• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Anak Pelaku Tindak Pidana

1. Pengertian Anak

Anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

Lebih lanjut dikatakan bahwa anak adalah tunas, potensi ,dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan1.oleh karena itu agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab .

Menurut penulis, agar anak dapat tumbuh secara optimal, Perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi.2 Bahwa diskriminasi itu memang tidak diperbolehkan agar pertumbuhan psikis anak tidak terganggu.

1 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, ed. ke-1, Akademika Pressindo, Jakarta, 2005. hlm 15

2 M Nasir Djamil 2013 Anak Bukan Untuk Dihukum, Jakarta Sinar grafika hal 8

(2)

Dalam peraturan perundang-undangan maupun pendapat sarjana mengenai hal ini. Berdasarkan ketentuan Pasal 330 KUHPerdata dapat kita lihat pengertian mengenai belum dewasanya seseorang yang identik dengan pengertian anak yaitu “belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan tidak lebih dulu telah kawin”.3

Bahwa di dalam peraturan perundangan sudah dijelaskan sedemikian rupa seorang dikatakan anak yakni seseorang yang belum dewasa dan belum mencapai 21 tahun.Pengertian Anak Menurut Undang- Undang No 3 Tahun 1979 tentang Pengadilan Anak Yang Telah Diganti Dengan Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak yaitu anak yang telah berumur 12 tahun tetapi belum berumur 18 tahun, dan membedakan anak yang terlibat dalam suatu tindak pidana dalam tiga kategori :

a. Dalam Pasal 1 angka 3 disebutkan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut dengan anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.

b. Dalam Pasal 1 angka 4 disebutkan bahwa anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut anak korban adalah anak yang berlum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana

c. Dalam Pasal 1 angka 5 disebutkan bahwa anak yang menjadi sanksi tindak pidana yang selanjutnya disebut anak saksi adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan

3Melihat Pasal 330 KUHPerdata “Bahwa di dalam peraturan perundangan sudah dijelaskan sedemikian rupa seorang dikatakan anak yakni seseorang yang belum dewasa dan belum mencapai 21 tahun”

(3)

17

dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri.4

2. Pengertian Anak dibawah Umur

Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

Anak merupakan tunas sumber potensi dan generasi muda penerus perjuangan cita-cita bangsa dimasa yang akan datang nantinya, oleh karna itu harus kita jaga dan kita lindungi dari perbuatan buruk .

Definisi anak sendiri terdapat banyak pengertiannya, pengertian tersebut terdiri dari beberapa peraturan yang berlaku di Indonesia, diantaranya yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Dalam Pasal 1 butir 1 undang-undang ini pengertian anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sehingga anak yang belum dilahirkan dan masih di dalam kandungan ibu menurut undang-undang ini telah mendapatkan suatu perlindungan hukum.

Selain terdapat pengertian anak, dalam undang- undang ini terdapat pengertian mengenai anak telantar, anak yang menyandang cacat, anak yang memiliki keunggulan, anak angkat dan anak asuh.

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak Definisi anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah berumur 8 (delapan) tahun, tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin (Pasal 1 ayat (1) ) Sedangkan dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini menyebutkan bahwa batasan umur anak nakal yang dapat diajukan ke sidang anak adalah anak yang sekurangkurangnya 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Dalam Pasal 1 ayat (2) undang-undang ini anak didefinisikan

4 Pasal 1, Undang-Undang No 3 Tahun 1979 tentang Pengadilan Anak Yang Telah Diganti Dengan Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak

(4)

sebagai seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin.

4. Konvensi PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) Dalam Konvensi PBB yang di tanda tangani oleh Pemerintah Republik Indonesia tanggal 1990 di katakan batasan umur anak adalah di bawah umur 18 (delapan belas) tahun).

Peraturan perundang-undangan di Indonesia memang tidak seragam dalam menentukan bagaimanakah dapat dikatakan sebagai anak, akan tetapi dalam setiap perbedaan pemahaman tersebut, tergantung situasi dan kondisi dalam pandangan yang mana yang akan dipersoalkan nantinya. Pengertian anak memiliki arti yang sangat luas, anak di kategorikan menjadi beberapa kelompok usia.

Menurut penulis, pada masa ini pula perkembangan anak dapat berkembang dengan cepat dalam segala bidang baik itu perubahan tubuh, perasaan, kecerdasan, sikap sosial dan kepribadian.5 Bahwa di usia anak itu regenerasi sel otak tumbuh dan berkembang secara cepat sehingga anak dapat meniru gaya orang dewasa.

Sedangkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pengertian perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan mrtabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

5 Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, jakarta 2000 hlm: 2-3.

(5)

19

Dalam Undang-Undang ini pula diatur mengenai perlindungan anak yang dalam suatu tindak pidana kesusilaan sebagai seorang korban ataupun pelakunya, hal ini di tegaskan dalam Pasal 17 ayat (2) yang berbunyi:setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan

1) Tindak Pidana Oleh Anak

Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. Pasal 1(3) UU no 11 tahun 201, anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12( dua belas ) tahun, tetapi belum berumur 18 ( delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Anak yang menjadi Korban Tindak Pidana yang selanjutnya disebut anak korban adalah anak yang belum berumur 18 ( delapan belas ) tahun yang mengalami penderitaan fisik, moral, mental atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.

Anak yang menjadi saksi tindak pidana yang selanjutnya disebut anak saksi adalah anak yang belum berumur 18 ( delapan belas ) tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri.

2) Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana

(6)

Arif Gosita menulis, bahwa perlindungan anak adalah suatu usaha yang mengadakan kondisi dimana setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajiban. Maka perlindungan anak harus diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Oleh karena itu untuk mengetahui adanya, terjadinya perlindungan anak yang baik atau buruk, tepat atau tidak tepat, maka harus diperhatikan fenomena yang relevan, yang mempuyai peran penting dalam terjadinya kegiatan perlindungan anak. Pada dasarnya usaha perlindungan anak terdapat dalam berbagai bidang kehidupan untuk kepentingan anak dan mempunyai dampak positif pada orang tua. 6 Bahwa dapat disimpulkan adanya perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu keadilan dalam suatu masyarakat.

Harus diperjuangkan agar asas- asas perlindungan anak diperjuangkan dan dipertahankan sebagai landasan semua kegiatan yang menyangkut pelayanan anak secara langsung atau tidak langsung demi perlakuan adil kesejahteraan anak.Terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 menggunakan istilah “anak nakal”.

Sehubungan dengan perlindungan terhadap anak nakal, maka menurut undang-undang ini tidak selalu anak pelaku tindak pidana harus mendapatkan hukuman penjara. Sebagaimana ditegaskan pada Pasal 24 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997, bahwa tindakan yang dapat

6 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, ed. ke-1, Akademika Pressindo, Jakarta, 2005. hlm 12

(7)

21

dijatuhkan kepada anak nakal, berupa pengembalian kepada orang tua, wali/orang tua asuh.

Pasal 59 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dinyatakan bahwa: “Pemerintah dan Lembaga negara lainnya wajib memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang tereksploitasi secara ekonomi dan atau seksual, anak yang diperdagangkan.

Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya, anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran.Salah satu poin Pasal tersebut menyebut tentang anak yang berhadapan dengan hukum.

Asumsi setiap orang jika mendengar kata anak yang berhadapan dengan hukum seolah terkooptasi pada pemahaman anak yang menjadi pelaku tindak pidana. Padahal telah dinyatakan secara tegas dalam Pasal 64 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tersebut bahwa Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 meliputi anak yang berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak pidana. Perlindungan

(8)

khusus terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dilaksanakan melalui:

1) Perlakuan atas anak secara menusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak anak.

2) Penyediaan Petugas Pendamping sejak dini.

3) Penyediaan sarana dan prasarana khusus.

4) Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak.

5) Pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak yang berhadapan dengan hukum.

6) Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orangtua atau keluarga.

7) Perlindungan dari pemberian identitas melalui media masa untuk menghindari labelisasi.

Sistem Peradilan Pidana Anak (Juvenile Justice System) adalah segala unsur sistem peradilan pidana yang terkait di dalam penanganan kasus-kasus kenakalan anak. Pertama, polisi sebagai institusi formal ketika anak nakal pertama kali bersentuhan dengan sistem peradilan, yang juga akan menentukan apakah anak akan dibebaskan atau diproses lebih lanjut.

Kedua, jaksa dan lembaga pembebasan bersyarat yang juga akan menentukan apakah anak akan dibebaskan atau diproses ke pengadilan anak. Ketiga, Pengadilan Anak, tahapan ketika anak akan ditempatkan dalam pilihan-pilihan, mulai dari dibebaskan sampai dimasukkan dalam institusi penghukuman.

(9)

16

Yang terakhir, institusi penghukuman Ada 2 (dua) kategori perilaku anak yang membuat ia berhadapan dengan hukum, yaitu:

a. Status Offender adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan, seperti tidak menurut, membolos sekolah atau kabur dari rumah;

b. Juvenile Delinquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum.7 Dari beberapa pengertian penghukuman terhadap anak yang melanggar hukum disimpulkanpengenaan atau pemberian penderitaan kepada anak dapat dikatakan sebagai pelanggaran.

Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak ditegakkannya demi mencapai kesejahteraan anak dengan berdasar prinsip kepentingan terbaik bagi anak. Dengan kata lain, Sistem Peradilan Pidana Anak berdasarkan pada perlindungan anak dan pemenuhan hak-hak anak (protection child and fullfilment child rights based approuch).

B.Tinjauan Umum Tentang Sistem Pembinaan Pemasyarakatan di Indonesia Menurut sudarto dalam Suryobroto, istilah permasyarakatan yaitu sebagai berikut:

“istilah pemasyarakatan dapat disamakan dengan “resosialisasi” dengan pengertian bahwa segala sesuatunya ditempatkan dalam tata budaya Indonesia, dengan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat Indonesia. Istilah yang digunakan itu sebenanya tidak begitu penting, kita tidak boleh terlalu terpancing kepada istilah. Dalam hal ini yang penting ialah pelaksanaan dari prinsip-prinsip pemasyarakatan itu sendiri,

(10)

kenyataannya dan bagaimanakah hasilnya.”9

Mengenai pengertian resosialisasi Roeslan Saleh menyatakan bahwa suatu proses interkasi antara narapidana, petugas lembaga pemasyarakatan dan masyarakat, ke dalam proses interkasi dimana termasuk mengubah sistem nilai- nilai dari pada narapidana, sehingga ia akan dapat dengan baik dan efektif beradaptasi norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.10

Jelas inti dari proses resosialisasi ini adalah mengubah tingkah laku narapidana agar sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dengan mengembangkan pengetahuan. Kemampuan dan motivasi narapidana sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna.

Pemasyarakatan adalah suatu proses, proses therapeuntie dimana si narapidana pada waktu masuk Lembaga Pemasyarakatan berada dalam keadaan tidak harmonis dengan masyarakat sekitarnya, mempunyai hubungan yang negatif dengan masyarakat. Sejauh itu narapidana lalu mengalami pembinaan yang tidak lepas dari unsurunsur lain dalam masyarakat yang bersangkutan tersebut, sehingga pada akhirnya narapidana dengan masyarakat sekelilingnya merupakan suatu keutuhan dan keserasian hidup dan penghidupan, tersembuhkan dari segi- segi yang merugikan (negatif).

Kemudian Bambang Poernomo memberikan batasan sistem pemasyarakatan Indonesia sebagai berikut:

9 Suryobroto, B. (1972), Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan, Departemen Kehakiman RI, Jakarta, hal. 34

10Roeslan Saleh, (1983), Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Pidana, Jakarta:

Centara, hal.62

(11)

18

Merupakan proses pemidanaan yang memperlihatkan kegiatan dengan pendekatan sistem dan upaya untuk memasyarakatkan kembali narapidana yang diakui sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Titik pusat kegiatan pemasyarakatan tertuju pada pembinaan serta bimbingan pribadi setiap orang yang menjadi narapidana agar menjadi warga masyarakat yang baik.11

Proses penegakan hukum sangat berkaitan erat dengan eksistensi dari pemasyarakatan. Pemasyarakatan sebagai salah satu penyenggara Negara yang mempunyai tugas dan fungsi dalam proses penegakan hukum. Eksistensi Pemasyarakatan sebagai instansi penegakan hukum telah secara tegas dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Dalam Pasal 1 Ayat (1) adalah “Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana”.

Sedangakan dalam Pasal 1 butir 2 Bab I Ketentuan Umum Undang- Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan yang dimaksud dengan sistem pemasyaraktan adalah:

Suatau tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dimaksud dengan sistem pemasyarakatan adalah;

Suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Negara Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilandaskan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif

11 Bambang Poernomo, (1984), Pertumbuhan Hukum Pidana Penyimpangan Diluar Kodifikasi Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta

(12)

warga yang baik dan bertanggung jawab.

Tujuan diselenggarakanya sistem Pemasayarakatan Pasal 2 Undang- Undang 12 Tahun 1995 adalah dalam rangka membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima oleh masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sabagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab, memberikan jaminan hak asasi tahanan yang ditahan di Rumah Tahanan Negara dan Cabang Rumah Tahanan Negara dalam rangka mempelancar proses penyelidikan, penunututan dan pemeriksaan di sidang pengadilan, memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan / para pihak berperkara serta keselamatan dan keamanan benda-benda yang dinyatakan dirampas untuk Negara berdasarkan putusan pengadilan.

Fungsi sistem pemasyarakatan yaitu menyiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan lagi sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab. Yang dimaksud dengan “berintegrasi dengan sehat” adalah pemulihan kesatuan hubungan Warga Binaan Pemasyarakatan dengan masyarakat.

Selain itu, dalam Pasal 8 ayat (1) juga menyatakan bahwa:

Petugas pemasyarakatan merupakan pejabat fungsional penegak hukum yang melaksanakan tugas di bidang pembinaan, pengamanan, dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan.

(13)

20

Adapun fungsi pemasyarakatan menurut Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.M.H./05OT.01.01 Tahun 2011 Pasal 3 Melakukan pembinaan narapidana/anak didik;

1. Memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelolah hasil kerja;

2. Memberikan bimbingan social/kerohanian narapidana/anak didik;

3. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib Lembaga Pemasyarakatan;

4. Melakukan urusan tata usaha rumah tangga.

Mewujudkan pelaksanaan pidana yang efektif dan efesien, maka Lembaga Pemasyarakatan dibagi kedalam beberapa kelompok, yaitu:

1. Menurut Usia

a. Lembaga Pemasyarakatan untuk anak.

b. Lembaga Pemasyarakatan untuk pemuda.

c. Lembaga Pemasyarakatan untuk dewasa.

2. Menurut Jenis Kelamin

a. Lembaga Pemasyarakatan khusus wanita.

b. Lembaga Pemasyarakatan khusus laki-laki.

3. Menurut Kapasitasnya

a. Lembaga Pemasyarakatan Kelas I.

b. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.

c. Lembaga Pemasyarakatan Kelas III.12

C. Tinjauan Umum Tentang Tugas dan Wewenang Balai Pemasyarakatan (BAPAS)

1. Tugas Balai Pemasyarakatan (BAPAS)

Sistem Pemasyarakatan perlu melakukan penguatan kapasitas dari Bapas sebagai organisasi, terkait dengan perencanaan dan penganggarannya, serta penguatan kapasitas dari sumber daya

12 Istianah, (2000), “Pelaksanaan Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo”Skripsi Fakultas Hukum UNS,Surakarta, hal. 21

(14)

adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan fungsi penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan.

Balai Pemasyarakatan (BAPAS) sendiri mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan sebagian dari tugas pokok Direktoral Jendral Pemasyarakatan dalam menyelenggarakan pembimbingan klien pemasyarakatan di daerah. Bentuk dari bimbingan yang diberikan bermacam-macam, mulai dari pemberian pembinaan tentang agama, keterampilan, sampai pada pembinaan kepribadian. Bimbingan ini diberikan dengan tujuan agar klien dapat hidup dengan baik didalam masyarakat dan memberikan motivasi agar dapat memperbaiki diri sendiri dan tidak mengulangi tindak kejahatan.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa Balai Pemasyarakatan merupakan salah satu unit yang berada diluar lembaga pemasyarakatan dimana tugas dan fungsinya ialah melakukan pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap klien pemasyarakatan yang terdiri dari terpidana bersyarat (dewasa dan anak), narapidana yang mendapat pembebasan bersyarat dan cuti menjelang bebas, serta Anak Negara yang mendapat pembebasan bersyarat atau diserahkan kepada keluarga asuh.

(15)

22

2. Wewenang Balai Pemasyarakatan (BAPAS)

Dalam hal ini setiap petugas harus mengerti dan dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing.

Oleh karena itu penerapan organisasi Balai Pemasyarakatan telah diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam struktur organisasi Balai Pemasyarakatan dibedakan dengan klasifikasi berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: 75/4/Kep/11/1966 tentang Struktur Organisasi dan Tugas-tugas Departemen Kehakiman, dibentuk Direktorat Bispa (Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak) dan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.05.PR.07.03 Tahun 1997 menghapus Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA) menjadi Balai Pemasyarakatan (BAPAS).

Pejabat yang melaksanakan perawatan tahanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berwenang:

• melakukan penerimaan, pendaftaran, penempatan dan pengeluaran tahanan;

• mengatur tata tertib dan pengamanan RUTAN/Cabang RUTAN; c.

melakukan pelayanan dan pengawasan;

• menjatuhkan dan memberikan hukuman disiplin bagi tahanan yang melanggar Peraturan Tata Tertib.13

13 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1999 Tentang Syarat-Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas Dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan

(16)

Landasan yuridis yang dipakai sebagai landasan hukum pihak Lembaga Pemasyarakatan khususnya Anak yang dalam pelaksanaannya untuk memenuhi pembinaan dan pendidikan Anak Didik Lapas Anak dalam Haknya adalah :

1. Undang Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pada Bab III mengenai Hak dan Kewajiban Anak pada pasal 9 menjelaskan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Jadi meskipun mereka berada di Lapas maka mereka harus tetap merasakan pendidikan sebagai bekal setelah mereka keluar dari Lapas Anak.

2. PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan.

Pada pasal 17 ayat (1) PP No.31 Tahun 1999 menentukan bahwa Pembinaan Anak Pidana dilaksanakan dengan beberapa tahap pembinaan.

Sebagaimana dimaksud pada pasal 1 terdiri atas 3 tahap pembinaan, yaitu:

a) Tahap Awal, b) Tahap Lanjutan, c) tahap akhir. Berdasarkan pasal 19 PP No. 31 Tahun 1999 menentukan:

a. Pembinaan tahap awal sebagaimana dimaksud pasal 17 ayat (2) huruf a, meliputi:

1) Masa pengamatan, pengenalan, dan penelitian lingkungan, paling lama satu bulan

2) Perencanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian

(17)

24

3) Pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian 4) Penilaian pelaksanaan program pembinaan tahap awal.

b. Pembinaan tahap lanjutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (2) huruf b meliputi:

1) Perencanaan program pembinaan lanjutan.

2) Pelaksanaan program pembinaan lanjutan.

3) Penilaian pelaksanaan program pembinaan lanjutan.

4) Perencanaan dan pelaksanaan program asimilasi.

c. Pembinaan tahap akhir sebagaimana dimaksud pasal 17 ayat (2) huruf c meliputi:

1) Perencanaan program integrasi.

2) Pelaksanaan program integrasi.

3) Pengakhiran pelaksanaan pembinaan tahap akhir.

d. Pentahapan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3) ditetapkan melalui sidang Tim Pengamat Permasyarakatan.

e. Dalam Sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) Kepala Lapas Anak wajib memperhatikan Litmas.

f. Ketentuan mengenai bentuk dan jenis kegiatan program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (3) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.

Berdasarkan pasal 59 PP No.31 Tahun 1999, Pembinaan Anak Pidana Berakhir apabila Anak Pidana yang bersangkutan:

1. Masa pidananya telah habis

(18)

3. Memperoleh cuti menjelang bebas 4. Meninggal dunia

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil olahan data koefisien regresi dengan menggunakan komputerisasi program SPSS maka diperoleh hasil untuk kelima dimensi kualitas pelayanan semuanya

U radu su obrađene: osnove fiziologije boli, djelovanje opioidnih analgetika na staničnoj razini, regulatorni zahtjevi za razvoj novih neparenteralnih oblika

Untuk tumor jinak, keluhan biasanya mulai timbul bila terjadi peningkatan ukuran tumor yang menyebabkan terjadinya penekanan struktur mediastinum, sedangkan tumor ganas

5.3.4 UPH harus memiliki daftar nilai konservasi tinggi yang diidentifikasi dalam SPH, beserta bukti yang menunjukkan bahwa tindakan pencegahan telah dilakukan

Hasil kajian kelayakan teknis menunjukkan bahwa potensi bitumen padat sebagai bahan baku BBM sintetis akan menghasilkan perolehan minyak yang lebih tinggi jika umpan yang

Pertunjukan tayub biasanya dipandu oleh seorang pengarih, tetapi apabila pertunjukan itu melibatkan beberapa orang joged (biasanya lebih dari empat orang joged) maka

yang mempunyai nilai PPW terbesar di kecamatan ini adalah jahe. Di Kecamatan Jatiyoso ini terdapat jenis tanah litosol coklat merah yang potensial untuk