PERBANDINGAN PENGGUNAAN RAKET UKURAN STANDAR DENGAN RAKET MINI TERHADAP KETERAMPILAN BULUTANGKIS PADA
ANAK USIA 8-9 TAHUN DI PB GARUDA MAS TASIKMALAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Oleh :
NOVIA RAHMI UTAMI
0800261
PRODI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul PERBANDINGAN PENGGUNAAN RAKET UKURAN STANDAR DENGAN RAKET MINI
TERHADAP KETERAMPILAN BULUTANGKIS PADA ANAK USIA 8-9
TAHUN DI PB GARUDA MAS TASIKMALAYA, adalah sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Januari 2013 Yang membuat pernyataan,
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : NOVIA RAHMI UTAMI NIM : 0800261
Judul Skripsi : PERBANDINGAN PENGGUNAAN RAKET UKURAN STANDAR DENGAN RAKET MINI TERHADAP
KETERAMPILAN BULUTANGKIS PADA ANAK USIA 8-9 TAHUN DI PB GARUDA MAS TASIKMALAYA
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I,
Dr. Herman Subarjah, M.Si NIP. 196009181986031003
Pembimbing II,
Drs. Yadi Sunaryadi, M.Pd NIP. 196510171992031002
Diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga,
ABSTRAK
PERBANDINGAN PENGGUNAAN RAKET UKURAN STANDAR DENGAN RAKET MINI TERHADAP KETERAMPILAN BULUTANGKIS PADA
ANAK USIA 8-9 TAHUN DI PB GARUDA MAS TASIKMALAYA
Novia Rahmi Utami* 2013
Penelitian ini dilatar belakangi oleh pentingnya menguasai teknik dasar yang baik dari sejak dini, yang bertujuan untuk menyiapkan atlet-atlet berkualitas di masa mendatang. Tetapi di lapangan, peneliti melihat adanya suatu masalah, yaitu raket ukuran standar terlalu panjang apabila digunakan oleh anak usia dini, karena membatasi gerak anak usia tersebut dalam menguasai teknik dasar bulutangkis, sehingga menghasilkan gerakan-gerakan yang kurang maksimal. Melalui penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mensiasatinya melalui penggunaan modifikasi raket yang dipendekan (raket mini).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan jenis raket mana yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemain bulutangkis usia 8-9 tahun yang aktif berlatih di PB. Garuda Mas Tasikmalaya yang berjumlah 10 orang. Dalam penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel (total sampling). Seluruh sampel dibagi menjadi dua kelompok sampel dengan cara matching (penjodohan) untuk menentukan kelompok mana yang menggunakan raket ukuran standar dan kelompok mana yang menggunakan raket mini.
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan berbagai pendekatan statistik didapat hasil sebagai berikut:
1.Penggunaan raket standar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya.
2.Penggunaan raket mini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya.
3.Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaaan raket standar dengan raket mini terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya.
DAFTAR ISI
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah………... 6
C. Tujuan Penelitian………... 6
D. Manfaat Penelitian………. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA , KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTEIS PENELITIAN………... 8
I. Kajian Pustaka……… 8
A. Pengertian dan Karakteristik Permainan Bulutangkis………... 8
B. Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis……… 12
C. Teknik Pukulan Servis Panjang atau Tinggi (High Service), Pukulan Lob (Overhead Clear) dan Pukulan Drop (Dropshot……………..23
D. Raket Standar dan Raket Mini………... 27
E. Penggunaan Raket Ukuran Standar dan Raket Mini terhadap Keterampilan Bulutangkis pada Abak Usia 8-9 Tahun………. 29
II. Kerangka Pemikiran……….. 30
III. Hipotesis Penelitian………. 33
BAB III PROSEDUR PENELITIAN……… 34
A. Metode Penelitian……….. 34
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian……… 35
C. Desain Penelitian………... 37
D. Definisi Operasional……….. 40
E. Instrumen Penelitian……….. 42
G. Teknik Pengumpulan Data………. 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 55
A. Pengolahan dan Analisis Data………... 55
B. Diskusi Penemuan……….. 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 65
A. Kesimpulan………... 65
B. Saran……….. 66
DAFTAR PUSTAKA……….. 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN……….. 69
50
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Munculnya klub-klub bulutangkis di Indonesia dapat dijadikan bukti bahwa olahraga ini diminati oleh banyak masyarakat. Olahraga bulutangkis di Indonesia mengalami perkembangan yang semakin pesat, baik dari segi pembinaan maupun dari segi prestasi. Hal ini menjelaskan bahwa semakin banyaknya perkumpulan bulutangkis atau pusat latihan bulutangkis di tiap-tiap daerah yang membina atlet-atlet usia dini dengan harapan akan berprestasi lebih baik. Sejalan dengan perkembangan olahraga bulutangkis, prestasi terbaik merupakan dambaan untuk setiap atlet maupun pelatih. Untuk mencapai hal itu tidaklah mudah dalam mewujudkannya, oleh karena prestasi yang optimal membutuhkan pembinaan dalam waktu yang cukup lama.
olahraga bulutangkis usia dini mulai banyak bermunculan di daerah-daerah. Dalam upaya pembinaan, keberadaan Diklat bulutangkis menempati posisi penting, karena para pesertanya adalah anak-anak usia sekolah yang merupakan bibit-bibit atau sumber daya manusia yang sangat diharapkan bagi perkembangan prestasi olahraga bulutangkis di masa mendatang.
Apalagi dewasa ini, prestasi perbulutangkisan atlet-atlet Indonesia mengalami penurunan secara signifikan. Terbukti dengan terjadinya kekalahan-kekalahan tim Indonesia di pertandingan internasional secara terus menerus. Oleh karena itu, perlu adanya upaya dalam meningkatkan kualitas perbulutangkisan Indonesia melalui pembinaan usia dini yang lebih baik. Hal tersebut bertujuan untuk menyiapkan atlet-atlet yg berkualitas untuk masa mendatang dari sejak dini.
Pada umumnya, banyak sekali anak-anak di setiap daerah di Indonesia yang menyukai olahraga permainan bulutangkis. Namun untuk usia pemula, berdasarkan pengalaman penulis, banyak sekali anak-anak yang memulai latihan bulutangkis dengan menggunakan raket ukuran standar. Tetapi berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, raket ukuran standar itu sendiri terlalu panjang apabila digunakan oleh anak usia dini, sehingga membatasi gerak atlet usia tersebut dalam menguasai teknik dasar bulutangkis yang pada akhirnya menghasilkan gerakan-gerakan yang kurang maksimal.
Pada tahun 2005, Ivana Lee, mantan ratu bulutangkis Indonesia yang pernah menjuarai berbagai kejuaran dunia telah menginovasi suatu raket yang diperuntukan anak usia dini dengan nama raket mini. Tetapi informasi mengenai inovasi raket mini tersebut kurang meluas sehingga banyak masyarakat umum yang belum mengetahui tentang adanya raket tersebut. Karena itu masih banyak sekali anak usia dini yang menggunakan raket ukuran standar pada waktu bermain bulutangkis, khususnya ketika baru memulai latihan dasar.
Padahal permainan bulutangkis itu sendiri dikenal sebagai permainan yang banyak menggunakan pergelangan tangan. Ukuran raket standar yang terlalu panjang ketika digunakan oleh anak usia 8-9 tahun ketika melakukan pukulan bulutangkis akan menghasilkan lecutan yang kurang maksimal karena beban raket ukuran standar terlalu berat apabila dibandingkan dengan raket mini (raket yang dipendekan). Dalam situs (http://www.bulutangkis.com) yang diunduh pada tanggal 5 Juni 2012, Agus
Sudarmawan menuliskan sebagai berikut “olahraga ini membutuhkan power yang cukup untuk menggerakkan pergelangan tangan saat melakukan pukulan. Singkat kata raket yang dipakai harus membuat sipemakai mudah untuk menggerakkannya”.
Selanjutnya dalam buku biomekanika olahraga Yusuf, dkk (2007:155) mencontohkan suatu kasus sebagai berikut “sebuah barbel yang ringan lebih mudah
untuk diangkat daripada barbel yang lebih berat”. Begitupun halnya dengan raket,
harus membuat sipemakai mudah untuk menggerakannya, yaitu salah satunya adalah dengan cara menggunakan raket mini (raket yang dipendekan).
Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk meneliti tentang perbandingan keterampilan bulutangkis yang menggunakan raket ukuran standar dengan raket mini yang dilakukan oleh anak usia 8-9 tahun. Peneliti hendak meneliti anak usia 8-9 tahun karena usia tersebut dikategorikan sebagai usia permulaan dalam olahraga bulutangkis atau usia dini. Sebagaimana yang telah diadopsi dari Bompa (1986), Yesus dan Trubo (1988), Harsono (1988), Mencek (1978) dalam situs (http://sukses bersamasukarto.blogspot.com/2010/04/oleh-hendro-suwignyo-s.html) yang diunduh pada tanggal 19 September 2012 sebagai berikut :
Tabel 1.1
Spesifikasi Cabang Olahraga Berdasarkan Usia Cabang Olahraga Umur Permulaan
Hoki 12-14 16-18 22-25
Sofbal 11-12 16-18 18-24
Panahan 11-12 16-18 20-28
Pencak silat 10-11 15-16 18-22
Bola tangan 12-13 15-16 18-24
Tenis meja 7-8 10-12 18-24
Polo air 12-13 15-16 18-28
Dalam buku Kepelatihan Permainan Bulutangkis, Subarjah (2008:72)
mengungkapkan bahwa “Seseorang sudah dapat memainkan permainan bulutangkis apabila dapat melakukan beberapa keterampilan dasar yang terdiri dari; servis, lob, dropshot, netting dan smash;”. Dikarenakan penelitian ini mengambil sampel anak usia dini yaitu anak usia 8-9 tahun, maka jenis pukulan bulutangkis yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi hanya pada servis panjang, lob dan dropshot. Pukulan netting dan smash tidak diteliti karena untuk anak usia 8-9 tahun pukulan tersebut masih sulit untuk dilakukan mengingat pukulan netting itu sendiri merupakan pukulan yang memerlukan kecermatan tinggi karena jatuhnya shuttlecock harus sedekat mungkin dengan net, bahkan kalau bisa menyentuh net terlebih dahulu sampai akhirnya jatuh di bidang permainan lawan, sedangkan pukulan smash merupakan pukulan dari atas kepala yang dilakukan dengan sangat keras, cepat dan arah bola yang menukik ke bawah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Widiyanto
(2008:41) “Smash atau smes adalah pukulan overhead atau di atas kepala yang
Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk meneliti tentang perbandingan penggunaan raket ukuran standar dengan raket mini (raket yang dipendekan) terhadap keterampilan bulutangkis khususnya servis panjang, lob dan dropshot pada anak usia 8-9 tahun dengan judul “Perbandingan Penggunaan Raket Ukuran Standar Dengan Raket Mini Terhadap Keterampilan Bulutangkis Pada Anak Usia 8-9 Tahun Di PB Garuda Mas Tasikmalaya”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah raket ukuran standar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya?
2. Apakah raket mini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya?
3. Jenis raket manakah yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya?
C. Tujuan Penelitian
Penetapan tujuan dalam suatu kegiatan adalah penting sebagai awal untuk kegiatan selanjutnya untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi tujuannya sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan raket ukuran standar terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan raket mini terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya.
3. Untuk mengetahui penggunaan jenis raket mana yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoretis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang berarti atau sebagai bahan referensi dan rujukan bagi atlet, pelatih, dan pembina di daerah-daerah terhadap pengembangan pendidikan pada umumnya dan cabang olahraga bulutangkis khususnya.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan metode untuk memecahkan masalah yang ingin diteliti. Surakhmad (2004: 131) menjelaskan “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan”. Metode penelitian merupakan suatu cara yang ilmiah dan teratur yang digunakan dalam mendapatkan informasi atau data agar memudahkan untuk mencapai tujuan. Metode penelitian memberikan gambaran kepada peneliti tentang langkah-langkah bagaimana penelitian dilakukan sehingga masalah yang diteliti dapat dipecahkan.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen. Metode tersebut merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh data-data yang mampu memberikan makna dari penelitian yang dilakukan. Mengenai metode eksperimen, Surakhmad (2004:149) menjelaskan bahwa eksperimen “ialah
mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat sesuatu hasil. Hasil itu yang menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antara variabel-varabel yang diselidiki”.
ukuran standar dengan raket mini, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil pukulan bulutangkis.
B. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Gor Bulutangkis Susi Susanti yang berada di pusat Kota Tasikmalaya.
2. Populasi Penelitian
3. Sampel Penelitian
Sebagian yang diambil dari populasi disebut sampel penelitian. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Surakhmad (2004:93) sebagai berikut :
Karena tidak mungkinnya penyelidikan selalu langsung menyelidiki segenap populasi, -padahal tujuan penyelidikan adalah menemukan generalisasi yang berlaku secara umum-, maka seringkali penyelidik terpaksa mempergunakan sebahagian saja dari populasi, yakni sebuah sampel, yang dipandang representatif terhadap populasi itu.
menentukan urutan dari rangking 1-10. Rangking diperoleh dari data yang disediakan oleh pelatih PB Garuda Mas. Kemudian pembagiannya sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Teknik Pembagian Kelompok
KELOMPOK A KELOMPOK B
1 2
4 3
5 6
8 7
9 10
C. Desain Penelitian
Dalam suatu penelitian perlu adanya suatu desain penelitian yang sesuai dengan variabel-variabel yang terkandung dalam tujuan hipotesis penelitian untuk diuji kebenarannya. Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Mengenai desain penelitian yang digunakan, peneliti menggambarkannya dalam pola sebagai berikut:
E1 O1 X1 O2 E2 O3 X2 O4
Keterangan :
E1 : Kelompok eksperimen 1. E2 : Kelompok eksperimen 2.
X1 : Treatment dengan menggunakan raket ukuran standar. X2 : Treatment dengan menggunakan raket mini.
O1 dan O3 : Tes awal atau observasi awal. O2 dan O4 : Tes akhir atau observasi akhir.
Adapun langkah-langkah penelitiannya penulis deskripsikan dalam bentuk Gambar 3.2 seperti yang di bawah ini.
Gambar 3. 2
Langkah-langkah Penelitian Sampel
Tes awal/Tes Kerampilan Bulutangkis khususnya servis panjang,lob dan dropshot
Treatment/Latihan dengan Menggunakan Raket Ukuran
Standar
Treatment/Latihan dengan Menggunakan Raket Mini
Tes akhir/Tes Kerampilan Bulutangkis khususnya servis panjang,lob dan dropshot
Analisis Data Kesimpulan
D. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang pengertiannya perlu penulis jelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan dapat menghindari salah penafsiran. Di bawah ini dijelaskan istilah-istilah yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1. Raket. Menurut Poole (2011:138) adalah “alat yang dipegang dalam tangan pemain, dan digunakan untuk memukul shuttle”. Menurut Subarjah, dkk (2008:102) adalah “alat pemukul atau raket yang dibuat dari bahan metal,
berbentuk lingkaran dan dijalin dengan senar plastik”.
Ukuran adalah 1 hasil mengukur; 2 cak alat untuk mengukur, misalnya
penggaris, meteran; jengkal; 3 ki norma; 4 panjang, lebar, luas, besar satuan; format; 5 bilangan yang menunjukan besar ukuran suatu benda, (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2001:649).
Standar adalah 1 ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan; 2 ukuran atau
tingkat biaya hidup; 3 sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai sebagi ukuran nilai atau harga; 4 baku, (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2001:572).
Mini adalah bentuk terikat; berukuran kecil; berdimensi kecil, (Kamus Umum
Bahasa Indonesia, 2001:345).
Raket Ukuran Standar yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
menyatakan bahwa ”ukuran panjang keseluruhan kerangka raket standar tidak
boleh melebihi 680 mm dan lebarnya tidak boleh melebihi 230 mm”.
Raket Mini yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah raket kecil atau
raket yang dipendekan bagian batangnya kurang lebih 10 cm. Dalam situs (http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/006/01/09/OR/mbm.20060109. OR117814.id.html), Yuliati, dkk mengemukakan raket mini sebagai berikut “Panjang alat pemukul ini 57,5 sentimeter, lebih kecil dibandingkan dengan
raket orang dewasa, …raket standar berukuran 67,5 sentimeter”. Disebut raket mini karena kata tersebut diambil dari konsep badminton mini yang disodorkan oleh Ivana Lie.
2. Keterampilan. Menurut Kamus Bahasa Indonesia dalam situs (http://kamusbahasaindonesia.org/keterampilan/mirip#ixzz2IiIi9PLo) adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.
Bulutangkis. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001:64) adalah
permainan yang dimainkan dengan memakai raket. Sedangkan definisi bulutangkis dalam situs (http://id.wikipedia.org/wiki/Bulu_tangkis) adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan
(untuk ganda) yang saling berlawanan.
Keterampilan bulutangkis yang penulis gunakan dalam penelitan ini
gerakan sampai akhir yang meliputi cara memegang raket, posisi siap, footwork dan strokes/pukulan) khususnya servis panjang, lob dan dropshot.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan suatu alat yang digunakan dalam penelitian. Hal ini diperjelas oleh Arikunto (2010:203) bahwa instrumen penelitian adalah “alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Terdapat jenis-jenis metode atau instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode tes. “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. (Arikunto, 2010:193).
tangkis yang telah digunakan pada anak usia 8-12 tahun dengan validitas yaitu validitas isi dan reliabilitas sebesar 0,68.
Adapun beberapa item tes tersebut diantaranya adalah dengan menggunakan teknik observasi yang bertujuan untuk mengamati aspek-aspek yang ingin diteliti. Adapun jenis observasi yang digunakan adalah observasi sistematis, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat (ahli) yang dilakukan oleh tiga observer yang kompeten di bidang bulutangkis, dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan yang diamati melalui penampilannya dengan memperagakan keterampilan bermain bulutangkis yang meliputi; penempatan posisi, gerakan kaki, serta keterampilan memukul shuttlecock. Kriteria tes tersebut mempunyai tiga kategori yang akan diobservasikan, yaitu :
Baik (B) diberikan skor 3, Cukup (C) diberikan skor 2, dan Kurang (K) diberikan skor 1.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Indikator Keterampilan Bermain Bulutangkis
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR PENILAIAN
1 2 3
Sumber : Subarjah yang dikutip oleh Benni dalam skripsi Krismayaddi (2011:59)
Tabel 3.3
Cara Pelaksaan Tes Keterampilan Bermain Bulutangkis
Subjek Penyaji
a) Melakukan servis pada kotak servis
-
b) Melakukan pukulan lob Menyajikan shuttlecock melambung tinggi ke belakang
c) Melakukan pukulan drive Menyajikan shuttlecock mendatar ke sebelah kanan lapangan
d) Melakukan pukulan dropshot Menyajikan shuttlecock melambung tinggi ke belakang
e) Melakukan netting Menaruh shuttlecock di depan net
f) Melakukan smash Menyajikan shuttlecock mendatar ke sebelah kanan lapangan
servis panjang, lob dan dropshot yang dapat disimpulkan seperti dalam tabel 3.4, 3.5 di bawah ini :
Tabel 3.4
Kisi-kisi Indikator Keterampilan Bermain Bulutangkis
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR PENILAIAN
1 2 3
Tabel 3.5
Cara Pelaksaan Tes Keterampilan Bermain Bulutangkis
Subjek Penyaji
a) Melakukan servis panjang pada kotak servis
-
b) Melakukan pukulan lob Menyajikan shuttlecock melambung tinggi ke belakang
c) Melakukan pukulan dropshot Menyajikan shuttlecock melambung tinggi ke belakang
Berdasarkan uraian di atas, maka urutan gerak memukul yang dilakukan oleh testee adalah servis panjang, lob, dan dropshot. Kriteria penilaian oleh masing-masing
juri dilakukan seperti dalam skripsi Krismayaddi (2011:60) sebagai berikut :
1. Penilaian Posisi Badan
Nilai 3 : Apabila posisi badan selalu kembali ke tengah dengan cepat setelah memukul, dan posisi badan sesuai dengan arah pukulan.
Nilai 2 : Apabila posisi badan terlambat ke tengah setelah memukul, dan posisi badan kurang sesuai dengan pukulan.
Nilai 1 : Apabila posisi badan tidak kembali ke tengah setelah memukul, dan posisi badan tidak sesuai dengan arah pukulan.
2. Penilaian Gerakan Kaki
Nilai 3 : Apabila pergerakan kaki dilakukan dengan baik dan luwes, mulai dari gerakan awal, saat pergerakan dan gerak akhir
Nilai 2 : Apabila pergerakan kaki dilakukan kurang baik dan tidak luwes, mulai dari gerakan awal, saat pergerakan dan gerak akhir
Nilai 1 : Apabila pergerakan kaki dilakukan tidak baik dan kaku, mulai dari gerakan awal, saat pergerakan dan gerak akhir.
3. Penilaian Teknik Long Servis
Nilai 3 : Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan dengan baik dan luwes, arah shuttlecock melambung tinggi dan masuk ke bagian belakang daerah permainan lawan.
Nilai 2 : Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan dengan cukup baik tetapi kurang luwes, arah shuttlecock kurang melambung tinggi dan masuk ke tengah lapangan permainan lawan.
4. Penilaian Teknik Memukul Lob
Nilai 3 : Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan dengan baik dan luwes, arah shuttlecock melambung tinggi dan masuk ke bagian belakang daerah permainan lawan bagian belakang.
Nilai 2 : Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan cukup baik tetapi kurang luwes, arah shuttlecock kurang melambung tinggi dan masuk ke tengah lapangan permainan lawan.
Nilai 1 : Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan dengan kurang baik, arah shuttlecock tidak melambung atau kebawah, atau tidak masuk ke bagian belakang permainan lawan.
5. Penilaian Teknik Memukul Dropshot
Nilai 3: Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan dengan baik dan luwes, arah shuttlecock mendekati atas netdan jatuh didepan net, dan masuk ke bagian depan lapangan lawan.
Nilai 2 : Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan cukup baik tetapi kurang luwes, arah shuttlecock jatuh didepan net melewati garis servis pendek pada lapangan permaian lawan.
Nilai 1 : Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan kurang baik dan kaku, arah shuttlecock tidak mendekati atas net dan tidak melewati net atau keluar lapangan permainan lawan.
F. Program Latihan
seminggu, tergantung dari tingkat kebutuhannya sebagai atlet dalam olahraga. Latihan dilaksanakan 3 kali dalam semingu di lapangan bulutangkis Susi Susanti Tasikmalaya yaitu pada hari Senin, Rabu dan Jum‟at jam 14.00 sampai 16:00. Adapun contoh program latihan yang akan penulis terapkan adalah sebagai berikut :
PROGRAM LATIHAN BULUTANGKIS ANAK USIA 8-9 TAHUN Pertemuan ke- : 2
Hari/Tanggal : Senin/29 Oktober 2012
Pukul : 14.00-16.00 WIB
Latihan dengan menggunakan raket mini - Dasar pukulan di tempat
dengan menggunakan
- Shadow belakang kanan 10 pukulan x 5 - Dasar pukulan di tempat
dengan menggunakan
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengolah data yang merupakan skor-skor mentah dari hasil tes awal dan tes akhir, perlu adanya pengolahan secara statistik. Rumus-rumus yang digunakan dikutip dari buku “Metode Statistik” karangan Sudjana. Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Menghitung Nilai Rata-rata
Dengan pendekatan rumus:
= “Sigma” yang berarti jumlah.2. Mencari Simpangan Baku
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
3. Mencari Varians
Untuk menguji normalitas kedua kelompok sampel, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan. Adapun langkah-langkah pengujian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menyusun data hasil pengamatan yang dimulai dari nilai pengamatan yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar.
b. Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan pendekatan Z
skor, yaitu :
c. Untuk tiap bilangan ini, menggunakan daftar distribusi normal baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing nilai Z (Fzi) dengan ketentuan jika nila Z negatif, maka dalam menentukan Fzi-nya adalah 0,5-luas daerah distribusi Z pada tabel.
d. Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat kedudukan nila Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel.
e. Hitung selisih antara F(zi) – S (zi) dan tentukan harga mutlaknya.
f. Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak seluruh sampel yang ada dan berilah symbol Lo.
g. Dengan bantuan tabel nilai Kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukanlah nilai L.
h. Bandingkanlah nilai L tersebut dengan nilai Lo untuk mengetahui diterima atau ditolak hipotesisnya dengan kriteria :
- Terima Ho jika Lo < L α = Normal - Tolak Ho jika Lo > L α = Tidak Normal 5. Uji Homogenitas
Dalam menguji homogen atau tidaknya data yang diperoleh dari 2 variansi, peneliti melakukan pendekatan Uji Kesamaan Dua Variansi, dengan formulasi rumus sebagai berikut :
il VariansKec
ar VariansBes F
6. Pengujian Hipotesis (Uji Signifikansi Kedua Kelompok)
Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
a. 1) Ho : B = 0, penggunaan raket ukuran standar tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun.
2) Ho : B = 0, penggunaan raket mini tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun. H1 : B ≠ 0, penggunaan raket mini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun.
b. Rumus :
_ _
B
SB/√n
Keterangan:
t : nilai kritis untuk uji signifikansi beda. B : Rata-rata beda
SB : Simpangan baku beda n : Jumlah sampel
c. Terima Ho jika : -t
(1-2
1 α)(dk=n-1) < t<
(1-2
1 α) (dk=n-1) α = 0,05
7. Uji Signifikansi (dua rata-rata satu pihak)
a. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah :
Ho : µ1 = µ2, Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
penggunaan raket ukuran standar dengan raket mini terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun.
H1 : µ1 > µ2, Penggunaan raket mini pengaruhnya lebih signifikan terhadap keterampilan bulutangkis anak usia 8-9 tahun dibandingkan dengan penggunaan raket ukuran standar. b. Oleh karena hipotesis yang penulis ajukan sudah mengunggulkan salah
satu kelompok eksperimen (uji satu pihak). Adapun pendekatan rumus yang digunakan menurut Nurhasan, dkk (2008:152) :
2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data yang telah dilakukan pada Bab IV, maka penulis menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut:
1.Penggunaan raket standar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya.
2.Penggunaan raket mini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya.
B. Saran
1. Raket mini dapat digunakan oleh anak usia dini pada saat benar-benar mengawali latihan bulutangkis. Dengan tujuan untuk mengatasi beban raket ketika diayun sehingga menghasilkan terknik pukulan bulutangkis (gerakan dari awal sampai akhir) yang baik, serta membiasakan diri dalam melakukan gerak dasar bulutangkis tersebut dengan baik.
2. Raket ukuran standar dapat diberikan setelah anak memiliki kekuatan lengan yang memadai untuk berlatih dengan menggunakan raket ukuran standar yang memiliki beban lebih besar dari raket mini, serta setelah anak usia dini tersebut menguasai teknik dasar bulutangkis dengan baik (seiring dengan tumbuh kembangnya anak itu sendiri). Dengan tujuan untuk membiasakan diri dengan menggunakan raket ukuran standar tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Abidin, Didin. (2000). Dampak Peragaan Teknik Shooting Dari Pelatih Dibanding Dengan Latihan Konsentrasi Terhadap Hasil Tembakan Hukuman Dalam Olahraga Bola Basket (Studi Eksperimen Pada mahasisiwa FPOK UPI Bandung). Bandung: tidak diterbitkan.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: CV Tambak Kusum.
Hidayat, Imam. (1998). Biomekanika. Bandung: CV Andhira.
Mahendra, Agus. (2007). Modul Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI.
Kamajaya. (2007). Cerdas Belajar Fisika. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Krismayaddi. (2011). Hubungan Antara Sikap Latihan Dan Motivasi Latihan Dengan Hasil Belajar Keterampilan Bermain Bulutangkis (Studi Deskriptif Usia 8-12 Tahun Di Sekolah Bulutangkis Ciamis). Skripsi S1 IKOR UPI Bandung: tidak diterbitkan
No Name. [Online]. Tersedia:http.//dc244.4shared.com/doc/ GvK3Qy44c/preview. html. [Diunduh pada tanggal 28 September 2012]
No Name. [Online]. Tersedia: http://azamihsan87.blogspot.com/2013/01/c-peraturan-permainan-perwasitandan. html. [Diunduh pada tanggal 8 Februari 2013] No Name. [Online]. Tersedia: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=modul%20
permainan%20kepelatihan%20bulutangkis&source=web&cd=1&cad=rja&ve d=0CDIQFjAA&url. [Diunduh pada tanggal 8 Februari 2013]
No Name. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Bulu_tangkis [Diunduh pada tanggal 22 januari dan 8 Februari 2013]
No Name. [Online]. Tersedia: http://kamusbahasaindonesia.org/keterampilan/mirip #ixzz2IiIi9PLo [Diunduh pada tanggal 22 januari 2013]
No Name. (2005). [Online]. Tersedia:http://www.merdeka.com/ olahraga/ lain- lain/ivanalie-sodorkan-konsep-badmini-untuk-bulutangkis-di-indonesia-h1f4q10. html [Diunduh pada tanggal 19 September 2012]
Nurhasan, H., Cholil, D.H. (2007). Modul Tes Dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI.
Nurhasan, H., Cholil, D.H., dan Hidayah, N. (2008). Modul Mata Kuliah Statistik. Bandung: FPOK UPI.
Poole, James. (2011). Belajar Bulutangkis. Bandung: Pionir Jaya.
Subarjah, H., Satriya., dan Hidayat, Y. (2008). Modul Kepelatihan Permainan Bulutangkis. Bandung: FPOK-UPI.
Sudarmawan, Agus. (2010). Tersedia: [Online] http://www. bulutangkis.com [5 Juni 2012]
Sudjana. (1992). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sukarto. (2010). [Online] http://suksesbersamasukarto.blog spot.com/2010/04/oleh-hendro-suwignyo-s.html [Diunduh pada tanggal 19 September 2012]
Sunaryadi, Yadi. (2008). Analisis Mekanika Cabang Olahraga. Bandung: FPOK UPI. Supiyanto. (2004). Fisika SMA. Jakarta: Erlangga.
Surakhmad, Winarno. (2004). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metoda Teknik. Bandung: Tarsito.
Surayin. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Yramada Widya. Widiyanto. (2008). Bulutangkis. Jakarta: Ganeca Exact.