• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Akuntansi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Akuntansi."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING……… ii

C. Pertanyaan Penelitian ... 8

D. Batasan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 12

G. Hipotesis Penelitian ... 12

H. Variabel Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN TEORI A. Belajar dan Pembelajaran ... 18

1. Konsep Belajar ... 18

2. Teori Belajar ... 19

3. Konsep Pembelajaran ... 25

B. Model Pembelajaran Direct Instruction ... 27

1. Konsep Model Pembelajaran Direct Instuction ... 29

2. Dukungan Teoritis dan Empiris Model Pembelajaran Direct Instruction ... 33

3. Langkah -Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Direct Instruction ... 36

4. Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran DI ... 39

C. Pembelajaran Akuntansi ... 44

1. Konsep Akuntansi ... 44

(2)

2. Ranah Afektif ... 59

3. Alat Ukur Hasil Belajar ... 61

E. Penelitian yang Relevan ... 64

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 65

B. Desain Penelitian ... 66

C. Definisi Operasional ... 68

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 72

E. Instrumen Penelitian ... 73

F. Uji Coba Instrumen ... 76

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 79

H. Prosedur dan Langkah Penelitian ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 82

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 82

2 Analisis Deskriptif ... 84

3. Analisis Inferensial ... 140

B.Pembahasan ... 158

BAB V SIMPULAN SARAN A. Simpulan ... 166

B. Saran ... 167 DAFTAR PUSTAKA

(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini menuntut sumber daya manusia

yang handal dan mampu berkompetensi secara global. Manusia yang mampu

berkompetensi di sini adalah manusia yang mempunyai keterampilan yang tinggi,

pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif. Sumber daya yang handal tidak bisa

dipisahkan dari dunia pendidikan yang merupakan aspek penting dalam

pembangunan bangsa. Salam (1997:46) mengemukakan bahwa stimulasi dan

penyertaan pendidikan pada masyarakat yang sedang membangun ternyata

memberikan hasil yang memuaskan dalam mengatasi persoalan-persoalan dan

hajat hidup orang banyak, baik di bidang perbaikan sistem politik, sosial ekonomi

maupun sosial budaya.

Seorang tokoh pendidikan Jepang dalam Chan (2006 : 41). mengatakan

bahwa pembaharuan menyeluruh yang terjadi di Jepang karena adanya pengaruh

investasi pendidikan”. Sejalan dengan itu seorang tokoh di Jerman juga

menyatakan bahwa pembaruan adalah berkat investasi sistem pendidikan. Tokoh

ini kemudian menyimpulkan bahwa pendidikan berperan sebagai berikut: “for all

whose who want to make the world as it is today a better place, and to prepare for

the future, education is capital, universal subject” ( Chan 2006 : 41).

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 tahun

2003 menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan

(5)

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pendidikan juga bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab. Tujuan pendidikan di atas mengindikasikan bahwa secara

umum sasaran pelaksanaan pendidikan adalah terciptanya sumberdaya manusia

yang berkualitas dan berdaya saing. Semua tujuan tersebut akan bermuara kepada

proses pembelajaran sebagai ujung tombak penyelenggaraan pendidikan.

Guru sebagai seorang pendidik, harus mengetahui bahwa profesionalisme

seorang guru yang utama bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu

pengetahuan, tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran

yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Daya tarik suatu pelajaran ditentukan

oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri dan kedua oleh cara

mengajar guru (Yamin 2007 : 134). Oleh karena itu tugas professional seorang

guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadi

menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi

bermakna bagi siswa

Proses pembelajaran merupakan sebuah sistem dan melibatkan beberapa

komponen, dimana komponen tersebut saling berinteraksi dan berinterelasi.

Sanjaya (2006: 58) menjelaskan komponen-komponen pembelajaran tersebut,

yaitu; tujuan, materi pelajaran, metoda atau strategi pembelajaran, serta media

(6)

dari menganalisis setiap komponen yang mempengaruhi proses pembelajaran

tersebut.

Strategi atau metode adalah salah satu komponen yang mempunyai fungsi

yang sangat menentukan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh

komponen ini, karena bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa

dapat diimplementasikan melalui strategi yang tepat maka komponen-komponen

tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan (Sanjaya,

2006: 60). Oleh karena itu setiap guru perlu memahami secara tepat, baik itu

model, metode dan strategi pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan proses

pembelajaran

Tokoh pendidikan Arends berpendapat bahwa tidak ada satupun model

pembelajaran yang lebih baik dibanding model pembelajaran lainnya, namun

beliau menekankan bahwa model yang tepat sangat tergantung pada karakteristik

siswa, materi ataupun tujuan yang ingin dicapai oleh guru. Model pembelajaran

tersebut bisa berbentuk teaching models pendekatan yang berpusat pada guru

ataupun students models pendekatan yang berpusat pada siswa,

(Arends,2008:259-260). Menerapkan model pembelajaran yang tepat bisa

dicobakan oleh guru sebagai usaha agar siswa menjadi tertarik dan berminat untuk

mengikuti proses pembelajaran sehingga nantinya kompetensi yang diharapkan

dari siswa bisa dicapai. Guru yang profesional seharusnya senantiasa mencari

model-model baru, ataupun memodifikasi model yang telah ada dalam usaha

(7)

Istilah direct instruction, telah digunakan oleh beberapa peneliti untuk

merujuk pada suatu model pembelajaran yang terdiri dari penjelasan guru

mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap siswa. Penjelasan ini

dilanjutkan dengan meminta siswa menguji pemahaman mereka dengan

melakukan praktik terstrukur, praktik di bawah bimbingan guru dan praktik

mandiri, oleh karena itu inti dari model ini adalah aktivitas praktik, karena tiga

tahap dalam model ini berkaitan erat dengan praktik dalam situasi bantuan yang

berbeda-beda (Joyce,2009:426).

Model pembelajaran ini dapat diterapkan pada mata pelajaran apa pun, tetapi

paling tepat untuk mata pelajaran yang berorientasi kinerja, namun juga cocok

untuk komponen-komponen keterampilan dalam mata pelajaran yang berorientasi

informasi. Secara singkat dapat dikatakan model ini dirancang untuk

meningkatkan penguasaan berbagai keterampilan (pengetahuan prosedural) dan

pengetahuan faktual yang dapat diajarkan secara langkah-demi langkah

(Arends,2008:295-301). Sejalan dengan pendapat di atas Joyce juga menjelaskan

bahwa model ini dirancang agar terjadi peningkatan penguasaan terhadap materi

akademik dan keterampilan serta meningkatkan dan memelihara motivasi siswa

karena pembelajaran dengan model ini dilakukan melalui aktivitas mengandalkan

diri sendiri (siswa) dan penguasaan ingatan terhadap materi-materi yang telah

dipelajari.

Mata pelajaran Ekonomi di mana didalamnya terdapat materi Akuntansi

merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa SMA/MA yang mengambil

(8)

dilanjutkan di kelas XII. Ekonomi Akuntansi adalah salah satu pelajaran yang

sarat dengan pengetahuan prosedural, di mana dalam pelajaran ini siswa dituntut

untuk memiliki kompetensi untuk bisa menyusun siklus akuntansi perusahaan jasa

maupun dagang, yang dimulai dari pencatatan transaksi di jurnal, pemindahan

transaksi dari jurnal ke buku besar, pengikhtisaran dalam bentuk neraca saldo,

membuat jurnal penyesuaian,menyusun worksheet, membuat laporan keuangan,

dan terakhir membuat jurnal penutup dan jurnal balik. Konsekuensi dari materi

seperti ini adalah bila seorang siswa tidak memahami langkah-langkah dasar

maka seorang siswa akan kesulitan untuk memahami langkah selanjutnya yang

lebih kompleks, kondisi ini tentu berimplikasi kepada kegagalan dalam

pembelajaran

Permen no 22 tahun 2006 tentang standar isi menyebutkan bahwa tujuan

pembelajaran Ekonomi Akuntansi adalah :

1. Peserta didik memiliki kemampuan untuk memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara,

2. Peserta didik menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi,

3. Peserta didik memiliki kemampuan untuk membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara, 4. Peserta didik memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang

bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.

Tujuan pembelajaran Ekonomi Akuntansi di atas seyogianya harus mampu

dicapai oleh siswa, namun ternyata dari kondisi lapangan, berdasarkan hasil

(9)

ketuntasan belajar minimal yakni 75, rata-rata dari siswa baru mencapai

ketuntasan 45- 65. Selain masih rendahnya ketuntasan belajar, rasa ingin tahu dan

minat siswa juga terlihat masih kurang, hal ini terlihat dari sedikitnya

pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan kepada guru, yang bertanya hanya murid itu ke itu

saja, keinginan dan daya juang mereka untuk bisa memecahkan soal-soal yang

diberikan tidak terlihat, pada saat mereka tidak mengerti siswa kurang berinisiatif

untuk bertanya pada guru pada teman yang lebih pintar ataupun mencari referensi

lain. Pada saat praktek akuntansi (pengerjaan soal-soal transaksi akuntansi) juga

terlihat banyak siswa belum terampil dalam mencatat transaksi keuangan ke

dalam berbagai jurnal dan form akuntansi. bila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut

tentu akan menimbulkan dampak yang lebih negatif.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Markus Maas (2004) tentang

faktor-faktor kesulitan belajar Akuntansi siswa IPS, terungkap bahwa ketidak tepatan

metode pembelajaran yang digunakan guru, merupakan salah satu faktor

penyebab kesulitan belajar Akuntansi. (Jurnal Pendidikan Penabur - No.03 / h.III /

Desember 2004). Sejalan dengan itu dari hasil wawancara dan pengamatan

diketahui bahwa pembelajaran Ekonomi Akuntansi umumnya dilakukan dengan

cara pemberian ceramah yang kemudian dilanjutkan dengan pengisian LKS.

Permasalahan yang terungkap dari kondisi ini adalah kurangnya bimbingan dari

guru, di mana siswa telah diharuskan mengerjakan LKS padahal sebelumnya

mereka belum paham benar konsep-konsep dasar Akuntansi serta tata cara

pengerjaannya, hal ini karena tidak adanya pelaksanaan praktik terstruktur dan

(10)

pengerjaan LKS. Kondisi ini semakin tidak baik karena kebiasaan guru yang

kurang memberikan umpan balik kepada siswa, tugas-tugas yang diberikan

kepada siswa rata-rata hanya ditanda tangani tanpa adanya koreksi-koreksi dan

catatan-catatan dari guru, hal ini berimplikasi siswa tidak mengerti salahnya

dimana, dan bagaimana yang seharusnya.

Beranjak dari permasalahan di atas, maka upaya meningkatkan kualitas

pembelajaran Ekonomi Akuntansi merupakan suatu kebutuhan yang urgen untuk

dilaksanakan. Salah satu model pembelajaran yang dipandang bisa untuk

menjembatani permasalahan tersebut adalah model pembelajaran direct

instruction, karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa model

pembelajaran direct instruction, merupakan suatu model pembelajaran yang

bertujuan dan cocok untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan faktual, (dalam

hal ini siswa memiliki kemampuan untuk memahami konsep-konsep dasar

Akuntansi) selain itu model pembelajaran direct instruction juga cocok untuk

meningkatkan pengetahuan prosedural, (dalam hal ini siswa memiliki kemampuan

dalam penyusunan tahap-tahap siklus Akuntansi). Kelebihan yang dimiliki oleh

model pembelajaran direct instruction juga diperkuat oleh penelitian yang

dilakukan oleh Rubina Kousar pada tahun 2010 yang berjudul “The Effect Of

Direct Instruction Model On Intermediate Class Achievement”, dari hasil

penelitian diketahui bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan model

direct instruction, baik dari segi prestasi dan sikap secara konsisten lebih baik

(11)

Teaching and Learning; Feb 2010 tersedia online di http://proquest.umi.com

/ pqdweb)

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk menerapkan model

pembelajaran direct instruction dalam pembelajaran Ekonomi Akuntansi, dan

nantinya melihat efektivitas model pembelajaran direct instruction terhadap hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi. Model pembelajaran direct

instruction yang diterapkan berdasarkan langkah-langkah yang telah dikemukakan

oleh (Joyce,2009:423) yang terdiri dari lima langkah yaitu penjelasan guru

mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap siswa. Penjelasan ini

dilanjutkan dengan meminta siswa menguji pemahaman mereka dengan

melakukan praktik terstrukur, praktik di bawah bimbingan guru dan praktik

mandiri, dan pada saat siswa melaksanakan praktek, umpan balik sesegera

mungkin diberikan oleh guru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan utama yang

akan di teliti adalah: Apakah model pembelajaran direct instruction efektif

terhadap pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi,

baik dari segi kognitif (prestasi akademik) maupun afektif (sikap)?

C. Pertanyaan Penelitian

Untuk mengoperasionalkan rumusan masalah di atas maka pertanyaan

(12)

1. Apakah hasil belajar ranah kognitif level mengingat pada mata pelajaran

Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct

instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti

pembelajaran biasa (resitasi)?

2. Apakah hasil belajar ranah kognitif level memahami pada mata pelajaran

Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct

instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti

pembelajaran biasa (resitasi)?

3. Apakah hasil belajar ranah kognitif level menerapkan pada mata pelajaran

Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct

instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti

pembelajaran biasa (resitasi)?

4. Apakah hasil belajar ranah kognitif level menganalisis pada mata pelajaran

Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct

instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti

pembelajaran biasa (resitasi)?

5. Apakah hasil belajar ranah afektif level receiving pada mata pelajaran

Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct

instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti

pembelajaran biasa (resitasi)?

6. Apakah hasil belajar siswa ranah afektif level responding pada mata

(13)

direct instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti

pembelajaran biasa (resitasi)?

7. Apakah hasil belajar siswa ranah afektif level valuing pada mata pelajaran

Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct

instruction lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti

pembelajaran biasa (resitasi)?

D. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian masalah yang diteliti dibatasi pada :

1. Penerapan model pembelajaran Direct Instruction hanya dilaksanakan

pada kelas XI jurusan IPS di SMA.

2. Materi Ekonomi Akuntansi yang dipilih pada penelitian ini adalah pada

standar kompetensi (SK) memahami penyusunan siklus akuntansi

perusahaan jasa.

3. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif dibatasi pada mengingat,

memahami, mnerapkan dan menganalisis, disesuaikan dengan Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan oleh

Depdiknas.

4. Hasil belajar siswa pada ranah afektif dibatasi pada perhatian siswa pada

saat guru menjelaskan (receiving), siswa bersemangat dalam mengerjakan

soal-soal yang diberikan (responding) dan siswa memperlihatkan

(14)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan pertanyaan penelitian di atas maka

tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar

siswa ranah kognitif level mengingat, pada mata pelajaran Ekonomi

Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction

dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).

2. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar

siswa ranah kognitif level memahami, pada mata pelajaran Ekonomi

Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction

dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).

3. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar

siswa ranah kognitif level menerapkan, pada mata pelajaran Ekonomi

Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction

dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).

4. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar

siswa ranah kognitif level menganalisis, pada mata pelajaran Ekonomi

Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction

dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).

5. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar

siswa ranah afektif level receiving, pada mata pelajaran Ekonomi

Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction

(15)

6. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar

siswa ranah afektif level responding, pada mata pelajaran Ekonomi

Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct instruction

dibanding model pembelajaran biasa (resitasi).

7. Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang perbedaan hasil belajar

siswa ranah afektif level valuing, pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi

yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dibanding

model pembelajaran biasa (resitasi).

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Sebagai bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut dalam bidang

pembelajaran Ekonomi Akuntansi

2. Bagi rekan-rekan guru sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan proses

pembelajaran Ekonomi Akuntansi di level SMA/MA.

3. Bagi para pengembang kurikulum, sebagai salah satu masukan untuk

meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan model

pembelajaran direct instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa

SMA/MA dalam mata pelajaran Ekonomi Akuntansi

4. Bagi rekan peneliti selanjutnya, sebagai masukan awal untuk

penelitian-penelitian berikutnya dalam bidang pembelajaran Akuntansi.

G. Hipotesis Penelitian

(16)

1.

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level mengingat

pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level mengingat pada

mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

2.

Ho :Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level memahami

pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level memahami

pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

3.

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level penerapan

pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang

(17)

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level pemahaman

pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

4.

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level analisis

pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif level analisis pada

mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

5.

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level receiving

pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level receiving pada

mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang

(18)

6.

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level responding

pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level responding pada

mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

7.

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level valuing

pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif level valuing pada mata

pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction dibandingkan dengan yang

menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

H. Variabel Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini memiliki variabel

bebas (X) yaitu model pembelajaran yang dibagi atas model pembelajaran direct

(19)

(Y) yaitu hasil belajar. Variabel hasil belajar dipecah menjadi 1) hasil belajar

ranah kognitif level mengingat, 2) hasil belajar ranah kognitif level memahami, 3)

hasil belajar ranah kognitif level menerapkan , 4) hasil belajar ranah kognitif

level menganalisis, 5) hasil belajar ranah afektif level receiving, 6) hasil belajar

ranah afektif level responding, dan 7) hasil belajar ranah afektif level valuing.

Secara ringkas, disain penelitian digambarkan sebagai berikut :

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini memiliki variabel bebas

(X) yaitu model pembelajaran yang dibagi atas model pembelajaran direct

instruction, dan model pembelajaran biasa (resitasi) sedangkan variabel terikat

(Y) yaitu hasil belajar. Variabel hasil belajar dipecah menjadi 1) hasil belajar

ranah kognitif level mengingat, 2) hasil belajar ranah kognitif level memahami, 3)

hasil belajar ranah kognitif level menerapkan , 4) hasil belajar ranah kognitif g.

Gambar 1.1 Disain Penelitian

Dari disain penelitian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa penelitian ini

akan melihat pada kelas yang menggunakan model pembelajaran direct

instruction, apakah, 1) hasil belajar ranah kognitif level mengingat, 2) hasil

belajar ranah kognitif level memahami, 3) hasil belajar ranah kognitif level

menerapkan, 4) hasil belajar ranah kognitif level menganalisis, 5) hasil belajar

Variabel Bebas (X)

1. hasil belajar ranah kognitif level mengingat,

2. hasil belajar ranah kognitif level memahami,

3. hasil belajar ranah kognitif level menerapkan ,

4. hasil belajar ranah kognitif level menganalisis,

5. hasil belajar ranah afektif level receiving,

6. hasil belajar ranah afektif level responding, dan

(20)

ranah afektif level receiving, 6) hasil belajar ranah afektif level responding, dan

7) hasil belajar ranah afektif level valuing terdapat perbedaan dengan kelas

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A . Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model

pembelajaran direct instruction dibanding model pembelajaran biasa

(resitasi). Mcmillan dan Schumacher, (1997: 440) menjelaskan bahwa

penelitian yang ingin membandingkan pengaruh satu kondisi pada satu

kelompok dengan pengaruh dari kondisi berbeda pada kelompok kedua,

digolongkan kepada penelitian eksperimen. Lebih lanjut Mc Millan dan

Schumacher menjelaskan bahwa riset eksperimental memiliki beberapa

karakteristik yaitu: 1) adanya penempatan subjek secara acak, 2) adanya

perbandingan dua kelompok atau lebih ataupun seperangkat kondisi, 3)

manipulasi langsung minimal pada satu variabel independent, 4) adanya alat

ukur dari masing-masing variabel dependen 5) adanya manfaat statistik

inferensial 6) adanya kontrol maksimum dari variabel asing. Dalam

penelitian ini, siswa dibedakan atas dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Kedua kelas ini diberi perlakuan yang berbeda. Pada kelas

eksperimen digunakan model pembelajaran direct instruction, sedangkan

kelas kontrol digunakan pembelajaran biasa (resitasi). Furqon dan Emilia

(2010 :14-20) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen memiliki beberapa

(22)

desain yang paling lemah dalam mengontrol peubah-ubah yang potensial

menjadi hipotesis rival, 2) true experimental designs, desain eksperimen yang

ini merupakan yang paling bagus, namun mensyaratkan adanya

pengelompokkan subjek secara acak ke dalam kelompok eksperimen atau

kelompok kontrol (random assignment). Kondisi ini berarti peserta didik

harus diacak ke kelompok ekspermen atau kelompok kontrol, tidak

menggunakan kelas yang sudah ada. 3) Quasi eksperimental designs,

memiliki karakteristik yang sama dengan true experiment namun pada

quasi-experiment tidak adanya random assignment (Heppner, Wamfold dalam

(Furqon dan Emilia, 2010 :20

Desain eksperimental merupakan desain yang terkuat karena mampu

mengontrol hampir semua invaliditas internal (Mcmillan dan Schumacher,

(1997: 467) , namun dalam konteks sosial dan pendidikan, pengacakan subjek

ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (random assignment)

sulit dilakukan, sukar atau sangat mahal maka peneliti menggunakan

kelompok atau kelas yang telah terbentuk sebagai kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Pada penelitian ini tidak melakukan Random Assignment,

namun langsung menggunakan kelas yang sedang berlangsung sebagai

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, oleh karena itu penelitian ini

tergolong kepada eksperimen kuasi (Furqon dan Emilia, 2010:20). Adanya

istilah quasi eksperimental karena tidak adanya true experiment, dan desain

quasi ekperimen lebih kuat dibanding pre-experimental (Mcmillan dan

(23)

B. Desain Penelitian

Disain eksperimen kuasi yang digunakan dalam penelitian ini

berbentuk Pretest-posttest control design Siswa diberi pretes terlebih dahulu,

yang memungkinkan peneliti melakukan berbagai analisis yang diperlukan

untuk membuat inferensi tentang peubah bebas terhadap peubah terikat.

Tabel 3.1 Desain Eksperimen

Group Pre-test Perlakuan Post-tes

Eksperimen O1 X O3

Kontrol O2 O4

Sumber : Furqon Emilia (2010 : 18)

Keterangan:

O1 : Pretes pada kelas eksperimen yang dilakukan sebanyak 4 kali

O2 : Pretes pada kelas kontrol yang dilakukan sebanyak 4 kali

O3 : Postes pada kelas eksperimen yang dilakukan sebanyak 4 kali O4 : Postes pada kelas kontrol yang dilakukan sebanyak 4 kali

X : Perlakuan dengan penggunaan model pembelajaran direct Instruction

yang dilakukan dalam 4 kali pertemuan

Kekuatan dari desain penelitian pretest-posttest control design,

terletak pada adanya pretes yang memungkinkan peneliti melakukan berbagai

analisis yang diperlukan untuk membuat inferensi tentang pengaruh peubah

(24)

Sejalan dengan desain eksperimen di atas, maka langkah penelitian

yang akan dilakukan,dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Langkah pertama yang dilakukan adalah memilih dan menetukan kelas

mana yang akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen, dan kelas mana

yang akan dijadikan sebagai kelompok kontrol. Kelas eksperimen akan

menggunakan model pembelajaran direct instruction, dan kelas kontrol

akan menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi).

2. Langkah kedua memberikan pretes untuk kedua kelas, yaitu untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol, yang bertujuan untuk mengetahui

pengetahuan dan kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan, pretes

diberikan setiap akan memulai pembelajaran, dalam penelitian ini pretes

diberikan sebanyak 4 kali

3. Langkah ketiga, memberikan perlakuan selama empat kali kepada

kelompok eksperimen, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran

direct instruction, sedangkan untuk kelompok kontrol menggunakan

model pembelajaran biasa (resitasi)

4. Langkah terakhir, memberikan postes untuk kedua kelompok, yaitu untuk

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan tujuan untuk melihat

sejauh mana pencapaian hasil belajar (kognitif) Akuntansi siswa, setelah

diberikan perlakuan, postes diberikan sebanyak 4 kali, setiap selesai

pembelajaran, selain itu juga digunakan instrumen skala untuk mengetahui

(25)

C. Definisi Operasional

Berdasarkan variabel penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya

pada BAB I, maka variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu model

pembelajaran direct instruction, dan hasil belajar ranah kognitif level

mengingat, hasil belajar ranah kognitif level memahami, hasil belajar ranah

kognitif level menerapkan, hasil belajar ranah kognitif level menganalisis,

hasil belajar ranah afektif level receiving, hasil belajar ranah afektif level

responding, dan hasil belajar ranah afektif level valuing. Agar ada kesamaan

konsep dan persepsi serta pegangan dalam penyusunan instrumen

pengumpulan data, maka variabel tersebut perlu didefinisikan secara

operasional.

1. Model Pembelajaran Direct Instruction

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan dapat berfungsi sebagai

pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam

merencanakan dan melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.

Model pembelajaran direct instruction adalah model yang dirancang untuk

meningkatkan penguasaan berbagai keterampilan (pengetahuan

prosedural) dan pengetahuan faktual yang diterapkan berdasarkan

langkah-langkah yang telah dikemukakan oleh (Joyce,2009:423) yang terdiri dari

lima langkah yaitu penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan

(26)

menguji pemahaman mereka dengan melakukan praktik terstrukur, praktik

di bawah bimbingan guru dan praktik mandiri, dan pada saat siswa

melaksanakan praktek, umpan balik sesegera mungkin diberikan oleh guru

yang terdiri orientasi dan presentasi dari guru,yang kemudian dilanjutkan

dengan praktik terstruktur, praktik dibawah bimbingan, dan praktik

mandiri oleh siswa.

2. Hasil belajar akuntansi ranah kognitif level mengingat adalah sesuatu yang

diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran, sehingga terlihat

peningkatan pengetahuan,. Indikator yang digunakan untuk hasil belajar

akuntansi ranah kognitif level mengingat adalah a) kemampuan siswa

untuk mengidentifikasi kembali materi yang telah disampaikan guru, b)

kemampuan siswa mengulang kembali materi akuntansi yang telah

disampaikan guru. Instrumen yang digunakan untuk menilai adalah tes

penguasaan materi yang bersifat obyektif

3. Hasil belajar akuntansi ranah kognitif level meemahami adalah sesuatu

yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran, sehingga

terlihat peningkatan pemahaman akuntansi. Indikator yang digunakan

untuk hasil belajar akuntansi ranah kognitif level memahami adalah a)

kemampuan siswa untuk menginterpretasikan materi yang telah

disampaikan guru. b) kemampuan siswa untuk menyimpulkan

materi-materi yang telah di sampaikan guru. Instrumen yang digunakan untuk

(27)

4. Hasil belajar akuntansi ranah kognitif level menerapkan adalah sesuatu

yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran, sehingga

terlihat peningkatan kemampuan penerapan akuntansi. Indikator yang

digunakan untuk hasil belajar akuntansi ranah kognitif level menerapkan

adalah a) kemampuan siswa untuk menyusun materi-materi yang telah di

sampaikan guru, b) kemampuan siswa untuk mengimplementasikan materi

yang telah disampaikan guru. Instrumen yang digunakan untuk menilai

adalah tes penguasaan materi yang bersifat uraian

5. Hasil belajar akuntansi ranah kognitif level menganalisis adalah sesuatu

yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran, sehingga

terlihat peningkatan kemampuan analisis akuntansi. Indikator yang

digunakan untuk hasil belajar akuntansi ranah kognitif level analisis adalah

: a) kemampuan siswa untuk mengklasifikasikan materi yang telah

disampaikan guru, b) kemampuan siswa untuk mengaitkan materi yang

telah disampaikan guru. Instrumen yang digunakan untuk menilai adalah

tes penguasaan materi bersifat uraian

6. Hasil belajar akuntansi ranah afektif level receiving adalah gambaran sikap

siswa selama pembelajaran akuntansi, yang diukur dengan instrumen skala

Thurstone. Indikator yang digunakan untuk hasil belajar akuntansi ranah

afektif level receiving adalah : a) sikap siswa dalam mengikuti pelajaran,

b) sikap siswa dalam mematuhi pembelajaran,

7. Hasil belajar akuntansi ranah afektif level responding adalah gambaran

(28)

skala Thurstone. Indikator yang digunakan untuk hasil belajar akuntansi

ranah afektif level responding adalah : a) sikap siswa dalam menanggapi

pembelajaran, b) Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.

8. Hasil belajar akuntansi ranah afektif level valuing adalah gambaran sikap

siswa selama pembelajaran akuntansi, yang diukur dengan instrumen skala

Thurstone. Indikator yang digunakan untuk mengukur hasil belajar afektif

level valuing adalah ; a) sikap siswa dalam memprakarsai pembelajaran, b)

komitmen siswa dalam pembelajaran. c) sikap siswa dalam meyakini

pembelajaran

9. Efektivitas adalah perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas

yang menggunakan model pembelajaan direct instruction dengan kelas

yang menggunakan model pembelajaran biasa (resitasi). Signifikansi

diketahui dari perhitungan skor melalui uji statistik dengan menggunakan

SPSS uji t.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian pendidikan yang bersifat kuantitatif, ditujukan untuk

memperoleh kesimpulan tentang kelompok yang besar dalam ruang lingkup

wilayah yang luas, tetapi hanya dengan meneliti kelompok kecil dalam daerah

yang sempit. Kelompok besar dan wlayah yang menjadi ruang lingkup

penelitian disebut populasi Sukmadinata, (2009:250). Sejalan dengan itu

menurut Margono (2003: 118) menjelaskan bahwa “Populasi adalah seluruh

(29)

kita tentukan” dan Arikunto (2008: 130) menjelaskan bahwa “Populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian”. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi

adalah seluruh siswa kelas X SMA N di Bukittinggi, yang berjumlah 5

sekolah dan populasi targetnya adalah jurusan IPS yang total keseluruhan

berjumlah 15 lokal

Sampel dalam suatu penelitian harus representative dalam arti

mewakili populasi, baik dalam karakteristik maupun jumlahnya, karena pada

sampel lah kita melakukan penelitian dan menarik kesimpulan (Sukmadinata,

2009 : 250), untuk itu akan dilakukan penarikan sampel secara simple random

untuk mendapatkan satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen, pengambilan

sampel secara acak sederhana dilakukan, karena populasi relatif homogen,

dalam arti kata kualitas masing-masing sekolah tidak jauh berbeda, kedua

sekolah mendapat nilai akreditasi A (Dinas Pendidikan Bukittinggi, 2010), dari

hasil penarikan sampel, di dapat kelas yang menjadi sampel penelitian adalah

seluruh siswa kelas XIS1 SMAN 3 Bukittinggi menjadi kelas eksperimen, dan

seluruh siswa kelas XIS1 SMAN 5 Bukittinggi menjadi kelas kontrol.

D. Instrumen Penelitian

Suatu instrumen harus bisa mengungkap apa yang akan diteliti,

sehingga hasil yang diharapkan, akan memberikan data yang sebenarnya.

Sama halnya seperti yang dikemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim (1989 :97)”

Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat

(30)

penelitian ini digunakan dua instrumen yaitu: Tes penguasaan materi untuk

mengukur hasil belajar ranah kognitif dan instrumen skala Thurstone untuk

mengukur hasil belajar ranah afektif

1. Tes Penguasaan materi

Kisi-kisi instrumen dan instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat

dilihat pada lampiran 1. Tes penguasaan materi sering juga disebut

sebagaii tes prestasi belajar, dimana tes ini mengukur hasil belajar yang

dicapai siswa selama kurun waktu tertentu (Sukmadinata, 2009:223).

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penyusunan instrumen

penguasaan materi adalah :

a. Menentukan konsep dan subkonsep pokok bahasan berdasarkan

panduanan Standar Kompetensi, kompetensi dasar serta indikator mata

pelajaran Ekonomi Akuntansi di SMA.

b. Membuat kisi-kisi soal instrumen penelitian (lihat lampiran 1)

c. Membuat soal tes berdasarkan kisi-kisi membuat kunci jawaban dan

penskoran.

d. Meminta pertimbangan (expert judgment). Soal tes yang telah dibuat

kepada dua orang dosen pembimbing dan satu guru bidang studi

terhadap kualitas instrumen penelitian.

e. Melakukan revisi terhadap soal-soal yang dianggap tidak valid dengan

mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing.

f. Melakukan uji coba instrumen

(31)

Pemberian tes penguasaan materi dilakukan dua kali yaitu 1) saat

perlakukan belum di berikan (pretes) yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa pada kedua kelas baik eksperimen atau kontrol

tentang materi Akuntansi. Setelah materi penyusunan siklus akuntansi

perusahaan jasa diberikan, maka peneliti memberikan soal kembali 2)

(postes) yang berkaitan dengan topik tersebut kepada siswa. Tujuan

pemberian soal ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penguasaan

kognitf siswa tentang materi yang baru saja diajarkan/ setelah diberi

perlakuan baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Instrumen penelitian dalam bentuk tes penguasaan materi yang

digunakan pada siswa SMA jurusan IPS, akan dilakukan pengolahan

sebagai berikut :

a. Menghitung nilai hasil belajar siswa, dengan langkah-langkah sebagai

berikut : 1) mengoreksi hasil jawaban siswa dengan kunci jawaban yang

sudah ada, 2) memberikan skor hasil tes siswa, dimana nilai akhir

diperoleh dengan menjumlahkan setiap item soal yang dijawab benar

oleh siswa

b. Membandingkan nilai pretes dan nilai postes antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

2. Instrumen Penilaian Afektif

Dalam panduan pengembangan perangkat penilaian afektif, yang

dikeluarkan oleh Depdiknas, dijelaskan bahwa salah satu instrumen yang

(32)

sering digunakan dalam instrumen penilaian afektif adalah skala Thurstone,

Skala Likert dan Skala Beda Semantik. Dalam penelitian ini akan digunakan

skala Thurstone yang memiliki skor tertinggi tiap butir 7 dan skor terendah 1

untuk pernyataan positif, dan skor tertinggi tiap butir adalah 1 dan skor

terendah adalah 7 untuk pernyataan negatif

Kisi-kisi instrumen dan instrumen yang digunakan dalam penelitian

dapat dilihat pada lampiran 1. Langkah-langkah yang ditempuh dalam

penyusunan instrumen skala hasil belajar ranah afektif adalah :

a. Menyusun aspek ranah afektif beradasarkan panduan kurikulum KTSP dan

taksonomi Bloom.

b. Menentukan kriteria tiap level afektif tersebut.

c. Membuat skala ranah afektif tiap level

d. Mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing.

Skor yang diperoleh akan dianalisis untuk tingkat peserta didik dan

tingkat kelas, yaitu dengan mencari rerata (mean) dan simpangan baku skor.

Selanjutnya ditafsirkan hasilnya untuk mengetahui hasil belajar ranah afektif

masing-masing peserta didik , dan kemudian akan dibandingkan hasil belajar

siswa kelas eksperimen dengan hasil belajar afektif.

E. Uji Coba Instrumen

Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data, untuk mendapatkan

instrument yang layak dan cocok untuk mengukur hasil belajar siswa, maka

(33)

1. Meminta pertimbangan (expert judgment) dari para ahli yang

berkompeten terhadap tes yang dibuat. Dalam hal ini instrumen

dikonsultasikan kepada dua orang dosen pembimbing dan juga

didiskusikan dengan guru yang ada di sekolah

2. Melakukan uji coba instrumen pada sekolompok siswa untuk mengetahui

reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Uji coba

dilaksanakan pada kelas XII S2 SMA 3 Bukittinggi yang berjumlah 35

orang. Hasil dari uji coba diolah dengan menggunakan software

ANATES versi 4.1.

a) Reliabilitas instrumen, suatu instrumen dikatakan reliable bila

suatu instrumen dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang

berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. (Nasution,

2008, 77). Berdasarkan hasil olahan ANATES dari instrumen yang

diuji cobakan diketahui bahwa tingkat reliabilitasnya 0.72 untuk

soal pilihan ganda dan 0.94 untuk soal uraian (lihat lampiran 2) bila

dikonversikan dengan kategori reliabilitas maka bisa dikatakan soal

pilihan ganda memiliki reliabilitas yang tinggi (baik), dan soal

uraian memiliki reliabilitas yang sangat tinggi (sangat baik :

Tabel.3.2

Kategori Reliabilitas Butir soal

Batasan Kategori

0,80< r11≤ 1,00 sangat tinggi (sangat baik) 0,60<r 11 ≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40< r11≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20< r11≤ 0,40 rendah (kurang)

(34)

b) Daya Pembeda, daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal

untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi

dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang

menunjukkan besarnya daya pembeda disebut Indeks diskriminasi

dari hasil pengolahan ANATES diketahui bahwa soal pilihan ganda

memiliki indeks diskriminasi yang bervariasi mulai dari 22.22 -

66.671, dan soal uraian memiliki indeks diskriminasi mulai dari

27.78 -72.22 (lihat lampiran 2) bila dikonversikan dengan indeks

diskriminasi maka bisa dikatakan soal memiliki daya pembeda

yang cukup dan baik, dan beberapa ada yang baik sekali :

Tabel.3.3

Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 ≤ D ≤ 0,20 jelek

0,20 < D ≤ 0,40 cukup

0,40 < D ≤ 0,70 baik

0,70 < D ≤ 1,00 baik sekali

a) Tingkat kesukaran, tingkat kesukaran adalah bilangan yang

menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks

kesukaran Angka yang menunjukkan tingkat kesukaran sering

disebut indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran berkisar

antara 0,00 sampai 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,0

menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, indeks 1,0 menunjukkan

(35)

diketahui bahwa soal pilihan ganda memiliki indeks kesukaran

yang bervariasi mulai dari 31.43% - 65.71 %, sedangkan soal

uraian memiliki indeks kesukaran yang bervariasi mulai dari

33.33-50.00 (lihat lampiran 2) bila dikonversikan dengan indeks

kesukaran maka bisa dikatakan soal memiliki tingkat kesukaran

sedang:

Tabel.3.4.

Kategori tingkat Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 ≤ P < 0,30 soal sukar

0,30 ≤ P < 0,70 soal sedang

0,70 ≤ P < 1,00 soal mudah

F. Pengolahan dan Analisis data

Pengolahan dan analisis data secara garis besar dilakukan dengan

menggunakan bantuan pendekatan serta hirarki statistik dengan bantuan SPSS.

Data primer dari hasil tes siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan

metode direct instruction dianalisa dengan cara membandingkan skor pretes

dan postes. Sebelum dilakukan uji hiptesis dilakukan uji prasyarat analisis

yaitu normalitas dan homogenitas, berikutnya untuk menguji hipotesis

digunakan uji t, uji t dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu

keadaan nilai rata-rata pretes siswa pada kelas eksperimen dengan siswa pada

kelas kontrol, keadaan nilai rata-rata tes akhir siswa pada kelas eksperimen

(36)

perbedaan hasil belajar ranah afektif juga dilakukan dengan menggunakan uji

t.

G. Prosedur dan Langkah-Langkah Penelitian

Prosedur dan langkah-langkah penelitian di bagi atas 3 tahapan besar

yaitu:

1. Persiapan, pada tahapan ini dilakukan observasi dan wawancara dengan

guru bidang studi akuntansi dan siswa untuk memastikan permasalahan

pembelajaran akuntansi, melakukan studi pustaka mengenai kajian teori

dan merumuskan hipotesis setelah itu membuat prosedur pelaksanaan

eksperimen dengan menentukan populasi dan sampel, kemudian

menyusun instrumen.

2. Melakukan penelitian pada tahap ini melakukan pembelajaran dengan

model pembelajaran direct instruction pada kelas eksperimen dan model

pembelajaran biasa resitasi pada kelas kontrol, setiap akan memulai

pembelajaran diadakan pretes dan kemudian dilakukan postes (ranah

kognitif), untuk itu pada penelitian ini akan ada 4 kali pretes, 4 kali

perlakuan, dan 4 kali postes. Untuk mendapatkan data hasil belajar ranah

aektif, maka peneliti menyebarkan instrumen skala sikap. Kegiatan terakhir

pada tahap ini adalah mengolah dan menganalisis data baik secara

deskriptif ataupun inferensial dan terakhir membuat kesimpulan dan saran.

3. Melaporkan hasil penelitian, hasil penelitian akan dilaporkan dalam

bentuk tesis yang terdiri atas lima bab. Gambaran langkah dan prosedur

(37)

Gambar 3.1

Langkah dan Prosedur Penelitian

Menentukan Permasalahan

Menentukan Populasi

Menentukan Sampel

Menyusun Instrumen

Menganalisis Soal Instrumen Membuat Hipotesis

Menguji Hipotesis

Menarik Kesimpulan Memberikan Perlakuan

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

(38)

SIMPULAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah

dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Siswa yang menggunakan model pembelajaran direct Instruction

dalam mata pelajaran akuntansi memperoleh hasil belajar ranah kognitif

yang lebih tinggi dibanding siswa yang menggunakan model biasa

(resitasi), baik pada level mengingat (C1), memahami (C2),

menerapkan (C3) dan menganalisis (C4) hal ini terlihat dari hasil

pengujian statistik SPSS dengan menggunakan uji t (independent

sample t test).

Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian diperkuat oleh pendapat

dan teori para ahli serta penelitian sebelumnya maka dapat dikatakan

model direct instruction tepat dan cocok untuk digunakan dalam proses

pembelajaran akuntansi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

pada ranah kognitif level mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan

(C3) dan menganalisis (C4).

2. Siswa yang menggunakan model pembelajaran direct Instruction

dalam mata pelajaran akuntansi memperoleh hasil belajar ranah afektif

yang lebih tinggi dibanding siswa yang menggunakan model biasa

(39)

menggunakan uji t (independent sample t test).

Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian diperkuat oleh pendapat

dan teori para ahli serta penelitian sebelumnya maka dapat dikatakan

model direct instruction tepat dan cocok untuk digunakan dalam proses

pembelajaran akuntansi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

pada ranah afektif level receiving (A1), responding (A2) dan valuing

(A3).

B. SARAN

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model

pembelajaran direct instruction secara signifikan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa baik dari aspek kognitif maupun afektif. Berkenaan dengan hal

tersebut, beberapa rekomondasi diajukan kepada pihak-pihak yang terkait,

antara lain:

1. Guru Mata Pelajaran Akuntansi

Guru hendaknya senantiasa mencari model-model baru, ataupun

memodifikasi model yang telah ada dalam usaha memecahkan masalah

pembelajaran. Ekonomi Akuntansi sebagai salah satu mata pelajaran

memerlukan kemampuan konsep dan prosedural yang baik, maka model

direct instruction yang menekankan kepada pengembangan konsep dan

keterampilan bias dijadikan salah satu alternatif, namun yang harus

diperhatikan guru dalam penerapan model ini harus didahului oleh

(40)

memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan dan skill untuk

menapaki proses pembelajaran.

2. Kepala Sekolah

Model pembelajaran direct instruction dapat dijadikan sebagai

salah model pembelajaran yang diterapkan dalam upaya meningkatkan

kompetensi siswa dalam mata pelajaran Ekonomi Akuntansi, serta dapat

dijadikan sebagai masukan untuk mata pelajaran lain yang relevan dan

memiliki karakteristik yang sama dengan Ekonomi Akuntansi

3. LPTK

Sebagai lembaga yang berperan aktif dalam mencetak

tenaga-tenaga kepedidikan yang berkualitas, maka patut kiranya memperkenalkan

berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata

pelajaran Ekonomi Akuntansi yang dapat di adopsi dan di manfaatkan

oleh para calon guru atau guru dalam melaksanakan tugasnya.

4. Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian ini dalam penerapan model

pembelajaran direct instruction, disarankan untuk dapat melakukan

penelitian lebih lanjut terhadap model ini pada topik-topik akuntansi yang

berbeda serta pada ranah kognitif level mengevaluasi (C5) serta

menciptakan (C6) serta aspek afektif level organization (A4) dan

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin. Krathwohl, David. 2001. A Taxonomy for Learning Teaching and Assessing. Addison Wesley Longman. Inc

Arends, Richard.2008. Learning To Teach. New York :Mc Graw Hill Companies

---.1997. Classroom Instructional Management New York :Mc Graw Hill Companies

Arikunto. Suharsimi.2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Admin. April 2007. Direct Instruction. Tersedia (online) di http://directinstruction .org/(online) diakses 23 November 2010

Brady, Laurie (1985). Models and Method of Teaching. Australia : Prentice-Hall of Australia Pty Ltd.

Chan, Sam M. & Tuti T, Sam. 2006. Analisis SWOT: Kebijakan Pendidikan di Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Costa, Carol dan Addison Wesley.2005. Accounting. Alpha Books

Creswell, W John. 1994. Research Design Qualitative &Quantitative Approach. Sage Publications

Depdiknas. 2003. Peraturan Pemerintah N0 23 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Standar kompetensi Mata Pelajaran. Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional N0 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Untuk Satuan Pendidikan .Jakarta : Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :Rineka Cipta

(42)

Joyce, Bruce. Weil, Marsha, Calhoun, Emily. 2009. Models of Teaching. USA. Pearson Education

Hamalik, Oemar. (2004). Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar berdasarkan CBSA. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Halil, hermanto.2010. Model Pembelajaran Langsung. tersedia (online) di idiaprenduan.com/wp-content/uploads/.../model-pambelajaran-langsung.rtf

Haryati, Mimin. 2007. Model & Teknik Penilaian Pada tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Press

Hergenhahn, Mathew Olson.2009. Theories of Learning. USA. Pearson Education

Kardi, Soeparman. Mohammad Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Malang

Margono. 2004. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.

Markus, Maas. (2004) Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Akuntansi Siswa IPS. Jurnal Pendidikan Penabur - No.03 / h.III / Desember 2004. Tersedia (online) di http://www. bpkpenabur. or.id/ (Oktober 2010)

Mcmillan, James dan Schumacher, Sally. 1997. Research in Education. New York San Fransisco : Addison Wesley Longman.

Mudassir. 2006. Cara Belajar Efektif Dan Beberapa Faktor Kesulitan Belajar

Akuntansi. Tersedia (online) di http://file.upi.edu/Direktori/ (Oktober

2010)

Muzayyin, Maq. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Direct Instruction Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Siswa Smpn Majalengka. Bandung : SPS UPI thesis tidak diterbitkan.

Nasution. 2008. Metode Research. Bumi Aksara : Jakarta.

Niswonger, Rollin, 2009. Accounting Principles. South-Western Publishing Co ,U.S

Purwanto, Ngalim. 1987. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya

(43)

Pada Mata Pelajaran Akuntansi. Bandung : SPS UPI thesis tidak diterbitkan

Rosenshine dan Berliner, Gage. Direct Instruction Tersedia (online) di

http://www.worksheetlibrary.com/teaching tips/directinstruction.html. (22

November 2010).

Rubina Kousar (2010) The Effect Of Direct Instruction Model On Intermediate Class Achievement.Journal of College Teaching and Learning; Feb 2010 Tersedia (online) di http://proquest.umi.com/pqdweb (November 2010)

Sadeli, lili. 2009. Dasar-Dasar Akuntansi. Jakarta : Bumi Aksara

S, Alam. 2007. Ekonomi Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Esis.

Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta .

Salam, Burhanudin. 1997. Pengantar Pedagogik. Jakarta: Rineka Cipta. .

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group

__________. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Prenada Media Group

Sardiman, A.M .(2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Soemarso. 2000. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana, Nana dan Ibrahim (1989). Penelitian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru

Sudrajat. Ahmad.2011. Model Pembelajaran Langsung. Tersedia (online) di http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/

Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda karya

_______________________. 2004. Penelitian Dalam Pendidikan, Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Program PascaSarjana Universitas Pendidikan Indonesia :

(44)

Tjahjono.A. (2003. Akuntansi Pengantar (Pendekatan Terpadu). Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Jakarta : Prestasi Pustaka.

Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif). Bumi Aksara : Jakarta

Villa. 2010. Model Pembelajaran Langsung, tersedia (online) di http://www.vilila.com/2010/04/model-pembelajaran-langsung-direct-atau.html.

Warren, S Carl. 2008. Accounting. 23 edition South-Western/Cengage Learning; .

Work Sheet library. 2010. Direct Instruction (DI). Tersedia (online) di

http://www.worksheetlibrary.com/teaching tips/directinstruction.

html. (22 November 2010)

Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisme Guru& Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.

Artikel Anonim (2010) What is Direct Instruction?. Tersedia (online) di http://www.teach-nology.co/teachers/methods/models/ November 2010

Artikel Anonim. April 2007. Direct Instruction. Tersedia (online) di http://directinstruction.org/(online) diakses 23 November 2010

Artikel Anonim.Karakteristik Model Pembelajaran Direct Instruction. Tersedia (online) di http://ekagurunesama.blogspot.com/2010/07/karakteristik-model-pembelajaran.html (November 2010)

Gambar

Gambar 1.1 Disain Penelitian
Tabel 3.1 Desain Eksperimen
Gambar 3.1 Langkah dan Prosedur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

penyemprotan, waktu penyemprotan, lama penyemprotan, arah angin, pemakaian alat pelindung diri) terhadap aktivitas kolinesterase darah pada petani tomat di Kecamatan

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak

Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) pada Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai.. Durian Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto Provinsi

Berdasarkan hasil uji t menyatakan bahwa terdapat pengaruh pemanfaatan TIK sebagai media pembelajaran terhadap kesiapan, atau dengan kata lain pemanfaatan TIK

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa para pelanggan yang menjadi informan penelitian menyatakan bahwa secara keseluruhan mereka merasa puas terhadap kebijakan

[r]

Pada Penulisan Ilmiah ini, penulis mencoba menerapkan suatu aplikasi pendataan dan penggajian pegawai pada PT.Fajar Mas Murni, yang akan digunakan untuk bagian HRD dalam

Program aplikasi horoskop cinta ini menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6 yang apabila dijalankan dapat menghasilkan tampilan berupa karakteristik shio dan penentuan