, one of many way developing student character is exploring local wisdom. The result of study is become as geography lesson source.
The research purpose is exploring Cigugur local wisdom, especially AKUR (Adat Karuhun Urang) society. Researcher analyzes their tradition and land management. It is used to identify to geography approach. The method of this study is qualitative method and ethno-pedagogy. Data and information was gathered by deep interview, participative observation, and documentation study about AKUR Cigugur. So the study focuses are land management and its impact on environment in AKUR Cigugur tradition which it is done until now.
The result of this study is those have local wisdom that have impact to environment conservation. And the local wisdom from this study are the spatial integrity values, the ecological adaption values, the concordant values, the balance values, the continuously values, the fidelity values, the togetherness values, the gotong royong/work together values, and the culture values. These finding is identified to be geography lesson source.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Operasional ... 6
F. Kerangka Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Nilai ... 11
B. Kearifan lokal ... 12
1. Pengertian Kearifan Lokal ... 12
2. Fungsi Kearifan Lokal ... 14
3. Kearifan Lokal Dalam Pelestarian Lingkungan ... 16
4. Hambatan Kearifan Lokal ... 22
a) Modernitas ... 23
b) Kapitalisme ... 24
C. Lingkungan Hidup ... 25
1. Pengertian Lingkungan Hidup ... 25
2. Tipe-Tipe Lingkungan ... 29
D. Pelestarian Lingkungan ... 31
F. Sumber Belajar Pengajaran Geografi ... 35
1. Pengertian Sumber Belajar ... 35
2. Ciri-Ciri Sumber Belajar ... 37
3. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar ... 38
G. Penerapan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Untuk Pembelajaran Geografi .... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 45
B. Prosedur Penelitian ... 46
C. Partisipasi Observasi ... 47
D. Lokasi Penelitian ... 48
E. Subjek Penelitian dan Waktu Penelitian ... 49
F. Prosedur Pengumpulan Data ... 53
1. Tahapan Pengumpulan Data ... 53
2. Teknik Pengumpulan Data ... 54
G. Teknik Analisis Data ... 58
H. Pengujian Keabsahan Data ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 63
1. Kondisi Geografis Kecamatan Cigugur ... 63
2. Kondisi Klimatologis Kecamatan Cigugur ... 66
3. Kondisi Kependudukan Kecamatan Cigugur ... 66
B. Tradisi Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 70
1. Sistem Pertanian Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 70
a) Pola Pengelolaan Sawah Pada Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) ... 70
b) Ritual Pada Waktu Tandur Dalam Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 72
c) Ritual Pada Waktu Mipit / Panen Dalam Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 93
Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 98
2. Tradisi Seren Taun di Cigugur ... 100
a) Pra Seren Taun ... 102
1) Damar Sewu ... 102
2) Ngajayak Pare ... 103
3) Pesta Dadung ... 104
4) Sarebu Kentongan ... 106
5) Tari Pwah Aci ... 107
6) Ngareremokeun ... 108
b) Pelaksananaan Seren Taun ... 109
1) Ngajayak ... 109
2) Tari Buyung ... 111
3) Angklung Buncis ... 112
4) Nutu ... 113
c) Pasca Seren Taun ... 114
C. Upaya Menegakkan Tradisi Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 115
D. Relevansi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur Sebagai Sumber Belajar Geografi ... 118
1. Makna Kearifan Lokal Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur ... 118
2. Identifikasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat AKUR (Adat Karuhun Urang) Cigugur Sebagai Sumber Belajar Geografi ... 121
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 131
B. Rekomendasi ... 133
DAFTAR PUSTAKA ... 134
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 138
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
Tabel 1 Dasasila Masyarakat Baduy Sebagai Kearifan Lokal
Masyarakat Baduy ... 17
Tabel 2 Prinsip-Prinsip Pamali Dalam masyarakat Sunda (Kampung Kuta) Yang Berhubungan Dengan Pengelolaan Alam Lingkungan ... 20
Tabel 3 Urutan Pranata Mangsa ... 21
Tabel 4 Kategori Informan ... 50
Tabel 5 Waktu Tahapan Penelitian ... 52
Tabel 6 Penduduk Kecamatan Cigugur Berdasarkan Umur ... 67
Tabel 7 Penduduk usia 10 Tahun ke atas Yang mempunyai Pekerjaan Menurut lapangan (Sektor) Pekerjaan/Usaha Utama ... 68
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
Gambar 1 Hierarki Nilai Budaya ... 12
Gambar 2 Interaksi Antara Organisme Hidup Dengan Lingkungan ... 28
Gambar 3 The Environment of Men ... 30
Gambar 4 Diagram Kegiatan Penelitian Pada Informan Pokok dan Informan pangkal ... 51
Gambar 5 Teknik Pengumpulan Data ... 57
Gambar 6 Model Langkah Analisis Induktif ... 59
Gambar 7 Teknik Content Analysis ... 60
Gambar 8 Periode Pengumpulan Data ... 61
Gambar 9 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Cigugur ... 65
Gambar 10 Urutan Dalam Mengelola Sawah ... 70
Gambar 11 Paramodana (9 macam) Pada Waktu Tandur ... 76
Gambar 12 Sawah Dengan Batas Hanjuang ... 77
Gambar 13 Damar Sewu ... 102
Gambar 14 Ngajayak Pare ... 104
Gambar 15 Pesta Dadung ... 105
Gambar 16 Sarebu Kentongan ... 106
Gambar 17 Tari Pwah Aci ... 107
Gambar 18 Ngareremokeun ... 108
Gambar 19 Ngajayak ... 110
Gambar 20 Tari Buyung ... 111
Gambar 21 Angklung Buncis ... 113
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada
penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan
akumulasi dari nilai dan karakter lokal masing-masing suku yang ada di
Indonesia. Penanaman nilai dan karakter bangsa itu menuntut guru untuk
lebih bijak dalam memilih sumber belajar yang tepat dan dekat dengan
karakter peserta didiknya dan memperhatikan karakter dan kearifan lokal
daerah setempat. Seperti kita ketahui, guru merupakan sosok penting dalam
keberhasilan peserta didik. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 yang secara jelas menjelaskan
tentang tujuan pendidikan nasional.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara tegas menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pembentukan karakter peserta didik ditempatkan pada bagian awal tujuan
pendidikan nasional. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya pembentukan
karakter peserta didik. Pendidikan Geografi sebagai bagian dari mata
pelajaran yang ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah
memiliki peran penting dan strategis dalam pembentukan karakter dan jati
diri bangsa. Karena itu pembelajaran yang bersumber pada nilai-nilai kearifan
lokal (local wisdom) sangat penting bagi perkembangan peserta didik.
Cigugur merupakan suatu kecamatan di kabupaten Kuningan yang
mempunyai karakteristik tersendiri dan berbeda dengan kecamatan lainnya di
kabupaten Kuningan. Cigugur merupakan daerah pertanian, sehingga
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Kehidupan
mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan wilayah dan kecamatan
lainnya di kabupaten Kuningan. Tradisi yang rutin dilakukan oleh masyarakat
Cigugur adalah tradisi Seren Taun. Ini merupakan suatu tradisi tahunan
masyarakat agraris Sunda. Seren taun adalah ucapan syukur atas panen pada
Tuhan Yang Maha Esa dan Seren Taun merupakan sebuah religiositas untuk
mengucap syukur pada Yang Maha Esa (Pangeran Si Kang Sawiji-wiji) atas
kehidupan ini. Dalam kehidupan sehari-harinya baik itu dalam kegiatan
mengolah lahan (sawah) dan kehidupan masyarakatnya yang berhubungan
dengan lingkungannya masih ada yang memegang teguh tata cara yang
diturunkan secara turun menurun oleh para pendahulunya/Karuhun. Tata cara
yang dilakukan dari dulu sampai sekarang itu merupakan suatu kearifan lokal
(local wisdom) masyarakat Cigugur dalam mengelola alam lingkungannya.
Bentuk kearifan lokal ada yang berupa nilai, norma, kepercayaan, tradisi, dan
sanksi. Bentuk kearifan lokal dalam masyarakat tradisional biasanya disebut
pamali/tabu, sehingga jika larangan itu dilanggar maka bagi orang yang
melanggarnya akan menerima akibatnya/matakna. Bentuk kearifan lokal itu
merupakan suatu kebiasaan yang ada dan dilakukan oleh masyarakat Cigugur.
Seiring berjalannya waktu dan kencangnya arus globalisasi, kehidupan
masyarakat Cigugur juga mengalami perubahan sesuai dengan dinamika yang
terjadi. Globalisasi memberikan kemudahan, kecepatan komunikasi, dan
teknologi yang banyak membantu kehidupan manusia. Seiring dengan
kemudahan yang diberikan oleh pengaruh globalisasi, maka sebagian besar
tata kehidupan masyarakat Cigugurpun mengalami pergeseran dan hanya
sebagian kecil orang yang masih memegang teguh aturan dan nilai yang
diturunkan oleh karuhun/para pendahulunya. Cigugur yang daerahnya
merupakan daerah pertanian, sehingga sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani, tidak lepas dari perubahan dan hampir sebagian
besar petani di Cigugur mengolah lahan dengan menggunakan teknologi yang
lebih kekinian. Karena itu, kondisi tanah pertanian yang ada di Cigugur
mengalami degradasi/penurunan. Masalah lain yang terjadi adalah masalah
kehidupan. Sehingga air merupakan barang vital dalam kehidupan manusia.
Selain dikenal sebagai daerah pertanian, Cigugur juga terkenal sebagai daerah
sumber air. Pada jaman dahulu wahangan/selokan yang ada di daerah
Cigugur airnya sangat melimpah, jernih dan bersih namun kenyataannya
sekarang debit airnya berkurang dan kotor.
Masalah yang terjadi pada lingkungan Cigugur adalah gambaran dari
terjadinya pergeseran dalam masyarakat Cigugur yang diakibatkan oleh
pengaruh globalisasi dan masyarakat menyerap semua yang diberikan oleh
globalisasi tanpa menyaringnya dan memperhatikan dampak yang akan
terjadi di masa yang akan datang. Karena itu, arus globalisasi seringkali
dikaitkan dengan homogenisasi, yaitu penyamaan berbagai bagian
kebudayaan diantara bangsa-bangsa. Padahal pengertian tentang globalisasi
merupakan suatu kekeliruan dan bukan merupakan pengertian umum yang
sesungguhnya tentang globalisasi. Masih ada bagian dari masyarakat Cigugur
yang masih memegang aturan karuhun dan menjalankan suatu tradisi sebagai
pedoman dalam kehidupannya walaupun di tengah derasnya arus perubahan.
Aturan dan tradisi karuhun yang masih dijalankan oleh sebagian kecil
masyarakat Cigugur adalah suatu kearifan lokal yang harus dipertahankan dan
dijadikan sebagai filter dalam menyaring derasnya arus perubahan yang
disebabkan globalisasi.
Perlunya memperhatikan aturan dan tadisi karuhun yang dijalankan
sebagian kecil dari masyarakat Cigugur merupakan suatu masukan dalam
membangun keselarasan kehidupan antara manusia dengan lingkungannya.
Adanya aturan dan tradisi tersebut merupakan sebuah kearifan lokal yang
harus dijaga dan dilestarikan secara khusunya oleh masyarakat Cigugur.
Perlunya penegakan dan penerapan aturan dan tradisi karuhun dalam
masyarakat Cigugur merupakan suatu keharusan dalam era globalisasi ini.
Pemahaman akan makna dari kearifan lokal yang berasal dari aturan dan
tradisi karuhun dalam masyarakat Cigugur harus dilakukan secara
menyeluruh dan dilakukan oleh seluruh stakeholder masyarakat, baik itu dari
Cigugur. Tanggung jawab dalam menegakkan aturan dan tradisi karuhun juga
merupakan tanggung jawab insan pendidikan terutamanya guru, sehingga
diharapkan guru dapat memberikan pemahaman dan penanaman karakter bagi
para generasi muda khususnya generasi muda Cigugur yang berasal dari
kearifan lokal masyarakatnya sendiri.
Dalam proses pembelajaran yang bersumber pada nilai-nilai kearifan
lokal erat kaitannya dengan pendidikan geografi. Nilai-nilai kearifan lokal
yang terkandung itu merupakan modal dasar dalam pembangunan bangsa ini.
Dalam kehidupan masyarakat banyak sekali terdapat sistem nilai. Sistem nilai
yang dianut sesuai dengan falsafah hidup yang menjadi pedoman bagi
masyarakat tersebut. Makna dari nilai-nilai kearifan lokal yang ada pada
masyarakat Cigugur dalam hal pelestarian lingkungan merupakan bagian dari
Pendidikan Geografi. Pendidikan Geografi mempunyai 3 dasar tujuan yaitu
secara Pengetahuan (mengetahui dan mengembangkan konsep tentang
Geosfer), keterampilan (memiliki keterampilan secara komprehensif tentang
lingkungan baik sosial maupun fisik), sikap (memiliki kepekaan terhadap
lingkungan sekitar dan berupaya melestarikan lingkungan sekitar). Ketiga
dasar tujuan dalam Pendidikan Geografi ini harus dimiliki oleh peserta didik
setelah belajar Geografi. Berdasarkan dari tujuan dasar pendidikan geografi
tersebut, diharapkan para peserta didik mampu mengembangkan
pengetahuannya dalam upaya pelestarian lingkungan yang bersumber dari
nilai-nilai kearifan lokal masyarakat setempat, memiliki keterampilan dalam
mengelola lahan yang mengacu pada nilai-nilai kearifan lokal masyarakatnya,
dan mempunyai sikap dalam berperilaku terhadap lingkungannya yang
bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal masyarakatnya.
Pembelajaran yang bersumber pada nilai-nilai kearifan lokal yang
berwawasan kelestarian lingkungan hidup merupakan pedoman dalam
berperilaku bagi peserta didik/generasi muda Cigugur dalam mengolah dan
menyikapi masalah yang ada di lingkungan sekitarnya. Kearifan lokal
tersebut sebagai upaya membangun identitas bangsa, dan sebagai penyeleksi
yang bersumber pada nilai-nilai kearifan lokal dari masyarakat Cigugur bagi
para peserta didik yang berada di Kabupaten Kuningan, khususnya di
Kecamatan Cigugur tentunya diperlukan pemahaman makna yang ada dalam
nilai-nilai kearifan lokal tersebut dan pendekatan yang lebih interaktif kepada
peserta didik. Adanya pemahaman yang benar dari nilai-nilai kearifan lokal
dalam upaya melestarikan lingkungan hidup dari masyarakat Cigugur,
Kuningan, Jawa Barat dengan lingkungan peserta didik maka diharapkan
mereka dapat memahami pentingnya melestarikan lingkungan ini untuk
kehidupan yang akan datang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengkaji lebih dalam tentang “Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat
Cigugur-Kuningan Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup Sebagai
Sumber Belajar Geografi”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tradisi dalam masyarakat Cigugur sehingga mampu
mengatur pola kehidupan masyarakat Cigugur dalam mengelola
lingkungan sekitarnya?
2. Bagaimanakah upaya dalam menegakkan tradisi karuhun yang merupakan
kearifan lokal masyarakat Cigugur dalam mengelola lingkungan
sekitarnya?
3. Bagaimanakah identifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tradisi yang mengatur pola kehidupan masyarakat Cigugur
dalam mengelola lingkungan sekitarnya.
2. Mengetahui upaya dalam menegakkan tradisi karuhun yang berhubungan
dengan pengelolaan lahan lingkungan sekitarnya.
3. Mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur-Kuningan
kemudian dijadikan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran Geografi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritik
Mengimplementasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran
geografi terutamanya dalam materi pelestarian lingkungan hidup.
2. Manfaat praktik
- Memberikan masukan bagi para peserta didik tentang pentingnya
pelestarian lingkungan hidup yang bersumber dari nilai-nilai kearifan
lokal masyarakat Cigugur.
- Memberikan masukan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan
dalam hal pelaksanaan pembelajaran yang bersumber dari nilai-nilai
kearifan lokal masyarakat setempat.
- Memberikan sumbangan pengetahuan dalam proses belajar mengajar
geografi terutamanya dalam materi pelestarian lingkungan.
E. Definisi Operasional
Tesis ini berjudul nilai-nilai kearifan lokal masyarakat
Cigugur-Kuningan dalam pelestarian lingkungan hidup sebagai sumber belajar
geografi. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam isi tesis ini, maka
penulis memberikan penjelasan tentang pokok bahasan dalam penelitian ini.
1. Kearifan lokal
Kearifan lokal dalam bahasa inggris disebut dengan local wisdom atau
genius local. Kearifan lokal merupakan suatu pengetahuan dan pandangan
hidup yang genuine dari masyarakat setempat dalam hubungannya dengan
pemenuhun kebutuhan hidupnya baik secara moral maupun materi.
Kearifan lokal merupakan jembatan dari masa lalu ke generasi sekarang,
disebutkan demikian karena kearifan lokal merupakan suatu konsep, ide,
gagasan yang senantiasa dijaga dan ditanamkan pada generasi berikutnya
sehingga sehingga dapat membertuk keselarasan dalam hidup mereka
baik dengan sesama maupun alam lingkungannya.
2. Lingkungan hidup
Lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup. Pada penelitian ini mengkaji hubungan
manusia dengan lingkungan sekitarnya. Kajian itu berisi tentang
fenomena lingkungan fisik dan perilaku manusia yang mencerinkan
kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup.
3. Pelestarian lingkungan hidup
Pelestarian lingkungan berhubungan dengan etika lingkungan. Etika
lingkungan berisi tentang bagaimana cara dan solusi kita dalam
mengelola lingkungan sekitar kita. Indonesia merupakan salahsatu negara
yang mendukung dalam pelestarian lingkungan hidup yaitu melalui
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang itu
berisi tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan sekitar sehingga
terwujud kelestarian lingkungan hidup.
4. Masyarakat Cigugur-Kuningan
Cigugur merupakan suatu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten
Kuningan. Pada wilayah kecamatan Cigugur ini terdapat masyarakat adat
tatali paranti karuhun (warisan budaya leluhur). Tradisi yang menonjol
dari masyarakat AKUR Cigugur adalah tradisi dalam mengolah sawah
dan Upacara Seren Taun. Tradisi tersebut mengandung makna yang
berhubungan dengan kelestarian lingkungan hidup sekitarnya.
5. Sumber belajar geografi
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang berada diluar peserta didik
dan bertujuan untuk memudahkan peserta didik memehami suatu materi
pelajaran. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari fenomena geosfer.
Berdasarkan pengertian geografi tersebut maka sumber belajar geografi
sangat luas sehingga segala sesuatu yang ada di bumi ini merupakan
sumber belajar geografi, baik itu fisik ataupun aktivitas manusia.
Penelitian ini bertujuan menggali nilai-nilai kearifan lokal dari suatu
masyarakat kemudian menjadikannya sebagai sumber belajar geografi.
nilai-nilai kearifan lokal yang ditemukan dalam penelitian ini kemudian
diidentifikasi berdasarkan ciri dan jenis sumber belajar, sesudah itu
memberikan masukan pada cara penggunaannya dalam pembelajaran
geografi.
F. Kerangka Penelitian
Sesuai dengan permasalahan, tujuan, kajian teori dalam penelitian ini.
Pada diagram berikut digambarkan bahwa nilai-nilai kearifan lokal
khususnya dalam hal pelestarian lingkungan yang ada pada masyarakat
Cigugur yang tertuang dalam nilai, tradisi dan kepercayaan masyarakat
tersebut. Nilai, tradisi, dan kepercayaan yang ada pada masyarakat Cigugur
dan merupakan kearifan lokal masyarakat tersebut tidak terlepas dari
tantangan baik itu berasal dari dalam (Internal) maupun dari luar (eksternal).
Untuk mengatasi tantangan tersebut maka perlu adanya upaya dalam
menegakkan nilai-nilai kearifan lokal tersebut, hal ini bertujuan untuk
menjaga nilai kearifan lokal tersebut sehingga terjadi keseimbangan hidup
antara manusia dengan alam lingkungan sekitarnya. Menjaga nilai-nilai
kearifan lokal merupakan tanggung jawab semua stakeholder masyarakat dan
semua bidang termasuk bidang pendidikan. Dalam penelitian ini yang
bertujuan menggali nilai-nilai kearifan lokal yang ada pada masyarakat
Cigugur dan dijadikan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran di sekolah
terutamanya dalam mata pelajaran Geografi tingkat SMA.
Pembelajaran geografi yang bersumber pada nilai-nilai kearifan lokal
masyarakat Cigugur dan merupakan masyarakat Sunda, hal ini bertujuan
untuk membentuk karakter peserta didik dan generasi yang akan datang
sehingga penelitian ini dapat menjawab tantangan global ditengah krisis
karakter bangsa yang dialami oleh negara ini. Melalui Pendidikan Geografi
terutamanya dalam materi pelestarian lingkungan hidup, peserta didik
diharapkan dapat memahami arti pentingnya pelestarian lingkungan melalui
pendekatan nilai-nilai kearifan lokal, sehingga mereka mempunyai wawasan
yang luas dan modern dalam pendidikan namun mereka juga tetap memegang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian terhadap Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Cigugur
Sebagai Sumber Belajar Geografi menggunakan pendekatan kualitatif yang
bertujuan memahami kegiatan seseorang dalam dalam lingkungannya,
berinteraksi dengan meraka dan berusaha memahami tradisi yang dilakukan
mereka dan mengartikulasikan makna dari tradisi yang mereka lakukan. Hal
ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Syaodih (2007:60) bahwa
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap kepercayaan,
persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Berkenaan dengan permasalahan yang dibahas dan tujuan yang ingin
dicapai oleh penulis, maka penelitian yang dilakukan ini dilakukan dengan
metode etnopedagogi. Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan cara
hidup masyarakat yang menjadi subjek penelitian berupa tradisi yang
lakukan, kemudian mengeksplanasi secara detail tentang tradisi yang
dilakukannya, selanjutnya direkonstruksi berdasarkan partisipasi secara
alamiah. Berdasakan kajian tersebut diharapkan akan memperoleh gambaran
tentang nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur yang selanjutnya dapat
dipublikasikan kepada generasi muda melalui dunia pendidikan terutamanya
pembelajaran geografi. Penerapan penelitian ini pada pembelajaran geografi
dilakukan dengan cara mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat
Cigugur-Kuningan berdasarkan ciri-ciri sumber belajar, setelah itu
mengklasifikasikannya berdasarkan jenis sumber belajar yang tepat dalam
pembelajaran geografi.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode etnopedagogi. Menurut Bungin
(2011:42) mengemukakan tentang pendekatan penelitian kualitatif bahwa :
“Penelitian Kualitatif lahir dan berkembang biak dari tradisi (main stream) ilmu-ilmu sosial Jerman yang sarat diwarnai pemikiran filsafat ala Platonik sebagaimana yang kental tercermin pada pemikiran Kant maupun Hegel. Penelitian kualitatif ini sangat kental diwarnai oleh aliran filsafat idealisme, rasionalisme, humanisme, fenomenologisme, dan interpretivisme yang digunakan untuk dapat memahami fenomena sosial (tindakan manusia)”.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka penelitian yang dilakukan oleh penulis
tentang nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur sebagai sumber belajar
geografi ini dilakukan dengan cara menggunakan pendekatan kualitatif. Ada
beberapa pertimbangan dalam menggunakan pendekatan kualitatif ini, yaitu :
(1) metode ini menyajikan hubungan langsung antara peneliti dengan
responden; (2) metode kualitatif ini lebih peka terhadap pola-pola nilai yang
akan digali.
Pendekatan kualitatif ini menggunakan metode etnopedagogi.
Alwasilah (2009 : 50) mengemukakan tentang metode etnopedagogi bahwa :
Etnopedagogi adalah praktek pendidikan berbasis kearifan lokal dalam berbagai aspek kehidupan. Etnopedagogi memandang pengetahuan atau kearifan lokal (indigenous knowledge, local wisdom) sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan untuk kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal adalah koleksi fakta, konsep, keyakinan, dan persepsi masyarakat terhadap lingkungan mereka.
Merujuk pada pernyataan diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan cara
memusatkan perhatian dan mendokumentasikan dengan cara observasi
partisipan, wawancara mendalam, diskusi dan mendokumentasikannya yang
berasal dari proses yang berkaitan dengan tradisi sehari-hari masyarakat
Cigugur, kemudian mengartikulasikan makna dari tradisi yang mereka
C. Partisipasi Observasi
Penelitian kualitatif ini mempunyai beberapa langkah, sehingga penulis
harus menempuh langkah-langkah tersebut. Adapun langkah-langkah
penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012:12) adalah sebagai berikut :
- Pertama, tahap orientasi atau deskripsi. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan.
- Kedua, tahap reduksi/fokus. Pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama. Pada tahap reduksi ini, peneliti mereduksi data yang ditemukan pada tahap I untuk memfokuskan pada masalah tertentu. Pada tahap reduksi ini peneliti menyortir data dengan cara memilih mana data yang menarik, penting, berguna dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka data-data tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian.
- Ketiga, tahap ini disebut dengan tahap selection (seleksi). Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka pada tahap pertama peneliti
mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan ditanyakan
kepada informan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan pokok
dan informan pangkal yang mengetahui tentang tradisi yang ada di
masyarakat Cigugur. Tahap selanjutnya peneliti mereduksi dan mulai fokus
pada kajian yang akan dibahas. Data yang berhubungan dengan tradisi
masyarakat Cigugur simpan dan data yang tidak berhubungan dengan kajian
yang dibahas disingkirkan untuk selanjutnya dikelompokkan sebagai data
yang menunjang kajian penelitian tersebut. Tahap selanjutnya adalah tahap
seleksi, pada tahap ini penulis menguraikan secara fokus dan menjadi lebih
rinci tentang kajian yang akan dibahasnya.
Pada penelitian ini, setting yang menjadi subjek penelitian dibiarkan
secara alamiah (natural), artinya penulis tidak melakukan perlakuan apapun
terhadap mereka. Tetapi peneliti turut ikut dalam kegiatan mereka (observasi
partisipan), tujuannya adalah untuk mengetahui dan menelaah proses yang
mengkajinya sehingga ditemukan gagasan-gagasan atau ide baru yang
didengar dan dirasakan oleh peneliti. Pada penelitian ini berupaya
menampilkan masukan, pendapat, dari informan yang dianggap mampu
memberikan informasi. Selanjutnya dilakukan triangulasi, menurut Sugiyono
(2012:83) triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada. dengan melakukan triangulasi, diharapkan dapat memberikan
makna yang sesuai kajian yang dirancang peneliti, yang bersumber pada
instrumen yang berkembang dilapangan.
D. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Kecamatan
Cigugur, Kabupaten Kuningan. Kecamatan Cigugur terdiri dari 5 Desa dan 5
Kelurahan yaitu Desa Puncak, Desa Cileuleuy, Desa Babakanmulya, Desa
Cisantana, Desa Gunungkeling, Kelurahan Cigugur, Kelurahan Cigadung,
Kelurahan Sukamulya, Kelurahan Winduherang, dan Kelurahan Cipari. Batas
wilayah Kecamatan Cigugur adalah sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kramatmulya
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kadugede
- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Majalengka
- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kuningan
Kecamatan Cigugur berjarak 3,5 km dari pusat ibu kota Kabupaten
Kuningan. Luas Kecamatan Cigugur sekitar 3.369.576 Ha. Jumlah penduduk
Kecamatan Cigugur sebesar 43.600 jiwa (tahun 2011) yang terdiri dari 12.324
KK dan sebagian besar mata pencaharian masyarakat Cigugur adalah sebagai
petani. Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah para
informan yang dapat memberikan informasi tentang kearifan lokal
E. Subjek Penelitian dan Waktu Penelitian
Informan yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini terbagi
menjadi dua yaitu informan pokok dan informan pangkal. Informan pokok
dalam penelitian ini adalah orang yang memahami kearifan lokal yang ada
pada masyarakat Cigugur, kemudian informan pangkalnya adalah orang yang
mampu memberikan perluasan, pelengkap atas informasi yang diperoleh
sehingga informasi semakain detail dan mendalam. Setiap informan harus
memiliki karakteristik yang baik, untuk itu kita harus tahu tentang ciri-ciri
informan yang baik. Ciri-ciri informan yang baik menurut Hermanto (2012 :
7) adalah :
1. Informan harus memiliki data informasi potensial atas budaya yang dimilikinya melalui proses enkulturasi.
2. Informan harus memiliki keterlibatan langsung dalam masalah penelitian.
3. Memiliki ketersediaan waktu banyak dalam memberikan data informasi.
4. Informan yang baik menyampaikan apa yang mereka ketahui dan alami dalam bahasanya sendiri serta harapannya.
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposif.
Menurut Bungin (2011:107) mengemukakan bahwa prosedur purposif adalah
salah satu strategi yang paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu
menemtukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria
terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu. Penentuan informan
secara purposif ini dianggap bahwa informan yang dipilih tersebut mewakili
masyarakat yang bersifat homogen. Informan penelitian ini terdiri dari
informan pokok dan informan pangkal. Informan pokok dalam penelitian ini
terdiri dari pupuhu adat AKUR, Ketua Adat AKUR, warga pendatang yang
menikah dengan warga AKUR. Sedangkan informan pangkalnya adalah Ais
Pangampih AKUR, anggota pemuda adat AKUR, warga diluar masyarakat
AKUR Cigugur yang memiliki pengetahuan, dan guru geografi SMA N 1
Tabel. 4 Kategori Informan
No Informan Pokok Informan Pangkal
1 Pupuhu Adat AKUR Cigugur Ais Pangampih
2 Ketua Pemuda adat AKUR
Cigugur
Anggota Pemuda adat AKUR
Cigugur
3 Warga AKUR Cigugur - Warga diluar AKUR Cigugur
yang memiliki pengetahuan
tentang tradisi daerah Cigugur
- Guru geografi SMA N 1
Cigugur
Sumber : Rancangan Peneliti, 2013
Berdasarkan tabel diatas, maka dalam penelitian ini yang menjadi subjek
penelitian terdiri dari dua kategori informan yaitu informan pokok dan
informan pangkal. Informan pokok adalah orang-orang yang menjadi sumber
informan utama yang dapat memberikan data atau keterangan tentang
penelitian ini, kemudian informan pangkal adalah terdiri dari orang-orang
yang menerima pengetahuan dari informan pokok dan diharapkan dapat
memberikan keterangan dalam penelitian ini. Sehingga diharapkan dengan
adanya pembagian informan baik informan pokok ataupun informan pangkal
maka penelitian ini diharapkan dapat menyajikan data yang valid tentang
nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur yang dimplementasikan sebagai
sumber belajar geografi. adapun diagram informan dalam penelitian ini
Keterangan :
= kegiatan pengumpulan data pada informan pokok
= kegiatan pengumpulan data pada informan pangkal
= hasil pengumpulan data dari informan pokok dan pangkal
Gambar 4
Diagram kegiatan penelitian pada informan pokok dan informan pangkal
Diagram diatas merupakan rangkaian kegiatan dalam pengumpulan data
terhadap informan pokok dan informan pangkal. Proses pengambilan data
dimulai dari informan pangkal, setelah mendapat data dari informan pangkal Informan pangkal 8 Informan pangkal 7 Informan pangkal 6 Informan pokok 3
Informan pangkal 5 Peneliti
Informan pokok 2
Informan pangkal 4 Informan pangkal 3 Informan pokok 1
tersebut kemudian penulis melakukan pengumpulan data dari informan
pokok. Data yang didapat dari informan pokok kemudian di kroscek lagi ke
informan pangkal yang lainnya, setelah itu data yang di dapat di kroscek lagi
ke informan pokok yang lainnya. Setelah data yang didapatkan cukup
memenuhi harapan penulis, selanjutnya penulis melakukan analisis data
melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada masyarakat AKUR Cigugur,
Keluruhan Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Waktu
penelitian diawali dengan survey awal ke lokasi penelitian yaitu pada bulan
september-nopember 2012 yang bertujuan untuk penyusunan proposal yang
ditampilkan pada mata kuliah kajian mandiri. Kemudian ditindaklanjuti
dengan penelitian yang bertujuan untuk pembuatan tesis yang dilakukan dari
bulan Januari-Mei 2013.
Berdasarkan tabel diatas maka waktu tahapan penelitian ini menggambarkan
aktivitas penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian diawali dengan
survey awal yang bertujuan untuk mencari bahan dalam penyusunan proposal
untuk kajian mandiri yang dilakukan pada bulan september sampai nopember
2012. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi proposal pada mata kuliah
penulis menindaklanjuti proposal tersebut menjadi tesis melalui proses
pembimbingan dengan dosen pembimbing. Tahap pertama dalam penyusunan
tesis ini adalah pada tahap pengumpulan data yang dilakukan pada bulan
januari sampai maret 2013, kemudian dilanjutkan pada tahap kedua yang
tahap mereduksi data yang dilakukan pada bulan april, dan tang terakhir
adalah tahap seleksi data dan analisis data yang dilakukan pada bulan mei
2013. Setelah selesai penulis mengajukannya untuk diujikan pada sidang
tahap 1.
F. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahapan Pengumpulan Data
Setelah menentukan informan penelitian dan waktu pengumpulan
data, maka selanjutnya peneliti melaksanakan penelitian ke lapangan.
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil
penelitian, yaitu instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Karena itu, peneliti harus benar-benar memahami
penelitian kualitatif, penguasaan materi, wawasan terhadap bidang yang
diteliti, serta kesiapan dalam memasuki lapangan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa suksesnya penelitian kualitatif jika peneliti itu
benar-benar memahami kondisi apa yang ditelitinya karena peneliti adalah
sebagai instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Adapun tahapan
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Data diambil langsung dari lapangan dengan setting yang alami
tanpa treatment (perlakuan) peneliti, sehingga data yang didapat
berupa data alami (natural) dari kebiasaan masyarakat yang menjadi
subjek penelitian.
b) Sumber data ditentukan secara purposif, karena sumber data sangat
tergantung pada pertimbangan kelengkapan informasi atau data yang
dapat diteruskan sampai tercapainya taraf reduksi, mengalami tahap
kejenuhan.
c) Peneliti sebagai instrumen penelitian, dalam penelitian ini
pengambilan data dilakukan langsung oleh peneliti sehingga tidak
menggunakan instrumen penelitian. Kalaupun ada, bentuknya sangat
abstrak sehingga mudah dikembangkan di lapangan. Peneliti
langsung mengumpulkan data dengan metode-metode partisipatif,
seperti wawancara mendalam dan observasi partisipatif (Bungin,
2011:133)
d) Penelitian yang dilakukan lebih mengarah pada proses, sehingga data
yang didapat bersifat deskriptif analitik. Data tersebut memuat
analisis dari tradisi yang menjadi kebiasaan sehari-hari masyarakat
AKUR yang menjadi subjek penelitian.
e) Analisis data secara induktif, artinya penelitian ini lebih bersifat
mementingkan makna dan pemahaman yang mendalam tentang
makna yang ada dibalik simbol dari tradisi tersebut.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bungin (2011:79) bahwa :
penelitian kualitatif menggunakan metode pengumpulan data seperti
wawancara yang mendalam (in-depth interview), observasi partisipan
(participant observer), dan lain-lain.
Teknik wawancara mendalam (in-depth interview) menurut
Bungin (2011:111) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan
atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara
dan informan terlibat dalam keterlibatannya dalam kehidupan informan.
Teknik ini dilakukan dengan tujuan menggali data yang berasal dari
Pengambilan informan secara purposif dilakukan karena peneliti
menganggap informan tersebut dapat memberikan masukan data yang
dibutuhkan oleh peneliti. Wawancara secara mendalam dilakukan secara
berulang-ulang dalam jangka waktu yang relatif lama dan peneliti ikut
masuk dalam kegiatan informan tersebut. Pada pelaksanaannya
wawancara yang dilakukan bersifat terbuka, hal ini bertujuan
memberikan kebebasan kepada informan sehingga informan tidak merasa
kaku dan informan dapat memberikan pandangannya secara bebas
tentang kajian yang ditanyakan oleh peneliti.
Teknik lainnya yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi
partisipan (partisipant observer). Menurut Bungin (2011:118) observasi
partisipan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan atau penginderaan.
Berdasarkan pengertian tersebut maka observasi partisipan (partisipant
observer) kategori dalam kegiatan pengumpulan data penelitian. Kriteria
pengumpulan data dalam penelitian ini menurut Bungin (2011:118)
adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius.
b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
c. Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian.
d. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya.
Ketika melakukan observasi dan wawancara yang mendalam, penulis
mendokumentasikannya dengan menggunakan alat perekam. Menurut
Setiawan (2012:83) ada dua dimensi rekaman data yaitu fidelitas dan
struktur. Fidelitas mengandung arti sejauh mana bukti nyata di lapangan
disajikan (berupa rekaman audio-visual memiliki fidelitas yang tinggi,
struktur menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi dilakukan
secara sistematis dan terstruktur.
Pada penelitian ini yang termasuk rekaman penelitian jika dilihat
dari sumber datanya merupakan sumber data primer. Sumber data primer
yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada peneliti
sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh
melalui studi dokumentasi berupa catatan penelitian terdahulu atau data
dari berbagai jurnal, makalah atau karya tulis ilmiah lainnya.
Setelah melakukan wawancara mendalam, observasi partisipan,
dan dokumentasi selanjutnya penulis melakukan triangulasi untuk
menentukan data yang berkaitan dengan kajian yang sedang kita teliti.
Triangulasi merupakan bagian dari pemeriksaan dan keabsahan data.
Menurut Sugiyono (2012:83) triangulasi adalah teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data
dan sumber data yang telah ada. berdasarkan pernyataan tersebut maka
teknik triangulasi ini digunakan bertujuan untuk menggabungkan data
yang sudah penulis dapatkan melalui cara wawancara, observasi
partisipan, dan dokumentasi sehingga didapatkan data yang sesuai
dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Untuk lebih lanjutnya
penulis mengilustrasikan proses pengumpulan data dengan menggunakan
teknik yang telah ditentukan, ilustrasi dari teknik pengumpulan data itu
Gambar 5
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tujuan menggali nilai-nilai
tradisi yang ada di Cigugur khususnya masyarakat AKUR. Data tersebut
bersumber pada informan yang mengetahui tradisi yang ada di Cigugur
Kuningan terutamanya dalam mengelola lahan dan tradisi seren taun.
sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 informan yaitu
informan pokok (pupuhu AKUR, warga AKUR Cigugur) dan informan
pangkal (Ais pangampih, warga Cigugur, Guru SMA N 1 Cigugur).
Teknik wawancara dilakukan dengan cara menemui informan tersebut
dan menanyakan tentang tradisi yang dilakukannya dan makna yang
terkandung dalam tradisi tersebut. Observasi partisipan dilakukan cara
mengamati kondisi lingkungan masyarakat AKUR Cigugur.
Dokumentasi dilakukan melalui dua cara yaitu merekam hasil wawancara
peneliti dengan informan dan studi dokumentasi tentang masyarakat
AKUR Cigugur. Untuk memudahkan dokumentasi maka diperlukan alat
bantu dalam memudahkan penelitian ini. Alat bantu yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
a. Lembar catatan penelitian, berfungsi untuk mencatat semua
percakapan dari fenomena yang ditemukan dilapangan. Observasi
partisipan
Triangulasi
Dokumentasi Wawancara
mendalam
informan
b. Kamera digital, berfungsi untuk mendokumentasikan fenomena di
lapangan berupa gambar.
c. Alat perekam, berfungsi sebagai alat bantu dalam
mendokumentasikan ketika mengadakan wawancara dengan
informan.
Setelah menggunakan alat bantu dalam penelitian ini, diharapkan dapat
menghasilkan sumber data yang sesuai tujuan yang akan digali dari
penelitian tersebut.
G. Teknik Analisis Data
Pada analisis data ini menggunakan analisis data induktif yang merujuk
pada Bungin (2011:148), tahapan analisis data induktif ini adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan pengamatan terhadap fenomena sosial, melakukan identifikasi, revisi-revisi, dan pengecekan ulang terhadap data yang ada
2. Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh 3. Menelusi dan menjelaskan kategorisasi
BERAKHIR MEMULAI
Sumber : Bungin (2011 : 148)
Gambar 6
Model langkah analisis induktif
Berdasarkan gambar 6 tentang model langkah analisis induktif tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa analisis dalam penelitian ini melalui beberapa
tahapan. Dimulai dari pengamatan dan identifikasi sampai pada pemaknaan
dari data yang ada. setelah itu dianalisis dengan strategi analisis data kualitatif
verifikatif.
Strategi analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
strategi analisis data kualitatif-verifikatif. Bungin (2011:151) berpendapat
bahwa :
“Strategi analisis data kualitatif-verifikatif adalah sebuah upaya analisis induktif terhadap data penelitian yang dilakukan pada seluruh proses penelitian yang dilakukan, format penelitian kualitatif-verifikatif mengkonstruksi format penelitian dan strategi untuk lebih awal memperoleh data sebanyak-banyaknya di lapangan dengan mengesampingkan pesan teori, dengan kata lain peran data lebih penting dari teori itu sendiri”.
Strategi analisis data kualitatif-verifikatif menggunakan teknik analisis isi
(content analysis). Teknik ini akan memaparkan secara detail mengenai
tradisi yang dilakukan oleh objek penelitian sehingga dapat ditemukan data
yang sahih. Adapun Alur analisis dengan menggunakan analisis isi menurut
Bungin (2011:167) adalah sebagai berikut :
Sumber : Bungin (2011 : 167)
Gambar. 7
Teknik Content Analysis
Berdasarkan pada pernyataan tersebut maka penelitian ini menggali data
tentang fenomena atau tradisi yang ada pada masyarakat AKUR Cigugur
secara detail dan menyeluruh yang berupa simbol atau lambang , kemudian
memaknai arti yang ada dibalik tradisi tersebut, kemudian mengidentifikasi
temuan nilai-nilai dibalik lambang dan simbol dari tradisi tersebut untuk
dijadikan sebagai sumber belajar geografi.
Aktifitas analisis data penelitian ini dilakukan secara interaktif dan
berlangsung terus menerus sampai datanya jenuh. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Miles dan Huberman (1992:12) mengemukakan bahwa
aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus, sampai datanya jenuh. Aktifitas dalam
analisis data yaitu reduction, data display, dan conclusion
drawing/verivication. Langkah-langkah analisisnya dapat dilihat pada alur
dibawah ini :
Prediksi / menganalisis data Menemukan
lambang / simbol
Reduksi Data
Antisipasi Selama Setelah
Display Data
Selama Setelah ANALISIS
Kesimpulan / verifikasi
Sumber : Miles & Huberman (1992:20)
Gambar. 8
Periode Pengumpulan Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul
dari berbagai sumber yaitu hasil wawancara, pengamatan yang sudah
dituliskan dalam catatan lapangan, dokumentasi, foto, video, dan lain-lain.
Catatan dibedakan melalui catatan deskriptif dan catatan reflektif. catatan
deskriptif lebih menyajikan kejadian-kejadian yang berlangsung dalam
penelitian sedangkan Catatan reflektif lebih menonjolkan tentang kerangka
pikiran, ide sehingga isinya menampilkan komentar dari penulis terhadap
fenomena yang ada. Setalah dipelajari dan ditelaah, maka langkah
selanjutnya adalah mereduksi data sehingga akhirnya membuat abstraksi.
Abstraksi adalah usaha membuat rangkuman inti dari penelitian tersebut.
Kemudian langkah selanjutnya adalah menyusun satu persatu dan
kategorisasi dan langkah terakhir adalah menafsirkan makna dari data
H. Pengujian Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data dilakukan untuk mengetahui kredibilitas dari
data tersebut. Kredibilitas data tersebut menunjukkan kebenaran dari
penelitian tersebut. Hal ini penting karena penelitian kualitatif sering
diragukan kebenarannya, yang disebabkan oleh beberapa hal : (1) adanya
subjektifitas peneliti dalam penelitian tersebut; (2) teknik pengumpulan data
melalaui wawancara dan observasi; (3) sumber data yang kurang kredibel
akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Untuk menghindari hal tersebut
maka digunakanlah uji keabsahan data yang tujuannya untuk mengetahui
kredibilitas dari data tersebut. Pada penelitian ini untuk mengetahui
kredibilitas data maka dilakukan teknik-teknik perpanjangan keikutsertaan
peneliti di lapangan, ketekunan pengamatan, triangulasi (sumber data,
metode, teori dan peneliti), pengecekan melalui diskusi, kecukupan referensi,
kajian kasus negatif, pengecekan anggota.
Setelah itu dilanjutkan dengan pengecekan, hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui transfernability, dependability, dan confirmability.
Untuk menajamkan pengecekan data, peneliti berusaha meningkatkan
ketelitian dari data yang sudah diperoleh, kemudian melakukan reduksi data
dengan menggunakan metode triangulasi, mendiskusikannya dengan orang
yang faham mengenai penelitian ini. Transfernability dilakukan untuk
mengetahui kebermanfaatan dari hasil penelitian ini pada situasi lainnya.
Harapannya hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pengguna penelitian,
penelitian ini memberikan gambaran dan pemahaman yang luas mengenai
fokus penelitian. Dependability bertujuan untuk meninjau hasil penelitian
yang berdasarkan konsistensi pengumpulan data, penerapan konsep-konsep,
memaknai data yang ada, dan akhirnya sampai pada pengambilan
kesimpulan. Sedangkan confirmability bertujuan untuk mengkonfirmasikan
data yang ada kepada sumbernya sehingga data yang didapatkan menjadi
valid dan penelitian ini teruji kebenarannya. Langkah-langkah diatas
bertujuan untuk mengetahui kredibilitas data sehingga penelitian ini teruji
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam hasil penelitian dan
pembahasan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tatali paranti
karuhun (warisan budaya leluhur) yang merupakan tradisi masyarakat AKUR
(Adat Karuhun Urang) Cigugur dalam mengelola lahan sawahnya dan Upacara
Seren Taun mengandung nilai-nilai kearifan dalam menjaga keharmonisan
hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya, sehingga dapat
mewujudkan kelestarian lingkungan.
Nilai yang masih dipegang teguh oleh masyarakat AKUR Cigugur
merupakan suatu kearifan lokal (local wisdom) yang merupakan tuntunan dalam
kehidupan mereka. Masyarakat AKUR memiliki tradisi dalam mengelola lahan
terutama sawah. diawali pada waktu tandur (menanam padi) mereka selalu
menyiapkan paramodana (sesajian) dan mendasarkan pada palintangan
(perhitungan-perhitungan). Hal serupa juga dilakukan pada waktu mipit/dibuat
(panen), mereka selalu menyiapkan paramodana (sesajian) dan palintangan
(perhitungan-perhitungan) dan masyarakat AKUR tidak memusnahkan hama yang
ada, tetapi menempatkan hama pada tempat yang semestinya dengan
menggunakan sanduk-sanduk papalaku (Doa) yang merupakan bentuk saling
menghormati antara makhluk yang satu dengan yang lainnya. Pada masyarakat
AKUR ada sebuah ungkapan yang mendasari tentang hubungan antara manusia
dengan alam lingkungannya. Ungkapan tersebut adalah gumulung sabudeur awun,
gumanti sabumi manik, gelar patarema rasa, sampurna jatining sunda. Ungkapan
tersebut mengadung makna tentang adanya keselarasan antara manusia dengan
makhluk lainnya dan alam lingkungannya, sehingga setiap tindakan yang
dilakukan oleh masyarakat AKUR selalu didasarkan pada keselarasan dan
keserasian untuk mewujudkan keseimbangan hidup. Tradisi yang dilakukan dalam
kegiatan mengolah sawah diaktulisasikan dalam Upacara Seren Taun. Kegiatan
telah diterima dalam kehidupan ini. Setiap rangkaian Upacara Seren Taun
merupakan kegiatan dalam mengolala lahan yang mengutamakan keselarasan
dengan alam, sehingga Upacara Seren Taun ini mengandung makna dan petuah
dalam kehidupan untuk lebih mengutamakan keselarasan hubungan antara
manusia dengan alam untuk mewujudkan kelestarian lingkungan.
Tradisi yang ada tersebut hendaknya perlu dilestarikan sehingga generasi
muda dapat mengenal dan mengetahui makna di balik tradisi tersebut. Salah satu
cara dalam menegakkan tradisi tersebut adalah melalui pembelajaran di sekolah.
Tujuan dari pembelajaran yang bersumber pada budaya lokal adalah membentuk
karakter peserta didik yang sesuai dengan jati dirinya. Karena itu, diperlukan guru
yang kreatif dan inovatis sehingga dapat mengajarkan materi pelajaran yang
bersumber pada nilai-nilai tradisi masyarakat setempat.
Nilai-nilai yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain adalah Nilai
integritas keruangan, Nilai adaptasi ekologi, Nilai keselarasan, Nilai
keseimbangan, Nilai kesinambungan, Nilai ketaatan, Nilai kebersamaan, Nilai
gotong royong, dan Nilai budaya. Nilai-nilai yang masih dipegang teguh oleh
masyarakat AKUR Cigugur dapat dijadikan sebagai sumber belajar geografi
terutamanya dalam materi lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan
lingkungan pada kelas XI semester II. Masukan dalam pembelajaran geografi
dapat berupa identifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat AKUR yang
dijadikan sebagai sumber belajar geografi. Identifikasi nilai-nilai kearifan lokal
berdasarkan ciri-ciri sumber belajar, setelah itu mengklasifikasikannya kedalam
jenis sumber belajar. Hasil penelitian ini memberikan gambaran cara penggunaan
nilai-nilai kearifan lokal tersebut dalam pembelajaran geografi bertujuan supaya
peserta didik lebih aktif dalam mengeksplorasi materi lingkungan hidup dan
pembangunan berwawasan lingkungan yang berdasarkan tradisi pengelolaan
lingkungan yang ada di sekitar mereka. Penelitian ini diharapkan memberikan
inovasi dalam pembelajaran geografi sehingga peserta didik memperoleh
informasi dan pemahaman langsung dari lapangan tentang tradisi yang ada dalam
keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya untuk
mewujudkan kelestarian lingkungan.
B. REKOMENDASI
Berdasarkan temuan dalam penelitian, pembahasan temuan penelitian, dan
kesimpulan di atas, maka ada beberapa rekomendasi yang dapat penulis
sampaikan dalam penelitian ini. Adapun rekomendasi tersebut adalah sebagai
berikut :
- Diperlukannya penelitian lebih lanjut tentang tradisi yang ada pada
masyarakat AKUR Cigugur baik itu tentang pengelolaan lingkungan, upacara
adat, dan kesenian-kesenian lainnya. Semakin banyak penelitian yang
menggali nilai-nilai masyarakat adat yang dijadikan sumber belajar
khususnya mata pelajaran geografi, maka semakin banyak pula bahan ajar
dalam pelajaran geografi sehingga tidak terpaku pada buku teks dan ilmuwan
asing.
- Bagi sesepuh adat dan masyarakat AKUR (Adat karuhun Urang) Cigugur
agar senantiasa menjaga tradisi yang telah mereka jalankan secara turun
menurun, sehingga kelestarian alam lingkungan ini dapat terjaga dengan baik,
selain itu juga menjadi daya tarik tempat wisata budaya dan menjadi tempat
penelitian dari berbagai peneliti.
- Adanya penelitian lebih lanjut dari penelitian ini terutama dalam
mengimplemetasikan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Cigugur dalam
pembelajaran geografi melalui model dan metode yang tepat dalam
DAFTAR PUSTAKA
Adimihardja, Kusnaka. (2008). Dinamika Budaya Lokal. Bandung : CV Indra Prahasta dengan Pusat Kajian LBPB.
Adiwikarta, S. (1988). Sosiologi Pendidikan : Isyu dan Hipotesis tentang Hubungan Pendidikan dengan Masyarakat. Jakarta : PPLPTK Dirjen Dikti, Depdikbud.
Alwalsilah, Chaedar.A. dkk. (2009). Etnopedagogi : Landasan Praktek Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung : PT Kiblat Utama.
Bintarto, R Surastopo Hadisumarno. (1991). Metode Analisis Geografi. Jakarta : LP3ES
Budiyono. (2007). Nilai-Nilai Kepribadian dan Perjuangan Bangsa Indonesia. Bandung : Alfabeta.
Bungin, Burhan. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer). Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Fraenkel J,R. (1977). How to Teach About Values, An Analytic Approach. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Marfai, Aris, Muh. (2012). Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal. Yogyakarta : Gadah Mada University Press.
Miles, Matthew dan Huberman, Michael. (1992). Analisa Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Mulyana, Rohmat. (2011). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : CV. Alfabeta.
Murtiyoso, S. (1994). Klasifikasi Lahan Pada Masyarakat Sunda Kuno, Sangyang Siksakanda Ng Karesian. Dalam K.Adimihardja (ed), Sistem Pengetahuan dan Teknologi Rakyat : Subsistensi dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan di Kalangan Masyarakat Sunda di Jawa Barat. Bandung: Ilham Jaya Pp. 61-70.
Mutakin, Awan. (2005). Nilai-Nilai Kearifan Adat dan Tradisi Di Balik Simbol (Totem) Kuda Kuningan. Kuningan : Universitas Pendidikan Indonesia.
Mutakin, Awan dan Gurniwan KP. (2006). Geografi Budaya. Bandung : Buana Nusantara.
Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam konteks Strategi Pembelajaran. Bandung : Buana Nusantara.
Pasya, Gurniwan K. (2002). Geografi : Pemahaman Konsep dan Metodelogi. Bandung : Buana Nusantara.
Rohani, Ahmad. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Roselle, D, ed. (1987). Voices of Social Education 1937-1987 : national Council for the Sosial Studies. New york : macmilan.
Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV. Alfabeta.
Salim, Emil. (1991). Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Mutiara Sumber; Penabur Benih Kecerdasan.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.
Sudjana, Nana dan Rivai Akhmad. (1991). Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Sumaatmadja, Nursid. (1988). Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung : Alumni.
_________________. (1989). Studi lingkungan Hidup. IKAPI
_________________. (1996). Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta.
__________________. (1997). Metodelogi Pengajaran Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.
Syaodih, Nana. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Program Pascasarjana UPI dan Remaja Rosdakarya
Jurnal :
Iskandar, Johan. (2011). Upaya Pelestarian Tatar Sunda. Bandung : Yayasan Rancage (Konferensi Internasional Budaya Sunda II Revitalisasi Budaya Sunda : Peluang dan Tantangan Dalam Dunia Global).
Oktaviani, Tia, dkk. (2010). Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di Kampung Kuta. Bogor : Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.
Sartini. (2004). “Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafati”. Jurnal Filsafat. Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2. Yogyakarta : UGM.
Makalah :
Suprijoko, K. (2003). Sistem Pendidikan Nasional dan Peran Budaya Dalam Pembangunan Berkelanjutan. Makalah pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII. Denpasar : 14 – 18 Juli 2003.
Tesis/Disertasi :
Darsono. (1999). Penggunaan Media Pengajaran Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS di Skolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas tentang Penggunaan Media Pengajaran Berupa Gambar Diam dan Lingkungan Sekitar Dalam Pembelajaran Pendidikan IPS Pokok Bahasan Lingkungan Sekitar, Sub Pokok Bahasan Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Rumah Pada Kelas III SDS Al Qur’an Metro, Kotif Metro Kabupaten lampung Tengah). Bandung : Tesis Jurusan IPS-UPI.
Hermanto. (2012). Kearifan Lokal Kesatuan Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul (Kajian Etnopedagogi). Bandung : Disertasi Jurusan IPS-UPI.
Hermawan, Iwan. (2008). Kearifan Lokal Sunda Dalam Pendidikan (Kajian Terhadap Aktualisasi Nilai-Nilai Tradisi Sunda Dalam Pendidikan IPS di Sekolah Pasundan dan Yayasan Atikan Sunda). Bandung : Disertasi Jurusan IPS-UPI.