• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN GANTI RUGI (SKGR) DALAM JUAL BELI TANAH DI PEKANBARU (STUDI KASUS TANAH MILIK BOY DESVINAL SALAM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN GANTI RUGI (SKGR) DALAM JUAL BELI TANAH DI PEKANBARU (STUDI KASUS TANAH MILIK BOY DESVINAL SALAM)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN GANTI RUGI (SKGR) DALAM JUAL BELI TANAH DI PEKANBARU (STUDI

KASUS TANAH MILIK BOY DESVINAL SALAM) Kholida Nabila

(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: Kholidanabila@ymail.com)

Novina Sri Indiraharti

(Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: novina.si@trisakti.ac.id)

ABSTRAK

Jual beli merupakan perbuatan hukum pemindahan hak dan didaftarkan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Namun di kota Pekanbaru Provinsi Riau jual beli dibuktikan dan didaftarkan dengan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR). Permasalahan dalam skripsi ini adalah Dalam kasus tanah Boy Desvinal Salam apakah penggunaan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) dalam Jual Beli tanah sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan apakah SKGR dapat didaftarkan di Kantor Pertanahan. Tipe penelitian ini penelitian normatif, yakni dengan menggunakan data sekunder dan dilengkapi dengan data yang diperoleh melalui wawancara yaitu di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Analisa dilakukan secara analisis kualitatif dengan penarikan kesimpulan logika deduktif. Hasil penelitian ini jual beli yang dilakukan dengan SKGR tidak diatur dalam PP No. 24 Tahun 1997 serta Jual Beli harus dibuktikan dengan Akta PPAT, sehingga tidak sesuai dengan PP No. 24 Tahun 1997. SKGR yang merupakan bukti pengoperan hak pengelolaan atas tanah tidak dapat didaftarkan di Kantor Pertanahan sebagai bukti perbuatan hukum jual beli, namun sebagai tanah garapan terhadap tanah negara, maka tanah dengan alas hak SKGR dapat didaftarkan apabila diajukan permohonan hak terlebih dahulu dalam rangka pendaftaran tanah untuk pertama kali. Disarankan bagi pemerintah Riau untuk mengeluarkan Peraturan Daerah dan mensosialisasikan terkait penggunaan SKGR untuk meminimalisir persepsi dan sengketa, serta masyarakat untuk mengajukan permohonan hak kepada negara melalui kantor pertanahan lalu mendaftarkan tanahnya agar memiliki bukti penguasaan yuridis terhadap suatu tanah.

Kata Kunci : Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR), Pendaftaran Tanah, Pemindahan Hak, Jual Beli.

(2)

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang

Tanah adalah suatu hak yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Tanah juga digunakan sebagai lahan pembangunan untuk gedung perkantoran, pertokoan, industri, serta sebagai tempat tinggal. Akan tetapi tanah yang merupakan sumber kehidupan pokok dan mendasar bagi manusia sangat terbatas.1

Mengingat besarnya peranan atau fungsi bumi/tanah dalam kehidupan bernegara, maka pemerintah mengatur untuk memberikan hak-hak atas tanah tersebut kepada warga negara atas orang-orang yang berhak untuk mempunyai hak atas tanah.

Hak atas tanah yang dimiliki seseorang dalam perkembangannya dapat beralih atau berpindah kepada pihak lain yang dibuktikan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Apabila seseorang memiliki sebidang tanah dan ingin mengalihkan penguasaan tanahnya maka dilakukanlah jual beli, ketika hal ini terjadi, maka pemilik tanah melakukan peralihan hak atas tanah dan pemilik tanah tersebut akan berurusan dengan PPAT atau pejabat yang berwenang untuk itu.

Tetapi masih ada jual beli yang tidak menggunakan suatu akta, melainkan dengan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR). Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) menurut namanya merupakan suatu surat keterangan yang digunakan untuk mengganti rugi suatu obyek. Dalam hal ini obyek yang disebut adalah suatu bidang Tanah2 Negara atau Tanah Garapan.

Seperti yang terjadi dalam perkara antara Boy Desvinal Salam dengan Lamsana Sirait. Boy Desvinal Salam membeli sebidang tanah dari Hj Jusni Rifai Tanjung, berdasarkan alas hak jual beli (ganti rugi) yang disebut dengan SKGR dan dibuktikan dengan SKGR Register Camat Rumbai Pesisir Nomor 595.3/KRP.PEM/964, tertanggal 7-12-2015 dan Register

1 Samun Ismaya, Hukum Administrasi Pertanahan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 21. 2 Hendra Dwi Putra, Kedudukan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) Sebagai Bukti

Perolehan Hak Atas Tanah di Pemerintah Kota Pekanbaru Provinsi Riau (Tesis Universitas

(3)

Lurah Lembah Sari Nomor 167/595.2/SKGR/LS/XII/2015, tertanggal 4 Desember 2015 atas nama Boy Desvinal Salam. Namun Suatu hari muncul gugatan dari Lamsana Sirait yang menyatakan bahwa tanah yang dimiliki oleh Boy Desvinal Salam adalah tanah milik Lamsana Sirait, dan bahwa SKGR atas nama Boy Desvinal Salam adalah SKGR yang tidak sah. Lamsana Sirait menyatakan bahwa ia memperoleh tanah tersebut dari jual beli dengan Agusman Idris, yang dibuktikan dengan SKGR Register Camat Rumbai Pesisir Nomor 595.3/KRP- PEM/115, tertanggal 14 Februari 2012, dan Register Lurah Lembah Sari Nomor 22/PEM/LS/II/2012, tertanggal 14 Februari 2012 atas nama Lamsana Sirait.3

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan analisis secara yuridis terhadap jual beli tanah tersebut dan menyusunnya dalam penelitian yang berjudul: “Tinjauan Yuridis Penggunaan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) dalam Jual Beli Tanah di Pekanbaru (Studi Kasus Tanah Milik Boy Desvinal Salam)”.

2. Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Dalam kasus tanah Boy Desvinal Salam, apakah penggunaan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) dalam Jual Beli tanah sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah?

b. Apakah jual beli dengan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) dapat didaftarkan di Kantor Pertanahan?

B. Metode Penelitian

(4)

Dalam melakukan penelitian agar terlaksana dengan maksimal maka penelitian mempergunakan beberapa metode sebagai berikut :

1. Tipe Penelitian

Penelitian mengenai penggunaan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) dalam perbuatan hukum Jual Beli Tanah yaitu penelitian hukum secara normatif dengan meneliti ketentuan tentang jual beli tanah berdasarkan peraturan di bidang Hukum Tanah Nasional.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analisis, yang menggambarkan penggunaan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) dalam hal Jual Beli tanah peraturan dan bahan pustaka.

3. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan sepenuhnya adalah Data Sekunder yang terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah;

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu buku-buku tentang Hukum Agraria, pendaftaran tanah, serta buku-buku maupun jurnal mengenai peralihan hak melalui jual beli dan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR).

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara Penelusuran Literatur di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Trisakti dengan membaca buku-buku ilmiah, peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penggunaan SKGR dalam jual beli tanah, serta mengakses data melalui internet.

Untuk melengkapi data sekunder maka dilakukan wawancara yang berfungsi untuk membuat deskripsi dan/atau eksplorasi terhadap data yang dibutuhkan.4 Wawancara dilakukan dengan Muhammad Arief Suleiman, S.ST., selaku Kepala Seksi Penanganan Masalah dan Pengendalian

(5)

Pertanahan di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru Provinsi Riau dan Rabiul Misqa Hagi selaku Lurah Lembah Sari kota Pekanbaru Provinsi Riau.

5. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif sesuai dengan sifat penelitian secara deskriptif.5 Semua data yang sudah dikumpulkan akan disusun kembali secara sistematis dan disajikan dalam bentuk jurnal yang kemudian diambil suatu kesimpulan. 6. Cara Penarikan Kesimpulan

Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika deduktif, artinya metode menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan-pernyataan yang sifatnya umum menjadi kesimpulan yang bersifat khusus.6 Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis ketentuan-ketentuan yang umum yaitu mengenai jual beli maupun pendaftaran tanah dan kemudian ditarik kesimpulan bersifat khusus yaitu terhadap kasus tanah Boy Desvinal Salam.

C. Analisis Terhadap Penggunaan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) Dalam Jual Beli Tanah

1. Kesesuaian Jual Beli dengan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) terhadap Ketentuan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

Menurut Hukum Adat jual beli tanah merupakan suatu perbuatan hukum yang berupa penyerahan tanah yang bersangkutan oleh penjual kepada pembeli untuk selama-lamanya pada saat yang sama pihak pembeli menyerahkan harganya kepada penjual.7

Jual beli dilakukan oleh para pihak di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Jual beli merupakan proses peralihan hak dengan

5 Sugiyono, Op.Cit., h. 12. 6 Ibid., h. 250

7 Effendi Perangin, Hukum Agraria Indonesia, Suatu Telaah Dari Sudut Pandang Praktisi

(6)

menggunakan prinsip dasar yaitu Terang dan Tunai. Terang artinya jual beli tersebut harus dilakukan di hadapan pejabat umum yang berwenang, pejabat umum yang berwenang seperti Kepala Adat, Camat, dan PPAT. Tunai artinya harga jual belinya harus dibayarkan secara tunai.8 Akta tersebut membuktikan, bahwa benar telah dilakukan perbuatan hukum yang bersangkutan sebagaimana diatur dalam Pasal 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang berbunyi sebagai berikut :

“Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”9

Sehubungan dengan praktek Pengalihan tanah yang dilakukan oleh masyarakat salah satu Kelurahan di Pekanbaru yang menerbitkan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) sebagai bukti perbuatan hukum Jual Beli adalah Kelurahan Lembah Sari. Masyarakat Di Kelurahan Lembah Sari kota Pekanbaru menganggap bahwa SKGR adalah bukti kepemilikan tanah dan sebagian SKGR yang dikeluarkan diperuntukkan bagi Rumah (Tempat tinggal).10 SKGR menurut namanya merupakan suatu surat keterangan yang digunakan untuk mengganti rugi suatu obyek. Dalam hal ini obyek yang disebut adalah suatu bidang tanah.11

Di kota Pekanbaru, SKGR diterbitkan terhadap tanah yang berstatus Tanah Garapan. Definisi tanah garapan adalah sebidang tanah yang sudah atau belum dilekati dengan sesuatu hak yang dikerjakan dan dimanfaatkan

8 Irma Devita Purnamasari, Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, Dan Bijak Mengatasi Masalah Hukum

Pertanahan. (Bandung: Kaifa, 2010), h. 16.

9 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Pasal 37.

10 Rabiul Misqa Hagi, Lurah Lembah Sari, Wawancara pada tanggal 27 Desember 2019 pukul 15.30 WIB

(7)

oleh pihak lain baik dengan persetujuan atau tanpa persetujuan yang berhak dengan atau tanpa jangka waktu tertentu.12

Pemindahan hak terhadap tanah dengan SKGR tidak sesuai dengan PP No. 24 Tahun 1997. Karena pada PP No. 24 Tahun 1997 tidak diatur mengenai penggunaan SKGR dalam Jual Beli, melainkan bahwa berdasarkan Pasal 37 ayat (1) PP No. 24 Tahun 1997 Jual Beli harus dibuktikan dengan Akta oleh PPAT serta objek yang tercantum pada SKGR ialah Tanah Garapan yang bukan merupakan objek Jual Beli.

Terkait dengan Kasus Boy Desvinal Salam dan Lamsana Sirait yang terbit 2 SKGR terhadap sebidang tanah. Pada putusan Nomor 89/Pn.Pdt.G/2017/PN.Pbr di Pengadilan Negeri Pekanbaru, 55/PDT/2018/PT.PBR di Pengadilan Tinggi Pekanbaru, dan 933k/Pdt/2019 di Mahkamah Agung Republik Indonesia, Majelis Hakim memutuskan bahwa SKGR atas nama BOY DESVINAL SALAM ialah SKGR yang sah.13 Sehubungan dengan ini, apabila SKGR tersebut dianggap sebagai bukti peralihan hak atas tanah melalui jual beli yang mengalihkan penguasaan fisik dan yuridis atas tanah, maka menurut penulis Majelis Hakim telah keliru. Namun apabila SKGR tersebut dalam pertimbangan majelis hakim dianggap sebagai surat yang digunakan sebagai bukti pengalihan tanah garapan yang hanya mengalihkan penguasaan fisiknya / hak garapnya saja, maka menurut penulis putusan majelis hakim sudah tepat.

Dikarenakan SKGR bukan merupakan alat bukti pemindahan hak atas tanah, melainkan sebagai bukti peralihan penguasaan fisik atas tanah, maka SKGR tidak bisa disamakan dengan Akta Jual Beli (AJB) sehingga tidak bisa dijadikan dasar telah terjadi Perbuatan hukum Jual Beli Tanahnya. Selain itu, secara prosedural SKGR tidak bisa atau tidak wajib mengikuti

12 Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Nomor 2 Tahun 2003 tentang Norma dan Standar Mekanisme Ketatalaksanaan Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan yang Dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

(8)

ketentuan yang ada dalam PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

2. Pendaftaran Tanah terhadap Tanah yang diperoleh melalui Jual Beli dengan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR)

Penggunaan SKGR dalam pengalihan di Pekanbaru setelah tahun 1997 khusus hanya untuk tanah yang belum terdaftar atau belum bersertipikat. Selama dalam pendaftaran tanah menggunakan SKGR telah memenuhi syarat formil, maka BPN/Kantor Pertanahan tetap menerima SKGR tersebut sebagai alas haknya.14

Pengalihan penguasaan atas tanah di Pekanbaru bukan merupakan perbuatan hukum Jual Beli, karena SKGR bukan merupakan bukti pemindahan hak dan objeknya hanya tanah garapan yang pengalihannya hanya pengalihan hak garapnya dan bukan pengalihan hak atas tanahnya, maka tidak bisa didaftarkan. Namun SKGR dapat dijadikan alas hak untuk mendaftarkan kepemilikan atas tanah seseorang jika diajukan Permohonan Hak terlebih dahulu.

Kegiatan Pendaftaran Tanah bagi tanah yang berdasar pada SKGR ialah sama seperti pada umumnya yaitu berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan juga Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan. Pendaftaran tanah menggunakan SKGR termasuk kategori pendaftaran hak baru yakni Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali.15

14 Muhammad Arief Suleiman, S.ST., Kepala Seksi Penanganan Masalah dan Pengendalian Pertanahan di Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru, Wawancara pada tanggal 30 Desember 2019 pukul 09.00 wib

(9)

D. Penutup

1. Kesimpulan

a. Penggunaan SKGR di Pekanbaru dilakukan terhadap Pengoperan Tanah Garapan (belum bersertipikat) pada aparat setempat yaitu Kelurahan sesuai dengan lokasi bidang tanah berada, sehingga penggunaan SKGR tidak dapat dikatakan sebagai bukti perbuatan hukum jual beli. Terkait dengan kasus tanah Boy Desvinal Salam, Pengoperan Tanah Garapan tersebut dibuktikan dengan SKGR yang disahkan oleh Lurah dan Camat dan tidak dibuat dengan akta PPAT, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan SKGR tidak sesuai dengan PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah serta tidak memenuhi unsur Terang dalam jual beli. b. Pada PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dinyatakan

bahwa pendaftaran Jual Beli harus dibuktikan dengan Akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang. Penggunaan SKGR di Pekanbaru hanya terhadap pengoperan penguasaan fisik terhadap Tanah Garapan dan bukan terhadap Jual Beli Tanah (pemindahan hak) serta SKGR tidak dibuat oleh PPAT, sehingga SKGR tidak dapat didaftarkan terhadap perbuatan hukum jual beli (pemindahan hak). Namun, SKGR dapat digunakan sebagai dasar dalam mengajukan permohonan hak kepada negara lalu kemudian diikuti dengan Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali sebagai Pendaftaran Hak Baru.

2. Saran

a. Pemerintah Pekanbaru Provinsi Riau perlu untuk menerbitkan Peraturan Daerah ataupun Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam hal pemindahan hak maupun penggunaan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR). Serta mensosialisasikan pengaplikasian dan fungsi bahwa SKGR merupakan bukti penguasaan fisik kepada masyarakat serta pejabat / aparat yang berwenang agar tidak terdapat perbedaan persepsi dan meminimalisir kendala dan sengketa terhadap SKGR.

(10)

b. Untuk bisa didaftarkan agar dapat diterbitkan Sertipikat, pihak yang ingin menguasai harus mendapatkan Surat Keputusan Pemberian Hak (SKPH) yang didahului dengan pengajuan Permohonan Hak kepada negara melalui Kepala Kantor Pertanahan yang berwenang. Apabila telah memiliki Sertipikat dan buku tanah, maka dalam Jual Beli selanjutnya dapat dibuktikan oleh akta PPAT.

DAFTAR REFERENSI BUKU

Amirudin, dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Ismaya, Samun. Hukum Administrasi Pertanahan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013. Perangin, Effendi. Hukum Agraria Indonesia, Suatu Telaah Dari Sudut Pandang

Praktisi Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.

Purnamasari, Irma Devita, Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, Dan Bijak Mengatasi

Masalah Hukum Pertanahan. Bandung: Kaifa, 2010.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian hukum, Cet. 3 Jakarta: UI Press, 2015. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta, 2005.

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum dalam Praktek, Cet.3, Jakarta: Sinar Grafika, 2002.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Pendaftaran Tanah. PP No. 24 Tahun 1997.

SUMBER LAIN

Hendra, Dwi Putra. Kedudukan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) Sebagai

Bukti Perolehan Hak Atas Tanah di Pemerintah Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Tesis Universitas Indonesia, 2016.

(11)

Kepala Badan Pertanahan Nasional. Keputusan tentang Norma dan Standar Mekanisme Ketatalaksanaan Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan yang Dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. SK No. 2 Tahun 2003. Mahkamah Agung Republik Indonesia. Putusan Tingkat Kasasi No.

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan memori utama sangat penting untuk sistem komputer, penting untuk memproses dan fasilitas masukan/keluaran secara efisien, sehingga memori dapat

Sistem koloid merupakan heterogen yang tercampur dari dua zat atau lebih yang partikel tersebut berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain

Kendala utama dalam pengem- bangan usahatani jahe di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang adalah : teknik budidaya yang diterapkan belum sesuai dengan teknologi yang

Sumber data primer adalah pengusaha kerajinan tempurung kelapa dengan tujuan agar peneliti dapat memperoleh informasi mengenai berapa besar pendapatan dan kelayakan usaha

Aplikasi LED sebagai media tampilan sering dijumpai saat ini. LED dengan ukuran dan warna yang sama disusun sejajar membentuk baris dan kolom.. kemudian LED

Pengamatan panen meliputi angka kerapatan panen, kriteria matang buah, produksi per pemanenan, proses kegiatan panen, dan kebutuhan tenaga kerja panen serta pengamatan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa kelas VB SD Negeri Sudimara pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat

Hal ini terlihat dari jawaban masyarakat bahwa 80% masyarakat sekitar Kali Garang sangat mengetahui peralatan tersebut dan 15% mengetahui serta 5% tidak mengetahui peralatan