1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pengetahuan suatu penyakit yang diderita oleh pasien berbanding lurus dengan tingkat kepatuhan pasien dalam meminum obat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan merupakan salah satu masalah klinis utama dalam manajemen pasien yang mempunyai penyakit kronis (Djawani S et.al, 2018). Dalam melakukan terapi non farmakologi pengetahuan digunakan sebagai dasar bagi pasien DM untuk penatalaksanaan diiringi dengan mengerti, ingin dan kesanggupan (Notoatmojo, 2018). Setiap orang akan melakukan suatu tindakan dengan didasari pengetahuan yang dimiliki, setelah itu bisa muncul gagasan untuk melakukan tindakan. Banyak dari penderita DM yang masih belum bisa menggambarkan kepatuhan, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pasien yang masih memakan makanan yang dapat menyebabkan kadar glukosa dalam darah yang tinggi (Raharjo, 2018).
Kepatuhan merupakan tingkatan perilaku pasien yang bertujuan untuk mendapat petunjuk dalam bentuk pengobatan yang ditentukan oleh baik diet, edukasi, perawatan ataupun konsultasi dengan dokter. Kepatuhan mengacu kepada situasi ketika perilaku seorang individu sepadan dengan tindakan yang dianjurkan atau nasehat yang diusulkan oleh seorang praktisi kesehatan.
Kepatuhan didefinisikan sebagai tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya (Kurniati Yulia Dini, 2018). Istilah kepatuhan sering digunakan untuk menjelaskan kepatuhan pada tujuan yang telah ditentukan karena memiliki sifat yang bisa berpengaruh. Dalam program kesehatan kepatuhan merupakan perilaku yang dapat dilakukan peninjauan dan bisa diukur secara langsung. Tingkat kepatuhan masing-masing pasien dapat digambarkan dengan perbandingan dari jumlah obat yang diminum dan waktu minumnya dalam jangka waktu tertentu . Tingginya keyakinan irasional masyarakat dalam menjalani pengobatan medis membuat pasien memilih untuk tidak patuh dalam mengikuti anjuran dokter (Kurniati Yulia Dini, 2018).
Ketidakpatuhan pasien dalam melakukan pengobatan dipengaruhi beberapa faktor seperti faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status pernikahan serta faktor psikologis yang berhubungan dengan keyakinan dan motivasi pasien terhadap terapi. Pengendalian metabolisme yang dilakukan secara teratur bisa menahan perkembangan komplikasi dari penyakit diabetes. Upaya pengendalian DM merupakan sasaran terapi agar tidak terjadi komplikasi kronik pada penderita, untuk mempertahankan kadar gula darah tetap normal sepanjang waktu harus menjaga agar nilai HbA1c normal (Ramadhan et al., 2018). Hal tersebut bisa diperoleh dari kepatuhan minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup sesuai anjuran terapi dan kesehatan (Kurniati Yulia Dini, 2018).
Penyakit Diabetes Mellitus bisa ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi jumlah normalnya serta adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan sekresi insulin. Manifestasi yang sering terjadi pada penyakit ini antara lain polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan, kesemutan.
Kenaikan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan resistensi insulin merupakan penyebab munculnya DM tipe 2.
Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan tahun 2018 melakukan pengumpulan data penderita diabetes mellitus pada peduduk berusia ≥ 15 tahun. Kriteria diabetes mellitus pada riskesdas 2018 mengacu pada konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) yang mengadopsi kriteria American Diabetes Association (ADA) Hasil Riskesdas pada tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada usia ≥ 15 tahun adalah sebesar 2%, angka ini menujukkan peningkatan berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 yang hanya bernilai 1,5% pada pasien yang berusia ≥ 15 tahun.
Pravelensi diabetes mellitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Angka ini menunjukkan bahwa baru sekitar 25% penderita diabetes mellitus yang mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes mellitus. Pravelensi diabetes mellitus menunjukkan peningkatan seiring dengan bertambahnya usia
penderita yang mencapai puncaknya pada usia 55-64 tahun dan menurun setelah melewati rentang usia tersebut. Pola ini mengindikasikan semakin tinggi usia semakin besar risiko untuk mengalami diabetes mellitus (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
Gambar 1.1 Prevalensi Diabetes Mellitus Berdasarkan Diagnosis Menurut Kelompok Umur pada Riskesdas 2013 dan 2018
Hampir semua provinsi di Indonesia menunjukkan peningkatan prevalensi pada tahun 2013-2018, kecuali provinsi Nusa Tenggara Timur.
Terdapat empat provinsi dengan prevalensi pada tahun 2013-2018 yaitu DIY, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Timur. Terdapat beberapa provinsi dengan peningkatan prevalensi tertinggi sebesar 0,9%, yaitu Riau, DKI Jakarta, Banten, Gorontalo, dan papua Barat (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
Gambar 1.2 Prevalensi Diabetes Mellitus (%) pada Riskesdas Tahun 2013-
2018
Gambar 1.3 Prevalensi Diabetes Mellitus pada Riskesdas Tahun 2018 Komplikasi kronis pada diabetes mellitus bisa mengakibatkan berkurangnya angka harapan hidup dan biaya kesehatan yang semakin besar.
Kualitas hidup yang rendah dapat memperburuk komplikasi dan dapat berakhir kecacatan atau kematian (M, Siti Khoiroh, 2018). Pengobatan yang dilakukan secara berkesinambungan kepada penderita DM oleh penyedia jasa kesehatan sangat diutamakan untuk mencegah terjadinya komplikasi berkelanjutan. Penurunan tingkat kepatuhan pasien DM dengan kondisi akut lebih jarang dijumpai dibandingkan dengan status kronis. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa tingkat ketidakpatuhan pada penderita penyakit kronis dengan pengobatan berkepanjangan di negara modern sekiranya setengah dari jumlah penduduk yang ada serta bisa lebih besar di negara yang statusnya masih berkembang. Permasalahan tersebut terjadi karena terdapat hubungan penurunan kepatuhan paling cepat 6 bulan setelah menjalani terapi juga karakter berkepanjangan penyakit kronis.
Ketidakpatuhan dalam menjaga kesehatan dapat berdampak pada komplikasi penyakit DM dan bisa berujung pada kematian (M, Siti Khoiroh, 2018).
Pengobatan DM bisa sukses tergantung pada motivasi pasien itu sendiri. Pasien DM yang mempunyai pengetahuan tinggi bisa memperbaiki sikap dalam melakukan pengobatan. Diantara usaha yang bisa diperbuat agar kepatuhan pesien bisa ditingkatkan dalam melakukan pengobatan adalah dengan cara pemberian edukasi kesehatan kepada pasien. Pembelajaran
kesehatan bertujuan mengusahakan supaya perilaku seseorang maupun kelompok masyarakat bisa berdampak baik kepada pemeliharaan serta promosi kesehatan. Supaya usaha promosi kesehatan bisa mendapatkan tujuannya, maka sebelum adanya campur tangan tersebut harus dilakukan studi kepada perkara sikap kepada target yang akan diberikan intervensi berlandaskan pola yang selesai dirancang, selanjutnya intervensi ditujukan berdasarkan hasil analisis ataupun penelitian. Promosi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat terutama individu dalam meningkatkan kesehatan mereka sangat efektif untuk menambah pengetahuan dan kesadaran diri seseorang dalam memberdayakan dirinya untuk merubah perilaku yang sebelumnya merugikan menjadi menguntungkan untuk kesehatannya (Hannan et al., 2018).
Apotek Kimia Farma Kawi Malang merupakan salah satu apotek yang memiliki dokter Spesialis Penyakit Dalam ( Endokrin, Metabolik dan Diabetes). Hal ini membuat frekuensi pasien DM yang datang untuk berobat di Apotek Kimia Farma Kawi lebih banyak dibandingkan dengan Apotek Kimia Farma lain di kota Malang. Berdasarkan informasi dari tenaga kesehatan di Apotek Kimia Farma Kawi Malang terdapat 74 hingga 112 pasien DM yang menebus resep setiap bulannya. Selain memiliki dokter internis Apotek Kimia Farma Kawi juga bekerja sama dengan Klinik Kimia Farma Bromo dan Klinik admedika PLN Malang sehingga jumlah resep yang masuk terbilang cukup banyak. Berdasarkan latar belakang ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan pengetahuan tentang diabetes mellitus terhadap tingkat kepatuhan pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dalam meminum OAD (Oral Antidiabetic Drugs) di Apotek Kimia Farma Kawi Malang".
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana “Hubungan Pengetahuan tentang Diabetes Mellitus Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dalam Meminum OAD (Oral Antidiabetic Drugs) di Apotek Kimia Farma Kawi Malang"
2. Adakah “Hubungan antara data demografi dengan pengetahuan responden tentang DM”
3. Adakah “Hubungan antara data demografi dengan tingkat kepatuhan responden dalam meminum obat”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui hubungan pengetahuan tentang Diabetes Mellitus terhadap tingkat kepatuhan pasien terhadap penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Apotek Kimia Farma Kawi Malang.
1.4 Hipotesis Penelitian
1. H0 : Tidak adanya hubungan pengetahuan tentang Diabetes Mellitus terhadap tingkat kepatuhan pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dalam meminum OAD (Oral Antidiabetic Drugs) di Apotek Kimia Fama Kawi Malang.
H1 : Adanya hubungan pengetahuan tentang Diabetes Mellitus terhadap tingkat kepatuhan pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dalam meminum OAD (Oral Antidiabetic Drugs) di Apotek Kimia Fama Kawi Malang.
2. H0 : Tidak adanya hubungan antara variabel independen dengan data demografi pasien
H1 : Adanya hubungan antara variabel independen dengan data demografi pasien
3. H0 : Tidak adanya hubungan antara variabel dependen dengan data demografi pasien
H1 : Adanya hubungan antara variabel dependen dengan data demografi pasien
1.5 Kebaruan Penelitian
No. Nama Judul Penelitian Tujuan Penelitian Lokasi Penelitian
Rancangan Penelitian
Indikator Pengumpulan Data 1. Edwin Boyoh,
Marshal
Kaawoan, Adeleida Bidjuni, Hendro (2016)
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Untuk melihat kaitan
pengetahuan dan kepatuhan pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dalam meminum obat
Poliklinik Endokrin RSUP. Prof.
Dr. D. Kandou Manado
Rancangan penelitian observasional dengan
pendekatan study Crosssectional
Pengetahuan penderita mengenai pengendalian DM untuk mengkontrol kadar gula darah Kepatuhan penderita Diabetes Mellitus terhadap pengobatan yang diberikan dokter
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner berskala Guttman dengan
menggunakan data primer
2. Azyenela, Lola Novelni, Ringga Amanda, Putri (2020)
Hubungan Pengetahuan terhadap Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Lubuk Buaya
Untuk mengetahui hubungan pegetahuan terhadap
kepatuhan minum obat pada pasien prolanis yang menderita
Diabetes Mellitus Tipe 2
Puskesmas Lubuk Buaya Padang
Deskriptif korelatif dengan rancangan crossectional
Pengetahuan pasien Diabetes Mellitus tentang OAD
Kepatuhan pasien DM yang sedang melakukan perawatan
Kuisioner pengetahuan dan kuisioner kepatuhan MMAS-8
No. Nama Judul Penelitian Tujuan Penelitian Lokasi Penelitian Rancangan Penelitian
Indikator Pengumpulan Data 3. Nazriati, Elda
Pratiwi, Diana Restuastuti, Tuti (2018)
Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dan hubungannya dengan
Kepatuhan Minum Obat di Puskesmas Mandau Kabupaten Bengkalis
Untuk mendapatkan representasi
mengenai
korespondensi antara pengetahuan dan kepatuhan minum obat pasien DM tipe 2
Puskesmas Mandau kabupaten Bengkalis
Observasional studi potong lintang
Pengetahuan pasien mengenai penyakit Diabetes Mellitus Kepatuhan pasien Diabetes Mellitus dalam melakukan pengobatan
Data
dikumpulkan dengan kuesioner DKQ-24 dan (MMAS-8) yang sudah diverifikasi sebelumya
4. Bulu, Adelaide Dwi Wahyunu, Tavip
Sutriningsih, Ani (2019)
Hubungan antara Kepatuhan Minum Obat dengan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Dinoyo Malang
Puskesmas Dinoyo Malang
Metode korelasional analisis cross sectional
Kepatuhan pengobatan pasien Diabetes Mellitus terkait waktu, dosis, dan frekuensi
Pengumpulana data dengan kuisioner dan lembar pengamatan pemeriksaan gula darah
1.6 Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti
Penelitian ini bisa meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan mengenai Hubungan Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dalam Meminum OAD (Oral Antidiabetic Drugs).
b. Bagi Pasien
Memberikan informasi kepada pasien khususnya penderita DM tipe 2 dalam kepatuhannya minum obat dan usaha meningkatkan pengetahuan tentang pengobatannya.
c. Bagi Institusi
Hasil dari penelitian bisa bisa dijadikan dasar dan bahan rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya terutama dalam hal kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat-obatan dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan pasien atau masyarakat supaya tercapai terapi yang diinginkan dan meningkatkan derajat hidup pasien.
d. Bagi Apotek
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pencapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya (Telefarma), agar tercapai status kesehatan yang tinggi pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 secara menyeluruh.