• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan pembahasan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan pembahasan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka dimaksudkan untuk mendukung tujuan yang akan dicapai dengan pembahasan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini.

2.1 Pendahuluan

Secara garis besar unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksana pembangunan proyek meliputi pemilik proyek (owner), kontraktor dan konsultan (perencana maupun pengawas). Fragmentasi manajemen proyek antara spesialis yang berbeda mungkin diperlukan, tetapi komunikasi yang baik dan koordinasi antara para peserta (owner, kontraktor dan konsultan) adalah penting untuk mencapai tujuan keseluruhan dari proyek.

2.2 Siklus Hidup Proyek

Dalam membangun suatu fasilitas, harus diketahui apakah pemiliknya perorangan, perusahaan swasta atau instansi pemerintah karena fasilitas yang dibuat akan berbeda berdasarkan penanaman modal. Dari sudut pandang manajemen proyek, istilah pemilik dan sponsor adalah sama karena keduanya memiliki otoritas tertinggi untuk membuat semua keputusan penting. Pada dasarnya pemilik memperoleh fasilitas pada janji dalam beberapa bentuk perjanjian, maka akan bijaksana bagi pemilik apapun untuk memiliki pemahaman yang jelas dari proses akuisisi dalam rangka untuk mempertahankan kontrol yang kuat tentang ketepatan waktu, kualitas dan biaya pembangunan fasilitas yang di selesaikan.

Jika dilihat dari perspektif pemilik, siklus hidup proyek dapat digambarkan pada Gambar 1.

(2)

Gambar 2.1. The Project Life Cycle of a Constructed Facility

(Sumber : Chris Hendrickson : Project Manajemen for Construction, Second Edition prepared for world wide web publication in 2000)

Permintaan pasar yang tinggi dapat menjadi pemicu dibangunnya sebuah suatu fasilitas. Setelah muncul wacana, maka berbagai kemungkinan akan dipertimbangkan sedemikian rupa dalam melakukan perencanaan dan kelayakan ekonomi sehingga timbul alternatif-alternatif yang akan dinilai dan dibandingkan dalam rangka menguji kelayakan apakah pekerjaan tersebut dapat dikerjakan atau tidak. Setelah lingkup dari proyek desain rancang-bangun tergambar jelas, terperinci akan disediakan blue print untuk konstruksi, dan perkiraan biaya yang pasti sebagai dasar untuk pengendalian

(3)

biaya. Langkah konstruksi dan pengadaan, penyerahan material dan pendirian dari proyek harus direncanakan dan dikendalikan secara hati-hati. Setelah konstruksi terselesaikan, manajemen akan menyerahkan kepemilikan bangunan kepada pemilik, sehingga tanggung jawab fasilitas menjadi tanggung jawab penuh pemilik. Pada saat masa operasional, fasilitas memerlukan adanya perawatan, sampai saatnya fasilitas tersebut mengalami kerusakan dan tidak dapat digunakan.

Beberapa tahap membutuhkan pengaturan, dan yang lain nya dapat dilakukan secara paralel atau dengan kerangka waktu yang diperketat, tergantung pada ukuran, sifat dan urgensi dari suatu proyek. Selanjutnya, pemilik mungkin telah mempunyai team work untuk menangani pekerjaan di setiap tahap dari keseluruhan proses, atau mungkin mencari nasihat profesional dan layanan untuk bekerja di dalam semua tahapannya.

2.3 Manajemen Proyek

Dalam mencapai suatu tujuan konstruksi yang efektif dan efisien diperlukan suatu sistem pengaturan terhadap unsur-unsur yang terlibat. Sistem pengaturan ini disebut manajemen. Definisi manajemen proyek menurut Ervianto (2004) adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu. Dari definisi manajemen proyek, perencanaan menempati urutan pertama dari fungsi-fungsi lain seperti mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan. Perencanaan adalah proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya (Soeharto, 1995).

PMBOK (Project Management Body Knowledge) sebagaimana yang didefinisikan oleh Project Management Institute – PMI mendefinisikan bahwa “ Project management

(4)

is the application of knowledge, skills, tools and techniques to project activities to meet project requirements”. Dapat diartikan bahwa manajemen proyek adalah aplikasi atau implementasi dari pengetahuan, ketrampilan, perangkat dan teknik pada suatu aktivitas proyek untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan suatu proyek.

Menurut PMBOK manajemen proyek terdiri dari 9 Knowledge Area, yaitu:

1. Manajemen Integrasi Proyek

Proses ini bertujuan untuk memastikan seluruh elemen proyek bersinergi atau berkesinambungan dalam mencapai harapan para stakeholder. Aktivitas utama dalam manajemen integrasi adalah mengembangkan rencana proyek, melaksanakan dan mengkoordinasikan pelaksanaan proyek serta mengontrol perubahan yang terjadi pada proyek.

2. Manajemen Ruang Lingkup Proyek

Manajemen ruang lingkup mengacu pada pendefinisian ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan serta memastikan bahwa para stakeholder memiliki pemahaman yang sama mengenai produk yang akan dihasilkan sesuai dengan spesifikasi dan perencanaan awal. Aktivitas manajemen ruang lingkup adalah inisiasi, perencanaan, definisi, verifikasi, dan kontrol perubahan ruang lingkup.

3. Manajemen Waktu

Merupakan proses penyusunan jadwal proyek, monitoring dan pengendalian terhadap waktu pelaksanaan agar sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.

Penjadwalan proyek merupakan tantangan yang cukup besar karena waktu penyelesaian proyek biasanya dapat menimbulkan konflik antara para stakeholder. Oleh sebab itu, diperlukan pendefinisian aktivitas, identifikasi dan dokumentasi aktivitas, mengestimasi durasi aktivitas, mengembangkan dan mengontrol jadwal aktivitas sehingga ketepatan waktu penyelesaian proyek dapat

(5)

terjamin. Manajemen waktu proyek adalah kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk memastikan waktu atau durasi untuk penyelesaian proyek. Kegiatan yang dilakukan dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu perencanaan dan pengendalian waktu proyek.

Pada beberapa proyek yang cukup besar, keterbatasan waktu merupakan suatu permasalahan yang cukup kompleks. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan waktu dan jadwal untuk menghadapi jumlah kegiatan dan kompleksitas proyek yang cenderung bertambah. (Soeharto, 1995) mengatakan usaha tersebut membuahkan hasil dengan ditemukannya metode bagan balok (bar chart) dan analisis jaringan kerja (network analysis), yaitu perencanaan dan pengendalian khususnya jadwal kegiatan proyek secara sistematis dan analisis. Manajemen Waktu Dalam PMBOK:

a. Define Activity, yaitu proses mendefinisikan kegiatan secara spesifik untuk menghasilkan deliverable proyek.

b. Sequence Activity, yaitu proses mengidentifikasi dan mendokumentasikan keterkaitan suatu kegiatan dan kegiatan lainnya.

c. Estimate Activity Resoruce, yaitu proses memperkirakan tipe dan jumlah dari sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan masing-masing jadwal kegiatan.

d. Estimate Activity Duration, yaitu proses memperkirakan durasi dari suatu kegiatan untuk dapat selesai dengan sumber daya yang ada.

e. Develop Schedule, yaitu proses menganalisa keterkaitan antar kegiatan, keperluan sumber daya, dan batasan jadwal untuk menghasilkan penjadwalan proyek.

(6)

f. Control Schedule, yaitu proses memonitoring proyek untuk memperbarui progres dari proyek dan mengatur perubahan-perubahan yang terjadi pada jadwal.

4. Manajemen Biaya

Meliputi proses perencanaan sumber daya (manusia, perlengkapan, dan material), mengembangkan pendekatan atau perkiraan biaya, mengalokasikan perkiraan biaya, dan mengendalikan perubahan-perubahan biaya yang terjadi pada proyek.

Manajemen biaya menjamin bahwa penyelesaian proyek sesuai dengan anggaran yang telah disepakati.

5. Manajemen Kualitas

Manajemen kualitas bertujuan untuk memastikan kesesuaian kinerja dan hasil proyek dengan spesifikasi yang telah disepakati pada perencanaan proyek.

Aktivitas manajemen kualitas adalah perencanaan kualitas, kepastian kualitas dan kontrol kualitas.

6. Manajemen Sumber Daya Manusia

Meliputi aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas pekerja yang terlibat dalam proyek. Aktivitas-aktivitas tersebut adalah perencanaan organisasi, akusisi staf, dan pengembangan tim. Manajemen sumber daya manusia ini meliputi seluruh stakeholder proyek seperti sponsor, staf pendukung, pemasok dan lain sebagainya.

7. Manajemen Komunikasi

Komunikasi merupakan unsur yang sangat penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Komunikasi membuat aliran informasi berjalan efektif dan efisien.

Tujuan manajemen komunikasi adalah untuk memastikan ketepatan waktu, penyebaran, penyimpanan dan dan penyusunan informasi proyek. Aktivitas

(7)

manajemen komunikasi adalah perencanaan komunikasi, distribusi informasi, pelaporan performa dan penutupan administratif.

8. Manajemen Resiko

Meliputi proses identifikasi, analisis dan penanganan terhadap resiko melalui proses proyek. Manajemen resiko bertujuan untuk meminimalisir potensi-potensi resiko yang terjadi pada proyek dengan aktivitas perencanaan, identifikasi resiko, analisis resiko secara kualitatif dan kuantitatif, perencanaan penanganan resiko, serta pemantauan dan pengendalian resiko.

9. Manajemen Pengadaan

Proses pengadaan barang dan jasa dengan sistem yang baik sangat dibutuhkan untuk menunjang kesuksesan suatu proyek. Pengadaan harus sesuai dengan kesepakatan dan perencanaan awal yang berupa produk. Aktivitas-aktivitasnya adalah perencanaan pengadaan, perencanaan permohonan, permohonan pengadaan, seleksi sumber daya, administrasi kontrak dan penutupan kontrak.

(“Project Management Institute, 2000, 39,” n.d.)

Manajemen waktu termasuk kedalam proses yang diperlukan untuk memastikan waktu penyelesaian suatu proyek. Sistem manajemen waktu berpusat pada berjalan atau tidaknya perencanaan dan penjadwalan proyek. Dimana dalam perencanaan dan penjadwalan tersebut telah disediakan pedoman yang spesifik untuk menyelesaikan aktivitas proyek dengan lebih cepat dan efisien. Satu bentuk jasa konsultasi yang memiliki hubungan dengan proyek adalah konsultan manajemen konstruksi. Lingkup pekerjaan yang dilakukan konsultan manajemen cukup luas, mulai dari pelayanan pra konstruksi yang dilanjutkan pada tahap konstruksi sampai dengan masalah-masalah setelah konstruksi. Dengan adanya satu perusahaan konsultan manajemen yang mendukung pemilik untuk mengelola proyek secara profesional dan menyeluruh, maka

(8)

pencapaian sasaran proyek secara efektif dan efisien akan lebih dimungkinkan (Soeharto, 2001).

2.4 Proyek Konstruksi

Proyek adalah rangkaian kegiatan yang mengolah sumber daya proyek meliputi suatu hasil tertentu melibatkan beberapa pihak terkait yang dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja, hanyasatu kali dilaksanakan (unik) dan umumnya berjangka waktu pendek (Ervianto, 2002). Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya pembangunan suatu bangunan yang umumnya mencakup pekerjaan utama, termasuk didalamnya adalah struktur dan arsitektur. Proyek konstruksi melibatkan juga disiplin ilmu lainnya, seperti teknik industri, teknik mesin, teknik elektro, geoteknik, dan lain-lain. Upaya pembangunan yang dimaksud bukanlah ditekankan hanya pada pelaksanaan pembangunan fisiknya saja tetapi mencakup arti sistem pembangunan secara utuh dan lengkap. Proyek konstruksi dapat juga diartikan sebagai suatu bangunan dengan jangka waktu yang terbatas, alokasi dana tertentu, dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digaris dengan tegas (Dipohusodo, 1996).

Dengan adanya penerapan manajemen yang digunakan konstruksi maka dikenalah manajemen konstruksi yang merupakan suatu sistem manajemen pada suatu proyek konstruksi yang ditangani secara multi disiplin dan profesional dimana daur hidup suatu proyek konstruksi diberlakukan sebagai suatu sistem terpadu dengan tujuan mencapai hasil yang optimal dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Ada beberapa keuntungan atas dipergunakannya metode manajemen konstruksi ini, yaitu waktu yang diperlukan untuk membuat rancangan dan konstruksi dapat dipersingkat, tanggung jawab pekerjaan dapat diberikan pada orang lain atau badan usaha lain, biaya kerja yang mungkin harus dikeluarkan dapat dianggarkan dan

(9)

dimonitor oleh orang-orang yang berpengalaman dalam rangka penekanan harga, alternatif-alternatif metode pelaksanaan dapat dilakukan untuk mendukung penghematan dan percepatan jadwal proyek.

Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya dalam penyelesaiannya.

Pengorganisasian semua sumber daya tersebut dilakukan oleh manajer proyek. Ada lima unsur yang mempengaruhi keberhasilan proyek yaitu Man power, Material, Money, Machine, and Method atau disingkat menjadi 5M. Untuk mengendalikan unsur-unsur tersebut dibutuhkan suatu keahlian dan pengalaman di lapangan sehingga dapat tercipta suatu kondisi yang optimal dalam pemanfaatan unsur-unsur tersebut. Kesalahan dalam pengambilan keputusan terhadap suatu kondisi di lapangan dapat menimbulkan suatu kerugian yang cukup besar.

2.5 Metode Konstruksi

Perkembangan teknologi pelaksanaan konstruksi sekarang ini cukup cepat, mulai dari teknologi alat bantu konstruksi, teknologi bahan dan material serta metode pelaksanaannya. Hal tersebut sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi.

Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat, dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi.

Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan akan dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga diperlukan suatu metode terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan. Khususnya pada saat menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai dari dugaan sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan konstruksi yangsesuai kondisi lapangan, akan sangat membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi. Secara teori, proses pembangunan akan melalui

(10)

tahapan-tahapan yang masing-masing tahapan merupakan masukan dan sebagai dasar pelaksanaan untuk tahapan selanjutnya.

Metode konstruksi adalah cara atau prosedur melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu, alat dan material-material tertentu. Metode konstruksi yang digunakan dalam suatu pekerjaan akan berpengaruh pada material, tenaga kerja, urutan kerja dan waktu yang dibutuhkan. Penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai kondisi lapangan akan sangat membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi bersangkutan. Dalam menetapkan sesuatu metode pelaksanaan konstruksi terlebih dulu perlu dikuasai pengetahuan tentang metode-metode dasar bagi pelaksanaan suatu konstruksi. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan metode konstruksi, yaitu:

1. Menjamin kualitas konstruksi.

2. Menjamin keamanan dan keselamatan kerja.

3. Menjamin tidak adanya pencemaran lingkungan.

4. Menjamin biaya yang ditimbulkan sangat efisien.

5. Menjamin waktu pelaksanaan paling cepat.

6. Menjamin penggunaan sumberdaya yang efektif dan efisien.

7. Menjamin kemudahan selama pembangunan.

8. Teknologi yang dipakai tidak ketinggalan zaman.

Dalam menyusun metode kerja diperlukan pengetahuan pemahaman yang mendalam tentang pekerjaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pekerjaan. Oleh karena itu dalam menyusun metode kerja harus memperhatikan hal-hal berikut:

(11)

1. Definisi pekerjaan

Definisi pekerjaan merupakan penjelasan tentang pekerjaan, spesifikasi, dan volume pekerjaan. Hal ini sangat penting mengingat pekerjaan harus terdefinisikan dengan jelas supaya dapat dikerjakan dengan baik.

2. Lokasi pekerjaan

Lokasi pekerjaan akan berpengaruh terhadap material yang tersedia, alat yang dapat digunakan, sumber daya manusia yang ada, waktu yang tepat dan pengaturan sumber daya lainnya. Lokasi sangat menentukan kualitas dan kuantitas sumber daya yang tersedia yang akan berpengaruh pula terhadap metode konstruksi yang akan diterapkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

3. Metode kerja

Metode kerja adalah bagaimana pengaplikasiannya dalam pekerjaan, menggunakan alat apa dan bagaimana urutan pekerjaannya. Metode kerja berhubungan dengan waktu dan alokasi sumber daya yang harus dipersiapkan.

4. Kebutuhan sumber daya

Setiap metode pelaksanaan memerlukan sumber daya tertentu baik waktu, tenaga kerja, material, dan alat kerja.

5. Jadwal pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus sangat diperhatikan karena efisiensi metode kerja sangat bergantung pada manajemen waktu pelaksanaan. Harus dengan jelas ditentukan kapan suatu pekerjaan dimulai, pekerjaan apa yang mendahului atau didahului, dan kapan pekerjaan tersebut harus selesai.

(12)

6. Gambar-gambar dan syarat-syarat kerja

Pekerjaan baru akan diterima jika sesuai dengan gambar-gambar dan syarat- syarat kerja yang sudah disepakati. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya penolakan pekerjaan maka harus diperhatikan dengan baik gambar- gambar dan syarat-syarat kerja dan spesifikasi yang ditentukan.

Menyusun metode konstruksi membutuhkan kemampuan dan pemahaman yang cukup baik dalam bidang keteknikan maupun dalam ilmu manajemen. Hal ini diperlukan karena keteknikan merupakan dasar dalam desain konstruksi. Proses penyusunan metode konstruksi merupakan serangkaian tindakan-tindakan terintegrasi yang diperlukan pemahaman mendalam tentang berbagai macam disiplin ilmu.

Diharapkan dengan pemahaman berbagai disiplin ilmu tersebut akan dihasilkan suatu metode konstruksi yang paling efektif dan efisien. Wawasan dan pengetahuan mengenai ilmu-ilmu tersebut akan membentuk perilaku yang mengarahkan pada logika berpikir dan penguasaan berbagai kompetensi dasar.

Pada awal pembangunan proyek selalu dimulai dengan pekerjaan bagian bawah struktur (sub-structure) baik itu berupa galian, pondasi, maupun ruang bawah tanah atau basement. Pekerjaan pondasi biasanya dilakukan oleh kontraktor khusus di luar kontraktor utama. Jika dilakukan secara paralel, setelah bagian bawah struktur dikerjakan sebagian, bagian atas struktur (upper-structure) bisa langsung dapat dikerjakan. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada proyek pembangunan pabrik secara paralel ini antara lain sequence pekerjaan. Untuk pekerjaan bagian atas struktur harus diperhatikan adanya sifat ketergantungan dari satu pekerjaan terhadap pekerjaan lainnya. Keterlambatan pekerjaan di bawah struktur akan sangat berpengaruh terhadap schedule secara keseluruhan. Selain itu, efisiensi dan efektifitas mobilisasi ke arah vertikal. Metode teknik, ketepatan pemilihan alat kerja, dan manuver

(13)

alat-alat berat harus benar-benar diperhitungkan agar sirkulasi bahan dan jalannya pekerjaan dapat teratur dan lancar. Seluruh metode konstruksi proyek mempunyai resiko kerja sehingga keselamatan kerja pun menjadi hal yang tidak boleh luput untuk diperhatikan dalam sebuah proyek.

2.6 Simulasi Operasi Konstruksi

Simulasi merupakan salah satu teknik yang telah lama diusulkan untuk digunakan dalam perancangan operasi konstruksi. Beberapa aplikasi komputer telah dikembangkan untuk simulasi ini, seperti MicroCyclone, Cost, Stroboscope. Namun aplikasi tersebut memiliki tingkat utilisasi yang relatif rendah. Dalam penulisan ini ini akan dibahas mengenai pemodelan Cyclone dan simulasi operasi konstruksi dengan menggunakan pemodelan Cyclone yang berbasis web atau disebut WebCyclone. Metode Cyclone ditemukan oleh Halphin pada tahun 1973. Cyclone merupakan singkatan dari CYclic Construction Operation Network. Metode ini merupakan pemodelan yang bisa disimulasikan ke dalam bentuk simulasi komputer.

Simulasi merupakan suatu pemodelan dari sebuah proses atau sistem dengan tujuan model tersebut mampu merespon menyerupai sistem aslinya terhadap kejadian- kejadian yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Salah satu hal penting dalam simulasi adalah membuat pemodelan sistem yang nyata yang akan disimulasikan. Dalam halnya operasi konstruksi maka metoda membuat model suatu operasi konstruksi menjadi isu pentingnya. Halpin & A. Senior, 2012 mengatakan secara prinsip terdapat tiga strategi dalam pemodelan untuk melakukan simulasi suatu operasi, yaitu:

a. Event Start (ES), simulasi didasarkan pada kejadian yang dijadwalkan, eksekusi satu kejadian selanjutnya akan berpindah pada kejadian lain.

b. Process Interaction (PI), simulasi dipandang dari segi transaksi yang terjadi pada suatu proses yang terkait dengan suatu sumber daya.

(14)

c. Activity Scanning (AS), simulasi dipandang dari kegiatan-kegiatan yang ada dalam suatu sistem.

2.6.1 Dasar Pemodelan Elemen MicroCyclone & WebCyclone

Pemograman WebCyclone dikembangkan oleh Construction Engineering dan Management Purdue University, USA. WebCyclone adalah pemograman MicroCyclone dalam bentuk web, sehingga pengguna tidak perlu menginstal atau memiliki program tersebut cukup dengan meangakses website tersebut. Berikut adalah alur proses tahapan analisis metode pekerjaan dengan menggunakan Cyclone:

1. Identifikasi proses pekerjaan

2. Penentuan komponen Cyclone yaitu diantaranya adalah penentuan aktivitas pekerjaan/work task, durasi masing-masing proses pekerjaan, dan kebutuhan sumber daya.

3. Modeling diagram Cyclone berdasarkan komponen dan proses pekerjaan.

4. Penerjemahan diagram ke dalam kode input (coding input).

5. Run program.

Dalam pemodelan Cyclone ada beberapa elemen yang digunakan dalam menggambarkan suatu operasi konstruksi. Berikut gambar 2.2 yang menunjukkan gambar-gambar elemen yang digunakan dalam pemodelan Cyclone.

(15)

Nama Simbol Deskripsi

Combination Activity (COMBI)

Elemen ini selalu didahului oleh Queue Nodes. Sebelum dapat dimulai, unit harus tersedia di masingmasing Queue Nodes sebelumnya. Jika unit telah tersedia, mereka digabungkan dan diproses melalui aktivitas. Jika unit yang tersedia di beberapa tapi tidak semua Queue Nodes sebelumnya, unit-unit ini ditunda sampai kondisi untuk kombinasi terpenuhi.

Normal Activity Elemen ini adalah kegiatan yang serupa dengan COMBI.

Namun, unit tiba di elemen ini mulai diproses segera dan tidak tertunda.

Queue Node Elemen ini mendahului semua kegiatan COMBI dan menyediakan lokasi di mana unit tertunda kombinasi tertunda. Statistik delay diukur pada elemn ini.

Function Node Elemen ini dimasukkan ke dalam model untuk melakukan fungsi khusus seperti menghitung, konsolidasi, menandai, dan koleksi statistik

Accumulator Elemen ini digunakan untuk menentukan jumlah kali siklus sistem

Arc Menunjukkan struktur logis dari model dan arah aliran entitas

Gambar 2.2. Elemen Dasar Program WebCyclone (Sumber :Purdue University)

Untuk menggunakan program ini, model simulasi operasi Cyclone diterjemahkan dalam bentuk coding (bahasa program komputer). Berikut adalah tabel 2.1 yang merupakan coding yang digunakan dalam webyclone:

Tabel 2.1 Format Coding Simulasi Cyclone

Name General Format

Normal activity (Label N) NORMAL 'description' SET (set number) FOLLOWERS (Label.F)

Combination activity (Label C) COMBI 'description' SET (set number) PRECEDERS (Label.P) FOLLOWERS (Label.F).

Queue node (Label) QUEUE 'description'

Generate function node (Label) QUEUE 'description' GENERATE (number to be generated)

Consolidate function

node (Label C) FUNCTION CONSOLIDATE (#to

con.) FOLLOWERS (Label.F)

Counter (Label.C) FUNCTION COUNTER FOLLOWERS

(Label F) QUANTITY (quantity)

(Sumber :Purdue University)

(16)

2.6.2 Tahapan Proses Simulasi WebCyclone

Cara untuk dapat menginput data yang telah diketahui adalah dengan mengakses https://tomcat.itap.purdue.edu/WebCYCLONE/Cyclone.jsp. Berikut tampilan lamannya pada gambar 2.3

Gambar 2.3. Panel Input WebCyclone (Sumber :WebCyclone User Manuals)

Sebuah file input WebCyclone khas memiliki lima bagian yang diperlukan:

1. General information

General System Informasi adalah bagian pertama dari file input WebCyclone. Ini adalah baris pertama dari informasi mengenai jaringan, dan itu harus selalu

(17)

mengandung header standar untuk sistem informasi umum, yang didefinisikan sebagai berikut:

NAME (name of process) LENGTH (length of run) CYCLES (# of cycles) 2. Network Input

Bagian ini input digunakan untuk memasukkan unsur-unsur jaringan proses yang sebenarnya. Setiap pernyataan bagian ini menentukan elemen satu jaringan, atribut, dan hubungan logis untuk unsur-unsur lain dalam jaringan. Header untuk bagian ini adalah NETWORK INPUT, header harus diketik LINE # 2. Empat jenis elemen yang digunakan dalam jaringan WebCyclone.

3. Duration Input

Setiap elemen tugas harus disertai dengan mengatur nomor durasi yang mendefinisikan jenis durasi tugas dan parameter dari distribusi yang durasi tugas akan sampel. Ada dua kategori tugas berdasarkan tugas durasi-stasioner dan tugas nonstationary. Saat WebCyclone hanya mengakui tugas stasioner. Sebuah tugas stasioner tidak memerlukan modifikasi parameter durasi diasosiasikan sebagai tugas terkait diulang. Tidak seperti tugas stasioner, tugas nonstationary memerlukan modifikasi dari parameter durasi yang menentukan distribusi yang durasi akan sampel. Distribusi statistik diakui oleh modul input dari program ini adalah deterministic, uniform, triangular, beta, normal, dan exponential. Ketika menggunakan distribusi ini, pengguna diwajibkan untuk menyertakan tiga karakter pertama dari distribusi yang dipilih dan kemudian parameter yang menentukan distribusi statistik. Berikut ini adalah contoh bagaimana setiap distribusi harus didefinisikan.

(18)

Gambar 2.4. Distribusi Statistic Input Durasi (Sumber :WebCyclone User Manuals)

4. Resources Input

Pada bagian ini, jumlah unit masing-masing jenis sumber daya yang akan digunakan dalam proses jaringan diinisialisasi. Jenis sumber daya termasuk peralatan (crane, truck), tenaga kerja, atau bahan (palet batu bata). Untuk menginisialisasi sumber daya, dua item informasi yang diperlukan: (1) jumlah unit dalam jaringan dan (2) QUEUE node yang akan menjadi titik awal untuk unit ini dalam jaringan. Header untuk bagian ini adalah RESOURCE INPUT, yang harus diketik pada baris pertama dari bagian. Format umum untuk jalur inputnya adalah:

(# of units) ‘description’ AT (label.N.) VAR (VC) FIX (FC) Dimana:

a. Semua digarisbawahi huruf adalah kata kunci dan harus dimasukkan seperti yang ditunjukkan.

b. Semua kata-kata dalam tanda kurung () sesuai dengan berikut:

- (No. unit.) Adalah jumlah unit yang akan diinisialisasi pada node ini.

(19)

- (Label.N.) Adalah label numerik dari node ANTRIAN di mana unit menjadi diinisialisasi.

- (VC) adalah biaya variabel yang terkait dengan unit ini.

- (FC) adalah biaya tetap yang terkait dengan unit ini.

Catatan: VAR (VC) dan FIX (FC) adalah opsional.

5. Enddata

Kata prosedural ENDDATA (END) digunakan untuk menandakan akhir dari input data WebCyclone. Ini akan menjadi baris terakhir data yang dimasukkan untuk jaringan.

2.7 Material Konstruksi

Dewasa ini, banyak sekali material-material dengan beraneka ragam bahan dasar maupun fungsinya. Pada bangunan gedung yang modern, seringkali menggunakan komponen material yang beraneka ragam, berbagai jenis material pabrikasi yang lebih praktis dipergunakan baik yang dikerjakan di pabrik maupun dikerjakan di lokasi proyek (Taylor, 1987). Dalam masing-masing kasus, kepuasan penggunaan dari suatu bangunan sangat tergantung kepada performance dari material-material yang mana komponen-komponennya disesuaikan dengan material yang lainnya. Menurut Taylor 1987, performance yang dibutuhkan dari material-material konstruksi tersebut adalah:

1. Structural Safety

Kemampuan untuk menahan gaya-gaya yang diakibatkan oleh gravitasi, angin, thermal, serta sumber gaya lainnya.

2. Health/Safety

Tidak boleh ada risiko terhadap kesehatan baik yang disebabkan oleh kimia maupun fisika, baik pada saat pelaksanaan maupun pasca pelaksanaan.

(20)

3. Fire

Material yang digunakan harus dapat menghambat penyebarn api, terbebas dari risiko yang disebabkan oleh api dan risiko ketidakstabilan struktur.

4. Durability

Material yang digunakan harus awet dan tahan lama.

Faktor yang penting pada sebagian besar bangunan adalah keunikan dari material- material tersebut, seperti mengenai komposisi atau fungsi. Untuk masing-masing bangunan, performance yang dibutuhkan dari material-material tersebut harus diidentifikasikan terlebih dahulu baru kemudian ditentukan metode yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan proyek.

2.7.1. Konstruksi Beton

Pada saat ini beton merupakan bahan konstruksi yang masih dominan digunakan dalam proyek konstruksi di beberapa wilayah Indonesia. Dalam dunia konstruksi beton saat ini umumnya dikenal dua cara metode konstruksi yaitu cara konvensional (concrete in situ) atau cast in sitedimanabeton dicor langsung pada tempatnya dalam struktur yang telah dibentuk memakai kayu-kayu bekisting. Kedua adalah cara metode pracetak (precast) dimana beton dibuat ditempat lain dan setelah mengeras serta memenuhi syarat kekuatannya maka dapat dipasang sebagai struktur suatu bangunan.

Beton merupakan batu buatan yang terbuat dari campuran agregat kasar, agregat halus, perekat hidrolis (semen) dan air. Campuran tersebut akan mengeras menjadi batu buatan setelah dicampur, karena proses reaksi kimia antara semen dan air.

Sedangkan nilai kekuatan beton terebut dipengaruhi oleh faktor perbandingan campuran/komposisi material, metode/proses pelaksanaan di lapangan, cuaca dan perawatan (treatment) yang dilakukan selama proses pengerasan. Beton

(21)

konvensional atau cast in site adalah metode pengerjaan beton bertulang yang sudah sangat lazim digunakan. Pelaksanaannya dengan membuat cetakan pada elemen struktur dan dicor langsung di lokasi konstruksi. Metode ini jelas lebih banyak membutuhkan tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan beton pracetak. Tahapan pelaksanaan beton konvensional yaitu:

1. Pekerjan pembesian

Pada beton konvensional tulangan harus dirakit secara manual, tahapan dari penulangan itu sendiri adalah melalui pemotongan/cutting, pembengkokan/bending, perakitan/assembling. Tulangan pada dunia sipil ada 2 macam yaitu tulangan polos dan tulangan ulir. Tulangan polos biasanya dipakai untuk sengkang sedangkan tulangan ulir dipakai sebagai tulangan utama. Tahapan penulangan ini banyak membutuhkan tenaga dan waktu.

Gambar 2.5. Pekerjaan Pembesian (Sumber : Data Proyek)

2. Bekisting atau perancah

Bekisting digunakan sebagai cetakan untuk membuat elemen struktur pada bangunan, dalam pembuatan bekisting harus dibuat sebaik mungkin agar tidak terjadi keruntuhan, cetakan tidak lurus, dan sebagainya. Form work balok dan pelat dibuat sebagai kesatuan yang bersifat tetap (fixed). Sesudah selesai, form work ini dibongkar dan sebagian yang kondisinya masih baik dapat

(22)

dipakai kembali. Bahan yang digunakan biasanya dari papan kayu, plywood, chipboard, dan hardboard tetapi bisa juga dengan material baja/steel.

Gambar 2.6. Pekerjaan Bekisting/Perancah Kayu (Sumber : Data Proyek)

3. Pengecoran

Pengecoran adalah tahap dimana membuat beton, pada tahap ini perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil beton dengan mutu baik, sesuai dengan yang direncanakan. Untuk pelaksanaan pengecoran balok dan plat lantai digunakan concrete pump yang menyalurkan beton ready mix dari truk ke lokasi pengecoran dengan menggunakan pipa pengecoran yang disambung-sambungkan menggunakan klem.

Gambar 2.7. Pengecoran dengan Concrete Pump (Sumber : Data Proyek)

(23)

4. Pembongkaran bekisting

Pada tahap ini bekisting dibongkar setelah 28 hari, ini dilakukan untuk menjaga mutu beton agar tercapai. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantai dilakukan dengan menggunakan linggis secara bertahap mulai dari pinggir bentang ke arah tengah bentang. Hal ini dimaksudkan agar balok dan lantai tidak secara mendadak memikul berat sendiri yang dapat mengakibatkan keretakan pada struktur. Pembongkaran dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak bekisting sehingga bekisting tersebut dapat digunakan lagi.

2.7.2. Konstruksi Baja

Material baja telah diaplikasikan secara luas untuk berbagai penggunaan antara lain sebagai bahan utama peralatan, mesin-mesin, material konstruksi bangunan dan lainnya. Untuk aplikasi industri konstruksi, di pasaran banyak ditemui berbagai bahan jenis bahan baja seperti baja lembaran, baja profil, baja tulangan, baja pipa, tulangan prategang, kabel, paku, baut dan lain sebagainya. Secara garis besar, tingkatan kualitas baja tersebut dapat diklasifikasikan menjadi baja lunak dan baja keras.

Sistem konstruksi baja bangunan merupakan kombinasi dari elemen struktur yang cukup rumit. Dalam sistem struktur baja sistem seperti tujuan ini dapat membawa beban dengan aman dan efektif semua gaya yang bekerja pada bangunan, kemudian dikirim ke pondasi. Berbagai beban dan gaya yang bekerja pada bangunan termasuk beban vertikal, horisontal, perbedaan suhu, getaran dan sebagainya. Dalam sebuah bangunan baja, selalu ada unsur-unsur yang berfungsi untuk menahan gaya gravitasi dan gaya lateral. Bangunan dibuat dengan konstruksi baja umumnya memiliki daya tahan dan kekuatan yang cukup besar. Biasanya dalam membuat desain yang menggunakan baja mengacu pada American Institute of Steel Construction (AISC) sebagai filosofi manufaktur dan didasarkan pada ambang batas (limited sates). Desain konstruksi harus

(24)

mampu menahan kelebihan dalam hal perubahan fungsi struktur principle disebabkan oleh penyederhanaan yang berlebihan dalam analisis struktur dan variasi dalam prosedur konstruksi.

Sistem perancangan struktur khususnya konstruksi baja kini terus berkembang pesat menuju ke arah penghematan tanpa mengurangi faktor kekuatan dan keamanan dari sistem konstruksinya. Hal ini ditandai dengan adanya penemuan konsep-konsep perancangan baru sebagai penyempurnaan konsep sebelumnya. Baja struktur adalah sutu jenis baja yang berdasarkan pertimbangan ekonomi, kekuatan dan sifatnya.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari baja sebagai bahan struktur adalah sebagai berikut:

1. Baja mempunyai kekuatan tekan cukup tinggi serta merata, baja bisa diproduksi dengan berbagai kekuatan yang bisa dinyatakan dengan kekuatan tegangan tekan lelehnya (Fy) atau oleh tegangan tarik batas (Fu). Bahan baja walaupun dari jenis yang paling rendah kekuatannya, tetap mempunyai perbandingan kekuatan per- volume lebih tinggi bila dibandingkan dengan bahan-bahan bangunan lainnya yang umum dipakai. Hal ini memungkinkan perencanaan sebuah konstruksi baja bisa mempunyai beban mati yang lebih kecil untuk bentang yang lebih panjang, sehingga memberikan kelebihan ruang dan volume yang dapat dimanfaatkan akibat langsingnya profil-profil yang dipakai.

2. Baja adalah hasil produksi pabrik dengan peralatan mesin-mesin dan semua bagian-bagian dari konstruksi baja bisa dipersiapkan di pabrik, sehingga satu- satunya kegiatan yang dilakukan di lapangan ialah kegiatan pemasangan bagian- bagian konstruksi yang telah dipersiapkan.

(25)

3. Dengan kemudahan pemasangan tersebut, konstruksi baja dapat menghemat waktu pemasangan dan segera setelah dipasang, baja dapat memikul beban rencana tanpa harus menunggu setting time seperti beton.

4. Baja mempunyai sifat elastis sehingga setelah pembebanan sampai batas tertenu, bentuk struktur masih akan kembali ke bentuk asal.

5. Sifat-sifat baja baik sebagai bahan bangunan maupun dalam bentuk struktur dapat terkendali dengan baik karena memiliki keseragaman, sehingga para ahli dapat mengharapkan elemen-elemen dari konstruksi baja ini akan berperilaku sesuai dengan yang diperkirakan dalam perencanaan. Dengan demikian bisa dihindari terdapatnya proses pemborosan yang biasanya terjadi dalam perencanaan akibat adanya berbagai ketidakpastian.

2.7.3. Beton pracetak

Penggunaan beton pracetak telah digunakan di banyak proyek konstruksi karena tingkat keefisienan yang didapatkan. Beton pracetak adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang. (Widden, 1992).

Mengikuti perkembangan beton pracetak, elemen-elemen beton pracetak tersebut distandarkan. Standarisasi ini mengurangi biaya dan menjadikan produk beton pracetak menjadi lebih ekonomis, karena dapat dikerjakan pada cetakan baja standar dan diawasi oleh orang yang berpengalaman sehingga menjamin kontrol kualitas yang baik (Preston, 1984). PCI (1985) juga menyebutkan bentuk-bentuk dan dimensi elemen-elemen yang umum digunakan oleh indutri pracetak. Elemen- elemen tersebut meliputi double tee, single tee,hollow core, solid flat slab, rectangular, L-shaped, girder, kolom, tiang pancang, dan panel dinding. Penggunaan

(26)

elemen-elemen yang sudah standar ini akan lebih menghemat biaya dan waktu karena tidak perlu lagi membuat cetakan baru.

Tahapan-tahapan pelaksanaan konstruksi beton pracetakmelalui beberapa tahap, yaitu:

1. Pembuatan beton pracetak

Pembuatan beton pracetak dilakukan di luar dari lokasi proyek, sehingga tahapan ini tidak mempengaruhi waktu dari proyek, karena beton pracetak dibuat sebelum permintaan dari proyek.

2. Transportasi komponen

Pada tahapan ini yang perlu diperhatikan adalah jauh dekatnya jarak antar pabrik pembuat beton pracetak dengan lokasi proyek, sehingga dapat tiba di lokasi proyek tepat pada waktunya. Cara pengangkutan juga mempengaruhi kekuatan dari struktur pracetak.

3. Erection

Tepat tidaknya penggunaan beton pracetak juga ditentukan dari tersedianya alat pengangkat dan feasibility-nya (Libby, 1990). Ini akan mempengaruhi biaya dari proyek tersebut. Pemilihan alat pengangkat dipengaruhi dari berbagai faktor, antara lain berat dari pracetak, tinggi bangunan, dan kondisi lapangan (Singsomboon, 1997). Alat berat yang dapat dipakai untuk mengangkat elemen pracetak adalah mobile crane, derrick crane,tower crane, dan hydraulic crane. Sistem pengangkatan mempengaruhi keutuhan dari struktur pracetak.

(27)

4. Pemasangan

Pada tahapan ini yang perlu diperhatikan adalah ketepatan dalam pemasangan elemen pracetak dan pemilihan sambungan-sambungan antar elemen pracetak.

Salah satu jenis beton pracetak yang digunakan pada penelitian ini adalah hollow core floor panel (HCFP) atau bisa disebut juga dengan hollow core slab (HCS). Sistem pracetak pelat HCFP menggunakan sistem pre-tensioning (prategang) dimana kabel prategang ditarik terlebih dahulu pada suatu dudukan khusus yang telah disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh karena itu pembuatan produk precetak ini harus di tempat fabrikasi khusus yang menyediakan dudukan yang dimaksud.

Adanya lubang dibagian tengah pelat secara efektif mengurangi berat sendirinya tanpa mengurangi kapasitas lenturnya. Jadi precast ini relatif ringan dibanding solid slab bahkan karena digunakannya prategang maka kapasitasnya dukungnya lebih besar.

Keberadaan lubang pada slab tersebut sangat berguna jika diaplikasikan pada bangunan tinggi karena mengurangi bobotnya lantai.

Hollow core slab sudah memiliki kekuatan struktur sepenuhnya tidak seperti pada half slab, oleh karena itu di atas hollow slab hanya dicor lapisan tipis saja sebagai topping/pengisi dan tidak memerlukan banyak supporting. Jika tanpa topping maka lantai dengan pembebanan setempat akan cenderung melendut lebih besar dibanding lantai didekatnya yang tidak mendapat pembebanan tersebut. Dengan adanya topping maka dia dapat berfungsi seperti halnya diagframa jembatan, yaitu menyatukan precast-precast didekatnya sehingga dapat memikul beban tersebut bersama-sama. Artinya, adanya topping mampu meningkatkan kapasitasnya terhadap pembebanan terpusat tak terduga yang lebih besar dari rencana. Adanya topping secara tidak langsung membuat lantai lebih kedap air atau suara, sehingga secara

(28)

service-ability akan lebih baik, karena itu jugalah maka efek getaran ketika dilewati berkurang. Topping menyebabkan lantai lebih nyaman. Adanya topping menyebabkan pada arah horizontal lantai tersebut menjadi solid, bagian yang menimbulkan celah akan terisi, tidak ada gap. Dengan demikian ketika ada pergerakan horizontal maka dapat diharapkan setiap titik yang disatukan oleh slab dan topping menjadi sama sehingga dapat dianggap sebagai efek diagframa.

Beberapa keuntungan dengan digunakannya HCFP adalah sebagai berikut:

1. Dibuat dengan mesin di pabrik.

Pelat Hollow Core difabrikasi dengan mesin di pabrik, bentuk, panjang potongan memanjang sesuai dengan konstruksi yang akan dibuat dan disimpan berdasarkan schedule konstruksi sehingga siap untuk dapat dengan cepat dikirim ke proyek.

2. Kecepatan pemasangan

Sistem ini dapat lebih cepat dipasang dengan peralatan dan pekerja yang minimum sehingga mengurangi waktu konstruksi. Pengurangan waktu konstruksi akan mengurangi resiko rusak,waktu penyimpanan serta biaya waktu di lapangan.

3. Mengurangi perancah atau bekisting

Sistem pelat HCFP tidak memerlukan banyak penyanggah konstruksi. Hal ini mempengaruhi terhadap waktu dan biaya proyek sehingga dapat dioptimalisasi.

4. Efisien, penampang ringan

Lubang pada pelat Hollow Core dan akibat prategang akan mengurangi beban mati akibat berat sendirinya tanpa mengurangi kekuatannya. Ketebalan dari pelat dan pola kabel (strand) dapat divariasikan pada harga minimum yang cocok untuk bentang dan bebannya.

(29)

5. Fleksibilitas perencanaan

Pelat Hollow Core dapat dikombinasikan dengan kebanyakan material dan jenis bangunan lain termasuk dinding bata (masonry), pracetak atau balok/dinding beton cor di tempat, beton prategang atau balok baja, sistem pelat hollow core dapat dibuat untuk semua persyaratan pada kebanyakan bangunan seperti adanya bukaan, sudut dan kantilever.

6. Durabilitas

Beton yang digunakan untuk produksi hollow core adalah sesuai dengan standar dan kabel strand prategang dapat divariasikan agar sesuai dengan kondisi yang diinginkan.

7. Bentang panjang

Pelat hollow core dapat dibuat untuk bentang panjang, pada jarak bebas kolom pada ruangan terbuka panjang span dapat sampai 20 meter.

2.8 Penelitian Terkait

Terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan efisiensi waktu dan biaya dengan metode fast track ini. Di bawah ini tertera 2.2 review jurnal penelitian terkait 10 tahun terakhir.

(30)

Tabel 2.2 Review penelitian terkait (10 tahun terakhir).

No. Judul Penelitian Tahun Penulis Variabel Penelitian

Studi

Kasus Hasil Penelitian

1

Pengukuran Produktivitas Kelompok Pekerja Bangunan dalam Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek Gedung

Bertingkat di Surakarta)

2008 Wulfram Ervianto I.

Waktu,

Produktivitas Gedung Bertingkat

Hasil penelitian yang diperoleh hal-hal sebagai berikut : produktivitas pekerjaan pondasi plat adalah 0,067 m3/orang/jam; pekerjaan kolom adalah 0,074 m3/orang/jam; pekerjaan balok dan plat adalah 0,041 m3/orang/jam; dan pekerjaan pasangan batu kali adalah 0,191 m3/orang/jam.

2

Perbandingan Biaya Struktur Atas antara Menggunakan Metode Konvensional dan Metode Precast yang

Menggunakan Sambungan Baut pada Proyek Rusunawa Cimahi- Bandung.

2008 M.

Toddy D.

Biaya,

Waktu Rusunawa Penggunaan metode precast dapat mereduksi kebutuhan biaya hingga 12% durasi dibandingkan metode konvensional.

(31)

Tabel 2.2 Lanjutan

No. Judul Penelitian Tahun Penulis Variabel Penelitian

Studi

Kasus Hasil Penelitian

3

Efisiensi Biaya dengan Metode Pemilihan Konstruksi

Pekerjaan Pelat pada Proyek Pembangunan Gedung Bertingkat.

2009 Yanuar

Akhmadi Biaya Gedung

Bertingkat

Metode precast menghasilkan biaya yang lebih efisien dengan tingkat efisiensi antara 32,90% - 68,62%. Biaya rata-rata pelat konvensional adalah Rp 499,263 per m³ sedangkan pelat precast adalah Rp 238,131 m³

4

Analisis Teknologi Metode Precast Kolom terhadap Efisiensi Waktu dan Biaya Proyek di Indonesia.

2012 Muhammad Rizki Ridho

Biaya,

Waktu Gedung Bertingkat

Keuntungan yang didapat dengan menggunakan precast adalah 2.55% jika dibandingkan terhadap biaya total kolom yang dikeluarkan pada metode konvensional, serta dapat mengurangi waktu produksi hingga 16,67% dari total waktu yang dibutuhkan pada konstruksi struktur proyek.

5

Analisa Indeks Biaya untuk Pekerjaan Beton Bertulang dengan Menggunakan Metode SNI 7394-2008 dan Lapangan (Studi Kasus pada Proyek Pembangunan Asrama TIKES CHMK Tahap III)

2013 Christiani

Manubulu C. Produktivitas Gedung Asrama

Besarnya persentasi perbedaan indeks tenaga kerja antara metode lapangan dan SNI adalah 37,10%

mandor, -14,28% kepala tukang, 71,84% tukang, dan 62,10% pekerja untuk memasang 1m2 bekisting, -10,83% mandor, -153,32% kepala tukang, 61,74% tukang, dan -13,70% pekerja untuk pekerjaan 10 kg pembesian, 59,08% mandor, 2,30%

kepala tukang, 48,12% tukang, dan 28,00% pekerja untuk membuat 1m3 beton.

(32)

Tabel 2.2 Lanjutan

No. Judul Penelitian Tahun Penulis Variabel Penelitian

Studi

Kasus Hasil Penelitian

6

Perbandingan Metode

Konstruksi Pelat Lantai Sistem Double Wiremesh dengan Sistem Half Slab.

2013

Michael Tedja &

Anastasia Prisilla

Biaya,

Waktu Gedung Bertingkat

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui biaya dan waktu pelaksanaan serta perbandingan penggunaan metode double wire mesh dan half slab untuk konstruksi plat lantai, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan mengganti konstruksi plat lantai metode double wire mesh dengan metode half slab biaya konstruksi plat lantai menjadi lebih besar 8%.

7

Analisa Produktivitas Pekerjaan Lantai M-Panel, Beton Bertulang, dan SNI Pekerjaan Pelat Beton Bertulang.

2014 Agung

Wahyu N. Biaya, Produktivitas

pemasangan M-PANEL sebesar 5,7874 m2/jam, sedangkan nilai produktivitas pekerjaan pelat lantai konvensional adalah: pemasangan bekisting sebesar 1,496 m2/jam, penulangan sebesar 7,116 m2/jam, dan pengecoran sebesar 10,004 m2/jam.

Untuk hasil nilai produktivitas pelat lantai konvensional berdasarkan SNI No. 7394 Tahun 2008 adalah:

pemasangan bekisting sebesar 0,20 m2/jam, penulangan sebesar 2,98 m2/jam, dan pengecoran sebesar 1,67 m2/jam. Analisa dari hasil perhitungan harga satuan pekerjaan pelat tiap m2 diperoleh sebesar Rp 443.109,13/m2 untuk M-PANEL, sebesar Rp. 406.146,52 /m2 untuk pelat konvensional, dan sebesar Rp. 691.485,40/m2 untuk harga satuan berdasarkan SNI No. 7394 Tahun 2008.

(33)

Tabel 2.2 Lanjutan

No. Judul Penelitian Tahun Penulis Variabel Penelitian

Studi

Kasus Hasil Penelitian

8

Analisa Perbandingan Metode Halfslab dan Plat Komposit Bondek Pekerjaan Struktur Plat Lantai Proyek

Pembangunan Apartement De Papilio Tamansari Surabaya

2014

Rininta Fastaria Yusroniya dan

Eka Putri

Biaya,

Waktu Apartemen

Dari hasil perhitungan terhadap biaya dan waktu pada metode halfslab yang merupakan kondisi existing, waktu yang yang diperlukan untuk metode halfslab ini adalah 205 hari dengan biaya sebesar Rp 15.342.599.781,12 dan untuk metode plat komposit bondek membutuhkan waktu pelaksanaan selama 176 hari dengan biaya sebesar Rp 10.698.498.238,00.

9

Analisis Perbandingan Rencana Anggaran Biaya Struktur pelat Lantai Konvensional dan Sistem Floor Deck.

2015 Winardi Biaya,

Waktu Gedung Dewan

Waktu pelaksanaan struktur pelat lantai sistem floor deck membutuhkan waktu 20,02 hari lebih cepat dibandingkan dengan struktur pelat lantai konvensional yang membutuhkan waktu 26,93 hari atau selisih 6,92 hari. Biaya yang dibutuhkan pada pekerjaan struktur pelat lantai sistem floor deck sebesar Rp652.511.648,88 lebih sedikit

dibandingkan dengan pekerjaan struktur pelat lantai konvensional yaitu sebesar Rp599.627.613,75 atau selisih sebesar Rp52.884.035,13 atau sebesar 8,105%.

10

Pembangunan Add-In Simulasi Operasi Konstruksi Berulang dengan Teknik Pemodelan Cyclone pada Microsoft Excel.

2015 M. Ikhsan Produktivitas Gedung

Berdasarkan hasil pengujian, model jaringan operasi konstruksi berulang yang menjadi kajian telah berhasil direpresentasikan dalam bentuk model program. Aplikasi untuk mewujudkan simulasi atas model tersebut telah diwujudkan dalam aplikasi Xcyclone.

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar

Gambar 2.1. The Project Life Cycle of a Constructed Facility
Gambar 2.2. Elemen Dasar Program WebCyclone  (Sumber :Purdue University)
Gambar 2.3. Panel Input WebCyclone  (Sumber :WebCyclone User Manuals)
Gambar 2.4. Distribusi Statistic Input Durasi (Sumber :WebCyclone User Manuals)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui data yang didapatkan dalam sasaran yakni mengidentifikasi tingkat, bentuk dan proses partisipasi masyarakat dalam

Tidak adanya hubungan antara keterikatan teman sebaya dengan perilaku konsumsi rokok remaja kemungkinan dapat dijelaskan dengan tingginya persentase keterikatan

Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui tingkat keterlaksanaan Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada tahapan 1) masukan (antecedents), 2) proses (transactions), 3)

probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat dipakai untuk menghitung Organizational Citizenship Behavior (OCB) atau dapat dikatakan bahwa variabel

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG BATAS DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN KABUPATEN LEBONG PROVINSI

kepastian untuk membuat keputusan sendiri apakah perlu evakuasi, tetap berada di tempat, atau kembali. Segera sesudah gempa berhenti, anggota Jaring Komunikasi SAR

Perlu dibahas element-element penting untuk mendukung implementasi rantai peringatan seperti : Back up Posko 24/7 BPBD ditingkat Provinsi, Kapasitas Staff Posko, Soft

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan