• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pesantren Mukmin Mandiri: studi Pesantren Entrepreneur di Waru Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pesantren Mukmin Mandiri: studi Pesantren Entrepreneur di Waru Sidoarjo."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PESANTREN MUKMIN MANDIRI

(STUDI PESANTREN ENTREPRENEUR DI WARU SIDOARJO)

SKRIPSI

Oleh :

AZIFATUS SA’ADAH NIM : D93213074

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Azifatus sa’adah (D93213074), 2017, Pesantren Mukmin Mandiri (Studi

Pesantren Entrepreneur Di Waru Sidoarjo), Dosen Pembimbing I, Dr. H. Masyhudi Ahmad M.Pd.I dan Dosen Pembimbing II, Dr. Samsul Maarif, M.Pd.

Pesantren entrepreneur sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan keilmuan keagamaan dan juga pengembangan keahlian usaha (entrepreneurship). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan (1) latar belakang berdirinya pesantren mukmin mandiri, (2) jenis kegiatan pesantren entrepreneur di pesantren Mukmin Mandiri, (3) Aktifitas Pesantren Entrepreneur beserta dengan (4) Dampak pesantren entrepreneur di Pesantren Mukmin Mandiri.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dalam proses pencarian data, Peneliti menggunakan metode observasi, wawancara mendalam terhadap subyek penelitian, dan dokumentasi. Dalam analisis dan intepretasi data, Peneliti menggunakan model Miles and Huberman yaitu reduksi, penyajian, dan verifikasi data. Sedangkan dalam uji keabsahan data Peneliti menggunakan triangulasi berupa triangulasi sumber dan teknik.

Berdasrkan hasil penelitian dapat diketahui (1) Latar belakang pesantren mukmin mandiri Di Waru Sidoarjo berawal dari kekhawatiran dan keprihatinan kyai tentang masa depan santri agar mampu hidup mandiri (2) Jenis pesantren entrepreneur meliputi bergerak dibidang agrobisnis dan agroindustri dapat berjalan dengan cukup efektif dilihat dari proses pembibitan sampai produksi kopi dari mulai teori sampai praktek. (3) Aktifitas pesantren entrepreneur di pesantren entrepreneur dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan ibda' rasulullah dalam hal ini dipesantren mukmin mandiri terlihat dari integritas (kejujuran), royalitas (komitmen) profesional, dan spiritual . Dampak pesantren Entrepreneur menumbuhkan kreatifitas dan inovasi santri dalam bidang wirausaha, seperti santri menjadi ketua koperasi Se-Jawa TImur, pengelola kopi dari pembibitan sampai produksi kopi, dan sebagainya. Yang berdampak besar mengurangi pengangguran santri

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

(8)

2. Ciri Khas Pesantren Entrepreneur ... 38

3. Aktifitas pesantren Entreprener ... 40

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45

B. Lokasi Penelitian ... 47

C. Sumber Data dan Informan Penelitian ... 47

D. Cara Pengumpulan Data ... 48

E. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data ... 48

F. Keabsahan Data ... 52

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Pesantren ... 55

B. Deskripsi Subjek ... 57

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... .91

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106

(9)
(10)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu upaya untuk memberdayakan potensi ekonomi bangsa serta

membangun sebuah masyarakat yang mandiri adalah melahirkan

sebanyak-banyaknya wirausahawan baru. Upaya dalam pembentukan calon wirausahawan

baru sangatlah tidak mudah. Hal ini dikarenakan seorang wirausahawan atau

entrepreneur merupakan orang yang menjalankan usaha tersebut, dengan ide

yang baru dan dapat memunculkan inovasi dan kreativitas yang dimilikinya.

Dalam hal ini, pesantren adalah corak asli pendidikan Indonesia. Dalam

sejarahnya pesantren telah melahirkan beberapa tokoh-tokoh bangsa, tokoh

politik, pakar pendidikan, ulama, da’i . Namun masih jarang mencetak tokoh

wirausahawan yang mencetak tokoh pembisnis. Hal ini disebabkan masih

berkutatnya pesantren menggeluti keilmuan yang bersifat teoritis murni, artinya

pesantren kebanyakan mementingkan ranah kognitif dan efektif.Untuk

psimotorik masih belum terasah tuntas. Apalagi yang berkaitan dengan unsur

keduniawian.Tujuan ukrowi tetap mendapatkan tempat prioritas utama.

Sesuai dengan, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1990 tentang

Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007

Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, di dalamnya banyak

(11)

2

jika undang-undang sebelumnya, yakni UU Nomor 2 Tahun 1989 tidak

mengakomodasi sama sekali eksistensi pondok pesantren, maka dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan peraturan pelaksanaanya eksistensi podok

pesantren diakui sebagi lembaga pendidikan keagmaan Islam yang dapat

menyelenggarakan pendidikan formal dan nonformal yang harus dikembangkan

lebih lanjut.1

Dengan adanya Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah

Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan,

banyak pondok pesantren yang mengalami kemajuan salah satunya dengan

diakui nya lulusan pondok pesantren bisa melanjutkan ke jenjang

sekolah-sekolah, banyak pesantren yang memasukkan pendidikan umum di kurikulum

pembelajaran di pesantren, salah satunya dengan di berikan pendidikan

keterampilan kepada para santri.

Sebagai mengarahkan program edukatifnya untuk membina keterampilan

santri di bidang pertanian, pertukangan, perdagangan, industry kecil dan

sejenisnya, disamping tetap menyelenggarakan sistem madrasah modern dan

sekolah Islam unggulan, juga aneka jenis perguruan tinggi dengan program studi

ilmu keIslaman maupun pengetahuan umum dan teknologi, seperti ilmu hukum,

1

(12)

3

ekonomi, politik, social, kesehatan, pertanian, informatika, teknik, dan lain

sebgainya. 2

Sesuai dengan maraknya kebutuhan dunia kerja, pesantren itupun akhirnya

menyelenggarakan pelatihan keterampilan untuk menanggulangi angka

pengangguran.3Masalah pengangguran dan kemiskinan masih merupakan

masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini.4

Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi hampir

oleh setiap Negara terutama Negara-negara berkembang.Pengangguran

disebabkan karena banyaknya tenaga kerja yang tidak sebanding dengan

lapangan pekerjaan yang tersedia.5Dengan adanya pendidikan keterampilan,

diharapkan menjadikan solusi dari masalah pengangguran. Setiap manusia

bersekolah, mengambil kursus, kuliah, atau bentuk pengembangan diri yang lain

sebagai upaya menjadi manusia yang produktif. Namun, realitas yang terjadi.

Output lembaga pendidikan dan kursus tidak membekali pengetahuan dan skill

yang lengkap sehingga begitu lulus bukannya dapat mengamalkan ilmu dan

keterampilan yang diperoleh, melainkan mendapatkan gelar baru sebagai

pengangguran intelektual.

Berdasarkan Angka pengangguran di Indonesia terus mengalami kenaikan.

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) pada bulan februari 2015 jumlah

2

Bawani,metodologi. 314

4

Yusuf Suryana dan Kartib Bayu, Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses ( Jakarta : kencana prenada media group, 2010), 1

5

(13)

4

pengangguran mencapai 7,4 juta jiwa, angka ini mengalami kenaikan dari bulan

agustus 2014 sebesar 210 ribu jiwa, peningkatan pengangguran terjadi pada

lulusan S1,D3 dan SMK sementara lulusan SD. SMP dan SMA mengalami

penurunan.6

Menurut Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Perbankan dan Finansial, Rosan P. Roeslani seperti dikutip berita viva mengatakan bahwa jumlah wirausaha Indonesia hanya 1,6%, padahal menurut standar internasional, jumlahwirausahawan yang ideal di tiap negara minimal 2% dari total jumlah penduduk. Mengingat pentingnya kewirausahaan maka jiwa wirausaha perlu ditanamakan sedini mungkin. Penanaman jiwa wirausaha tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran di pendidikan formal.7Selian di pendidikan formal pondok pesantren merupakan alternative terbaik, sebagai pembekalan bagi para santri untuk bisa mendapatka ilmu keagamaan juga bekal keterampilan dalam berwirausaha.

Indonesia sebagai negara mayoritas berpenduduk muslim maka penanaman jiwa wirausaha juga bisa dilakukan melalui pondok pesantren. Hal ini dinilai efektif mengingat jumlah pesantren di Indonesia juga cukup banyak. Menurut data Kemenag RI, pada tahun 2012 jumlah pesantren mencapai angka 27.230unit. Selain ditanamkan jiwa wirausaha pada pendidikan formal, sudah saatnya pendidikan

nonformal seperti halnya pendidikan di pondok pesantren dapat ikut serta dalam

memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan pada

santrinya. Sehinga yang dipelajari tidak hanya pada ilmu– ilmu agama (dakwah)

6

Komara, Pengelolaan Pondok Pesantren . 68 7

(14)

5

saja tetapi juga diberikan pendidikan bersifat pengembangan pada ilmu–ilmu

kewirausahaan yang di pelajari pada pendidikan formal lainnya.

Untuk dapat menjawab permasalahan tersebut, dengan adanya lembaga

pendidikan Islam (pesantren) yang menerapkan sistem mandiri bagi para

santri.Yang bertujuan, agar dapat meningkatkan kualitas pondok pesantren

entrepreneur.Selain itu, para santri dapat berkontribusi untuk menerapkan ilmunya

dalam kehidupan nyata.

Tidak dapat dipungkiri, sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa

setiap lulusan pesantren akan menjadi kiai. Namun realita yang terjadi, hanya

sebagian kecil dari lulusan yang benar-benar mampu mendedikasikan ilmu dan

jiwanya untuk Masyarakat sehingga mendapatkan gelar Kiai. Untuk itu, lulusan

lain tentu membutuhkan lapangan kerja untuk menyambung hidup. Dengan

demikian, Lembaga Pesantren harusnya dituntut untuk dapat mencetak lulusan

pesantren yang mampu menciptakan usaha dengan kreatifitas dan inovasi

sehingga mampu mendirikan usaha secara mandiri.

Berdasarkan keterangan diatas ternyata antara pesantren dan wirausaha merupakan dua hal yang terintegrasi. Rasulullah yang merupakan manusia dengan tingkat ibadah yang tinggi ternyata juga seorang wirausahawan yang sukses.8 Pandangan yang tegas mendorong manusia untuk mengembnagkan semangat

8

(15)

6

berwirausaha (etos kerja) bersumber pada firman Allah SWT pada Q.S. Ar-Rad (13:11) sebagaimana berikut9 :

َّّح ٍمْوَقِب اَم ُرّ يَغُ ي ا َهّللا ّنِإ ِهّللا ِرْمَأ ْنِم ُهَنوُظَفََْ ِهِفْلَخ ْنِمَو ِهْيَدَي َِْْ ب ْنِم ٌتاَبّقَعُم ُهَل

ٍلاَو ْنِم ِهِنوُد ْنِم ْمََُ اَمَو ُهَل ّدَرَم اَف اًءوُس ٍمْوَقِب ُهّللا َداَرَأ اَذِإَو ْمِهِسُفْ نَأِب اَم اوُرّ يَغُ ي

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah

Allah.Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila

Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang

dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain

Dia.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa kehidupan seseorang tidak akan berubah tanpa ada usaha dari pelakunya sendiri untuk bisa membuat perubahan-perubahan yang lebih baik. Secara emplisit juga menyebutkan bahwa Islam sangat menganjurkan untuk bekerja keras yang berkaitan dengan kemandirian dan tidak mudah menyerah.

Sudah menjadi keharusan saatnya pesantren melakukan perubahan, dengan

adanya pesantren enterpreneur dapat menciptakan wirausahawan muslim yang

9

(16)

7

adil, jujur diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan pondok

pesantren sehingga mampu berkembang atas dasar hasil kerja mandiri dengan

kemampuan santrinya.

Dahulu yang namanya pesantren, atau lengkapnya pondok pesantren,

cenderung diasosiasikan dengan sosok lembaga pendidikan Islam tradisional dan

sederhana, berpenampilan lusuh, kurang peduli terhadap kesehatan lingkungan,

bahkan aktifitas edukatif sehari-hari terbatas pada tadarus al-Qur’an dan

mengkaji kitab klasik berbahasa Arab tanpa harakat. Kini, situasi dan kondisi

seperti itu sudah jauh terkait berbeda. Di pesantren Mukmin Mandiri sebuah

pesantren modern yang letaknya di perumahan elit Kawasan Sidoarjo itu

berusaha merubah dan menobatkan sebagai pesantren yang bersih dan modern

dengan memiliki komplek cukup luas, dengan sederet bangunan megah dan

tertata rapi, sehingga menghadirkan kesan agung, indah,dan berwibawa.

Namun saat ini, peneliti tertarik melakukan penelitian di Pesantren Mukmin Mandiri Sebuah pesantren agrobisnis dan agroindustri produksi kopi yang tidak

hanya bergerak pada sektor keagamaan melainkan diorientasikan pada

pemberdayaan dan kemandirian santri dalam berwirausaha.Yayasan pesantren

mukmin mandiri merupakan pesantren yang memberikan konsep entrepreneur

dalam pembelajarannya.tidak sekedar mengajarkan santrinya untuk mendalami

Islam. Lebih dari itu di pesantren tersebut mengajarkan keterampilan wirausaha

(17)

8

Dulu, pesantren sebagai alternative. Apakah dengan adanya pesantren

Mukmin Mandiri ini pada akhirnya akan menjadikan perubahan dan kemjauan

pesantren- pesantren yang lain untuk dapat mewujudkan pesantren yang mandiri

dengan lulusan santri yang tidak hanya berkipra di sector keagamaan tetapi juga di

sector perekonomian.

Dari paparan diatas utnuk itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian pada sebuah pondok pesantren, dengan judul: Pesantren Mukmin Mandiri (Studi Pesantren Enterpreneur Di Waru, Sidoarjo).

A. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka focus kajian dalam penelitian ini adalah pesantren entrepreneur

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan oleh penulis,

maka yang menjadi orientasi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Latar Berlakang berdirinya pesantren Mukmin Mandiri Di

Waru Sidoarjo ?

2. Apa jenis Kegiatan pesantren Entrepreneur Di Pesantren Mukmin Mandiri

Waru Sidoarjo ?

3. Bagaimana Aktifitas Pesantren Entrepreneur Di Pesantren Mukmin

Mandiri Waru Sidoarjo ?

4. Apa Dampak Pesantren Enterpreneur Di Pesantren Mukmin Mandiri

(18)

9

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan latar belakang berdirinya pesantren Mukmin

Mandiri di waru sidoarjo.

2. Untuk mendeskripsikan jenis pesantren Entrepreneur di Pesantren Mukmin

Mandiri Waru Sidoarjo

3. Untuk mendeskripsikan Aktifitas Pesantren Entrepreneur di Pesantren

Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo.

4. Untuk Mendeskripsikan Dampak Pesanten Entrepreneur Di Waru Sidoarjo.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan tentangpesantren enterpreneurdalam

pengembangan keilmuan sebagai wacana baru bagi pondok pesantren,

khususnya bagi para kalangan muda ( santri ) agar bisa memiliki sikap

kemandirian.

b. Untuk pengembangan ilmu bisnis di pondok pesantren sebagai bekal dalam

menumbuhkan jiwa enterpreneur..

2. Manfaat Praktis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

bagi peneliti, mahasiswa, masyarakat dan utamanya sebagai Refrensi bagi

(19)

10

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi informasi

bagi para lembaga pondok pesantren sebagai masukan dan pertimbangan

untuk pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya, terkait dengan

Pesantren Enterpreneur.

D. Definisi Konseptual

Hal ini dilakukan agar dapat menghilangkan penafsiran-penafsiran yang

memungkinkan timbulnya persoalan yang tidak diharapkan. Adapun judul skripsi

ini adalah Pesantren Mukmin Mandiri. (Studi pesantren entrepreneur sidoarjo )

Istilah kunci penting yang perlu di definisikan sebgai berikut :

1. Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam

menerima pelajaran - pelajaran agama Islam sekaligus tempat tinggalnya

2. Enterpreneur adalah sesorang yang memiliki kemampuan kreatif dan inovasi

dan berani dalam menghadapi setiap resiko yang ada dalam melihat peluang

yang ada dimanfaatkan dengan baik.

3. Pesantren enterpreneur adalah pondok pesantren yang didalamnya diberikan

juga pendidikan yang berkaitan dengan entrepreneurship atau dunia

wirausaha.

E. Peneitian Terdahulu

Dari hasil penelusuran kepustakaan, penulis menemukan beberapa hasil

penilitian Skripsi yang memiliki obyek serupa dengan penulis, namun memiliki

(20)

11

Pertama, penelitian Azmi Imam Sari, dengan judul Pesantren

Enterpreneurship Pesantren Mukmin Mandiri di Perumahan Elit Graha Tirta

Kelurahan Ngingas Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo (Studi Tentang Sejarah,

Perkembangn Dan Aktifitas 2006-2015). Masalah yang diteliti dalam skripsi ini

adalah bagaimana sejarah berdirinya pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo,

Aktifitas Pesantren Mukmin dan prestasi pesantren Mukmin Mandiri tahun

2006-2015.Dalam Skripsi ini penulis menggunakan teori Arnold J. Toynbe yakni challenge

and response (tantangan dan jawaban) dan menggunakan teori yang di kemukakan oleh Ziemek. Teori ini sangat penting dalam mengindentifikasi pesantren sekaligus dapat di gunakan sebagai acuan dalam pengembangan pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo. 10

Kedua, Penelitian Siti Nur Hamzah, Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang 2015 , dengan Judul Manajemen Pondok Pesantren dalam Mengembangkan Kewirausahaan Berbasis Agrobisnis (Studi Multi-Kasus di pondok Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo dan Pondok Pesantren Nurul Karomah Pamekasan Madura). Skripsi ini memaparkan tentang manajemen dua Pondok Pesantren untuk mengembangkan kewirausahaan, pengelolaan Agrobisnis dan Agroindustri di dua Pondok Pesantren tersebut kemudian kontribusi yang diberikan kepada pondok pesantren melalui bisnis ini.11

10

Azmi Iman Sari, Pesantren Entrepreneurship Pesantren Mukmin Mandiri Perumahan Graha Tirta, Waru Sidoarjo 2006-2015 ( studi tentang Sejarah, Aktifitas, dan Perkembangan) : Skripsi, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabya, 2016.

11

(21)

12

Ketiga, Penelitian Ainun Karimah, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial

Dan Humaniora Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015, dengan

judul Konsep Kemandirian H. Bukhori Al Zahrowi Dan Implementasinya Di

Pondok Pesantren Enterpreneur Ad-Dhuha (Studi Di Dusun, Desa Guwasari,

Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta) Skripsi ini menelaah

tentang Pondok Pesantren Enterpreneur Ad-Dhuha telah menerapkan konsep

kemandirian dari H. Bukhori Al Zahrowi. Sebagai pengusaha kemudian

memunculkan pribadi pengusaha yang Islami (sesuai dengan kaidah-kaidah Islam)

dan menerapkannya pada santri-santri di pondok prsantren enterpreneur Ad-

Dhuha.bentuk konsep kemandirian ini adalah Materi Agama, Mujahadah, Materi

Kewirausahaan.12

Kemudian penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan judul

Pesantren Mukmin Mandiri (Studi Pesantren Enterpreneur sidoarjo) ini

mendeskripsikan tentang Studi Pesantren Entrepreneur, baik dari segi latar

Belakang Berdiri pesantren, Jenis Kegiatan Pesantren Entrepreneur, Aktifitas

Pesantren Entrepreneur. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian-penelitian

terdahulu dari segi lokasi penelitian, namun memiliki metode menggunakan

Mandiri Sidoarjo dan Pondok Pesantren Nurul Karomah Pamekasan Madura) Skripsi Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang 2015.

12

(22)

13

kualitatif, dan bersifat deskriptif, namun yang membedakan segi anlisisnya dan

objek penelitian yang sama namun memiliki perbedaan.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata urutan penelitian

ini, maka peneliti mencantumkan sistematika sistematika laporan penulis sebagai

berikut:

BabPertama, tentang PendahuluanPada bab ini Mengurai Latar Belakang,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konseptual,

Penelitian Terdahulu, Sistematika Pembahasan.

Bab kedua, Pada bab ini menjelaskan tentang A. Pesantren memuat tentang

Tentang pengertian pesantren, karakteristik pondok pesantren, ciri-ciri pondok

pesantren. B. Entrepreneur memuat tentang pengertian entrepreneur, karakteristik

entrepreneur, jenis-jenis entrepreneur, pendidikan entrepreneur. C. Pesantren

Entrepreneur memuat tentang definisi pesantren entrepreneur, ciri khas pesantren

entrepreneur,aktifitas pesantren entrepreneur. Perkembangan pesantren

entrepreneur.

Bab Ketiga, Pada bab ini membahas secara detail mengenai metode yang

digunakan dalam upayan penelitian ini yang terdiri dari : jenis penelitian, Lokasi

Penelitian, Sumber Data dan Informasi Penelitian, Cara Pengumpulan Data,

(23)

14

Bab KeEmpat, Laporan Hasil Penelitian dan pembahasan Pada bab ini

menjelaskan mengenai profil pesantren, deskripsi subyek, deskripsi hasil

penelitian, pembahasan hasil penelitian.

Bab Kelima, Pada bab ini berisi penutup yang menjelaskan tentang

(24)
(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Pesantren

1. Pengertian Pesantren

Berbicara tentang pengertian pesantren, banyak sekali para Toko yang

mendefinisikan dengan beragam Bahasa dan sudut pandang. Berikut ragam definisi

yang diungkapkan oleh ahli:

a. C.C. Berg mendefinisikan pesantren secara bahasa, kata santri berasal dari istilah

„shastri’’ yang dalam bahasa india berarti orang yang tahu buku-buku suci agama

hindu , sementara itu, A.H. John menyebutkan bahwa istilah santri berasal dari

bahasa tamil yang berarti guru mengaji, dan menurut Nurcholis Madjid, kata

Santri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti melek huruf.1

b. M. Arifin secara terminologi dapat dikemukakan disini beberapa pandangan yang

mengarah kepada pengertian pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama

Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem (kompleks)

dimana santri-santri menerima pendidikan agama Islam melalui sistem pengajian

atau madrasah yang sepenuhnya dibawah kedaulatan dari leadership seorang atau

beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta

independen dalam segala hal.2

c. Abdurrahman Wahid mendefinisikan pesantren sebagai tempat dimana santri

hidup (a place where santri live).3 Menurut Mastuhu memberikan batasan bahwa

pesantren adalah lembaga penddikan tradisional Islam untuk mempelajari,

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan

1

Ainur Rofik , Pembaharuan Pesantren , ( jember : STAIN jember Press, 2012). 8 2

Ainur Rofik , Pembaharuan . Hal . 8 3

(26)

pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari,.4 Sedangkan

menurut Rabithah Ma’ahid Islamiah mendefinisikan pesantren sebagai lembaga

tafaqqub fiddin yang mengemban misi meneruskan risalah Muhammad SAW

sekaligus melestarikan ajaran Islamyang berhaluan Ahlusunnah wal jama’ah

Thariqab al-Madzahib al-Arba’ah.5

d. Mujamil Qomar Secara Terminologi Istilah pesantren bisa disebut dengan

pondok saja atau kedua kata ini di gabung menjadi pondok pesantren.

e. lembaga research Islam (pesantren luhur) mendefinisikan pesantren adalah suatu

tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran–pelajaran

agama Islam sekaligus tempat tinggalnya.6

f. M. Dawam Rahardjo secara terminology memberikan pengertian pesantren

sebagai sebuah lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam, itulah identitas

pesantren pada awal perkembangannya. Sekarang setelah terjadi banyak

perubahan di masyarakat, sebagai akibat pengaruhnya, definisi di atas tidak lagi

memadai, walaupun pada intinya nanti pesantren tetap berada pada fungsinya

yang asli, yang selalu dipelihara di tengah-tengah perubahan yang deras. Bahkan

karena menyadari arus perubahan yang kerap kali tak terkendali itulah, pihak

luar justru melihat keunikannya sebagai wilayah sosial yang mengandung

kekuatan resistensi terhadap dampak modernisasi.7

g. Menurut Ronald ALan Lukens-Bull dalam tesis munawwirotul Aimmah

berjudul pendidikan keterampilan dalam menumbuhkan pribadi wirausaha santri

putri. Pesantren sebagai lembaga tradisional yang tetap bertahan di era

4

Mastuhu, Dinamika Sistem Pesantren , dikutip oleh ridwan Abawihda , Dinamika Pesantren Dan Madrasah , ( semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN wali songo , 2002 ) . 86

5

Babun Suharto, Dari Pesantren Untuk Umat. 9 6

Mujamil Qomar, Pesantren ; Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Intitusi . 1-2 7

(27)

globalisasi telah berhasil membuktikan keberhasilan pembelajarannya. Banyak

lulusan pondok pesantren yang kemudian menjadi pemimpin di beberapa aspek

penting dalam pemerintahan dan masyarakat. 8

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan tema

pendidikan di Indonesia dari Zaman ke Zaman. Dalam perkembangannya,

pondok pesantren mengalami perubahan pesat, bahkan ada kecenderungan

menunjukkan trend, di sebagian pesantren telah mengembangakan

kelembagaannya dengan membuka sistem madrasah, sekola umum, dan

diantaranya ada yang membuka semacam lembaga pendidikan kejuruan seperti

bidang pertanian, peternakan, teknik dan sebaginya.9

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pondok

pesantren adalah lembaga pendidikan dan keagamaan yang berusaha

melestarikan, mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam serta melatih para

santri untuk siap dan mampu mandiri. Atau dapat diambil pengertian pondok

pesantren sebagai tempat dimana para santri belajar pada seorang kyai untuk

memperoleh imu agama yang diharapkan menjadikan bekal bagi santri dalam

menjalani kehidupan di dunia maupun akhirat.

2. Karakteristik Pondok Pesantren

Proses pertumbuhan pondok pesantren sebagai dideskripsikan sebelum

ternyata berbeda diberbagai tempat, baik bentuk maupun kegiatan kurikulernya.

Meskipun demikian, masih ditemukan adanya pola yang sama. Persamaan pola

tersebut oleh A.Muktti Ali dibedakan dua segi; fisik dan segi non fisik.

Segi pertama terdiri dari empat komponen pokok yang selalu ada pada setiap

pondok pesantren , yaitu 8

Munawwirotul Aimmah ,Pendidikan Keterampilan Dalam Menumbuhkan Pribadi Wirausaha Santri Putri, (Tesis, Pascasarjana Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya, 2015). 47

9

(28)

a. Kiai sebagai pemimpin, pendidik, guru, dan panutan.

b. Santri sebagai peserta didik atau siswa.

c. Masjid sebagai tempat penyelenggarakan pendidikan, pengajaran, dan peribadatan.

d. Pondok sebagi asrama untuk mukim santri.

Sedangkan segi kedua, Zamakhsyari Dhofier merumuskan pola yang sama

dengan A.Mukti Ali, hanya menurut dhofier dalam komponen nonfisik dititik

beratkan pada pengajaran kitab Islam klasik, karena tanpa pengajaran

kitab-kitab Islam klasik, maka pondok pesantren dianggap bukan lagi asli (indigenous).

10

Menurut para ahli pesantren baru dapat disebut pesantren bila memenuhi lima

syarat, yaitu ada kiai, ada pondok, ada masjid, ada santri, ada pengajaran kitab

kuning.11

Dengan demikian, maka secara umum komponen utama pondok pesantren

yang akan dideskripsikan lebih lanjut menurut Zamakhsyari Dhofir, 1982 dan

Manfred Zimemek, 1986 terdiri dari : kiai, santri, musholla/masjid, pondok, dan

pengajaran kitab-kitab Islam klasik.

a. Kiai, dikenal sebgai guru atau pendidik utama di pondok pesantren, karena kiailah

yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, dan pendidikan kepada para

santri, kiaipulalah yang dijadikan figure ideal santri dalam proses pengembangan

diri. Dalam masyarakat tradisional, seorang dapat disebut kiai karena ia diterima

masyarakat sebagi kiai, karena orang datang meminta nasehat kepadanya,

b. Santri, adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di pondok pesantren.

Jumlah santri biasanya menjadi tolak ukur perkembangannya pondok pesantren.

Manfred Ziemek , membedakan santri menjadi dua yaikni: santri mukim dan

santri kalong. Santri mukmin adalah santri yang bertempat tinggal di pondok

10

Soebahar, Kebijakan Pendidikan . 37 11

(29)

pesantren, sedangkan santri kalong adalah santri yang tinggal di luar pondok

pesantren dan santri yang mengunjungi pondok pesantren secara teratur untuk

untuk belajar agama. Termasuk dalam katagori ini adalah mereka yang mengaji di

langgar-langgar atau masjid pada malam hari saja, sementara pada siang hari

mereka pulang ke rumah.Santri dengan variasi umur dewasa, remaja dan

anak-anak yang tinggal bersama dipondok pesantren, sebenarnya dapat menghasilkan

proses sosialisasi yang sedemikian efektif dikalangan mereka, khususnya

sosialisasi yang sedemikian efektif dikalangan mereka, khususnya anak-anak

dengan santri yang lebih dewasa, dan sebaliknya.

c. Masjid, adalah sebagai unsure yang tidak dapatdipisahkan dengan pondok

pesantrenserta dianggap sebagi tempat yang paling strategis untuk mendidik para

santri, misalnya dalam praktik sholat berjamah lima waktu,khutbah, sembahyang

jum’at dan pengajian kitab-kitab Islam klasik. Lembaga-lembaga pondok

pesantren, khususnya dijawa, menjaga terus tradisi ini. Para kiai selalu mengajar

murid-muridnya di masjid dan menganggap masjid sebgai tempat yang paling

tepat untuk menanamkan disiplin para murid dalam mengerjakan sholat lima

waktu, mendapatkan penggemblengan mental, pengetahuan agama, dan

sebaginya, terlebih dahulu biasanya diambil atas perintah gurunya yang telah

menilai bahwa ia akan sanggup memimpin pondok pesantren.

d. Pondok , atau asrama para santri, merupakan cirri khas tradisi pondok pesantren

yang membedakannya dengan sistem tradisional di masjid-masjid yang kini

berkembang di Negara lain. Bahkan sistem pondok di pesantren membedakannya

pula dengan sitem pendidikan surau atau masjid yan akhir-akhir ini tumbuh dan

(30)

e. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik, terutama karangan ulama Syafi’iyah,

merupakan satu-satunya teks pengajaran formal yang diberikan di lingkungan

pondok pesantren.12

Dalam hal ini yang menjadikan karakter pondok pesantren menurut

Muhaimindan Najib mempunyai angapan bahwa pondok pesantren dikategorikan

modern dikarenakan: a. Mulai akrab dengan metodologi ilmia modern, b semakin

berorientasi pada pendidikan dan fungsional, artinya terbuka atas perkembangan

diluar dirinya, c diverifikasiprogram dan kegiatan mulai terbuka dan

ketergantungan absolut dengan kyai dan sekaligus dapat membekali para santri

dengan berbagai pengetahuan diluar mata pelajaran agama maupun keterampilan

yang diperlukan dilapangan, d. dapat berfungsi sebagai tempat pengembangan

masyarakat.13

3. Ciri-ciri pendidikan pesantren

Merujuk kepada uraian terdahulu, maka dapat diidentifikasi ciri-ciri pesantren

sebagai berikut:

a. Ada hubungan yang akrab antara santri dengan kiainya. Hal ini dimungkinkan

karena sama-sama tinggal dalam satu kompleks dan sering bertemu baik di saat

belajar maupun dalam pergaulan sehari-hari. Bahkan, sebagai santri diminta

menjadi asisten kiai (khadam).

b. Kepatuhan santri kepada kiai. Para santri menganggap bahwa menentang kiai,

selain tidak sopan juga dilarang agama; bahkan tidak memperoleh berkah karena

durhaka kepadanya terhadap guru.

c. Hidup hemat dan sederhana benar-benar dihidupkan dalam lingkungan pesantren.

12

Soebahar . 37-40 13

(31)

d. Hidup mewah hampir tidak didapatkan disana. Bahkan sedikit santri yang

hidupnya terlalu sederhana atau terlalu hemat sehingga kurang memperhatikan.

Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan

kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertawakal kepada

tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhitmat kepada

masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat tetapi rasul, yaitu

menjadi pelayanan masyarakat sebagai mana kepribadian nabi Muhammad

(mengikuti sunnah nabi), mampu berdiri sendiri bebas, dan teguh dalam

kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat di

tengah – tengah masyarakat („’Izz al-Islam wa al muslimin) dan mencintai ilmu

dalam rangka mengembangkan kepribadian manusia.14

B. Entrepreneur

1. Pengertian Entrepreneur

Definisi kata Entrepreneur menurut kamus Miriam Webster adalah

seorang yang mengorganisir, mengelola, dan memperhitungkan risiko dari sebuah

usaha bisnis.En.tre.pre.neur.ial (kata sifat), En.tre.pre.neur.ial.ism (kata benda dari

paham), En.tre.pre.neur.ial.ly (kata keterangan), En.tre.pre.neur.ship (kata

benda).15

Menurut departemen pendidikan dan kebudayaan dalam kamus besar

bahasa indonesia yang dikutip oleh Abdul jalil dalam disertasi yang berjudul

spiritual entrepreneurship program pascasarjana iain bahwa Entrepreneur diartikan

sebagai :"orang yang pandai atau Berbakat mengenali produk baru, menentukan

14

Ibid . 211 15

(32)

cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru,

memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya.16

Perubahan kata entrepreneur menjadi entrepreneurship menyiratkan

makna sifat dalam kewirausahaan. Salah satu definis tentang entrepreneurship

dikemukakan oleh robert C. ronstadt mendefinisikan Entrepreneurship adalah

sebuah proses dinamik dimana orang menciptakan kekayaan inkremental.

Kekayaan tersebut diciptakan oleh individu-individu yang menanggung resiko

utama, dalam wujud resiko modal, waktu dan atau komitmen karier dalam hal

menyediakan nilai untuk produk atau jasa tertentu.Produk atau jasa tersebut

mungkin tidak baru, atau bersifat unik, tetapi tetap nilai harus diciptakan oleh sang

entrepreneur melalui upaya mencapai dan mengalokasikan

keterampilan-keterampilan serta sumber-sumber daya yang diperlukan. 17

Menurut Etimologis, wirausaha merupkan suatu istilah yang berasal dari

kata-kata „wira’’ dan „’usaha „’. Wira „’ bermakna : berani, atau perkasa.

Sedangkan „’ usaha „’ bermakna : kegiatan dengan menggerakan tenaga pikiran

atau badan untuk mencapai sesuatu maksud.Menurut terminologi sebagaimana di

kemukakan oleh Taufik Bahruddin. Seorang konsultan manajemen dalam runag

lingkup manajemen sumber daya manusia dan pengajara di fakultas Ekonomi

Univesitas Indonesia bahwa wirausaha.:„’ kemampuan untuk menciptakan,

mencari, dan memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang diinginkan sesuai

yang di idealkan.18

16

Departemen pendidikan dan kebudayaan, kamus besar bahasa indonesia ( jakarta: balai pustaka, 1989),1130 dikutip oleh abdul jalil , Spiritual Entrepreneurship (Study Transformasi Spiritualitas Pengusaha Kidus) ,Disertasi program Pascasarjana institut agama islam negri sunan ampel surabaya, 2012. 61

17

abdul jalil , Spiritual Entrepreneurship (Study Transformasi Spiritualitas Pengusaha Kidus) , Disertasi program Pascasarjana institut agama islam negri sunan ampel surabaya, 2012. 61

18Marinasari Fithry Hasibuan „’

(33)

Dilihat dari sisi waktu, jika mau dibandingkan, bangsa ini telah ketinggalan

300 tahun dibanding barat. Terminologi Entrepreneur pertama kali diperkenalkan

pada awal abad 18 oleh ekonomi perancis, richard cantillon. Menurutnya,

entrepreneur adalah "agent who buys means of production at certain prices in order

to combine them".Kata entrepreneur merupakan kata pinjaman dari bahasa prancis

entreprendre, kata kerja yang berarti memiliki makna untuk melakukan. Kata

tersebut merupakan gabungan dari kata entre (kata latin) yang berarti antara, dan

prendre (kata latin) yang berarti untuk mengambil kata entreprendre dapat diartikan

sebagai seorang yang berani mengambil risiko dengan kesulitan yang berat dan

memulai sesuatu yang baru. Di prancis istilah orang yang melakukan kerja, akhir

katanya beruba menjadi eur. 19

Menurut Winardi Entrepreneur adalah seorang yang menciptakan sebuah

bisnis baru, dengan menghadapi risiko dan ketidakpastian, dan yang bertujuan

untuk mencapai laba serta pertumbuhan melalui pengidentifikasian

peluang-peluang melalui kombinasi sumber-sumber daya yang diperlukan untuk

mendapatkan manfaatnya.20

Dalam kenyataan, cukup banyak orang memunculkan ide-ide muluk

sehubungan dengan aneka macam bisnis, tetapi kebanyakan di antara mereka tidak

perna merealisasikan.Justru para entrepreneur melaksanakan ide-ide

mereka.Seiring dengan hal tersebut Buchari Alma mengemukakan bahwa

wirausaha atau entrepreneur adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian

menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.21

19

Barnawi & Muhammad Arifin ,School Preneurship ; Membangkitkan Jiwa Dan Sikap Kewirausahaan Siswa , Yogyakarta : Ar-Ruzz Media , 2012 . 25 .

20

Winardi ,Entrepreneur Dan Entrepreneurship , Jakarta : Prenadamedia Grup , 2015 . 17 21

(34)

Ada banyak definisi tentang wirausahawan atau entrepreneur, tetapi

sebenranya semua versi merujuk ke arah yang sama. Di bawah ini adalah beberapa

definisi Entrepreneur menurut beberapa akademisi :

Dalam hal ini zimmerer & Scarborough yang dikutip oleh kristanto dalam

bukunya kewirausahaan mengartikan Wirausahawan atau entrepreneur adalah

seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil risiko dan

ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara

mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumberdaya yang dimiliki. 22

Enterprenur merupakan sebuah usaha atau kinerja yang dilakukan oleh

seseorang untuk meningkatkan usahanya dengan memberanikan diri untuk

mengambil sebuah resiko, baik dalam hal waktu, modal ataupun produk suatu

barang. Entrepreneur sangat erat hubungannya dengan kemampuan diri seseorang

untuk berusaha keras dengan membangun hubungan baik pada awal ia usaha

ataupun pada tahap perkembangan.23

Dari berbagai definisi yang disebutkan, peneliti mendefinisikan

Entrepreneur sebagai orang yang mampu menciptakan usaha baru atau memiliki

kemampuan untuk menciptakan, mencari, dan memanfaatkan peluang dalam

menuju apa yang diinginkan sesuai yang di idealkan.

2. Karakteristik Entrepreneur / Wirausahawan

Menurut Pearce dalam Winardi,mengemukakan karakteristik entrepreneur

yang berhasil adalah 24 :

a. Komitmen dan determinasi yang tiada batas. Di sini tingkat komitmen para

entrepreneur biasanya terganggu oleh kesediaan mereka untuk merusak kondisi

22

Kristanto, Kewirausahaan . : 2 23

jurnal Saeful Anam, Pesantren Entrepreneur Dan Analisis Kurikulum Pesantren Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo Dalam Pengembangan Dunia Usaha. ( Jurnal Studi Keislaman Vol 2, Nomor 2, Maret 2016) . 307 24

(35)

kemakmuran pribadi mereka, oleh kesediaan untuk menginvestasi waktu,

menolerir standar kehidupan lebih rendah dibanding standar kehidupan yang

sebenarnya dapat di nikmati merela termasuk berkumpul dengan keluarga

mereka.

b. Dorongan atau rangsangan kuat untuk mencapai prestasi. Secara tipikal di

rangsang oleh kebutuhan untuk melampaui hasil-hasil yang diraih mereka pada

masa lampau; uang semakin kurang berarti sebagi motivator dan uang lebih

banyak dijadikan alat untuk mengukur hingga di mana pencapaian prestasi

mereka.

c. Orientasi ke arah peluang serta tujuan. Para entrepreneur yang berhasil

cebderung memusatkan perhatian mereka kepada peluang yang mewakili

kebutuhan yang belum terpenuhi atau problem yang menuntut adanya

pemecahan.

d. Lokus pengendalian internal. Entrepreneur yang berhasil sangat yakin akan diri

mereka sendiri, adanya anggapan bahwa yang mengendalikan nasib perusahaan

dengan sendirinya tanpa ada kekuatan luar yang mengendalikan dan menentukan

hasil yang diraih mereka. Mereka bersifat realistik tentang kekuatan dan

kelemahan.

e. Toleransi terhadap ambiguitas. Entrepreneur yang baru memulai usaha baru

menghadapi kebutuhan untuk mengimbangkan pengeluaran untuk upah

karyawan dan keuntungan yang diterima, kemudian mnerima hal-hal yang

berkaitan dengan pekerjaan yang berubah, pelanggan silih berganti termasuk

kemunduran – kemunduran sebagi bagian dari kehidupan mereka.

f. Mempersiapkan diri untuk mengantisipasi problem yang mungkin timbul,

(36)

keberhasilan, menciptakan cara untukberbagi resiko dengan rekaan, pelanggan,

investor, kreditor, dan dengan hati-hati mengendalikan peranan pokok dalam

melakukan operasi perusahaan mereka.

g. Meski kekuasaan dan status dapat diraih, tetapi tetap lebih memusatkan

perhatian pada peluang, pelanggan, pasar, dan persaingan.

h. Tidak terintimidasi dengan situasi sulit, dapat bersifat desisif (berani mengambil

keputusan) serta dapat menunjukkan kesabaran apabila presfektif jangka

dianggap sebagai hal yang tepat.

i. Secara agresif mencari umpan balik yang memungkinkan mempercepat

kemajuan serta evektifitas. Membina hubungan dengan orang untuk

mendapatkan pelajaran yang bermanfaat.

j. Kemampuan menghadapi kegagalan secara efektif dengan dapat menerima

kegagalan dan memangfaatnya sebagai suatu proses belajar.

Sementara itu, Dun Steinhoff dan John F. Burgess mengemukakan enam

karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausahawan (Entrepreneur) yang

berhasil, yaitu sebagai berikut.

a. Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas.

b. Bersedia menanggung risiko waktu dan uang.

c. Memiliki perencanaan yang matangdan mampu mengorganisasikannya.

d. Bekerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya.

e. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan pihak

lain.

(37)

Dilihat dari dimensi sikap dan perilakunya, entrepreneur yang sukses

menurut Timmons dan Mc Clelland yang dimuat dalam karya Thomas

W.Zimmerer memiliki karakteristik sebagi berikut:

a. Komitmen dan tekat yang kuat (commitment and determination), yaitu

memiliki komitmendan tekat yang bulat untuk mencurahkan semua

perhatian terhadap usaha. Sikap yang setengah hati mengakibatkan besarnya

kemungkinan untuk gagal dalam berwirausaha.

b. Bertanggung jawab (desire for responsibility), yaitu memiliki rasa tanggung

jawab dalam mengendalikan sumber daya yang digunakan dan keberhasilan

berwirausaha, oleh karena itu wirausahawan akan wawas diri secara internal.

c. Berobsesi untuk mancari peluang (opportunity obsession), yaitu berambisi

unutk selalui mencari peluang .keberhasilan wirausahawan selalu diukur

dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi

apabila terdapat peluang.

d. Toleransi terhadap risiko dan ketidakpastian (tolerance for risk, ambiguity,

and uncertainty). Wirausahawan harus belajar mengelola risiko dengan cara

mentransfernya kepada pihak lain, seprti bank, investor, konsumen, pemasok,

dan lain-lain. Wirausahawan yang berhasil biasanya memiliki toleransi

terhadap pandangan yang berbeda dan ketidakpastian.

e. Percaya diri ( self confidence). Wirausahawan cenderung optimis dan

memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk

berhasil.

f. Kreatif dan fleksibel (creativy and flexibility) , yaitu berdaya cipta dan

luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi

(38)

dunia yang serba cepat sering kali membawa kegagalan. Kemampuan untuk

mennaggapi perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan

kreatifitas yang tinggi.

g. Selalu menginginkan umpan balik yang segera (desire for immediate

feedback) wirausahawan selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang telah

dikerjakan. Oleh karena itu, dalam memperbaiki kinerjanyawirausahawan

selalu memiliki kemauan untuk menggunakan ilmu penetahuan yang telah

dimikinya dan belajar dari kegagalan.

h. Memiliki tingkat energy yang tinggi (high level of energy), wirausahawan

yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang tinggi dibandingkan

kebanyakan orang sehinggann ia lebih suka bekerja keras walaupun dalam

waktu yang relative lama.

i. Dorongan untuk selalu unggul ( motivation to exel). Wirausahawan selalu

ingin lebih unggul dan berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukan

dengan melebihi dari standar yang ada, tidak mengerjakan sesuatu sama

dengan standar yang ada. Motivasi ini muncul dari dalam diri ( internal) dan

jarang dari factor eksternal.

j. Berorientasi ke masa depan (orientation to the future). Untuk tumbuh dan

berkembang. wirausahawan selalu dipandang jauh ke masa depan yang lebih

baik.

k. Selalu belajar dari kegagalan (willingness to learn from failure).

Wirausahawan yang berhasil tidak perna takutakan kegagalan. Ia selalu

(39)

Memiliki kemampuan dalam kepemimpinan (leadership ability) wirausahawan

yang berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan

serta harus memiliki taktik mediator dan negosiator dari pada diktaktor.25

3. Jenis-Jenis Wirausahawan/Entrepreneur

Beberapa ahli mengemukakan profit kewirausahaan dengan mengelompokkan

yang berbeda-beda. Ada yang mengelompokkan berdasarkan pada pemilikan,

perkembangan, dan kegiatan usaha yang dilakukannya. Roopke mengelompokan

kewirausahaan berdasarkan pada perannya menjadi tiga kelompok sebagai berikut:26

a. Wirausahawan rutin, yaitu wirausahawan yang dalam melakukan kegiatan

sehari-harinya cenderung berfokus pada pemecahan masalah dan perbaikan standar

prestasi tradisional. Fungsi wirausahawan rutin adalah mengadakan perbaikan

terhadap standar tradisional, bukan penyusunan dan pengalokasian

symber-sumber. Wirausahawan ini berusaha untuk menghasilkan barang pasar, dan

teknologi, misalnya seorang pegawai atau manjer. Wirausahawan rutin dibayar

dengan bentuk gaji.

b. Wirausahawan arbitrasi, yaitu wirausahawan yang selalu mencari peluang melalui

kegiatan penemuan (pengetahuan) dan pemanfaatan dan permintaan pasar, ia akan

membeli dengan harga murah dan menjualnya dengan harga mahal. Kegiatan

25

Suryana , kewirausahawan ; kiat dan proses menuju sukses . Jakarta : Selemba empat 2013 . 27-29. 26

(40)

kewirausahaan arbitrase tidak perlu melibatkan pembuatan barang dan

penyerapan dana pribadi wirausahawan. Kegiatan melibatakan spekulasi dalam

memangfaatkan perbedaan harga jual dan beli.

c. Wirausahawan (Entrepreneur) inovasi.Yaitu wirausahawan dinamis yang

menghasilkan ide dan kreasi baru yang berbeda. Ia merupakan premotor, tidak

saja alam memperkenalkan teknikdan produk baru, tetapi juga dalam pasar dan

sumber pengadaan, peningkatan teknik manajemen, dan metode distribusi baru. Ia

mengadakan proses dinamis pada produk, hasil, sumber pengadaan, dan organisasi

yang baru.27

Seorang entrepreneur harus memiliki jiwa kewirausahaan.jiwa

kewirausahaan harus ada pada setiap anggota organisasi.Selain itu, setiap angota

organisi juga dituntut sebagai pemasar (marketer).Seorang pemasar memiliki

nilai, sikap, dan perilaku yang selalu proaktif mengakuisisi pelanggan baru,

mempertahankan, dan menjadi kepuasan pelanggan.Agar menjadi seorang

entrepreneur yang sukses, seorang harus memiliki nilai, sikap, mental, dan

perilaku kewirausahaan. Ada lima hal untuk diingat agar menjadi entrepreneur

yag sukses, yaitu : 1) memiliki keberanian mengabil resiko untuk menangkap

peluang, 2) menyukai tantangan), 3) mempunyai daya tahan atau keuletan yang

tini 4) mempunyai vsi jauh kedepan, dan 5) selalu berusaha memberikan hasil

yang terbaik.28

Dari segi karakteristik, wirausaha (Entrepreneur)adalah mereka yang

mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan

miliknya sendiri. Dengan demikian, bahwa kewirausahaan merupakan semangat,

perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap

27

Suryanaa, Kewirausahaan .58

2828

(41)

peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang

lebih baik pada pelanggan atau masyarakat dengan berusaha mencari dan

melayani langanan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan

menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang

lebih efesien, melalui keberanian mengambil resiko, kreatifitas, dan inovasi, serta

kemampuan manajemen.29

4. Pendidikan Entrepreneur

Konsep Dasar pendidikan entrepreneur Ilmu kewirausahaan adalah suatu

disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku

seseorang dalam memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin di

hadapinya30.

Dengan adanya pendidikan entrepreneurship yang menjadikan peserta

didik lebih terarahkan untuk bisa cepat memahami akan kebutuhan sosial sekitar,

peserta didik diharapkan dapat menggali potensi dirinya dengan demikian

mendalam dan serius. Sebab setiap peserta didik itu memiliki potensi beragam

dalam segala hal mampu mandiri, dengan kreatifitas dan inovasi yang

dimilikinya.

C. Pesantren Entrepreneur

1. Definisi Pesantren Entrepreneur

Secara definisi pesantren Entrepreneur diartikan dengan bermacam-macam

definisi sebagai berikut:

a. Definisi utama diungkapkan Saiful Anam dalam jurnal ilmu keIslaman

mendefinisikan sebagai berikut : Pesantren entrepreneur merupakan kajian

29

Yusuf suryana dan kartib bayu, kewirausahaan ; pendekatann karakteristik wirausahawan sukses ( jakarta: Kencana, 2010) . 14

30

(42)

baru karena pada masa perkembangan awal pesantren, bentuk dan wujud

pesantren entrepreneur belum tampak jelas.Akan tetapi dari adanya definisi

pesantren secara garis besar di atas dan definisi entrepreneur secara jelas, bisa

diartikan bahwa pesantren entrepreneur dimaksud dapat dipahami sebagai

sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan keilmuan keagamaan dan juga

pengembangan keahlian usaha (entrepreneurship).

b. Selanjutnya definisi menurut keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam

pesantren entrepreneur merupakan pondok pesantren yang memiliki kegiatan

pendidikan keterampilan berbasis entrepreneur/ kewirausahaan. Selain itu,

pondok pesantren entrepreneur juga merupakan pondok pesantren yang

memanfaatkan potensi sumber daya manusia dengan menggali bakat para

santrinya. Selain itu pesantren entrepreneur adalah pondok pesantren yang

didalamnya diberikan juga pendidikan yang berkaitan dengan

entrepreneyrahip atau dunia wirausaha.sehingga anak didik atau Para Santri

Yang Belajar Di Pesantren Memiliki Kemampuam Berwirausaha Yang Bisa

Menjadi Bekal Dikemudian hari.31

Ini senada dengan penuturan Nur Syam yang menyatakan bahwa “pada saat ini

sedang gencar berlangsung transformasi pesantren. Pesantren tidak hanya

untuk tempat belajar agama, tetapi juga untuk pendidikan umum dan

kewirausahaan (entrepreneurship).

Dengan adanya transformasi tersebut, alumni pesantren (output)

nantinya tidak hanya menjadi guru agama ataupun guru mengaji saja,

melainkan mereka dapat menduduki posisi strategis di berbagai bidang

kemasyarakatan termasuk politik, ekonomi ataupun

31

(43)

kepemerintahanan”.32Pesantren Entrepreneur adalah pondok pesantren yang

didalamnya diberikan juga pendidikan yang berkaitan dengan

entrepreneurship atau dunia wirausaha. Sehingga anak didik atau para santri

yang belajar di pesantren memiliki kemampuan berwirausaha yang bisa

menjadi bekal di kemudian hari.33Pondok pesantren entrepreneur ini sudah

menjadi program kemenag.Pondok pesantren yang masuk dalam program

entrepreneur memberi keterampilan teknologi kepada para santri.Dipesantren

entrepreneur ini, disajikan berbagai pelajaran studi berbasis

kewirausahaan/entrepreneur.Seperti bagaiman menjadi wirausahawan yang

baik.Dan sebagai tujuan semua itu adalah agar setelah tamat nanti, apabila

tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, para santri sudah

mempunyai keahlian.

2. Ciri Khas Pesantren Entrepreneur

Ciri khas pesantren entrepreneur terlihat dari kurikulum pendidikan Islam,

akan tetapi untuk menampilkan struktur atau wujud konkritnya, bukannya

persoalan mudah. Oleh karena, dalam kenyataan riel pastilah tergantung pada jenis

dan jenjang institusi serta corak kegiatan edukatif kaum muslimin diberbagai

penjuru dunia sejak awal pertumbuhannya pada abat pertengahan hingga di zaman

modern dewasa ini. Ada kurikulum pendidikan Islam untuk pesantren, kurikulum

pendidikan Islam untuk madrasah dari taman kanak-kanak hingga tingkat

menengah atas, kurikulum pendidikan agama Islam untuk disekolah umum,

kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah Islam, kurikulum pendidikan

32

Anam, Pesantren Enterpreneur. 315 33

(44)

agama Islam untuk perguruan tinggi umum, kurikulum pendidikan Islam untuk

perguruan tinggi Islam dan sebainya.34

Perkembangan menarik lainnya, belakangan ini banyak sekolah umum bahkan

mengadopsi sistem asrama yang merupakan ciri khas pesantren ke dalam sistem

pendidikannya. Sebuah pengakuan diam-diam akan masih banyaknya aspek dari

sistem pendidikan pesantren yang layak dijaga dan dilestarikan atau malah

diujicobakkan di lembaga-lembaga pendidikan lain di indonesia.35

Kurikulum pesantren Sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di indonesia,

dan pernah mengalami suasana kesederhanaan begitu lama, sampai di zaman

modern sekarang inipun dunia pesantren tetap memiliki ciri khas tersendiri di

bandingkan jenis institusi pendidikan formal seperti madrasah dan sekolah.36 Yang

menjadikan ciri khas dari pesantren entrepreneur terletak pada bagaimana

menjalankan kurikumnya. Kurikulum pesantren entrepreneur yang berpedoman

pada anggapan dasar bahwa tidak semua lulusan ataualumni pesantren akan menjadi

ulama atau kiai, dan memiliki lapangan pekerjaan di bidang keagamaan, maka

keahlian-keahlian lain seperti pendidikan keterampilan perlu diberikan kepada

santri sebelum santri itu terjun ke tengah-tengah masyarakat yang sebenarnya.

Berikut gambaran jelasnyamengenai kurikulum pesantren modern entrepreneur

yang dalam perkembangannya memilih melestarikan tradisi lama dan

mengaktualisir tradisi baru yang dianggap baiak sebagai penningkatan keilmuan (al

mubafazah ala al-qadim al –salih wa al-akhd bi al-jadid al- aslab). 37

Dapat disimpulkan bahwa yang menjadikan ciri khas dan keunikan dari

pesantren entrepreneur adalah pesantren merupakan lembaga tertua yang ada di

34

Imam Bawani , Metodologi Penelitian Pendidikan Islam . 360 35

Damanshuri , Pesantren Dan Pembaharuan .

36

Bawani , metodologi . 360-361 37

(45)

indonesia di lihat dari kurikulum yang dikembangkan yang mengalamai

perkembangan dengan adanya keseimbangan antara bejar keagamaan beserta

belajar berwirausaha.

3. Aktifitas Pesantren Entrepreneur

Sebelum menjelaskan makna dua topik berbeda ini, mungkin, ada baiknya kita

memahami dulu satu persatu.Dimualai dari aktifitas pesantren yang merupakan

system budayanya sendiri, yang memiliki aktifitas bernuansa keagamaan.Dimana

masing-masing pesantren memiiki aktifitas yang berbeda-beda.

Dalam tahap ini banyak hal yang dilakukan oleh nabi muhammad tahapan

entrepreneur Nabi Muhammad SAW.Rasul saw melakoni Diri sebagai

entrepreneur atau pengusaha, baik dalam definisi pertama maupun definsi ke dua

dengan empat tahapan karakter seperti berikut ini.

a. Integrity atau integritas merupakan sifat standar an pondasi utama karakter

seorang pengusaha yaitu kejujuran yang mengikat utuh karakter-karakter positif

lainnya. Nabi muhammad saw sejak kecil sudah mengembangkan sifat jujurnya

sehingga kemudian terkenal dengan julukan al-amin (orang yang terpercaya).

Beliau sangat menjaga perilaku, tutur kata, dan komitmen atas dasar kejujuran

sehingga terpancar padanya kewibawaan dan kekuatan. Beliau dalam

perkembangannya kemudian menjadi magnet bagi banyak orang sehingga nabi

muhammad saw sendiri sudah mempraktekkan the kaw of attraction di dalam

kehidupan.

Catherine ponder dalam Dynamic low of prosperity menyebutkan,

„’segala sesuatu yang anda pancarkan lewat fikiran, perasaan, citraan mental, dan

tutur kata akan mendatangkan kembali ke dalam kehidupan anda.’’ Demikianlah

(46)

integritas yang terpercaya sehingga segala hal yang positif memasuki kehidupan

yang dibuktikan kecemerlanganpada saat melakoni diri sebagai pedagang.

Muhammad saw perna menyampaikan pesan yang terkenal, yaitu ibda’bi nafsik!

Artinya, mulailah diri sendiri sihingga memancarkan kebaikan dan ketertarikan

bagi banyak orang.

b. Loyality

Loyalitas Atau royalitas merupakan sifat pendukung yang menguatkan

kepercayaan banyak orang. Loyalitas berhubungan dengan kesetiaan dan

komitmen jangka panjang. Muhammad saw menunjukkan loyalitas yang tinggi

kepada pamannya, abu thalib. Ketika datang tawaran rekrutmeen dari khadijah ra,

Muhammad Saw pun menyerahkan keputusan kepada pamannya, Abu Tholib.

Dalam hal dagang, Muhammad saw selalu mempraktikkan jiwa yang royal

kepada para pelanggannya dengan layanan yang terbaik kepada siapapun

sehingga kebaikannya, para pelanggannya juga loyal kepadanya.

c. Professionality

Professionality Atau profesionan merupakan kapasitas untuk menjalankan

suatu profesi dengan ukuran-ukuran standar serta kualitas terbaik. Muhammad

saw memasuki tahap profesionalketika direkrut oleh Khadijah ra sebagi mitra

dagangnya dan setelah mereka menikah, Muhammad saw menjadi manjer agang

perusahaan mereka Muhammad saw menggunakan hukum dan standar pemasaran

saat ini: positioning, segmentation, dan targeting.

d. Spirituality atau spiritualitas

Spirituality atau spiritualitas terbangun lebih kuat saat Muhammad saw

menikah dengan Khadijah ra. Muhammad saw lebih banyak menghabiskan waktu

(47)

Gua Hira. Sebagai pengelola bisnis, beliau sangat peduli dengan masalah-masalah

akhlak sehingga beliau adalah tokoh utama yang kemudian melahirkan konsep

spiritual marketing.38

Ada beberapa hal yang perlu diberikan kepada peserta pendidikan

keterampilan yang diarahkan kepada wirausaha, yaitu: 39

1. Perencanaan

perencanaan memegang peranan penting dalam sebuah kegiatan. Dalam

perencanaan memuat landasan dan dasar yang digunakan dalam sebuah

kegiatan. Dalam merencanakan kegiatan kewirausahaan ada beberapa langakah

yang perlu untuk dilakukan. 1. Menumbuhkan gagasan-gagasan usaha, 2.

Menetapkan tujuan, 3. Mencari data dan informasi kegiatan, 4. Merumuskan

kegiatan-kegiatan usaha guna mencapai tujuan, 5. Melakukan analisis SWOT (

Streght, weakness, Opportunity, dan Threat), 6. Memusyawarohkan ide

pendirian kepada pihak-pihak terkait.

2. pemilihan jenis dan macam usaha.

Pemilihan jenis usaha disesuaikan dengan keahlian dan potensi yang

dimiliki. Potensi disini mencakup potensi internal yang berasal dari diri sendiri

maupun potensi eksternal. Yang termasuk kedalam kategori potensi eksternal

adalah 1. luas lahan yang dimiliki, 2. SDM, 3.sarana dan bahan baku, 4.

kemungkinan pemasaran.

38

Muslim Kelana, Muhammad saw is a Great Entrepreneur (Bandung: Dinar Publishing, 2008), 27-29 39

(48)

3. perencanaan program unit usaha.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian, itu

didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.1

Metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “metodos” dan "logos".

Kata "metodos" terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui

atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu

jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan."Logos" artinya ilmu.Metodologi

adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu

metode.Jadi, metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari

peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.2 Ditinjau dari sudut filsafat,

metodologi penelitian merupakan epistimologi penelitian.Yaitu yang

menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian.

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metodeberasal

dari bahasa yunani, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara),

metode bisa berarti suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang

mempunyai langkah-langkah sistematis.3 Jadi, metode penelitian adalah cara

1

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta ), 2013, hal : 3 2

Husaini usman dan Purnomo setiady akbar, Metodologi penelitian sosial (Jakarta: Bumi aksara), 1996, 42.

3

(50)

yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang

memerlukan jawaban.

Ditinjau dari jenis penelitiannya, peneliti menggunakan metode penelitian

deskriptif kualitatif, karena data yang dikemukakan bukan data angka. Metode

penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial

tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, di bentuk oleh

kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan data dan analisis data yang relavan yang

diperoleh dari situasi yang alami.4

Adapun menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) mendifinisikan metode

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.5

Penelitian kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini bercirikan

kualitatif deskriptif. Yaitu data yang akan dikumpulkan adalah berupa kata-kata,

gambar dan bukan angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi

kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data

tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,

videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.

Pada laporan demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan

4Djama’an satori dan Aan Komariah,

Metode Penelitian kualitatif, ( Bandung : Alfabeta,2009). Hal 25

5

(51)

sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Hal itu dilakukan seperti orang merajut

sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu.6

Peneliti menggunakan penelitian diskriptif kualitatif yaitu penelitian yang

berusaha untuk memahami perkembangan pesantren yang ada berdasarkan data.

Maka dari itu peneliti akan menganalisis, menggambarkan serta memaparkan

data yang telah diperoleh dari Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo

yang berkaitan dengan Pengembangan Pesantren Enterpreneur ( Studi Kasus

Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo ).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pesantren yang berlokasi di Graha Tirta

Bougenville, No.69 Waru Sidoarjo. Pesantren tersebut dipilih sebagai latar

penelitian karena dengan alasan bahwa lembagapesantren tersebut sudah berbasis

Agrobisnis dan berwawasan Entrepreneur. Mottonya adalah mencetak Hafidzul

Qur’an dan Entrepreneur Santri selain diberikan pendidikan keagamaan juga

diajarkan ilmu berwirausaha.

C. Sumber Data Dan Informan Penelitian 1. Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yang akan dikumpulkan

oleh penulis, yaitu :

a. Sumber data primer

6

Gambar

  Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Wawancara Dan Observasi Subyek.

Referensi

Dokumen terkait

Lebih dari separuh isolat bakteri endofit dapat meningkatkan tinggi tanaman tomat pada perlakuan perendaman benih selama 30 menit dibandingkan dengan kontrol dan hanya 1 isolat

Diagram tekanan entalpi siklus kompresi uap dapat digunakan untuk menganalisa unjuk kerja mesin pendingin kompresi uap yang meliputi kerja kompresor (W in ),

Besar biaya investasi dihitung berdasarkan kebutuhan pembangunan SPAM di Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur yang terdiri dari pembangunan unit Intake, Unit IPA dan jaringan

Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa teknologi AHO mendukung UU lalulintas tentang ketentuan menghidupkan lampu sepanjang hari. Untuk bisa menjadikan Scoopy

Berdasarkan tabel 6 di atas terlihat distribusi responden berdasarkan kategori untuk setiap aspek keterampilan sosial perempuan rawan sosial ekonomi yaitu

Ketentuan Pasal 20 ayat (1) Peraturan Walikota Batu Nomor 56 Tahun 2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 dalam Status Transisi

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dilakukan penelitian mengenai sintesis nanopartikel emas dengan memanfaatkan senyawa fraksi etil asetat daun ketapang

Sign system Taman Wisata yang dipunyai saat ini masih kurang mendukung navigasi pengunjung, sign system di Mekarsari juga mempunyai desain kurang terpadu