ANALISIS KEMAMPUAN IRAI HYOUGEN PADA MAHASISWA
PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FPBS UPI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
oleh:
Yusti Anggun Yulianti 0907235
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
ANALISIS KEMAMPUAN IRAI HYOUGEN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FPBS UPI
Oleh
Yusti Anggun Yulianti
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang
© Yusti Anggun Yulianti 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Yusti Anggun Yulianti
NIM : 0907235
Judul Skripsi : Analisis Kemampuan Irai Hyougen pada Mahasiswa Pendidikan Bahasa
Jepang FPBS UPI
SK. Dekan No : 1972/UN 40.3/DT/2013
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Dianni Risda, M.Ed. Susi Widianti, M.Pd., M.A.
NIP. 197105261998032002 NIP. 197312032003122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI
Dra. Neneng Sutjiati, M.Hum
ANALISIS KEMAMPUAN IRAI HYOUGEN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FPBS UPI
Yusti Anggun Yulianti 0907235 ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Kemampuan Irai Hyougen Pada Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang UPI”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman dan penggunaan irai hyougen (ungkapan permohonan) pembelajar terutama dalam cakupan mengenai
aite reberu (tingkat lawan bicara). Mulai saat ini ungkapan permohonan
disebut irai hyougen dan tingkat lawan bicara disebut aite reberu. Kemudian melihat kemampuan penggunaan dan pemahaman irai hyougen pembelajar bahasa Jepang berdasarkan lamanya waktu belajar.
Responden penelitian ini adalah pembelajar yang lama waktu belajarnya sedikit (semester 5) sebanyak 17 orang, yang lama waktu belajarnya lebih banyak (semester 7) sebanyak 17 orang sehingga jumlah keseluruhan adalah 34 orang mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI.
Hasil penelitian ini adalah diketahui bahwa kemampuan pembelajar dalam memahami dan menggunakan irai hyougen berdasarkan
aite reberu adalah sangat kurang. Selain itu, penulis melihat perbedaan
kemampuan pembelajar yang lama waktu belajarnya lebih lama dengan pembelajar yang lama waktu belajarnya sedikit dalam penggunaan dan pemahaman irai hyougen, dan diperoleh hasil bahwa kemampuan pembelajar yang lama waktu belajarnya lebih lama dalam kategori kurang. Sedangkan kemampuan pembelajar yang lama waktu belajarnya sedikit dalam kategori sangat kurang .
Berdasarkan data yang telah diperoleh, kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi adalah dikarenakan responden belum memahami irai hyougen dalam sudut pandang penutur asli Jepang. Karena penutur asli Jepang juga mempertimbangkan berbagai unsur seperti jarak sosial, kekuasaan, status sosial, situasi, lingkungan, efek kepada orang lain, dan sebagainya. ( Sekine: 2007)
AN ANALYSIS OF INDONESIA UNIVERSITY OF EDUCATION FACULTY OF LANGUAGE AND ARTS EDUCATION JAPANESE LANGUAGE LEARNERS’S ABILITY OF REQUEST EXPRESSION
Yusti Anggun Yulianti 0907235
ABSTRACT
This research’s purposes is to know Japanese learner’s the ability of
understanding and use of request expressions especially in the scope of the aite
reberu ( partner level ). And to see the using ability and understanding ability of
Japanese languange learner about request expressions.
This research’s object is learners who study in slightly frequency (5th semester) as much as 17 person. Learners who study in longer frequency (7th semester) as much as 17 person, so the total of research’s object is 34 person from Indonesia University of Education from Japanese Languange of Education Program.
The results of this study is known that the ability of learners to understand and to use request expressions by aite reberu ( partner level ) is very poor. In addition, the authors compared the ability of learners who study in longer frequency with learners who study in slightly frequency in the use and understanding request expressions, and the results showed that the frequency of learners who study in longer frequency in the poor category. While the ability of learners who study in slightly frequency in the very poor category.
The result of this research the errors that might occur is because the learners do not understand about request expressions in the viewpoint of Japanese native speakers. Because the Japanese native speakers are also considering various elements such as social distance , power , social status , situations , environments , effects to others , and so fort. ( Sekine : 2007)
Yusti Anggun Yulianti, 2014
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN
ABSTRAK i
SINOPSIS iv
KATA PENGANTAR xii
DAFTAR ISI xviii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GRAFIK xv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah……….. 1
B.Rumusan dan Pembatasan Masalah………. 6
C. Tujuan Penelitian………. 7
D.Manfaat Penelitian……… 8
E. Tinjauan Pustaka……….. 9
F. Metode Penelitian……… 12
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Irai Hyougen ... 17
Yusti Anggun Yulianti, 2014
C. Bentuk Irai Hyougen ... 24
D. Tingkat Kesopanan Irai [ 依頼 ] Berdasarkan aite raberu [ 相手 ベ ] ... 38
E. Penelitian Terdahulu ... 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 46
B. Objek Penelitian... 46
C. Instrumen Penelitian………... 47
D. Teknik Pengumpulan Data ... 52
E. Teknik Pengolahan Data ... 52
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Data…... .. 62
B. Analisi Data Test………... 62
C. Interpretasi Data ………... 79
D. Analisis Data Angket... 80
E. Interprestasi Data Angket... 88
F. Pembahasan... 89
Yusti Anggun Yulianti, 2014
B. Rekomendasi... 95
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai makhluk sosial manusia tak lepas dari interaksi dan
komunikasi. Terutama pada pembelajar bahasa asing yang diharapkan dapat
berkomunikasi secara baik dan benar dengan masyarakat internasional yang
memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda. Akan tetapi ada
satu kendala yang selalu terjadi kepada pembelajar bahasa asing pada
umumnya, yaitu menganggap bahwa menguasai tata bahasa merupakan
komponen yang paling penting dalam berkomunikasi. Akan tetapi hal tersebut
tidak sepenuhnya benar. Menurut Takegawa (1995), komponen penting dalam
kemampuan berkomunikasi adalah memiliki kemampuan dalam hal
sosiolinguistik. Di mana pembicara harus memiliki pengetahuan tentang
socially appropriate linguistic (ilmu bahasa tentang pemahaman hubungan
sosial) yang dibagi ke dalam dua target spesifik yaitu sebagai pendengar dan
pembicara. Selain itu sosiolinguistik pun melihat bahasa sebagai suatu sistem
tetapi yang yang berkaitan dengan struktur masyarakat, bahasa dilihat sebagai
sistem yang tidak terlepas dari ciri-ciri penutur dan dari nilai-nilai
sosiobudaya yang dipatuhi oleh penutur itu, jadi bahasa dilihat sebagai sistem
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, dalam berkomunikasi
kita selalu dihadapkan dengan dua target yang menjadi peranan penting dalam
„drama‟ sosialiasasi kehidupan masyarakat, yaitu sebagai pendengar dan
pembicara. Setelah mengetahui peranan masing-masing, langkah selanjutnya
yang harus dilakukan oleh pembelajar bahasa asing khusunya bahasa Jepang,
yaitu memahami berbagai macam konteks dan ragam ungkapan yang harus
digunakan dengan baik dan benar dalam berkomunikasi. Karena tutur
seseorang bisa bervariasi, sesuai dengan siapa lawan tuturnya.
Terlebih jika kita dihadapkan dengan situasi, di mana kita harus selalu
siap dalam lingkungan interaksi masyarakat Jepang secara langsung yang
intens. Bukanlah suatu hal yang asing lagi, bahwa pada kenyataannya orang
Jepang sangat menjunjung etika saat berbicara. Saat berkomunikasi, orang
Jepang selalu menyadari berbagai macam elemen seperti jarak sosial,
kekuasaan, status sosial, situasi atau kondisi, lingkungan, dampak kepada
orang lain dan sebagainya. ( Sekine: 2007)
Hal tersebut menunjukan bahwa dalam berkomunikasi dengan orang
Jepang semua unsur di atas harus kita pertimbangkan dengan bijaksana.
Sehingga pertimbangan tersebut secara otomatis akan menuntun kita untuk
mengerti bagaimana menggunakan ragam bahasa dan tindak tutur yang baik
dan benar. Terutama pada konteks kesopanan dan tindak tutur yang banyak
Dan salah satu hal yang erat ikatannya dengan konteks kesopanan dan
tindak tutur dalam bahasa Jepang yaitu irai hyougen. Jika diartikan secara
sederhana ke dalam bahasa Indonesia irai hyougen merupakan ungkapan
permohonan. Ungkapan permohonan tentu sering kita gunakan dalam bahasa
Indonesia karena penggunaanya tidak bisa terlepas dari interaksi hubungan
manusia sehari-hari, baik itu pada lingkungan formal maupun informal.
Begitu pula dengan bahasa Jepang yang banyak menggunakan irai hyougen
dalam rutinitas komunikasi masyarakatnya . Dengan kata lain, hal tersebut
bisa dikatakan sebagai salah satu komponen yang penting dalam komunikasi
antara pendengar dan pembicara dalam Bahasa Jepang.
Untuk lebih jelas mengenai contoh dari irai hyougen itu sendiri, mari
kita perhatikan kalimat di bawah ini.
Jika dihadapkan dengan situasi, apabila kita ingin meminjam mobil
kepada atasan, kalimat manakah yang tepat untuk kita ucapkan?
(1) 悪 い け ょ 自 動 車 使 わ せ もい い (diambil dari
buku 聞い ぼえ 話 方日本語生中級)
(2) ょ 自動車 使わせ い けませ
Setelah kita lihat 2 contoh kalimat di atas, tentu kita berfikiran bahwa kalimat
tersebut memiliki arti yang sama yaitu meminta izin untuk meminjam mobil
kepada pemiliknya. Dan ditinjau secara tata kebahasaan pun, kedua kalimat
tetapi jika kita lihat dari konteks kepada siapakah kalimat tersebut ditujukan,
maka kalimat (2) lah yang tepat untuk diucapkan. Karena walaupun kalimat
(1) memiliki arti yang sama dan tata bahasa yang tepat, pemakaian akhiran 使
わせ もいい, pada kalimat tersebut hanya bisa digunakan kepada teman,
keluarga atau bawahan. Selain itu bentuk tersebut pun memiliki nuansa bahwa
pembicara memiliki hubungan yang akrab dengan pendengar (informal). Oleh
karena itu kalimat tersebut memiliki kesan yang kurang sopan jika diucapkan
kepada seorang atasan. Sebaiknya bentuk akhiran 使わせ い けませ
-lah yang kita ucapkan apabila kita memohon sesuatu kepada atasan atau
orang yang kedudukannya lebih tinggi dari kita.
Itulah salah satu contoh dari bahasan mengenai irai hyougen. Orang
yang memiliki kemampuan dalam tata bahasa belum tentu bisa menggunakan
irai hyougen secara baik dan benar. Di sanalah kita harus paham bagaimana
menempatkan posisi kita dalam situasi percakapan dan siapakan lawan bicara
kita. Dan hal yang paling penting yaitu penggunaan bentuk kalimat irai
hyougen manakah yang tepat bagi lawan bicara.
Dalam Sekine (2007) yang memaparkan teori (Brown & Levinson,
1987) menyatakan bahwa ungkapan permohonan yaitu sesuatu yang
memerintah kepada lawan bicara (negative face), oleh karena itu gunakanlah
ungkapan tidak langsung (indirect expression) sebagai strategi negative
Sedangkan menurut Otsuka (2010) irai hyougen termasuk ke dalam
salah satu ungkapan bahasa, yang tentunya selalu berkaitan dengan unsur
sintaksis, unsur pragmatis, unsur semantis dan unsur budaya. Sehingga
penguasaan irai hyougen pada bahasa Jepang merupakan salah satu materi
ajar yang relatif sulit bagi pembelajar.
Selain itu penulis telah melakukan studi pendahuluan terhadap 10
responden secara acak untuk mengetahui kemampuan dan pendapat mereka
mengenai irai hyougen. Penulis memberikan soal tes dan angket trial
(percobaan) mengenai irai hyougen. Dan dari data tes tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemampuan responden terhadap kemampuan irai
hyougen, termasuk dalam kategori kurang. Serta menurut data angket
tersebut dapat disimpulkan bahwa semua responden mengkategorikan materi
irai hyougen sebagai materi yang sulit bagi pembelajar. Selain itu sebagian
besar responden berpendapat bahwa kurangnya sumber informasi atau
pengetahuan mengenai irai hyougen menjadi faktor yang menjadi kendala
dalam mempelajari irai hyougen. Dan penggunaan tingkat kesopanan (keigo)
dalam bahasa Jepang menjadi hal yang sulit untuk disampaikan atau
diungkapkan pada saat menggunakan irai hyougen.
Irai hyougen sendiri telah dipelajari mahasiswa ketika semester 2 pada
mata kuliah tata bahasa dan percakapan. Materi ajar mengenai irai hyougen
terus dipelajari sampai semester 6 terutama pada mata kuliah percakapan.
untuk dijadikan sebagai responden. Karena responden telah mempelajari
tentang irai hyougen tersebut kurang lebih selama 2 tahun. Guna mengetahui
kemampuan pemahaman dan penggunaan pembelajar serta permasalahan
yang terjadi mengenai irai hyougen. Selain itu penelitian ini pun bertujuan
untuk mengetahui perbedaan tingkat kemampuan pembelajar yang lama
waktu belajar yang sedikit (semester 5 ) dengan pembelajar yang lama waktu
belajarnya lebih lama (semester 7) .
Dari latar belakang inilah, akhirnya penulis memutuskan untuk
menganalisis tentang irai hyougen dengan judul “ANALISIS
KEMAMPUAN IRAI HYOUGEN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN
BAHASA JEPANG FPBS UPI ” yang diharapkan mampu untuk menjawab
permasalahan yang banyak dihadapi oleh mahasiswa pendidikan bahasa
Jepang UPI pada khususnya dan pembelajara bahasa Jepang pada umumnya.
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah
Rumusan masalah
1) Apakah mahasiswa bahasa Jepang UPI menguasai pemahaman irai
hyougen sesuai tingkatan lawan bicara (aite reberu) dalam
berkomunikasi?
2) Apakah mahasiswa bahasa Jepang UPI menguasai penggunaan irai
hyougen sesuai tingkatan lawan bicara (aite reberu) dalam
3) Apakah terdapat perbedaan kemampuan irai hyougen pada
pembelajar berdasarkan lamanya waktu belajar?
4) Apakah faktor-faktor kesulitan yang dihadapi mahasiswa pada saat
mempelajari irai hyougen?
Pembatasan masalah
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut , maka penulis
membatasi masalah dalam penelitian pada hal sebagai berikut :
Ruang lingkup mengenai irai hyougen memiliki pembahasan
yang sangat luas. Ruang lingkup tersebut meliputi tentang aite reberu,
youten reberu hingga kodo. Oleh karena itu. penulis membatasi
masalah penelitian mengenai irai hyougen ini dalam lingkup aite
reberu saja.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab seluruh permasalahan yang
telah dirumuskan diatas. Tujuan khusus dari penelitian ini penulis rumuskan
sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui apakah mahasiswa bahasa Jepang UPI menguasai
pemahaman irai hyougen sesuai tingkatan lawan bicara (aite reberu)
2) Untuk mengetahui apakah mahasiswa bahasa Jepang UPI menguasai penggunaan irai hyougen sesuai tingkatan lawan bicara (aite reberu)
dalam berkomunikasi.
3) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan irai
hyougen pada pembelajar berdasarkan lamanya waktu belajar.
4) Untuk mengetahui apakah faktor-faktor kesulitan yang dihadapi
mahasiswa pada saat mempelajari irai hyougen.
D. Manfaat Penilaian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh berdasarkan tujuan penelitian ini
adalah :
1. Dapat menjadikan bahan referensi bagi para pembelajar bahasa Jepang
khususnya mengenai penggunaan bentuk kesopanan dan bentuk
permohonan yang baik dan tepat dalam komunikasi efektif Bahasa Jepang.
2. Dengan diadakannya penelitian ini, selain dapat dijadikan sebagai acuan
bagi penelitian selanjutnya dapat pula dijadikan sebagai masukan bagi
para pembelajar bahasa Jepang untuk memberikan bentuk kesopanan dan
bentuk permohonan konteks percakapan Bahasa Jepang dalam kehidupan
sehari-hari. Terlebih jika kita banyak berinteraksi langsung dengan native
Jepang, hal itu bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman antara
pembicara dan pendengar yang dilatarbelakangi budaya, bahasa dan
3. Selain itu, penulis pun berharap hasil penelitian ini dapat menjawab
masalah utama yang dihadapi pembelajar ketika mempelajari tentang irai
hyougen. Serta dapat mengindikasikan arah perbaikan materi dan cara
pengajaran mengenai irai hyougen bagi pengajar.
E. Tinjauan Pustaka
1. Analisis
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III (2001) ---> analisis ana.li.sis
[n] (1) penelitian suatu peristiwa atau kejadian (karangan, perbuatan,
dsb) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab-musabab, duduk
perkaranya, dsb); (2) Man penguraian suatu pokok atas berbagai
bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan
antarbagian untuk memperoleh pengertian yg tepat dan pemahaman
arti keseluruhan; (3) Kim penyelidikan kimia dng menguraikan
sesuatu untuk mengetahui zat bagiannya dsb; (4) penjabaran sesudah
dikaji sebaik-baiknya; (5) pemecahan persoalan yg dimulai dng
dugaan akan kebenarannya.
2. Kemampuan
Pemahaman berasal dari kata paham artinya benar, seseorang
dapat dikatakan paham apabila mampu menjelaskan sesuatu dengan
Pemahaman mencakup kemampuan untuk mengkap arti dan
makna bahan yang dipelajari. (W.S. Winkel, 1996:245)
Menurut Sudjana (1992:24) pemahaman dibedakan menjadi
tiga kategori yaitu:
1) Tingkat rendah yaitu pemahaman terjemahan
2) Tingkat menengah yaitu pemahaman penafsiran
3) Tingkat tinggi yaitu pemahaman extrapolation
3. Irai Hyougen
Ada banyak ahli yang menyatakan mengenai definisi irai
hyougen itu sendiri. Menurut Spenader (2004) yang dikutip dari
halaman lecture “Speech Act Teori”
“ Speech act directive speaker tries to make the hearer
to do something, exp. Ask,bag, challenge, command, dare, invite, insist,
request etc.” yang diartikan kedalam bahasa Indonesia yaitu ungkapan
permohonan (irai hyougen) adalah salah satu bentuk ungkapan yang
termasuk kedalam tindak tutur memerintah atau memberi instruksi, di
mana pembicara mencoba untuk membuat pendengar melakukan
sesuatu. Dan menurut Ogawa (2003;56)
依 頼 普通
Jika diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia yaitu, memohon
atau meminta kepada seseorang untuk melakukan sesuatu, itulah yang
disebut dengan irai hyougen. Irai hyougen walaupun memiliki point
yang sama dengan [inochi rei] untuk memerintah, akan tetapi hasil dari
pembicaraan itu, biasanya pembicara mendapatkan keuntungan yang
diinginkan dari orang yang diminta permohonan (pendengar).
Dalam Takegawa (1995) menjelaskan bahwa kemampuan
sosiolinguistik merupakan komponen penting dalam kemampuan
berkomunikasi bagi pembelajar asing. Pembelajar bahasa Jepang harus
memiliki pengetahuan tentang konsep kesopanan dan menghadapi
kontek sosial bahasa Jepang yang sebagaimana pembelajar gunakan
dalam pengunaan socially appropriate linguistic, yaitu sebagai
pendengar dan pembicara. Selain dari pada itu, Takegawa pun
melakukan penelitian terhadap pembelajar asing bahasa Jepang
berbahasa ibu bahasa Inggris, dan membandingkan ungkapan
permohonan responden dengan native Jepang. Dan ternyata hasilnya
menunjukan bahwa pembelajar asing masih menggunakan kalimat
berbeda dengan native Jepang yang tidak banyak menggunakan
kalimat lengkap, tapi banyak menggunakan unfinished sentence yang
banyak mewakili permohonan yang mereka inginkan kepada
pembicara. Dan mereka tidak menggunakannya dengan tujuan yang
sangat gamblang, namun pendengar diharap masih bisa menangkap hal
yang ingin mereka sampaikan pada pendengar, baik itu respon maupun
tindak tuturnya.
Dan dari jurnal inilah, penulis terinspirasi untuk mengambil tema
mengenai irai hyougen atau ungkapan permohonan yang ingin diteliti
kepada pembelajar bahasa Jepang di UPI.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Metode Penelitian
“ANALISIS KEMAMPUAN IRAI HYOUGEN PADA MAHASISWA
PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FPBS UPI ” bertujuan untuk
menjabarkan suatu keadaan atau fenomena pembelajar bahasa Jepang saat ini
sesuai dengan kemampuan mereka dalam penggunaan irai hyougen. Karena
penelitian ini menjabarkan suatu keadaan atau fenomena pembelajar bahasa
Jepang saat ini, maka metode yang paling tepat digunakan yaitu metode
deskriptif. Dan metode deskriptif yang digunakan yaitu deskriptif survey, di
mana metode ini banyak memiliki manfaat untuk bidang pendidikan, baik
bahan dalam merumuskan kebijakan pendidikan.(Sutedi:2009) Serta analisis
yang digunakan yaitu pengambilan data yang dilakukan penyertaan berbagai
bentuk tes dan angket yang digunakan untuk mengukur kemampuan irai
hyougen mereka secara tulisan (kuantitatif). Oleh karena itu penulis dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode ini
dipilih karena dirasa tepat untuk digunakan dalam penelitian ini.
2. Populasi dan Sample
1) Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang UPI.
2) Sample
Sample yang diambil dalam penelitian ini merupakan
mahasiswa Bahasa Jepang semester 5&7 yang berjumlah 34 orang.
3. Instrumen dan Sumber Data Penelitian
1) Instrument penelitian
a. Tes
Soal tes berupa pilihan ganda, menjodohkan dan isian sebanyak 22
soal, mengenai irai hyougen (ungkapan permohonan) dalam bahasa
Jepang terhadap mahasiswa Bahasa Jepang sebanyak semester 5 dan
semester 7 sebanyak 34 orang. Tes, diberikan untuk mengukur
b. Angket
Angket yang digunakan berupa angket tertutup berjumlah 10
pertanyaan. Selain itu penyebaran angket dimaksudkan untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh responden.
2) Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
berbagai sumber yaitu:
a. Buku atau jurnal referensi Bahasa Indonesia terkait penelitian
b. Buku atau jurnal referensi mengenai irai hyougen (ungkapan
permohonan) Bahasa Jepang
c. Kamus Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jepang
d. Situs internet:
www.cinii.co.jp (situs jurnal-jurnal Jepang tentang kebahasaan)
www.carla.umn.com (situs contoh-contoh soal mengenai irai
hyougen dari CARLA Speech Act Website )
4. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
melalui tahap pengumpulan data penting dan representative yang
1) Pengolahan data tes
Adapun beberapa poin penilian yang diambil dari (Otsuka:2010) dan
dijadikan sebagai standar penilaian dalam essai yaitu penguasaan
aturan dasar ungkapan, pemahaman arah acuan dan sudut pandang
(shiten) , pemahaman klausa dan topik serta pemahaman hubungan
interpersonal (aite reberu).
2) Pengolahan data angket
P = f X 100%
n
keterangan :
P = presentase
f = jumlah jawaban
n = jumlah responden penelitian
5. Sistematika Penulisan
1. Kulit muka (cover)
2. Lembar pengesahan
3. Lembar Pernyataan
4. Kata Pengantar
6. Sinopsis dalam bahasa Jepang
7. Daftar isi
8. Daftar table (jika diperlukan)
9. Daftar gambar (jika diperlukan)
10.Daftar lampiran (jika diperlukan)
11.Bab I: Pendahuluan didalamnya diuraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metode penelitian, teknik pengumpulan data dan
sistematika penulisan.
12.Bab II: Landasan Teoritis yang menguraikan tinjauan tentang irai hyougen
secara umum.
13.Bab III: Metode Penelitian objek penelitian, teknik pengumpulan data dan
pengolahan data.
14.Bab IV: Analisa Data dan Pembatasan yang menguraikan tentang irai
hyougen
15.Bab V: Kesimpulan dan Rekomendasi
16.Daftar pustaka
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. MetodePenelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Dalam
kegiatan penellitian metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur
yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian. Prosedur ini
merupakan langkah kerja yang bersifat sistematis, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan pengambilan kesimpulan. (Sutedi, 2009)
Sedangkan menurut Silalahi (2010) adalah “Inti pokok deskriptif
mengemukakan ciri-ciri dari sesuatu :mungkin yang dilakukan adalah
lebih dari itu, tetapi tidak bisa kurang dari itu dan masih disebut sebagai
deskripsi. Semakin baik deskripsi, semakin besar peluang bahwa bagian-
bagian yang diperoleh dari deskripsi akan berguna dalam membangun
teori selanjutnya.
B. Objek Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisai yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2012:117). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
2. Sample
Sample adalah suatu proporsi kecil dari populasi yang seharusnya
diteliti, yang dipilih atau ditetapkan untuk keperluan analisis. Dengan
meneliti sampelnya saja peneliti berharap akan dapat menarik
kesimpulan tertentu yang akan dikenakan terhadap populasinya.
(Sudijono, 1987).
Sample yang diambil dalam penelitian ini merupakan mahasiswa
Bahasa Jepang semester 5&7 yang berjumlah 34 orang. Dimana 17
responden merupakan mahasiswa semester 5 serta 17 responden
lainnya merupakan mahasiswa semester 7.Teknik pengambilan sample
dalam penelitian ini adalah teknik penyempelan random, yaitu teknik
memilih sampel dari populasi secara acak.
C. InstrumenPenelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan
penelitian (Sutedi, 2009:155). Instrumen yang digunakan berupa tes dan
non tes.
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, itelengensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa 10 soal pilihan
ganda, 7 soal menjodohkan dan 5 soal melengkapi isian.
Tes berupa pilihan ganda dan menjodohkan digunakan untuk
mengukur kemampuan pemahaman irai hyougen pembelajar.
Sedangkan tes berupa melengkapi isian digunakan untuk mengukur
kemampuan penggunaan irai hyougen pembelajar.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Soal Irai Hyougen (Ungkapan Permohonan)
Irai Hyougen Keterangan Nomor Soal
相手
Apabila kita sebagai
pembicara berusaha untuk
meminta suatu permohonan
pembicara berusaha untuk
meminta suatu permohonan
kepada lawan bicara yang
Aite Reberu 相手 ベ
atau tingkat lawan
bicaranya berada pada Level
0 . Seperti dalam ruang
lingkup orang seangkatan
atau seumur yang tidak
begitu dekat, (khususnya
tidak ada hubungan khusus),
dan orang yang baru pertama
kali dijumpai.
Menjodohkan:
12, 1 4, 15
Essay: 22
L +1
Apabila kita sebagai
pembicara berusaha untuk
meminta suatu permohonan
yang umurnya tidak beda
jauh, penjamin.
L +2
Apabila kita sebagai
pembicara berusaha untuk
meminta suatu permohonan
kepada lawan bicara yang
yang berumur (jaraknya
umurnya jauh).
L-1 Temanseumuran yang dekat, keluarga
L 0
Teman yang tidakterlaludekat, orang
yang pertama kali bertemu
L +1 Guru, atasan (umurtidakjauh)
2. Angket
Pada penelitian ini penulis menggunakan instrumen berupa angket
atau kuesioner. Angkat ini dilakukan untuk melengkapi data yang
dibutuhkan penulis selain data hasil tes. Angket adalah daftar
pertanyaan tertulis mengenai masalah tertentu dengan ruang untuk
setiap jawaban bagi setiap pertanyaan.
Angket ini terdiri dari 10 pertanyaan dalam bentuk jawaban
tertutup, tetapi terdapat beberapa butir pertanyaan yang pada jawaban
terakhirnya diberikan secara terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan kesempatan kepada responden menjawab secara bebas
sesuai pengalaman serta pengetahuannya.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Angket Tentang Irai Hyougen (Ungkapan Permohonan)
Aspek yang diamati NomorSoal
Lama Pengalaman Belajar Bahasa Jepang 1,2
Pengetahuan Mengenai Irai Hyougen 3,9
Faktor penyebab / adanya kesulitan dalam mempelajari dan
menggunakan Irai Hyougen
4,5,8
Dampak kurangnya pemahaman dalam penggunaan irai
hyougen
6
Solusi mengatasi kesulitan irai hyougen 7
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka
Studi pustaka ini dilakukan untuk memperoleh informasi,
teori dan data yang berhubungan dengan irai hyougen. Buku yang
menjadi sumber penelitian ini diantaranya Nihongono Bunkei Jiten,
Keigo Hyougen, Kiite Oboeru Hanashikata Nihongo Namachuukei,
Kamus Bahasa Jepang- Bahasa Indonesia Kenji Matsura,
Pengantar Linguistik Bahasa Jepang, Buku Statistik, dan
jurnal-jurnal yang membahas tentang irai hyougen serta beberapa situs
internet terkait pembahasan penelitian.
2. Studi Lapangan
Penulis mengumpulkan data pada mahasiswa semester 5 &
7 dengan pendekatan one-shot model. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan cara memberikan tes tertulis berupa pilihan
berganda, tes menjodohkan, dan tes isian (melengkapi percakapan),
serta angket.
E. TeknikPengolahan Data
1. Pengolahan Data Tes
Tes terdiri dari 22 soal. 10 soal berbentuk pilihan ganda, 7 soalnya
berbentuk menjodohkan, dan 5 soal berbentuk isian (melengkapi
Untuk mempermudah proses evaluasi, dapat dilihat melalui
deskripsi atau penjabaran yang lebih lengkap mengenai skala penilaian
askpek tes isian (melengkapi percakapan) sebagai berikut :
1. Memeriksa dan menghitung banyaknya data
2. Menyusun frekuensi dan persentase jawaban benar pada tiap
butir soal, dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
P = Presentase frekuensi dari setiap jawaban sampel
f = Frekuensi setiap jawaban
n = Jumlah sampel (banyaknya subjek penelitian)
3. Menyusun tabel distribusi frekuensi dan persentase jawaban
tiap butir soal.
4. Menghitung persentase kemampuan mahasiswa
5. Menghitung persentase rata-rata kemampuan dengan
berdasarkan pada kriteria sebagai berikut:
Table 3. 4 Penilaian PAP Skala 5
Nilai Interpretasi
0-54 Sangat kurang
55-64 Kurang
65-74 Cukup
75-84 Baik
85-100 Sangatbaik
2. Pengolahan Data Angket
Data angket diberikan setelah seluruh proses pembagian tes telah
selesai diberikan. Untuk mengelola data angket maka dilakukan
dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menjumlah setiap jawaban angket.
2. Menyusun frekuensi jawaban.
3. Membuat tabel frekuensi.
4. Menghitung frekuensi dari setiap jawaban dengan rumus sebagai
berikut :
P = Presentase frekuensi dari setiap jawaban sampel
n = Jumlah sampel (banyaknyasubjekpenelitian)
5. Menafsirkan data angket dengan pedoman yang tersedia pada tabel
berikut ini :
Tabel 3.5
Penafsiran data angket
Presentase (P) Jumlah responden (n)
0% Tidak ada seorangpun
1% - 5% Hampir tidak ada
6% - 25% Sebagian kecil
26% - 49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51% - 75% Lebih dari setengahnya
76% - 95% Sebagian besar
96% - 99% Hampir seluruhnya
F. UjiValiditas
Keterangan:
Mx: Mean variable x
My : Mean variable y
: Standar deviasi variable X
: Standar deviasi variable Y
Sebelum mencari t hitung terlebih dahulu harus menghitung nilai rata-rata
(mean) dan standar deviasi dari setiap variable, dengan menggunakan
rumus:
a. Mencari mean kedua variabel dengan rumus :
b. Mencari standar deviasi dari variabel X dan Y dengan rumus :
c. Mencari derajat kebebasan
Berikut adalah hasil uji validitas instrument setelah dilakukan uji
coba terhadap sepuluh orang sample:
Tabel 3.6
Persiapan perhitungan uji validasi
Sampel X Y XY
1 68 65 4420 4624 4225
2 89 86 7654 7921 7396
3 53 57 3021 2809 3249
4 65 68 4420 4225 4624
5 74 75 5550 5476 5625
6 72 75 5400 5184 5625
7 47 45 2115 2209 2025
8 83 80 6640 6889 6400
9 42 40 1680 1764 1600
10 53 51 2703 2809 2601
∑ 646 642 43603 43910 43370
= 14,68
db = N-1
db = 10-1= 9
Dengan derajat kebebasan 9, diperoleh angka 2,269 untuk taraf
yang signifikan 5% dan 3,250 untuk taraf signifikan 1%. Yang mana
bahwa t hitung lebih kecil dari pada t tabel, sehingga bisa disimpulkan
bahwa kedua mean (X dan Y ) tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.
Tabel 3.7
Persiapan perhitungan uji reliabilitas
Sampel X Y XY
1 68 65 4420 4624 4225
2 89 86 7654 7921 7396
3 53 57 3021 2809 3249
4 65 68 4420 4225 4624
5 74 75 5550 5476 5625
6 72 75 5400 5184 5625
7 47 45 2115 2209 2025
8 83 80 6640 6889 6400
9 42 40 1680 1764 1600
10 53 51 2703 2809 2601
rxy =
=
=
=
=
=
=
Tabel 3.8
Penafsiran Angka Korelasi
Rentang Angka Korelasi Tafsiran
0,00 ~ 0,20 Sangatrendah
0,21 ~ 0,40 Rendah
0,41 ~ 0,60 Sedang
0,61 ~ 0,80 Kuat
0,81 ~ 1,00 SangatKuat
Setelah dihitung diperoleh angka 0,98 dan jika dikorelasikan
dengan tabel penafsiran angka korelasi, maka soal instrument yang
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kemampuan mahasiswa semester 5 dan semester 7 jurusan Pendidikan
Bahasa Jepang UPI dalam kemampuan irai hyougen adalah sebagai
berikut :
1. Kemampuan pemahaman irai hyougen
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa
nilai rata-rata kemampuan mahasiswa dalam memahami irai
hyougen berdasarkan aite reberu adalah 48,59 % sehingga
dikategorikan sangat kurang.
2. Kemampuan penggunaan irai hyougen
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa
nilai rata-rata kemampuan mahasiswa dalam menggunakan irai
hyougen adalah 49,68 %sehingga dikategorikan sangat kurang.
3. Perbedaan pengalaman belajar pembelajar
Berdasarkan data, terdapat perbedaan kemampuan antara
pembelajar yang pengalaman belajarnya sedikit dengan pembelajar
yang pengalaman belajarnya lebih lama. Kemampuan pembelajar yang
pengalaman belajarnya lebih lama yaitu 56,4 % atau dalam kategori
kurang. Sedangkan kemampuan pembelajar yang pengalaman
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan
kemampuan pemahaman dan penggunaan berbading lurus, yaitu
jika kemampuan pemahaman tergolong sangat kurang maka
kemampuan penggunaannya akan tergolong sangat kurang.
4. Faktor-faktor kesulitan yang dihadapi pembelajar pada saat
mempelajari irai hyougen.
Kesulitan yang dialami oleh mahasiswa semester 5 dan
semester 7 jurusan pendidikan bahasa jepang dalam penggunaan
irai hyougen, dilihat dari data angket adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya sumber informasi/pengetahuan mengenai irai hyougen
b. Penggunaan tingkat kesopanan / keigo
Usaha yang dilakukan mahasiswa semester 5 dan semester
7 jurusan pendidikan bahasa jepang untuk mengatasi kesulitan
dalam pemahaman dan penggunaan irai hyougen berdasarkan data
angket adalah sebagai berikut :
a. Bertanya atau berdiskusi kepada teman
b. Bertanya kepada sensei
c. Mencari tahu sendiri dengan membaca buku referensi atau
mengumpulkan informasi
1) Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh setelah penelitian ini,
Berdasarkan hasil penelitian, penulis merasa bahwa dalam
penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Penulis hanya
menganalisis kemampuan mahasiswa dalam memahami serta penggunaan
irai hyougen dalam cakupan aite reberu saja. Ruang lingkup mengenai
irai hyougen memiliki pembahasan yang sangat luas. Ruang lingkup lain
yang terdapat pada irai hyougen seperti alur komunikasi hingga kodo dan
yang lain sebagainya belum sempat penulis analisis lebih lanjut. Selain itu
dalam cakupan aite reberu pun kesalahan yang terjadi dalam berbagai
situasi yang sangat beragam serta faktor lain yang menjadi kesulitan dalam
kemampuann irai hyougen belum dibahas secara terperinci. Serta sample
yang digunakan dirasa belum mewakili populasi yang diharapkan,
sehingga perlu diadakan penelitian lebih lanjut agar bisa mengembangkan
DAFTAR PUSTAKA
Sutedi, Dedi. 2009. PenelitianPendidikanBahasaJepang, Bandung: Humaniora
Sudjianto dan Dahidi, Ahmad. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang.Jakarta: Kesaint Blanc.
Depdikbud. 2001. KamusBesarBahasa Indonesia edisi ke-3. Jakarta :BalaiPustaka.
Sumarsono. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA
Sunakawa, Yuriko. 1998. Nihongo Bunkei Jiten. Japan : Kuroshio
Kabaya Hiroshi, Kawaguchi Yoshikazu, Sakamoto Megumi. 1993. Keigo
Hyougen. Japan
Beuckmann Fusako, Miyatani Atsumi, Komuro-Lee Ikuko. 2006. Kiite Oboeru
Hanashikata Nihongo Namachuukei. Japan: Kuroshio
Novianti, Ajeng. 2012. Analisis Kemampuan Jootai Fukushi Shikkari Kichinto dan
Tadashiku.Skripsi pada FPBS UPI Bandung :Tidak diterbitkan
Purnamasari, Wahyu, 2008. Analisis Ungkapan Permohonan Bahasa Jepang. Skripsipada FPBS UPI Bandung :Tidak diterbitkan
Chieko, Takegawa, 1995. Politeness and the speech act of requesting in Japanese
as a second language. Retrieved fromhttp:cnii.jp
Hiroko, Otsuka. 2010. Penguasaan Ekspresi Memberi dan Menerima
(Giving-Receiving Expression).Jurnal NihongoVol 2, NO. 1, Januari 2010
Kazuki, Sekine “~てくださいの機能について“, (Showa’s Women
University)Retrieved from http. Cinii.co.jp
Kahraman, Akkus. 2007. The Use Request Expressions By Turkish Learners of
Japanese. Journal of Theory and Practice in Education ISSN: 1304-9496.
Retrieved fromhttp://eku.com.edu.tr/index/3/1/bkharaman_dakkus.pdf
Spenader,Jennifer.2004. ”Speech Act Theory” Retrieved from
Yoshimasa, Kurubayashi. (2013). The Effects of Patterns of Response to a Request
on Interpersonal Attraction. Journal NII-Electronic Library Service from
Hokusei Gakuen University.
Test retrieved from http://www.carla.umn.edu/speechacts/japanese.html (designed for intermediate to advanced-level learners of Japanese by Noriko Ishihara (石原紀子), Assistant Professor of EFL at Hosei University, and by Andrew