• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT BERBASIS MASJID DENGAN PENDEKATAN PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH, INFAK DAN SEDEKAH (ZIS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT BERBASIS MASJID DENGAN PENDEKATAN PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH, INFAK DAN SEDEKAH (ZIS)"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

FAJRIANI REZKY APRILIA. S 105741100516

JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2020

(2)

ii

HALAMAN JUDUL

PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT BERBASIS MASJID DENGAN PENDEKATAN PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH,

INFAK DAN SEDEKAH

(Studi Kasus Pada Masjid Besar Limbung Kab. Gowa)

Oleh

FAJRIANI REZKY APRILIA. S NIM 105741100516

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Strata 1 Ekonomi Islam

JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2020

(3)

iii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil‟alamin, atas Ridho dan Rahmat Allah SWT, Skripsi ini dapat terselesaikan. Sebuah Karya Tulis Ilmiah sederhana ini penulis persembahkan kepada :

1. Orang tua tercinta bapak Almarhum Abd. Salam dan Ibu Almarhuma Nurhayati, atas segala pengorbanan, doa, dukungan moral dan materi serta curahan kasih sayang yang tak terhingga.

2. Saudara-saudara saya Almarhum Faisal Salam, Faridah Arisanti Salam dan Ferawati salam atas segala doa, dukungan dan kasih sayang.

3. Akbar, S.E yang senantiasa mengingatkan dan memberi semangat.

4. Sahabat sahabat ber-8, Nabila, Lisa, Sabir, Ansar dan Adi yang selalu mendukung dan menemani dikala bahagia dan duka.

5. Teman-teman Ekonomi Islam 2016 yang selalu berjalan beriringan.

6. Untuk Almamater Universitas Muhammadiyah Makassar.

MOTTO

“Kegagalan adalah berpeluang untuk menjadi lebih baik”

(4)

iv

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra lt. 7 Telp. (0411)-866972 Makassar

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : “Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid Dengan Pendekatan Pengelolaan Zakat Fitrah, Infak dan Sedekah (Studi Kasus Pada Masjid Besar Limbung Kab. Gowa)”

Nama : Fajriani Rezky Aprilia. S No. Stambuk/NIM : 105741100516

Program studi : Ekonomi Islam Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis

Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Telah mengikuti seminar ujian hasil pada hari selasa, 27 Oktober 2020

Makassar, 28 Oktober 2020

Menyetujui,

Pembimbing I,

Dr. H. Andi Rustam, SE., MM. Ak. CA. CPA NIDN: 0909096703

Pembimbing II,

Linda Arisanti Razak, SE., M.Si. Ak. CA NIDN: 0920067702

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ekonomi Islam

Agusdiwana Suarni, S.E.,M.Acc NBM: 1005 987

(5)

v

HALAMAN PENGESAHAN

(6)

vi

SURAT PERNYATAAN

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat serta dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid dengan Pendekatan Pengelolaan Zakat Fitrah, Infak dan Sedekah (Studi Kasus pada Masjid Besar Limbung Kab. Gowa)”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Bapak Abd. Salam. S dan Ibu Nurhayati yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian kasih sayang dan doa tulus tak pamrih dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini, serta seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan didunia dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE.,MM, Dekan Fakultas Eknomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Agusdiwana Suarni, SE., M.ACC selaku Ketua Program Studi Ekonomi Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

viii

4. Bapak Dr. H. Andi Rustam, SE., MM. Ak. CA. CPA selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.

5. Ibu Linda Arisanti Razak, SE., M.Si. Ak. CA selaku pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak / Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Islam Angkatan 2016 beserta teman-teman yang lainnya yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khaerat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar, 12 Oktober 2020

Fajriani Rezky Aprilia. S

(9)

ix

ABSTRAK

FAJRIANI REZKY APRILIA. S. 2020, Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid dengan Pendekatan Pengelolaan Zakat Infaq, dan Sedekah (ZIS) (Studi Kasus Pada Masjid Besar Limbung Kab. Gowa), Skripsi Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bimbing oleh Pembimbing I H. Andi Rustam dan Pembimbing II Linda Arisanti Razak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran Masjid Besar Limbung Kabupaten Gowa dalam pemberdayaan ekonomi umat dengan pendekatan pengelolaan zakat fitrah, infaq dan sedekah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari dan memahami secara langsung tentang latar belakang secara keseluruhan.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi, Wawancara dan Studi Dokumen yang dimana penulis melihat langsung keadaan dilapangan. Adapun Teknik Analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa mengambil data terlebih dahulu kemudian data diproses, disederhanakan dan pemfokusan data. Data yang diolah merupakan hasil wawancara dengan Unit Pengelola Zakat, muzakki dan mustahiq.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan penulis adalah dalam mengelola zakat, Badan Amil Zakat Masjid Besar Limbung sudah sangat efektif, akan tetapi belum memiliki model pengukuran, pengawasan dan pelaksanaan dalam memberdayakan dana dengan jelas sehingga belum bisa merumuskan strategi pemanfaatan zakat yang berdayaguna dan guna berhasil mengembangkan potensi ummat untuk diberdayakan secara optimal.

Kata Kunci : Badan Amil, Zakat, Ekonomi Umat.

(10)

x

ABSTRACT

FAJRIANI REZKY APRILIA. S.2020, Mosque-based Public Economic

Empowerment with The Management Approach Of Zakat Fitrah, Infaq and Alms (Case Study at the Limbung Grand Mosque, Gowa Regency), Thesis of Islamic Economics Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I H. Andi Rustam and Supervisor II Linda Arisanti Razak.

This study aims to determine the role of the Limbung Grand Mosque in Gowa Regency in empowering the economy of the Ummah with the zakat fitrah, infaq and alms management approach. This type of research used in research is field research (Field Research), namely research that aims to study and understand directly about the background as a whole.

Data collection methods used in this research are observation, interview and document study where the writer sees directly the situation in the field. The analysis technique used in this research is taking the data first, then the data is processed, simplified and data focusing. The processed data is the result of interviews with the Zakat Management Unit, muzakki and mustahiq.

Based on the research results obtained by the author is in managing zakat, the Limbung Great Mosque Amil Zakat Agency is very effective, but does not yet have a measurement, supervision and implementation model in clearly empowering funds so that it cannot formulate a strategy tp use zakat that is effective and to succesfully develop potential the ummah to be optimally empowered.

Keywords:Amil Agency, Zakat, Public Economy.

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL...i

HALAMAN JUDUL...ii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iii

HALAMAN PERSETUJUAN...iv

HALAMAN PENGESAHAN...v

HALAMAN PERNYATAAN...vi

KATA PENGANTAR...vii

ABSTRAK BAHASA INDONESIA...ix

ABSTRACT...x

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL...xiv

DAFTAR GAMBAR...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...6

C. Tujuan Penelitian...7

D. Manfaat Penelitian...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori...9

1. Teori Enterprise Syariah...9

2. Pemberdayaan Umat...10

3. Peran dan Fungsi Masjid...17

4. Pengelolaan Zakat...22

(12)

xii

5. Konsep Pengelolaan Zakat Untuk Pemberdayaan

Umat...26

B. Tinjauan Empiris...29

C. Kerangka Konsepsional...33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...36

B. Fokus Penelitian...36

C. Lokasi dan Waktu Penelitian...36

D. Sumber Data...37

E. Pengumpulan Data...38

F. Instrumen Penelitian...39

G. Teknik Analisis...40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...43

1. Sejarah Kabupaten Gowa ...43

2. Letak Geografis Kabupaten Gowa...43

3. Masjid Besar Limbung Kabupaten Gowa ...44

B. Hasil Penelitian...52

1. Deskriptif Karakteristik Informan Penelitian...52

2. Pengelolaan Dana Zakat pada Masjid Besar Limbung...53

3. Peran Badan Amil Zakat Masjid Besar Limbung dalam Pemberdayaan Umat ...57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...68

B. Saran ...69

(13)

xiii

DAFTAR PUSTAKA...71 DAFTAR LAMPIRAN ...73

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Empiris 30

Tabel 3.1 Informan Penelitian 42

Tabel 4.1 Sarana dan Prasana 47

Tabel 4.2 Identitas Informan 52

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pikir 34

Gambar 2.2 Kerangka Konsep 35

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara 74

2. Dokumentasi Wawancara 84

3. Rekomendasi Penelitian 87

4. Biografi Penulis 90

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Kemiskinan ialah suatu permasalahan disetiap negeri atau negara yang berpenduduk. Keberhasilan pembangunan suatu negara selalu dikaitkan dengan seberapa besar angka kemiskinan berhasil ditekan. Metode konsep miskin suatu daerah berbeda dengan lainnya, dengan kata lain penduduk kategori miskin di negara berkembang akan berbeda dengan kelompok kategori miskin di negara maju. Hal ini telah disebabkan karena tinggi rendahnya tingkat kemiskinan sangat berkaitan dengan konsep pengukuran dan indikator yang digunakan sehingga definisi miskin sangat relatif. (Dahlan, 2018)

Masalah persoalan kemiskinan, seluruh umat menjadi sebuah tanggung jawab diluar dari kemampuan negara maupun pemerintah. Kemiskinan dapat terjadi karena adanya kesenjangan antara golongan kaya dan golongan miskin (kurang mampu) sehingga penumpukan harta hanya pada golongan tertentu saja, tidak terdapat pemerataan dan distribusi kekayaan. Dalam menangani kesenjangan tersebut, Islam mengenal konsep zakat, dimana merupakan kewajiban tiap umat Islam bagian dari zakat yang mempunyai harta dalam nishab telah ditetapkan dan telah memenuhi haul. Adanya zakat memungkinkan terjadinya transfer atau perpanjangan pendapatan antara golongan kaya dan golongan miskin. Agar tujuan zakat dapat tercapai maka zakat perlu dikelola secara baik dan secara profersional dan cekatan karena melibatkan dana umat yang peruntukannya sudah di tentukan.(Dahlan, 2018)

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At – Taubah ayat 103 :

(18)

ِّلَص َو اَهِب ْمِهيِّك َزُت َو ْمُه ُرِّهَطُت ًةَقَدَص ْمِهِلا َو ْمَأ ْن ِم ْذُخ ٌميِلَع ٌعي ِمَس ُ َّاللَّ َو ۗ ْمُهَل ٌنَكَس َكَت َلََص َّنِإ ۖ ْمِهْيَلَع

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka, sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.(Q.S At-Taubah / 103:9). (RI, 2007)

Rukun Islam yang ketiga ialah merupakan yang wajib dilaksanakan setiap muslim adalah zakat. Hal itu telah dinyatakan bahwa yang dikeluarkan kepada berhak menerima zakat atau (mustahik) merupakan simbol dari sesuatu hak Allah. Secara dalam ilmu fikih, sebagaimana yang telah terpaparkan dalam Ijma Ulama, Sunnah Rasul dan Al-Qur‟an, zakat merupakan sebuah harta ditetapkan yang diharuskan oleh Allah SWT untuk diberikan terhadap orang yang lebih berhak. Zakat telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai hukum yang wajib (Alam, 2018)

Dalam penyaluran zakat telah ditegaskan secara jelas dan diatur dimana kaum mustahik, fakir miskin, mualaf, amil memberdayakan budak dan orang yang memiliki hutang, merupakan dimana wajib menerima zakat. Dari sisi penerima zakat dapat kita simpulkan bahwa dengan adanya zakat, berperan sebagai pemerataan kegiatan ekonomi agar para kaum miskin atau golongan kurang mampu semakin mengalami kehidupan yang sejahtera dalam pola kehidupannya setiap hari dan dapat berubah menjadi kaum muzakki di hari kemudian nanti. (Alam, 2018)

Kaum muslimin dan muslimah sesuatu keharusan yang wajib dilakukan dan dilaksanakan segera mungkin adalah membayar zakat. Karena hal ini

(19)

merupakan bagian dari rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh tiap manusia yang mengakui dirinya sebagai umat muslim. Suatu ibadah merupakan ibadah yang paling mencorak di masyarakat ialah zakat. Oleh karena itu zakat biasa dikatakan sebagai ibadah, yaitu amaliyah ijtimaiyah yang artinya ibadah kebendaan yang ditujukan dalam kemasyarakatan. Sebagai ibadah perintah zakat disamping, juga memiliki guna sosial. Oleh itu, karena zakat biasa dikatakan juga sebagai ibadah khossoh.

Agama Islam sangat mengangkat tinggi derajat dan sangat memperhatikan dalam mengatasi kemiskinan yaitu salah satunya ialah zakat beserta cara mengelolanya. Islam sungguh mempunyai pola gambar yang sangat kreatif dan idealisme untuk membangitkan ekonomi di dalam keadaan kesenjangan sosial pada lingkungan sekitar masyarakat. Kehadiran zakat yang diharuskan untuk golongan yang kaya atau golongan yang mampu agar kiranya menyisihkan hartanya sebagian kecil untuk yang golongan miskin dan beserta golongan lainnya yang kapasitasnya kurang mampu. Zakat yang memiliki kaidah- kaidah realigi ekonomi yang berkait erat dengan aturan kebijaksanaan pemerataan untuk meraih kehidupan yang adil dan sosial. (Abdoeh, 2019)

Sangat begitu penting zakat dan organisasi yang mengelolanya di negara yang penduduknya muslim dikarenakan peran yang sangat amat luas bagi perkembangan dan bertumbuhnya perekonomian salah satunya di Indonesia.

Karena hal itu kemampuan shadaqah, zakat infaq dan waqaf yang sangat berpengaruh di Indonesia. Peran zakat juga dapat berpengaruh bagi pemberdayaan masyarakat (umat) agar hidup bisa menjadi sejahtera dan tidak ada yang merasa terzolimi. Zakat hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat agar kehidupan menjadi adil dan makmur bagi setiap insan. Pengelolaan zakat

(20)

bukan hanya ada pada lembaga-lembaga tertentu seperti BAZNAS dan LAZIS, akan tetapi zakat juga dapat dikelola melalui masjid dalam memberdayakan umat (masyarakat). Masjid yang awalnya dijadikan sebagai tempat beribadah namun masjid juga dapat menjadi sarana pemberdayaan umat (masyarakat).(Susilayati, 2016)

Masjid mempunyai fungsi dalam kehidupan masyarakat Islam yang sangat strategis. Bukan hanya itu saja, selain tempat ibadah , masjid juga berguna untuk wadah membina umat secara terang-terangan. Masjid hanya bukan difungsikan untuk melakukan pelaksanaan ibadah saja, seperti sholat jamaah, berdo‟a, berdzikir, dan membaca Al-Qur‟an akan tetapi terdapat juga berfungsi untuk melakukan kegiatan – kegiatan yang sifatnya keagamaan sosial dalam berupaya mensejahterakan masyarakat. Keberadaan masjid saat ini bahkan sangat menjadi berguna terkhususkan dalam pemberdayaan umat atau kaum Islam untuk setiap kaidah kehidupannya . (Ade Iwan Ridwanullah, 2018)

Sejarah telah menunjukkan bahwa Nabi baginda Muhammad SAW memprioritaskan membuat sebuah masjid sebagai tindakan pertama dari niat- Nya menciptakan umat madani dan berintelektual. Bentuk dari masjid saat pada zaman itu terbukti bahwa bukan hanya saja sebagai wadah untuk shalat saja atau tempat bermusyawarah suatu kelompok golongan tertentu, akan tetapi masjid juga menjadi wadah pusat menyeluruh kegiatan umat, yaitu pusat berpendidikan, sosial, budaya, berpolitik dan berekonomi. Berlandaskan sifat tauladan Rasulullah, masjid menjadi hal pertama dalam membina masyarakat muslim. Hal ini membuktikan dalam agama Islam bahwa masjid menjadi wadah yang tergolong penting didalam peembinaan diri secara kepribadian khusunya dan kaum muslim seperti biasanya.

(21)

Peranan masjid untuk perkembangan kaum sangat penting dan sensitif dengan kehadiran pentingnya masjid bagi kehidupan Islam didalam dunianya, agama Islam di Indonesia ditandakan dengan adanya peningkatan jumlah keberadaan masjid dan mushollah. Masjid memiliki fungsi dalam meningkatkan kualitas kesejahteraan manusia sangatlah penting. Masjid harus menjadi tempat pemberdayaan dan pengembangan masyarakat (umat). Masjid sangat diharapkan bisa dijadikan sentral semua aktivitas umat, baik yang resmi maupun yang non resmi.

Bentuk pemberdayaan bisa diterapkan sebagai proses melupakan keadaan atau situasi tidak mampu, keterkucilkan, tidak berdaya dan sesuatu hal yang berkait dengan ketidakmampuan. Dari arti kata tersebut diatas, pemberdayaan bisa termaknai bahwa memberdayakan dari yang sama sekali tidak mampu menjadi mampu atau memberdayakan dari yang lemah menjadi kuat. Kegiatan pemberdayaan umat berbasiskan masjid dapat ditandai sebagai aktivitas masjid sebagai power utama yang berpusat pada sumbangsi jamaah dan pengelola atau kepengurusan masjid yang telah sukses sebagai lambang destinasi realigi disuatu daerah yang bisa menjadi cendekiawan kegiatan pemberdayaan yang berpotensi dalam meningkatkan kesejahteraan (falah), kemandirian dan penigkatan kualitas hidup secara lebih signifikan. (Ade Iwan Ridwanullah, 2018)

Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Desa Limbung, Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa memiliki salah satu masjid yang sudah tua dan masih beroperasi dan masih dilakukan kegiatan ibadah seperti biasanya. Masjid Besar Limbung ini salah satu masjid yang bersejarah bagi perkembangan

(22)

Muhammadiyah di Kelurahan Limbung. Masjid Besar Limbung yang dibangun pada tahun 1952 merupakan kategori masjid Jami.

Masjid Besar Limbung ini adalah salah satu masjid yang terbesar yang dimiliki oleh Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, yang dimana salah satu menjadi pusat kegiatan ibadah bagi masyarakat Bajeng. Selain dijadikan sarana ibadah atau kegiatan ekonomi, ternyata di Masjid Besar Limbung juga berperan sebagai pemberdayaan umat, infaq, sedekah, pemberdayaan zakat serta menginspirasikan aktivitas pendidikan dan juga melaksnakan kegiatan ibadah lainnya.

Realita yang dilihat sekarang, masih banyak masjid yang hanya digunakan sebagai tempat ibadah saja, maka penulis ingin mengetahui pemberdayaan umat dalam pengelolaan zakatnya di sekitar masjid. Dengan hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk penelitian lebih lanjut lagi dengan mengajukan judul penelitian “Pemberdayaan Ekonomi Ummat Berbasis Masjid dengan Pendekatan Pengelolaan Zakat (ZIS) (Studi Kasus Pada Masjid Besar Limbung Kab. Gowa)”.

B. Rumusan Masalah

Berlandaskan latar belakang tersebut yang telah dijelaskan diatas, maka permasalahan yang akan diangkat oleh peneliti dalam penelitiannya yaitu:

“Bagaimana peran Masjid Besar Limbung Kabupaten Gowa dalam pemberdayaan ekonomi umat dengan pendekatan pengelolaan zakat fitrah, infak dan sedekah (zis)”?

(23)

C. Tujuan Penelitian

Berlandaskan pada penjelasan permasalahan yang telah diterapkan diatas, maka peneliti bertujuan untuk mengetahui: “Bagaimana peran Masjid Besar Limbung Kabupaten Gowa dalam pemberdayaan ekonomi umat dengan pendekatan pengelolaan zakat fitrah, infak dan sedekah (zis)”.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, penulis mengharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, antara lain :

1. Manfaat teoritis

Penulis mengharapkan dapat memberikan sumbangsi terhadap teori ekonomi Islam dan hasil penelitian ini diharapkan menjadi dapat menjadi referensi atau pedoman bagi mahasiswa dan peneliti selanjutnya yang ingin mengetahui dan mendalami serta mengembangkan wawasan pengaruh tentang pemberdayaan ekonomi umat berbasis Masjid dalam pendekatan pengelolaan zakat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masjid Besar Limbung Kab. Gowa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi, agar lebih optimal dan lebih baik lagi dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi umat berbasis Masjid sebagai upaya menanggulangi jumlah penyandang masalah kemiskinan di Indonesia.

b. Bagi Penulis

(24)

diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran dalam melakukan proses penelitian yang baik, memperluas wawasan jaringan dan dapat menjadi peneliti yang kredibel.

c. Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan penelitian ini menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi masyarakat luas bahwa program pemberdayaan ekonomi umat berbasis Masjid yang dilakukan oleh Masjid Besar Limbung Kabupaten Gowa dalam rangka bertanggung jawab terhadap pemberdayaan ummat sekitar Masjid serta dalam rangka membantu program pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan kurangnya kesejahteraan di Indonesia.

(25)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Teori Enterprise Syariah

Syariah enterprise theory dicetuskan oleh Triyuwono (2006).

Syariah enterprise theory merupakan enterprise theory yang telah diinternalisasi dengan nilai-nilai Islam guna menghasilkan teori yang transendental dan lebih humanis. Syariah enterprise theory (SET) dikembangkan berdasarkan pada metafora zakat pada dasarnya memiliki karakter keseimbangan. Konseskuensi dari nilai keseimbangan ini menyebabkan SET tidak hanya peduli pada kepentingan individu , tetapi juga pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu SET memiliki kepedulian yang besar pada stakeholders yang luas. Menurut SET, stakeholders meliputi Tuhan, manusia dan alam.

a. Tuhan

Tuhan merupakan pihak paling tinggi dan menjadi satu- satunya tujuan hidup manusia. Dengan menempatkan Tuhan sebagai stakeholders tertinggi, maka tali penghubung tetap bertujuan pada

“membangkitkan kesadaran ke Tuhanan” para penggunanya tetap terjamin. Konsekuensi menetapkan Tuhan sebagai stakeholder tertinggi adalah digunakannya sunnatullah sebagai basis bagi konstruksi.

b. Manusia

(26)

Manusia dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu direct- stakeholders dan indirect-stakeholders. Direct stakeholders adalah pihak-pihak yang secara langsung memberikan kontribusi pada perusahaan, baik dalam bentuk kontribusi keuangan maupun non- keuangan. Karena mereka telah memberikan kontribusi kepada perusahaan, maka mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan. Sedangkan indirect-stakeholders adalah pihak-pihak yang sama sekali tidak memberikan kontribusi kepada perusahaan, tetapi secara syari‟ah mereka adalah pihak yang mempunyai hak untuk mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan.

c. Alam

Alam merupakan pihak yang memberikan kontribusi bagi mati-hidupnya perusahaan sebagaimana Tuhan dan manusia.

Perusahaan eksis secara fisik karena didirikan diatas bumi, menggunakan energi yang tersebar pada alam, memproduksi dengan menggunakan bahan baku dari alam, memberikan jasa terhadap pihak lain dengan memakai energi yang disediakan oleh alam dan sebagainya. Tetapi demikian, alam tidak menghendaki distribusi kesejahteraan dari perusahaan dalam bentuk uang sebagaimana yang diinginkan manusia. Wujud distribusi kesejahteraan berupa kepedulian perusahaan terhadap kelestarian alam, pencegahan, pencemaran dan lainnya. (Maya Indriastuti, 2015)

2. Pemberdayaan Umat a. Definisi Pemberdayaan

(27)

Menurut Huraerah, pembardayaan berasal dari bahasa Inggris

“empowerment” yang secara harfiah bisa diartikan sebagai “pemberi kekuasaan”, dalam arti pemberian atau peningkatan kekuasaan (power). (Nizar, 2016)

Pemberdayaan yang berarti kekuatan ataupun kemampuan yang bersal dari kata daya (power). Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pemberdayaan merupakan suatu sifat perbuatan atau suatu cara yang memberdayakan. Pada umumnya, pemberdayaan merupakan satu cara memberikan daya (power) bagi suatu glongan kelompok atau komunitas masyarakat untuk berperan dalam mengatasi sebuah masalah, juga menjunjung tinggi derajat kehidupan dan mensejahterakan pola kehidupan.

Pemberdayaan sebetulnya mempunyai sebuah makna yang berbeda tergantung pada wujud dan kondisi sosial yang terlihat.

Konsep pemberdayaan pada suatu tempat masyarakat, berbeda dengan tempat lain, pada masyarakat yang lainnya, tergantung pada kondisi tempat tersebut. Menciptakan suatu pengertian pasti ada kata pemberdayaan yang berbeda – beda, terlihat dari situasinya. (Sany, 2019)

Pemberdayaan ialah suatu proses metode yang digunakan perorang, perkelompok maupun komunitas sehingga mereka dapat bisa mengelola lingkungan dan mencapai tujuan mereka bersama, hal demikian mampu bekerja dan saling bergotong royong untuk meningkatkan prioritas kehidupannya. Kata pemberdayaan pada era tahun 80-an banyak digunakan pada kesetaraan jender dan perbedaan

(28)

antar warna kulit dan suku ras. Pada kesetaraan ini pemberdayaan diartikan sebagai suatu usaha menerapkan pendidikan kepada wanita dan suku yang terabaikan. Kemudian, metode pemberdayaan sesungguhnya bukan hanya berkait dengan masalah keseteraan jender, suku bangsa dan ras, akan tetapi juga berkaitan dengan masalah kemiskinan dan perekonomian.

Pemberdayaan mentransferkan kekuasaan dari golongan mampu (kaya) kepada golongan yang tidak mampu (miskin).

Pemberdayaan adalah sebuah cara tolong – menolong sebuah kelompok atau golongan (individu) yang dirugikan untuk bersaing dan berkarya secara pasif dan efektif, karena semua orang mempunyai kesempatan yang sama dalam berkompetisi dalam sebuah permainan dimana para pemain memiliki kesempatan untuk menang dan sejahtera.

Pemberdayaan bukan hanya suatu untuk memberi melainkan suatu cara pendidikan mengembangkan pola pikir. Wujud dari sebuah rasa ketidak berdayaan dalam kehidupan untuk kemudian hidup aktif dan mandiri dengan kenyataan untuk membangun potensi dalam mengambil sebuah tindakan dan mengambil inisiatif untuk lingkungan dan masa depan yang akan datang. Kemudian dengan ini menciptakan sebuah gotong royongan sebagai sesama golongan yang harus selalu terberdayakan sehingga bisa terbentuk penduduk yang tentram dan kondusif untuk saling bergotong royong dalam membangun kekuatan bersama, dan kebutuhan pokoknya (spiritual dan material) akan selalu dapat tercapai sehingga mampu menuntun

(29)

langkah mereka sendiri kepada tahap kaidah kehidupan adil, sosial, sejahtera dan berdaya. (Susilo, 2016)

b. Pandangan Al-Qur’an dan Islam tentang Pemberdayaan Umat Al-Qur‟an adalah wahyu Allah yang diturunkan untuk seluruh umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW, berfungsi menjadi petunjuk dalam menjalani kehidupan ini. Al-quran berisi ayat-ayat yang berarti estimologinya “tanda-tanda” dalam berbentuk bahasa Arab mengandung berbagai aspek keagamaan semata. Sebagai intelektual muslim dan para pewaris Nabi, para ulama berkewajiban memperkenalkan al-quran dan menyampaikan pesan-pesan yang tercipta dibalik setiap untaian mutiara kata dan menjelaskan nilai-nilai tersebut sejalan dengan perkembangan zaman, sehingga al-quran dapat benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya. Al-quran mengandung berbagai macam masalah ternyata perbincangan tentang suatu masalah tidak selalu tidak selalu tersusun rapih secara sistematis dalam satu surat, sehingga perlu menggunakan metode tematik tersebut. Salah satu topik yang menjadi bahan perbincangan dan termasuk permasalahan yang sentral dalam Al-Qur‟an adalah pemberdayaan. (Hendra, 2017)

Pemberdayaan merupakan sebuah aspek muamalah yang sangat penting karena terkait dengan pembinaan dan perubahan masyarakat. Dalam Al-Qur‟an menjelaskan betapa pentingnya sebuah perubahan, perubahan itulah yang dapat dilakukan dengan salah satu cara diantaranya pemberdayaan yang dilakukan oleh agen

(30)

pemberdayaan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Ar-Ra‟d ayat 11 :

َّنِإ ۗ ِ َّاللَّ ِرْمَأ ْنِم ُهَنوُظَفْحَي ِهِفْلَخ ْنِم َو ِهْيَدَي ِنْيَب ْنِم ٌتاَبِّقَعُم ُهَل َغُي ٰىَّتَح ٍم ْوَقِب اَم ُرِّيَغُي َلَ َ َّاللَّ

ٍم ْوَقِب ُ َّاللَّ َدا َرَأ اَذِإ َو ۗ ْمِهِسُفْنَؤِب اَم او ُرِّي

ٍلا َو ْنِم ِهِنوُد ْنِم ْمُهَل اَم َو ۚ ُهَل َّد َرَم َلََف اًءوُس

Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.(Q.S Ar-Ra'd / 13:11). (RI, 2007)

Ayat diatas tersebut sudah jelas Allah mewahyukan, bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali ia itu sendiri yang merubah nasibnya sendiri. Hal ini terlihat sangat jelas bahwa manusia diminta untuk berusaha dan berupaya dalam melakukan perubahan dalam kehidupannya. Salah satu upaya perubahan itu bisa dilakukan dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat merupakan usaha yang dilakukan dalam bentuk kegiatan yang nyata di kalangan masyarakat. Kegiatan yang berusaha untuk mendapatkan taraf hidup yang lebih baik dalam segala tantangan. Kajian yang ada dalam tulisan ini berusaha mengungkapkan makna pemberdayaan masyarakat dan hal-hal yang

(31)

terkait dengan pemberdayaan masyarakat dalam Perspektif Al-quran.

(Hendra, 2017)

Islam menetapkan dan memandangi tatanan manusia sebagai sebuah individu yang saling membutuhkan satu sama lain dan saling membahu dan mendukung antar sesama. Hubungan yang sangat ideal serta saling menyempurnakan antar individu masyarakat. Dalam hal ini, kesenjangan pendapatan ekonomi merupakan sebuah kemampuan yang bisa dimanfaatkan guna membangun tali silaturahmi dan kerukunan tatanan beragama antar sesama. Keberdayaan dalam masyarakat madani, Islam memandang sebagai suatu hal yang penting sehingga pemberdayaan didalam pandangan Islam akan mempunyai kedekatan yang sangat strategis dan holistik. (Sany, 2019) Islam mendukung pelaksanaan pemberdayaan dengan berpedoman pada tiga prinsip utama, ketiga prinsip tersebut ialah Prinsip ukhuwah, Prinsip ta’awun, dan Prinsip derajat.

1) Prinsip ukhuwah. Ukhuwahatau persaudaraan menurut dalam bahasa Arab. Didalam prinsip ini berpendapat, apabila setiap muslim saling bersaudara, walaupun mereka tidak memiliki tali persaudaran diantaranya. Dengan adanya rasa simpati dan mengeratkan hubungan tali silaturahmi telah menjamin adanya rasa persaudaraan dalam kehidupan masyarakat.

2) Prinsip ta’awun. Ta’awun yang artinya tolong-menolong. Hal ini menandakan prinsip yang paling utama dalam aktivitas atau perilaku memberdayakan umat. Dalam program pemberdayaan itu sebenarnya ialah sebuah usaha membantu individu dan

(32)

masyarakat yang menginginkan pertolongan serta arah untuk dibimbing. Tolong-menolong ini juga dapat diartikan sebagai sebuah sinergi antara berbagai pihak yang berkepntingan demi terwujudnya pemberdayaan yang optimal. Pemberdayaan masyarakat adalah proses kolaboratif, maka hendaknya semua pihak saling membantu untuk mencapai tujuan bersama.

3) Prinsip persamaan derajat antar persamaan umat manusia.

Islam telah memproklamasikan persamaan derajat antara individu manusia dengan individu lainnya yang telah terjadi mulai 14 abad yang lalu. Kemuliaan yang ada disisi Allah hanyalah kemuliaan yang berdasarkan takwa dan iman yang ada pada sisi Allah SWT. (Sany, 2019)

Metode pemberdayaan telah diterapkan pada masa Rasulullah SAW. Sang rasul telah memberikan contoh terkait prinsip keadilan, persamaan dan partisipasi di tengah-tengah kalangan masyarakat.

Sikap toleran yang hakiki telah diterapkan sejak pemerintah Rasulullah SAW. Sehingga mempunyai prinsip untuk selalu menghargai etos kerja, saling menolong bagi semua warga negara untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama. Dengan adanya persamaan beserta kesempatan dalam berusaha maka tidak ada lagi kesenjangan ekonomi dan sosial antara yang satu dengan yang lainnya. (Susilo, 2016)

c. Langkah-Langkah Pemberdayaan Umat dalam Alquran 1) Pengembangan Diri yang Berkesinambungan

Pemberdayaan harus menanamkan kemandirian pada diri masyarakat yang diberdayakan. Hal ini bertujuan untuk

(33)

menghindari tumbuhnya ketergantungan pada pemerintah atau organisasi lembaga yang melakukan pemberdayaan.

2) Perintah Zakat dan Infak

Salah satu ibadah yang paling utama dalam ajaran agama Islam adalah Zakat. Seruan untuk berzakat seringkali diiringi dengan seruan untuk melakukan ibadah sholat. Demikian tersebut telah membuktikan pentingnya keberadaan zakat terhadap agama Islam. Selain itu infak dan sedekah merupakan juga bahasa istilah zakat dalam Alquran.

3) Pendidikan dan Pembinaan

Ilmu dan keterampilan merupakan salah satu faktor naiknya taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, pemberdayaan berbasis pembinaan dan pendidikan keterampilan mutlak perlu dilakukan.

4) Larangan Iktinaz dan Ihtikar

Pelarangan iktinaz karena dampak efek yang bukan positif terhadap kegiatan ekonomi yang akan datang. Pelarangan ihtikar berarti ingin mendapatkan keuntungan dan bertujuan untuk menaikkan harga pada saat barang mengalami penimbunan dan kelangkaan. (Sany, 2019)

3. Peran dan Fungsi Masjid

Masjid ialah merupakan tempat berkumpulnya dan melaksanakan kegiatan sholat berjamaah yang bertujuan untuk mengembangkan rasa solidaritas dan silaturahmi di kalangan umat muslim. Istilah masjid secara harfiyah dari bahasa Arab, yaitu diambil dari kata sajada – yasjudu –

(34)

sujudan yang berarti yakni wada’a jabhathahu bil ardi muta’abbidan (meletakkan dahi ke bumi untuk beribadah).

Secara istilah masjid dirangkaikan oleh para ulama sebagaimana yang dijelaskan oleh An-Nasafi bahwa masjid adalah “Rumah yang dibangun khusus untuk shalat dan beribadah didalamnya kepada Allah”.

Kemudian Al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa masjid merupakan tempat dimuka bumi yang memungkinkan untuk menyembah dan bersujud kepada Allah”. Hal senada dikemukakan oleh Az-Zarkasyi bahwa secara

„urf masjid merupakan tempat yang diperuntukkan bagi dilaksanakannya shalat fardhu lima waktu, juga tempat berkumpulnya pada hari raya.

Dengan demikian hakekat masjid sebenarnya adalah tempat melakukan segala macam aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah SWT. Dengan kata lain, bahwa masjid berarti suatu tempat melakukan segala aktivitas manusia yang mencerminkan nilai-nilai kepatuhan dan ketaatan terhadap Allah.

Peran masjid sebagai wadah dakwah mempunyai peran yang sangat penting yang senantiasa memperluas dan memperkuat kebaikan, kebenaran dan kedamaian dalam kehidupan umat manusia secara menyeluruh. Untuk menuju hal tersebut, maka peranan masjid harus ditempatkan dalam guna yang sebetulnya dan sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya.

Masjid memiliki dua fungsi secara garis besar. Yang pertama adalah berguna sebagai tempat ibadah, dimana kaum muslim melakukan berbagai macam peribadahan. Yang kedua ialah, masjid sebagai penunjang atau tambahan.

(35)

Fungsi masjid ada beberapa bagian, yaitu : 1) Ibadah Shalat Fardhu Lima Waktu

Pada masa Nabi Muhammad SAW, masjid Nabawi dijadikan sentral tempat shalat lima waktu. Yang dimana tidak ada yang lalai meningglkannya dan wajib melaksanakannya. Bahkan dalam pelaksanaan salat fardu pun orang buta diharuskan ikut melaksanakannya.

2) Berbagai Ragam Salat Sunah

a) Salat sunah tarawih. Diantara salat sunnah yang dibolehkan untuk dilaksanakan dengan cara salat berjamaah di masjid adalah salat sunah tarawih.

b) Salat tahiyatul masjid. Masjid sebagai tempat yang mempunyai kemuliaan tinggi, maka untuk memasukinya setiap muslim disunnahkan untuk melakukan ritual khusus, yaitu shalat dua rakaat sebagai penghormatan atas bangunan suci tersebut.

c) I‟tikaf adalah ibadah dengan cara berpasrah diri terhadap Sang Pencipta, dengan cara memfokuskan diri dengan berbagai macam ibadah yang dilaksanakan didalamnya.

d) Bertasbih dan berdzikir kepada Allah SWT. Tidak ada perbedaan ditengah ulama bahwa masjid adalah tempat untuk mensucikan Allah dan berdzikir kepada-Nya. Di dalam Alqur an fungsi masjid untuk keduanya secara tegas disebutkan. Seperti yang ditegaskan pada Surat An-nur ayat 36, yaitu :

(36)

اَهيِف َرَكْذُي َو َعَف ْرُت ْنَأ ُ َّاللَّ َنِذَأ ٍتوُيُب يِف ِلاَص ْلْا َو ِّوُدُغْلاِب اَهيِف ُهَل ُحِّبَسُي ُهُمْسا

Artinya : “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya didalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang”(Q.S An-Nur / 36:64). (RI, 2007)

Demikian dari pada itu fungsi keberadaan masjid adalah sebagai wadah pusat informasi umat, pusat pendidikan, tempat untuk melakukan akad nikah, tempat menyampaikan sosialisasi, pusat kesehatan dan pengobatan serta tempat kegiatan perekonomian dan mengatur strategi perang negara. (Asep Suryanto, 2016)

Masjid merupakan tempat untuk umat yang memiliki kedudukan dan peran yang sangat strategis didalam Islam. Masjid merupakan suatu tempat untuk melaksanakan ibadah sekaligus berfungsi sebagai pusat kegiatan umat. Pada masa Rasulullah SAW, selain untuk tempat ibadah ritual, masjid juga digunakan sebagai sarana tempat belajar mengajar, memutuskan sengketa diantara berbagai pihak, menyantuni fakir miskin dan sebagainya.

Akan tetapi, seiring dengan pertumbuhan kesadaran umat terhadap potensi ekonomi masjid, sejumlah masjid di Indonesia telah sadar memberikan dan mulai memberikan perhatian khusus terhadap pemberdayaan ekonomi umat dan mengembangkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. (Mairijani, 2016)

Masjid merupakan tempat pranata keagamaan yang tak terpisahkan dari kehidupan spiritual, sosial, dan kultural umat Islam.

(37)

Keberadaan masjid dapat dipandang sebagai salah satu perwujudan dari eksistensi dan aspirasi umat Islam, khususnya sebagai sarana peribadatan yang menduduki fungsi sentral dalam kehidupan bermasyarakat. Mengingat fungsinya yang sangat strategis, maka penampilan dan pengelolaan masjid perlu dibina sebaik mungkin agar dapat memberikan manfaat bagi sumber daya disekitarnya, baik dari segi fisik bangunan maupun segi aktivitas kemakmurannya. Sehingga semestinya keberadaan masjid tidak hanya berfungsi sebagai sentral peribadahan semata, melainkan juga sebagai sentral pelayanan umat.

Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi penduduk kurang lebih 250 juta jiwa dan memiliki mayoritas masyarakat beragama Islam. Indonesia telah melahirkan ribuan masjid sebagai salah satu institusi penting dikalangan masyarakat.

Bila kita berpacu pada masa Rasul beserta para sahabat, masjid menjadi sentral kegiatan umat Islam. Ketika itu Rasul mengajari para sahabat yang nantinya menjadi penerus yang tangguh dan terbaik umat Islam generasi pertama untuk awal kepemimpinan, memelihara dan mewarisi paham-paham agama dan peradaban Islam yang bermula dari masjid. Lebih dari itu, berbagai kegiatan maupun problem umat yang menyangkut bidang agama, ilmu pengetahuan, politik masyarakat, dan sosial budaya juga dibahas dan dipecahkan di lembaga masjid tersebut.

Sehingga pada masa itu masjid mampu menjadi sentral pengembangan kebudayaan Islam, sarana diskusi kritis, mengaji, serta memperdalam ilmu-ilmu pengetahuan agama secara khusus dan pengetahuan umum secara luas. (Kusuma, 2017)

(38)

4. Pengelolaan Zakat a. Definsi Zakat

Menurut Muhammad pengarang Lisan al-Arab dalam Sudirman, kata zakat (al-Zakah) dari sudut etimologi, merupakan kata dasar dari zaka yang berarti suci, berkah, terpuji dan tumbuh yang semua itu sangat populer dalam penerjemahan baik al-quran maupun Hadits. (Nizar, 2016)

Zakat secara etimologi, berasal dari kata dasar وكسي– ىكز yang artinya “berkah, tumbuh, baik dan bersih”. Misalnya, dalam kalimat ةرجشلا تكز yang artinya “pohon itu tumbuh berkembang”, dan لجر اكزyang artinya “seorang itu baik”. Harta yang dikeluarkan untuk zakat dinamakan zakat karena harta tersebut mensucikan diri orang yang menunaikan zakat (muzakki) dari kotoran kikir dan dosa, menyuburkan harta yang tersisa, memperbanyak pahala bagi yang mengeluarkan, serta menyuburkan dan mensucikan masyarakat secara keseluruhan. Demikian dari pada itu, karena zakat adalah manifestasi dari sikap gotong royong antara orang golongan kaya dan fakir miskin, sekaligus merupakan bentuk perlindungan bagi masyarakat dari bencana sosial berupa kemiskinan dan kelemahan fisik maupun mental.

Demikian dari itu, menurut bahasa terminologi, ada banyak definisi zakat yang telah diterapkan. Abdul mujieb, misalnya mendefinisikan zakat dengan mengeluarkan sejumlah harta tertentu yang harus diberikan kepada pihak-pihak tertentu dengan syarat- syarat yang tertentu pula. Pengertian yang sama juga dirumuskan al-

(39)

Ghazzi bahwa zakat menurut syara ialah nama bagi suatu harta tertentu menurut cara-cara tertentu, kemudian diberikan kepada sekelompok orang yang tertentu pula. Sementara menurut Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2011, zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. (Fitri, 2017)

b. Dasar Hukum Zakat

Setelah rukun Islam Syahadat dan sholat, zakat juga merupakan rukun iman yang ketiga. Jika kita sebagai umat manusia melaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran, zakat bisa sebagai akar penerimaan yang potensial guna menunjang suksesnya pembangunan nasional, terutama di bidang agama dan ekonomi, khususnya untuk membantu peningkatan pendapatan daerah atau mensejahterakan umat.

Ada dalil dalam Al-quran yang dijadikan acuan pentingnya menunaikan zakat, seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 267 :

ْمُتْبَسَك ا َم ِتاَبِّيَط ْن ِم اوُقِفْنَأ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي َثيِبَخْلا اوُمَّمَيَت َلَ َو ۖ ِض ْرَ ْلْا َن ِم ْمُكَل اَن ْج َر ْخَأ اَّم ِم َو ۚ ِهيِف اوُض ِمْغُت ْنَأ َّلَِإ ِهيِذ ِخآِب ْمُتْسَل َو َنوُقِفْنُت ُهْن ِم دي ِم َح ٌّيِنَغ َ َّاللَّ َّنَأ اوُمَلْعا َو

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman ! Infakkanlah sebagian dari hasil usaha-mu yang baik-baik dan sebagian dari

(40)

apa yang kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha kaya, Maha terpuji”. (Q.S Al-Baqarah / 267:2). (RI, 2007)

Ayat Al-quran diatas telah memaparkan bahwa pentingnya berzakat dan berkewajiban untuk mengeluarkan zakat, kemudian zakat tersebut ialah salah satu dari rukun Islam yang wajib dilaksanakan bagi kaum Islam. (Fitri, 2017)

c. Tujuan dan Manfaat Zakat

Ibadah zakat sebagai konsep mensejahterakan umat telah diposisikan dalam Agama Islam. Ada tahapan landasan prinsip ekonomi Islam yang mendasari definisi tersebut. Diantaranya, Islam memberi landasan nilai keyakinan bahwa yang pertama, semua yang didapat dan dimiliki oleh manusia adalah karena seizin Allah, oleh karena itu itu barang siapa yang kurang beruntung memiliki hak atas kekayaan yang dimiliki oleh kaum yang beruntung, yang kedua ialah tidak boleh menumpuk atau menimbun kekayaan, dan yang ketiga adalah kekayaan harus di putar. (Fitri, 2017)

Berpacu pada tiga prinsip ekonomi Islam diatas, tujuan dalam beribadah zakat yaitu :

1) Untuk mensucikan diri dari sifat tercela muzakki dan membersihkan perilaku kikir, keegoisan dan keburukan.

2) Untuk menghilangkan harta halal yang kemungkinan bercampur dengan harta yang bersifat haram.

(41)

3) Untuk meniadakan perputaran harta pada terhadap segolongan orang yang mampu.

4) Untuk mensejahterakan dan mengembangkan kualitas hidup umat.

Selain tujuan, adapun manfaat zakat, yaitu:

1) Berfungsi untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.

2) Zakat yang sifatnya mampu, dimana zakat sebagai untuk membantu dan menolong mereka yang kurang mampu, terkhususkan bagi fakir miskin mengajak kearah yang lebih baik.

3) Berfungsi sebagai suatu sumber pembangunan sarana dan prasarana.

4) Zakat untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah membersihkan harta yang kotor, tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta yang kita usahakan dengan baik dan benar.

5) Berfungsi sebagai pedoman utama tunduknya seseorang ke ajaran agama Islam.

6) Membangun lapangan pekerjaan yang mudah di jangkau.

7) Mengembangkan kekuasaan modal dan asset ditangan umat muslim.

d. Penerima Zakat (Mustahik)

Agama mewajibkan mengeluarkan zakat untuk setiap muslim yang memiliki taraf harta yang berkemampuan. Akan tetapi,

(42)

untuk umat Islam yang memiliki ketidak mampuan atau dalam ukuran kualitatifnya menghadapi keterbatasan untuk mencukupi kebutuhan hidup dalam kesehariannya, golongan ini tidak diharuskan untuk menunaikan zakat. Tetapi sebaliknya mereka yang justru berhak menerima zakat. (Fitri, 2017)

Adapun 8 golongan yang berhak menerima zakat menurut ketentuan Islam, diantaranya ialah :

1) Orang fakir atau Al – Fuqara’ (orang melarat).

2) Al-masakin atau orang miskin.

3) Panitia zakat atau Al – Amilin (amil zakat).

4) Orang yang baru memeluk agama Islam atau biasa disebut Al-Muallaf.

5) Kaum sahaya atau Al - Riqab.

6) Al-gharim ialah orang yang terlilit utang.

7) Umat yang berjihad dijalan Allah yaitu Fi Sabilillah.

8) Kaum musafir yang berada dalam perjalanan yaitu Ibn Sabil.

5. Konsep Pengelolaan Zakat Untuk Pemberdayaan Umat a. Zakat dan Kesejahteraan Sosial (Umat)

Secara formal, ketentuan tentang konsep kesejahteraan sosial diatur dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 1999 tentang Kesejahteraan Sosial. Undang-Undang ini merupakan pengganti atau revisi Undang-Undang No. 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Menurut Undang-Undang No.

11 Tahun 1999, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya

(43)

kebutuhan material, spritiual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Konsep kesejahteraan sosial dalam teori menurut ekonomi Islam berdasasrkan secara keseluruhan pembinaan agama Islam dalam melihat semua potensi kehidupan termasuk tentang kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial mencakup berdasarkan pandangan rumusan Islam, diantaranya:

1) Kesejahteraan yang seimbang dan holistik. Yang dimana kesejahteraan tersebut mencakup dimensi materiil ataupun mencakup spiritual individu dan sosial.

2) Dalam pengertian sederhana falah yaitu kemuliaan dan kemenangan hidup. Kesejahteraan didunia maupun diakhirat. Karena manusia bukan hanya hidup di muka bumi ini saja akan tetapi di akhirat juga. Secara umum istilah yang sering digunakan untuk menerapkan suatu keadaan hidup yang sejahtera secara materi dan spiritual pada kehidupan dunia maupun akhirat dalam kehidupan ajaran agama Islam.

Tentang bagaimana hubugan ajaran agama dengan kehidupan umat telah ada dalam persepektif ekonomi Islam dengan demikian kesejahteraan sosial atas dasar perspektif tersebut, maka istilah kesejahteraan umat, berkaitan dengan pola atmosfer keagamaan yakni dari sisi hubungan agama dengan kehidupan umat Islam.

(44)

Kesejahteraan umat bisa dilihat dari sisi manusia sebagai komunitas keagamaan yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan sosial ekonomi dan politik dalam arti sebagai manusia dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya pada satu sisi dan penciptaan hubungan dengan Tuhan sebagai konsekuensi sebagai makhluk yang beragama.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan sosial dikaitkan dengan kesejahteraan umat terdapat unsur – unsur yang harus dipenuhi diantaranya kondisi kehidupan yang mendukung terwujudnya pemenuhan sosial, ekonomi dan religius umat muslim, kondisi adanya institusi keagamaan yang lebih dinamis untuk mendorong pencapaian kesejahteraan sosial. (Fitri, 2017)

b. Zakat Sebagai Potensi Kesejahteraan Umat

Dalam sistem ekonomi Islam terdapat konsep tentang kaidah-kaidah kebersamaan dan keadilan sosial ekonomi. Perintah untuk membayar zakat, sedekah, infak dan wakaf merupakan hasil tegas bahwa Islam tidak menghendaki adanya kesenjangan ekonomi antara golongan kaya dan golongan miskin. Melalui zakat juga mencegah terjadinya akumulasi harta pada beberapa orang saja.

Membayar zakat merupakan wujud pelaksanaan ibadah guna menghindarkan diri dari kekufuran sekaligus untuk meminimalis munculnya sifat iri dan dengki ketika si miskin melihat golongan masyarakat kaya. Sejumlah penelitian juga telah menjelaskan adanya korelasi zakat dan keadilan sosial yaitu mendeskripsikan Islam

(45)

mensyariatkan zakat dengan tujuan meratakan jaminan sosial (keadilan sosial). Karena zakat adalah dana yang dipungut dari golongan orang kaya untuk diberikan kepada golongan miskin. Jadi tujuan zakat sangat jelas untuk mendistribusikan harta dimasyarakat dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak seorangpun umat muslim yang tinggal dalam kebatilan dan kemiskinan.

Oleh karena itu apabila ketaatan membayar zakat ini berlangsung komperehensif maka zakat akan dapat menjadi potensi ekonomi sebagai sumber dana pembangunan bagi terbangunnya sarana dan prasarana sosial ekonomi yang dibutuhkan umat. Bahkan sangat mungkin zakat bisa didayagunakan untuk mendukung program-program bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Ketika pemerataan pendapatan ini memberikan dampak simultan bagi pertumbuhan ekonomi maka zakat merupakan konsepsi economic growth with equity.(Fitri, 2017)

B. Tinjauan Empiris

Ada beberapa tinjauan empiris terhadap penelitian terdahulu yang peneliti peroleh dari penelitian ini, yaitu :

(46)

Tabel 2.1 TINJAUAN EMPIRIS No Nama Peneliti / Judul

Penelitian / Tahun

Metode analisis

Hasil Penelitian 1. Ade Iwan Ridwanullah

dan Dedi Herdiana / Optimalisasi

Pemberdayaan

Masyarakat Berbasis Masjid / 2018

Deskriptif Kualitatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Masjid

Raya At-Taqwa Cirebon

merepresesntasikan masjid yang mampu menghidupkan semangat gerakan pemberdayaan masyarakat dalam bidang spiritual keagamaan, ekonomi pendidikan, sosial kemasyarakatan dan pengembangan seni budaya.

2. Muhammad Munadi dan Muslimah Susilayati / Kinerja Lembaga Zakat dalam Pemberdayaan Ummat (Studi pada Web Dompet Dhuafa, Lazis NU dan Lazis Muhammadiyah / 2016

Kualitatif Kinerja Dompet Dhuafa unggul dilihat dari sisi penyusunan visi, misi, tujuan, program serta struktur organisasiny. Dompet Dhuafa sangat detil dalam mengembangkan program dari program utama menjadi program spesifik. Bahkan dilihat dari program menunjukkan kesinkronan antara visi, misi, dan tujuan yang menjadikan sasaran kerjanya berskala lokal sampai global.

3. Mochammad Arif

Budiman dan Mairijiani / Peran Masjid dalam Pengembangan Ekonomi Syariah di Kota Banjarmasin / 2016

Kuantitatif Masjid-masjid di Banjarmasin pada umumnya masih belum menunjukkan peran yang signifikan dalam pengembangan ekonomi syariah. Hal tersebut terlihat dari rendahnya sinergi dan kerjasama antara masjid dan lembaga keuangan syariah, terbatasnya frekuensi pengajian dan pelatihan tentang ekonomi dan keuangan syariah, dan minimnya kegiatan-kegiatan masjid yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi syariah.

(47)

4. Ari Saputra dan Bayu Mitra Adhyatma Kusuma / Revitalisasi Masjid dalam Dialektika Pelayanan Umat dan Kawasan

Perekonomian Rakyat / 2017

Deskriptif Kualitatif

Dalam aspek sosial kemasyarakatan, masjid menyediakan pelayanan kesehatan rutin murah, rehabilitasi difabel, sampai dengan kebutuhan feminis seperti ruang laktasi. Sedangkan pada aspek pendidikan, masjid mengadakan kajian rutin dan penyediaan perpustakaan untuk menambah wawasan dan literasi umat.

5. Asep Suryanto dan Asep Saepulloh / Optimalisasi Fungsi dan Peran Masjid : Model Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid di Kota Tasikmalaya / 2016

Kualitatif Potensi kegiatan masjid yang dapat mendukung untuk pemberdayaan ekonomi masjid adalah pengalaman DKM masjid dalam pengelolaan zakat fitrah dan kegiatan rutin majilis taklim baik dalam bentuk kelompok pengajian ibu-ibu, bapak- bapak dan kelompok pengajian remaja serta pemuda masjid. Adapun mengenai memfungsikan masjid untuk pemberdayaanekonomi jamaah sebanyak 86% responden menyatakan setuju, sedangkan sisanya tidak setuju dan abstain.

6. Ahmad Alam / Permasalahan dan Solusi Pengelolaan Zakat di Indonesia / 2018

Kualitatif Zakat memiliki potensi yang besar di Indonesia dalam menaggulangi permasalahan keumatan, namun dalam implementasinya dihadapkan kepada sejumlah permasalahan. Permasalahan tersebut dibagi kepada tiga stakeholder yang berperan yaitu regulator khususnya pemerintah, Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) sebagai pihak pengelolaannya, dan Masyarakat sebagai Muzaki (pemberi zakat). Jika ketiga stakeholder tersebut mampu bersinergi dengan baik maka berbagai permasalahan tersebut bisa diatasi.

7. Nur Mohammad

Abdoeh / Tinjauan Filosofis terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

Kualitatif Keberadaan Undang – undang Nomor 23 Tahun 2011 bersifat legislasi yang bernafaskan agama. Hal ini membuktikan adanya kepedulian pemerintah akan potensi dana zakat apabila bisa dikelola dengan baik bisa meningkatkan kesejahteraan para masyarakat yang lemah secara ekonomi dan menjadi pondasi kekuatan umat Islam di bidang ekonomi.

(48)

Keberadaan aturan ini juga menjadi payung hukum untuk mengakomodir bagi para Muzakki, Amil zakat dan para Mustahiq.

8. Ulfi Putra Sany / Prinsip-prinsip

Pemberdayaan

Masyarakat dalam Perspektif Al-Qur‟an / 2019

Kualitatif Dalam Al-Qur‟an terdapat banyak ayat yang berkaitan dengan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. Al-Qur‟an juga menawarkan solusi nyata (practical solution) yang bisa diaplikasikan dalam membantu keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah salah satu instrumen penting dalam mengentaskan kemiskinan.

Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam mendorong umatnya untuk mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan bagi semua. Dalam perspektif Islam, program pemberdayaan masyarakat sangat sejalan dengan semangat dan ruh Islam yang mengkader pemeluk-pemeluknya untuk menjadi agen penyebar rahmat Allah SWT.

9. Adib Susilo / Model Pemberdayaan

Masyarakat Perspektif Islam / 2016

Deskriptif Normatif

Islam dalam pemberdayaan masyarakat berasaskan pada beberapa prinsip yang telah rasul terapkan sejak pertama kali wahyu diturunkan untuk menyebarkan Islam yaitu keadilan, kesamaan, partisipasi, penghargaan dan ta‟awun. Dalam pemberdayaan itu sendiri digunakan pendekatan parsial-kontiu dan pendekatan struktural agar tercapai 3 dimensi kekuatan masyarakat muslim yaitu dimensi iman dimensi ilmu dan dimensi sosial (amal) 10. Tomi Hendra /

Pemberdayaan

Masyarakat dalam Perspektif Al-Qur‟an / 2017

Kualitatif Pemahaman kembali konsep Islam yang mengarah pada perkembangan sosial kemasyarakatan, konsep agama yang dipahami umat Islam saat ini sangat individual, statis, tidak menampilkan jiwa dan ruh Islam itu sendiri. Konsep transformasi sosial budaya. Oleh karenanya, yang kita butuhkan adalah strategi sosial budaya dalam rangka mewujudkan nilai-nilai masyarakat yang sesuai dengan konsep Islam.

11. Dahnila Dahlan / Bank Zakat : Pengelolaan Zakat dengan Konsep

Bank Sosial

Berdasarkan Prinsip Syariah/ 2018

Kualitatif Konsep Bank yang digunakan sebagai model adalah bank sosial yang didasarkan pada prinsip syariah, yang selanjutnya disebut bank zakat. Bank zakat ini akan mengelola dana zakat sebagai dana penyatuan dan mendistribusikannya kepada pelanngannya. Nasabah bank zakat adalah

(49)

orang miskin. Ketika pelanggan telah mencapai tingkat independen, pelanggan tidak memiliki hak untuk menerima zakat sehingga pelanggan akan bermitra dengan bank syariah. Ketika pelanggan telah mencapai tahap independen, pelanggan telah mengubah peran dari mustahik menjadi muzakki.

12. Maltul Fitri / Pengelolaan Zakat Produktif Sebagai Instrumen Peningkatan Kesejahteraan Umat / 2017

Kualitatif Sejumlah badan atau lembaga pengelola zakat dibeberapa kota di Indonesia yang telah menerapkan manajemen secara baik dan modern telah menjalankan skema pendistribusian dana zakat produktif (perlindungan sosial). Sebagian besar tujuan pendayagunaan dana zakat untuk kegiatan ekonomi produktif adalah untuk meningkatkan kemandirian sosial ekonomi para mustahik agar dapat bertransformasi menjadi muzakki.

C. Kerangka Konsepsional 1. Kerangka Pikir

Landasan berfikir adalah sebagai pegangan sekaligus akan mengarahkan penulis untuk memperoleh data dan informasi. Yang berdasarkan dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, maka pada bagian ini dikemukakan beberapa hal yang disediakan sebagai pedoman landasan berfikir.

Dengan itu peneliti menggambarkan konsep berpikir sebagai berikut :

(50)

2. QS. Ar – Ra‟d : 11 3. QS. An – Nur : 36 4. QS. Al – Baqarah: 267

STUDI TEORITIK 1. Teori Enterprise Syariah

(Maya Indriastuti, 2015) 2. Pemberdayaan Ummat

(Sany, 2019)

3. Peran dan Fungsi Masjid (Asep Suryanto, 2016) 4. Pengelolaan Zakat (Fitri,

2017)

5. Konsep Pengelolaan Zakat untuk Peningkatan Kesejahteraan Umat (Fitri, 2017)

OBJEK STUDI

STUDI EMPIRIK

1. Ulfi Putra Sany / Prinsip- Prinsip Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Al-Qur‟an / 2019

2. Tomi Hendra /

Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Al-Qur‟an / 2017

3. Asep Suryanto dan Asep Saepulloh / Optimalisasi Fungsi dan Peran Masjid : Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid di Kota Tasikmalaya / 2016

4. Ari Saputra dan Bayu Mitra Adhyatma Kusuma / Revitalisasi Masjid dalam Dialektika Pelayanan Umat dan Kawasan Perekonomian Rakyat / 2017

5. Maltul Fitri / Pengelolaan Zakat Produktif sebagai Instrumen Peningkatan Kesejahteraan Umat / 2017

ANALISIS KUANTITATIF RUMUSAN MASALAH ANALISIS KUALITATIF

SKRIPSI 1. KESIMPULAN 2. SARAN

GAMBAR 2.1 KERANGKA PIKIR

(51)

2. Kerangka Konsep

Berdasarkan penjelasan pada tinjauan pustaka, terdapat penalaan tinjauan teori, maka dibuatkan kerangka konsep yang akan menjabarkan pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid dengan pendekatan pengelolaan zakat di Masjid Besar Limbung Kabupaten Gowa dengan memperhatikan pengurus masjid (takmir) beserta peran masjid dalam pemberdayaan ekonomi ummat.

Gambar 2.2 KERANGKA KONSEP

PERAN MASJID BESAR LIMBUNG DALAM PEMBERDAYAAN

EKONOMI UMMAT PEMBERDAYAAN EKONOMI

UMMAT DENGAN

PENDEKATAN PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH, INFAQ DAN

SEDEKAH

HASIL ANALISIS

(52)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari dan memahami secara langsung tentang latar belakang, keadaan dan interaksi masyarakat sekitar dengan unit sosial, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat secara keseluruhan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena metode ini lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian ini prosedur pembuatannya menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku orang- orang yang diamanati. Pendekatan seperti ini di arahkan pada latar belakang objek dan individu secara utuh.

B. Fokus penelitian

Fokus penelitian ini mengemukakan tentang penetepan masalah yang menjadi pusat perhatian penelitian yang dimana fokus penelitian ini diarahkan pada peran Masjid Besar Limbung Kabupaten Gowa dalam pemberdayaan ekonomi umat degan pendekatan pengelolaan zakat fitrah, infak dan sedekah (zis).

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian.

(53)

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memilih Masjid Besar Limbung Kec. Bajeng Kab. Gowa.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 2 bulan, mulai bulan Juli sampai dengan Agustus 2020.

D. Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer

Data primer yaitu data yang bersumber dari informan yang mengetahui secara jelas dan rinci mengenai masalah yang sedang diteliti. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi penelitian.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari data-data yang didapat dari hasil wawancara dengan informan yaitu :

a. Masyarakat sekitar masjid, sebagai objek penelitian di indikasikan sebagai pelaku yang menerima dampak pemberdayaan ekonomi dari masjid tersebut.

b. Penanggung jawab masjid sebagai informan yang diindikasikan dapat melihat potensi pemberdayaan ekonomi umat (masyarakat) berbasis masjid.

2. Data sekunder

Gambar

Tabel 2.1   Tinjauan Empiris   30
Gambar 2.1     Kerangka Pikir   34
Tabel 2.1  TINJAUAN EMPIRIS  No  Nama Peneliti / Judul
GAMBAR 2.1  KERANGKA PIKIR
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan hal itu, mangan ahai fallo dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang didapat, pelaksanaan upacara tersebut selalu

Buku keempat ini memuat data dan informasi sampai dengan pertengahan tahun 2012 serta mengungkapkan secara lebih luas dan mendalam tentang: Konsumsi Rokok dan Produk

Telah dilakukan penelitian mengenai analisis pola penggunaan obat pada pasien nefropati diabetik dan hipertensi yang bertujuan untuk mengetahui obat antidiabetes

Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V atau VII terbaik dapat dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara; penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti pada bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa pola improvisasi permainan instumen cello keroncong

Tidak dapat dipungkiri bahwa cyberloafing menjadi salah satu fokus perhatian pihak perusahaan karena dampaknya terhadap produktivitas karyawan dalam dunia kerja.Jika

Dalam penelitian ini penyampaian informasi tersebut terfokus pada informasi mengenai Covid-19 yang disampaikan oleh Humas Provinsi Gorontalo melalui akun media sosial

Lembaga penyiaran televisi adalah sebuah lembaga yang melakukan kegiatan untuk pengolahan jasa pemancar program-program televise melalui sarana transmisi dengan