LAPORAN AKHIR
PENELITIAN HIBAH BERSAING
KOMPETITIF POSISIONING: STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA BALI SEBAGAI DESTINASI KREATIF
(Aplikasi Analisis Multi Dimensional Scaling pada Kabupaten dan Kota di Bali)
Tahun pertama (2) dari rencana tiga (3) tahun Ketua/Anggota Tim
I Nyoman Sudiarta, SE., M.Par/001503650 I Wayan Suardana,SST.Par.,M.Par/0001027906
Nyoman Ariana, SST.Par.,M.Par/0031127212
Dibiayai dari Dana RM Universitas Udayana dengan surat perjanjian penugasan penelitian No: 104.57/UN.14.2/PNL.01.03.00/2014, 3 Maret 2014
Sistematika Laporan
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
RINGKASAN
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
BAB 4. METODE PENELITIAN
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-Instrumen penelitian
-Personalia tenaga peneliti beserta kualifikasinya
RINGKASAN
Penelitian dengan judul Kompetitif Posisioning: Strategi Mengembangkan Daya Tarik Wisata Bali Sebagai Destinasi Kreatif (Aplikasi Analisis Multidimensional Scaling pada daya tarik wisata pada Kabupaten dan Kota di Bali). Merupakan penelitian tahun ke-2 dari 3 tahun yang diusulkan, setelah tahun pertama meneliti Wisatawan Mancanegara sebagai objek penelitian. Pada tahun ke-dua ini menggunakan Wisatawan Nusantara sebagai responden. Penelitian ini dilakukan didasarkan atas pertimbangan masih minimnya penelitian tentang daya tarik wisata yang menggunakan analisis Multi Dimensional Sacaling (MDS) dan pentingnya penelitian berkelanjutan yang konsisten dari peneliti-peneliti sebelumnya. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membangun suatu model strategi pemasaran berbasis persaingan daya tarik wisata pada suatu destinasi pariwisata.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi persaingan antara daya tarik wisata diseluruh kabupaten dan kota yang ada di Bali, yang mungkin memiliki persamaan dan atau perbedaan sehingga dapat menentukan strategi promosi (pemasaran) yang tepat untuk memuaskan dan meningkatkan pengalaman wisatawan selama di Bali. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang menggambarkan berbagai fenomena dengan pendekatan kualitatif (fenomenologi) dan analisis kuantitatif (positivisme) menggunakan salah satu metode statistika multivariat, yakni MDS dan ANACOR (Hair et al, 1998: 519).
Populasi dalam penelitian ini adalah Wisatawan Nusantara yang berkunjung pada 12 daya tarik wisata yang ada di Bali. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Besaran sampel sebanyak 150 responden yang diambil secara kuota pada 12 daya tarik wisata sebanyak 15.responden. Sehingga jumlah responden yang disebarkan kepada wisatawan sebanyak 180 responden, hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kuesioner yang tidak lengkap dan tidak kembali. Atribut dalam kuesioner diadaptasi dari Mohamed et al (2009); Alegre, dan Garau, (2010); Echtner, dan Ritchie (2003); Mill dan Morisson (2012:7).
PRAKATA
Puji syukur patut disampaijkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Hyang Widhi
Wasa karena berkat rahmatNya, laporan kemajuan hibah bersaing ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini perkenankan penulis
menghaturkan penghargaan kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Udayana atas pendahaan yang diberikan.
2. Ketua LPPM Universitas Udayana atas segala fasilitas, bimbingan dan biaya
untuk penelitian ini.
3. Bapak Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana
4. Ketua Program Studi Industri Perjalanan Wisata (IPW), Fakultas Pariwisata
Universitas Udayana
5. Ketua Himpunan Pramuwisata Provinsi Bali atas waktunya dalam acara group
dicussion.
6. Ketua ASITA BALI, atas waktunya dalam acara group discussion
7. Dinas Pariwisata Kabupaten dan Kota, se Bali atas bantuan informasi data
wisatawan.
8. Manajer Pengelola daya tarik wisata yang ada di Bali, atas kesempatan yang
diberikan untuk melaksanakan penelitian ini.
9. Tim peneliti, yang telah bersusah payah menyelesaikan penelitian ini
10.Para Pemandu Wisata dan Pemandu Wisata pada daya tarik wisata
11.Asisten peneliti/mahasiswa dan pegawai Fakultas Pariwisata Unud, yang telah
membantu dalam penyebaran kuesioner pada masing-masing daya tarik wisata
yang ada di Bali.
Denpasar, Nopember 2014
Penulis
Daftar Isi
Halaman
HALAMAN SAMPUL.. ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
SISTEMATIKA LAPORAN ... iii
RINGKASAN ... iv
PRAKATA ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 15
BAB 4. METODE PENELITIAN ... 17
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ... 31
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ...32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
Daftar Lampiran
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Globalisasi dan Glokaslisasi menjadi dua istilah yang saling paradoks namun
saling melengkapi, dan menjadi diskusi hangat dalam berbagai forum internasional,
regional nmaupun lokal. Globalisasi identik dengan persaingan dan glokalisasi
merupakan gabungan antara budaya global dan budaya lokal. Dalam konteks Bali
sebagai destinasi pariwisata, istilah “Glokalisasi” sangat melekat dan tidak dapat dipisahkan. Karena pariwisata sendiri adalah sebuah fenomena global, dimana
pariwisata sangat berkaitan dengan berbagai budaya lokal dan berbagai tradisi yang
tumbuh dalam masyarakat. seperti wisata budaya, wisata kuliner, spiritual yang
berbasis budaya lokal. Globalisasi dan periwisata identik dengan “persaingan” atau competitiveness (Reisinger, 2009: 8; Khee Giap et al 2014; WTO: 2007; UNWTO,
2011).
United Nation World Tourism Organization atau UNWTO memperkirakan
pertumbuhan kepariwisataan dunia yang terus berlanjut walaupun mengalami sedikit
penurunan, dengan menggunakan kedatangan wisatawan sebagai barometer.
Diperkirakan pertumbuhan wisatawan dunia rata-rata mencapai tiga sampai empat
persen pertahun. Kedatangan wisatawan dunia ini diperkirakan mencapai jumlah satu
miliar pada akhir tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2011, jumlah wisatawan dunia
yang melakukan perjalanan dari dan ke-seluruh dunia hanya mencapai 980 juta
wisatawan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar empat persen (UNWTO, 2011: 1).
Perbandingan kedatangan wisatawan dunia diantara beberapa kawasan
digambarkan mengalami perubahan, terutama wisatawan China yang mungkin
menduduki posisi ketiga setelah Prancis, Amerika. Negara yang termasuk 10 bear
dunia dilihat dari jumlah kedatangan wisatawan yaitu, Prancis, Amerika, China,
Spanyol, Italia, Turki, UK, Jerman, Malaysia dan Meksiko (UNWTO, 2012: 6).
dilihat dari kedatangan wisatawan maupun penerimaan yang diperoleh dari
pembelanjaan wisatawan pada suatu destinasi pariwisata. Dilihat dari sisi penerimaan
(receipts), kawasan Eropa masih mendominasi, dengan jumlah penerimaan mencapai
406 triliun dolar Amerika (44%), Asia dan Facifik mencapai 249 triliun dolar
Amerika, (27%). Kawasan Amerika, Timur Tengah dan Amerika masing-masing
mencapai 182 miliar dolar Amerika (20%), Timur Tengah lima puluh triliun dolar
Amerka (5%) dan kawasan Afrika mencapai 31 trilun dolar Amerika atau sebesar tiga
persen (UNWTO, 2011: 1; UNWTO, 2012: 8). Laporan UNWTO menggambarkan
bahwa persaingan antar negara diberbagai belahan dunia sedang dan akan terjadi
dimasa mendatang. Dalam konteks pariwisata persaingan antara negara menunjukkan
persaingan terjadi antar destinasi pariwisata.
Kepariwisataan Indonesia dalam konteks dunia dan Asean sesuai dengan
laporan The Travel and Tourism Competitivnes Report tahun 2009, Indonesia masuk
dalam urutan 81 destinasi Dunia. Negara Asean yang masuk sepuluh besar atau Top
Ten adalah Singapura yang masuk pada urutan ke-sepuluh Adapun urutan top ten
sebagai penerima Wisatawan Nusantara adalah 1). Swiss, 2). Austria, 3). Jerman,
4).Prancis, 5). Kanada, 6) Spanyol, 7) Swedia, 8) Amerika Serikat, 9). Australia dan
10). Singapura. Negara Asean dalam Top Ten berada pada urutan ke-sepuluh untuk
Singapura, urutan ke 32 untuk Malaysia dan urutan ke-39 Thailand, urutan ke-69
sedangkan Kamboja berada pada urutan 108. (
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/07/13/posisi-industri-pariwisata, diunduh 23 Agustus 2014)
Beberapa penelitian menggambarkan pariwisata merupakan suatu industri
yang memerlukan penanganan yang serius sehingga dampak positifnya dapat
dinikmati semua komponen pariwisata terutama masyarakat tuan rumah atau host
(Goldner dan Ritchie 2006: 17). Dalam konteks pariwisata studi tentang pemasaran
pariwisata merupakan sesuatu yang esensial bagi setiap orang atau organisasi yang
berkecimpung dalam bidang pariwisata, perjalanan dan hospitaliti. Banyak penelitian
dalam bidang pariwisata yang dikaitkan dengan pemasaran, karena pada haketnya
subsistem dari sistem pariwisata dan memiliki posisi strategis untuk mendatangkan
ndan mempertahankan pelanggan (Mill dan Morrison, 2009: 7). Pemasaran sebagai
bagian dari subsistem pariwisata menghubungkan antara Tourist Destination Country
(TDC) dengan Tourist Generating Country (TGC).
Komponen lainnya dalam sistem kepariwisataan selain pemasaran adalah
destinasi pariwisata. Sering disebut dengan istilah Tourist Destination Country
(TDC). Dalam dunia pemasaran sering disebut dengan pla ce atau tempat, dimana
wisatawan melakukan aktifitas perjalanannya. Destinasi pariwisata tidak hanya
sekedar tempat dalam arti fisik namun harus dapat dianggap sebagai unit geogarfi
dimana berbagai aktifitas kepariwisataan berlangsung. Karena pada destinasi
pariwisata semua komponen pariwisata mulai dari pemerintah, swasta dan
masyarakat, baik organisasi maupun individu saling berinteraksi.
Destinasi parwisata sering juga disebut sebagai tempat akhir dari aktifitas
wisatawan dan berbagai pengalaman diperoleh mulai dari yang positif sampai kepada
pengalaman yang negatif. Pada tempat ini bertemu antara wisatawan dan tuan rumah
dengan berbagai perilaku mereka. Dengan demikian berbagai strategi digunakan oleh
produsen, pelaku pariwisata untuk menarik wisatawan untuk berkunjung dan
mempertahankan serta membangun loyalitas..
Bali sebagai salah satu destinasi pariwisata di Indonesia sudah tentu berada
dalam posisi persaingan, diantara provinsi yang ada di Indonesia, daya tarik wisata
yang ada di Bali. Dibandingkan dengan 33 provinsi yang ada di Indonesia Bali berada
dalam 5 posisi persaingan menurut lingkup tahun 2011, yakni 1) daya saing
keseluruhan, 2) stabilitas ekonomi, 3) perencanaan pemerintah dan institusi, 4)
kondisi finansial, bisnis dan tenaga kerja, serta 5) kualitas hidup dan pembangunan
pariwisata.
Dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, Bali berada pada posisi 8
dari daya saing keseluruhan berada di bawah Aceh. Dalam posisi stabilitas ekonomi
Bali menempati posisi 13 di bawah Banten Riau dan banyak provinsi lainnya. Dalam
kompetitif (10 besar). Sedangkan dalam persaingan finansial, bisnis dan tenaga kerja
serta kualitas hidup Bali berada pada posisi 9 dan 6 yang berarti berada dalam posisi
persaingan, namun masih berada dibawah Jawa Tengah. Bahkan berada dibawah
Sulawesi Selatan dalam hal kondisi finansial (Khee Giap, et al., 2014: 10-14).
Bali memiliki 113 daya tarik wisata yang tersebar di semua kabupaten dan
Kota di Bali. Kabupaten yang memiliki daya tarik wisata terbanyak adalah Bulelen,
sebanyak 21buah, disusul kabupaten Gianyar sebanyak 20 buah, Denpasar sebanyak
16 buah, Kabupaten Jembrana sebanyak 15 buah, kabupaten Tabanan sebanyak 13
buah, kabuapten Karang Asem sebanyak 12 buah, kemudian kabupaten Bangli
sebanyak 7 buah, kabupaten kelungkung dan Badung sebanyak masing-masing 5 dan
4 buah. Jumlah daya tarik yang dimiliki masing-masing kabupaten tidak
mencerminkan jumlah wisatawan yang berkunjung. Sebagai contoh daya tarik wisata
Buleleng memiliki 21 daya tarik wisata, namun jumlah kunjungan hanya mencapai
700 an wisatawan setiap tahun. Kabupaten Badung hanya memiliki 4 daya tarik
wisata namun mendapat kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara sebanyak
1 juta an orang. Jumlah kunjungan wisatawan terbanyak di capai oleh Kabupaten
Tabanan sebanyak 4,5 juta wisatawan dan terendah adalah kabupaten Jembrana
sebanyak 98.859 orang. Mengindikasikan bahwa masing-masing kabupaten dan kota
di Bali, bersaing sebagai suatu destinasi pariwisata.
Berdasarkan berbagai fenomena tersebut penelitian ini berusaha mengungkap
posisi persaingan masing-masing daya tarik wisata yang ada di Bali. Pada 12 daya
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi Wisatawan Nusantara Bali sebagai destinasi pariwisata
kreatif ?
2. Bagaimana persepsi Wisatawan Nusantara terhadap posisi persaingan
masing-masing daya tarik wisata di Bali ?
3. Bagaimana preferensi Wisatawan Nusantara terhadap daya tarik wisata yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pariwisata dan Wisatawan
Pariwisata pada hakekatnya dapat didekati dari berbagai sudut pandang baik
dari sisi sejarah; sebagai suatu dekade perjalanan manusia untuk bersenang-senang,
sebagai suatu teori dan praktek; dimana pengertian pariwisata secara teori dan praktek
telah digunakan. Pariwisata telah dipandang sebagai suatu sektor yang berperan
dalam bidang ekonomi baik secara regional maupun nasional, serta peran pariwisata
yang dilihat dari dampak lingkungan (Leiper,2004:39).
Pengertian atau definisi, sejarah serta dampak yang ditimbulkan. Secara
etimologi dikatakan kata “tour “berasal dari bahasa Latin “tornare” dan bahasa Greek “tormos” berarti lathe or circle, suatu perpindahan dari suatu titik pusat atau aksis. Dalam bahasa inggris moderen berarti change atau perpindahan atau
perputaran atau turn. (Theobald, 2005: 9) . Sedang akhiran “ism” berarti tindakan.
Ketika digabungkan antara tour dan ism menjadi tourism yang berarti perpindahan
atau perputaran daris satu titik tertentu dan kembali lagi ke tempat semula. Sehingga
tour menunjukkan suatu perjalanan yang berputar (round trip).
Leiper (1979:11:10) berkaitan dengan kata tourism menjelaskan bahwa kata
ini telah digunakan di Inggris yang menggambarkan Aristokrat laki-laki Inggris yang
melakukan studi tentang politik, pemerintahan serta diplomatic, dimana mereka
melakukan perjalanan selama tiga tahun dalam kegiatan belajarnya sampai ke daratan
eropa..Salah satu kerangka konseptual yang telah dibangun adalah oleh Jafar Jafari
(1977 dalam Theobald, 2005: 11) yang menyatakan bahwa Pariwisata adalah suatu
studi tentang manusia yang meninggalkan tempat asal mereka, suatu industri yang
merespon kebutuhan dan dampak industri bagi kehidupan social budaya, ekonomi
dan lingkungan phisik”
Sebuah forum internasional yang dilaksanakan pada tahun 1963 dengan nama
Committee of Statistical Expert of The League of Nation, pertama kali mengusulkan
mengunjungi suatu negara diluar tempat biasanya tinggal untuk kurun waktu
sekurang-kurangnya 24 jam . Sedangkan pada tahun 1945 United Nation (UN)
memberikan definisi dengan batasan waktu maksimun 6 bulan. Sedangkan organisasi
internasional ada yang memberikan batasan 1 tahun atau kurang.
Konferensi UN tentang perjalanan dan pariwisata pada tahun 1963 yang
disponsori International Union of Official Travel Organization (IUOTO) yang
sekarang bernama World Tourism Organization (WTO) sekarang lebih familiar
dengan nama UNWTO, memberikan rekomendasi bahwa kata visitor dapat diadopsi
sebagai definisi wisatawan; yaitu “seorang yang mengunjungi suatu negara diluar biasanya mereka tinggal dengan berbagai alasan kecuali untuk mencari nafkah
dinegara yang dikunjunginya” Pengunjung atau visitor dalam hal ini dapat
dikatagorikan menjadi dua yaitu: 1). Wisatawan atau tourist dan 2). Pelancong atau excursionist. (Theobald, 2005: 13)
Wisatawan adalah “pengunjung sementara yang tinggal sekurang-kurangnya 24 jam disuatu destinasi yang dikunjunginya dengan tujuan untuk bersenang-senang
(pleasure), bisnis, keluarga, misi atau pertemuan. Sedangkan pengertian “excursionist
atau pelancong adalah orang yang melakukan perjalanan kurang dari 24 jam di negara
yang dikunjunginya termasuk penumpang kapal pesiar.(Theobald, 2005: 15-17)
Sejak tahun 1963 kata visitor, tourist dan excursionist yang diusulkan diterima
dengan berbagai revisi dan konsekuensinya.
Pada tahun 1993 UN menerima laporan dari WTO dan memberikan
rekomendasi kepada UN bagian statistik, untuk tujuan statistik pariwisata. Salah satu
hasil resolusi ini (WTO, 1991) pariwisata didefinisikan sebagai:” aktifitas sesorang yang melakukan perjalanan ke suatu tempat diluar lingkungan biasanya untuk kurang
dari spesifik waktu dan tujuan umumnya adalah perjalanan dan bukan untuk
mendapatkan penghasilan ditempat yang dikunjunginya…”. Sebagai tambahan
definisi umum yang digunakan adalah “ suatu aktifitas perjalanan manusia untuk
berenang-senang, bisnis dan tujuan lain diluar tempat lingkungan mereka dan tinggal
Konferensi di Ottawa ini juga menghasilkan kesepakatan untuk pengembangan
dan implementasi sistem pengukuran dan indikator yang digunakan untuk
mempredeiksi industri pariwisata secara utuh.(Theobald, 2005: 15). Menurut
Goldner and Ritchie (2006:5) definisi pariwisata bila diterjemahkan secara bebas
adalah ”proses, aktifitas dan hasil yang muncul dari hubungan dan interaksi antara wisatawan, penyedia pariwisata, pemerintah, masyarakat tuan rumah, dan lingkungan
sekitar yang terlibat dalam interaksi antara tuan rumah (host)dan pengunjung”.
Definisi aslinya adalah;
” as the processes, activities, and outcomes arising from the relationships and the interaction among tourists, tourism suppliers, host goverments, host communities,
and surrounding environments that are involved in the attracting and hosting of
visitors”
Pariwisata dapat digambarkan sebagai bagian dari gabungan aktifitas manusia
untuk berbagai tujuan terutama untuk bersenang-senang, dimana mereka adalah
bagian dari pengertian pengunjung atau visitor, dimana pengunjung sendiri menurut
Goldner and Ritchie (2006: 11) dapat dibagai menjadi dua yaitu pengunjung yang
dikaitkan dengan kegiatan perjalanan dan pariwisata dan perjalanan yang dikaitkan
dengan tujuan lain seperti ; melakukan perjalanan karena pulang pergi kerja atau
commuters, pekerja musiman, migran dan sebagainya (Goldner and Ritchie, 2006:
11).
Mathieson and Wall (2006: 19) menggambarkan pariwisata sebagai suatu
phenomena yang beragam yang mengakibatkan perpindahan dan tinggal pada suatu
destinasi diluar tempat dimana biasanya mereka tinggal. “Tourism is a multi-faced
phenomena that involve movement to and stay in destinations outside the normal
place of residence.
Pariwisata menurut World Tourism Organization (WTO) merupakan suatu
” Tourism comprises the activities of person travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive yea r for
leisure, business, and other purposes”
Bila diterjemahkan secara bebas, pariwisata adalah suatu aktifitas manusia
yang melakukan perjalanan dan tinggal disuatu tempat yang bukan merupakan
lingkungan tempat biasanya tinggal dengan tenggang waktu satu tahun untuk tujuan
menikmati waktu luang, bisnis dan tujuan lainnya.
Dibandingkan dengan definsisi sebelumnya, definisi menurut WTO
menambahkan ”batasan waktu” sebagai batas antara perjalanan untuk kegiatan
pariwisata dan bukan pariwisata, dengan batas waktu maksimal adalah satu tahun.
Bila perjalanan dan tinggal lebih dari satu tahun maka tidak dianggap sebagai
kegiatan pariwisata. Kata ”usual environment’ untuk membedakan perjalanan yang
dilakukan oleh penduduk yang melakukan kegiatan rutinitas seperti kegiatan kerja
dan lainnya. (Goldner and Ritchie, 2006: 7).
Pariwisata menurut WTO (1993 dalam Goldner and Ritchie, 2006: 70)
digambarkan dengan beberapa terminologi seperti : 1). International toursism; dimana
international tourism, dibagi menjadi inbound tourism, yaitu kunjungan yang
dilakukan oleh bukan penduduk setempat, sedangkan outbound tourisn adalah
kunjungan keluar suatu negara yang dilakukan oleh suatu penduduk. 2). Internal
tourism adalah kunjungan yang dilakukan oleh penduduk dan bukan penduduk
setempat dalam suatu negara. 3) Domestic tourism, kunjungan yang dilakukan dalam
suatu negara sendiri, 4) National tourism adalah pariwisata internal ditambah dengan
outbound tourism.
2.2 Pariwisata Sebagai Suatu Sistem
Seperti digambarkan sepintas sebelumnya, pariwisata sebagai suatu sistem
dijelaskan oleh Leiper (2004:52-53), sebagai gabungan dari berbagai elemen dimana
satu dengan yang lainnya saling tergantung dan mempengaruhi, tiga elemen tersebut
tujuan wisatawan (Tourst destination region atau TDR), 3). Daerah persilangan
antara daerah asl dengan daerah tujuan (TRR).(Leiper,2004). TGR menggambarkan
keadaan suatu negara dimana wisatawan itu berasal, dimana keputusan untuk
melakukan perjalanan juga dipengaruhi oleh lingkungan mereka, seprti pendapatan
mereka, keamanan negara mereka serta kestabilan ekonomi mereka. Sedangkah TDC
adalah daerah asal wisatawan seperti Bali, adalah suatu destinasi dimana, dikawasan
ini tersedia berbagai prasarana dan sarana yang harus ada. Ketiga adalah adanya
suatu tempat yang merupakan lalu lintas dari TGC dan TDC yang disingkat dengan
TRR, dimana kemungkinan konsumen melakukan persinggahan didaerah tersebut.
Pariwisata sebagai suatu sistem juga digambarkan oleh Morison (1998) yang
terdiri dari empat elemen,dimana satu elemen dengan lainnya saling berhubungan,
dan ketergantungan, empat elemen tersebut adalah: 1). Daerah asal wisatawan atau
Tourist Generating Gountry (TGC), 2). Tourist Destinastion Country (TDC) serta
dihubungkan dengan dua elemen yaitu 3). Travel dan 4). Marketing. Mill and
Morrison (1998 dalam Hsu,et.al.2008). Travel menghubungkan TGC dengan TDC
sedangkan Marketing menghubungkan antara TDC dengan TGC.
Pariwisata sebagai suatu sistem dapat digambarkan sebagai peran empat
elemen yang saling ketergantungan satu dengan yang yang lainnya. Seperti TGC
adalah daearah asal wisatawan, dimana mereka memiliki karakteristik yang dapat
dilihat dari aspek eografis, demografi psikografi dan behaviour.(Richarson and Fluker
(2004:46). Sehingga pasar dapat di segmentasi dapat dikatagorikan menjadi beberapa
kelompok berdasarkan kebiasaanya (habit), kesukaannya (preferences), kelompok
dan individu, tujuan perjalanan, demografis dan psikografis Gee, et.al (1997: 48).
Sedangkan Tourism Destination Country ( TDC) atau daerah tujuan wisata,
adalah tempat dimana wisatawan akan berkeunjung dan berbagai produk ditawarkan
baik yang bersifat tangible maupun intangible. Berbagai fasilitas harus ada pada
suatu destinasi diantaranya akomodasi, trasnportasi, makanan, toko cendera mata dan
segala sesuatu yang dapat dilihat atau menikmati produk yang telah disediakan
2.3 Destinasi Pariwisata
Destinasi menurut Richarson and Fluker (2004:48) adalah tempat yang
signifikan yang dikunjungi dalam suatu petjalanan, Richard and Fluker menekankan
destinasi dari sudut pandang tempat (Place) dan signifikan atau memadai. Sehingga
destinasi harus bermanfaat bagi konsumen serta tersedia berbagai atribut terutama
prasarana dan sarana pariwisata. Sedangkan Kotler (1999) mengatakan destinasi
adalah suatu tempat dengan berbagai bentuk yang nyata atau dipersepsikan oleh
konsumen.
Berbagai atribut yang diharapkan dan diinginkan oleh wisatawan terhadap
suatu destinasi dan pada saat yang bersamaan imej suatu destasi wisata telah
diidentifikasi sebagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan oleh
wisatawan baik dalam aspek koqnitif maupun behavior (Mohamed,2009:230).
Sehingga bagi destinasi merupakan suatu peluang untuk bersaing dan menyediakan
produk yang bervariasi dan bernilai, sehingga dapat meningkatkan kualitas
pengalaman wisatawan (Moscardo et.al.1996: 62; Shaw, 2009: 31).
Destinasi sering diistilahkan juga dengan sebutan destination area.WTO
(1995c) dalam Richarson and Fluker (2004:48). Destinasi juga sering diistilahkan
dengan ”region” sehingga sering digabungkan istilahnya menjadi ”destination region”. Leiper (2004:51). Menurut Pike (2008:24) destinasi dari sudut pandang
permintaan adalah suatu tempat yang menarik pengunjung untuk tinggal sementara.
Sedangkan Rubies,( 2001:39 dalam Pike, 2008:24) menyatakan bahwa suatu destinasi
adalah ruang geografis yang didalamnya terdapat klaster berbagai sumber daya
pariwisata.
Dari definisi yang diberikan oleh beberapa peneliti, dapat digambarkan
destinasi pariwisata adalah suatu kesatuan unit geografis yang didalamnya terdapat
berabagai sarana dan prasarana pariwisata serta msayarakat yang menjadi daya tarik
2.4 Persaingan Destinasi Pariwsita
Persaingan dalam dunia pariwisata masih mengacu pada model tradisional
yaitu hanya dari aspek ekonomi (Ritchie and Crouch,2003:2), walaupun
sesungguhnya persaingan suatu destinasi pariwisata sering hanya dilihat dalam
konteks ekonomi seperti seberapa besar pendapatan yang diterima adanya
kedatangan wisatawan. Sebuah destinasi wisata harus dipandang sebagai suatu
kesatuan geografis yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan yang memiliki
kekuatan yang multidimensi (Ritchie and Crouch,2003:2), yang terdiri dari
komponen; 1). Ekonomi, 2). Sosial, 3). Budaya, 4). Politik, 5). Teknologi, dan 6).
Lingkungan, 7). Sehingga elemen ini dapat digunakan sebagai daya tarik wisata serta
kekuatan dalam menghadapi pesaing.Isu tentang persaingan suatu destinasi baru
muncul sejak tahun 1990 dimana riset dalam bidang destinasi baru dimulai, dengan
adanya tiga paper yang berkaitan dengan destinasi, satu diantaranya adalah
persaingan harga pada suatu destinasi (Dwyer et.al 1999 dalam Pike,2004:4).
Persaingan destinasi juga digambarkan dengan munculnya berbagai Destination
Organization Managemen (DMOs).
Bahkan sejak tahun 2004 WTTC mengembangkan indek kompetitif destinasi
yang telah digunakan pada lebih dari 200 negara dengan memberikan kode hijau
(green), orange (orange) dan merah (reda) bagi katagori yang kurang baik
(Pike,2005:41). Sebagai contoh perbandingan indek antara Australia dan China, yang
menggunakan delapan indeks yaitu: 1). Price competitifness, 2). Human tourism, 3).
Infrastructure, 4). Environment,5).Technology,6). Human resources, 7). Openness,
dan 8).Sosial. China dalam indeks harga memiliki nilai green (89) yang berarti
persaingan harga sangat positif, sedangkan dari sisi human tourism mendapatkan nilai
merah dengan nilai 9. sedangkan Australia dalam bidang infrastruktur mendapatkan
2.5 Pengertian dan Pentingnya Posisioning
Posisioning adalah bagian akhir dari rangkaian strategi pemasaran, yang
terdiri dari elemen segmentasi, targeting dan posisioning atau STP (Kotler dan
Keller,2009:292). Segmentasi adalah membagi pasar menjadi bagian yang lebih
homogen dari beragam segmentasi pasar yang dapat dianalisis dari aspek geografi,
demografi, psikografi dan behavior. Sedangkan penentuan pasar sasaran atau
targeting adalah membidik pangsa pasar mana yang dapat dipenuhi oleh perusahaan
atau organisasi secara superior (Kotler dan Keller,2009:292).
Dilanjutkan dengan memposisikan penawaran agar pasar sasaran mengetahui
kelebihan produk yang ditawarkan serta citra perusahaan atau organisasi.Dengan
demikian kesuksesan sebuah posisioning sangat ditentukan oleh kemampuan dalam
menentukan target pasar yang dituju sesuai dengan produk dan potensi suatu
destinasi. Posisioning atau pemosisian menurut Kotler dan Keller. (2009: 292) adalah
tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan agar mendapatkan tempat
khusus dalam pikiran pasar sasaran. Tujuannya adalah menempatkan merek dalam
pikiran konsumen untuk memaksimalkan manfaat potensian bagi perusahaan. Hasil
dari posisioning adalah terciptanya dengan sukses suatu proposisi nilai yang terfokus
pada pelanggan.
Istilah penentuan posisi atau posisioning dipopulerkan pertama kali oleh Al
Ries dan Jack Trout pada tahun 1972, mereka adalah penulis buku dengan judul
Posisioning: The Battle for Your Mind. Tjiptono (1997:109). Posisioning adalah suatu
startegi yang berusaha menciptakan diferensiasi yang unik dalam benak konsumen
sehingga terbentuk citra atau imej produk yang unggul dibandingkan dengan produk
lainnya. Tjiptono (1997:109-113).
Menurut Tjiptono (1997:110), ada tujuh pendekatan yang digunakan dalam
menentukan posisi suatu produk atau organisasi, yaitu : 1) Posisioning berdasarkan
atribut, ciri-cirinya, sebuah produk dapat dilihat dari ciri-cirinya apakah warnanya
atau ciri yang lain 2). Posisioning berdasarkan harga dan kualitas suatu produk, hotel
melati, 3). Posisioning didasarkan pada aspek penggunaan atau aplikasi, apakah
suatu produk memberikan nilai guna bagi pembelinya, komputer dengan spesifikasi
terbaru dan lengkap mungkin akan dapat diaplikasikan pada berbagai jenis aplikasi,
4). Posisioning didasarkan pada aspek pemakai produk, siapa pemakai produk
tersebut atau pembelinya, produk wisata budaya siapakah pembelinya produk
pariwisata heritage dan spiritual akan berbeda pembelinya. 5). Posisioning didasarkan
atas kelas produk tertentu, produk yang ramah lingkungan akan memiliki kelas
eksklusif dibandingkan dnegan produk yang biasa saja, 6). Posisioning didasarkan
atas posisi dengan pesaing, sebuah perusahaan dapat menentukan dirinya dengan
pesaing, apakah ingin lebih tinggia atau hanya sebagai pengikut saja, 7). Posisioning
dilihat dari manfaat, apakah produk yang dibeli atau destinasi yang akan dikunjungi
akan memberikan manfaat atau tidak. (Tjiptono,1997:110 – 111).
Lebih lanjut dikatakan bahwa keberhasilan sebuah posisioning sangat
ditentukan oleh persepsi yang diciptakan oleh konsumen atau pelanggan, perusahaan
itu sendiri dan pesaing. Dengan demikian evaluasi terhadap posisioning suatu produk,
perusahaan, atau organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan untuk
mempersepsikan produk itu endiri kepada pelanggan. Produk yang bekualitas akan
dipersepsikan baik oleh konsumen. Persepsi perusahaan terhadap produknya sendiri,
dapat dilakukan dengan memahami selera konsumen, sehingga akan mampu
mempersepsikan produk yang sesuai dengan selera pasar atau konsumen yang pada
gilirannya merasa bangga terhadap produk yang diciptakan melalui penciptaan daya
kreasi atau inovasi dalam menciptakan produk yang bermutu atau bernilai.
Harus disadari bahwa bahwa pesaing juga akan berusaha menciptakan produk
yang berkualitas serta ingin memuaskan konsumen dengan berbagai cara. Maka
pahamilah pesaing dan ciptakan produk yang meningkatkan pengalaman kepada
konsumen, yang dalam konteks pariwisata sering disebut dengan quality of
experinces adalah sebuah keharusan.
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka tujuan penelitian ini dibagi
menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
3.1.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model persaingan
daya tarik wisata di Bali, menggunakan analasis Multidimensional Scaling (MDS)
dan Correspondence Analysis (ANACOR).
3.1.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi wisatawan
Nusantara dan Biro Perjalanan Wisata (BPW) tentang Bali sebagai destiansi kreatif,
kedua untuk mengetahui persepsi wisatawan nusantara dan BPW tentang posisi
persaingan 12 daya tarik wisata yang ada di Bali, ketiga untuk mengetahui preferensi
wisatawan nusantara dan BPW terhadap 12 daya tarik wisata yang ada di Bali..
3.1.2 Manfaat Penelitian
Secara umum sebuah penelitian ditujukan untuk mengelola masalah dengan
cara berfikir sain (Cooper dan Schinder,2001:28), sehingga hasil peneliti ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan dunia sain maupun dunia empiris, khususnya
industri pariwisata (Leiper,2004:57). Hasil penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi
Bali namun juga dapat digunakan untuk pengembangan sain dalam konteks akademis
3.1.2.1 Manfaat Akademis
Dalam literatur akademik, sebuah hasil penelitian diharapkan dapat
berkontribusi bagi riset dimasa yang akan datang Lee (20011:12), yang berkaitan
dengan posisioning kompetif suatu daya tarik wisata. Dibandingkan dengan daya
tarik yang lain yang ada pada suatu destinasi wisata dengan menggunakan teknik
analisis Multidimensional Scaling (MDS). Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat
bagi pengembangan suatu model strategi pemasaran suatu destinasi wisata dengan
memahami posisi kopetitif masing-masing daya tarik wisata dengan menggunakan
pendekatan teori sistem pariwisata.
3.1.2.2 Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia praktis, terutama bagi
pemerintah kabupaten dan kota, karena dapat diketahui posisi kompetitif
masing-masing, sehingga dapat digunakan sebagai strategi pemasaran dan perencanaan
pengembangan destinasi berbasis keunikan produk. Bagi dunia Biro Perjalanan
Wisata (BPW) khususnya BPW di Bali, akan memiliki peta potensi kompotitif
produk wisata yang ada pada masing-masing kabupaten dan kota di Bali sehingga
dapat menjadi promosi yang menguntungkan bagi perusahaan maupun konsumen.
Serta dapat digunakan sebagai strategi untuk memasarkan produk yang berbeda
kepada wisatawan yang memiliki keinginan dan kebutuhan yang beragam, dan
otektik sehingga dapat meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir penelitian ini diilhami oleh paper yang disampaikan
Frederic Dimance, Director Center for Tourism Management, Ceram Business School
Nice – Sophia Antipolis, France sebagai keynote presentation on ”Hosting Signature
Event for Anchoring Destinations” pada World Tourism Conference (WTC): Tourism
Success Stories and Shooting Stars. Dapat digambarkan bahwa globalisasi (GL) dan
teknologi informasi (IT) telah melanda dunia (Dimanche,2007:1;Reisinger,2009:8),
sehingga membawa perubahan dalam konteks pariwisata sehingga menuntut negara,
wilayah dan juga destinasi harus berubah untuk menjadi lebih efektif terutama dalam
menghadapi pesaing (Dimanche,2007:1). Reisinger (2009:11) menambahkan bahwa
globalisasi telah membawa perubahan pada sisi demand atau permintaan, kosumen
digambarkan sebagai ”new type of tourist” sehingga sering disebut dengan ”experiential”tourist, yang menginginkan sesuatu yang novelty, ”strangeness, authenticity sehingga menciptakan pengalaman yang unik. (Reisinger, 2009:11) atau
experiences tourists (Jafari, 1987 dalam Leiper, 2004: 78; Prentice dan Andersen,
2003:).
Persaingan yang semakin ketat meuntut produsen harus berfikir seperti
seorang bisnis, pariwisata sebagai suatu industri, harus dikelola dengan baik
(UNWTO, 2011: 1; Ritchie and Goldner ,2006: 17; Gee et.al., 1997: ix; Fridgen
1996: 14; Wall dan Mathieson, 2006: 73). Sehingga diperlukan 1). Pengembangan
produk, 2). Menarik pasar, 3). Memuaskan konsumen, dan 4) Membangun loyalitas.
(Dimenche, 2007: 1), ke-empat elemen ini merupakan komponen yang sangat penting
bagi seorang pemasar agar dapat meningkatkan loyalitas kosumen serta menghadapi
Berkembangnya globalisasi dan teknologi informasi membawa perubahan
pula pada suatu destinasi wisata sebagai suatu ”tempat” atau ”kesatuan geografis”
yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan yang memiliki kekuatan yang
multidimensi (Ritchie and Crouch,2003:2), yang terdiri dari komponen; 1). Ekonomi,
2). Sosial, 3). Budaya, 4). Politik, 5). Teknologi, dan 6). Lingkungan, Sehingga
elemen ini dapat digunakan sebagai daya tarik wisata serta kekuatan dalam
menghadapi pesaing.Pike (2005:41).
Untuk meningkatkan daya saing, perusahaan atau organisasi harus mampu
mengembangkan strategi pemasaran melalui pengembangan destinasi wisata yang
berbeda dengan berbagai produk yang memiliki keunggulan kompetitif melalui
kegiatan yang kreatif dan inovatif. (Richards, 2001 dalam Prentice and
Andersen,2003:8), sehingga tercipta posisioning destinasi wisata yang kreatif atau
pariwisata kreatif. Dengan demikian inti dari posisioning suatu destinasi wisata
bagaimana melaksanakan strategi pemasaran mengkombinasikan bauran produk dan
pasar atau produk – market mix (Dimanche,2007:1)
Berbagai pandangan tersebut maka dapat digambarkan kerangka berfikir
sebagai berikut: Globalisasi dan teknologi informasi telah mampu membawa
perubahan dalam bidang pariwisata terutama perubahan pada sisi konsumen dimana
wisatawan dewasa ini menginginkan suatu pengalaman yang berkualitas (quality
experience) sehingga diperlukan produk berkualitas, atau suatu destinasi yang
berkualitas melalui kegiatan yang kreatif dan inovatif Dengan demikian posisioning
suatu destinasi sangat ditentukan oleh kemampuan dalam mengembangkan strategi
yang memadukan berbagai kebutuhan konsumen dengan pengembangan produk yang
dapat memuaskan konsumen , loyalitas serta memiliki daya saing dengan kompetitor
Gambar 4.1.
Kerangka Berfikir Penelitian
4.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
salah satu metode analisis multivariat yaitu Multidimensional Scaling (MDS) dan
dan Corespondence Analysis (Hair et al., 1998: 519). Penelitian ini juga didukung
Permasalahan Destinasi Pariwisata : Teoritis dan Empiris
Wisatawan Nusantara/Kebutu han dan keinginan
Organisasi/Perusahaan (BPW)
Globalissi
Membangun Strategi: Positioning
Stakeholder Pariwisata/Biro Perjalanan Wisata
Persaingan
Pengelola Daya Tarik Wisata
Analisis
metode kualitatif dengan melakukan kegiatan fokus grup dan wawancara dengan
pengelola daya tarik wisata serta wisatawan, sehingga melengkapi data
kuantitatif (Jennings, 2001: 133).
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bali, pada 12 daya tarik wisata (Kuta, Tanjung
Benoa, Jimbaran, Nusa Dua, Sanur, Medewi, Tanah Lot, Ubud, Kintamani,
Lembongan, Tulamben dan Lovina), selama setahun, terdiri dari 6 bulan penelitian
lapangan dan enam bulan persiapan proposal sampai tabulasi dan analisis data.
4.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi survei yang ditujukan kepada Wisatawan Nusantara dengan memberikan kuesioner tentang posisi kompetitif
masing-masing DTW yang ada di kabupaten dan kota di Bali. Penyebaran kuesiner
dan Fokus grup ditujukan kepada BPW di Bali untuk mengetahui bagaimana persepsi
mereka terhadap daya tarik wisata yang ada pada masing-masing kabupaten dan kota
di Bali.Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik peubah
ganda ”Multidimensional Scalling” untuk menentukan posisi satu obyek relatif
terhadap obyek lainnya berdasarkan penilaian kemiripannya (Wijaya, 2010: 119)
serta preferensi mereka dengan menggunakan analisis korenponden (Hair et al., 1998:
519).
4.5 Penentuan Sumber Data
Sumber data dapat dibagi menjadi dua yaitu 1) data sekunder dan 2) data
primer. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari 1). Dinas Pariwisata
Provinsi Bali, 2). Badan pusat statistik provinsi Bali serta dari literaratur melalui
internet, koran dan buku bacaan serta artikel yang terkait dengan penelitian ini.
Sedangkan data primer diperoleh melaui penyebaran kuesioner, folkus grup dan
wawancara dengan responden serta observasi pada objek dan daya tarik wisata yang
4.6 Analisis Data
Setelah dilakukan pengecekan dan tabulasi data, kemudian dianalsis dengan
menggunakan metode analisis multi variat atau peubah ganda dengan menggunakan
Multidimensional Scaling (MDS) dan Corespondence Analysis (ANACOR) (Hair et
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Karakteristik Responden
Tabel 5.1
Karakteristik Responden Yang Berkunjung pada 12 Daya Tarik Wisata di Bali
Variabel Deskripsi Persentase
Asal/Kota Jakarta 24,0
Surabaya 11,3
Medan 10,7
Malang 8,7
Bandung 5,3
Lainnya 40,0
Jenis Kelamin Laki – laki 68,7
Perempuan 31,3
Pendidikan SMA 56
D3 16
S2 19
S3 8,7
Destinasi Kratif Ya 100
Tidak 0
Periode Kunjungan Pertama kali 12,7
2-3 kali 20,7
4-5 kali 10,7
>5 kali 56,0
Mengetahui Daya Tarik Wisata Kuta 100
Medewi 30,0
Tanah Lot 98, 7
Tanjung Benoa 95, 3
Nusa Dua 99, 3
Jimbaran 99, 3
Sanur 100
Ubud 98, 7
Lembongan 58, 7
Kintamani 48, 7
Tulamben 94,0
Lovina 82, 7
5.1. 2 Hasil Analisis Statistik
5.1.2.1 Analisis Multidimensional Scaling (MDS)
MDS adalah salah satu teknik multivariat untuk menganalisis hubungan
interdependensi atau saling ketergantungan antar varaibel (Santoso dan Tjiptono,
2001: 321). Adapun sofware yang dewasa ini digunakan untuk analisis MDS adalah
SPSS dengan kemampuan membuat ALSCAL dan INDSCAL. Adapun
langkah-langkan dalam analisis MDS meliputi 1) perumusan maslaah, 2) adanya data input ,
yaitu nilai kesamaan dan ketidaksamaan dari objek yang dinilai, 3) pemilihan
prosedur MDS berupa data metrik dan non metrik, 4) penentuan dimensi yang
didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya, 5) pemberian nama kelompok
atau konfigurasi dan 6) pengujian validitas dan reliabilitas dengan menggunakan nilai
Stress dan R –Square Adapun objek yang akan dinilai adalah 12 daya tarik wisata, yakni : 1) Kuta, 2) Medewi, 3) Tanah Lot, 4) Tanjung Benoa, 5) Nusa Dua, 6)
Jimbaran, 7) Sanur, 8) Ubud, 9) Lembongan, 10) Kintamani, 11) Tulamben, 12)
Lovina.
Daya tarik wisata Kuta akan dibandingkan dengan 11 daya tarik lainnya, dari
segi kemiripan (similiarity) dan perbedaan atau sangat tidak mirip. Dengan skor
penilaian 1 sampai 5. Skor 1 apabila daya tarik wisata yang ada sangat mirip dengan
daya tarik wisata lainnya (misalnya Kuta memiliki kemiripan dengan daya tarik
wisata Sanur). Sedangkan skor 2 apabila kedua daya tarik wisata kurang memiliki
kemiripan, skor 3 apabila kedua daya tarik wisata memiliki kemiripan dan perbedaan,
skor 4 keduanya memiliki banyak perbedaan, sedangkan skor 5 apabila kedua daya
taik wisata sangat berbeda (misalnya Kuta sangat berbeda dengan Kintamani).
Adapun berbandingan daya tarik wisata terdiri atas 66 pasangan (disajikan pada
kuesioner, lampiran 1).
Hasil Analisis MDS dengan proses ALSCAL memiliki kelayakan yang baik
karena nilai RSQ sebesar 0,1 atau mendekati nilai 1. RSQ menggambarkan kedekatan
antara data dengan peta perseptual. Bahwa data jarak antar objek terpetakan dalam
mendekati keadaan yang sebenarnya atau tidak. Nilai STRESS sebesar 0,5
mengindikasikan bahwa output yang dihasilkan semakin mirip dengan keadaan yang
sebenarnya (semakin mendekati nol output dikatakan semakin mirip dengan keadaan
yang sebenarnya.
Young's S-stress formula 1 is used.
Iteration S-stress Improvement
0 .65971 1 .65949
2 .62984 .02965 3 .62124 .00860 4 .62015 .00110 5 .61941 .00074
Iterations stopped because
S-stress improvement is less than .001000
Averaged (rms) over matrices Stress = .51699 RSQ = .18611
Configuration derived in 2 dimensions
Stimulus Coordinates
Dimension
Stimulus Stimulus 1 2 Number Name
1 Kuta -1.0124 -.4802 2 MDW -1.2388 .1486 3 TNL -.9437 .9928 4 BOA .2848 -.9341 5 NDA -.1489 -.9799 6 JIM .2916 -.8913 7 SNR -.8142 -.2329 8 UBD 1.9809 .2581 9 LEM .2036 -1.7327 10 KTM 1.8581 1.1252 11 TLB .0646 1.4824 12 LOV -.5258 1.2441
5.1.2.2.Analisis Korespondensi (ANACOR)
Analisis korespondensi sering disingkat dengan CA (Santoso dan Tjiptono,
2001: 321). Pada penelitian ini, analisis korespondensi akan disebutkan dengan
ANACOR. Digunakan untuk mengukur preferensi Wisatawan Nusantara terhadap 12
daya tarik wisata yang ada di Bali. Adapun atribut tersebut adalah :
Karena dari 150 jumlah responden yang mengisi kuesioner 25 diantaranya
belum mengisi dengan lengkap kuesioner yang diberikan, terutama pada daya tarik
wisata lembongan dan Kintamani dan Tanah Lot, maka akan dilakukan penelitian
kembali pada tiga daya tarik tersebut sehingga jumlah kuesioner yang akan diolah
sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditetapkan dengan jumlah sampel
sebanyak 150 responden. 1. Pemandangan Alam, 2. Seni dan Budaya 3. Heritage
4. Kehidupan malam 5. Festival dan special even 6. Spiritual/religi
7. Akomodasi
8. Pelayanan transportasi lokal 9. Pusat belanja
10.Pelayanan makanan dan minuman
11.Fasilitas yang tersedia di daya tarik wisata 12.Fasilitas airport
13.Kualitas informasi di daya tarik wisata 14.Memiliki Fasilitas Internet
15.Fasilitas kesehatan 16.Kemacetan
17.Keamanan 18.Kebersihan 19 Harga Akomodasi
20.Harga makanan dan minuman 21.Harga transportasi
22.Harga di pusat belanja
5.2. Pembahasan Analisis Deskriptif 5.2.1 Karakteristik responden
Seperti disajikan pada Tabel 1. Karakteristik Wisatawan Nusantara yang
berkunjung ke Bali sebagian besar berasal dari kota-kota besar seperti Jakarta (24
persen), Surabaya (11 persen) serta Medan (10%). Mengindikasikan jarak juga
mempengaruhi wisatawan untuk memilih daya tarik wisata. Namun ada
kecenderungan Wisatawan Nusantara yang berasal dari luar Jawa, mulai berminat
untuk berwisata ke Bali. Hal ini disebabkan Bali memiliki jumlah (133 daya tarik
wisata) dan keragaman daya tarik wisata yang dimiliki (daya tarik wisata budaya,
alam dan spiritual). Dilihat dari Jenis kelaminnya wisatawan nusantara yang
berkunjung ke Bali sebagian besar adalah laki-laki (69%) hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Dinas Pariwiwsata Provinsi Bali tahun 2013, sebeesar 52,4
persen. Berdasarkan jenis pendidikan responden, sebagian besar tamat sekolah
menengah atas (56 persen) pendidikan S2 dan S3 masing-masing 19, dan 9 persen
sedangkan pendidikan D3 sebanyak 16 persen. Menggambarkan bahwa Bali sebagai
destinasi pariwisata leisure and recreation juga untuk tujuan pendidikan atau
education destination
Persepsi responden terhadap Bali sebagai destinasi pariwisata kreatif, semua
responden (100 persen) menyatakan setuju Bali sebagai destinasi pariwisata kreatif.
Hal ini juga diperkuat hasil analisis statistik dimana salah satu keunggulan destinasi
pariwisata karena memiliki daya tarik festival dan event. Bali juga digambarkan
sebagai repeater destination atau destinasi pariwisata yang memiliki citra yang baik.
Hal ini ditunjukkan dengan periode kunjungan ulang mencapai 87 persen, sedangkan
kunjungan pertama kali hanya sebesar 13 persen. Bahkan kunjungan lebih dari 5 kali
mencapai 56 persen. Pengetahuan responden tentang data tarik wisata di Bali dapat
diurutkan menjadi urutan 1 sampai 9. Urutan pertama adalah Kuta dan Sanur, urutan
kedua adalah Nusa Dua dan Jimbaran. Urutan ketiga adalah daya tarik wisata Tanah
Lot dan Ubud. Urutan keempat dan kelima adalah Tanjung Benoa dan Tulamben.
kesembilan adalah Kintamani dan Pantai Medewi di Kabupaten Jembrana. Ada
kecendrungan Wisatawan Nusantara menyukai daya tarik wisata yang terdekat, yang
ramai dikunjungi dan nama yang sudah terkenal, seperti Kuta dan Sanur. Namun
beberapa daya tarik wisata mulai ditinggalkan oleh Wisatawan Nusantara seperti
Kintamani (urutan ke delapan dari sembilan daya tarik wisata).
Beberapa daya tarik wisata mulai kurang diminati seperti Kintamani yang
disebabkan banyaknya wisatawan yang mengalami keluhan karena adanya pedagang
acung. Beberapa pemandu wisata tidak merekomendasikan untuk berkunjung ke
tempat ini. Banyak dialihkan ke Ubud, seperti mengunjungi monkey forest. Penelitian
ini menemukan adanya kecenderungan Wisatawan Nusantara mengunjungi wisata
laut melakukan aktifitas seperti: jet sky, banana boat, diving dan snorkling di
Tanjung Benoa, Lembongan dan Tulamben. Wisatawan Nusantara tidak menyukai
daya tarik wisata yang sepi dan jauh yaitu pantai Medewi di kabupaten Jembrana,
namun disenangi oleh disenangi Wisatawan Mancanegara untuk kegiatan surfing.
5.2.2 Posisi persaingan destinasi pariwisata di Bali
Berdasarkan pada Tabel 2 dan Gambar 2, analisis MDS menjawab
permasalahan posisi persaingan destinasi pariwisata atau 12 daya tarik wisata yang
ada di Bali, yang disajikan dalam bentuk peta perseptual atau peta posisi. Posisi 12
destinasi pariwisata atau daya tarik wisata dikelompokkan menjadi empat (4)
kelompok. yang didasarkan pada persepsi wisatawan berdasarkan persamaan dan
perbedaan masing- masing daya tarik wisata. Nilai Stress dan nilai RSQ (Squared
Correlation). pada penelitian ini sebesar 0,9 atau mendekati 1. Mengindikasikan
bahwa data pada penelitian ini terpetakan dengan baik.
Adapun peta perseptual Wisatawan Nusantara sebagai berikut:
Kelompok 1. Kelompok destinasi pariwisata atau daya tarik wisata pada
kuadaran I adalah: Pantai Medewi yang terletak di Kabupaten Jembrana, dengan
dimensi 1 negatif dan dimensi 2 positif. Kelompok daya tarik wisata ini dipersepsikan
jauh dari daya tarik wisata yang lain. Hal ini juga dibuktikan dengan lokasi yang
sangat jauh dari daya tarik wisata Kuta. Analisis deskriptif juga menggambarkan
posisi pantai Medewi memang paling tidak diminati dan jarang dikunjungi karena
letaknya jauh, ditempuh sekitar 3 jam dari daya tarik wisata Kuta.
Kelompok 2. Kelompok destinasi pariwisata atau daya tarik wisata pada
kuadran II adalah Tanjung Benoa, Tulamben, Kuta, Nusa Dua, Jimbaran dan Ubud,
dengan koordinat dimensi 1 positif dan dimensi 2 juga positif. Kelompok daya tarik
wisata ini dipersepsikan memiliki persamaan dibandingkan dengan kelompok daya
tarik wisata lainnya Artinya daya tarik wisata kelompok ini merupakan pesaing
terdekat. Walaupun Ubud, sebagai daya tarik wisata budaya, dibandingkan dengan
daya tarik wisata lainnya yang merupakan daya tarik wisata laut atau marine tourism.
Namun dipersepsikan oleh wisatawan nusantara memiliki persamaan terutama
sebagai daya tarik wisata alam, yang penting untuk dikunjungi. Hal ini dapat
diperkuat pandangan Hair et al. (1998: 523), bahwa MDS mendasarkan diri pada
komparasi sesuatu objek dimana objek tersebut memiliki dimensi objektif dan
persepsi. Ubud dan daya tarik wisata bahari pada kuadran ini dipersepsikan memiliki
jarak yang lebih dekat dengan kelompok daya tarik wisata lainnya, dibandingkan
dengan pantai Medewi. Suatu objek wisata yang sama dapat dipersepsikan berbeda
oleh wisatawan.
Kelompok 3. Kelompok destinasi pariwisata atau daya tarik wisata pada
kuadran III adalah: Tanah Lot dan Sanur, berada pada dimensi 1 positif dan dimensi
2 negatif. Dipersepsikan memiliki perbedaan atau berjauhan dibandingkan dengan
daya tarik wsiata lainnya. Dengan demikian Tanah Lot dan Sanur adalah pesaing jauh
daya tarik wisata lainnya. Hal ini diperkuat hasil obesrvasi lapangan dan data statistik
provinsi Bali menunjukkan jumlah kunjungan pada daya tarik wisata Tanah Lot
adalah yang tertinggi di Bali sekitar 3 juta wisatawan setiap tahun.
Kelompok 4. Kelompok destinasi pariwisata atau daya tarik wisata pada
kuadran IV adalah: Kintamani, Lembongan dan Lovina, berada pada dimensi 1
dengan kelompok daya tarik wisata lainnya. Walaupun Kintamani lokasinya
dipegunungan dan Lembongan serta Lovina adalah daya tarik wisata laut. Namun
dipersepsikan memiliki kesamaan atau kedekatan karena sama-sama daya tarik wisata
alam.
5.2.3 Analisis korenpondensi wisatawan nusantara
Analisis korespondensi menggambarkan persepsi Wisatawan Nusantara
berdasrarkan pada preferensi (Hair et al.,1998: 548) mereka terhadap 12 daya tarik
wisata yang ada di Bali, dievaluasi menggunakan 24 indikator. Menghasilkan empat
(4) kelompok destinasi pariwisata yang terpetakan pada 4 (empat) posisi,
Posisi I. Pada kuadran I terdiri atas lima (5) daya tarik wisata, yaitu:
Kintamani di kabupaten Bangli, Tulamben di Kabupaten Karangasem, Lembongan di
Kabupaten Klungkung, pantai Medewi di Kabupaten Jembrana serta pantai Lovina di
Kabupaten Buleleng. Menurut penilaian wisatawan memiliki 10 keunggulan dari 24
indikator yakni: 1) Pemandangan alam, 2) Keamanan, 3) Harga makanan dan
minuman, 4) Respon dan keramahan daya tarik wisata, 5) Pelayanan makanan dan
minuman, 6) Akomodasi 7) Harga di pusat belanja, 8) Fasilitas di daya tarik wisata,
9) Harga transportasi,10) Keramahan pegawai di pusat belanja. Walaupun daya tarik
wisata pada kuadran ini memiliki perbedaan karakteristik, seperti Kintamani sebagai
daya tarik wisata pegunungan dan lainnya adalah wisata laut. Namun secara umum
diunggulkan sebagai daya tarik wisata alam. Mengindikasikan bahwa Wisatawan
Nusantara dewasa ini sangat berminat untuk mengunjungi daya tarik wisata alam.
Daya tarik wisata ini juga memiliki keamanan yang baik dan kualitas layanan yang
memadai.
Posisi II. Pada kuadaran II hanya terdiri 1 daya tarik wisata, yaitu tanjung
Benoa di kabupaten Badung dipersepsikan memiliki keunggulan dalam hal harga
pada pusat belanja dan transportasi lokal. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa
kawasan tanjung Benoa merupakan salah kawasan pariwisata yang ada di kabupaten
dilengkapi dengan transportasi umum dengan nama Trans Sarbagita. Jalur
transportasi menghubungkan kabupaten Gianyar, Denpasar dan Badung, terutama
kawasan Bali selatan. Tanjung Benoa juga terkenal sebagai kawasan Wisata Air atau
Marine Sport yang menawarkan aktifitas Jet sky, Banana Boat, Flying Fish, Donat
Boat, Parasailing dan paket wisata melihat penangkaran penyu di pulau Serangan
serta paket wisata ke Nusa Penida, Lembongan dan Senggigi. Kawasan ini juga
dilengkapi dengan pusat perbelanjaan tradisional dan moderen yang melayani
penduduk lokal dan wisatawan.
Posisi III. Pada kuadran III terdiri atas empat (4) daya tarik wisata Sanur di
kota Denpasar, Jimbaran dan Nusa Dua dan Kuta di kabupaten Badung.
Dipersepsikan memiliki 8 (delapan) keunggulan yaitu: 1) Fasilitas kesehatan ,2)
Kualitas informasi pada daya tarik wisata, 3) Fasilitas internet, 4) Pusat belanja, 5)
Festival dan special event, 6) Kemacetan, 7) Kehidupan malam, dan 8) Fasilitas
airport. Kelompok daya tarik pada kuadran III diunggulakn memiliki fasilitas airport,
pusat belanja dan berbagai kegiatan festival dan even, serta merupakan destinasi
pariwisata yang identik dengan kemacetan. Hal ini memang sesuai dengan kenyataan
terjadi kemacetan di kawasan Kura, Sanur dan Nusa Dua. Ssalah satu solusi telah
direalisasikan adalah pembuatan jalan Tol Denpassar - Nusa Dua dan menuju air port
Ngurah Rai..
Posisi IV. Pada kuadran IV terdiri atas dua (2) daya tarik wisata atau destinasi
pariwisata, yaitu: 1) Tanah Lot di kabupaten Tabanan, dan Ubud di kabupaten
Gianyar. Daya tarik wisata atau destinasi pariwisata ini dipersepsikan memiliki
keunggulan dalam hal seni budaya, heritage dan spiritual/religi. Hal ini sesuai dengan
kenyataan Ubud adalah daya tarik wisata sekaligus sebagai destinasi pariwisata yang
memiliki keunikan budaya (seni lukis, tari, tabuh, tradisi), memiliki nilai heritage
(sejarah) serta sistem religi dan spiritual yang masih terjaga dengan baik. Bahkan
beberapa aktifitas spiritual dijual kepada wisatawan sebagai daya tarik wisata, seperti
BAB 6
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1 Tahapan Setelah Laporan Akhir
Adapun tahapan penelitian setelah penyelesaian laporan akhir, meliputi 1)
pembuatan proposal untuk tahun ke tiga. Penyelesaian artikel untuk dimuat pada
jurnal pariwisata internasional.Berdasarkan hasil penelitian pada periode ini (2014),
maka penelitian berikutnya (2015) adalah melanjutkan penelitian dengan
menggunakan alat analisis Customer Service Index atau Competitive index.
Menggunakan responden Wisatawan Mancanegara dan Nusantara sehingga dapat
diperbandingkan hasilnya.
Hasil penelitian telah dibawakan pada Call fopr paper internasional: ITSA
(International Tourism Studies Association) tanggal 26 -28 Nopember di Murdoch
University, Perth Australia. (jadual konferensi terlampir) Sebagian hasil penelitian
dimuat pada jurnal nasional tidak terakreditasi yang akan terbit pada bulan Desember
2014, yaitu Jurnal Ilmiah Hospitality Management ISSN 2087 – 5576 (surat
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan paparan pada Bab sebelumnya dapat disimpulkan dan disarankan
sebagai berikut:
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan sementara yang dari tiga permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik demografi Wisatatawan Nusantara yang berkunjung pada 12
daya tarik wisata di Bali sebagian besar adalah berjenis laki-laki, dengan
tingkat pendidikan tertinggi adalah SMA, periode kunjungan terbanyak adalah
lebih dari 5 kali (56 persen) dan kunjungan pertama kali sebesar 13 persen.
Seluruh responden setuju Bali sebagai destinasi kreatif.
2. Wisatawan dan Biro Perjalanan Wisata setuju Bali sebagai destinasi kreatif
dan Kuta destinasi yang paling diminati.
3. Berdasarkan persepsi wisatawan terhadap 12 daya tariik wisata yang ada di
Bali. Kuta dan Sanur adalah daya tarik wisata paling diminati, disusul daya
tarik wisata Nusa Dua dan Jimbaran, urutan ketiga adalah Tanah Lot dan
Ubud, posisi ke empat dan kelima adalah Tanjung Benoa dan Tulamben.
Daya tarik paling tidak diminati adalah Pantai Medewi di negara, karena
letaknya yang jauh dan masih minimnya informasi daya tarik wisata ini.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan maka dapat disarankan sebagai
berikut:
1. Penelitian dimasa mendatang dilakukan pada daya tarik yang berbeda
sehingga menghasilkan model perbandingan apakah hasilnya konsisten atau
2. Penting para pengelola daya tarik wisata untuk mengetahui potensi dan
preferensi wisatawan untuk menghasilkan strategi pemasaran yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Alegre, Joaquin dan Garau, Jaume. 2010. Tourist Satisfaction and Dissatisfaction,
Annal of Tourism Research, Vol 27, No. 1, pp. 52-79.
Anonim.2009. Indonesia di Peringkat 81 Pariwisata Dunia. Kompas.com.htm. Kamis 5 Maret 2009. 11.45.wib.
Anonim.2010. Bali Dalam Angka. Denpasar: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Anomim. 2010. Statistik Pariwisata Bali. Denpasar: Dinas Pariwisata Provinsi Bali Chacko,Harsha E. 1997.Positioning a Tourism Destination To Gain A Competitive
Edge.[cited 26 Meret 2012) available from:
http://www.hotel-online.com/Trends/AsiaPacificJournal/PositionDestination.html. 9:14 PM Davidson,Thomas Lea.2005. What are travel and tourism: are they an industry ? In
Theobal, William F. 2005.,editors. Global Tourism.(third edition).USA: Elsevier- Butterworth-Heinemann.
Echtner, Charlotte M and Ritchie J.R. Brent. 2003. The Meaning and Measurement of Destination Image. The Journal of Tourism Studies. Vol. 17, No.1, pp. 37 – 48.
Goeldner, Charles R and Ritchie, J.R. Brent. (2006). Tourism, Principles, Practice, Philosophies (Tenth Edition). New Jersey, Wiley & Sons
Hair, Joseph F, JR., Anderson, Rolf E., Tatham, Ronald L., Black, William C.1998.
Multivariate Data Analysis, With Reading, Fith Edition, New Jersey: Prentice Hall International.
Hsu,Cathy., Killion,Les., Brown, Graham; Gross Michael.J ;Huang 2008. Tourism Marketing: An Asia Pacific Perspective. Australia: John Wiley.
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/07/13/posisi-industri-pariwisata- Kotler, Philip.2000. Manajemen Pemasa ran (Edisi Milenium), Jakarta: Pearson
Education dan Prehanllindo.
Kotler,Philip;Bowen,John T; Makens, JamesC.2010. Marketing for Hospitality and Tourism (Fifth Edition). New Jersey: Pearson. Prentice Hall.
Kotler dan Keller.2009. Manajemen Pema sara n. edisi 13 jilid 1.(Bob Sabran, Penterj) Jakarta: Erlangga.
Khee, Gian Tan et al., 2014. Asia Competitiveness Institute (ACI), ACI Policy Paper Series No. 2/2014. Lee Kuan Yew Asia Competitiveness Institutre.
Leiper, Neil.2004.Tourism Management.Australia: Pearson Education.
Lilien,L.Gary;Kotler Philip;Moorthy,K Sridhar, 1992. Marketing Models. New Jersey: Prentice Hall.
Conference on Economic Marketing Management.IPEDR Vol.28.2012 IACSIT Press Singapore
Mathieson, A and Wall, G. 1992. Tourism Economic,Physical and Social Impact. London: Longman.
Malhotra, Naresh.K. Basic Marketing Research:a pplication to contempora ry issues
(International edition). Canada: Prentice Hall International.Inc.
Matos,Nelson; Mendes, Julio da Costa; Valle, Patricia Oom do. 2011. The impact of Tourism Expereineces in Destination Image The Case of The Algarve. Book of Proceeding Vol.II. International Conference on Tourism & Management Studies– Algarve. Pp.1057 – 1059.
Mill and Morrison, Alastair. 2009. The Tourism System, sixth edition, USA: Kendall Hunt.
Mohamed, Badaruddin., Omar, Shida Irwana., Muhibudin,Masitah., Shamsudin,Nurhashiki. .2009. Measuring The Competitiveness of Malaysian Tourism Cities Through The Application of Multi Dimentional Scaling Analysis: Paper disampaikan pada APTA, Incheon Korea: Emerging Tourism and Hospitality Trends 9-12 Juli 2009. pp 230 – 239.
Moutinho,Luiz. (2000). Tourism Marketing Research. In: Moutinho,L. Strategic
Management in Tourism. UK. CAB International Wallingford Oxon.
pp.79-120
Michailidis, Anastasios and Chatzitheodorodis, Fotis. 2006. Scenarios Analysis of Tourism Destinations.Journal of Social Sciences 2(2):41-47.
Njuguna ,John I. 2009. Strategy Positioning For Sustainable Competitive Advantage:
An Organizational Learning Approach. KCA Journal of Business
Management;Volume 2,Isuue 2.pp. 32-43.
Pike, Steven.2008..Destination Marketing: an Integrated marketing communication
approach.Butterworth-Heinemann.Oxford
Prentice, Richard and Andersen, Vivien. 2003. Festival as Creative Destination.
Annal Tourism Research. Vol.30.No 1.pp 7 -30
Power, John; Haberlin,David; Foley,Anthony.2005. Developing The Positioning of The Irish Rural Tourism Product – The Role of Image and Market Focus. Paper Presented at the Tourism & Hospitality Research in Ireland: Exploring the Issues Conferences – University of Ulster 14 th – 15th June 2005
Reisinger,Yvette. 2009. International Tourism:Cultures and Behaviours. UK:Elsevier Ltd.
Ritchie, J.R, and Crouch, Geoffry I. 2010 A Model of destination Competitiveness/Sustainability: Brazilian perspectives, Revista de Administracao Publica.Vol. 44, No., pp: 1049-66.
Sainaghi, Rugerro;Canali,Silvia.2011. Exploring The Effects of Destination’s
Posisioning on Hotel’s Performance: The Milan Case.Tourismos: An