• Tidak ada hasil yang ditemukan

Situs Resmi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat BAB.III.Bina Usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Situs Resmi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat BAB.III.Bina Usaha"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

SUB DINAS BINA USAHA

A. Seksi Perizinan dan Permodalan

Adapun kegiatan dari Seksi Perizinan dan Permodalan selama tahun 2008 adalah sebagai berikut :

1. Evaluasi Dan Pemantauan KMK-PER.

Dalam rangka memacu Pembangunan di Sumatera Barat terutama subsektor peternakan, Pemerintah Propinsi melalui dana APBD Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat Tahun Anggaran 2000 sampai 2005 telah menyalurkan dana kepada petani / kelompok tani ternak untuk pengembangan usaha peternakan dalam bentuk Kredit Modal Kerja Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (KMK – PER) DAN Lumbung Ternak Nagari (LTN) dengan tingkat suku bunga yang relatif rendah ( 6% per tahun ). Dana KMK – PER dan LTN ini diberikan kepada petani / kelompok tani ternak yang telah menjalankan usahanya di subsektor peternakan dengan harapan dapat membantu mereka meningkatkan usahanya yang berdampak kepada peningkatan pendapatan petani penerima kredit. Dana ini kemudian disalurkan dalam bentuk kegiatan Penguatan Modal Usaha dengan nama LTN.

Sampai dengan saat ini masih ada tunggakan KMK – PER dan LTN Untuk itu perlu adanya suatu kegiatan pertemuan dalam rangka mengevaluasi KMK – PER dan LTN.

Keguatan ini dilaksanakan berdasarkan kepada Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA – SKPD) Dinas Peternakan Sumatera Barat Tahun Anggaran 2008.

Maksud dan tujuan kegiatan ini yaitu agar peternak penerima dana dapat mengelola usahanya dengan baik dan melaksanakan pembayaran cicilan kredit KMK – PER dan LTN tepat waktu serta tertibnya pelaporan perkembangan dana KMK-PER dan LTN dari masing-masing Bank Nagari Cabang di Kabupaten/Kota.

(2)

Narasumber yang terlibat dalam kegiatan ini adalah : 1. Kepala Dinas Peternakan Prop. Sumatera Barat 2. Kepala Sub Dinas Bina Usaha

3. Bank Nagari Pusat ( Padang )

Rumusan dari Hasil Pertemuan Dari hasil verifikasi data MK-Per dan LTN antara pihak masing Bank Nagari Cabang yang ada di Sumatera Barat didapatkan hasil sebagai berikut untuk keadaan 31 Desember 2007 adalah seperti terlihat pada Tabel. 3.1 s/d Tabel 5.1 :

Tabel 3.1. Realisasi Pengembalian dan Tunggakan Kredit Modal

Kerja Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Tahun 2000

Keadaan : Desember 2007

N

o Kabupaten / Kota Realisasi Kredit (Rp) Cicilan/Pengembalian(Rp) Tunggakan (Rp) Plafon Baki

Debet Pokok Bunga Pokok Bunga

1 2 4 5 6 7 8 9

1 KAB. PDG

PARIAMAN 139.750.000 15.603.633 124.146.367 22.847.500 15.603.633 2.551.250

2 KAB. AGAM 158.600.000 34.906.000 123.694.000 16.811.193 34.906.000 3.514.381

3 KAB. PES. SELATAN 65.000.000 47.497.500 17.502.500 7.312.500 47.497.500 6.337.500

4 KOTA PAYAKUMBUH 29.000.000 21.665.800 7.334.200 2.996.997 21.665.800 1.759.184

5 KAB. SOLOK 188.000.000 104.513.500 83.486.500 15.277.059 104.513.500 5.064.236

6 KAB. 50 KOTA 178.750.000 36.950.000 141.800.000 24.471.750 36.950.000 4.426.000

7 KAB.

SWL/SIJUNJUNG 48.750.000 13.541.667 35.208.333 4.331.054 13.541.667 6.063.937

8 KAB. TANAH DATAR 149.250.000 52.731.000 96.519.000 21.457.558 52.731.000 6.205.418

9 KOTA PADANG 122.450.000 77.490.600 44.959.400 11.788.750 77.490.600 10.252.250

JUMLAH 1.079.550.000 404.899.700 674.650.300 127.294.361 404.899.700 46.174.156

801,700,911 451,416,910

Dari Tabel 1 terlihat bahwa realisasi pengembalian KMK-PER tahun 2000 sebesar Rp.801.700.911,- dengan rincian :

(3)

127.294.361,-Tunggakan sebesar Rp. 451,416,910,- dengan rincian : Pokok : Rp.

Bunga : Rp.

46.174.156,-Tabel 3.2. Realisasi Pengembalian dan Tunggakan Kredit Modal

Kerja Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Tahun 2001

Keadaan : Desember 2007 N

o Kabupaten / Kota Realisasi Kredit (Rp) Cicilan/Pengembalian (Rp) Tunggakan (Rp) Plafon Baki

Debet Pokok Bunga Pokok Bunga

1 2 4 5 6 7 8 9

1 KAB. PDG PARIAMAN 264.000.000 188.000.000 76.000.000 15.070.000 188.000.000 14.360.000

2 KAB. AGAM 300.000.000 117.375.000 182.625.000 24.456.686 117.375.000 7.404.965

3 KAB. PESISIR

SELATAN 30.000.000 11.100.000 18.900.000 2.765.250 8.850.000 156.750

4 KOTA PAYAKUMBUH 102.000.000 24.160.000 77.840.000 9.604.000 24.160.000 2.575.000

5 KAB. SOLOK 260.000.000 119.250.000 140.750.000 16.528.250 119.250.000 7.581.750

6 KAB. 50 KOTA 207.000.000 83.400.000 123.600.000 20.513.500 83.400.000 6.692.000

7 KAB. SWL/SIJUNJUNG 84.000.000 66.000.000 18.000.000 6.778.666 66.000.000 19.741.356

8 KAB. TANAH DATAR 204.000.000 80.663.025 123.336.975 18.719.813 80.663.025 22.828.730

9 KOTA SOLOK 50.000.000 6.050.000 43.950.000 4.670.250 6.050.000 550.250

10 KOTA BUKITTINGGI 60.000.000 18.000.000 42.000.000 6.220.000 18.000.000 80.000

11 KOTA PADANG 360.000.000 149.512.000 210.488.000 39.050.000 149.512.000 -

12 KOTA PDG. PANJANG 36.000.000 - 36.000.000 3.670.000 - -

JUMLAH 1.957.000.000 863.510.025 1.093.489.975 168.046.415 861.260.025 81.970.801

1.261.536.390 943.230.826

Dari Tabel 2 terlihat bahwa realisasi pengembalian KMK-PER tahun 2001 sebesar Rp. 1.261.536.390,- dengan rincian :

Pokok : Rp.

1.093.489.975,-Bunga : Rp.

168.046.415,-Tunggakan sebesar Rp. 943.230.826,- dengan rincian : Pokok : Rp.

(4)

81.970.801,-Tabel 3.3. Realisasi Pengembalian dan Tunggakan Kredit Lumbung Ternak Nagari Tahun 2003

Keadaan : Desember 2007 N

o Kabupaten / Kota Realisasi Kredit (Rp) Cicilan/Pengembalian(Rp) Tunggakan (Rp) Plafon Baki

Debet Pokok Bunga Pokok Bunga

1 2 4 5 6 7 8 9

A KAB. PDG

PARIAMAN 125.000.000 89.166.200 35.833.800

7.104.17

6 89.166.200 .395.824 15

B KAB.

SWL.SIJUNJUNG 225.000.000 195.833.000 29.167.000

1 3.219.61

3 195.833.000 .191.308 35

JUMLAH 350.0

00.000 284.999.200 65.000.800

2 0.323.78

9 284.999.200 .587.132 50

85.324.589 335.586.332

Dari Tabel 3 terlihat bahwa realisasi pengembalian Lumbung Ternak Nagari tahun 2003 sebesar Rp. 85.324.589,- dengan rincian :

Pokok : Rp. 65.000.800,- - Bunga :Rp.

20.323.789,-Tunggakan sebesar Rp. 335.586.332,- dengan rincian : Pokok : Rp. 284.999.200,- - Bunga : Rp.

50.587.132,-Tabel 3.4. Realisasi Pengembalian dan Tunggakan Kredit Lumbung Ternak Nagari Tahun 2004

Keadaan : Desember 2007 N

o KotaKabupaten / Realisasi Kredit (Rp) Cicilan/Pengembalian(Rp) Tunggakan (Rp) Plafon Baki Debet Pokok Bunga Pokok Bunga

1 KAB. AGAM 50.000.000 33.333.200 16.666.800 3.019.445 - -

2 KAB. SOLOK 25.000.000 24.500.000 500.000 923.332 22.838.000 1.756.346

3 KAB. TANAH DATAR 40.000.000 15.767.830 24.232.170 4.570.391 9.105.330 -

(5)

5 PADANG 40.000.000 33.330.000 6.670.000 1.200.000 33.330.000 1.666.400

6 KOTA PARIAMAN 40.000.000 33.333.000 6.667.000 1.200.000 6.667.000 1.800.000

7 PAYAKUMBUH 130.000.000 54.036.000 75.964.000 12.044.995 34.036.000 2.935.995

8 BUKITTINGGI 10.000.000 8.333.200 1.666.800 466.664 7.500.600 558.286

9 PDG. PANJANG 60.000.000 43.730.000 16.270.000 1.533.336 43.730.000 8.393.086

JUMLAH 430.000.000 278.863.230 151.136.770 26.450.663 179.066.930 20.735.113

177.587.433 199.802.043

Dari Tabel 4 terlihat bahwa realisasi pengembalian Lumbung Ternak Nagari tahun 2004 sebesar Rp. 177.587.433,- dengan rincian :

Pokok : Rp. 151.136.770,-

Bunga : Rp.

26.450.663,-Tunggakan sebesar Rp. 199.802.043,- dengan rincian :

Pokok : Rp. 179.066.930,-

Bunga : Rp.

20.735.113,-Tabel 3.5. Realisasi Pengembalian dan Tunggakan Kredit Lumbung Ternak Nagari Tahun 2005

Keadaan : Desember 2007 N

o Kabupaten / Kota Realisasi Kredit (Rp) Cicilan/Pengembalian(Rp) Tunggakan (Rp) Plafon Baki

Debet Pokok Bunga Pokok Bunga

1 2 4 5 6 7 8 9

1 KAB. AGAM 115.5

00.000 82.500.000 33.000.000 11.487.666 11.000.000

1.320.00 0

2 KAB. SOLOK 82.500.000 51.150.000 31.350.000 7.147.250 13.200.000 503.250

3 KAB. TANAH

DATAR 16.500.000 16.500.000 - 80.500 8.250.000

1.652.00 0

4 KAB. 50 KOTA 66.000.000 33.000.000 33.000.000 5.472.500 - 275.000

5 KOTA PADANG 66.000.000 44.000.000 22.000.000 4.730.000 11.000.000 825.000

6 KOTA SOLOK 33.0

00.000 26.950.000 6.050.000 1.930.500 11.550.000

1.039.50 0

JUMLAH 379.5

00.000 254.100.000 125.400.000 30.848.416 55.000.000

5.614.75 0

(6)

Dari Tabel 5 terlihat bahwa realisasi pengembalian Lumbung Ternak Nagari tahun 2005 sebesar Rp. 156.248.416,- dengan rincian :

Pokok : Rp. 125.400.000,-

Bunga : Rp.

30.848.416,-Tunggakan sebesar Rp. 60.614.750,- dengan rincian :

Pokok : Rp. 55.000.000,-

- Bunga : Rp.

5.614.750,-Dari Tabel 1 dan Tabel 2 terlihat bahwa dari plafon kredit MK-PER bidang Usaha Peternakan Tahun 2000 dan Tahun 2001 sebesar Rp.3.036.550.000,- masih ada terdapat tunggakan kredit dari peternak penerima sebesar 41,70 % atau sebesar Rp.1.394.304.682 dengan rincian tunggakan pokok Rp. 1.266.159.725,- dan bunga Rp. 128.144.957,-. Dan dari plafon kredit Lumbung Ternak Nagari (LTN) Tahun 2003, 2004 dan 2005 sebesar Rp. 1.159.500.000,- ( Tabel 3, 4 dan 5) masih terdapat tunggakan kredit dari peternak penerima sebesar 44,77 % atau sebesar Rp.596.003.125,- dengan rincian tunggakan pokok Rp. 519.066.130,- dan bunga Rp. 76.936.995,-.

2. Tunggakan kredit tersebut diatas, ada yang dikategorikan kredit macet dan masih dalam perhatian khusus karena kredit tersebut sampai saat ini masih berjalan dan untuk penyaluran kredit tahun 2000 telah berakhir pada bulan Januari 2004 sedangkan penyaluran kredit tahun 2001 telah berakhir bulan Januari 2005.

3. Penyebab terjadinya tunggakan kredit pada bidang usaha peternakan adalah sebagai berikut :

a. Peternak penerima KMK-PER yang memanfaatkan dananya untuk kegiatan usaha pembibitan ternak sapi potong, dimana mereka keberatan untuk menjual anak sapinya yang betina, karena anak sapi tersebut akan dijadikan bibit sehingga kredit yang mereka terima macet dan cicilan kreditnya akan dibayar setelah penjualan anak sapi jantan.

b. Masih rendahnya tingkat pengetahuan sebahagian peternak penerima KMK-PER tentang Manajemen Usaha dan Kewirausahaan.

c. Adanya peternak yang berspekulasi dengan menjual ternaknya untuk usaha pada komoditi lain dan mengalami kegagalan dalam usaha tersebut sehingga modal usaha habis dan terjadi tunggakan pada kredit.

d. Adanya peternak yang ditipu oleh makelar ternak, sehingga modal usahanya hilang dan kredit macet.

(7)

4. Disamping hal tersebut diatas, salah satu kelemahan dari administrasinya adalah belum lancarnya arus pelaporan dari Bank Nagari Cabang di daerah Kabupaten/Kota ke Kantor Pusat Bank Nagari di Padang maupun ke Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat.

5. Tindakan Yang Sudah Dilakukan/Kebijakan

a. Melakukan Pembinaan peternak penerima dana KMK-PER dan LTN di 14 Kab/Kota se Sumatera Barat yaitu : Kota Padang, Kota Pariaman, Kota Payakumbuh, Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kota Solok, Kab. Padang Pariaman, Kab. Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Kab. Tanah Datar, Kab. Lima Puluh Kota, Kab. Agam dan Kab. Dharmasraya. b. Melakukan penagihan dengan melibatkan Satpol PP Provinsi Sumatera Barat yang pernah dilaksanakan di Kabupaten Padang Pariaman, dan Kabupaten Lima Puluh Kota.

c. Membuat surat kepada Kepala Dinas Peternakan/Yang Menangani Fungsi-Fungsi Peternakan di Kabupaten/Kota yang mendapat alokasi dana KMK-PER dan LTN, agar dapat meningkatkan pembinaan dan penagihan kepada yang bersangkutan, melalui surat Nomor 524.2/ 100 /Binus-2008 tanggal 12 Februari 2008.

d. Melakukan koordinasi dengan pihak Bank Nagari Pusat di Padang tentang permasalahan tunggakan nasabah keredit MK-PER dan LTN dan arus pelaporan dari masing-masing Bank Nagari di daerah/cabang.

2. Pertemuan Pembinaan Pelaksanaan Kemitraan Perunggasan Di Sumbar

(8)

Untuk itu perlu adanya suatu kegiatan yang dapat memfasilitasi keberadaan kemitraan di Sumatera Barat.

Dasar Pelaksanaan kegiatan ini adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA – SKPD) Dinas Peternakan Sumatera Barat Tahun Anggaran 2008, dimana tujuan dari kegiatan ini adalah :

1. Mempertemukan Perusahaan Inti dengan peternak Plasma ayam potong dalam rangka saling memperkuat hubungan yang telah terjalin selama ini.

2. Menghimpun permasalahan yang ada dan mencarikan solusi pemecahan masalah guna membina hubungan kemitraan yang selalu harmonis.

3. Mencari peluang-peluang baru dalam pengembangan usaha terutama dari sumber - sumber pembiayaan BUMN/BUMD.

Sasaran kegiatan Pertemuan Pembinaan Pelaksanaan Kemitraan Perunggasan adalah :

1. Peternak ayam potong yang bermitra dengan Perusahaan Inti dalam kemitraan ternak ayam potong.

2. Perusahaan Inti di wilayah kerja di Kab.50 Kota, Kota Payakumbuh, Kab. Pdg. Pariaman, Kab. Sijunjung dan Kota Padang

3. Petugas Dinas/Instansi teknis yang terkait di Kab.50 Kota, Kota Payakumbuh, Kab. Pdg. Pariaman, Kab. Sijunjung dan Kota Padang yang mempunyai wilayah kerja dalam pola kemitraan.

Pertemuan ini diikuti oleh 47 orang peserta dengan rincian :

1. Dinas Peternakan Prop. Sumbar : 3 orang

2. Narasumber : 3 orang

3. Kepala Dinas Peternakan Kab./Kota : 6 orang

4. Perusahaan Inti

- PT. Mitra Ternak Sejahtera (MTS) : 2 orang

- PT. Primatama Karya Persada(PKP) : 2 orang - PT. Sumatera Mitra Mandiri (SMM) : 2 orang

- PT. Chiomas Jaya Farm : 2 orang

5. Peternak Plasma :

- Kota Padang : 5 orang

- Kota Payakumbuh : 4 orang

- Kab. Padang Pariaman : 5 orang

- Kab. 50 Kota : 5 orang

- Kab. Swl. Sijunjung : 4 orang

- Kota Pariaman : 4 orang

47 orang

(9)

tanggal 18 Desember 2008 bertempat di Hotel Pangeran City Padang dengan Narasumber terdiri dari :

1. Kepala Dinas Peternakan Prop. Sumatera Barat 2. Dekan Fakultas Peternakan UNAND Padang 3. Divisi Mikro Banking Bank Nagari (BPD) Sumbar

Biaya pelaksanaan pertemuan Pembinaan Pelaksanaan Kemitraan Perunggasan di Sumatera Barat ini dibebankan pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA – SKPD) Dinas Peternakan Sumatera Barat Tahun Anggaran 2008.

Hasil Pertemuan Pertemuan Pembinaan Pelaksanaan Kemitraan Perunggasan:

1. Seandainya ditemukan kendala di Bank Nagari sewaktu mengajukan kredit KKP-E agar berkoordinasi dengan Bapak Zulfaksi dan Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat.

2. Rancangan Perda Kemitraan Ayam Potong akan segera diselesaikan, sebelumnya akan disebarkan kepada pihak terkait untuk koreksi tentang konsepnya.

3. Pada pertemuan kemitraan tahun 2009 dari pihak inti akan dihadiri oleh penentu kebijakan, yang akan mengundang adalah Sekretaris Daerah Propinsi Sumatera Barat. Nama-nama dari pihak inti yang akan hadir yaitu ; Eko Priyono (PKP), Boby (SMM), Drh. Darmansyah (MTS).

4. Dinas yang membidangi fungsi peternakan kabupaten/kota agar lebih aktif dalam membina/menginventarisasi jumlah inti maupun plasma di Kabupaten/Kotanya masing-masing.

5. Asosiasi peternakan ayam potong agar melakukan pembinaan/pengawasan terhadap perkembangan ayam potong dilokasinya masing-masing.

6. Bank Nagari tidak perlu ragu untuk memberikan kredit untuk pengembangan ayam broiler di Sumatera Barat karena potensinya pengembangannya sangat besar dilihat dari ketersediaan pasar dan adanya pihak inti yang bersedia sebagai apalis.

7. KKP-E untuk sub sektor Peternakan sebaiknya diberikan minimal untuk jangka waktu dua tahun ( kapasitas populasi 5000 s/d 10.000 ekor/siklus)

8. Untuk lebih mensosialisasikan program kredit KKP-E dan kredir-kredit lainnya ke pada pelaku agribisnis peternakan, sebaiknya bank nagari membuat leaflet.

9. Pembangunan RPU di Padang Pariaman dapat berperan untuk menambah jumlah plasma ayam potong.

(10)

Pembangunan peternakan akan lebih cepat berkembang bila didukung oleh Kelembagaan yang solid diantara anggotanya. Sehingga segala informasi yang didapat bisa disebarkan lebih cepat kepada anggotanya. Masing – masing Komoditi ternak yang ada membentuk Asosiasi ternak di tiap Daerah untuk dapat menyelesaikan permasalah ternak yang dihadapi oleh anggotanya . Ada Asosiasi Peternak Unggas, PPSKI ( Persatuan Pedagang Sapi dan Kerbau Indonesia ), Asosiasi Pedagang Ternak dan Asosiasi Pengolahan Hasil.

Dari berbagai Asosiasi yang ada di Kab/Kota tersebut perlu dihimpun dan difasilitasi oleh Dinas Peternakan Propinsi Sumbar.

Tujuan Kegiatan ini adalah :

1. Membantu mencari solusi dari berbagai permasalahan kenaikan

harga pakan ternak yang dihadapi oleh peternak unggas (ayam layer dan pedaging)

2. Memfasilitasi para peternak dalam pembentukan asosiasi peternak ayam ras petelur tingkat propinsi Sumatera Barat dan sekaligus pembentukan Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia.

Dengan terlaksananya kegiatan ini maka keluaran yang diharapkan adalah :

1. Adanya solusi pemecahan masalah tentang harga pakan ternak. 2. Dengan terbentuknya asosiasi dan PPUI cabang Sumbar, akan

mampu menampung semua aspirasi para peternak dan mencarikan solusi terhadap semua permasalahan yang dihadapi oleh para peternak di Sumatera Barat ini, dengan harapan agar agribisnis perunggasan ini dapat berkembang dengan baik dengan iklim usaha yang kondusif.

Materi Pertemuan adalah :

1. Sambutan Kepala Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat.

2. Pembentukan asosiasi dan PPUI merupakan asp[irasi dari masyarakat peternak Sumbar

3. Diskusi dan dialog antara Dinas Peternakan Propinsi Sumbar, Kabupaten dan Kota dengan Asosiasi, PPUI dan para peternak unggas

Kegiatan ini dibiayai oleh dana DPA-SKPD Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat Tahun2008, dilaksanakan di Hotel Dymens Bukittinggi pada tanggal 24 Maret 2008 yang diikuti oleh 70 orang peserta yaitu :

1. Kepala Dinas Peternakan Propinsi Sumbar beserta staf

2. Kepala Dinas yang menangani fungsi peternakan kabupaten dan kota daerah kawasan sentra produksi perunggasana di Sumbar 3. Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Sumbar

4. Dinas Perindag Propinsi Sumbar

5. Para Peternak Ayam ras Petelur mewakili daerah kabupaten/kota 6. Pengurus Asosiasi Peternak ayam potong propinsi Sumatera barat 7. Para pengusaha Poultry Shop dan penyalur bahan pakan ternak se

(11)

8. Penyalur dan Distributor obat hewan

Pertemuan Pembinaan Kelembagaan Asosiasi Agribisnis Peternakan menghasilkan rumusan sebagai berikut :

1. Pada tahun 2007 dan awal 2008, Ada beberapa peternak yang mendatangkan jagung dari luar propinsi Sumatera barat diantaranya dari Bengkulu, Lampung dan Pulau jawa dengan harga rata-rata Rp.2400,0/kg dengan pesanan diatas 10 ton dan Rp.2800,-/kg dengan pesanan dibawah 10 ton.

2. Kondisi bahan pakan jagung pada saat ini adalah

 Ketersediaan bahan pakan ternak unggas terutama jagung di Sumatera barat sampai saat ini masih sulit didapartkan, sehingga mengakibatkan terjadi kenaikan harga dibeberapa daerah. Untuk itu peternak melakukan pembelian jagung dari luar propinsi seperti Bengkulu lampung dan pulau Jawa.

 Harga jagung yang dibeli dari pulau jawa sebesar Rp.2400,-/kg dengan pesanan minimal 10 ton.

 Nusantara Poultry Shop dan Rajawali PS mendatangkan jagung

dari kabupaten Pasaman

 Sesuai dengan data yang disamp[aikan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Produksi Jagung Propinsi Sumatera barat tahun 2007 adalah 232.615 ton.Produksi tersebut digunakan nuntuk kebutuhan konsumsi manusia berupa jagung manis sebanyak 60% dan termasuk untuk kebutuhan jagung pabrik pakan ternak di Medan.

3. Pabrik pakan PT.Charoen Phokpand jaya farm yang ada di Medan sampai saat ini masih mendatangkan jagung dari Popinsi Sumatera Barat dengan pola kemitraan sehingga terjadi terjadi persaingan antar perusahaan inti jagung dengan peternak .

4. Sebahagian besar peternak ayam ras petelu rdi

kab.50 kota dan kota padang, medatangkan jagung dari luar propinsi Sumbar, pemesanan jagung juga ke Medan karena prosess pengolahannya berada di Medan.

5. Dengan kenaikan harga pakan ternak unggas di

Sumatera barat, sangat dirasakan oleh peternak terutama peternak yang memiliki skala usaha kecil (populasi dibawah 5000 ekor), rata-rata mengalami kerugian, apabila kondisi ini tidak ada perubahan ,maka banyak para peternaka ayam ras peterlur skala kecil akan gulng tikar.

6. Peternak yang mempunyai skala usaha 5000 s/d 20.000 ekor pada posisi break event point (impas) sedang peternak yang berskla besar keuntungan yang didapat tidak terlalu besar (kecil).

7. Agar peternak mendapatkan keuntungan ,maka

(12)

sebab jagung ada;lah komoditi impor yang diatur oleh Pemerintah disamping itu perlu diperhatikan dampak impor bagi petani jagung di Sumatera Barat.

8. Untuk mengatasi ketersediaan jagung untuk

pakan ternak di Sumbar perlu diadakan dan dikembangkan kawasan sentra produksi jagung melalui dukungan pemerintah daerah dan pusat

9. Perlu diadakan industri penangan pasca panen

jagung dengan membangun silo dan pengeringan jagung sehingga kualitas jagung untuk pakan teernak dapat terpenuhi terutama dalam kadar air (tingkat kekeringan).

10. Pembentukan asosiasi peternak ayam ras petelur

dan perhimpunan peternaka unggas indonesia (PPUI) cabang Sumatera Barat :

 Pembentukan Asosiasi dan PPUI merupakan aspirasi dari masyarakat peternak se sumbar ini teelihat dari kehadiran peternak yang mencapai 70 orang yang merupakan perwakilan dari kabupaten/kota

 Terbentuknya Asosiasi dan PPUI cabang Sumbar ,akan mampu

menampung semua aspirasai para peternak dan mencarikan solusi terhadap semua permasalahan yang dihadapi oleh peternak di Sumar dengan harapan agar agribisnis perunggasan dapat berkembang dengan baik adalm iklim usaha yang kondusif.

 Dengan adanya Asosiasi, akan menjalin kerjasama Kadin Sumbar untuk mencarikan solusi permasalahan peternak

 Diharapkan asosiasi dan PPUI cabang Sumbar akan mampu

menghimpun para peternak dan menciptakan pola kerjasama dengan asosiasi/dewan petani jagung sehingga terbentuk suatu pola kemitraa yang saling menguntungkan, saling memperkuat dan saling emmpercayai.

a. Susunan Pengurus Asosiasi Peternak Ayam Petelur periode 2008-2012.

 Ketua : Ir.H.Akmal

 Wakil Ketua : Ir.Zulkadi Mawardi

 Sekretaris : Drh.Harmen

 Wakil Sekretaris : Drh.H.Mukmin

 Bendahara : H.Masrul Yakin

b. Susunan Pengurus Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia(PPUI) cabang Sumbar periode 2008-2012.

 Ketua Umum : .H.Isra

 Ketua I : Zulkadi (peternak Umum Unggas

 Ketua II : Edi Syofyan (Broiler)

 Sekretaris Umum : Drh.H.Dodi Mulyadi

 Sekretaris I : Yoga G Nahor (Momon)

(13)

Setelah pembentukan pengurus asosiasi dan PPUI cabang Sumbar, pertemuan dilanjutkan diskusi dan dialog antara Dinas Peternakan Propinsi Sumbar, kabupaten/kota,Asosiasi, PPUI dan para peternak unggas.

Hasil Pertemuan :

 Para peternak atas nama asosiasi sangat berterima kasih kepada

pemda Sumbarc/q Dinas Peternakan Propinsi Sumbar yang telah memfaslitasi para peternaka sehingga bergabung dalam satu asosiasi

 Diharapkan Pemda Propinsi Sumbarc/q Dinas Peternakan Propinsi Sumbar secara terus menerus akan mampu mangakomodir semua permasalahan yang timbul dilapangan serta serta mamp[u mengcover kebutuhan para peternak terutama bahan pakan ternak dengan harga yang wajar.

 Perlu uapya pemerintah untuk menyediakan dana penanganan pasca panen untuk produksi jagung dan produksi ternak(telur) dalam bentuk dana talangan sehingga kan mampu mengatasi terjadinya fluktuasi hatga pakan ternak dan turunnya harga produksi ternak.

 Agar para pengurus Asosiasi dan PPUI cabang Sumbar yang ditetapkan masing-masing menyiapkan rencana kerja jangka pendek dan menengah

 Agar Pemerintah membantu pembiayaan pembinaan dan

pengembangan Asosiasi dan PPUI cabang Sumbar

 Diharpkan Asosiasi dan PPUI secara bertahap akan mampu memfasilitasi kebtuhan peternak.

4. Pertemuan Permasalahan Kenaikan Harga Pakan Terhadap Produksi Dan Pemasaran Telur Di Sumatera Barat

Agribisnis perunggasan di Sumatera Barat merupakan usaha yang dikelola olah masyarakat peternakan dan sampai saat ini telah berkembang dengan baik walaupun dalam perjalanannya mengalami permasalahan baik dari sapronak, budiadaya maupun pemasaran produksinya.

Di Sumatera Barat industri perunggasan sampai dengan kondisi tahun 2007, tercatat populasi ternak ayam ras petelur sebanyak 6.460.787 ekor, ternak ayam buras 4.529.802 ekor ternak itik 1.006.445 ekor, ayam ras pedaging / potong sebanyak 13.308..143 ekor dan ternak puyuh 770.374 ekor.

(14)

Sistem pemberian makanan ternak ayam ras petelur di Sumatera Barat agak berbeda dengan sistem pemberiam makanan di daerah lain, dimana di Sumatera Barat para peternak melakukan pencampuran bahan pakan sesuai dengan formulasi peternak sendiri dengan membutuhkan bahan pakan ternak seperti konsentrat (produksi pabrik pakan), jagung dan dedak. Dengan sistem pemberian makanan ternak tersebut maka kebutuhan bahan pakan untuk ternak unggas berupa jagung dan dedak adalah merupakan kebutuhan pokok yang sangat penting dan menentukan terhadap kelangsungan dan perkembangan perunggasan di Sumatera Barat.

Dilihat dari fluktuasi harga sarana produksi peternakan untuk ayam ras petelur baik DOC, bahan pakan (Konsentrat, Jagung dan Dedak) serta Vakasin dan Obat-0batan ternak pada awal tahun 2008 ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi, dan diikuti dengan sulit para peternak memperoleh bahan pakan (terutama jagung) di Sumatera Barat serta diiringi dengan rendahnya harga jual produksi (telur ayam di tingkat produksen / peternak ) ini membuat para peternak ayam ras petelur di Sumatera Barat mengalami / sedikit kewalahan dalam memenuhi kebutuhan sapronak untuk mempertahankan dan mengembangan usahanya.

Dalam pertemuan ini fokus utama adalah memecahkan permasalahan kenaikan harga pakan terhadap produksi dan pemasaran telur di Sumatera Barat

Tujuan Kegiatan ini adalah :

a. Membantu mencari solusi pemecahan permasalahan kenaikan harga pakan ternak yang dihadapi oleh peternak unggas (ayam layer dan ayam pedaging).

b. Memfasilitasi para peternak dalam pembentukan Asoasi Peternak Ayam Ras Petelur tingkat Propinsi Sumatera Barat dan sekaligus pembentukan Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI).

Dengan terlaksananya kegiatan ini, keluaran yang diharapkan adalah : a. Adanya solusi pemecahan masalah tentang harga pakan ternak. b. Dengan terbentuknya Asosiasi dan PPUI cabang Sumbar, akan

mampu menampung semua aspirasi para peternak dan mencarikan solusi terhadap semua permasalahan yang dihadapi oleh para peternak di Sumabtera Barat ini, dengan harapan agar agribisnis perunggasan ini dapat berkembang dengan baik dalam iklim usaha yang kondusif.

(15)

pada tanggal 24 Maret 2008, dimulai pukul 09.00 WIB s/d pukul 17.00 WIB yang diikiuti 70 orang peserta yang terdiri dari :

1. Kepala Dinas Peternakan Propinsi Sumbar berserta staf

2. Kepala Dinas Peternakan atau yang menangani fungsi peternakan Kabupaten dan Kota daerah Kawasan Sentra Produksi Perunggasan di Sumbar.

3. Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Sumbar. 4. Dinas Perindag Prop. Sumbar.

5. Para Peternak Ayam Ras Petelur mewakili daerah Kab dan Kota 6. Pengurus Asosiasi Peternak Ayam Potong Propinsi Sumatera

Barat

7. Para Pengusaha Poultry Shop dan Penyalur Bahan Pakan Ternak Se Sumbar

8. Penyalur dan Distributor Obat Hewan di Sumbar

Materi pertemuan yaitu :

1. Sambutan Kepala Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat. 2. Pembentukan Asosiasi dan PPUI merupakan aspirasi dari

masyarakat pertenak se Sumbar.

3. Diskusi dan dialog antara Dinas Peternakan Propinsi Sumbar, Kab dan Kota dengan Asosiasi, PPUI dan para peternak unggas yang hadir.

Pertemuan Permasalahan Kenaikan Harga Pakan Terhadap Produksi Dan Pemasaran Telur Di Sumatera Barat menghasilkan rumusan : 1. Ada beberapa peternak pada tahun 2007 dan awal tahuan 2008

yang membeli / mendatang jagung dari luar propinsi Sumatera Barat yakni; Propinsi Bengkulu, Lampung, dan beberapa propinsi di Pulau Jawa dengan harga Rp. 2.400.- /kg dengan pesanan diatas 10 ton sedangkan pesanan dengan jumlah dibawah 10 ton seharga Rp. 2.800.-.

2. Kondisi bahan baku pakan terutama jagung saat ini adalah sebagai berikut:

a. Ketersediaan bahan pakan ternak unggas terutama Jagung di Sumatera Barat sampai saat ini masih sulit didapatkan, sehingga mengakibat terjadi kenaikan harga jagung di beberapa daerah, sehingga para peternak ayam ras petelur melakukan pembelian jagung dari luar propinsi Sumatera Barat seperti Propinsi Bengkulu, Lampung dan Pulau Jawa. b. Harga jagung yang di beli dari Pulau Jawa, sebesar Rp.

2.400.- /kg dengan pesanan minimal 10 ton.

c. Nusantara PS dan Rajawali PS mendatangkan jagung dari Kabupaten Pasaman dan Propinsi Sumatera Utara.

(16)

Propinsi Sumatera Barat tahun 2007 adalah sebanyak 232.615 ton. Produksi jagung termasuk kebutuhan jagung untuk konsumsi manusia berupa jagung manis. Sehingga dari produksi tersebut yang dapat dimanfaatkan oleh pakan ternak hanya 60 % dari total produksi, dan termasuk jagung yang dibeli oleh pabrik pakan di Medan.

e. Pabrik pakan PT. Charoen Phokpand Jaya Farm yang ada di Medan, sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan jagungnya, masih mengandalkan produksi jagung dari daerah Sumatera Barat dengan mengembangkan pola kemitraan dengan petani jagung. Sehingga akan terjadi persaingan antara Perusahaan Inti Jagung dengan para peternak.

f. Sebagian besar peternak ayam ras petelur di Kabupaten 50 Kota dan Kota Padang mendatangkan jagung dari luar Propinsi Sumatera Barat. Pemesanan jagung juga ke Medan karena proses pengolahan jagung Sumbar di Medan.

g. Dengan kenaikan harga pakan ternak unggas di Sumatera Barat, sangat dirasakan oleh para peternak terutama para peternak yang memiliki skala usaha kecil, dengan populasi ternak dibawah 5.000 ekor, ini rata mengalami kerugian (usaha nya tidak menguntungkan), apabila kondisi ini tidak ada perubahan, maka banyak para peternak ayam ras petelur yang berskala kecil akan bangkrut (gulung tikar). h. Sementara peternak yang mempunyai skala usaha sedang

( 5.000 ekor s/d 20.000 ekor) para peternak tidak mendapatkan keuntungan, usahanya pada posisi Break Event Point (BEP), sedanga untuk peternak yang memiliki skala usaha besar dengan populasi nya diatas 20.000 ekor masih dapat keuntungan tapi kecil.

3. Agar harga pakan ternak tersebut dapat turun dan menguntungkan bagi peternak, diharapkan Dinas Peternakan bersama sama dengan Asosiasi dan Kadin Sumbar untuk dapat memfasilitasi melakukan import jagung dari luar negeri dengan harga berkisar Rp. 2.200.- s/d Rp. 2.400.-/kg.

4. Untuk melakukan import jagung ini perlu dilakukan pengkajian yang matang, sebab jagung ini merupakan salah satu komoditi import yang di atur, disamping itu perlu diperhatikan dampaknya terhadap para petani jagung di Sumatera Barat. 5. Untuk mengatasi ketersedian jagung untuk pakan ternak di

Sumatera Barat perlu diadakan dan dikembangkan kawasan sentra pruduksi jagung yang didukung oleh pemerintah daerah maupu pusat.

(17)

7. Pembentukan Asosiasi Peternak Ayam Ras Petelur dan Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI) Cabang Sumatera Barat :

a. Pembentukan Asosiasi dan PPUI merupakan aspirasi dari masyarakat pertenak se Sumbar, ini terlihat dari kehadiran para peternak yang mencapai + 70 orang peternak yang merupakan perwakilan dari Kab dan Kota. b. Dengan terbentuknya Asosiasi dan PPUI cabang Sumbar,

akan mampu menampung semua aspirasi para peternak dan mencarikan solusi terhadap semua permasalahan yang dihadapi oleh para peternak di Sumatera Barat ini, dengan harapan agar agribisnis perunggasan ini dapat berkembang dengan baik dalam iklim usaha yang kondusif. c. Dengan adanya Asosiasi Peternak Ayam Ras menjalin kerja sama Kadin Sumbar untuk mancarikan solusi terbaik bagi peternak.

d. Disamping itu juga diharapkan Asosiasi dan PPUI cabang Sumbar akan mampu menghimpun para peternak dan mencipta suatu pola kerja sama bekerjasama dengan Asosiasi/Dewan Petani Jagung sehingga terbentuk suatu pola kemitraan yang saing menguntungkan, saling memperkuat dan saling mempercayai.

8.

Susunan Pengurus Asosiasi Peternak Ayam Petelur Periode 2008 – 2012 adalah sebagai berikut;

 Ketua : Ir. H. Akmal

 Wk. Ketua : Ir. Zulkadi Mawardi

 Sekretaris : Drh. Harmen

 Wk. Sekretaris : Drh. H. Mukmin

 Bendahara : H. Masrul Yakin

Susunan Pengurus Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI)

Cabang Sumbar Periode 2008 – 2012 adalah sebagai berikut;

 Ketua Umum : H. Isra

 Ketua I : Zulkardi ( Peternakan Umum Unggas)

 Ketua II : Edi Syofyan ( Broiler)

 Sekretaris Umum : Drh. H. Dodi Mulyadi

 Sekretaris I : Yoza G. Nahor ( momon)

 Bendahara : Hj. Imdesriati

9. Setelah pembentukan pengurus Asosiasi dan PPUI Cab

(18)

antara Dinas Peternakan Propinsi Sumbar, Kab dan Kota dengan Asosiasi, PPUI dan para peternak unggas yang hadir. Dari hasil diskusi dan dialog tersebut dapat dirumuskan beberapa hal sebagai berikut :

a. Para peternak atas nama Asosiasi dan PPUI Cabang Sumbar sangat berterima kasih pada Pemda Propinsi Sumbar cq Dinas Peternakan Propinsi Sumbar yang telah mendukung dan memfasiltasi para peternak dalam pembentukan Asosiasi dan PPUI di Sumbar.

b. Diharapkan Pemda Prop. Sumbar cq Dinas Peternakan secara terus menerus melakukan pembinaan terhadap Asosiasi dan PPUI ini sehingga Asosiasi akan mampu mengakomodir semua permasalaan yag timbul dilapangan serta akan mampu mangcover kebutuhan para peternak terutama bahan pakan ternak dengan harga yang wajar. c. Perlu diupayakan pemerintah penyediaan dana

penanganan pasca panen terhadap produksi jagung dan produksi ternak (telur) dalam bentuk dana talangan sehingga program ini akam mampu mengatasi apabila terjadinya fluktuasi harga bahan pakan ternak dan jatuh harga jual produksi ternak.

d. Agar para pengurus Asosiasi dan PPUI yang ditetapkan, untuk menyiapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dari masing organisasi tersebut dan sekaligus menyiapkan rencana jangka pendek dan menengah.

e. Agar Pemerintah membantu pendanaan untuk pembinaan dan pengembangan Asosiasi dan PPUI Cab Sumbar.

f. Asosiasi dan PPUI cab Sumbar, secara bertahap akan mampu memfasiltasi kebutuhan peternak.

5. Pelatihan dan Evaluasi Pelaksanaan LM3 Di Sumatera Barat

Masalah kerawanan pangan dan pemberdayaan ekonomi rakyat merupakan isu strategis yang terus mengemuka sebagai dampak krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 dan terus berlanjut sampai saat ini. Isu tersebut secara langsung berkaitan dengan pembangunan sub sektor peternakan, karena sub sektor peternakan merupakan sub sektor yang secara langsung bertanggung jawab terhadap ketersediaan bahan pangan asal ternak.

(19)

masyarakat dan lembaga yang mempunyai potensi dalam pengembangan agribisnis peternakan.

LM3 memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi agen pembangunan peternakan di pedesaan, karena pada umumnya mempunyai keunggulan– keunggulan, antara lain : (1) memiliki sumberdaya lahan pertanian yang cukup luas sebagai modal untuk pengembangkan usaha peternakan, (2) mempunyai sumberdaya kepemimpinan yang unggul terutama tokoh agama yang kharismatik dan merupakan panutan bagi warga LM3 dan masyarakat sekitarnya, (3) merupakan lembaga yang strategis untuk mensosialisasikan/ mendiseminasi berbagai inovasi dan (4) merupakan pasar potensial hasil peternakan selain untuk mencukupi kebutuhan sendiri juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya sesuai dengan alokasi dana agribisnis LM3 di Sumatera Barat sejak tahun 2006 s/d 2007 sebesar Rp. 7.129.000.000,- dengan rincian sebagai berikut :

Tahun 2006

 Dana Konsentrasi Ditjen PPHP 9 Ponpes Rp.

1.848.464.000,- Dana Konsentrasi Badan SDM 4 Ponpes Rp.

802.400.000,-Jumlah 13 Ponpes Rp.

2.650.864.000,-Tahun 2007

 Dana Konsentrasi Ditjennak 37 Ponpes Rp.

6.715.500.000,- Dana APBN Perubahan 3 Ponpes Rp.

210.000.000,- Dana Konsentrasi 1 Ponpes Rp.

203.500.000,-Jumlah 41 Ponpes Rp.

7.129.000.000,-Agar usaha agribisnis LM3 dapat berkembang serta memberikan nilai tambah yang optimal baik kepada LM3 maupun pada masyarakat sekitarnya, maka perlu dilakukan pemberdayaan SDM pada LM3 yang mendapat alokasi dana tahun 2006 dan tahun 2007 dan petugas pendamping dari dinas/instansi terkait, dalam bentuk pelatihan dan evaluasi pelaksanaan LM3 di Sumatera Barat.

Tujuan kegiatan ini adalah :

(20)

2. Menambah ilmu pengetahuan perwakilan dari masing-masing ponpes dan petugas pendamping Kabupaten/Kota dalam hal teknis budidaya ternak (penggemukan dan pembibitan) dan teknis kesehatan hewan maupun non teknis (Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong dan pelaporan perkembangan dana LM3)

Sasaran Kegiatan

1. Santri LM3 yang menerima dana APBN Tahun 2007.

2. Petugas Dinas / Instansi teknis yang terkait di Kab/ Kota yang mempunyai wilayah kerja dalam LM3.

Sedangkan keluaran dari kegiatan ini adalah :

1. Terlaksananya Pelatihan LM3 untuk Santri yang menerima dana APBN tahun 2007

2. Tersedianya tenaga trampil dalam pengelolaan agrbisnis usaha peternakan di Ponpes

Setelah terlaksananya kegiatan ini maka hasil yang diharapkan 1. Meningkatnya wawasan dari perwakilan ponpes yang

mengelola LM3 dengan adanya diskusi antara masing-masing perwakilan ponpes .

2. Dapat memecahkan permasalahan teknis budidaya ternak (penggemukan dan pembibitan) dan teknis kesehatan hewan maupun non teknis (Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong).

3. Diperoleh data evaluasi pelaksanaan LM3 pada masing-masing Ponpes.

Manfaat Pelatihan dan Evaluasi Pelaksanaan LM3

1. Berkembangnya usaha agribisnis peternakan di Pondok Pesantren dan masyarakat sekitar

2. Peningkatan skala usaha peternakan dalam mendukung swaswmbada daging 2010

Materi Pelatihan LM3

1. Kebijakan Pembangunan Peternakan Propinsi Sumatera Barat. 2. Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong dan Evaluasi

LM3 Tahun 2006 & Tahun 2007.

3. Teknis penggemukan dan pembibitan ternak sapi potong 4. Teknis Kesehatan Hewan

(21)

mengikuti Pelatihan dan evaluasi pelaksanaan LM3 ini dari masing-masing Kabupaten/Kota adalah seperti Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Jumlah Peserta Pelatihan dan Evaluasi Pelaksanaan LM3

dari masing-masing Kabupaten/Kota di Sumatera Barat

No. Kabupaten/Kota Jumlah Peserta (Orang)

Target Realisasi

1 Kab. Padang Pariaman 6 5

2 Kab. Tanah Datar 4 4

3 Kabupaten Solok 5 4

4 Kabupaten Agam 5 4

5 Kabupaten Pasaman Barat 5 9

6 Kabupaten Solok Selatan 4 2

7 Kota Padang Panjang 4 5

8 Kota Pariaman 4 3

9 Kabupaten Dharmas Raya 5 4

10 Kota Padang 5 4

11 Kota Bukittinggi 3 0

12 Kabupaten Pesisir Selatan 4 4

13 Kota Sawahlunto 3 3

14 Kabupaten Sawahlunto Sijunjung 3 3

15 Kota Solok 3 2

16 Kabupaten Pasaman 3 4

17 Kota Payakumbuh 3 5

18 Kepulauan Mentawai 3 0

Jumlah 72 65

Jumlah Peserta yang berasal dari Propinsi adalah sebanyak 13 orang yang terdiri dari Narasumber, Panitia, staf Subdinas Bina Usaha dan sub bagian keuangan.

 Biaya untuk persiapan pertemuan, akomodasi dan

(22)

 Biaya transportasi peserta Kabupaten/Kota

ditanggung oleh anggaran DIPA Pengembanagan Fasilitas Pelayanan Agroindustri Terpadu Satker Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat Tahun 2008, pada Mata Anggaran 1557.0149.524119.

Rumusan hasil pertemuan :

a. Aspek Budidaya Ternak

1. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam usaha beternak sapi potong yakni :

 Bibit

 Kandang dan Peralatan

 Pakan

 Pengendalian Penyakit

 Manajemen dan Tatalaksana

2. Saat pembelian ternak sapi baik untuk bibit maupun bakalan sebaiknya didampingi oleh petugas teknis yang memahami ciri-ciri ternak baik untuk bibit maupun untuk bakalan (penggemukan).

3. Pakan untuk ternak sapi dapat diberikan dalam bentuk :

 Hijauan makanan ternak (HMT) seperti rumput alam,

rumput unggul.

 Konsentrat (pakan penguat yang mempunyai nilai gizi/protein tinggi), diutamakan bahan pakan yang mudah dicerna.

 Makanan Pelengkap ( Feed Supplement) yaitu makanan tambahan berupa mineral yang menutupi kekurangan zat makanan dalam rumen.

4. Pemberian pakan yang baik akan dapat meningkatkan produksi dan produktifitas ternak sapi potong.

5. Pondok Pesantren harus memanfaatkan bahan baku pakan lokal yang bergizi, mudah didapat, disukai oleh ternak dan ekonomis seperti sagu, kulit coklat, batang pisang dll.

6. Pemberian pakan pada ternak dilakukan 2 – 3 kali sehari dengan air minum tersedia setiap saat.

7. Jangan memberikan hijauan dalam keadaan basah karena dapat menyebabkan terjadinya penyakit kembung pada ternak sapi.

8. Permasalahan sapi yang tidak bunting antara lain disebabkan oleh masalah ketepatan waktu meng-IB dan kesalahan alat reproduksi.

(23)

menangani fungsi-fungsi peternakan di Kabupaten/Kota atau ke Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat.

10.Anak menyusu pada induk sapi dianjurkan selama 3 bulan dan setelah itu sapi kembali di IB.

11.Jangan meng-IB ternak yang masih muda karena akan menyebabkan peranakannya akan keluar pada saat bunting (prolapsus).

12.Ponpes harus memperhatikan saat yang tepat untuk menjual ternak sehingga pada saat membeli ternak, harga beli ternak tidak lebih tinggi dari harga jual ternak. 13.Pemberian mineral pada ternak sapi sangat diperlukan.

b. Aspek Kesehatan Ternak

1. Mandikan ternak setiap hari agar terhindar dari penyakit kulit dan kutu, serta berikan pakan ternak yang baik sehingga kesehatan ternak dapat terpelihara dengan baik.

2. Pemeliharaan ternak sebaiknya di dalam kandang, agar fecesnya bisa dikumpulkan dan dapat dijadikan pupuk organik.

3. Kalau terjadi permasalahan dalam kesehatan hewan, segera hubungi petugas pos keswan terdekat.

c. Aspek Evaluasi dan Kelembagaan

1. Peserta yang hadir pada acara pelatihan dan evaluasi pelaksanaan LM3 ini adalah 90,27 % dengan kondisi ada beberapa ponpes yang mengrimkan peserta lebih dari 1 orang dan petugas pendamping dari Dinas/Instansi terkait lebih dari 1 orang.

2. Bagi ponpes yang perkembangannya kurang bagus agar melakukan studi banding ke Ponpes yang berhasil.

3. Untuk Tim Teknis agar mencari Ponpes yang betul-betul menginginkan adanya peternakan di Ponpesnya dan kemudian membuat usulan untuk Tahun 2009.

4. Laporan dari Ponpes diharapkan per triwulan.

5. Hal-hal yang perlu

dipertimbangkan dalam perguliran :

 Kesepakatan anggota/dinamika

kelompok.

 Jangka waktu pengembalian.

 Bentuk lembaga penyaluran &

pengembalian (melalui Bank atau LKM pedesaan, dll).

 Perguliran dana LM3 dilakukan

setelah usaha LM3 mencapai skala usaha ekonomis yang didasarkan pada hasil evaluasi Tim Teknis.

 Prioritas perguliran : anggota

(24)

belum pernah menerima dana penguatan modal usaha yg dianggap mampu menerapkan model usaha peternakan yg sama.

6. Dinas Peternakan

Propinsi Sumatera Barat akan membantu untuk memecahkan permasalahan bagi petugas yang tidak mau datang saat dihubungi oleh peternak.

7. Dari 54 ponpes yang diundang, hanya dihadiri oleh 42 ponpes dan yang mengisi format isian LM3 adalah 39 Ponpes.

8. Hasil evaluasi dana LM3 dari masing-masing ponpes tersebut adalh seperti terlihat pada Lampiran 2.

9. Diharapkan oleh peserta, pertemuan semacam ini dapat dilakukan minimal 2 kali dalam setahun.

B. Seksi Pasca Panen, Pengolahan Hasil Dan Standarisasi

Kegiatan yang dilksanakan selama tahun 2008 adalah :

1. SL-PPHP (Sekolah Lapangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan) bagi Petugas Kabupaten/Kota dan Penyuluh Peternakan

Kegiatan ini dilaksankan di Hotel Nikitta Bukittinggi pada tanggal 7 s/d 10 April 2008 dengan Jumlah dana sebesar Rp. 38.815.000,- sumber dana APBN dan jumlah peserta sebanyak 31 orang dengan rincian sebagai berikut :

- Kab. Tanah Datar : 6 orang - Kab. Limapuluh Kota : 6 orang

- Kab. Agam : 5 orang

- Kab. Padang Pariaman : 5 orang

- Kota Padang Panjang : 4 orang

- Kota Payakumbuh : 4 orang

- Kota Bukittinggi : 1 orang

Jumlah :31 orang

Tujuan kegiatan adalah untuk meningkatkan kemampuan petugas Kabupaten/Kota dan Penyuluh Peternakan dalam mengidentifikasi, menganalisa dan memecahkan masalah pengolahan dan pemasaran hasil peternakan yang ada diwilayah tugasnya masing-masing.

(25)

Keluaran kegiatan adalah terlaksananya Sekolah Lapangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan (SL-PPHP) bagi petugas peternakan Kabupaten/Kota dan Penyuluh Peternakan sebanyak 31 orang.

Hasil dari pelaksanaan kegiatan adalah Meningkatnya SDM aparatur (petugas Kabupaten/Kota dan Penyuluh Peternakan) sebanyak 31 orang untuk melakukan pembinaan kepada pelaku usaha pengolahan hasil peternakan.

Manfaat kegiatan ini adalah petugas Kabupaten/Kota dan Penyuluh Peternakan yang telah dilatih akan dapat melakukan pembinaan secara profesional terhadap pelaku usaha pengolahan hasil peternakan diwilayah kerjanya masing-masing.

2. SL-PPHP (Sekolah Lapangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan) bagi Pelaku Usaha Pengolahan Hasil Peternakan

Kegiatan ini dilaksanakan pada 6 (enam) Kabupaten/Kota di Sumatera Barat yang dilaksanakan tanggal 18 s/d 23 November 2008 dengan jumlah dana sebesar Rp.33.935.000,- sumber dana APBN, peserta yaitu pelaku usaha pengolahan hasil peternakan sebagai berikut :

(26)

23-11-2008

Pos Keswan

Ush Olh Hasil 10

PKK. Kota 7

PKK. Kec. 5

P’ Ush Kikil 8

P’ Ush Dadiah 15

PKK. Kab. 1

Tujuan kegiatan adalah untuk meningkatkan kemampuan Pelaku Usaha dalam pengolahan dan pemasaran hasil peternakan serta meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan

Sasaran kegiatan adalah terwujudnya Pelaku Usaha yang profesional dan mandiri dalam menjalankan usaha pengolahan dan pemasaran hasil peternakan.

Keluarannya adalah terlaksananya Sekolah Lapangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan (SL-PPHP) bagi pelaku usaha olahan hasil dan PKK Kabupaten/Kecamatan sebanyak 116 orang.

Hasil pelaksanaan kegiatan yaitu meningkatnya SDM Pelaku Usaha sebanyak 116 orang untuk melakukan peingkatan pengelolaan usaha olahan hasil peternakan kearah yang lebih baik.

Manfaat kegiatan adalah pelaku Usaha Olahan Hasil Peternakan dan angota PKK yang telah dilatih akan dapat menerapkan ilmu dan pengalaman yang didapat dalam melakukan pengelolaan usahanya.

3. Pertemuan Teknis Pengelolaan Rumah Potong Unggas (RPU) Menuju Daging Ayam ASUH dan Pemasaran

Kegiatan ini namanya Pertemuan Persiapan Manajemen (PPM) pada : 1. Tangggal 15 Agustus 2008 di Disnak Propinsi Sumatera Barat

dengan jumlah peserta 30 orang.

2. Tanggal 29 November 2008 di Rest Suaso Padang dengan jumlah peserta juga 30 orang

(27)

Uraian Kegiatan Jadwal Lokasi Peserta (orang) jaminan mutu sesuai dengan permintaan pasar

2. Meningkatkan pemahaman calon konsumen terhadap produk yang dihasilkan oleh RPU Kayu Tanam yang dikelola oleh Kelompok Mitra keluarga

Sasaran kegiatan adalah :

1. Tersedianya daging ayam yang dapat memenuhi kualitas / mutu daging yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal

2. Terciptanya suatu kerjasama yang baik antara Restoran cepat saji dan Hotel yang ada di Sumatera Barat dengan Kelompok Mitra Keluarga sebagai pengelola Rumah Potong Unggas (RPU)

Keluaran kegiatan adalah terlaksananya Pertemuan Persiapan Manajemen Operasional RPU oleh Kelompok Mitra keluarga dan Pertemuan Persiapan Majemen Pemasaran Produk RPU Kayu tanam.

Hasil kegiatan adalah :

1. Dengan akan dioperasionalkan RPU Kelompok Mitra mandiri di Kayu Tanam Kab. Padang Pariaman, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar komplek RPU.

2. Pengelolaan / manajemen RPU akan dibuat secara tertulis sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing

3. Untuk memenuhi pasokan ayam potong ke RPU Mitra Keluarga akan dilakukan rapat khusus dengan Perusahaan Inti Ayam Potong yang ada di Sumatera Barat agar kontiniutas bahan baku terjamin. 4. Untuk perluasan pemasaran produk RPU perlu dipromosikan

(28)

Manfaat kegiatan adalah :

1. RPU Kelompok Mitra Keluarga telah mulai beroperasi dan secara perlahan telah mulai menerapkan sistem jaminan mutu.

2. Salah satu restoran cepat saji yang ada di Kota Padang (Texas Fried Chiken telah menjalin kerja sama dengan RPU Kelompok Mitra Keluarga.

C. Seksi Promosi dan Informasi Pasar

Seksi Promosi dan Informasi Pasar selama tahun 2008 telah melakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Promosi Atas Produk Peternakan Unggulan Daerah.

Lokasi kegiatan pameran dan promosi yang telah dilaksankan adalah sebagai berikut :

1. Agro & Food Expo 2008 pada tanggal 22 s/d 25 Mei 2008 bertempat di Kartika Expo Center Balai kartini Expo Jakarta.

2. Indonesia Expo 2008 Agustus 2008 di Hall A PRJ Kemayoran Jakarta. 3. Pekan Budaya Sumatera Barat Tahun 2008 pada Juli 2008 di Taman

Budaya Propinsi Sumatera Barat di Padang .

4. Pekan Raya Jakarta Tahun 2008 pada tanggal 13 Juni – 14 Juli 2008 Di Hall A PRJ Jakarta.

5. Bulan Bakti Peternakan Propinsi Sumatera Barat tahun 2008 pada Minggu I November 2008.

6. Pameran Promosi Sumatera Expo (Sumex) Tahun 2008 berlangsung dari September 2008 bertempat di Batam Center, Batam Propinsi Kepulauan Riau.

7. Pameran dan Promosi dalam rangka Hari Pangan Sedunia tingkat Propinsi Sumatera Barat bulan November 2008 di B2KP Propinsi Sumatera Barat.

8. Bazar dan Pameran dalam rangka menghadapi bulan suci ramadhan 1428 di halaman kantor Gubernur Sumatera Barat pada minggu ke IV dan V Oktober 2008.

9. Padang Fair Tahun 2008 pada tanggal 7 Desember 2008 Di GOR Haji Agus Salim Padang.

Promosi dan pameran produk peternakan dan hasil ollahan peternakan bertujuan :

1. Mendapatkan peluang pasar produksi peternakan dan hasil pengolahan peternakan baik ditingkat propinsi Sumatera Barat maupun Nasional dan Regional sehingga bisa menembus pasar moderen.

(29)

3. Mengembangkan wawasan peternak dan pelaku usaha hasil olahan produk peternakan.

4. Memotivasi peternakan dan pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya baik disegi kualitas maupun kuantitas yang berwawasan agribisnis.

Sasaran pelaksanaan Promosi dan pameran produk peternakan adalah : 1. Para investor/ tertarik untuk mengembangkan investasi dibidang

peternakan pada daerah Sumatera Barat

2. Potensi dan produk peternakan dapat memasuki pasar modern baik tingkat Nasional, Regional maupun internasional

Ke;uaran yang diharapkan dari pelaksanaan Promosi dan pameran produk peternakan adalah :

1. Potensi dan produk peternakan Sumatera Barat dikenal secara luas baik pengusaha dan masyarakat

2. Terjadinya kontrak dagang dalam peningkatan pemasaran potensi dan produk peternakan

Adapun hasil dari plaksanaan kegiatan pameran ini adalah :

1. Produk olahan produksi peternakan Sumatera Barat sangat digemari oleh para pengunjung karena produk yang dipamerkan dan dipromosikan sudah mempunyai citarasa yang gurih dan spesifik dan mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan pemasarannya .

2. Dari hasil promosi dan pameran yang dilakukan selama 2008 telah terjadi peningkatan permintaan pasar produk olahan produksi peternakan hal ini terlihat dari meningkatnya omset penjualan para pengusaha olahan hasil produk peternakan.

Adapun manfaat dari plaksanaan kegiatan tersebut adalah : 1. Meningkatnya peluang pasar komoditi peternakan

2. Meningkatnya kapasitas produksi pelaku usaha/agribisnis peternakan

Dalam pameran ditampilkan dalam masing even pameran yaitu hasil olahan prtoduk peternakan yang berasal dari sapi potong maupun unggas dan neon box serta leaflet produk hasil olahan peternakan seperti :

 Rendang Daging, rendang Runtiah dan Paru “YET” dari Kota Payakumbuh

 Rendang Daging Runtiah,Telur Asosiasi Rendang

Payakumbuh

 Rendang Daging Runtiah,Rendang Telur Kokoci Kabupaten

50 Kota.

(30)

Potensi Pengembangan Usaha :

 Display Dadiah Minuman Probiotik & Tradisonal sumatera Barat

 Display Pasca Panen Agribisnis Peternakan Ayam Potong

 Display 7 Tepat Gerakan Pelaksanaan IB di Sumatera Barat.

 Display Plama Nutfah Sapi Pesiisr Selatan.

 Display Bio Teknologi Reproduksi Ternak sapi Potong

 Display Tuah Sakato Hasil Embryo Transfer (ET) di Sumatera

Barat

 Leaflet Profil Kawasan Komoditi Unggulan Sapi Potong di Kabupaten Agam

 Leaflet Profil Usaha Rendang Linda Sentosa dari Kabupaten

Solok.

 Leaflet Profil Usaha Rendang Runtiah Yet dari Kota Payakumbuh

 Leaflet Dadiah sebagai Makanan Probiotik.

 Bunner BIB Tuah Sakato.

2. Pengelolaan Sistim Pelayanan Informasi Agribisnis

Pelayanan informasi pasar mempunyai peranan yang strategis dalam pengembangan pemasaran hasil pertanian yang merupakan bagian dan upaya pemerintah melakukan Revitalisasi Pertanian. Salah satu hal penting dalam revitalisasi pertanian adalah berkembangnya sistim pemasaran yang semakin efisien yang akan mengembangkan peningkatan daya saing produk hasil pertanian dan produk peternakan adalah salah satunya yang sangat penting untuk dikembangkan.

Informasi pasar adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan peningkatan daya saing tersebut.

Pelayanan informasi pasar yang telah berjalan selama ini memberikan peran cukup berarti, namun kinerjanya masih perlu ditingkatkan seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan semakin globalnya pasar produk pertanian.

Posisi pelayanan informasi yang semakin penting tersebut menuntut berbagai pembaharuan baik disisi sumberdaya manusia, rencana maupun sistim pengolahan data dan bentuk penyajian dan pelayanan informasinya.

Salah satu usaha agar sistim pemasaran dapat diterima oleh pelaku agribisnis pertanian dengan mudah dapat dilakukan dengan pengembangan sistim informasi pasar berupa program

(31)

a. Pertemuan dan Apresiasi Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tahun 2008

Menyikapi peranan sistim informasi agribisis maka Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat telah melaksanakan Pertemuan dan Apresiasi Petugas PIP di kab/kota dan aparatur Dinas Peternakan propinsi Sumatera Barat dengan peserta sebanyak 30 orang

Pertemuan dan Apresiasi Petugas PIP ini dilaksanakan pada tanggal 16 s/d 17 Desember 2008 di Hotel Dymems Bukittinggi .

Kegiatan Pertemuan dan Apresiasi Petugas PIP adalah merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan SDM petugas dalam pelayanan informasi harga komoditi peternakan dan hasil ternak serta sapronak yang diinformasikan melalui suatu sistim yang dilakukan dengan pengembangan sistim informasi pasar berupa program SINGOSARI ( Sistim Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ) berbasis WEB melalui internet.

Dasar Pelaksanaan kegiatan yaitu :

1. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Fasilitasi Pelayanan Agroindustri Terpadu Satker Dinas Peternakan Sumatera Barat (07) Tahun Anggaran 2008

2. Surat Keputusan Kepala Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat Tahun Nomor :050 /24/ Kpts/ FPAT – SB/ 2008 tanggal 1 Juli 2008.

Tujuan kegiatan :

1. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan dalam pelaksanan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan analisis dan pelayanan informasi.

2. Meningkatkan effisiensi, effektivitas dan akuntabilitas perencanaan pelaksanaan kegiatan dibidang analisis dan pelayanan informasi pasar.

3. Semakin berkembangnya pelaksanaan pelayanan informasi pasar dijenjang pemasaran dan ditingkat peternak dengan ketepatan dan akurasi data/informasi pasar yang semakin tinggi.

Peserta Pertemuan dan Apresiasi Petugas PIP berjumlah sebanyak 30 orang, yang terdiri dari petugas yang menangani pelayanan informasi pasar di masing-masing Kabupaten/Kota dan Petugas Peternakan Propinsi Sumatera Barat.

(32)

Narasumber menyajikan materi kepada para peserta pertemuan dilanjutkan dengan Diskusi langsung antara narasumber dengan peserta pertemuan. Kemudian dillanjutkan dengan Praktek pelaksanaamn Entry Data Harga dengan memakai sistim SINGOSARI.

Dalam pertemuan ini yang memberikan tentang Kebijakan Pembangunan Peternakan Sumbar disampailan oleh Wakil Kepala Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat dan dilanjutkan oleh Kepala Sub Dinas Bina Usaha dengan materi Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Informasi Pasar (PIP) 2008 berserta permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan informasi pasar di Kabupaten dan Kota.

Pendalaman dan praktek program SINGOSARI disampaikan oleh staf Dirjen P2HP yaitu Ir. Novi Suryani.

Biaya pelaksanan pertemuan ini dibebankan pada DIPA Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Satker Dinas Peternakan Sumatera Barat Tahun Anggaran 2008 dengan mempergunakan dana sebanyak Rp. 14.400.000,-

Hasil yang didapat dari pelaksanaan kegiatan ini adalah sebanyak 30 orang petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) se Sumatera Barat dapat menginformasikan perkembangan harga pasar komoditi peternakan melalui sistim Singosari dengan memanfaatkan internet sehingga masyarakat secara luas dapat mengetahui harga komoditi peternakan secara cepat dan akurat dan disamping itu terjadinya kerjasama antara sesama petugas PIP Kabupaten Kota dan saling tukar informasi dalam meningkatkan akurasi data yang disajikan kepada pelaku agribisnis melalui email masing masing petugas.

b. Pengolahan Informasi Permintaan Pasar Atas Hasil Produksi Peternakan Masarakat

(33)

Dasar Pelaksanaan kegiatan :

1. Surat Pengesahan Dokumen Anggaran Satuan Kerja Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat Tentang Pengolahan Informasi Permintaan Pasar Atas Produksi Peternakan Masyarakat.

2. Surat Keputusan Kepala Dinas Peternakan Propinsi Sumatera

Barat Nomor 800/ /SK/APBD-08 Juli 2008. tentang Pengolahan Informasi Permintaan Pasar atas Produksi Peternakan Masyarakat.

Fasilitasi Peyebarluasan Informasi Pasar mempunai tujuan sebagai berkut :

1. Menghimpun dan menggali perkembangan informasi yang aktual dan relevan seirama dengan laju perkembangan mekanisme pasar baik secara lokal, nasional maupun regional. 2. Memfasilitasi dan menyebarluaskan perkembangan informasi

pasar kepada para pelaku usaha melalui media cetak dan elektronik secara berkala dan insidentil.

3. Mengevaluasi dan menghimpun kebutuhan informasi yang diperlukan pelaku usaha melalui kegiatan monitoring dan pendataan langsung kelapangan secara rutin.

Sasaran pelaksanaan Pengolahan Informasi Permintaan Pasar Atas Hasil Produksi Peternakan Masyarakat adalah :

1. Terhimpun dan tersajikan data/informasi potensi dan produk peternakan serta menarik minat para investor/ untuk berinvestasi dibidang peternakan didaerah Sumatera Barat 2. Potensi dan produk peternakan menjadi tujuan dan pilihan

pengusaha dan masyarakat dalam berinvestasi dan pemenuhan gizi

Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan Promosi dan pameran produk peternakan adalah :

1. Pelaku agribisnis dan masyarakat mengetahui

perkembangan harga komoditi peternakan

2. Peningkatan pemasaran potensi dan produk peternakan

Adapun hasil dari plaksanaan kegiatan pameran ini adalah :

1. Hasil yang didapat berupa terhimpun dan terinformasikan harga komoditi ternak, hasil ternak dan sapronak dari Kabupaten dan Kota di RRI Regional Padang setiap hari sabtu sebanyak 52 kali selama tahun 2008 sehingga dapat diketahui oleh pelaku agribisnis/usaha.

2. Meningkatnya Kemampuan para pelaku pasar Agribisnis Peternakan dalam menentukan komoditi yang akan diusahakan sesuai dengan akses pasar.

(34)

1. Meningkatnya permintaan dan peluang pasar komoditi peternakan

2. Komoditi dan produk peternakan menjadi pilihan utama dalam pemenuhan gizi keluarga/masyarakat

Gambar

Tabel 3.2.    Realisasi Pengembalian  dan Tunggakan KreditModal
Tabel 3.5.     Realisasi Pengembalian  dan Tunggakan Kredit                           Lumbung Ternak Nagari Tahun 2005

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN PANITIA PENGADAAN BARANG DAN JASA KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN ANGGARAN 2013 TENTANG PENETAPAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG PEKERJAAN

Sehubungan dengan Pelelangan e-Lelang Pemilihan Langsung Paket Pekerjaan Konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Aceh Tenggara Sumber Dana

Penawaran Biaya ini sudah memperhatikan ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam Dokumen Pemilihan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut di atas.. Sesuai dengan

Sumber Dana : APBD-P Kabupaten Kutai Barat Tahun Anggaran : 2013.. Dengan ini diberitahukan bahwa sesuai dengan surat Ketua Panitia Pengadaan

Cintavhati Poerwoto, Bimbingan dan Konseling....FE-UI, 1994... Cintavhati Poerwoto, Bimbingan dan

Seminar Nasional Kimia

maka Pejabat Pengadaan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Telematika Aceh Tahun Anggaran 2013 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut

Apabila perusahaan berhasil dalam menjalankan bisnisnya maka beban tetap dari hutang tersebut dapat ditutup dengan laba yang diperoleh perusahaan, namun jika