• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah para subyek hukum yang terkait

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah para subyek hukum yang terkait"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah para subyek hukum yang terkait dengan penyelesaian kasus terhadap penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen di Kota Bandar Lampung yang meliputi perwakilan warga perumahan Jaya Permai Bandar Lampung, Manajemen PT Karyaindra Griyasentosa sebagai pengembang, dan Direktur Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Lampung.

1. Responden Perwakilan Warga Perumahan Jaya Permai Nama : Dony Irawan

Umur : 43 Tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikan : Sarjana Ekonomi

Jabatan : Perwakilan Warga Perumahan Jaya Permai Status : Pegawai Negeri Sipil

2. Responden Manajemen PT Karyaindra Griyasentosa Nama : Lily Bintoro

Umur : 39 Tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki

(2)

Pendidikan : Sarjana Teknik

Jabatan : Direktur PT Karyaindra Griyasentosa Bandar Lampung Status : Swasta

3. Responden LSM YLKI Kota Bandar Lampung Nama : Galnefi

Umur : 32 Tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki Pendidikan : Sarjana Hukum

Jabatan : Sekretaris YLKI Lampung Status : Swasta

B. Perlindungan Hukum terhadap Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen

1. Penyelesaian Kasus terhadap Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen

Pengertian iklan yang terdapat di dalam Ensiklopedia Indonesia adalah pesan-pesan yang disampaikan oleh perorangan, kelompok perusahaan atau badan-badan pemerintah, dalam suatu harian, penerbitan berkala atau barang cetakan yang diedarkan secara luas (seperti buku telpon, buku-buku pameran, dan sebagainya), atas dasar kontrak pembayaran.

Periklanan pada media cetak diatur dalam Undang-undang, No. 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers setelah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1967 dan terakhir dengan Undang-undang, N o . 2 1 T a h u n 1952. Aturan mengenai peiriklanan

(3)

pada media cetak terdapat di dalam Pasal 13 ayat (6) Undang-Undang No. 11 Tahun 1977 yang berbunyi:

Media periklanan merupakan salah satu unsur penunjang yang penting dalam pengembangan usaha pers. Ketentuan-ketentuan mengenai media periklanan akan dialur oleh pemerintah setelah mendengar pertimbangan Dewan Pers.

Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa:

Peranan iklan makin penting sebagai pendukung dari segi kelembagaan, pengembangan, pembinaan dan sekaligus pengawasan. Pengaturannya akan dilakukan oleh Pemerintah setelah mendengar pertimbangan Dewan Pers dengan mempertimbangkan kemanfaatan seluruh dana nasional yang bersumber dari periklanan untuk kepentingan pengembangan media massa nasional termasuk pers secara merata.

Media cetak menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 11 Tahun 1966 adalah :

1. Surat kabar harian, yang di dalam Pasal I ayat (7) disebutkan bahwa surat kabar harian ialah penerbitan setiap baris atau sekurang-kurangnya enam kali dalam seminggu.

2. Penerbitan berkala, yang pengertiannya dalam Pasal 1 ayat (18) adalah penerbitan lainnya yang diterbitkan dalam jangka waktu tertentu, sekurang-kurangnya tiga bulan sekali. Contoh: majalah.

3. Kantor berita menurut Pasal 1 ayat (6) ialah pusat pengumpulan dan penyebaran berita bahan-bahan informasi dan karangan-karangan guna melayani harian, penerbitan berkala, siaran-siaran radio. televisi.

(4)

Intansi pemerintah, badan umum dan swasta lainnya yang usahanya mcliputi segala perwujudan kehidupan masyarakat Indonesia dalam tata pergaulan dunia. Misalnya, surat kabar (herkala) yang didirikan atas inisiatif dan yang dibiayai oleh Pemerintah

4. Buletin

Media yang dikategorikan ke dalam media cetak seperti surat kabar dan majalah.

Penafsiran tentang iklan yang palsu, menyesatkan atau menipu di dalam tata krama dan tata cara periklanan Indonesia terlihat pada pernyataan adalah iklan harus jujur, bertanggung jawab dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku sebagai berikut :

a. Jujur, iklan tidak boleh menyesatkan, antara lain dengan memberikan keterangan yang tidak benar, mengelabuhi dan memberikan janji yang melebihkan.

a) Tidak bertentangan dengan hukum, iklan harus meaaatuhi undang-undang danperaturan pemerintah yang berlaku.

Hasil wawancara dengan Sekretaris YLKI Lampung, Galnefi, berbagai bentuk penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen yang umumnya dilakukan oleh perusahaan merupakan tindak pidana sesuai Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Ada beberapa hal yang harus diketahui yaitu harus bersikap kritis dalam membeli rumah, jika mengikuti pemberitaan surat kabar, permasalahan dalam pembangunan perumahan belum ada tanda-tanda akan berakhir,

(5)

kasus-kasus silih berganti. Soal penjualan rumah fiktif belum selesai, sudah disusul masalah pengaduan dan ketidakpuasan konsumen atas fasilitas yang diperolehnya, dan seterusnya. Serangkaian kasus tersebut secara kronologis dan lebih detail dibagi menjadi tiga tahap, jadi sebelum memutuskan membeli rumah, konsumen memperhatikan hal-hal berikut :

1. Pada Tahap Pratransaksi :

a. Cari informasi sebanyak mungkin tentang rumah yang akan dibeli b. Bersikap aktif dalam menerima informasi dari iklan/brosur/ pameran

perumahan. Artinya, pencarian informasi yang tidak dicantumkan iklan tersebut jika perlu buktikan kebenaran klaim iklan tersebut. c. Simpan iklan/brosur rumah tersebut. Apabila dikemudian hari

developer ingkar janji, Anda punya bukti untuk: menuntut realisasi janji-janji developer tersebut.

d. Periksa kelengkapan dokumen administrasi perizinan rumah, seperti, SIPPT (Surat Izin Penunjukan Penggunaan bangunan (IMB), karena :

- Adanya SIPPT memberikan kepastian bagi konsumen bahwa lokasi yang dijanjikan developer sesuai dengan RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) Pemda setcmpat.

- Nomor sertifikat tanah memberi kepastian konsumen bahwa developer menguasai tanah yang akan dibangun perumahan. Pastikan bahwa sertifikat tersebut atas nama developer, bukan atas nama pribadi.

(6)

- Adanya IMB memberikan kepastian hagi konsumen bahwa belum dibangunnya rumah, semata-mata karana alasan pendanaan, bukan karena aspek administrasi.

e. Jangan melakukan pembayaran uang muka atau cicilan sebelum mendatangani PPJB rumah.

2. Pada Tahap Transaksi

a. Sebelum menandatangani PPJB rumah, yakinkan bahwa konsumen memahami betul materi perjanjian tersebut.

b. Bila materi PPJB rumah kuran g jelas konsultasikan dengan ahli hukum.

3. Pada Tahap Purnatransaksi

a. Sebelum menandatangani berita acara serah terima rumah, periksa dengan teliti bahwa rumah yang akan anda terima, sesuai dengan apa yang diatur dalam PPJB rumah. b. Apabila pembayaran/ cicilan rumah Anda

lunas. Minta sertifikat pecahan sebagai bukti kepemilikan alasan tanah dan rumah kepada developer.

Menurut penelitian YLKI selama tahun 2000 terdapat 14 pengaduan konsumen perumahan. Persoalan yang diadukan beragam, mulai dari soal keterlambatan penyerahan (I9%) rumah fiktif (16%), soal sertifikat pecahan yang belum didapat konsumen meskipun telah melunasi pembayaran, soal fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) yang tidak ada realisasinya, tanah bermasalah, kualitas rumah yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan, sampai pada soal iklan yang

(7)

membingungkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa betapa unik dan peliknya masalah perumahan. Selain itu juga terdapat kenyataan mengenai kenakalan pengembang yang seringkali terjadi dalam pembangunan perumahan. Malangnya korbannya adalah masyarakat kelas menengah bawah yang amat membutuhkan rumah.

2. Pelaksanaan Perlindungan Hukum terhadap Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen

Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen dalam penelitian ini dikelompokkan pada proses pelaksanaan penyelesaian kasus secara musyawarah yaitu proses penyelesaian secara kekeluargaan atau negoisasi antara PT Karyaindra Griyasentosa sebagai pengembang dengan warga Perumahan Jaya Permai Bandar Lampung dan proses penyelesaian kasus iklan perumahan dengan negoisasi antara PT Karyaindra Griyasentosa sebagai pengembang dengan Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI) Lampung yang menerima pengaduan warga Perumahan Jaya Permai Bandar Lampung tanpa melaporkan kepada pihak Kepolisian.

a. Pelaksanaan Penyelesaian terhadap Penipuan iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen Melalui Musyawarah

Berdasarkan pengaduan warga Perumahan Jaya Permai yang termuat di Harian Umum Trans Sumatera, Lampung Post, dan Lampung Ekspres tanggal 12-09-2000 tentang pengaduan rumah Tipe 76 senilai Rp 100 tetapi kondisi bangunannya tidak sesuai standar, keluhan tidak layaknya air bersih, dan tidak tidak berfungsinya saluran air (got)

(8)

tetapi manajemen PT Karyaindra Griyasentosa sebagai pengembang Perumahan Jaya Permai Bandar Lampung tidak merespon keluhan tersebut.

Menurut keterangan perwakilan warga Perumahan Jaya Permai Bandar Lampung, Dony Irawan menerangkan bahwa warga telah mengirimkan keluhan tersebut secara tertulis kepada manajemen PT Karyaindra Griyasentosa tetapi tidak mendapat respon dan tidak terdapat tindakan untuk memperbaiki pengaduan dari warga yang menyebabkan warga menyampaikan keluhan melalui surat kabar. PT Karyaindra Griyasentosa merespon pengaduan di surat pembaca tersebut dengan mengirimkan surat kepada warga yang berisi tentang akan disegerakannya perbaikan keluhan-keluhan warga tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa pelaksanaan tugas dilakukan oleh pengembang diarahkan pada upaya perbaikan fasilitas perumahan dan pelayanan pada warga. Upaya tersebut terus dilaksanakan secara berkesinambungan oleh pengembang dengan program-program sesuai dengan skala prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya.

Terkait dengan perlindungan hukum terhadap penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen, pengembang sesegera mungkin menanggapi setiap adanya laporan dari warga tentang adanya kerusakan fasilitas yang merugikan konsumen dengan melakukan survey secara periodik, karena laporan tersebut harus didukung oleh

(9)

bukti-bukti yang kuat untuk menentukan apakah termasuk sebagai tindak pidana atau bukan. Dalam survey ini, rangkaian tindakan bertujuan untuk mencari dan menemukan fasilitas yang tidak sesuai, guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan perbaikan. Rangkaian survey hanya dimaksudkan untuk mengontrol kondisi fasilitas dan kondisi fisik dari perumahan tersebut. Tujuan pokok tindakan pengontrolan secara periodik adalah memberikan pelayanan kepada konsumen. Dengan demikian, pengembang dituntut untuk bekerja secara obyektif, tidak sewenang-wenang, dan profesional.

Tindak lanjut dari pengaduan warga Perumahan Jaya Permai dengan PT Karyaindra Griyasentosa adalah diadakannya pertemuan secara kekeluargaan dan PT Karyaindra Griyasentosa sebagai pengembang memperbaiki fasilitas-fasilitas yang rusak tersebut.

b. Pelaksanaan Perlindungan Hukum terhadap Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen melalui YLKI

Setelah PT Karyaindra Griyasentosa mengirimkan surat kepada warga yang berisi tentang akan disegerakannya perbaikan keluhan-keluahan tetapi tidak terdapat realisasinya, warga Perumahan Jaya Permai megadukan permasalahan tersebut kepada YLKI Lampung dengan mengirimkan surat pada tanggal 13 September 2000.

Selanjutnya YLKI meneruskan keluhan warga tersebut dengan mengirimkan surat kepada manajemen PT Karyaindra Griyasentosa dan direspon dengan suratnya tanggal 27 September 2000 dengan Nomor 075/KIGS/IX/2000.

(10)

Berdasarkan keterangan Sekretaris YLKI Lampung, Galnefi, diketahui bahwa keluahan warga tersebut tidak sampai dilaporakan kepada Kepolisian karena hasil pertemuan dengan perwakilan warga Perumahan Jaya Permai, Dony Irawan menerangkan bahwa telah diadakan pertemuan secara kekeluargaan dengan PT Karyaindra Griyasentosa, musyawarah tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa PT Karyaindra Griyasentosa akan keluhan warga dengan memperbaiki fasilitas-fasilitas yang rusak tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, kesepakatan musyawarah merupakan hasil negoisasi dari ketidakpuasan konsumen yang ditunjukkan oleh pengaduan warga Perumahan Jaya Permai melalui surat kabar dan YLKI. PT Karyaindra Griyasentosa Bandar Lampung sebagai pengembang sebelumnya menyangkal laporan keluhan warga tersebut dengan mengirimkan surat kepada YLKI yang berisi sanggahan terhadap tuduhan warga dan berusaha menjelaskan bahwa perusahaan telah menunaikan kewajibannya sebagai pengembang.

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Penipuan Iklan Perumahan yang Merugikan Konsumen

Penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen konsumen merupakan salah satu bentuk tindak pidana yang sering terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat kita, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen ini, di antaranya adalah sebagai berikut:

(11)

1. Faktor Perusahaan Pengembang

Menurut Keterangan YLKI diketahui bahwa pengembang yang merugikan konsumen merupakan faktor penentu dalam meningkatnya tindak pidana penipuan iklan perumahan. Kasus penipuan iklan oleh pengembang dalam pembanguaan rumah dapat dikelompokkan menjadi dua:

a. Pengembang membangun rumah tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan. Misalnya lokasi atau kondisi bangunan dan fasilitas lingkungan (fasum dan faros) tidak sesuai dengan janji.

b. Pengembang dapat dikualifikasikan telah ingkar janji atau wanprestasi atau dapat dianggap menipu yang dikategorikan melakukan perbuatan mclawan hukum (pasal 1365 KUHP) dalam hal demikian konsumen (pembeli rumah) dapat mempersoalkannya secara perdata.

c. Pengembang lari setelah menerima uang muka. Perbuatan demikian dapat dijerat hukum pidana, karena dapat diklasifikasikan dalam penipuan atau dapat pula sebagai penggelapan. Apabila dalam melakukan aksinya pengembang memals ukan surat -surat, misalnya izin lokasi, IMB, surat keanggotaan REI , dan lainnya, maka dapat diklasifikasikan sebagai tindak pidana penipuan surat sebagaimana diatur dalam pasal 263-266 KUHP.

2. Faktor Masyarakat

Menurut keterangan YLKI diketahui bahwa masyarakat menjadi faktor terjadinya penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang informasi tentang perumahan

(12)

yang layak sesuai harganya dan kurangnya sosialiasi khususnya pada masyarakat ekonomi menengah yang sangat membutuhkan tempat tinggal. Dalam membeli rumah seharusnya konsumen harus kritis ketika berhadapan dengan iklan perumahan. Kritis ketika berhadapan dengan PPJB rumah dan apa yang dijanjikan developer tidak kunjung tiba.

Brosur-brosur yang dikeluarkan pengembang di Indonesia, khususnya di Bandar Lampung, yang berusaha untuk mendapatkan konsumen sebanyakbanyaknya hampir semuanya berisi keringanan-keringanan, kemudahan- kemudahan, bonus-bonus dan berbagai fasilitas yang menggiurkan. Padahal, jika terjadi jual beli antara konsumen dengan pengembang, kesemuanya belum tentu menjadi kenyataan. Ada yang menjadi kenyataan sebagian atau seluruhnya tetapi lama terwujud.

3. Faktor Penegak Hukum

Menurut keterangan Sekretaris YLKI Lampung, Galnefi diketahui bahwa penegak hukum menjadi faktor terjadinya penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen, karena kurangnya sosialiasi mengenai perlindungan hukum kepada konsumen pada umumnya, dan perlindungan hukum penipuan iklan perumahan yang merugikan konsumen pada khususnya bagi kelompok masyarakat dengan pengetahuan perumahan dan ekonomi menengah.

Menurut Kasali (1995:79) iklan baik yang muncul pada media cetak, radio, televisi, maupun bioskop, semuanya mempunyai persamaan: ingin

(13)

mendekati khalayak sasaran dengan menarik perhatian mereka. Dengan berbagai cara, mulai dari menampilkan paras sang model yang cantik dan sensual sampai kata-kata manis yang cerdik dan penuh siasat atau bahkan muslihat. Mulai dari tata warna yang kontras, atau bahkan malah norak mencolok mata sampai suara dan gelak genit wanita belia serta musik atau efek suara yang tidak jarang terdengar cukup aneh di telinga normal.

Dalam kasus penipuan iklan perumahan, konsumen dapat mengadukan keluhannya ke YLKI atau LBH. Sedangkan tindak lanjut dari kasus pidana tentang penipuan iklan perumahan tersebut konsumen dapat mengadukannya ke POLRI untuk ditindaklanjuti sesuai hukum pada Pasal 378 KUHP. Untuk menguatkan laporan konsumen tersebut, sebaiknya konsumen didampingi atau mendapat rekomendasi dari YLKI sebagai LSM perlindungan konsumen. POLRI sebagai pengayom masyarakat seyogyanya merespon laporan masyarakat tersebut dengan cepat dan tanggap berdasarkan asas praduga tak bersalah.

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat sekarang ini banyak sekali perusahaan yang memproduksi surat kabar, akan tetapi satu hal yang belum diperhatikan oleh seluruh perusahaan surat kabar ialah

Selama kegiatan observasi peneliti : 1) Melakukan observasi dengan memakai format observasi, dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa platform Sistem Informasi Desa milik Desa Tulangan, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo dikelola oleh pemerintah desa

Dalam pembuatan video dokumenter “Purwakarta istimewa” memiliki konsep yang diambil dari beberapa tempat pariwisata yang ikonik di kota Purwakarta, tempat tempat

TENTANG PENGANGKATAN TIM AKREDITASI BORANG FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI 51 SISTEM KOMPUTER DAN 51 TEKNIK ETEKTRO menetapkan nama-nama sebagaimana lampiran l

Sequence diagram menjelaskan secara detil urutan proses yang dilakukan dalam sistem untuk mencapai tujuan dari use case: interaksi yang terjadi antar class, operasi apa

Oleh karena pelaksanaan penyidik dan penyelidikan dibutuhkan jumlah polisi (penyidik atau penyidik pembantu) yang memadai. KUHAP memberikan ketegasan dan membedakan

Bank Rakyat Indonesia (persero) dengan lembaga penjamin PKS Induk No:B.556- DIR/ADK/08/2015 dan NO : PKS/KUR/ASK/09/VIII/2015 13 Agustus 2015, yaitu yang berbunyi para pihak