• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kewenangan Pemerintah Dalam Pembentukan Peraturan Kebijakan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kewenangan Pemerintah Dalam Pembentukan Peraturan Kebijakan."

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Magister Hukum Udayana

Jurnal

(3)

Susunan Dewan Redaksi Publikasi Karya Ilmiah

ISSN 2302-528X

Magister Hukum Udayana

Jurnal

Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Volume 4 Nomor 4 Desember 2015

PENANGGUNG JAWAB

Dr. N Ketut Supast Dharmawan, SH., M.Hum., LLM.

PEMIMPIN REDAKSI

Dr. Ida Bagus Surya Darmajaya, SH., MH.

SEKERTARIS PEMIMPIN REDAKSI

Dr. I Ketut Sudantra, SH., MH.

DEWAN REDAKSI

Prof. Dr. I Gust Ngurah Warocana, SH., MH Prof. Dr. I Made Arya Utama., SH., M.Hum.

PENYUNTING AHLI MITRA BESTARI

Prof. Tom Suryo Utomo, SH., LLM., Ph.D (UGM) Dr. Edmon Makarm, SH., S.Kom., LLM (UI) Prof. Dr. Efa Laela Fakhrah, SH., MH.(UNPAD)

Are Afransyah, SH., M.I.L., Ph.D (UI)

PENYUNTING AHLI

Dr. Putu Tun Cakabawa Landra, SH., M.Hum. Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, SH., M.Hum.

Dr. I Wayan Wryawan, SH., MH. Dr. I Gust Ketut Arawan, SH., MH.

Dr. I Gede Yusa, SH., MH. Dr. N Nyoman Sukert, SH., MH. Dr. Desak Putu Dew Kash, SH., M.Hum

Dr. Gde Made Swardhana, SH., MH. Dr. Made Gde Subha Karma Resen, SH., M.Kn

PENYUNTING TEKNIS

Cokorde Dalem Dahana, SH., M.Kn I Made Dedy Pryanto, SH., M.Kn

I Nyoman Bagastra, SH., MH.

(4)

SEKRETARIAT

Gust Ayu Raka Wratn A.A. Istr Agung Yunana, SE

Made Mustana, SE

Made Dandy Pranajaya, S.Sos., M.AP

Alamat Penyuntng dan Sekretarat :

Program Stud Magster (S2) Ilmu Hukum Program Pascasarjana Unverstas Udayana

Gedung Pascasarjana Lanta I, Jl. PB. Sudrman Denpasar – Bal Telepon : +62 (361) 246 354

E-Mal: magsterhukumunud@yahoo.co.d http://ojs.unud.ac.d/ndex.php/jmhu

Gambar Cover: Dew Saraswat (Dew Ilmu Pengetahuan).

Foto dambl dar ruang depan gedung Pasca Sarjana Unverstas Udayana

Journal Policy

Udayana Master Law Journal (Jurnal Magister Hukum Udayana) adalah Jurnal

(5)

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,

Atas asung wara nugraha Ida Hyang Wdh Wasa / Tuhan Yang Maha Esa mengakhr tahun 2015 n kam dapat menghadrkan Jurnal n kehadapan pembaca. Artkel-artkel yang kam hadrkan pada Volume 4 No. 4 n terdr dar artkel para dosen / pengajar Magster (S2), Dosen Fakultas Hukum dan para mahasswa Magster (S2) Ilmu Hukum Unverstas Udayana.

Mengawal artkel Jurnal n adalah Izzah Amla Fasal dengan artkel Faktor-Faktor

Penyebab Terjadinya Pariwisata Seksual Anak Di Bali. Putr Kusuma Sanjwan membahas

tentang Kewenangan Pemerintah Provinsi Bali Dalam Pembangunan Pelabuhan Pariwisata Sebagai Pendukung Pariwisata Bali.

Selanjutnya dbahas Kewenangan Komisi Kejaksaan oleh Putu Indrawan Ariadi. Implementasi Nilai-Nilai Agama Hindu Terhadap Penyelesaian Tindak Pidana Adat Di Bali dbahas dalam tulsan Putu Rzky Straputra. Kemudan dsusul dengan tulsan Pluralisme

Hukum Dalam Perbuatan Hukum Pengangkatan Anak Di Bali oleh I Gust Agung Ayu Sukma

Sanjwan.

Dlanjutkan dengan tulsan para dosen dar Fakultas Hukum UNUD, yatu dar Sr Utar membahas tentang Implementasi Tanggungjawab Negara Terhadap Kewajiban Konstitusional

Warga Negara Mengikuti Pendidikan Dasar Di Desa Terpencil Kabupaten Bangli. N Luh Gede

Astaryan membahas Kewenangan Pemerntah Dalam Pembentukan Peraturan Kebjakan dan Made Gde Subha Karma Resen mengkaj terkat Inovas Daerah.

Berturut-turut kam sajkan artkel dar Made Somya Putra, Indah Permatasar, Made Gede Arthadana, Kadek Putra Ark Pesona, Anak Agung Ngurah Agung Satrya Dana, I Gede Pranajaya, I Ketut Ngastawa, I Ketut Purna Astha dan kembal tulsan dosen FH UNUD yakn Made Suksma Prjandhn Dev Salan mengambl judul Pengaturan City Hotel Berkarakter Chain Hotel Sebagai Salah Satu Bentuk Usaha Jasa Pariwisata Di Indonesia (Studi Kasus Di Bali).

Sebaga pamungkas dar 18 artkel Volume 4 No. 4 n kam sajkan tulsan dar Kadek Agus Sudarawan yang membahas Transfer Of Undertaking Protection Of Employment (Tupe) Dalam Dunia Ketenagakerjaan Indonesia (Diantara Potensi Dan Hambatan).

Semoga jurnal yang kam hadrkan kal n semakn banyak mengnspras serta menmbulkan kegarahan untuk menuls, terutama bag pembaca krts d kalangan akadems. Saran dan krtk tetap dbutuhkan sebaga upaya penyempurnaan eds jurnal selanjutnya d tahun 2016.

Selamat Tahun Baru 2016 dan selamat membaca.

Om Shanti Shanti Shanti Om.

Denpasar, Desember 2015

(6)

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... v

Pariwisata Seksual Anak : Upaya Perlindungan Anak

Berkaitan dengan Sex Child Tourism ... 626 Izzah Amla Fasal

Kewenangan Pemerintah Provinsi Bali dalam Pembangunan Pelabuhan

Pariwisata sebagai Pendukung Pariwisata Bali ... 634 Putr Kusuma Sanjwan

Kewenangan Komisi Kejaksaan terhadap Tugasnya untuk Melakukan

Pengawasan Khususnya kepada Kewenangan Penuntut Umum ... 645 Putu Indrawan Arad

Implementasi Nilai-nilai Agama Hindu terhadap Penyelesaian

Tindak Pidana Adat di Bali ... 654 Putu Rzky Straputra

Pluralisme Hukum dalam Perbuatan Hukum Pengangkatan Anak di Bali ... 661 I Gust Agung Ayu Sukma Sanjwan

Implementasi Tanggungjawab Negara Berkaitan Dengan Hak Atas Pendidikan Dasar Bagi Warga Negara Di Desa Terpencil Kabupaten Bangli ... 669 N Ketut Sr Utar, I Made Udana

Inovasi Daerah

(Releksi dan Pengaturan Inovasi Daerah di Indonesia) ... 680 Made Gde Subha Karma Resen

Kewenangan Pemerintah dalam

Pembentukan Peraturan Kebijakan ... 688 N Luh Gede Astaryan

Penyelesaian Wicara Melalui Peradilan oleh Majelis Utama Desa

Pakraman (MUDP) Provinsi Bali ... 700 I Made Somya Putra

(7)

Kewenangan Menguji Konstitusionalitas

Peraturan Daerah terhadap UUD 1945 ... 713 Indah Permatasar

Peranan Sidik Jari dalam Mengungkap Pelaku Tindak Pidana

di Tingkat Penyelidikan Polda Bali ... 720 Made Gede Arthadana

Konstruksi Sanksi Administratif Peraturan Daerah

Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 ... 729 Kadek Putra Ark Persona

Kewenangan Pemerintah Provinsi Bali dalam Penyelenggaraan Penanaman Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal .... 736 Anak Agung Ngurah Agung Satrya Dana

Pengaturan Pengangkatan Sekretaris Daerah untuk Mewujudkan

Netralitas Pegawai Negeri Sipil Daerah ... 747 I Gede Pranajaya

Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11-017/PUU-I/2003

terhadap Perlindungan Hukum Hak Dipilih ... 757 I Ketut Ngastawa

Kontradiksi Implementasi Pasal 79A Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan di Kota Denpasar ... 770 I Ketut Purna Astha

Pengaturan City Hotel Berkarakter Chain Hotel sebagai Salah Satu

Bentuk Usaha Jasa Pariwisata di Indonesia (Studi Kasus di Bali) ... 783 Made Suksma Prjandhn Dev Salan

Pengaturan Prinsip Transfer of Undertaking Protection of Employment (TUPE) dalam Dunia Ketenagakerjaan Indonesia

(8)
(9)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Parwsata merupakan salah satu penyumbang devsa negara terbesar yang berasal dar Bal dan merupakan sektor pendapatan utama dan andalan negara Indonesa.2 Namun apabla parwsata tdak dtangan dan djalankan dengan bak maka akan berdampak negatf sepert kerusakan terhadap nla dar suatu sen dan budaya,

hancurnya ekosstem serta pelanggaran terhadap norma agama, adat stadat, kesuslaan dan hak asas manusa pada suatu daerah destnas wsata.

Berwsata merupakan hak setap orang dan hak asas setap manusa yang telah daku oleh hukum nasonal dan juga nternasonal.3 Namun hak tersebut harus dlakukan untuk kegatan postf. Namun belakangan n hak berwsata sudah mengganggu eksstens hak anak, karena sudah marak terjadnya parwsata yang berdampak negatf bag tumbuh kemabang anak, yatu parwsata seksual anak. Hak anak merupakan salah

PARIWISATA SEKSUAL ANAK : UPAYA PERLINDUNGAN ANAK

BERKAITAN DENGAN

SEX CHILD TOURISM

Oleh:

Izzah Amila Faisal1

ABSTRACT

Tourism is the one of the main revenue in Indonesia. A large of number tourists comes to Indonesia every day with the different country, culture and aim. Base on our international visitor that come from different country, they bring together with their culture when visit Indonesia. Therefore tourism has the positive and negative impact for our culture. As Indo people we have to keep save our basic identity from the acculturation. But in other hand tourism have some negative effect. Child Sex tourism is the issue of this paper and become one of the phenomena that occur in Indonesian tourism. Even though Indonesia have the national and international regulation that protect child from sex exploitation, but in the real

life still ind the same issue regarding child sex tourism. The purpose of this research is to ind and identify the factor that be the main cause of child sex tourism to be able to conclude

the efforts of legal protection rights of children and also against sex child tourism practice and protect the from any kind of sexual crime practice. As we know that the children are

our future generation that must be protected all of their rights. Law enforcement oficers

together with the government need more improvement efforts to against sexual crime practice specialy that happen with the children in Indonesia.

Keywords: Child sex tourism, sex exploitation

1 Mahassw Magster Ilmu Hukum Unverstas

Udayana, Denpasar, Bal, Alamat Jalan Pulau Seram Gang Tarakan Buntu No. 3 Denpasar, e-mal: mela_zhaa@yahoo.com

2 Irandka Prabhata, 2015, Meningkatkan Pariwisata Bali Melalui Kepastian Penegakan Hukum atas Pelanggaran Kawasan Tanpa Rokok Dalam Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 10 Tahun 2011, Jurnal Magster Hukum Udayana, Vol.8 No.1 Tahun 2015, Magster Hukum Unverstas Udayana, Denpasar, hlm.3.

(10)

satu aspek yang harus dperhatkan dalam perkembangan parwsata karena dalam ndustr parwsata sangat besar potens yang dtmbulkan untuk terjadnya kejahatan seksual pada anak. Kejahatan seksual terhadap anak merupakan masalah global d mana anak-anak mengalam berbaga macam bentuk kekerasan sepert hukuman terhadap

isik, pemaksaan dalam pekerjaan yang

berbahaya sepert pertambangan, sampah, seks komersal dan perdagangan narkoba serta terjadnya dskrmnas, perkawnan

dini, dan pornograi.4

Pengakuan atas eksstens anak sebaga subyek hak asas manusa yang memlk art khusus, dapat dlhat dengan

diratiikasinya Konvensi Hak Anak pada 20

November 1989 dan juga dalam Kode Etk Parwsata. Konvens hak anak memlk suatu katan hukum bag setap negara

yang ikut meratiikasinya. Konvensi hak

anak juga membentuk suatu komte yang dkenal dengan sebutan CRC (Committee on the Rights of the Child) yang berfungs untuk memontor kemajuan yang dbuat oleh negara phak terhadap kewajbannya menurut ketentuan yang tercantum dalam konvens dan protokol operasonalnya.5 Dalam kode etk parwsata, eksplotas seksual yang dlakukan terhadap anak-anak sangat bertentangan dengan tujuan dasar dar parwsata. Oleh sebab tu, eksplotas seksual terhadap anak harus dlarang sekeras-kerasnya serta dberkan sanks yang tegas dan berat bag para pelaku. Namun sampa saat n konds tersebut belum teratas. Hal n

terlhat dar adanya akses yang memudahkan kegatan tu terjad merupakan penyebab utamanya. Namun sampa saat n konds tersebut belum teratas. Hal n terlhat dar adanya akses yang memudahkan kegatan tu terjad merupakan penyebab utamanya.

Parwsata seksual anak merupakan salah satu bentuk dar kejahatan seksual yang tmbul dar hasl suatu pergeseran nla parwsata dan merupakan suatu tndak kejahatan seksual pada anak. Para pelaku wsatawan seks anak dapat berasal dar negara lan yang basa dsebut sebaga wsatawan asng serta berasal dar dalam neger yang dsebut sebaga wsatawan domestk atau orang lokal yang melakukan perjalanan wsata d dalam negara mereka sendr.

Permasalahannya adalah dengan adanya wsatawan asng maupun domstk yang berlbur maupun pada akhrnya menetap d suatu daerah yang membawa pengaruh negatf yatu menggunakan jasa anak sebaga pemuas hasrat seksual yang saat n lebh dkenal dengan parwsata seks anak karena mayortas menggunakan layanan atau akomodas parwsata d daerah wsata. Pengaruh tersebut mengakbatkan suatu perubahan sosal, dmana bsa mengarah pada perubahan yang tdak dkehendak sepert contoh pergeseran nla parwsata. Pergeseran nla merupakan masalah sosal pada zaman modern yang danggap sebaga penyakt sosal, dan pada umumnya dkenal sebaga penyakt masyarakat.6 Dengan kata lan penyakt tersebut merupakan produk sampngan, atau merupakan konsekuens yang tdak dharapkan dar system soso-4 Irwanto, 2008, Menentang Pornograi dan Eksploitasi

Seksual terhadap Anak, ECPAT, Jakarta, hlm.6.

5 Erca Harper, 2009, International Law and Standard Applicable in Natural Disaster Situation, PT. Grasndo, Jakarta, hlm. 204.

6 Kartn Kartono, 2005, Patologi Sosial : Jilid 1, Raja

(11)

kultural zaman sekarang, dan berfungs sebaga gejala sosal tersendr.7

Resko yang membahayakan masa depan anak juga dapat terjad blamana anak-anak terlbat ataupun dpaksa untuk masuk dalam ndustr seksual. Hal tersebut merupakan suatu tndak pelanggaran terhadap hak asas anak.

Keterlbatan anak d dalam bsns seks komersal hampr terjad dsemua Negara dan belum ada penanganan secara serus dalam hal tersebut. Sebelum menndaklanjut dalam upaya hukum, maka harus dketahu terlebh dahulu akar permasalahannya yatu faktor yang mempengaruh anak terlbat dalam parwsata seks tersebut. Berdasarkan hal tersebut, peneltan yang dlakukan adalah peneltan yang berkatan dengan ” Parwsata Seksual Anak : Upaya Perlndungan Anak Berkatan Dengan Sex Child Tourism”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah faktor penyebab teradnya parwsata seksual anak?

2. Bagamana upaya menngkatkan perlndungan hukum terhadap anak terhadap dampak negatf dar perkembangan parwsata ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengembangkan pengetahuan dbdang perlndungan anak dar bahaya kejahatan seksual khususnya parwsata seksual anak yang

2. Tujuan Khusus

Untuk menganalss dar pada faktor penyebab terjadnya parwsata seksual

anak serta perlndungan hukum terhadap anak yang menjad korban dar parwssata seksual anak.

II. Metode Penelitian

Metode peneltan yang dlakukan adalah metode hukum normatf. Metode hukum normatf dsebut juga sebaga peneltan hukum teorts/ doktrnal dengan fokus kajan yang terletak pada nventarsas hukum postf, asas-asas dan doktrn hukum, penemuan hukum dalam perkara in concreto, sstematk hukum, taraf snkronsas hukum, perbandngan hukum, dan sejarah hukum.8 Peneltan hukum normatf n akan mengkaj dan menganalss mengena faktor penyebab terjadnya parwsata seksual anak dan bentuk perlndungan hukum yang dberkan oleh negara pada anak yang menjad korban. Jens pendekatan yang dgunakan dalam peneltan n adalah pendekatan perundang-undangan, serta pendekatan konsep dengan menggunakan teknk analss bahan hukum berupa teknk analss deskrptf yang bertujuan untuk membahas permasalahan sebagamana sebelumnya telah durakan.

III. HASIL DANPEMBAHASAN

3.1 Faktor penyebab teradinya

pariwisata seksual anak di daerah pariwisata Bali

Berkut n ada beberapa faktor yang menjad pendorong pendukung utama dalam hal terjadnya parwsata seks anak n, antara lan:9

8 Bambang Sunggono, 2009, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Graindo Persada, Jakarta, hlm.81-99. 9 John Paul Mank, 2011, Peran United Nations World

Tourism Organization (Unwto) Dalam Program Pemberantasan Eksploitasi Seksual Anak Dalam Industry Pariwisata Di Brazil Tahun 2006-2012, Universitas Riau, Sumatera Utara, hlm.4.

(12)

3.1.1 Faktor Eksternal

Dkatakan sebaga faktor utama terhadap terjadnya penyebab terjadnya parwsata seks anak yang berawal dar adanya permntaan dar wsatawan bak asng maupun lokal yang dakbatkan dar banyaknya promos yang dlakukan oleh para penyeda jasa prosttus atau prostitution supplier. Penyeda jasa prosttus tersebut basanya menawarkan atau mengajak korban dengan cara memberkan bujukan dengan cara yang bergammula memberkan pekerjaan dan uang dalam waktu yang sngkat, serta bujukan lannya kepada anak-anak agar mau terjun ke dalam duna prosttus. D sampng tu dapat juga dlakukan dengan modus penpuan berkedok penyalur atau agen tenaga kerja dengan member harapan atau janj mendapatkan pekerjaan yang lebh bak.10 Berbaga macam promos yang dlakukan para jasa penyalur prosttus tersebut mengatakan bahwa anak-anak yang terlbat dalam hal n lebh aman dar jangktan penyakt menular seksual dkarenakan pengalaman anak-anak tersebut tdak sebandng dengan orang dewasa yang terlbat d duna prosttus. Wsatawan akan lebh tertark dar adanya promos n dengan memllh anak-anak darpada orang-orang dewasa dkarenakan alasan keamanan kesehatan serta menjadkan sebuah trend baru d duna prosttus terhadap adanya parwsata seksual anak. Pemasaran prosttus n dtunjang pula dengan perkembangan teknolog yatu melau fasltas nternet atau online dmana pemasok jasa prosttus anak dapat memasang nformas sehngga memudahkan pelaku seks dalam hal

transaks.11Trend dapat merubah gaya hdup yang sangat mempengaruh perubahan sosal sepert dengan adanya parwsata seksual anak n yang pada nantnya akan menark banyak mnat para wsatawan seksual anak.

3.1.2 Faktor Internal

Faktor nternal dapat dkatakan sebaga faktor sekunder terhadap terjadnya parwsata seks anak karena faktor n ada dsebabkan adanya factor utama atau prmer yatu adanya permntaan dar wsatawan. Permasalahan ekonom merupakan masalah yang mengakbatkan anak yang menjad korban parwsata seksual dkarenakan tdak terpenuhnya kebutuhannya secara keuangan

atau inansial. Kebutuhan primer yang

belum terpenuh tersebut sepert kurangnya perhatan terhadap penddkan yang mengakbatkan anak-rendahnya kemampuan ntelektual sehngga dengan mudah masuk dan terjerumus dalam duna prosttus yang domnan menjanjkan terpenuhnya

kebutuhan inansial bagi anak-anak tersebut

sepert kengnan dalam hal kepemlkan suatu barang mewah sehngga mereka memlk pemkran untuk menghaslkan uang dengan cara yang cukup sngkat dan juga dengan mudah. Permasalahan selanjutnya adalah dalam lngkungan keluarga (permasalahan keluarga) yang berakbat kurangnya perhatanyang dberkan kepada anak dar orangtuanya. Prosttus dapat dkatakan sebaga sebuah jarngan yang ddukung oleh berbaga macam teknolog oleh sebab tu akan dengan cepat bergerak dan membuat pengaruh negatve pada setap anak yang telah terjerumus d dalamnya.

10 Vctor Malarek, 2008, Menyibak Perdagangan Seks Dunia, Seramb Ilmu Semesta, Jakarta, hlm.27.

11 Jm Walter and Patrca H. Davs, 2011, Human

Traficking, Sex Tourism, and Child Exploitation on

(13)

Namun faktor yang palng domnan yang saat n djumpa adalah faktor ekonom yang penyebab utamanya adalah kemsknan. Berdasarkan hasl wawancara dengan Kompol Putu Narash, selan faktor kemsknan ada faktor lannya yang mendukung tmbulnya eksplotas seksual pada anak yatu kengnan dar anak sendr dkarena tuntutan perkembangan zaman. Maksud darpada tuntuan perkembangan zaman adalah dapat dlhat dar gaya hdup modern yang lebh cenderung hedons yang pada saat n dalam oleh anak-anak. Pemenuhan kebutuhan hdup yang sangat terbatas mendorong anak tersebut melakukan berbaga macam cara agar dapat mengkut perkembangan zaman yang sarat akan unsur modern dan cenderung hedons, karena orang tua yang berpengahslan mnm, menyebabkan anak-anak tersebut mencar jalan pntas yang negatf yatu dengan menjual drnya ke lak-lak hdung belang.

Berdasarkan hasl wawancara dar seorang anak yang berusa 18 Tahun dan bekerja pada salah satu Spa yang menyedakan sensas seksual dengan nama yang dsamarkan, sebut saja Moza. memlk pekerjaan sebaga teraps dar sebuah Spa sensas merupakan suatu hal yang belum pernah dbayangkan olehnya, dan yang melatarbelakang anak tersebut bekerja adalah karena ajakan seorang teman dan juga hanya sebatas mengkutnyadan baru djalankan selama 1 bulan belakangan. Teman yang mengajak anak tersebut merupakan seorang muckar dar Spa tempatnya bekerja, sebut saja Jeje. Menyenangkan hat orang tua merupakan salah satu tujuan Moza bekerja agar menghaslkan uang. D ss lan, orang tua Moza tdak mengetahu pekerjaan sepert apa yang dgelut oleh anaknya. Berdasarkan

hasl wawancara dar muckar Spa tu, mengena zn yang dajukan Spa tersebut adalah ddaftarkan sebaga Salon. Hal n dkarenakan apabla ddafatarkan dengan konds Spa yang djalankan adalah Spa yang menawarkan sensas maka tdak akan dznkan untuk beroperas karena sudah jelas melanggar uandang-undang.

3.2 Upaya meningkatkan perlindungan

hukum terhadap anak dari

perkembangan pariwisata di Bali

Para penegak hukum sudah seharusnya memberkan perhatan yang lebh untuk perlndungan hukum bag masyarakat. Berdasarkan undang-undang perlndungan anak No. 35 Tahun 2014 kewajban memberkan perlndungan kepada anak ddasarkan pada asas non-dkrmnas, asas kepentngan yang terbak untuk anak, asas hak untuk hdup, kelangsungan hdup, dan perkembangan, serta asas penghargaan terhadap pandangan atau pendapat anak.12 penegakan hukum sebaga upaya perlndungan terhadap anak dalam hal tertentu juga dapat dlakukan oleh phak swasta ataupun masyarakat guna mewujudkan de ataupun konsep dan juga kadah hukum, bak tertuls maupun tdak yang bersfat normatf yang terwujud dalam fakta maupun kasus dalam kehdupan masyarakat.13

3.2.1 Upaya Perlindungan Hukum

Preventif

Phlpus Hadjon memberkan konsep tentang teor perlndungan hukum

12 Rka Saraswat, 2009, Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia, Ctra Adtya Bakt, Bandung, hlm.25-26.

(14)

yakn, perlndungan hukum preventf dan perlndungan hukum represf. Maka dar tu upaya yang dlakukan dalam mencegah terjadnya eksplotas seksual yang berupap arwsata seks terhadap anak adalah berupa: 1. Pengaturan dalam sudut pandang

normatf yatu berupa Peraturan Perundang-Undangan,

Pemberan sanks yang berat terhadap pelaku merupakan hal yang harus dperhatkan dalam sudut pandang perundang-undangan. Dalam pemberan sanks yang berat tersebut harus dperhatkan juga pada motf pelaku, tujuan pelaku melakukan tndak pdana, cara pelaku melakukan tndak pdana dan motf korban.

2. Memaksmalkan Knerja Lembaga Perlndungan Anak

Lembaga n perlu ddukung setdaknya oleh pekerja sosal, pskolog, ahl hukum dan dokter dengan maksud agar lembaga n dapat mencapa tujuan yang dngnkan dengan bak.

3.2.2 Upaya Perlindungan Hukum

Represif

Dlakukan dengan pemberan resttus serta kompensas dengan tujuan pengembalan kerugan yang dalam oleh

korban baik isik ataupun psikis. Selain itu

dapat juga dengan dadakannya rehabltas dan juga pelayanan meds terhadap korban.

Selan upaya hukum d atas, selaku Kant I Subdt IV N Nyoman Sukern memaparkan mengena upaya yang dlakukan polr untuk melndung anak dar eksplotas seksual, antara lan:

1. Membangun unt pelayanan perempuan anak (uppa) yang akan menangan kasus yangg menmpa anak, merujuk

ke Rumah Sakt, Shelter, Pskolog d seluruh kepolsan ndonesa (Mabes Polr-Polres)

2. Menngkatkan kemampuan personl Polr (khususnya polwan dan polr yang darahkan untuk menangan hal-hal yang terkat perempuan dan anak yang senstf gender dengan menggunakan fasltas ruang pelayanan khusus) 3. Menngkatkan kerjasama dan

koordnas dengan nstans terkat dan lembaga swadaya masyarakat terkat 4. Melakukan sosalsas bekerjasama

dengan nsan pers bak melalu meda cetak dan elektronk

5. Kerjasama dengan kepolsan asng melalu Interpol dan SLO yang ada d ndonesa.

Peraturan hukum mengena perlndungan anak pada awal mulanya sudah datur melalu Undang-Undang No. 23 Tahun 2002, namun karena d dalamnya tdak tercantum cukup kuat mengena kepentngan pelaku, maka drevs dengan peraturan baru yatu Undang-Undang No. 35 Tahun 2014. Dsn saatnya para penegak hukum untuk lebh memperhatkan mplementas dar undang-undang n.

(15)

dsepakat bersama, bak antara pemerntah dengan pemerntah maupun antara sesama kelompok non-pemerntah pada negara yang berbeda.14 Oleh karena tu, peranan darpada organsas nternatsoal adalah:

1. Sebaga tempat menggalang suatu kerjasama dan untuk mencegah serta dalam hal pengurangan ntenstas

daripada suatu konlik.

2. Sebaga wadah untuk bermusyawarah serta menghaslkan keputusan yang menguntungkan bagkepentngan bersama.

3. Sebaga lembaga ndpenden dalam hal pelaksanaan suatu kegatan sosal kemasyarakatan.

IV. SIMPULAN & SARAN 4.1 Simpulan

1. Faktor domnan yang menjad latar belakang dar tmbulya parwsata seksual anak terdr dar faktor ekstern dan ntern. Faktor ekstern adalah perkembangan zaman untuk mengkut lifestyle dan juga memenuh kebutuhan terser. Faktor ntern adalah permasalahan utamanya yatu faktor perekonoman keluarga.

2. Upaya-upaya perlndungan terhadap hak anak mash harus terus drancang dan harus ada penguatan brokras d Indonesa sehngga nasb anak-anak bsa lebh terlndung. Upaya tersebut harus lebh mengupayakan agar hak anak lebh dlndung agar tdak terjad penngkatan tndak pdana eksplotas seksual anak, apabla sudah terjad maka perlndungan anak sebaga

korban harus lebh dperhatkan

hingga anak tersebut dapat beraktiitas

normal kembal sepert upaya terhadap pengawasan terhadap anak-anak, upaya pencegahan agar anak terhndar dar bahaya eksplotas seksual, upaya perawatan apabla anak sudah menjad korban, dan upaya rehabltas.

4.2 Saran

1. Pemerntah bersama dengan para penegak hukum harus melakukan realsas secara bersungguh-sungguh dan melakukan penegakan brokras atas peraturan-peraturan yang telah ada serta membuat undang-undang dan perjanjan baru jka perlu yang lebh tegas dan mengkat. Hal tersebut dapat dlakukan dengan pembenahan dar seg fasltas yang ada untuk menaung perlndungan hak terhadap anak maupun pembenahan dar penegakan hukum dar ss kualtas dan kuanttasnya

2. Pengawasan yang lebh dperketat terhadap tempat yang terndkas beresko tngg terjadnya eksplotas seksual anak serta memperketat kekuatan hukum d daerah yang wsatanya sedang berkembang, Pemerntah bersama para penegak hukum harus lebh gencar dalam hal edukas melalu sosalsas kepada anak, remaja dan orang tua tentang bahaya dar eksplotas seksual karena semakn banyak yang mengetahu maka akan lebh gampang untuk upaya pencegahan.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Fuady, Munr., 2007, Sosiologi Hukum Kontemporer, Interaksi Hukum, Kekuasaan, dan Masyarakat, PT. Ctra Adtya Bakt, Bandung.

Harper, Erka., 2009, International Law and Standard Applicable in Natural Disaster Situation, PT. Grasndo, Jakarta.

Irwanto, 2008, Menentang Pornograi dan

Eksploitasi Seksual terhadap Anak, ECPAT, Jakarta.

Kartono, Kartn., 2005, Patologi Sosial : Jilid 1, Raja Graindo Persada,

Jakarta.

Laher, Eva., 2015, Tanggung Jawab Negara Terhadap Kerugian Wisatawan Berkaitan Dengan Pelanggaran Hak Berwisata Sebagai Bagian Dari Hak Asasi Manusi, Jurnal Magster Hukum Udayana Vol.8 No.1 Tahun 2015, Magster Hukum Unverstas Udayana, Denpasar.

Malarek, Vctor., 2008, Menyibak Perdagangan Seks Dunia, Seramb Ilmu Semesta, Jakarta.

Mank, John Paul., 2011, Peran United Nations World Tourism Organization

(Unwto) Dalam Program

Pemberantasan Eksploitasi Seksual Anak Dalam Industry Pariwisata Di Brazil Tahun 2006-2012, Universitas Riau, Sumatera Utara.

Prabhata, Irandka., 2015, Meningkatkan Pariwisata Bali Melalui Kepastian Penegakan Hukum atas Pelanggaran Kawasan Tanpa Rokok Dalam Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 10 Tahun 2011, Jurnal Magister

Hukum Udayana, Vol.8 No.1 Tahun 2015, Magster Hukum Unverstas Udayana, Denpasar.

Saraswat, Rka., 2009, Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia, Ctra Adtya Bakt, Bandung.

Sunggono, Bambang., 2009, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Graindo

Persada, Jakarta.

Teuku May Rudy, 2009, Administrasi & Organisasi Internasional, Reika

Adtama, Bandung.

Walter Walters, Jm and Davs, Patrca H., 2011, Human Traficking, Sex Tourism,

(17)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Provns Bal merupakan Provns yang mengandalkan Pemasukan Asl Daerah (PAD) utama d dalam sektor parwsata. Persangan global membuat masyarakat lokal dan Pemerntah Daerah lebh aktf untuk melakukan pembenahan parwsata yang berbass budaya sesua dengan Kode Etk Parwsata Internasonal dmana pembangunan mula mengarah pada pembenahan d dalam nfrastruktur pendukung parwsata. Gerbang utama untuk wsatawan masuk ke Pulau Bal adalah melalu dua jalur yatu jalur laut dan

jalur udara. Bandara Internasonal sebaga nfrastruktur jalur udara dan pelabuhan sebaga nfrastruktur jalur laut

Pengembangan dan pembangunan parwsata Provns Bal antara pengembangan dan pembangunan parwsata Bal Utara dengan Bal Selatan memlk perbedaan

atau ketimpangan yang cukup siginiikan.

Bal Selatan mengalam perkembangan dan pembangunan yang lebh pesat dan sangat jauh dbandngkan dengan Bal Utara. Umumnya, wsatawan berkunjung ke sebuah daerah tujuan wsata memlk motvas yang berbeda-beda. Berbaga macam bentuk perjalanan parwsata dgunakan untuk dapat memenuh motvas wsatawan dalam melhat hal-hal yang baru d daerah tujuan wsata. Wsatawan yang tersebar berttk fokus bak dalam akomodas dan daerah tujuan wsata

KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

DALAM PEMBANGUNAN PELABUHAN PARIWISATA

SEBAGAI PENDUKUNG PARIWISATA BALI

Oleh :

Putri Kusuma Sanjiwani1

ABSTRACT

Bali Province is a province that relies on regional revenue in the tourism sector. Equitable development between North Bali South Bali require assistance through the form of government policy. One of the Bali provincial government policy is to break the waves of tourists is to build the port infrastructure development of tourism. Theory authority and policy concepts used to solve the problems concerning the form of government policy in the Bali Provincial Tourism Port infrastructure development as the carrying capacity of tourist distribution in promoting tourism in Bali. Normative research used in analyzing problems of government authority between state-owned enterprises and local goverment in accordance with regulations Indonesian republic. Explores the principle of decentralization adopted by the government system in Indonesia with a delegation of authority from the central government to local governments. Tourism ports is essential to be realized as one of the factors of sustainable tourism in Bali.

Keywords : tourism of law, government, tourism port

1 Mahassw Magster Ilmu Hukum Unverstas

(18)

yang terpusat d Bal Selatan. Sebaga bentuk pemecah gelombang wsatawan yang terfokus d Bal Selatan, Pemerntah Daerah Provns Bal sedang mengejar ketmpangan tersebut dengan pembangunan sarana nfrastruktur parwsata berupa Pelabuhan Parwsata. Sepert yang telah kta ketahu bahwa Indonesa merupakan negara martm, Indonesa memlk luas wlayah peraran lebh besar dbandngkan luas wlayah daratan dengan perbadngan 2/3 luas wlayah merupakan peraran dengan panjang gars panta sepanjang 81.000 km, maka dar tu

efektiitas Pelabuhan dapat melengkapi

penunjang parwsata secara keseluruhan. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonom Indonesa 2011- 2025 menetapan kordor ekonom Bal – Nusa Tenggara sebaga pntu gerbang parwsata nasonal. Pembangunan d sektor Parwsata merupakan plhan utama dar Pemerntah Pusat maupun Pemerntah Daerah dengan membuat kebjakan dalam pemerataan parwsata khususnya Pemerntah Provns Bal dalam pendstrbusan wsatawan antara Bal Utara dengan Bal Selatan. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonom Indonesa adalah sebuah roadmap yang dsusun sebaga upaya untuk melakukan transformas ekonom untuk mendorong aktvtas perekonoman sekalgus mempercepat pertumbuhan ekonom untuk menngkatkan daya sang2. Parwsata menduduk perngkat no. 4 setelah komodt perkebunan sepert ekspor kelapa sawt, ekspor karet dan komodt pertambangan mnyak dan batu bara yang

merupakan penyumbang devsa tertngg d Indonesa sebelum tahun 2015. Persangan d dalam pasar global telah mencptakan adanya perubahan besar bag perkembangan perekonoman Indonesa, adanya persangan harga telah membuat jatuhnya harga jual komodt ekspor d Indonesa. Perstwa n menyebabkan pengambl alhan poss dmana parwsata muncul menjad komodt utama penyumbang devsa atau prmadona devsa terbesar d Indonesa.

Pergerakan arus pemasukan devsa membuat Pemerntah Pusat menaruh perhatan khusus pada bdang parwsata. Pelabuhan Parwsata merupakan nfrastruktur pentng d dalam pendstrbus

wisatawan yang eisien untuk negara

martm sepert Indonesa yang berbentuk kepulauan. Indonesa memlk bentang alam yang sangat luas dan ndah dmana perjalanan pelayaran parwsata menjad sangat menark untuk dlakukan. Kedalaman laut sebuah pelayaran parwsata dealnya memlk kedalaman + 16 meter sedangkan Provns Bal hanya sebatas + 6 meter dengan dermaga untuk pelabuhan relatf pendek sehngga kapal – kapal pesar atau kapal – kapal berukuran besar tdak dapat berlabuh d peraran Indonesa khususnya d Provns Bal.

Pemerataan pembangunan dalam sektor parwsata d Bal dapat dsebar dengan dbentutuknya pelabuhan– pelabuhan baru yang khusus dbangun untuk melayan transportas parwsata. Beberapa ttk tertentu d beberapa Kabupaten d Bal memlk potens yang cukup bak sebaga Pelabuhan Parwsata. Menurut stus online

Republka, Kementran Perhubungan mengucurkan dana mencapa Rp.458 Mlar untuk pembangunan nfrastruktur pelabuhan 2 PKPS Bappenas. 2011. Sustanng Partnershp (Meda

(19)

d Bal3. Adapun kanddat pelabuhan yang akan dbenah adalah :

1. Pelabuhan Tanah Ampo d Kabupaten Karangasem

2. Pelabuhan Gunaksa d Kabupaten Klungkung

3. Pelabuhan Benoa d Kota Denpasar 4. Pelabuhan Glmanuk d Kabupaten

Jembrana

Pengembangan pelabuhan dan pemsahan pelabuhan yang khusus untuk parwsata dan bersandarnya kapal-kapal pesar atau kapal-kapal komersl lan yang membawa wsatawan dengan pelabuhan yang berttk fokus pada bongkar muat, perkanan atau pet kemas harus mula dperhtungkan dan drealsaskan untuk pemerataan perkembangan parwsata d Bal.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah durakan datas, maka dapat dtark sebuah permasalahan yatu kajan mengena bentuk kebjakan Pemerntah Daerah Provns Bal dalam pembangunan nfrastruktur Pelabuhan Parwsata sebaga daya dukung pendstrbusan wsatawan d dalam memajukan parwsata Bal.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam peneltan kebjakan Pemerntah Daerah Provns Bal dalam pembangunan nfrastruktur Pelabuhan Parwsata sebaga daya pendukung parwsata Provns Bal memlk dua tujuan umum dan tujuan khusus yatu :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahu bagamana bentuk pengaturan hukum dan bentuk kebjakan pemerntah sesua dengan pembagan urusan antara Pemerntah Pusat dengan Pemerntah Daerah sesua dengan kewenangan yang dmlk Pemerntah Daerah dalam kewenangannya mengelola aset-aset daerah sesua dengan otonom dan asas desentralsas yang danut oleh sstem pemerntahan d Indonesa.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahu bagamana dampak dar bentuk kebjakan Pemerntah Daerah dalam menjalankan kewenangan sesua denga peraturan perundang-undangan dalam menngkatkan pertumbuhan dan perkembangan parwsata khususnya parwsata Provns Bal, menyembangkan antara pengembangan dan pembangunan parwsata Bal Utara dengan Bal Selatan. Hal n menjad hal utama dmana parwsata merupakan salah satu komodt utama Negara Kesatuan Republk Indonesa.

II. METODE PENELITIAN

Peneltan mengena bentuk kebjakan

Pemerntah Daerah Provns Bal dalam pembangunan nfrastruktur Pelabuhan Parwsata adalah menggunakan metode peneltan normatf, yatu menelt bagamana kebjakan pemerntah d dalam membuat suatu kebjakan bak berupa produk hukum atau kebjakan pemerntah lannya dalam upaya memecahkan permasalahan yang terjad. Peneltan n menggunakan pendekatan konseptual yatu agar dapat menganalss suatu permasalahan sesua dengan konsep kebjakan, dan dengan stud dokumen yatu menganalss suatu permasalahan dengan aturan yang berlaku sesua dengan peraturan 3 Republka News. 2015. Empat Pelabuhan d Bal

(20)

perundang-undangan d dalam herark tata urutan perundang-undangan yang berlaku d Indonesa.

Peneltan n menggunakan bahan hukum yatu bahan hukum prmer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum prmer yang dgunakan adalah keseluruhan peraturan sesua herark tata urutan perundang-undangan dmula dar Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republk Indonesa, Undang-Undang, Peraturan Pemerntah dan seterusnya yang berhubungan dengan peneltan n. Bahan hukum sekunder adalah pandangan-pandangan para sarjana mengena kebjakan pemerntah, data-data yang d dapat dar buku yang berhubungan dengan peneltan n serta kajan-kajan lan yang dapat dunduh melalu nternet. Bahan-bahan hukum maupun nformas penunjang yang dperoleh akan dolah dan danalss melalu langkah-langkah deskrps, nterpretas, konstruks, evaluas, argumentas dan stematsas4.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Tinjauan Umum Pelabuhan

Pariwisata

Pelabuhan umumnya merupakan sebuah tempat untuk bersandar atau berlabuhnya kapal-kapal, aktvtas bongkar muat barang, nak turunnya penumpang, berbaga aktvtas lannya sepert bersfat olahraga atau wsata bahar dan merupakan tempat terbelakang yang dentk dengan pemukman serta nuansa kumuh dar masyarakat ekonom lemah. Ctra pelabuhan

pada masa modern saat n khususnya bag daerah yang Pendapatan Asl Daerah (PAD) mengandalkan sektor parwsata mengalam perubahan, pelabuhan saat n menjad jantung kegatan awal dmulanya parwsata dan ttk awal bag wsatawan untuk mengenal budaya suatu daerah.

Pelabuhan datur secara jelas d dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Pelabuhan ada d bawah kementran Kementran Koordnator bdang Kemartman, dmana Kementran n membawah empat kementran yatu :

1. Kementran Perhubungan

2. Kementran Kelautan dan Perkanan 3. Kementran Parwsata

4. Kementran Energ dan Sumber Daya Mneral

Pada hrark peraturan perundang-undangan d Indonesa, pelabuhan datur d dalam :

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

2. Peraturan Pemerntah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan

3. Peraturan Menter Perhubungan No: PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut Pelabuhan Parwsata merupakan hal yang bersfat baru d Indonesa dan tdak semua Provns atau daerah memlk Pelabuhan Parwsata. Pelabuhan Parwsata berbeda dengan Pelabuhan Internasonal yang bersfat sebatas hanya sebaga tempat untuk nak dan turunnya penumpang tetap Pelabuhan Parwsata dkhususkan untuk kegatan keparwsataan termasuk sebaga tempat awal para wsatawan yang datang

untuk melakukan aktiitas berwisata. Sebuah

Pelabuhan Parwsata harus memperhatkan kadah-kadah tata ruang tradsonal yang 4 Program Stud Magster Ilmu Hukum Program

(21)

mengadops tata ruang wlayah suatu negara. Pengkhususan d dalam pembedaan Pelabuhan Parwsata dar pelabuhan pada

umumnya adalah untuk membuat suatu proil

baru atau wajah baru dan penctraan berbass budaya dar suatu daerah tujuan wsata.

Pelabuhan parwsata rata-rata dkunjung oleh beberapa moda transportas laut dantaranya :

1. Kapal Pesar (cruise line)

Terdr dar mega cruise ship, small cruise ship (yacht), luxury cruise ship,

ocean cruise ship dan expedition cruise ship.

2. Kapal Layar 3. Boat

Sfat moda transportas laut yang bersandar d Pelabuhan Parwsata memlk cr khusus yatu dgunakan untuk berwsata dan moda transportas tu bersfat menjelajah dengan berorentas pada sebuah perjalanan yang berpndah-pndah dar satu tempat ke tempat yang lan dalam waktu yang tdak lama (tdak pulang atau tdak menetap). Basanya perjalanan wsata akan dlakukan dalam waktu selama berbulan-bulan.

Pelabuhan parwsata dapat dgolongkan menjad tga jens pelabuhan, yatu :

a. Port of call

Pelabuhan yang dgunakan untuk kapal pesar berlabuh untuk sementara atau beberapa saat, kapal pesar melakukan aktvtas menurunkan penumpang yang akan mengunjung suatu objek wsata dan kemudan wsatawan akan nak ke kapal untuk melanjutkan perjalanan kembal.

b. Turnaround port

Pelabuhan yang khusus melayan pelabuhan wsata dmana kapal pesar akan memula pelayaran dan kembal

dar pelayarannya, dan terdapat aktvtas wsatawan untuk nak dan turun kapal. Basanya akan ada banyak yacht atau perahu berlayar yang menambatkan jangkarnya d ss-ss pelabuhan.

c. Home Port

Pelabuhan dmana kapal pesar memula dan mengakhr perjalanannya, perbedaannya adalah pelabuhan n dlengkap dengan fasltas docking untuk perbakan kapal.

Pelabuhan Parwsata memlk daya dukung dalam pengembangannya. Pelabuhan Parwsata tdak hanya sekedar berdr dan menunggu wsatawan untuk datang tetap Pelabuhan Parwsata Indonesa ddukung oleh rute-rute perjalanan wsata. Kementran Parwsata dan Ekonom Kreatf memlk dua rute dalam Indonesian Sailing Destination

dar kategor kapal-kalap besar sampa kapal – kapal kecl yang akan mengellng Indonesa untuk tujuan berwsata. Menurut Agus Pryono, Drektur Industr Parwsata, Kementran Parwsata dan Ekonom Kreatf Republk Indonesa dalam Kongres Martm Indonesa d Yogyakarta pada 23-24 September 2014, Indonesa merupakan jalur palayaran parwsata dar Darwn to Dl, Darwn to Ambon Race, Darwn to Saumlak, Darwn to Bal Race, Darwn to Kupang Rally, Sal Indonesa, dan Sngapore Straght Regatta.

3.2. Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Bali dalam Merealisasikan Pelabuhan Pariwisata di Provinsi Bali

(22)

Berkut adalah rute IndonesiaSailing Destination untuk kapal-kapal kecl yang Gambar 1 (Sumber : Kementran Parwsata dan Ekonom Kreatf)

Berkut adalah rute IndonesiaSailing Destination untuk kapal pesar dan kapal-kapal besar yang dapat dlalu d Indonesa untuk berwsata

Gambar 2

(Sumber : Kementran Parwsata dan Ekonom Kreatf)

kabupaten atau kota akan akan mengkut arah kebjakan pemerntah oleh pemerntah daerah setempat yang dkepala oleh Bupat atau Walkota. Setap daerah atau provns memlk kebjakan yang berbeda-beda dalam pengembangan parwsata sesua dengan budaya dan keadaan bentang alam daerah tersebut. Menurut Dye yang dkutp oleh Wnarno, kebjakan adalah sebaga plhan pemerntah untuk melakukan atau tdak

melakukan sesuatu (whatever governments choose to do or not to do)5.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerntah Daerah menganut asas desentralsas dengan pelaksanaan pembagan admnstras secara dekonsentras dan kewenangan secara delegas. Pemerntah

(23)

Pusat sebaga pemegang kekuasaan tertngg negara dengan dkepala oleh Presden membawah kewenangan dalam pengaturan poltk luar neger, keamanan, yusts,

moneter dan iskal nasional, dan agama.

Pemerntah Daerah Provns dan Kabupaten dberkan kewenangan delegas d dalam pengelolaan dan pengembangan parwsata tetap tetap dalam pengawasan Pemerntah Pusat dan bertanggungjawab secara penuh kepada Pemerntah Pusat. Pemerntah Daerah sebaga perpanjangan tangan Pemerntah Pusat yatu Pemerntah Daerah Provns Bal melalu Dnas Parwsata membaca tanda-tanda atau peluang dar pengembangan Pelabuhan sebaga Pelabuhan Parwsata dalam memajukan Parwsata Bal.

Parwsata saat n dapat dkatakan sebaga gaya hdup (life style) dan menjad aktvtas yang wajb bag masyarakat modern. Sesua dengan konsep kebjakan menurut Islamy, suatu kebjakan memlk tga elemen yatu6:

1. Identiikasi dari tujuan yang ingin

dcapa

2. Taktk atau strateg dar berbaga langkah untuk mencapa tujuan yang dngnkan

3. Penyedaan berbaga nput untuk memungknkan pelaksanaan secara nyata dar taktk atau strateg.

Kebjakan pembangunan Pelabuhan Parwsata memerlukan arah kebjakan dar Pemerntah Daerah untuk merealsaskan Pelabuhan Parwsata sebaga sebuah alternatf baru dalam promos destnas parwsata. Rencana pembangunan Pelabuhan Parwsata d Provns Bal berdasarkan :

1. Rencana Tata Ruang Wlayah Provns Bal

2. Rencana Tata Ruang Kabupaten 3. Tatanan Transportas Wlayah Provns

Bal

PT. Pelndo merupakan Badan Usaha Mlk Negara yang memegang kewenangan pengelolaan Pelabuhan Benoa dan Pelabuhan Tanah Ampo sedangkan Pemerntah Daerah hanya memlk kewenangan pada pengelolaan Pelabuhan Glmanuk d Kabupaten Jembrana dan Pelabuhan Gunaksa d Kabupaten Klungkung. Kewenangan PT. Pelndo yang dberkan oleh Peraturan Pemerntah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan danggap menjad sebuah polemk yang menyebabkan adanya pertentangan terhadap Kewenangan Pemerntahan Daerah. Pelmpahan wewenang pelabuhan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 memberkan pelmpahan wewenang delegas dar Pemerntah Pusat kepada Pemerntah Daerah, dmana dalam kewenangan pelabuhan masuk ke dalam kewenangan kelautan yang menjad urusan plhan dar Pemerntah Daerah.

PT Pelndo sebaga Badan Usaha Mlk Negara berpedoman pada asas lex specilais derogat legi generalis dmana dalam hal n Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerntah Daerah tdak mengatur secara rnc tentang Pelabuhan khususnya dalam pengelolaan dan pembangunan Pelabuhan Parwsata sedangkan Pemerntah Daerah asas lex superiori derogat legi inferiori

dmana Peraturan Pemerntah tdak boleh bertentangan dengan Undang-Undang sesua dengan hrark peraturan

perundang-undangan. Konlik norma terjadi antara

Undang-Undang No.23 Tahun 2014 dengan Peraturan Pemerntah No 69 Tahun 2001. 6 Islamy, Irfan. 2007. Prnsp-prnsp Perumusan

(24)

Pelabuhan Parwsata merupakan suatu hal yang baru d dalam kategor pelabuhan dan suatu produk baru dalam pengembangan parwsata. Adanya perlakuan stmewa dalam pengelolaan dan pengembangan Pelabuhan Parwsata dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerntah No. 38 Tahun 2007 merupakan sebuah kewenangan delegas yang memberkan kewenangan kepada Pemerntah Daerah untuk dapat merealsaskan Pelabuhan Parwsata. Kewenangan pengelolaan dan pengembangan Pelabuhan Parwsata n harus datur lebh rnc lag d dalam sebuah produk hukum berupa peraturan perundang-undangan agar Pelabuhan Parwsata dapat terealsaskan sebaga sebuah daya dukung baru pendstrbusan wsatawan untuk parwsata berkelanjutan.

3.3. Dampak Pelabuhan Pariwisata Bagi Perkembangan Pariwisata Provinsi Bali

Keparwsataan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 merupakan keseluruhan kegatan yang terkat dengan parwsata dan bersfat multdmens serta multdspln, parwsata merupakan kebutuhan setap orang dan negara serta nteraks antara wsatawan dan masyarakat setempat, sesama wsatawan, pemerntah, pemerntah daerah dan pengusaha. Pelabuhan parwsata merupakan salah satu pendukung pengembangan parwsata dalam pengembangan usaha jasa transportas parwsata yang bergerak dalam penyedaan angkutan khusus untuk kebutuhan dan kegatan parwsata. Bal merupakan salah satu tujuan dar pelayaran parwsata nternasonal, negara atau daerah.

Pelabuhan Parwsata merupakan

gateway dar Provns Bal, Pelabuhan parwsata dbangun untuk merangkul wsatawan asng sepert wsatawan asal Eropa dan Amerka memlk gaya berplesran dengan menggunakan Kapal Pesar (cruise line). Apabla pelabuhan parwsata dapat dkelola dengan bak dan berkelanjutan maka tdak menutup kemungknan Pelabuhan Parwsata juga akan menjad tujuan wsata.

Pembangunan destnas parwsata merupakan program utama drektorat jenderal pengembangan destnas parwsata dengan enam pokok kegatan yatu :

a. penngkatan perencanaan destnas dan nvertas parwsata

b. pengembangan daya tark wsata c. pengembangan ndustr parwsata d. pemberdayaan masyarakat d destnas

wsata

e. pengembangan wsata mnat khusus, konvens, nsentf, dan even serta dukungan manajemen dan tugas tekns pengembangan destnas parwsata lannya

(25)

wsatawan d Bal Tengah, Pelabuhan Benoa d Kota Denpasar akan membantu dstrbus wsatawan d Bal Selatan dan Pelabuhan Glmanuk d Kabupaten Jembrana akan membantu dstrbus wsatawan d Bal Barat dan Bal Utara.

Pelabuhan parwsata member dampak bak berupa dampak postf maupun dampak negatf d dalam parwsata yatu :

1. Dampak Postf

a. Perkembangan Bal Utara akan menjad lebh menngkat dalam sektor parwsata.

b. Pemerataan pembangunan d sektor parwsata dengan pembangunan parwsata yang berbass parwsata budaya.

c. Pendstrbusan wstawan yang terorgansr dengan bak akan membuat PAD daerah Kabupaten atau Kota menjad bertambah. d. Destnas parwsata d Bal Utara

akan semakn berkembang.

e. Bal Utara akan menjad parwsata alternatf bag Parwsata Bal yang berttk fokus lebh banyak d Bal Selatan.

2. Dampak Negatf

a. Kapan pesar akan mendatangkan wsatawan dalam jumlah banyak dan hanya berplesran dalam jangka waktu sebentar atau tdak menetap (mass tourism).

b. Adanya dualsme pengelolaan d dalam PT. Pelndo dan Pemerntah Provns Bal apabla belum adanya Undang-Undang atau peraturan perundang-undangan yang mengatur sstem pengelolaan Pelabuhan Parwsata.

c. Adanya lmbah-lmbah kapal yang dapat mencemar panta d sektar Pelabuhan Parwsata.

Mass tourism yang menjad ketakutan bag sebuah destnas parwsata dapat dtanggulang dengan adanya pemlahan wsatawan yang datang berkunjung. Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Keparwsataan telah mencakup pengaturan mengena parwsata secara general. Wsatawan yang datang walaupun dalam jumlah banyak haruslah mereka yang datang untuk tdak hanya sekedar berplesran tetap mereka yang akan tnggal dan berkontrbus banyak dalam daya tark wsata tersebut. Wsatawan kapal-kapal pesar dar Eropa dan Amerka merupakan wsatawan exclusve yang tdak akan sekedar datang lalu tdak memberkan kontrbus apa-apa d dalam pembangunan parwsata.

IV. PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Parwsata Bal merupakan sebuah aset yang bak bag kemajuan Pendapatan Asl Daerah Provns dan menjad salah satu penyumbang devsa terbesar sampa saat n. Adanya dualsme kewenangan antara Pemerntah Daerah Provns Bal dalam merealsaskan Pelabuhan Parwsata dan untuk pengelolaan Pelabuhan Parwsata dengan PT. Pelndo sebaga Badan Usaha Mlk Negara sebaga perwaklan Pemerntah Pusat dalam memelhara aset-aset negara

membuat adanya konlik norma antara

(26)

Pemerntah No. No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan. Kewenangan delegas yang dpegang oleh Pemerntah Daerah dengan Pelabuhan Parwsata menjad urusan plhan dar Pemerntah Daerah menyebabkan adanya tark menark dengan PT. Pelndo untuk mengelola Pelabuhan Parwsata yang akan segera drealsaskan.

Adanya dampak postf dan negatf d dalam pembanguan Pelabuhan Parwsata harus lebh dperhatkan dmana dampak postf utama d dalam pembangunan Pelabuhan Parwsata adalah menyasar adanya pembangunan Bal Utara yang saat n pertumbuhan parwsatanya mash sangat lemah serta penngkatan Pendapatan Asl Daerah d masng-masng Daerah Kabupaten atau Kota yang ada d Bal. Dampak negatf yang palng dtakut dar sebuah Pelabuhan Parwsata adalah adanya mass toursm d dalam pendstrbusan wsatawan. Mass tourism akan membawa dampak buruk dmana wsatawan yang datang hanya sekedar berkunjung dan tdak memberka

feedback bag pemasukan daerah.

4.2. Saran

Pemerntah Pusat selaku pemegang kekuasaan tertngg d dalam suatu tatanan sstem pemerntahan antara Pemerntah Pusat dan Pemerntah Daerah, harus segera merancang regulas hukum berupa aturan yang bersfat khusus d dalam pengelolaan sebuah Pelabuhan Parwsata yang dmana Parwsata merupakan sebuah urusan plhan dar sebuah Daerah bak Daerah Provns dan

Daerah Kabupaten atau Kota. Konlik norma

dapat menyebabkan ketdaklancarannya sebuah project dar Pemerntah Daerah untuk dapat mengembangkan daerahnya sendr sesua dengan otonom daerah.

Adanya Analss Dampak Lngkungan atau AMDAL yang dapat memeberkan referens d dalam pembangunan Pelabuhan Parwsata. Kerusakan alam yang terjad bak tu d darat, laut maupun udara juga dapat mempengaruh parwsata tu sendr. Adanya empat ttk Pelabuhan Parwsata akan memberkan dampak bag peraran d Pulau Bal. Provns Bal juga memlk kendahan alam laut yang harus djaga sebaga wsata bahar unggulan d Indonesa sepert Amed dan Pemuteran.

DAFTAR PUSTAKA

Bud Wnarno. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Meda Pressndo,Yogyakarta.

Islamy, Irfan. 2007. Prnsp-prnsp Perumusan Kebjaksanaan Negara. Jakarta: Bum Aksara.

PKPS Bappenas. 2011. Sustanng Partnershp (Meda Informas Kerjasama Pemerntah dan Swasta) Eds Khusus Konektvtas Nasonal. Infrastuktur Reform Sector Development Program (IRSDP), Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerntah Daerah (Lembaran Negara Republk Indonesa Tahun 2004 Nomor 125).

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah (Tambahan Lembaran Negara Republk Indonesa Nomor 5587).

(27)

Peraturan Pemerntah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagan Urusan Pemerntahan antara Pemerntah, Pemerntah Daerah Provns dan Pemerntah Daerah Kabupaten / Kota. (Lembaran Negara Republk Indonesa Nomor 4737).

Artikel

(28)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

D Indonesa pada umumnya ada hak yang dberkan kepada seluruh masyarakat yatu berupa hak atas pengakuan, perlndungan, kepastan hukum, dan yang palng pentng adalah perlakuan yang sama dhadapan hokum atau yang dsebut juga dengan stlah (Equality before the law).

Pengaturan mengena hak-hak warganegara tu menjad prnsp utama

Negara Indonesa. Kelemahan yang serng terjad d Indonesa saat n adalah serngnya terjad penyalahgunaan wewenang oleh aparat penegak hukum tu sendr yang ujungnya secara halus memangkas hak-hak dar warga Negara d hadapan hukum. M. Scheltema mengatakan “Setap negara hukum pada prnspnya terdapat empat asas utama yatu asas kepastan hukum, asas persamaan, asas demokras, asas bahwa pemerntah dbentuk untuk melakukan pelayanan terhadap masyarakat.”2 Namun

KEWENANGAN KOMISI KEJAKSAAN TERHADAP TUGASNYA

UNTUK MELAKUKAN PENGAWASAN KHUSUSNYA KEPADA

KEWENANGAN PENUNTUT UMUM

Oleh :

Putu Indrawan Ariadi1

ABSTRACT

Legal writing on the authority of the commission is entitled to the prosecutor’s duty to

carry out supervision authority speciically to the public prosecutor. The background of

the writing of this law is the increasing distrust and dissatisfaction of the public on the performance of law enforcement agencies and institutions secaara public prosecutor’s

ofice in particular. The method in this research is using normative where in the writing of

this law into the background issues penelituan is going to commissions and the prosecutor in the line of duty to supervise the performance of the public prosecutor and what are the constraints commission prosecutor in supervision where the constraint is divided into two parts: internal constraints and external constraints. In the study found that in order to carry out the process of supervision of the public prosecutor, the prosecutor commission can not directly supervise, why is that? this is because there is an internal watchdog in the body prosecutor who take a stand if there is a public prosecutor alleged violation. Constraints of commission prosecutor in carrying out the control can be internal constraints such an evil do not want sightings of the prosecutor who was in trouble, while the external constraints such as obstruction by certain groups who want to impede the work of the commission prosecutor. Therefore let fungis of the prosecutor commission is enforced to match the function of other commissions in Indonesia is the role bgitu stand out and let people participate in helping carry out the task of the prosecutor’s commission.

Keywords : Prosecutorial Commission, Supervision, prosecutor.

1 Mahasswa Program Magster (S2) Ilmu Hukum

Unverstas Udayana, Denpasar, Bal, Alamat: Jalan Padang ndah VII No. 22, Padang Samban Kelod, Denpasar Barat, Emal: putu_ndrawan_arad@ yahoo.com

2 Marwan Efefendy, 2001, Peran dan Fungs Kejaksaan

(29)

pada pelaksanaannya terhadap hal tersebut serng kal terjad penyalahgunaan dalam prakteknya.

Dalam system peradlan hokum d Indonesa khususnya,Asas kepastan hukum yang notabennenya dterapkan dalam sstem peradlan. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakman dtambah dengan perkembangan hukum d dalam masyarakat yang berkembang sepert saat n, maka dbentuklah Undang-Undang Republk Indonesa No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan yang secara luas bertujuan untuk membatas dan member rambu rambu agar tdak terjad penyalahgunaan wewenang serta pemangkasan hak hak yang ada pada masyarakat khususnya d muka hukum.3

Salah satu yang merupakan bagan dar penegak hukum khususnya kejaksaan dwajbkan untuk ambl peran pentng dalam proses penegakkan hukum d Indonesa yatu dengan melakukan perlndungan terhadap kepentngan umum, penegakan hak asas manusa, serta pemberantasan tndak pdana korups, kolus dan nepotsme pada umumnya.

Untuk melaksanakan kewajbannya, Kejaksaan yang secara khusus mendapat kewenangan dalam melakukan penuntutan wajb mewujudkan kepastan hukum dalam kehdupan bernegara, keadlan dan kebenaran berdasarkan hukum dan dengan memperhatkan dan menjunjung tngg nla berdasarkan keagamaan, kesuslaan, kesopanan, kemanusaan, keududkan hukum, serta keadlan ddalam kehdupan bermasyarakat.4

Dalam menjalankan tugasnya jaksa dalam melakukan kewenangannya dlndung oleh kode etk profes, Kode etk nlah yang berfungs untuk mencegah adanya turut serta terhadap ntervens dar pemerntah maupun masyarakat ddalam proses jaksa untuk menerapkan hak hak warga negara dhadapan hukum.5 Kode etk nlah yang mengatur tantang batasan terhadap hal apasaja yang boleh maupun yang tdak boleh dlakukan oleh jaksa dalam melakukan tugasnya.

Kejaksaan pada perkembangan saat n mendapat sorotan khusus oleh masyarakat, namun pada umumnya tdak hanya terhadap kejaksaan saja sorotan tersebut dberkan oleh masyarakat, hal n karena ketdak puasan masyarakat terhadap knerja mereka. Aparat penegak hukum khususnya dan anggota kejaksaan pada khususnya dnla tdak belum memberkan rasa keadlan bag masyarakat d muka hukum sehngga beberapa waktu terakhr n masyarakat merasakan kalau kata “adl” sudah menjad suatu hal yang susah untuk ddapat.

Masyarakat serng kurang begtu paham dengan aturan hukum menjad bulan-bulanan aparat penegak hukum, smak saja beberapa waktu lalu dmana seorang nenek dseret dmuka persdangan dkarenakan tuduhan mencur sebatang kayu bakar, dan mash banyak lag contoh contoh kasus lannya.

Serng sekal perbuatan oknum penegak hukum yang yang menympang dlaporkan kepada nstans oknum tersbut masng masng, namun pada prakteknya laporan tersebut berhent dan hlang, entah sampa mana proses terhadap laporan

5 E. Sumaryono,1995, Etika Profesi Hukum, Kansus,

Yogyakarta, hlm.35.

3 Achmad Al, 2009, Pengawasan Knerja Kejaksaan

Indonesa, Kencana Prenada Meda Group, Jakarta, hlm.212.

4 Syamsul Wahdn, 2012, Dimensi Penegakan Hukum,

(30)

masyarakat tersebut, khusus untuk oknum jaksa yang berwenang adalah Kejaksaan Agung. Faktanya laporan yang dajukan oleh masyarakat tersebut tdak ada kejelasan atas apa tndak lanjut yang sudah dlakukan oleh nstans tersebut.

Penyalah gunaan maupun penympanagan yang telah dlakukan oleh aparat penegak hukum yang dalam peneltan n dkhususkan kepada Jaksa. Kualtas aparat penegak hukum sepanjang n drasa kurang memuaskan, mayortas reportnya sangatlah tdak memuaskan meskpun demkan tdaklah sedkt yang memlk report memuaskan.6

Sebaga salah satu lembaga yang serng dkrtk buruk, kejaksaan saat n wajb untuk merubah sstem pengawasan terhadap drnya sendr, apabla tdak segera melakukan perbakan bukan tdak mungkn pada waktu mendatang kejaksaan akan semakn bobrok bahkan akan hancur atau bsa juga untuk dbubarkan.

Amanat Undang-Undang tentang kejaksaan bsa djadkan landasan untuk menjawab atas upaya dbentuknya Koms Kejaksaan khususnya dalam membantu untuk melakukan pengawasan terhadap jaksa yang menjalankan fungsnya sebaga penuntut umum.

Keberadaan koms kejaksaan sebelumnya telah datur dalam Perpres No. 18 tahun 2005 tentang koms kejaksaan RI yang dmana pembentukan Koms Kejaksaan bertujuan untuk menngkatkan kualtas dan kuanttas kejaksaan secara umum dan anggota kejaksaan pada khususnya.

Keterbatasan manusa dalam hal nlah yang harus kta sadar, atasan tdak

selalu bsa mengawas bawahannya dengan sebak mungkn, oleh karena tu mengngat telah dtentukan oleh UU No.16 Tahun 2004 dalam Pasal 38 Undang-Undang yang menyatakan “untuk menngkatkan kualtas knerja kejaksaan, presden dapat membentuk sebuah koms yang susunan dan kewenangannya datur oleh presden”.

Berdasarkan uraan datas, maka penuls mengankat judul mengena kewenangan koms kejaksaan terhadap tugasnya untuk melakukan pengawasan terhadap penuntut umum.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagamanakah sstem kerja koms kejaksaan untuk melakukan pengawasan terhadap penuntut umum?

2) Kendala apa sajakah yang ddapat koms kejaksaan terhadap fungsnya melakukan pengawasan terhadap penuntut umum?

1.3 Tujuan Penelitian

Bagan n mengurakan mengena apa yang ngn dcapa oleh Penelt terkat dengan masalah yang terdapat ddalam tubuh koms kejaksaan. Tujuan Penelt adalah untuk mengetahu dan mencar data yang akan danalss dalam upaya menjawab permasalahan hukum yang dajukan, yatu : 1) Untuk memperoleh dan menganalss

data tentang faktor yang menjad dasar pertmbangan koms kejaksaan dalam melakukan pengawasan terhadap tugas jaksa sebaga penuntut umum.

2) Untuk mengetahu kendala koms kejaksaan dalam melakukan pengawasan terhadap knerja jaksa. 6 Sudarto, 2006, Kapita Selekta Hukum Pidana, PT.

(31)

Untuk memperoleh dan menganalss data tentang kendala bag koms kejaksaan

dalam mengkualiikasikan bahwa jaksa

tersebut telah melakukan kesalahan dalam menjalankan tugasnya sebaga penuntut umum.

II. Metode Penelitian 2.1. Jenis Penelitian

Pada peneltan n, jens peneletan yang dgunakan adalah peneltan hukum normatf yang dsebut juga dengan peneltan hukum dogmatk (dogmatic law research)7.

2.2. Jenis Pendekatan

Peneltan n bertumpu pada peneltan normatve dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan yang dmana dgunakan untuk mengkaj peraturan-peraturan perundang-undangan dan lterature yang terkat dan relevan dengan permasalahan yang dbahas.

2.3. Sumber Bahan Hukum

1) Bahan hukum prmer, yatu bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang koms kejaksaan, kejaksaan, tugas jaksa sebaga penuntut umum, yatu :

Ktab Undang-Undang Hukum Pdana dan Ktab Undang undang Hukum Acara Pdana, Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republk Indonesa, Peraturan Presden Nomor 18 tahun 2005 tentang Koms Kejaksaan.

2) Bahan hukum sekunder, berupabuku dan lteratur yang menyangkut tentang

pembahasan yang dangkat oleh penuls.

2.4. Teknik Pengumpulan Bahan

Hukum

Metode yang dgunakan dperoleh dengan cara mengumpulkan peraturan perundang-undangan, lteratur-lteratur, maupun jurnal yang berkatan dengan peneltan n, kemudan terkat dengan persoalan datas dteruskan melalu analsa bahan-bahan hukum tersebut.

2.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Teknk pengolahan yang dgunakan dalam peneltan n menggunakan argumentas, deskrps, sstematsasa serta ntepretas.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. SISTEM KERJA KOMISI

KEJAKSAAN UNTUK

MELAKUKAN PENAWASAN

TERHADAP PENUNTUT UMUM

Secara umum pengertan jaksa djabarkan dalam Undang-undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan dalam Pasal 1 (1) mejelaskan mengena apa tu jaksa, yatu adalah pejabat yang secara fungsonal yang deberkan kewewenang untuk menjad penuntut umum dan menjalankan putusan pengadlan yang telah berkekuatan hukum tetap serta kewewenang lannya sesua dengan yang telah dtentukan oleh Undang-undang, oleh karena tu jaksa lah satu-satunya pejabat Negara yang berwenang untuk menuntut terdakwa dmuka persdangan.

Ketentuan Undang-undang Nomor 16 tahun 2004 menjelaskan dalam Pasal 1 (2), tentang sapa dan apa penuntut umum 7 Peter Mahmud Marzuk, 2009, Berbagai Macam dan

(32)

tu, penuntut umum adlah jaksa yang dber kewewenang oleh Undang-undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakm. Pada dasarnya JPU wajb menjunjung tngg terhadap kesamaan dalam kedudukan hukum setap masyarakat d hadapan hukum (equality before the law) hal nlah yang menjad tugas jaksa sebaga penuntut umum secara umum.

Penuntut umum memlk wewenang melakukan penuntutan terhadap sapapun yang ddakwa karena telah melakukan suatu tndak pdana. Pproses untuk dlmpahkannya perkara yang berwenang adalah cara untuk mengadl berdasarkan ketentuan dalam pasal 14 KUHP menjelaskan, bahwa wewenang penuntut umum antara lan :

a. Menerma dan memerksa berkas perkara penydkan dar penydk. b. Mengadakan prapenuntutan apabla ada

kekurangan pada penydkan dengan memperhatkan pasal 110 ayat 10 dan pasal 4 KUHP, dengan memberkan petunjuk dan rangka penyempurnaan penydkan dar penydk.

c. Memberkan perpanjangan penahanan, pelaksanaan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah kasus perkaranya dlmpahkan oleh penydk.

d. Membuat surat dakwaan.

e. Melmpahkan perkara ke pangadlan. f. Menyampakan kepada terdakwa

tentang ketentuan har, waktu perkara dsdangkan yang dserta dengan surat pangglan, bak kepada terdakwa maupun kepada saks untuk datang pada sdang yang telah dtentukan. g. Melakukan penuntutan.

h. Menutup perkara dem kepentngan hukum.

. Mengadakan tndakan lan dalam lngkup tugas dan tanggung jawab sebaga penuntut umum menurut ketentuan Undang-Undang nomor 16 tahun 2004 tentang kejaksaan.

j. Melaksanakan penetapan hakm. Berdasarkan ketentuan datas, sebaga penuntut umum haruslah melmpahkan berkas perkara yang sudah lengkap tersebut ke pengadlan untuk nantnya segera dproses.

Secara khusus kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang serng mendapat krtk keras haruslah segera mengambl skap agar nantnya tdak semakn menghancurkan tubuh kejaksaan tersebut, oleh karena tu wajblah untuk selalu berkordnas dalam melakukan pengawasan terhadap lembaganya dengan koms kejaksaan pada khususnya.

Adanya Koms Kejaksaan merupakan saran dar Undang-Undang No.16 tahun 2004 tantang kejaksaan. Pasal 38 Undang-Undang tersebut member amanat untuk sebuah jawaban atas tujuan terbentuknya Koms Kejaksaan yang memlk tugas untu membantu mengawas jaksa sebaga penuntut umum.

Koms Kejaksaan dbentuk sesua dengan ketentuan Undang-Undang kejaksaan tujuan salah satunya untuk menakkan kualtas dar knerja jaksa. Tugas untuk memantauan dan menla atas seluruh anggota d dalam tubuh kejaksaan tentunya merupakan tugas yang sangat berat untuk dlakukan oleh Koms Kejaksaan jka djalankan sendr tanpa ada bantuan dar phak manapun.

(33)

1. To enforce the law on behalf of the people in the name of the state, and 2. To ensure that justice is accomplished

by not procsecuting those for whom evidence is lacking or whose guilt is in serious doubts.

Berdasarkan kutpan kutpan datas menyatakan kalau jaksa yang notabenenya sebaga penuntut umum memlk wewenang khusus yang dmana penegak hukum lannya tdak memlk kewenangan tu.

Ada tga komponen yang sangat berpengaruh dalam PLO (professional legal organization) tersebut, yatu: sumber daya manusa, nstans dan sub lan dalam system peradlan (hakm, penydk serta advokat).8

Dalam Undang-Undang kejaksaan maupun PP No. 30 Tahun 1980 pengawasan dlaksanakan dengan cara melekat, yatu pengawasan langsung dar seorang atasan turun langsung untuk mengawas anak buahnya menurut herark yang yang dwujudkan kedalam aturan yang sesua dengan DP3 (daftar penlaan pelaksanaan pekerjaan) dan eksamnas, hal n rskan

Gambar

Gambar 2(Sumber : Kementran Parwsata dan Ekonom Kreatf)
Tabel.5. REKAPITULASI BOS TIAP KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015 UNTUK SEKOLAH NON TERPENCIL
Tabel 8: PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEME-RINTAH, PROPINSI, KABUPATEN/KOTA MENGENAI WAJIB BELAJAR

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Gambaran pengetahuan pasien

• Bagi Puskesmas telah akreditasi akan dapat melihat keberlangsungan mutu pelayanan kesehatan, yang merupakan aspek dari akreditasi...

Pengalaman jabatan di Perseroan: Sebagai Komisaris Utama/ Independen Perseroan sejak 19 Juni 2009 sampai diangkat sebagai Wakil Direktur Utama pada 22 Juni 2010, sebelumnya

• Anggaran tahunan dihubungkan dengan rencana jangka panjang • Penyelarasan tujuan dari manajemen puncak sampai staf paling rendah • Pendidikan dan komunikasi yang terbuka

Walk membawa siswa pada pembiasaan tugas kelompok. Pembiasaan ini mampu membuat siswa meningkatkan sikap mereka ketika mengaktualisasikan diri untuk bekerjasama dalam

Hal yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut, faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian kendaraan bermotor adalah faktor gaya hidup

Sebagai bentuk pertanggungjawabannya, setiap 3 bulan, kurator harus menyampaikan laporan kepada Hakim Pengawas mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya