• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetitif Posisioning Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata di Bali Sebagai Destinasi Kreatif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kompetitif Posisioning Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata di Bali Sebagai Destinasi Kreatif."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN HIBAH BERSAING

KOMPETITIF POSISIONING: STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BALI SEBAGAI DESTINASI KREATIF

(Aplikasi Analisis Multi Dimensional Scaling pada Kabupaten dan Kota di Bali)

Tahun pertama (2) dari rencana tiga (3) tahun Ketua/Anggota Tim

I Nyoman Sudiarta, SE., M.Par/001503650 I Wayan Suardana,SST.Par.,M.Par/0001027906

Nyoman Ariana, SST.Par.,M.Par/0031127212

Dibiayai dari Dana RM Universitas Udayana dengan surat perjanjian penugasan penelitian No: 104.57/UN.14.2/PNL.01.03.00/2014, 3 Maret 2014

(2)
(3)

Sistematika Laporan

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN

RINGKASAN

PRAKATA

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB 1. PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

-Instrumen penelitian

-Personalia tenaga peneliti beserta kualifikasinya

(4)

RINGKASAN

Penelitian dengan judul Kompetitif Posisioning: Strategi Mengembangkan Daya Tarik Wisata Bali Sebagai Destinasi Kreatif (Aplikasi Analisis Multidimensional Scaling pada daya tarik wisata pada Kabupaten dan Kota di Bali). Merupakan penelitian tahun ke-2 dari 3 tahun yang diusulkan, setelah tahun pertama meneliti Wisatawan Mancanegara sebagai objek penelitian. Pada tahun ke-dua ini menggunakan Wisatawan Nusantara sebagai responden. Penelitian ini dilakukan didasarkan atas pertimbangan masih minimnya penelitian tentang daya tarik wisata yang menggunakan analisis Multi Dimensional Sacaling (MDS) dan pentingnya penelitian berkelanjutan yang konsisten dari peneliti-peneliti sebelumnya. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membangun suatu model strategi pemasaran berbasis persaingan daya tarik wisata pada suatu destinasi pariwisata.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi persaingan antara daya tarik wisata diseluruh kabupaten dan kota yang ada di Bali, yang mungkin memiliki persamaan dan atau perbedaan sehingga dapat menentukan strategi promosi (pemasaran) yang tepat untuk memuaskan dan meningkatkan pengalaman wisatawan selama di Bali. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang menggambarkan berbagai fenomena dengan pendekatan kualitatif (fenomenologi) dan analisis kuantitatif (positivisme) menggunakan salah satu metode statistika multivariat, yakni MDS dan ANACOR (Hair et al, 1998: 519).

Populasi dalam penelitian ini adalah Wisatawan Nusantara yang berkunjung pada 12 daya tarik wisata yang ada di Bali. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Besaran sampel sebanyak 150 responden yang diambil secara kuota pada 12 daya tarik wisata sebanyak 15.responden. Sehingga jumlah responden yang disebarkan kepada wisatawan sebanyak 180 responden, hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kuesioner yang tidak lengkap dan tidak kembali. Atribut dalam kuesioner diadaptasi dari Mohamed et al (2009); Alegre, dan Garau, (2010); Echtner, dan Ritchie (2003); Mill dan Morisson (2012:7).

(5)

PRAKATA

Puji syukur patut disampaijkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Hyang Widhi

Wasa karena berkat rahmatNya, laporan kemajuan hibah bersaing ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini perkenankan penulis

menghaturkan penghargaan kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Udayana atas pendahaan yang diberikan.

2. Ketua LPPM Universitas Udayana atas segala fasilitas, bimbingan dan biaya

untuk penelitian ini.

3. Bapak Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

4. Ketua Program Studi Industri Perjalanan Wisata (IPW), Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana

5. Ketua Himpunan Pramuwisata Provinsi Bali atas waktunya dalam acara group

dicussion.

6. Ketua ASITA BALI, atas waktunya dalam acara group discussion

7. Dinas Pariwisata Kabupaten dan Kota, se Bali atas bantuan informasi data

wisatawan.

8. Manajer Pengelola daya tarik wisata yang ada di Bali, atas kesempatan yang

diberikan untuk melaksanakan penelitian ini.

9. Tim peneliti, yang telah bersusah payah menyelesaikan penelitian ini

10.Para Pemandu Wisata dan Pemandu Wisata pada daya tarik wisata

11.Asisten peneliti/mahasiswa dan pegawai Fakultas Pariwisata Unud, yang telah

membantu dalam penyebaran kuesioner pada masing-masing daya tarik wisata

yang ada di Bali.

Denpasar, Nopember 2014

Penulis

(6)

Daftar Isi

Halaman

HALAMAN SAMPUL.. ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SISTEMATIKA LAPORAN ... iii

RINGKASAN ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 15

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 17

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ... 31

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ...32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(7)

Daftar Lampiran

(8)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Globalisasi dan Glokaslisasi menjadi dua istilah yang saling paradoks namun

saling melengkapi, dan menjadi diskusi hangat dalam berbagai forum internasional,

regional nmaupun lokal. Globalisasi identik dengan persaingan dan glokalisasi

merupakan gabungan antara budaya global dan budaya lokal. Dalam konteks Bali

sebagai destinasi pariwisata, istilah “Glokalisasi” sangat melekat dan tidak dapat dipisahkan. Karena pariwisata sendiri adalah sebuah fenomena global, dimana

pariwisata sangat berkaitan dengan berbagai budaya lokal dan berbagai tradisi yang

tumbuh dalam masyarakat. seperti wisata budaya, wisata kuliner, spiritual yang

berbasis budaya lokal. Globalisasi dan periwisata identik dengan “persaingan” atau competitiveness (Reisinger, 2009: 8; Khee Giap et al 2014; WTO: 2007; UNWTO,

2011).

United Nation World Tourism Organization atau UNWTO memperkirakan

pertumbuhan kepariwisataan dunia yang terus berlanjut walaupun mengalami sedikit

penurunan, dengan menggunakan kedatangan wisatawan sebagai barometer.

Diperkirakan pertumbuhan wisatawan dunia rata-rata mencapai tiga sampai empat

persen pertahun. Kedatangan wisatawan dunia ini diperkirakan mencapai jumlah satu

miliar pada akhir tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2011, jumlah wisatawan dunia

yang melakukan perjalanan dari dan ke-seluruh dunia hanya mencapai 980 juta

wisatawan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar empat persen (UNWTO, 2011: 1).

Perbandingan kedatangan wisatawan dunia diantara beberapa kawasan

digambarkan mengalami perubahan, terutama wisatawan China yang mungkin

menduduki posisi ketiga setelah Prancis, Amerika. Negara yang termasuk 10 bear

dunia dilihat dari jumlah kedatangan wisatawan yaitu, Prancis, Amerika, China,

Spanyol, Italia, Turki, UK, Jerman, Malaysia dan Meksiko (UNWTO, 2012: 6).

(9)

dilihat dari kedatangan wisatawan maupun penerimaan yang diperoleh dari

pembelanjaan wisatawan pada suatu destinasi pariwisata. Dilihat dari sisi penerimaan

(receipts), kawasan Eropa masih mendominasi, dengan jumlah penerimaan mencapai

406 triliun dolar Amerika (44%), Asia dan Facifik mencapai 249 triliun dolar

Amerika, (27%). Kawasan Amerika, Timur Tengah dan Amerika masing-masing

mencapai 182 miliar dolar Amerika (20%), Timur Tengah lima puluh triliun dolar

Amerka (5%) dan kawasan Afrika mencapai 31 trilun dolar Amerika atau sebesar tiga

persen (UNWTO, 2011: 1; UNWTO, 2012: 8). Laporan UNWTO menggambarkan

bahwa persaingan antar negara diberbagai belahan dunia sedang dan akan terjadi

dimasa mendatang. Dalam konteks pariwisata persaingan antara negara menunjukkan

persaingan terjadi antar destinasi pariwisata.

Kepariwisataan Indonesia dalam konteks dunia dan Asean sesuai dengan

laporan The Travel and Tourism Competitivnes Report tahun 2009, Indonesia masuk

dalam urutan 81 destinasi Dunia. Negara Asean yang masuk sepuluh besar atau Top

Ten adalah Singapura yang masuk pada urutan ke-sepuluh Adapun urutan top ten

sebagai penerima Wisatawan Nusantara adalah 1). Swiss, 2). Austria, 3). Jerman,

4).Prancis, 5). Kanada, 6) Spanyol, 7) Swedia, 8) Amerika Serikat, 9). Australia dan

10). Singapura. Negara Asean dalam Top Ten berada pada urutan ke-sepuluh untuk

Singapura, urutan ke 32 untuk Malaysia dan urutan ke-39 Thailand, urutan ke-69

sedangkan Kamboja berada pada urutan 108. (

http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/07/13/posisi-industri-pariwisata, diunduh 23 Agustus 2014)

Beberapa penelitian menggambarkan pariwisata merupakan suatu industri

yang memerlukan penanganan yang serius sehingga dampak positifnya dapat

dinikmati semua komponen pariwisata terutama masyarakat tuan rumah atau host

(Goldner dan Ritchie 2006: 17). Dalam konteks pariwisata studi tentang pemasaran

pariwisata merupakan sesuatu yang esensial bagi setiap orang atau organisasi yang

berkecimpung dalam bidang pariwisata, perjalanan dan hospitaliti. Banyak penelitian

dalam bidang pariwisata yang dikaitkan dengan pemasaran, karena pada haketnya

(10)

subsistem dari sistem pariwisata dan memiliki posisi strategis untuk mendatangkan

ndan mempertahankan pelanggan (Mill dan Morrison, 2009: 7). Pemasaran sebagai

bagian dari subsistem pariwisata menghubungkan antara Tourist Destination Country

(TDC) dengan Tourist Generating Country (TGC).

Komponen lainnya dalam sistem kepariwisataan selain pemasaran adalah

destinasi pariwisata. Sering disebut dengan istilah Tourist Destination Country

(TDC). Dalam dunia pemasaran sering disebut dengan pla ce atau tempat, dimana

wisatawan melakukan aktifitas perjalanannya. Destinasi pariwisata tidak hanya

sekedar tempat dalam arti fisik namun harus dapat dianggap sebagai unit geogarfi

dimana berbagai aktifitas kepariwisataan berlangsung. Karena pada destinasi

pariwisata semua komponen pariwisata mulai dari pemerintah, swasta dan

masyarakat, baik organisasi maupun individu saling berinteraksi.

Destinasi parwisata sering juga disebut sebagai tempat akhir dari aktifitas

wisatawan dan berbagai pengalaman diperoleh mulai dari yang positif sampai kepada

pengalaman yang negatif. Pada tempat ini bertemu antara wisatawan dan tuan rumah

dengan berbagai perilaku mereka. Dengan demikian berbagai strategi digunakan oleh

produsen, pelaku pariwisata untuk menarik wisatawan untuk berkunjung dan

mempertahankan serta membangun loyalitas..

Bali sebagai salah satu destinasi pariwisata di Indonesia sudah tentu berada

dalam posisi persaingan, diantara provinsi yang ada di Indonesia, daya tarik wisata

yang ada di Bali. Dibandingkan dengan 33 provinsi yang ada di Indonesia Bali berada

dalam 5 posisi persaingan menurut lingkup tahun 2011, yakni 1) daya saing

keseluruhan, 2) stabilitas ekonomi, 3) perencanaan pemerintah dan institusi, 4)

kondisi finansial, bisnis dan tenaga kerja, serta 5) kualitas hidup dan pembangunan

pariwisata.

Dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, Bali berada pada posisi 8

dari daya saing keseluruhan berada di bawah Aceh. Dalam posisi stabilitas ekonomi

Bali menempati posisi 13 di bawah Banten Riau dan banyak provinsi lainnya. Dalam

(11)

kompetitif (10 besar). Sedangkan dalam persaingan finansial, bisnis dan tenaga kerja

serta kualitas hidup Bali berada pada posisi 9 dan 6 yang berarti berada dalam posisi

persaingan, namun masih berada dibawah Jawa Tengah. Bahkan berada dibawah

Sulawesi Selatan dalam hal kondisi finansial (Khee Giap, et al., 2014: 10-14).

Bali memiliki 113 daya tarik wisata yang tersebar di semua kabupaten dan

Kota di Bali. Kabupaten yang memiliki daya tarik wisata terbanyak adalah Bulelen,

sebanyak 21buah, disusul kabupaten Gianyar sebanyak 20 buah, Denpasar sebanyak

16 buah, Kabupaten Jembrana sebanyak 15 buah, kabupaten Tabanan sebanyak 13

buah, kabuapten Karang Asem sebanyak 12 buah, kemudian kabupaten Bangli

sebanyak 7 buah, kabupaten kelungkung dan Badung sebanyak masing-masing 5 dan

4 buah. Jumlah daya tarik yang dimiliki masing-masing kabupaten tidak

mencerminkan jumlah wisatawan yang berkunjung. Sebagai contoh daya tarik wisata

Buleleng memiliki 21 daya tarik wisata, namun jumlah kunjungan hanya mencapai

700 an wisatawan setiap tahun. Kabupaten Badung hanya memiliki 4 daya tarik

wisata namun mendapat kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara sebanyak

1 juta an orang. Jumlah kunjungan wisatawan terbanyak di capai oleh Kabupaten

Tabanan sebanyak 4,5 juta wisatawan dan terendah adalah kabupaten Jembrana

sebanyak 98.859 orang. Mengindikasikan bahwa masing-masing kabupaten dan kota

di Bali, bersaing sebagai suatu destinasi pariwisata.

Berdasarkan berbagai fenomena tersebut penelitian ini berusaha mengungkap

posisi persaingan masing-masing daya tarik wisata yang ada di Bali. Pada 12 daya

(12)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi Wisatawan Nusantara Bali sebagai destinasi pariwisata

kreatif ?

2. Bagaimana persepsi Wisatawan Nusantara terhadap posisi persaingan

masing-masing daya tarik wisata di Bali ?

3. Bagaimana preferensi Wisatawan Nusantara terhadap daya tarik wisata yang

(13)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pariwisata dan Wisatawan

Pariwisata pada hakekatnya dapat didekati dari berbagai sudut pandang baik

dari sisi sejarah; sebagai suatu dekade perjalanan manusia untuk bersenang-senang,

sebagai suatu teori dan praktek; dimana pengertian pariwisata secara teori dan praktek

telah digunakan. Pariwisata telah dipandang sebagai suatu sektor yang berperan

dalam bidang ekonomi baik secara regional maupun nasional, serta peran pariwisata

yang dilihat dari dampak lingkungan (Leiper,2004:39).

Pengertian atau definisi, sejarah serta dampak yang ditimbulkan. Secara

etimologi dikatakan kata “tour “berasal dari bahasa Latin “tornare” dan bahasa Greek “tormos” berarti lathe or circle, suatu perpindahan dari suatu titik pusat atau aksis. Dalam bahasa inggris moderen berarti change atau perpindahan atau

perputaran atau turn. (Theobald, 2005: 9) . Sedang akhiran “ism” berarti tindakan.

Ketika digabungkan antara tour dan ism menjadi tourism yang berarti perpindahan

atau perputaran daris satu titik tertentu dan kembali lagi ke tempat semula. Sehingga

tour menunjukkan suatu perjalanan yang berputar (round trip).

Leiper (1979:11:10) berkaitan dengan kata tourism menjelaskan bahwa kata

ini telah digunakan di Inggris yang menggambarkan Aristokrat laki-laki Inggris yang

melakukan studi tentang politik, pemerintahan serta diplomatic, dimana mereka

melakukan perjalanan selama tiga tahun dalam kegiatan belajarnya sampai ke daratan

eropa..Salah satu kerangka konseptual yang telah dibangun adalah oleh Jafar Jafari

(1977 dalam Theobald, 2005: 11) yang menyatakan bahwa Pariwisata adalah suatu

studi tentang manusia yang meninggalkan tempat asal mereka, suatu industri yang

merespon kebutuhan dan dampak industri bagi kehidupan social budaya, ekonomi

dan lingkungan phisik”

Sebuah forum internasional yang dilaksanakan pada tahun 1963 dengan nama

Committee of Statistical Expert of The League of Nation, pertama kali mengusulkan

(14)

mengunjungi suatu negara diluar tempat biasanya tinggal untuk kurun waktu

sekurang-kurangnya 24 jam . Sedangkan pada tahun 1945 United Nation (UN)

memberikan definisi dengan batasan waktu maksimun 6 bulan. Sedangkan organisasi

internasional ada yang memberikan batasan 1 tahun atau kurang.

Konferensi UN tentang perjalanan dan pariwisata pada tahun 1963 yang

disponsori International Union of Official Travel Organization (IUOTO) yang

sekarang bernama World Tourism Organization (WTO) sekarang lebih familiar

dengan nama UNWTO, memberikan rekomendasi bahwa kata visitor dapat diadopsi

sebagai definisi wisatawan; yaitu “seorang yang mengunjungi suatu negara diluar biasanya mereka tinggal dengan berbagai alasan kecuali untuk mencari nafkah

dinegara yang dikunjunginya” Pengunjung atau visitor dalam hal ini dapat

dikatagorikan menjadi dua yaitu: 1). Wisatawan atau tourist dan 2). Pelancong atau excursionist. (Theobald, 2005: 13)

Wisatawan adalah “pengunjung sementara yang tinggal sekurang-kurangnya 24 jam disuatu destinasi yang dikunjunginya dengan tujuan untuk bersenang-senang

(pleasure), bisnis, keluarga, misi atau pertemuan. Sedangkan pengertian “excursionist

atau pelancong adalah orang yang melakukan perjalanan kurang dari 24 jam di negara

yang dikunjunginya termasuk penumpang kapal pesiar.(Theobald, 2005: 15-17)

Sejak tahun 1963 kata visitor, tourist dan excursionist yang diusulkan diterima

dengan berbagai revisi dan konsekuensinya.

Pada tahun 1993 UN menerima laporan dari WTO dan memberikan

rekomendasi kepada UN bagian statistik, untuk tujuan statistik pariwisata. Salah satu

hasil resolusi ini (WTO, 1991) pariwisata didefinisikan sebagai:” aktifitas sesorang yang melakukan perjalanan ke suatu tempat diluar lingkungan biasanya untuk kurang

dari spesifik waktu dan tujuan umumnya adalah perjalanan dan bukan untuk

mendapatkan penghasilan ditempat yang dikunjunginya…”. Sebagai tambahan

definisi umum yang digunakan adalah “ suatu aktifitas perjalanan manusia untuk

berenang-senang, bisnis dan tujuan lain diluar tempat lingkungan mereka dan tinggal

(15)

Konferensi di Ottawa ini juga menghasilkan kesepakatan untuk pengembangan

dan implementasi sistem pengukuran dan indikator yang digunakan untuk

mempredeiksi industri pariwisata secara utuh.(Theobald, 2005: 15). Menurut

Goldner and Ritchie (2006:5) definisi pariwisata bila diterjemahkan secara bebas

adalah ”proses, aktifitas dan hasil yang muncul dari hubungan dan interaksi antara wisatawan, penyedia pariwisata, pemerintah, masyarakat tuan rumah, dan lingkungan

sekitar yang terlibat dalam interaksi antara tuan rumah (host)dan pengunjung”.

Definisi aslinya adalah;

” as the processes, activities, and outcomes arising from the relationships and the interaction among tourists, tourism suppliers, host goverments, host communities,

and surrounding environments that are involved in the attracting and hosting of

visitors”

Pariwisata dapat digambarkan sebagai bagian dari gabungan aktifitas manusia

untuk berbagai tujuan terutama untuk bersenang-senang, dimana mereka adalah

bagian dari pengertian pengunjung atau visitor, dimana pengunjung sendiri menurut

Goldner and Ritchie (2006: 11) dapat dibagai menjadi dua yaitu pengunjung yang

dikaitkan dengan kegiatan perjalanan dan pariwisata dan perjalanan yang dikaitkan

dengan tujuan lain seperti ; melakukan perjalanan karena pulang pergi kerja atau

commuters, pekerja musiman, migran dan sebagainya (Goldner and Ritchie, 2006:

11).

Mathieson and Wall (2006: 19) menggambarkan pariwisata sebagai suatu

phenomena yang beragam yang mengakibatkan perpindahan dan tinggal pada suatu

destinasi diluar tempat dimana biasanya mereka tinggal. “Tourism is a multi-faced

phenomena that involve movement to and stay in destinations outside the normal

place of residence.

Pariwisata menurut World Tourism Organization (WTO) merupakan suatu

(16)

” Tourism comprises the activities of person travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive yea r for

leisure, business, and other purposes”

Bila diterjemahkan secara bebas, pariwisata adalah suatu aktifitas manusia

yang melakukan perjalanan dan tinggal disuatu tempat yang bukan merupakan

lingkungan tempat biasanya tinggal dengan tenggang waktu satu tahun untuk tujuan

menikmati waktu luang, bisnis dan tujuan lainnya.

Dibandingkan dengan definsisi sebelumnya, definisi menurut WTO

menambahkan ”batasan waktu” sebagai batas antara perjalanan untuk kegiatan

pariwisata dan bukan pariwisata, dengan batas waktu maksimal adalah satu tahun.

Bila perjalanan dan tinggal lebih dari satu tahun maka tidak dianggap sebagai

kegiatan pariwisata. Kata ”usual environment’ untuk membedakan perjalanan yang

dilakukan oleh penduduk yang melakukan kegiatan rutinitas seperti kegiatan kerja

dan lainnya. (Goldner and Ritchie, 2006: 7).

Pariwisata menurut WTO (1993 dalam Goldner and Ritchie, 2006: 70)

digambarkan dengan beberapa terminologi seperti : 1). International toursism; dimana

international tourism, dibagi menjadi inbound tourism, yaitu kunjungan yang

dilakukan oleh bukan penduduk setempat, sedangkan outbound tourisn adalah

kunjungan keluar suatu negara yang dilakukan oleh suatu penduduk. 2). Internal

tourism adalah kunjungan yang dilakukan oleh penduduk dan bukan penduduk

setempat dalam suatu negara. 3) Domestic tourism, kunjungan yang dilakukan dalam

suatu negara sendiri, 4) National tourism adalah pariwisata internal ditambah dengan

outbound tourism.

2.2 Pariwisata Sebagai Suatu Sistem

Seperti digambarkan sepintas sebelumnya, pariwisata sebagai suatu sistem

dijelaskan oleh Leiper (2004:52-53), sebagai gabungan dari berbagai elemen dimana

satu dengan yang lainnya saling tergantung dan mempengaruhi, tiga elemen tersebut

(17)

tujuan wisatawan (Tourst destination region atau TDR), 3). Daerah persilangan

antara daerah asl dengan daerah tujuan (TRR).(Leiper,2004). TGR menggambarkan

keadaan suatu negara dimana wisatawan itu berasal, dimana keputusan untuk

melakukan perjalanan juga dipengaruhi oleh lingkungan mereka, seprti pendapatan

mereka, keamanan negara mereka serta kestabilan ekonomi mereka. Sedangkah TDC

adalah daerah asal wisatawan seperti Bali, adalah suatu destinasi dimana, dikawasan

ini tersedia berbagai prasarana dan sarana yang harus ada. Ketiga adalah adanya

suatu tempat yang merupakan lalu lintas dari TGC dan TDC yang disingkat dengan

TRR, dimana kemungkinan konsumen melakukan persinggahan didaerah tersebut.

Pariwisata sebagai suatu sistem juga digambarkan oleh Morison (1998) yang

terdiri dari empat elemen,dimana satu elemen dengan lainnya saling berhubungan,

dan ketergantungan, empat elemen tersebut adalah: 1). Daerah asal wisatawan atau

Tourist Generating Gountry (TGC), 2). Tourist Destinastion Country (TDC) serta

dihubungkan dengan dua elemen yaitu 3). Travel dan 4). Marketing. Mill and

Morrison (1998 dalam Hsu,et.al.2008). Travel menghubungkan TGC dengan TDC

sedangkan Marketing menghubungkan antara TDC dengan TGC.

Pariwisata sebagai suatu sistem dapat digambarkan sebagai peran empat

elemen yang saling ketergantungan satu dengan yang yang lainnya. Seperti TGC

adalah daearah asal wisatawan, dimana mereka memiliki karakteristik yang dapat

dilihat dari aspek eografis, demografi psikografi dan behaviour.(Richarson and Fluker

(2004:46). Sehingga pasar dapat di segmentasi dapat dikatagorikan menjadi beberapa

kelompok berdasarkan kebiasaanya (habit), kesukaannya (preferences), kelompok

dan individu, tujuan perjalanan, demografis dan psikografis Gee, et.al (1997: 48).

Sedangkan Tourism Destination Country ( TDC) atau daerah tujuan wisata,

adalah tempat dimana wisatawan akan berkeunjung dan berbagai produk ditawarkan

baik yang bersifat tangible maupun intangible. Berbagai fasilitas harus ada pada

suatu destinasi diantaranya akomodasi, trasnportasi, makanan, toko cendera mata dan

segala sesuatu yang dapat dilihat atau menikmati produk yang telah disediakan

(18)

2.3 Destinasi Pariwisata

Destinasi menurut Richarson and Fluker (2004:48) adalah tempat yang

signifikan yang dikunjungi dalam suatu petjalanan, Richard and Fluker menekankan

destinasi dari sudut pandang tempat (Place) dan signifikan atau memadai. Sehingga

destinasi harus bermanfaat bagi konsumen serta tersedia berbagai atribut terutama

prasarana dan sarana pariwisata. Sedangkan Kotler (1999) mengatakan destinasi

adalah suatu tempat dengan berbagai bentuk yang nyata atau dipersepsikan oleh

konsumen.

Berbagai atribut yang diharapkan dan diinginkan oleh wisatawan terhadap

suatu destinasi dan pada saat yang bersamaan imej suatu destasi wisata telah

diidentifikasi sebagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan oleh

wisatawan baik dalam aspek koqnitif maupun behavior (Mohamed,2009:230).

Sehingga bagi destinasi merupakan suatu peluang untuk bersaing dan menyediakan

produk yang bervariasi dan bernilai, sehingga dapat meningkatkan kualitas

pengalaman wisatawan (Moscardo et.al.1996: 62; Shaw, 2009: 31).

Destinasi sering diistilahkan juga dengan sebutan destination area.WTO

(1995c) dalam Richarson and Fluker (2004:48). Destinasi juga sering diistilahkan

dengan ”region” sehingga sering digabungkan istilahnya menjadi ”destination region”. Leiper (2004:51). Menurut Pike (2008:24) destinasi dari sudut pandang

permintaan adalah suatu tempat yang menarik pengunjung untuk tinggal sementara.

Sedangkan Rubies,( 2001:39 dalam Pike, 2008:24) menyatakan bahwa suatu destinasi

adalah ruang geografis yang didalamnya terdapat klaster berbagai sumber daya

pariwisata.

Dari definisi yang diberikan oleh beberapa peneliti, dapat digambarkan

destinasi pariwisata adalah suatu kesatuan unit geografis yang didalamnya terdapat

berabagai sarana dan prasarana pariwisata serta msayarakat yang menjadi daya tarik

(19)

2.4 Persaingan Destinasi Pariwsita

Persaingan dalam dunia pariwisata masih mengacu pada model tradisional

yaitu hanya dari aspek ekonomi (Ritchie and Crouch,2003:2), walaupun

sesungguhnya persaingan suatu destinasi pariwisata sering hanya dilihat dalam

konteks ekonomi seperti seberapa besar pendapatan yang diterima adanya

kedatangan wisatawan. Sebuah destinasi wisata harus dipandang sebagai suatu

kesatuan geografis yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan yang memiliki

kekuatan yang multidimensi (Ritchie and Crouch,2003:2), yang terdiri dari

komponen; 1). Ekonomi, 2). Sosial, 3). Budaya, 4). Politik, 5). Teknologi, dan 6).

Lingkungan, 7). Sehingga elemen ini dapat digunakan sebagai daya tarik wisata serta

kekuatan dalam menghadapi pesaing.Isu tentang persaingan suatu destinasi baru

muncul sejak tahun 1990 dimana riset dalam bidang destinasi baru dimulai, dengan

adanya tiga paper yang berkaitan dengan destinasi, satu diantaranya adalah

persaingan harga pada suatu destinasi (Dwyer et.al 1999 dalam Pike,2004:4).

Persaingan destinasi juga digambarkan dengan munculnya berbagai Destination

Organization Managemen (DMOs).

Bahkan sejak tahun 2004 WTTC mengembangkan indek kompetitif destinasi

yang telah digunakan pada lebih dari 200 negara dengan memberikan kode hijau

(green), orange (orange) dan merah (reda) bagi katagori yang kurang baik

(Pike,2005:41). Sebagai contoh perbandingan indek antara Australia dan China, yang

menggunakan delapan indeks yaitu: 1). Price competitifness, 2). Human tourism, 3).

Infrastructure, 4). Environment,5).Technology,6). Human resources, 7). Openness,

dan 8).Sosial. China dalam indeks harga memiliki nilai green (89) yang berarti

persaingan harga sangat positif, sedangkan dari sisi human tourism mendapatkan nilai

merah dengan nilai 9. sedangkan Australia dalam bidang infrastruktur mendapatkan

(20)

2.5 Pengertian dan Pentingnya Posisioning

Posisioning adalah bagian akhir dari rangkaian strategi pemasaran, yang

terdiri dari elemen segmentasi, targeting dan posisioning atau STP (Kotler dan

Keller,2009:292). Segmentasi adalah membagi pasar menjadi bagian yang lebih

homogen dari beragam segmentasi pasar yang dapat dianalisis dari aspek geografi,

demografi, psikografi dan behavior. Sedangkan penentuan pasar sasaran atau

targeting adalah membidik pangsa pasar mana yang dapat dipenuhi oleh perusahaan

atau organisasi secara superior (Kotler dan Keller,2009:292).

Dilanjutkan dengan memposisikan penawaran agar pasar sasaran mengetahui

kelebihan produk yang ditawarkan serta citra perusahaan atau organisasi.Dengan

demikian kesuksesan sebuah posisioning sangat ditentukan oleh kemampuan dalam

menentukan target pasar yang dituju sesuai dengan produk dan potensi suatu

destinasi. Posisioning atau pemosisian menurut Kotler dan Keller. (2009: 292) adalah

tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan agar mendapatkan tempat

khusus dalam pikiran pasar sasaran. Tujuannya adalah menempatkan merek dalam

pikiran konsumen untuk memaksimalkan manfaat potensian bagi perusahaan. Hasil

dari posisioning adalah terciptanya dengan sukses suatu proposisi nilai yang terfokus

pada pelanggan.

Istilah penentuan posisi atau posisioning dipopulerkan pertama kali oleh Al

Ries dan Jack Trout pada tahun 1972, mereka adalah penulis buku dengan judul

Posisioning: The Battle for Your Mind. Tjiptono (1997:109). Posisioning adalah suatu

startegi yang berusaha menciptakan diferensiasi yang unik dalam benak konsumen

sehingga terbentuk citra atau imej produk yang unggul dibandingkan dengan produk

lainnya. Tjiptono (1997:109-113).

Menurut Tjiptono (1997:110), ada tujuh pendekatan yang digunakan dalam

menentukan posisi suatu produk atau organisasi, yaitu : 1) Posisioning berdasarkan

atribut, ciri-cirinya, sebuah produk dapat dilihat dari ciri-cirinya apakah warnanya

atau ciri yang lain 2). Posisioning berdasarkan harga dan kualitas suatu produk, hotel

(21)

melati, 3). Posisioning didasarkan pada aspek penggunaan atau aplikasi, apakah

suatu produk memberikan nilai guna bagi pembelinya, komputer dengan spesifikasi

terbaru dan lengkap mungkin akan dapat diaplikasikan pada berbagai jenis aplikasi,

4). Posisioning didasarkan pada aspek pemakai produk, siapa pemakai produk

tersebut atau pembelinya, produk wisata budaya siapakah pembelinya produk

pariwisata heritage dan spiritual akan berbeda pembelinya. 5). Posisioning didasarkan

atas kelas produk tertentu, produk yang ramah lingkungan akan memiliki kelas

eksklusif dibandingkan dnegan produk yang biasa saja, 6). Posisioning didasarkan

atas posisi dengan pesaing, sebuah perusahaan dapat menentukan dirinya dengan

pesaing, apakah ingin lebih tinggia atau hanya sebagai pengikut saja, 7). Posisioning

dilihat dari manfaat, apakah produk yang dibeli atau destinasi yang akan dikunjungi

akan memberikan manfaat atau tidak. (Tjiptono,1997:110 – 111).

Lebih lanjut dikatakan bahwa keberhasilan sebuah posisioning sangat

ditentukan oleh persepsi yang diciptakan oleh konsumen atau pelanggan, perusahaan

itu sendiri dan pesaing. Dengan demikian evaluasi terhadap posisioning suatu produk,

perusahaan, atau organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan untuk

mempersepsikan produk itu endiri kepada pelanggan. Produk yang bekualitas akan

dipersepsikan baik oleh konsumen. Persepsi perusahaan terhadap produknya sendiri,

dapat dilakukan dengan memahami selera konsumen, sehingga akan mampu

mempersepsikan produk yang sesuai dengan selera pasar atau konsumen yang pada

gilirannya merasa bangga terhadap produk yang diciptakan melalui penciptaan daya

kreasi atau inovasi dalam menciptakan produk yang bermutu atau bernilai.

Harus disadari bahwa bahwa pesaing juga akan berusaha menciptakan produk

yang berkualitas serta ingin memuaskan konsumen dengan berbagai cara. Maka

pahamilah pesaing dan ciptakan produk yang meningkatkan pengalaman kepada

konsumen, yang dalam konteks pariwisata sering disebut dengan quality of

experinces adalah sebuah keharusan.

(22)

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka tujuan penelitian ini dibagi

menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

3.1.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model persaingan

daya tarik wisata di Bali, menggunakan analasis Multidimensional Scaling (MDS)

dan Correspondence Analysis (ANACOR).

3.1.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi wisatawan

Nusantara dan Biro Perjalanan Wisata (BPW) tentang Bali sebagai destiansi kreatif,

kedua untuk mengetahui persepsi wisatawan nusantara dan BPW tentang posisi

persaingan 12 daya tarik wisata yang ada di Bali, ketiga untuk mengetahui preferensi

wisatawan nusantara dan BPW terhadap 12 daya tarik wisata yang ada di Bali..

3.1.2 Manfaat Penelitian

Secara umum sebuah penelitian ditujukan untuk mengelola masalah dengan

cara berfikir sain (Cooper dan Schinder,2001:28), sehingga hasil peneliti ini dapat

bermanfaat bagi pengembangan dunia sain maupun dunia empiris, khususnya

industri pariwisata (Leiper,2004:57). Hasil penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi

Bali namun juga dapat digunakan untuk pengembangan sain dalam konteks akademis

(23)

3.1.2.1 Manfaat Akademis

Dalam literatur akademik, sebuah hasil penelitian diharapkan dapat

berkontribusi bagi riset dimasa yang akan datang Lee (20011:12), yang berkaitan

dengan posisioning kompetif suatu daya tarik wisata. Dibandingkan dengan daya

tarik yang lain yang ada pada suatu destinasi wisata dengan menggunakan teknik

analisis Multidimensional Scaling (MDS). Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat

bagi pengembangan suatu model strategi pemasaran suatu destinasi wisata dengan

memahami posisi kopetitif masing-masing daya tarik wisata dengan menggunakan

pendekatan teori sistem pariwisata.

3.1.2.2 Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia praktis, terutama bagi

pemerintah kabupaten dan kota, karena dapat diketahui posisi kompetitif

masing-masing, sehingga dapat digunakan sebagai strategi pemasaran dan perencanaan

pengembangan destinasi berbasis keunikan produk. Bagi dunia Biro Perjalanan

Wisata (BPW) khususnya BPW di Bali, akan memiliki peta potensi kompotitif

produk wisata yang ada pada masing-masing kabupaten dan kota di Bali sehingga

dapat menjadi promosi yang menguntungkan bagi perusahaan maupun konsumen.

Serta dapat digunakan sebagai strategi untuk memasarkan produk yang berbeda

kepada wisatawan yang memiliki keinginan dan kebutuhan yang beragam, dan

otektik sehingga dapat meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan

(24)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir penelitian ini diilhami oleh paper yang disampaikan

Frederic Dimance, Director Center for Tourism Management, Ceram Business School

Nice – Sophia Antipolis, France sebagai keynote presentation on ”Hosting Signature

Event for Anchoring Destinations” pada World Tourism Conference (WTC): Tourism

Success Stories and Shooting Stars. Dapat digambarkan bahwa globalisasi (GL) dan

teknologi informasi (IT) telah melanda dunia (Dimanche,2007:1;Reisinger,2009:8),

sehingga membawa perubahan dalam konteks pariwisata sehingga menuntut negara,

wilayah dan juga destinasi harus berubah untuk menjadi lebih efektif terutama dalam

menghadapi pesaing (Dimanche,2007:1). Reisinger (2009:11) menambahkan bahwa

globalisasi telah membawa perubahan pada sisi demand atau permintaan, kosumen

digambarkan sebagai ”new type of tourist” sehingga sering disebut dengan ”experiential”tourist, yang menginginkan sesuatu yang novelty, ”strangeness, authenticity sehingga menciptakan pengalaman yang unik. (Reisinger, 2009:11) atau

experiences tourists (Jafari, 1987 dalam Leiper, 2004: 78; Prentice dan Andersen,

2003:).

Persaingan yang semakin ketat meuntut produsen harus berfikir seperti

seorang bisnis, pariwisata sebagai suatu industri, harus dikelola dengan baik

(UNWTO, 2011: 1; Ritchie and Goldner ,2006: 17; Gee et.al., 1997: ix; Fridgen

1996: 14; Wall dan Mathieson, 2006: 73). Sehingga diperlukan 1). Pengembangan

produk, 2). Menarik pasar, 3). Memuaskan konsumen, dan 4) Membangun loyalitas.

(Dimenche, 2007: 1), ke-empat elemen ini merupakan komponen yang sangat penting

bagi seorang pemasar agar dapat meningkatkan loyalitas kosumen serta menghadapi

(25)

Berkembangnya globalisasi dan teknologi informasi membawa perubahan

pula pada suatu destinasi wisata sebagai suatu ”tempat” atau ”kesatuan geografis”

yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan yang memiliki kekuatan yang

multidimensi (Ritchie and Crouch,2003:2), yang terdiri dari komponen; 1). Ekonomi,

2). Sosial, 3). Budaya, 4). Politik, 5). Teknologi, dan 6). Lingkungan, Sehingga

elemen ini dapat digunakan sebagai daya tarik wisata serta kekuatan dalam

menghadapi pesaing.Pike (2005:41).

Untuk meningkatkan daya saing, perusahaan atau organisasi harus mampu

mengembangkan strategi pemasaran melalui pengembangan destinasi wisata yang

berbeda dengan berbagai produk yang memiliki keunggulan kompetitif melalui

kegiatan yang kreatif dan inovatif. (Richards, 2001 dalam Prentice and

Andersen,2003:8), sehingga tercipta posisioning destinasi wisata yang kreatif atau

pariwisata kreatif. Dengan demikian inti dari posisioning suatu destinasi wisata

bagaimana melaksanakan strategi pemasaran mengkombinasikan bauran produk dan

pasar atau produk – market mix (Dimanche,2007:1)

Berbagai pandangan tersebut maka dapat digambarkan kerangka berfikir

sebagai berikut: Globalisasi dan teknologi informasi telah mampu membawa

perubahan dalam bidang pariwisata terutama perubahan pada sisi konsumen dimana

wisatawan dewasa ini menginginkan suatu pengalaman yang berkualitas (quality

experience) sehingga diperlukan produk berkualitas, atau suatu destinasi yang

berkualitas melalui kegiatan yang kreatif dan inovatif Dengan demikian posisioning

suatu destinasi sangat ditentukan oleh kemampuan dalam mengembangkan strategi

yang memadukan berbagai kebutuhan konsumen dengan pengembangan produk yang

dapat memuaskan konsumen , loyalitas serta memiliki daya saing dengan kompetitor

(26)

Gambar 4.1.

Kerangka Berfikir Penelitian

4.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

salah satu metode analisis multivariat yaitu Multidimensional Scaling (MDS) dan

dan Corespondence Analysis (Hair et al., 1998: 519). Penelitian ini juga didukung

Permasalahan Destinasi Pariwisata : Teoritis dan Empiris

Wisatawan Nusantara/Kebutu han dan keinginan

Organisasi/Perusahaan (BPW)

Globalissi

Membangun Strategi: Positioning

Stakeholder Pariwisata/Biro Perjalanan Wisata

Persaingan

Pengelola Daya Tarik Wisata

Analisis

(27)

metode kualitatif dengan melakukan kegiatan fokus grup dan wawancara dengan

pengelola daya tarik wisata serta wisatawan, sehingga melengkapi data

kuantitatif (Jennings, 2001: 133).

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bali, pada 12 daya tarik wisata (Kuta, Tanjung

Benoa, Jimbaran, Nusa Dua, Sanur, Medewi, Tanah Lot, Ubud, Kintamani,

Lembongan, Tulamben dan Lovina), selama setahun, terdiri dari 6 bulan penelitian

lapangan dan enam bulan persiapan proposal sampai tabulasi dan analisis data.

4.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi survei yang ditujukan kepada Wisatawan Nusantara dengan memberikan kuesioner tentang posisi kompetitif

masing-masing DTW yang ada di kabupaten dan kota di Bali. Penyebaran kuesiner

dan Fokus grup ditujukan kepada BPW di Bali untuk mengetahui bagaimana persepsi

mereka terhadap daya tarik wisata yang ada pada masing-masing kabupaten dan kota

di Bali.Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik peubah

ganda ”Multidimensional Scalling” untuk menentukan posisi satu obyek relatif

terhadap obyek lainnya berdasarkan penilaian kemiripannya (Wijaya, 2010: 119)

serta preferensi mereka dengan menggunakan analisis korenponden (Hair et al., 1998:

519).

4.5 Penentuan Sumber Data

Sumber data dapat dibagi menjadi dua yaitu 1) data sekunder dan 2) data

primer. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari 1). Dinas Pariwisata

Provinsi Bali, 2). Badan pusat statistik provinsi Bali serta dari literaratur melalui

internet, koran dan buku bacaan serta artikel yang terkait dengan penelitian ini.

Sedangkan data primer diperoleh melaui penyebaran kuesioner, folkus grup dan

wawancara dengan responden serta observasi pada objek dan daya tarik wisata yang

(28)

4.6 Analisis Data

Setelah dilakukan pengecekan dan tabulasi data, kemudian dianalsis dengan

menggunakan metode analisis multi variat atau peubah ganda dengan menggunakan

Multidimensional Scaling (MDS) dan Corespondence Analysis (ANACOR) (Hair et

(29)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Karakteristik Responden Yang Berkunjung pada 12 Daya Tarik Wisata di Bali

Variabel Deskripsi Persentase

Asal/Kota Jakarta 24,0

Surabaya 11,3

Medan 10,7

Malang 8,7

Bandung 5,3

Lainnya 40,0

Jenis Kelamin Laki – laki 68,7

Perempuan 31,3

Pendidikan SMA 56

D3 16

S2 19

S3 8,7

Destinasi Kratif Ya 100

Tidak 0

Periode Kunjungan Pertama kali 12,7

2-3 kali 20,7

4-5 kali 10,7

>5 kali 56,0

Mengetahui Daya Tarik Wisata Kuta 100

Medewi 30,0

Tanah Lot 98, 7

Tanjung Benoa 95, 3

Nusa Dua 99, 3

Jimbaran 99, 3

Sanur 100

Ubud 98, 7

Lembongan 58, 7

Kintamani 48, 7

Tulamben 94,0

Lovina 82, 7

(30)

5.1. 2 Hasil Analisis Statistik

5.1.2.1 Analisis Multidimensional Scaling (MDS)

MDS adalah salah satu teknik multivariat untuk menganalisis hubungan

interdependensi atau saling ketergantungan antar varaibel (Santoso dan Tjiptono,

2001: 321). Adapun sofware yang dewasa ini digunakan untuk analisis MDS adalah

SPSS dengan kemampuan membuat ALSCAL dan INDSCAL. Adapun

langkah-langkan dalam analisis MDS meliputi 1) perumusan maslaah, 2) adanya data input ,

yaitu nilai kesamaan dan ketidaksamaan dari objek yang dinilai, 3) pemilihan

prosedur MDS berupa data metrik dan non metrik, 4) penentuan dimensi yang

didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya, 5) pemberian nama kelompok

atau konfigurasi dan 6) pengujian validitas dan reliabilitas dengan menggunakan nilai

Stress dan R Square Adapun objek yang akan dinilai adalah 12 daya tarik wisata, yakni : 1) Kuta, 2) Medewi, 3) Tanah Lot, 4) Tanjung Benoa, 5) Nusa Dua, 6)

Jimbaran, 7) Sanur, 8) Ubud, 9) Lembongan, 10) Kintamani, 11) Tulamben, 12)

Lovina.

Daya tarik wisata Kuta akan dibandingkan dengan 11 daya tarik lainnya, dari

segi kemiripan (similiarity) dan perbedaan atau sangat tidak mirip. Dengan skor

penilaian 1 sampai 5. Skor 1 apabila daya tarik wisata yang ada sangat mirip dengan

daya tarik wisata lainnya (misalnya Kuta memiliki kemiripan dengan daya tarik

wisata Sanur). Sedangkan skor 2 apabila kedua daya tarik wisata kurang memiliki

kemiripan, skor 3 apabila kedua daya tarik wisata memiliki kemiripan dan perbedaan,

skor 4 keduanya memiliki banyak perbedaan, sedangkan skor 5 apabila kedua daya

taik wisata sangat berbeda (misalnya Kuta sangat berbeda dengan Kintamani).

Adapun berbandingan daya tarik wisata terdiri atas 66 pasangan (disajikan pada

kuesioner, lampiran 1).

Hasil Analisis MDS dengan proses ALSCAL memiliki kelayakan yang baik

karena nilai RSQ sebesar 0,1 atau mendekati nilai 1. RSQ menggambarkan kedekatan

antara data dengan peta perseptual. Bahwa data jarak antar objek terpetakan dalam

(31)

mendekati keadaan yang sebenarnya atau tidak. Nilai STRESS sebesar 0,5

mengindikasikan bahwa output yang dihasilkan semakin mirip dengan keadaan yang

sebenarnya (semakin mendekati nol output dikatakan semakin mirip dengan keadaan

yang sebenarnya.

Young's S-stress formula 1 is used.

Iteration S-stress Improvement

0 .65971 1 .65949

2 .62984 .02965 3 .62124 .00860 4 .62015 .00110 5 .61941 .00074

Iterations stopped because

S-stress improvement is less than .001000

Averaged (rms) over matrices Stress = .51699 RSQ = .18611

Configuration derived in 2 dimensions

Stimulus Coordinates

Dimension

Stimulus Stimulus 1 2 Number Name

1 Kuta -1.0124 -.4802 2 MDW -1.2388 .1486 3 TNL -.9437 .9928 4 BOA .2848 -.9341 5 NDA -.1489 -.9799 6 JIM .2916 -.8913 7 SNR -.8142 -.2329 8 UBD 1.9809 .2581 9 LEM .2036 -1.7327 10 KTM 1.8581 1.1252 11 TLB .0646 1.4824 12 LOV -.5258 1.2441

(32)

5.1.2.2.Analisis Korespondensi (ANACOR)

Analisis korespondensi sering disingkat dengan CA (Santoso dan Tjiptono,

2001: 321). Pada penelitian ini, analisis korespondensi akan disebutkan dengan

ANACOR. Digunakan untuk mengukur preferensi Wisatawan Nusantara terhadap 12

daya tarik wisata yang ada di Bali. Adapun atribut tersebut adalah :

Karena dari 150 jumlah responden yang mengisi kuesioner 25 diantaranya

belum mengisi dengan lengkap kuesioner yang diberikan, terutama pada daya tarik

wisata lembongan dan Kintamani dan Tanah Lot, maka akan dilakukan penelitian

kembali pada tiga daya tarik tersebut sehingga jumlah kuesioner yang akan diolah

sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditetapkan dengan jumlah sampel

sebanyak 150 responden. 1. Pemandangan Alam, 2. Seni dan Budaya 3. Heritage

4. Kehidupan malam 5. Festival dan special even 6. Spiritual/religi

7. Akomodasi

8. Pelayanan transportasi lokal 9. Pusat belanja

10.Pelayanan makanan dan minuman

11.Fasilitas yang tersedia di daya tarik wisata 12.Fasilitas airport

13.Kualitas informasi di daya tarik wisata 14.Memiliki Fasilitas Internet

15.Fasilitas kesehatan 16.Kemacetan

17.Keamanan 18.Kebersihan 19 Harga Akomodasi

20.Harga makanan dan minuman 21.Harga transportasi

22.Harga di pusat belanja

(33)

5.2. Pembahasan Analisis Deskriptif 5.2.1 Karakteristik responden

Seperti disajikan pada Tabel 1. Karakteristik Wisatawan Nusantara yang

berkunjung ke Bali sebagian besar berasal dari kota-kota besar seperti Jakarta (24

persen), Surabaya (11 persen) serta Medan (10%). Mengindikasikan jarak juga

mempengaruhi wisatawan untuk memilih daya tarik wisata. Namun ada

kecenderungan Wisatawan Nusantara yang berasal dari luar Jawa, mulai berminat

untuk berwisata ke Bali. Hal ini disebabkan Bali memiliki jumlah (133 daya tarik

wisata) dan keragaman daya tarik wisata yang dimiliki (daya tarik wisata budaya,

alam dan spiritual). Dilihat dari Jenis kelaminnya wisatawan nusantara yang

berkunjung ke Bali sebagian besar adalah laki-laki (69%) hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Dinas Pariwiwsata Provinsi Bali tahun 2013, sebeesar 52,4

persen. Berdasarkan jenis pendidikan responden, sebagian besar tamat sekolah

menengah atas (56 persen) pendidikan S2 dan S3 masing-masing 19, dan 9 persen

sedangkan pendidikan D3 sebanyak 16 persen. Menggambarkan bahwa Bali sebagai

destinasi pariwisata leisure and recreation juga untuk tujuan pendidikan atau

education destination

Persepsi responden terhadap Bali sebagai destinasi pariwisata kreatif, semua

responden (100 persen) menyatakan setuju Bali sebagai destinasi pariwisata kreatif.

Hal ini juga diperkuat hasil analisis statistik dimana salah satu keunggulan destinasi

pariwisata karena memiliki daya tarik festival dan event. Bali juga digambarkan

sebagai repeater destination atau destinasi pariwisata yang memiliki citra yang baik.

Hal ini ditunjukkan dengan periode kunjungan ulang mencapai 87 persen, sedangkan

kunjungan pertama kali hanya sebesar 13 persen. Bahkan kunjungan lebih dari 5 kali

mencapai 56 persen. Pengetahuan responden tentang data tarik wisata di Bali dapat

diurutkan menjadi urutan 1 sampai 9. Urutan pertama adalah Kuta dan Sanur, urutan

kedua adalah Nusa Dua dan Jimbaran. Urutan ketiga adalah daya tarik wisata Tanah

Lot dan Ubud. Urutan keempat dan kelima adalah Tanjung Benoa dan Tulamben.

(34)

kesembilan adalah Kintamani dan Pantai Medewi di Kabupaten Jembrana. Ada

kecendrungan Wisatawan Nusantara menyukai daya tarik wisata yang terdekat, yang

ramai dikunjungi dan nama yang sudah terkenal, seperti Kuta dan Sanur. Namun

beberapa daya tarik wisata mulai ditinggalkan oleh Wisatawan Nusantara seperti

Kintamani (urutan ke delapan dari sembilan daya tarik wisata).

Beberapa daya tarik wisata mulai kurang diminati seperti Kintamani yang

disebabkan banyaknya wisatawan yang mengalami keluhan karena adanya pedagang

acung. Beberapa pemandu wisata tidak merekomendasikan untuk berkunjung ke

tempat ini. Banyak dialihkan ke Ubud, seperti mengunjungi monkey forest. Penelitian

ini menemukan adanya kecenderungan Wisatawan Nusantara mengunjungi wisata

laut melakukan aktifitas seperti: jet sky, banana boat, diving dan snorkling di

Tanjung Benoa, Lembongan dan Tulamben. Wisatawan Nusantara tidak menyukai

daya tarik wisata yang sepi dan jauh yaitu pantai Medewi di kabupaten Jembrana,

namun disenangi oleh disenangi Wisatawan Mancanegara untuk kegiatan surfing.

5.2.2 Posisi persaingan destinasi pariwisata di Bali

Berdasarkan pada Tabel 2 dan Gambar 2, analisis MDS menjawab

permasalahan posisi persaingan destinasi pariwisata atau 12 daya tarik wisata yang

ada di Bali, yang disajikan dalam bentuk peta perseptual atau peta posisi. Posisi 12

destinasi pariwisata atau daya tarik wisata dikelompokkan menjadi empat (4)

kelompok. yang didasarkan pada persepsi wisatawan berdasarkan persamaan dan

perbedaan masing- masing daya tarik wisata. Nilai Stress dan nilai RSQ (Squared

Correlation). pada penelitian ini sebesar 0,9 atau mendekati 1. Mengindikasikan

bahwa data pada penelitian ini terpetakan dengan baik.

Adapun peta perseptual Wisatawan Nusantara sebagai berikut:

Kelompok 1. Kelompok destinasi pariwisata atau daya tarik wisata pada

kuadaran I adalah: Pantai Medewi yang terletak di Kabupaten Jembrana, dengan

dimensi 1 negatif dan dimensi 2 positif. Kelompok daya tarik wisata ini dipersepsikan

(35)

jauh dari daya tarik wisata yang lain. Hal ini juga dibuktikan dengan lokasi yang

sangat jauh dari daya tarik wisata Kuta. Analisis deskriptif juga menggambarkan

posisi pantai Medewi memang paling tidak diminati dan jarang dikunjungi karena

letaknya jauh, ditempuh sekitar 3 jam dari daya tarik wisata Kuta.

Kelompok 2. Kelompok destinasi pariwisata atau daya tarik wisata pada

kuadran II adalah Tanjung Benoa, Tulamben, Kuta, Nusa Dua, Jimbaran dan Ubud,

dengan koordinat dimensi 1 positif dan dimensi 2 juga positif. Kelompok daya tarik

wisata ini dipersepsikan memiliki persamaan dibandingkan dengan kelompok daya

tarik wisata lainnya Artinya daya tarik wisata kelompok ini merupakan pesaing

terdekat. Walaupun Ubud, sebagai daya tarik wisata budaya, dibandingkan dengan

daya tarik wisata lainnya yang merupakan daya tarik wisata laut atau marine tourism.

Namun dipersepsikan oleh wisatawan nusantara memiliki persamaan terutama

sebagai daya tarik wisata alam, yang penting untuk dikunjungi. Hal ini dapat

diperkuat pandangan Hair et al. (1998: 523), bahwa MDS mendasarkan diri pada

komparasi sesuatu objek dimana objek tersebut memiliki dimensi objektif dan

persepsi. Ubud dan daya tarik wisata bahari pada kuadran ini dipersepsikan memiliki

jarak yang lebih dekat dengan kelompok daya tarik wisata lainnya, dibandingkan

dengan pantai Medewi. Suatu objek wisata yang sama dapat dipersepsikan berbeda

oleh wisatawan.

Kelompok 3. Kelompok destinasi pariwisata atau daya tarik wisata pada

kuadran III adalah: Tanah Lot dan Sanur, berada pada dimensi 1 positif dan dimensi

2 negatif. Dipersepsikan memiliki perbedaan atau berjauhan dibandingkan dengan

daya tarik wsiata lainnya. Dengan demikian Tanah Lot dan Sanur adalah pesaing jauh

daya tarik wisata lainnya. Hal ini diperkuat hasil obesrvasi lapangan dan data statistik

provinsi Bali menunjukkan jumlah kunjungan pada daya tarik wisata Tanah Lot

adalah yang tertinggi di Bali sekitar 3 juta wisatawan setiap tahun.

Kelompok 4. Kelompok destinasi pariwisata atau daya tarik wisata pada

kuadran IV adalah: Kintamani, Lembongan dan Lovina, berada pada dimensi 1

(36)

dengan kelompok daya tarik wisata lainnya. Walaupun Kintamani lokasinya

dipegunungan dan Lembongan serta Lovina adalah daya tarik wisata laut. Namun

dipersepsikan memiliki kesamaan atau kedekatan karena sama-sama daya tarik wisata

alam.

5.2.3 Analisis korenpondensi wisatawan nusantara

Analisis korespondensi menggambarkan persepsi Wisatawan Nusantara

berdasrarkan pada preferensi (Hair et al.,1998: 548) mereka terhadap 12 daya tarik

wisata yang ada di Bali, dievaluasi menggunakan 24 indikator. Menghasilkan empat

(4) kelompok destinasi pariwisata yang terpetakan pada 4 (empat) posisi,

Posisi I. Pada kuadran I terdiri atas lima (5) daya tarik wisata, yaitu:

Kintamani di kabupaten Bangli, Tulamben di Kabupaten Karangasem, Lembongan di

Kabupaten Klungkung, pantai Medewi di Kabupaten Jembrana serta pantai Lovina di

Kabupaten Buleleng. Menurut penilaian wisatawan memiliki 10 keunggulan dari 24

indikator yakni: 1) Pemandangan alam, 2) Keamanan, 3) Harga makanan dan

minuman, 4) Respon dan keramahan daya tarik wisata, 5) Pelayanan makanan dan

minuman, 6) Akomodasi 7) Harga di pusat belanja, 8) Fasilitas di daya tarik wisata,

9) Harga transportasi,10) Keramahan pegawai di pusat belanja. Walaupun daya tarik

wisata pada kuadran ini memiliki perbedaan karakteristik, seperti Kintamani sebagai

daya tarik wisata pegunungan dan lainnya adalah wisata laut. Namun secara umum

diunggulkan sebagai daya tarik wisata alam. Mengindikasikan bahwa Wisatawan

Nusantara dewasa ini sangat berminat untuk mengunjungi daya tarik wisata alam.

Daya tarik wisata ini juga memiliki keamanan yang baik dan kualitas layanan yang

memadai.

Posisi II. Pada kuadaran II hanya terdiri 1 daya tarik wisata, yaitu tanjung

Benoa di kabupaten Badung dipersepsikan memiliki keunggulan dalam hal harga

pada pusat belanja dan transportasi lokal. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa

kawasan tanjung Benoa merupakan salah kawasan pariwisata yang ada di kabupaten

(37)

dilengkapi dengan transportasi umum dengan nama Trans Sarbagita. Jalur

transportasi menghubungkan kabupaten Gianyar, Denpasar dan Badung, terutama

kawasan Bali selatan. Tanjung Benoa juga terkenal sebagai kawasan Wisata Air atau

Marine Sport yang menawarkan aktifitas Jet sky, Banana Boat, Flying Fish, Donat

Boat, Parasailing dan paket wisata melihat penangkaran penyu di pulau Serangan

serta paket wisata ke Nusa Penida, Lembongan dan Senggigi. Kawasan ini juga

dilengkapi dengan pusat perbelanjaan tradisional dan moderen yang melayani

penduduk lokal dan wisatawan.

Posisi III. Pada kuadran III terdiri atas empat (4) daya tarik wisata Sanur di

kota Denpasar, Jimbaran dan Nusa Dua dan Kuta di kabupaten Badung.

Dipersepsikan memiliki 8 (delapan) keunggulan yaitu: 1) Fasilitas kesehatan ,2)

Kualitas informasi pada daya tarik wisata, 3) Fasilitas internet, 4) Pusat belanja, 5)

Festival dan special event, 6) Kemacetan, 7) Kehidupan malam, dan 8) Fasilitas

airport. Kelompok daya tarik pada kuadran III diunggulakn memiliki fasilitas airport,

pusat belanja dan berbagai kegiatan festival dan even, serta merupakan destinasi

pariwisata yang identik dengan kemacetan. Hal ini memang sesuai dengan kenyataan

terjadi kemacetan di kawasan Kura, Sanur dan Nusa Dua. Ssalah satu solusi telah

direalisasikan adalah pembuatan jalan Tol Denpassar - Nusa Dua dan menuju air port

Ngurah Rai..

Posisi IV. Pada kuadran IV terdiri atas dua (2) daya tarik wisata atau destinasi

pariwisata, yaitu: 1) Tanah Lot di kabupaten Tabanan, dan Ubud di kabupaten

Gianyar. Daya tarik wisata atau destinasi pariwisata ini dipersepsikan memiliki

keunggulan dalam hal seni budaya, heritage dan spiritual/religi. Hal ini sesuai dengan

kenyataan Ubud adalah daya tarik wisata sekaligus sebagai destinasi pariwisata yang

memiliki keunikan budaya (seni lukis, tari, tabuh, tradisi), memiliki nilai heritage

(sejarah) serta sistem religi dan spiritual yang masih terjaga dengan baik. Bahkan

beberapa aktifitas spiritual dijual kepada wisatawan sebagai daya tarik wisata, seperti

(38)

BAB 6

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

6.1 Tahapan Setelah Laporan Akhir

Adapun tahapan penelitian setelah penyelesaian laporan akhir, meliputi 1)

pembuatan proposal untuk tahun ke tiga. Penyelesaian artikel untuk dimuat pada

jurnal pariwisata internasional.Berdasarkan hasil penelitian pada periode ini (2014),

maka penelitian berikutnya (2015) adalah melanjutkan penelitian dengan

menggunakan alat analisis Customer Service Index atau Competitive index.

Menggunakan responden Wisatawan Mancanegara dan Nusantara sehingga dapat

diperbandingkan hasilnya.

Hasil penelitian telah dibawakan pada Call fopr paper internasional: ITSA

(International Tourism Studies Association) tanggal 26 -28 Nopember di Murdoch

University, Perth Australia. (jadual konferensi terlampir) Sebagian hasil penelitian

dimuat pada jurnal nasional tidak terakreditasi yang akan terbit pada bulan Desember

2014, yaitu Jurnal Ilmiah Hospitality Management ISSN 2087 – 5576 (surat

(39)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan paparan pada Bab sebelumnya dapat disimpulkan dan disarankan

sebagai berikut:

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan sementara yang dari tiga permasalahan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik demografi Wisatatawan Nusantara yang berkunjung pada 12

daya tarik wisata di Bali sebagian besar adalah berjenis laki-laki, dengan

tingkat pendidikan tertinggi adalah SMA, periode kunjungan terbanyak adalah

lebih dari 5 kali (56 persen) dan kunjungan pertama kali sebesar 13 persen.

Seluruh responden setuju Bali sebagai destinasi kreatif.

2. Wisatawan dan Biro Perjalanan Wisata setuju Bali sebagai destinasi kreatif

dan Kuta destinasi yang paling diminati.

3. Berdasarkan persepsi wisatawan terhadap 12 daya tariik wisata yang ada di

Bali. Kuta dan Sanur adalah daya tarik wisata paling diminati, disusul daya

tarik wisata Nusa Dua dan Jimbaran, urutan ketiga adalah Tanah Lot dan

Ubud, posisi ke empat dan kelima adalah Tanjung Benoa dan Tulamben.

Daya tarik paling tidak diminati adalah Pantai Medewi di negara, karena

letaknya yang jauh dan masih minimnya informasi daya tarik wisata ini.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan maka dapat disarankan sebagai

berikut:

1. Penelitian dimasa mendatang dilakukan pada daya tarik yang berbeda

sehingga menghasilkan model perbandingan apakah hasilnya konsisten atau

(40)

2. Penting para pengelola daya tarik wisata untuk mengetahui potensi dan

preferensi wisatawan untuk menghasilkan strategi pemasaran yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Alegre, Joaquin dan Garau, Jaume. 2010. Tourist Satisfaction and Dissatisfaction,

Annal of Tourism Research, Vol 27, No. 1, pp. 52-79.

Anonim.2009. Indonesia di Peringkat 81 Pariwisata Dunia. Kompas.com.htm. Kamis 5 Maret 2009. 11.45.wib.

Anonim.2010. Bali Dalam Angka. Denpasar: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Anomim. 2010. Statistik Pariwisata Bali. Denpasar: Dinas Pariwisata Provinsi Bali Chacko,Harsha E. 1997.Positioning a Tourism Destination To Gain A Competitive

Edge.[cited 26 Meret 2012) available from:

http://www.hotel-online.com/Trends/AsiaPacificJournal/PositionDestination.html. 9:14 PM Davidson,Thomas Lea.2005. What are travel and tourism: are they an industry ? In

Theobal, William F. 2005.,editors. Global Tourism.(third edition).USA: Elsevier- Butterworth-Heinemann.

Echtner, Charlotte M and Ritchie J.R. Brent. 2003. The Meaning and Measurement of Destination Image. The Journal of Tourism Studies. Vol. 17, No.1, pp. 37 – 48.

Goeldner, Charles R and Ritchie, J.R. Brent. (2006). Tourism, Principles, Practice, Philosophies (Tenth Edition). New Jersey, Wiley & Sons

Hair, Joseph F, JR., Anderson, Rolf E., Tatham, Ronald L., Black, William C.1998.

Multivariate Data Analysis, With Reading, Fith Edition, New Jersey: Prentice Hall International.

Hsu,Cathy., Killion,Les., Brown, Graham; Gross Michael.J ;Huang 2008. Tourism Marketing: An Asia Pacific Perspective. Australia: John Wiley.

http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/07/13/posisi-industri-pariwisata- Kotler, Philip.2000. Manajemen Pemasa ran (Edisi Milenium), Jakarta: Pearson

Education dan Prehanllindo.

Kotler,Philip;Bowen,John T; Makens, JamesC.2010. Marketing for Hospitality and Tourism (Fifth Edition). New Jersey: Pearson. Prentice Hall.

Kotler dan Keller.2009. Manajemen Pema sara n. edisi 13 jilid 1.(Bob Sabran, Penterj) Jakarta: Erlangga.

Khee, Gian Tan et al., 2014. Asia Competitiveness Institute (ACI), ACI Policy Paper Series No. 2/2014. Lee Kuan Yew Asia Competitiveness Institutre.

Leiper, Neil.2004.Tourism Management.Australia: Pearson Education.

Lilien,L.Gary;Kotler Philip;Moorthy,K Sridhar, 1992. Marketing Models. New Jersey: Prentice Hall.

(41)

Conference on Economic Marketing Management.IPEDR Vol.28.2012 IACSIT Press Singapore

Mathieson, A and Wall, G. 1992. Tourism Economic,Physical and Social Impact. London: Longman.

Malhotra, Naresh.K. Basic Marketing Research:a pplication to contempora ry issues

(International edition). Canada: Prentice Hall International.Inc.

Matos,Nelson; Mendes, Julio da Costa; Valle, Patricia Oom do. 2011. The impact of Tourism Expereineces in Destination Image The Case of The Algarve. Book of Proceeding Vol.II. International Conference on Tourism & Management Studies– Algarve. Pp.1057 – 1059.

Mill and Morrison, Alastair. 2009. The Tourism System, sixth edition, USA: Kendall Hunt.

Mohamed, Badaruddin., Omar, Shida Irwana., Muhibudin,Masitah., Shamsudin,Nurhashiki. .2009. Measuring The Competitiveness of Malaysian Tourism Cities Through The Application of Multi Dimentional Scaling Analysis: Paper disampaikan pada APTA, Incheon Korea: Emerging Tourism and Hospitality Trends 9-12 Juli 2009. pp 230 – 239.

Moutinho,Luiz. (2000). Tourism Marketing Research. In: Moutinho,L. Strategic

Management in Tourism. UK. CAB International Wallingford Oxon.

pp.79-120

Michailidis, Anastasios and Chatzitheodorodis, Fotis. 2006. Scenarios Analysis of Tourism Destinations.Journal of Social Sciences 2(2):41-47.

Njuguna ,John I. 2009. Strategy Positioning For Sustainable Competitive Advantage:

An Organizational Learning Approach. KCA Journal of Business

Management;Volume 2,Isuue 2.pp. 32-43.

Pike, Steven.2008..Destination Marketing: an Integrated marketing communication

approach.Butterworth-Heinemann.Oxford

Prentice, Richard and Andersen, Vivien. 2003. Festival as Creative Destination.

Annal Tourism Research. Vol.30.No 1.pp 7 -30

Power, John; Haberlin,David; Foley,Anthony.2005. Developing The Positioning of The Irish Rural Tourism Product – The Role of Image and Market Focus. Paper Presented at the Tourism & Hospitality Research in Ireland: Exploring the Issues Conferences – University of Ulster 14 th – 15th June 2005

Reisinger,Yvette. 2009. International Tourism:Cultures and Behaviours. UK:Elsevier Ltd.

Ritchie, J.R, and Crouch, Geoffry I. 2010 A Model of destination Competitiveness/Sustainability: Brazilian perspectives, Revista de Administracao Publica.Vol. 44, No., pp: 1049-66.

Sainaghi, Rugerro;Canali,Silvia.2011. Exploring The Effects of Destination’s

Posisioning on Hotel’s Performance: The Milan Case.Tourismos: An

Gambar

Gambar 4.1.  Kerangka Berfikir Penelitian
Tabel 5.1

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan teori Disiplin yang dikemukakan oleh Suradinata (1996:152) bahwa disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan dan proses pengendalian yang berhubungan erat

Salah satu hal yang membuat Amerika Serikat lebih berhati hati dan penuh pertimbangan dalam menentukan kebijakan politik luar negerinya terhadap pengembangan nuklir Korea Utara

Akhirnya dengan adanya film ini sebagai suatu gambaran dari kehidupan masyarakat multikultur di jerman, kemunculan film ini sendiri memberikan semacam pengakuan dari orang Turki

ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, karena mengandung semua zat gizi dengan jumlah dan komposisi ideal yang dibutuhkan oleh bayi.Salah satu kendala dalam pemberian ASI

Pengolahan surat keterangan untuk menikah Pengolahan surat keterangan belum menikah Pengolahan SKCK Pengolahan keterangan pindah WNI Pengolahan surat keterangan

dibagikan guru. Siswa belajar membaca kartu yang berisi tanda waqaf dan wasal. Setiap siswa dapat memberi komentar kartu yang telah di terima. Guru bertanya tentang kesulitan

Atom tersebut mengabsorpsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda ( Hallow Cathode Lamp ) yang mengandung unsur yang ditentukan oleh banyaknya radiasi,

Berdasarkan apa yang telah dijabarkan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-XV/2017, maka dapat dianalisis bahwasannya permohonan yang dimohonkan oleh para