PESANTREN MUKMIN MANDIRI
(STUDI PESANTREN ENTREPRENEUR DI WARU SIDOARJO)
SKRIPSI
Oleh :
AZIFATUS SA’ADAH NIM : D93213074
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Azifatus sa’adah (D93213074), 2017, Pesantren Mukmin Mandiri (Studi
Pesantren Entrepreneur Di Waru Sidoarjo), Dosen Pembimbing I, Dr. H. Masyhudi Ahmad M.Pd.I dan Dosen Pembimbing II, Dr. Samsul Maarif, M.Pd.
Pesantren entrepreneur sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan keilmuan keagamaan dan juga pengembangan keahlian usaha (entrepreneurship). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan (1) latar belakang berdirinya pesantren mukmin mandiri, (2) jenis kegiatan pesantren entrepreneur di pesantren Mukmin Mandiri, (3) Aktifitas Pesantren Entrepreneur beserta dengan (4) Dampak pesantren entrepreneur di Pesantren Mukmin Mandiri.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dalam proses pencarian data, Peneliti menggunakan metode observasi, wawancara mendalam terhadap subyek penelitian, dan dokumentasi. Dalam analisis dan intepretasi data, Peneliti menggunakan model Miles and Huberman yaitu reduksi, penyajian, dan verifikasi data. Sedangkan dalam uji keabsahan data Peneliti menggunakan triangulasi berupa triangulasi sumber dan teknik.
Berdasrkan hasil penelitian dapat diketahui (1) Latar belakang pesantren mukmin mandiri Di Waru Sidoarjo berawal dari kekhawatiran dan keprihatinan kyai tentang masa depan santri agar mampu hidup mandiri (2) Jenis pesantren entrepreneur meliputi bergerak dibidang agrobisnis dan agroindustri dapat berjalan dengan cukup efektif dilihat dari proses pembibitan sampai produksi kopi dari mulai teori sampai praktek. (3) Aktifitas pesantren entrepreneur di pesantren entrepreneur dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan ibda' rasulullah dalam hal ini dipesantren mukmin mandiri terlihat dari integritas (kejujuran), royalitas (komitmen) profesional, dan spiritual . Dampak pesantren Entrepreneur menumbuhkan kreatifitas dan inovasi santri dalam bidang wirausaha, seperti santri menjadi ketua koperasi Se-Jawa TImur, pengelola kopi dari pembibitan sampai produksi kopi, dan sebagainya. Yang berdampak besar mengurangi pengangguran santri
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv
2. Ciri Khas Pesantren Entrepreneur ... 38
3. Aktifitas pesantren Entreprener ... 40
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45
B. Lokasi Penelitian ... 47
C. Sumber Data dan Informan Penelitian ... 47
D. Cara Pengumpulan Data ... 48
E. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data ... 48
F. Keabsahan Data ... 52
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Pesantren ... 55
B. Deskripsi Subjek ... 57
C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... .91
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 105
B. Saran ... 106
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk memberdayakan potensi ekonomi bangsa serta
membangun sebuah masyarakat yang mandiri adalah melahirkan
sebanyak-banyaknya wirausahawan baru. Upaya dalam pembentukan calon wirausahawan
baru sangatlah tidak mudah. Hal ini dikarenakan seorang wirausahawan atau
entrepreneur merupakan orang yang menjalankan usaha tersebut, dengan ide
yang baru dan dapat memunculkan inovasi dan kreativitas yang dimilikinya.
Dalam hal ini, pesantren adalah corak asli pendidikan Indonesia. Dalam
sejarahnya pesantren telah melahirkan beberapa tokoh-tokoh bangsa, tokoh
politik, pakar pendidikan, ulama, da’i . Namun masih jarang mencetak tokoh
wirausahawan yang mencetak tokoh pembisnis. Hal ini disebabkan masih
berkutatnya pesantren menggeluti keilmuan yang bersifat teoritis murni, artinya
pesantren kebanyakan mementingkan ranah kognitif dan efektif.Untuk
psimotorik masih belum terasah tuntas. Apalagi yang berkaitan dengan unsur
keduniawian.Tujuan ukrowi tetap mendapatkan tempat prioritas utama.
Sesuai dengan, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1990 tentang
Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007
Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, di dalamnya banyak
2
jika undang-undang sebelumnya, yakni UU Nomor 2 Tahun 1989 tidak
mengakomodasi sama sekali eksistensi pondok pesantren, maka dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan peraturan pelaksanaanya eksistensi podok
pesantren diakui sebagi lembaga pendidikan keagmaan Islam yang dapat
menyelenggarakan pendidikan formal dan nonformal yang harus dikembangkan
lebih lanjut.1
Dengan adanya Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah
Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan,
banyak pondok pesantren yang mengalami kemajuan salah satunya dengan
diakui nya lulusan pondok pesantren bisa melanjutkan ke jenjang
sekolah-sekolah, banyak pesantren yang memasukkan pendidikan umum di kurikulum
pembelajaran di pesantren, salah satunya dengan di berikan pendidikan
keterampilan kepada para santri.
Sebagai mengarahkan program edukatifnya untuk membina keterampilan
santri di bidang pertanian, pertukangan, perdagangan, industry kecil dan
sejenisnya, disamping tetap menyelenggarakan sistem madrasah modern dan
sekolah Islam unggulan, juga aneka jenis perguruan tinggi dengan program studi
ilmu keIslaman maupun pengetahuan umum dan teknologi, seperti ilmu hukum,
1
3
ekonomi, politik, social, kesehatan, pertanian, informatika, teknik, dan lain
sebgainya. 2
Sesuai dengan maraknya kebutuhan dunia kerja, pesantren itupun akhirnya
menyelenggarakan pelatihan keterampilan untuk menanggulangi angka
pengangguran.3Masalah pengangguran dan kemiskinan masih merupakan
masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini.4
Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi hampir
oleh setiap Negara terutama Negara-negara berkembang.Pengangguran
disebabkan karena banyaknya tenaga kerja yang tidak sebanding dengan
lapangan pekerjaan yang tersedia.5Dengan adanya pendidikan keterampilan,
diharapkan menjadikan solusi dari masalah pengangguran. Setiap manusia
bersekolah, mengambil kursus, kuliah, atau bentuk pengembangan diri yang lain
sebagai upaya menjadi manusia yang produktif. Namun, realitas yang terjadi.
Output lembaga pendidikan dan kursus tidak membekali pengetahuan dan skill
yang lengkap sehingga begitu lulus bukannya dapat mengamalkan ilmu dan
keterampilan yang diperoleh, melainkan mendapatkan gelar baru sebagai
pengangguran intelektual.
Berdasarkan Angka pengangguran di Indonesia terus mengalami kenaikan.
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) pada bulan februari 2015 jumlah
2
Bawani,metodologi. 314
4
Yusuf Suryana dan Kartib Bayu, Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses ( Jakarta : kencana prenada media group, 2010), 1
5
4
pengangguran mencapai 7,4 juta jiwa, angka ini mengalami kenaikan dari bulan
agustus 2014 sebesar 210 ribu jiwa, peningkatan pengangguran terjadi pada
lulusan S1,D3 dan SMK sementara lulusan SD. SMP dan SMA mengalami
penurunan.6
Menurut Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Perbankan dan Finansial, Rosan P. Roeslani seperti dikutip berita viva mengatakan bahwa jumlah wirausaha Indonesia hanya 1,6%, padahal menurut standar internasional, jumlahwirausahawan yang ideal di tiap negara minimal 2% dari total jumlah penduduk. Mengingat pentingnya kewirausahaan maka jiwa wirausaha perlu ditanamakan sedini mungkin. Penanaman jiwa wirausaha tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran di pendidikan formal.7Selian di pendidikan formal pondok pesantren merupakan alternative terbaik, sebagai pembekalan bagi para santri untuk bisa mendapatka ilmu keagamaan juga bekal keterampilan dalam berwirausaha.
Indonesia sebagai negara mayoritas berpenduduk muslim maka penanaman jiwa wirausaha juga bisa dilakukan melalui pondok pesantren. Hal ini dinilai efektif mengingat jumlah pesantren di Indonesia juga cukup banyak. Menurut data Kemenag RI, pada tahun 2012 jumlah pesantren mencapai angka 27.230unit. Selain ditanamkan jiwa wirausaha pada pendidikan formal, sudah saatnya pendidikan
nonformal seperti halnya pendidikan di pondok pesantren dapat ikut serta dalam
memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan pada
santrinya. Sehinga yang dipelajari tidak hanya pada ilmu– ilmu agama (dakwah)
6
Komara, Pengelolaan Pondok Pesantren . 68 7
5
saja tetapi juga diberikan pendidikan bersifat pengembangan pada ilmu–ilmu
kewirausahaan yang di pelajari pada pendidikan formal lainnya.
Untuk dapat menjawab permasalahan tersebut, dengan adanya lembaga
pendidikan Islam (pesantren) yang menerapkan sistem mandiri bagi para
santri.Yang bertujuan, agar dapat meningkatkan kualitas pondok pesantren
entrepreneur.Selain itu, para santri dapat berkontribusi untuk menerapkan ilmunya
dalam kehidupan nyata.
Tidak dapat dipungkiri, sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa
setiap lulusan pesantren akan menjadi kiai. Namun realita yang terjadi, hanya
sebagian kecil dari lulusan yang benar-benar mampu mendedikasikan ilmu dan
jiwanya untuk Masyarakat sehingga mendapatkan gelar Kiai. Untuk itu, lulusan
lain tentu membutuhkan lapangan kerja untuk menyambung hidup. Dengan
demikian, Lembaga Pesantren harusnya dituntut untuk dapat mencetak lulusan
pesantren yang mampu menciptakan usaha dengan kreatifitas dan inovasi
sehingga mampu mendirikan usaha secara mandiri.
Berdasarkan keterangan diatas ternyata antara pesantren dan wirausaha merupakan dua hal yang terintegrasi. Rasulullah yang merupakan manusia dengan tingkat ibadah yang tinggi ternyata juga seorang wirausahawan yang sukses.8 Pandangan yang tegas mendorong manusia untuk mengembnagkan semangat
8
6
berwirausaha (etos kerja) bersumber pada firman Allah SWT pada Q.S. Ar-Rad (13:11) sebagaimana berikut9 :
َّّح ٍمْوَقِب اَم ُرّ يَغُ ي ا َهّللا ّنِإ ِهّللا ِرْمَأ ْنِم ُهَنوُظَفََْ ِهِفْلَخ ْنِمَو ِهْيَدَي َِْْ ب ْنِم ٌتاَبّقَعُم ُهَل
ٍلاَو ْنِم ِهِنوُد ْنِم ْمََُ اَمَو ُهَل ّدَرَم اَف اًءوُس ٍمْوَقِب ُهّللا َداَرَأ اَذِإَو ْمِهِسُفْ نَأِب اَم اوُرّ يَغُ ي
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah.Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa kehidupan seseorang tidak akan berubah tanpa ada usaha dari pelakunya sendiri untuk bisa membuat perubahan-perubahan yang lebih baik. Secara emplisit juga menyebutkan bahwa Islam sangat menganjurkan untuk bekerja keras yang berkaitan dengan kemandirian dan tidak mudah menyerah.
Sudah menjadi keharusan saatnya pesantren melakukan perubahan, dengan
adanya pesantren enterpreneur dapat menciptakan wirausahawan muslim yang
9
7
adil, jujur diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan pondok
pesantren sehingga mampu berkembang atas dasar hasil kerja mandiri dengan
kemampuan santrinya.
Dahulu yang namanya pesantren, atau lengkapnya pondok pesantren,
cenderung diasosiasikan dengan sosok lembaga pendidikan Islam tradisional dan
sederhana, berpenampilan lusuh, kurang peduli terhadap kesehatan lingkungan,
bahkan aktifitas edukatif sehari-hari terbatas pada tadarus al-Qur’an dan
mengkaji kitab klasik berbahasa Arab tanpa harakat. Kini, situasi dan kondisi
seperti itu sudah jauh terkait berbeda. Di pesantren Mukmin Mandiri sebuah
pesantren modern yang letaknya di perumahan elit Kawasan Sidoarjo itu
berusaha merubah dan menobatkan sebagai pesantren yang bersih dan modern
dengan memiliki komplek cukup luas, dengan sederet bangunan megah dan
tertata rapi, sehingga menghadirkan kesan agung, indah,dan berwibawa.
Namun saat ini, peneliti tertarik melakukan penelitian di Pesantren Mukmin Mandiri Sebuah pesantren agrobisnis dan agroindustri produksi kopi yang tidak
hanya bergerak pada sektor keagamaan melainkan diorientasikan pada
pemberdayaan dan kemandirian santri dalam berwirausaha.Yayasan pesantren
mukmin mandiri merupakan pesantren yang memberikan konsep entrepreneur
dalam pembelajarannya.tidak sekedar mengajarkan santrinya untuk mendalami
Islam. Lebih dari itu di pesantren tersebut mengajarkan keterampilan wirausaha
8
Dulu, pesantren sebagai alternative. Apakah dengan adanya pesantren
Mukmin Mandiri ini pada akhirnya akan menjadikan perubahan dan kemjauan
pesantren- pesantren yang lain untuk dapat mewujudkan pesantren yang mandiri
dengan lulusan santri yang tidak hanya berkipra di sector keagamaan tetapi juga di
sector perekonomian.
Dari paparan diatas utnuk itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian pada sebuah pondok pesantren, dengan judul: Pesantren Mukmin Mandiri (Studi Pesantren Enterpreneur Di Waru, Sidoarjo).
A. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka focus kajian dalam penelitian ini adalah pesantren entrepreneur
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan oleh penulis,
maka yang menjadi orientasi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Latar Berlakang berdirinya pesantren Mukmin Mandiri Di
Waru Sidoarjo ?
2. Apa jenis Kegiatan pesantren Entrepreneur Di Pesantren Mukmin Mandiri
Waru Sidoarjo ?
3. Bagaimana Aktifitas Pesantren Entrepreneur Di Pesantren Mukmin
Mandiri Waru Sidoarjo ?
4. Apa Dampak Pesantren Enterpreneur Di Pesantren Mukmin Mandiri
9
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan latar belakang berdirinya pesantren Mukmin
Mandiri di waru sidoarjo.
2. Untuk mendeskripsikan jenis pesantren Entrepreneur di Pesantren Mukmin
Mandiri Waru Sidoarjo
3. Untuk mendeskripsikan Aktifitas Pesantren Entrepreneur di Pesantren
Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo.
4. Untuk Mendeskripsikan Dampak Pesanten Entrepreneur Di Waru Sidoarjo.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan tentangpesantren enterpreneurdalam
pengembangan keilmuan sebagai wacana baru bagi pondok pesantren,
khususnya bagi para kalangan muda ( santri ) agar bisa memiliki sikap
kemandirian.
b. Untuk pengembangan ilmu bisnis di pondok pesantren sebagai bekal dalam
menumbuhkan jiwa enterpreneur..
2. Manfaat Praktis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
bagi peneliti, mahasiswa, masyarakat dan utamanya sebagai Refrensi bagi
10
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi informasi
bagi para lembaga pondok pesantren sebagai masukan dan pertimbangan
untuk pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya, terkait dengan
Pesantren Enterpreneur.
D. Definisi Konseptual
Hal ini dilakukan agar dapat menghilangkan penafsiran-penafsiran yang
memungkinkan timbulnya persoalan yang tidak diharapkan. Adapun judul skripsi
ini adalah Pesantren Mukmin Mandiri. (Studi pesantren entrepreneur sidoarjo )
Istilah kunci penting yang perlu di definisikan sebgai berikut :
1. Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam
menerima pelajaran - pelajaran agama Islam sekaligus tempat tinggalnya
2. Enterpreneur adalah sesorang yang memiliki kemampuan kreatif dan inovasi
dan berani dalam menghadapi setiap resiko yang ada dalam melihat peluang
yang ada dimanfaatkan dengan baik.
3. Pesantren enterpreneur adalah pondok pesantren yang didalamnya diberikan
juga pendidikan yang berkaitan dengan entrepreneurship atau dunia
wirausaha.
E. Peneitian Terdahulu
Dari hasil penelusuran kepustakaan, penulis menemukan beberapa hasil
penilitian Skripsi yang memiliki obyek serupa dengan penulis, namun memiliki
11
Pertama, penelitian Azmi Imam Sari, dengan judul Pesantren
Enterpreneurship Pesantren Mukmin Mandiri di Perumahan Elit Graha Tirta
Kelurahan Ngingas Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo (Studi Tentang Sejarah,
Perkembangn Dan Aktifitas 2006-2015). Masalah yang diteliti dalam skripsi ini
adalah bagaimana sejarah berdirinya pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo,
Aktifitas Pesantren Mukmin dan prestasi pesantren Mukmin Mandiri tahun
2006-2015.Dalam Skripsi ini penulis menggunakan teori Arnold J. Toynbe yakni challenge
and response (tantangan dan jawaban) dan menggunakan teori yang di kemukakan oleh Ziemek. Teori ini sangat penting dalam mengindentifikasi pesantren sekaligus dapat di gunakan sebagai acuan dalam pengembangan pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo. 10
Kedua, Penelitian Siti Nur Hamzah, Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang 2015 , dengan Judul Manajemen Pondok Pesantren dalam Mengembangkan Kewirausahaan Berbasis Agrobisnis (Studi Multi-Kasus di pondok Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo dan Pondok Pesantren Nurul Karomah Pamekasan Madura). Skripsi ini memaparkan tentang manajemen dua Pondok Pesantren untuk mengembangkan kewirausahaan, pengelolaan Agrobisnis dan Agroindustri di dua Pondok Pesantren tersebut kemudian kontribusi yang diberikan kepada pondok pesantren melalui bisnis ini.11
10
Azmi Iman Sari, Pesantren Entrepreneurship Pesantren Mukmin Mandiri Perumahan Graha Tirta, Waru Sidoarjo 2006-2015 ( studi tentang Sejarah, Aktifitas, dan Perkembangan) : Skripsi, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabya, 2016.
11
12
Ketiga, Penelitian Ainun Karimah, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial
Dan Humaniora Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015, dengan
judul Konsep Kemandirian H. Bukhori Al Zahrowi Dan Implementasinya Di
Pondok Pesantren Enterpreneur Ad-Dhuha (Studi Di Dusun, Desa Guwasari,
Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta) Skripsi ini menelaah
tentang Pondok Pesantren Enterpreneur Ad-Dhuha telah menerapkan konsep
kemandirian dari H. Bukhori Al Zahrowi. Sebagai pengusaha kemudian
memunculkan pribadi pengusaha yang Islami (sesuai dengan kaidah-kaidah Islam)
dan menerapkannya pada santri-santri di pondok prsantren enterpreneur Ad-
Dhuha.bentuk konsep kemandirian ini adalah Materi Agama, Mujahadah, Materi
Kewirausahaan.12
Kemudian penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan judul
Pesantren Mukmin Mandiri (Studi Pesantren Enterpreneur sidoarjo) ini
mendeskripsikan tentang Studi Pesantren Entrepreneur, baik dari segi latar
Belakang Berdiri pesantren, Jenis Kegiatan Pesantren Entrepreneur, Aktifitas
Pesantren Entrepreneur. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian-penelitian
terdahulu dari segi lokasi penelitian, namun memiliki metode menggunakan
Mandiri Sidoarjo dan Pondok Pesantren Nurul Karomah Pamekasan Madura) Skripsi Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang 2015.
12
13
kualitatif, dan bersifat deskriptif, namun yang membedakan segi anlisisnya dan
objek penelitian yang sama namun memiliki perbedaan.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata urutan penelitian
ini, maka peneliti mencantumkan sistematika sistematika laporan penulis sebagai
berikut:
BabPertama, tentang PendahuluanPada bab ini Mengurai Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konseptual,
Penelitian Terdahulu, Sistematika Pembahasan.
Bab kedua, Pada bab ini menjelaskan tentang A. Pesantren memuat tentang
Tentang pengertian pesantren, karakteristik pondok pesantren, ciri-ciri pondok
pesantren. B. Entrepreneur memuat tentang pengertian entrepreneur, karakteristik
entrepreneur, jenis-jenis entrepreneur, pendidikan entrepreneur. C. Pesantren
Entrepreneur memuat tentang definisi pesantren entrepreneur, ciri khas pesantren
entrepreneur,aktifitas pesantren entrepreneur. Perkembangan pesantren
entrepreneur.
Bab Ketiga, Pada bab ini membahas secara detail mengenai metode yang
digunakan dalam upayan penelitian ini yang terdiri dari : jenis penelitian, Lokasi
Penelitian, Sumber Data dan Informasi Penelitian, Cara Pengumpulan Data,
14
Bab KeEmpat, Laporan Hasil Penelitian dan pembahasan Pada bab ini
menjelaskan mengenai profil pesantren, deskripsi subyek, deskripsi hasil
penelitian, pembahasan hasil penelitian.
Bab Kelima, Pada bab ini berisi penutup yang menjelaskan tentang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Pesantren
1. Pengertian Pesantren
Berbicara tentang pengertian pesantren, banyak sekali para Toko yang
mendefinisikan dengan beragam Bahasa dan sudut pandang. Berikut ragam definisi
yang diungkapkan oleh ahli:
a. C.C. Berg mendefinisikan pesantren secara bahasa, kata santri berasal dari istilah
„shastri’’ yang dalam bahasa india berarti orang yang tahu buku-buku suci agama
hindu , sementara itu, A.H. John menyebutkan bahwa istilah santri berasal dari
bahasa tamil yang berarti guru mengaji, dan menurut Nurcholis Madjid, kata
Santri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti melek huruf.1
b. M. Arifin secara terminologi dapat dikemukakan disini beberapa pandangan yang
mengarah kepada pengertian pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama
Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem (kompleks)
dimana santri-santri menerima pendidikan agama Islam melalui sistem pengajian
atau madrasah yang sepenuhnya dibawah kedaulatan dari leadership seorang atau
beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta
independen dalam segala hal.2
c. Abdurrahman Wahid mendefinisikan pesantren sebagai tempat dimana santri
hidup (a place where santri live).3 Menurut Mastuhu memberikan batasan bahwa
pesantren adalah lembaga penddikan tradisional Islam untuk mempelajari,
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
1
Ainur Rofik , Pembaharuan Pesantren , ( jember : STAIN jember Press, 2012). 8 2
Ainur Rofik , Pembaharuan . Hal . 8 3
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari,.4 Sedangkan
menurut Rabithah Ma’ahid Islamiah mendefinisikan pesantren sebagai lembaga
tafaqqub fiddin yang mengemban misi meneruskan risalah Muhammad SAW
sekaligus melestarikan ajaran Islamyang berhaluan Ahlusunnah wal jama’ah
Thariqab al-Madzahib al-Arba’ah.5
d. Mujamil Qomar Secara Terminologi Istilah pesantren bisa disebut dengan
pondok saja atau kedua kata ini di gabung menjadi pondok pesantren.
e. lembaga research Islam (pesantren luhur) mendefinisikan pesantren adalah suatu
tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran–pelajaran
agama Islam sekaligus tempat tinggalnya.6
f. M. Dawam Rahardjo secara terminology memberikan pengertian pesantren
sebagai sebuah lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam, itulah identitas
pesantren pada awal perkembangannya. Sekarang setelah terjadi banyak
perubahan di masyarakat, sebagai akibat pengaruhnya, definisi di atas tidak lagi
memadai, walaupun pada intinya nanti pesantren tetap berada pada fungsinya
yang asli, yang selalu dipelihara di tengah-tengah perubahan yang deras. Bahkan
karena menyadari arus perubahan yang kerap kali tak terkendali itulah, pihak
luar justru melihat keunikannya sebagai wilayah sosial yang mengandung
kekuatan resistensi terhadap dampak modernisasi.7
g. Menurut Ronald ALan Lukens-Bull dalam tesis munawwirotul Aimmah
berjudul pendidikan keterampilan dalam menumbuhkan pribadi wirausaha santri
putri. Pesantren sebagai lembaga tradisional yang tetap bertahan di era
4
Mastuhu, Dinamika Sistem Pesantren , dikutip oleh ridwan Abawihda , Dinamika Pesantren Dan Madrasah , ( semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN wali songo , 2002 ) . 86
5
Babun Suharto, Dari Pesantren Untuk Umat. 9 6
Mujamil Qomar, Pesantren ; Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Intitusi . 1-2 7
globalisasi telah berhasil membuktikan keberhasilan pembelajarannya. Banyak
lulusan pondok pesantren yang kemudian menjadi pemimpin di beberapa aspek
penting dalam pemerintahan dan masyarakat. 8
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan tema
pendidikan di Indonesia dari Zaman ke Zaman. Dalam perkembangannya,
pondok pesantren mengalami perubahan pesat, bahkan ada kecenderungan
menunjukkan trend, di sebagian pesantren telah mengembangakan
kelembagaannya dengan membuka sistem madrasah, sekola umum, dan
diantaranya ada yang membuka semacam lembaga pendidikan kejuruan seperti
bidang pertanian, peternakan, teknik dan sebaginya.9
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pondok
pesantren adalah lembaga pendidikan dan keagamaan yang berusaha
melestarikan, mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam serta melatih para
santri untuk siap dan mampu mandiri. Atau dapat diambil pengertian pondok
pesantren sebagai tempat dimana para santri belajar pada seorang kyai untuk
memperoleh imu agama yang diharapkan menjadikan bekal bagi santri dalam
menjalani kehidupan di dunia maupun akhirat.
2. Karakteristik Pondok Pesantren
Proses pertumbuhan pondok pesantren sebagai dideskripsikan sebelum
ternyata berbeda diberbagai tempat, baik bentuk maupun kegiatan kurikulernya.
Meskipun demikian, masih ditemukan adanya pola yang sama. Persamaan pola
tersebut oleh A.Muktti Ali dibedakan dua segi; fisik dan segi non fisik.
Segi pertama terdiri dari empat komponen pokok yang selalu ada pada setiap
pondok pesantren , yaitu 8
Munawwirotul Aimmah ,Pendidikan Keterampilan Dalam Menumbuhkan Pribadi Wirausaha Santri Putri, (Tesis, Pascasarjana Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya, 2015). 47
9
a. Kiai sebagai pemimpin, pendidik, guru, dan panutan.
b. Santri sebagai peserta didik atau siswa.
c. Masjid sebagai tempat penyelenggarakan pendidikan, pengajaran, dan peribadatan.
d. Pondok sebagi asrama untuk mukim santri.
Sedangkan segi kedua, Zamakhsyari Dhofier merumuskan pola yang sama
dengan A.Mukti Ali, hanya menurut dhofier dalam komponen nonfisik dititik
beratkan pada pengajaran kitab Islam klasik, karena tanpa pengajaran
kitab-kitab Islam klasik, maka pondok pesantren dianggap bukan lagi asli (indigenous).
10
Menurut para ahli pesantren baru dapat disebut pesantren bila memenuhi lima
syarat, yaitu ada kiai, ada pondok, ada masjid, ada santri, ada pengajaran kitab
kuning.11
Dengan demikian, maka secara umum komponen utama pondok pesantren
yang akan dideskripsikan lebih lanjut menurut Zamakhsyari Dhofir, 1982 dan
Manfred Zimemek, 1986 terdiri dari : kiai, santri, musholla/masjid, pondok, dan
pengajaran kitab-kitab Islam klasik.
a. Kiai, dikenal sebgai guru atau pendidik utama di pondok pesantren, karena kiailah
yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, dan pendidikan kepada para
santri, kiaipulalah yang dijadikan figure ideal santri dalam proses pengembangan
diri. Dalam masyarakat tradisional, seorang dapat disebut kiai karena ia diterima
masyarakat sebagi kiai, karena orang datang meminta nasehat kepadanya,
b. Santri, adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di pondok pesantren.
Jumlah santri biasanya menjadi tolak ukur perkembangannya pondok pesantren.
Manfred Ziemek , membedakan santri menjadi dua yaikni: santri mukim dan
santri kalong. Santri mukmin adalah santri yang bertempat tinggal di pondok
10
Soebahar, Kebijakan Pendidikan . 37 11
pesantren, sedangkan santri kalong adalah santri yang tinggal di luar pondok
pesantren dan santri yang mengunjungi pondok pesantren secara teratur untuk
untuk belajar agama. Termasuk dalam katagori ini adalah mereka yang mengaji di
langgar-langgar atau masjid pada malam hari saja, sementara pada siang hari
mereka pulang ke rumah.Santri dengan variasi umur dewasa, remaja dan
anak-anak yang tinggal bersama dipondok pesantren, sebenarnya dapat menghasilkan
proses sosialisasi yang sedemikian efektif dikalangan mereka, khususnya
sosialisasi yang sedemikian efektif dikalangan mereka, khususnya anak-anak
dengan santri yang lebih dewasa, dan sebaliknya.
c. Masjid, adalah sebagai unsure yang tidak dapatdipisahkan dengan pondok
pesantrenserta dianggap sebagi tempat yang paling strategis untuk mendidik para
santri, misalnya dalam praktik sholat berjamah lima waktu,khutbah, sembahyang
jum’at dan pengajian kitab-kitab Islam klasik. Lembaga-lembaga pondok
pesantren, khususnya dijawa, menjaga terus tradisi ini. Para kiai selalu mengajar
murid-muridnya di masjid dan menganggap masjid sebgai tempat yang paling
tepat untuk menanamkan disiplin para murid dalam mengerjakan sholat lima
waktu, mendapatkan penggemblengan mental, pengetahuan agama, dan
sebaginya, terlebih dahulu biasanya diambil atas perintah gurunya yang telah
menilai bahwa ia akan sanggup memimpin pondok pesantren.
d. Pondok , atau asrama para santri, merupakan cirri khas tradisi pondok pesantren
yang membedakannya dengan sistem tradisional di masjid-masjid yang kini
berkembang di Negara lain. Bahkan sistem pondok di pesantren membedakannya
pula dengan sitem pendidikan surau atau masjid yan akhir-akhir ini tumbuh dan
e. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik, terutama karangan ulama Syafi’iyah,
merupakan satu-satunya teks pengajaran formal yang diberikan di lingkungan
pondok pesantren.12
Dalam hal ini yang menjadikan karakter pondok pesantren menurut
Muhaimindan Najib mempunyai angapan bahwa pondok pesantren dikategorikan
modern dikarenakan: a. Mulai akrab dengan metodologi ilmia modern, b semakin
berorientasi pada pendidikan dan fungsional, artinya terbuka atas perkembangan
diluar dirinya, c diverifikasiprogram dan kegiatan mulai terbuka dan
ketergantungan absolut dengan kyai dan sekaligus dapat membekali para santri
dengan berbagai pengetahuan diluar mata pelajaran agama maupun keterampilan
yang diperlukan dilapangan, d. dapat berfungsi sebagai tempat pengembangan
masyarakat.13
3. Ciri-ciri pendidikan pesantren
Merujuk kepada uraian terdahulu, maka dapat diidentifikasi ciri-ciri pesantren
sebagai berikut:
a. Ada hubungan yang akrab antara santri dengan kiainya. Hal ini dimungkinkan
karena sama-sama tinggal dalam satu kompleks dan sering bertemu baik di saat
belajar maupun dalam pergaulan sehari-hari. Bahkan, sebagai santri diminta
menjadi asisten kiai (khadam).
b. Kepatuhan santri kepada kiai. Para santri menganggap bahwa menentang kiai,
selain tidak sopan juga dilarang agama; bahkan tidak memperoleh berkah karena
durhaka kepadanya terhadap guru.
c. Hidup hemat dan sederhana benar-benar dihidupkan dalam lingkungan pesantren.
12
Soebahar . 37-40 13
d. Hidup mewah hampir tidak didapatkan disana. Bahkan sedikit santri yang
hidupnya terlalu sederhana atau terlalu hemat sehingga kurang memperhatikan.
Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan
kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertawakal kepada
tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhitmat kepada
masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat tetapi rasul, yaitu
menjadi pelayanan masyarakat sebagai mana kepribadian nabi Muhammad
(mengikuti sunnah nabi), mampu berdiri sendiri bebas, dan teguh dalam
kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat di
tengah – tengah masyarakat („’Izz al-Islam wa al muslimin) dan mencintai ilmu
dalam rangka mengembangkan kepribadian manusia.14
B. Entrepreneur
1. Pengertian Entrepreneur
Definisi kata Entrepreneur menurut kamus Miriam Webster adalah
seorang yang mengorganisir, mengelola, dan memperhitungkan risiko dari sebuah
usaha bisnis.En.tre.pre.neur.ial (kata sifat), En.tre.pre.neur.ial.ism (kata benda dari
paham), En.tre.pre.neur.ial.ly (kata keterangan), En.tre.pre.neur.ship (kata
benda).15
Menurut departemen pendidikan dan kebudayaan dalam kamus besar
bahasa indonesia yang dikutip oleh Abdul jalil dalam disertasi yang berjudul
spiritual entrepreneurship program pascasarjana iain bahwa Entrepreneur diartikan
sebagai :"orang yang pandai atau Berbakat mengenali produk baru, menentukan
14
Ibid . 211 15
cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru,
memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya.16
Perubahan kata entrepreneur menjadi entrepreneurship menyiratkan
makna sifat dalam kewirausahaan. Salah satu definis tentang entrepreneurship
dikemukakan oleh robert C. ronstadt mendefinisikan Entrepreneurship adalah
sebuah proses dinamik dimana orang menciptakan kekayaan inkremental.
Kekayaan tersebut diciptakan oleh individu-individu yang menanggung resiko
utama, dalam wujud resiko modal, waktu dan atau komitmen karier dalam hal
menyediakan nilai untuk produk atau jasa tertentu.Produk atau jasa tersebut
mungkin tidak baru, atau bersifat unik, tetapi tetap nilai harus diciptakan oleh sang
entrepreneur melalui upaya mencapai dan mengalokasikan
keterampilan-keterampilan serta sumber-sumber daya yang diperlukan. 17
Menurut Etimologis, wirausaha merupkan suatu istilah yang berasal dari
kata-kata „wira’’ dan „’usaha „’. Wira „’ bermakna : berani, atau perkasa.
Sedangkan „’ usaha „’ bermakna : kegiatan dengan menggerakan tenaga pikiran
atau badan untuk mencapai sesuatu maksud.Menurut terminologi sebagaimana di
kemukakan oleh Taufik Bahruddin. Seorang konsultan manajemen dalam runag
lingkup manajemen sumber daya manusia dan pengajara di fakultas Ekonomi
Univesitas Indonesia bahwa wirausaha.:„’ kemampuan untuk menciptakan,
mencari, dan memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang diinginkan sesuai
yang di idealkan.18
16
Departemen pendidikan dan kebudayaan, kamus besar bahasa indonesia ( jakarta: balai pustaka, 1989),1130 dikutip oleh abdul jalil , Spiritual Entrepreneurship (Study Transformasi Spiritualitas Pengusaha Kidus) ,Disertasi program Pascasarjana institut agama islam negri sunan ampel surabaya, 2012. 61
17
abdul jalil , Spiritual Entrepreneurship (Study Transformasi Spiritualitas Pengusaha Kidus) , Disertasi program Pascasarjana institut agama islam negri sunan ampel surabaya, 2012. 61
18Marinasari Fithry Hasibuan „’
Dilihat dari sisi waktu, jika mau dibandingkan, bangsa ini telah ketinggalan
300 tahun dibanding barat. Terminologi Entrepreneur pertama kali diperkenalkan
pada awal abad 18 oleh ekonomi perancis, richard cantillon. Menurutnya,
entrepreneur adalah "agent who buys means of production at certain prices in order
to combine them".Kata entrepreneur merupakan kata pinjaman dari bahasa prancis
entreprendre, kata kerja yang berarti memiliki makna untuk melakukan. Kata
tersebut merupakan gabungan dari kata entre (kata latin) yang berarti antara, dan
prendre (kata latin) yang berarti untuk mengambil kata entreprendre dapat diartikan
sebagai seorang yang berani mengambil risiko dengan kesulitan yang berat dan
memulai sesuatu yang baru. Di prancis istilah orang yang melakukan kerja, akhir
katanya beruba menjadi eur. 19
Menurut Winardi Entrepreneur adalah seorang yang menciptakan sebuah
bisnis baru, dengan menghadapi risiko dan ketidakpastian, dan yang bertujuan
untuk mencapai laba serta pertumbuhan melalui pengidentifikasian
peluang-peluang melalui kombinasi sumber-sumber daya yang diperlukan untuk
mendapatkan manfaatnya.20
Dalam kenyataan, cukup banyak orang memunculkan ide-ide muluk
sehubungan dengan aneka macam bisnis, tetapi kebanyakan di antara mereka tidak
perna merealisasikan.Justru para entrepreneur melaksanakan ide-ide
mereka.Seiring dengan hal tersebut Buchari Alma mengemukakan bahwa
wirausaha atau entrepreneur adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian
menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.21
19
Barnawi & Muhammad Arifin ,School Preneurship ; Membangkitkan Jiwa Dan Sikap Kewirausahaan Siswa , Yogyakarta : Ar-Ruzz Media , 2012 . 25 .
20
Winardi ,Entrepreneur Dan Entrepreneurship , Jakarta : Prenadamedia Grup , 2015 . 17 21
Ada banyak definisi tentang wirausahawan atau entrepreneur, tetapi
sebenranya semua versi merujuk ke arah yang sama. Di bawah ini adalah beberapa
definisi Entrepreneur menurut beberapa akademisi :
Dalam hal ini zimmerer & Scarborough yang dikutip oleh kristanto dalam
bukunya kewirausahaan mengartikan Wirausahawan atau entrepreneur adalah
seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil risiko dan
ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara
mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumberdaya yang dimiliki. 22
Enterprenur merupakan sebuah usaha atau kinerja yang dilakukan oleh
seseorang untuk meningkatkan usahanya dengan memberanikan diri untuk
mengambil sebuah resiko, baik dalam hal waktu, modal ataupun produk suatu
barang. Entrepreneur sangat erat hubungannya dengan kemampuan diri seseorang
untuk berusaha keras dengan membangun hubungan baik pada awal ia usaha
ataupun pada tahap perkembangan.23
Dari berbagai definisi yang disebutkan, peneliti mendefinisikan
Entrepreneur sebagai orang yang mampu menciptakan usaha baru atau memiliki
kemampuan untuk menciptakan, mencari, dan memanfaatkan peluang dalam
menuju apa yang diinginkan sesuai yang di idealkan.
2. Karakteristik Entrepreneur / Wirausahawan
Menurut Pearce dalam Winardi,mengemukakan karakteristik entrepreneur
yang berhasil adalah 24 :
a. Komitmen dan determinasi yang tiada batas. Di sini tingkat komitmen para
entrepreneur biasanya terganggu oleh kesediaan mereka untuk merusak kondisi
22
Kristanto, Kewirausahaan . : 2 23
jurnal Saeful Anam, Pesantren Entrepreneur Dan Analisis Kurikulum Pesantren Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo Dalam Pengembangan Dunia Usaha. ( Jurnal Studi Keislaman Vol 2, Nomor 2, Maret 2016) . 307 24
kemakmuran pribadi mereka, oleh kesediaan untuk menginvestasi waktu,
menolerir standar kehidupan lebih rendah dibanding standar kehidupan yang
sebenarnya dapat di nikmati merela termasuk berkumpul dengan keluarga
mereka.
b. Dorongan atau rangsangan kuat untuk mencapai prestasi. Secara tipikal di
rangsang oleh kebutuhan untuk melampaui hasil-hasil yang diraih mereka pada
masa lampau; uang semakin kurang berarti sebagi motivator dan uang lebih
banyak dijadikan alat untuk mengukur hingga di mana pencapaian prestasi
mereka.
c. Orientasi ke arah peluang serta tujuan. Para entrepreneur yang berhasil
cebderung memusatkan perhatian mereka kepada peluang yang mewakili
kebutuhan yang belum terpenuhi atau problem yang menuntut adanya
pemecahan.
d. Lokus pengendalian internal. Entrepreneur yang berhasil sangat yakin akan diri
mereka sendiri, adanya anggapan bahwa yang mengendalikan nasib perusahaan
dengan sendirinya tanpa ada kekuatan luar yang mengendalikan dan menentukan
hasil yang diraih mereka. Mereka bersifat realistik tentang kekuatan dan
kelemahan.
e. Toleransi terhadap ambiguitas. Entrepreneur yang baru memulai usaha baru
menghadapi kebutuhan untuk mengimbangkan pengeluaran untuk upah
karyawan dan keuntungan yang diterima, kemudian mnerima hal-hal yang
berkaitan dengan pekerjaan yang berubah, pelanggan silih berganti termasuk
kemunduran – kemunduran sebagi bagian dari kehidupan mereka.
f. Mempersiapkan diri untuk mengantisipasi problem yang mungkin timbul,
keberhasilan, menciptakan cara untukberbagi resiko dengan rekaan, pelanggan,
investor, kreditor, dan dengan hati-hati mengendalikan peranan pokok dalam
melakukan operasi perusahaan mereka.
g. Meski kekuasaan dan status dapat diraih, tetapi tetap lebih memusatkan
perhatian pada peluang, pelanggan, pasar, dan persaingan.
h. Tidak terintimidasi dengan situasi sulit, dapat bersifat desisif (berani mengambil
keputusan) serta dapat menunjukkan kesabaran apabila presfektif jangka
dianggap sebagai hal yang tepat.
i. Secara agresif mencari umpan balik yang memungkinkan mempercepat
kemajuan serta evektifitas. Membina hubungan dengan orang untuk
mendapatkan pelajaran yang bermanfaat.
j. Kemampuan menghadapi kegagalan secara efektif dengan dapat menerima
kegagalan dan memangfaatnya sebagai suatu proses belajar.
Sementara itu, Dun Steinhoff dan John F. Burgess mengemukakan enam
karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausahawan (Entrepreneur) yang
berhasil, yaitu sebagai berikut.
a. Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas.
b. Bersedia menanggung risiko waktu dan uang.
c. Memiliki perencanaan yang matangdan mampu mengorganisasikannya.
d. Bekerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya.
e. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan pihak
lain.
Dilihat dari dimensi sikap dan perilakunya, entrepreneur yang sukses
menurut Timmons dan Mc Clelland yang dimuat dalam karya Thomas
W.Zimmerer memiliki karakteristik sebagi berikut:
a. Komitmen dan tekat yang kuat (commitment and determination), yaitu
memiliki komitmendan tekat yang bulat untuk mencurahkan semua
perhatian terhadap usaha. Sikap yang setengah hati mengakibatkan besarnya
kemungkinan untuk gagal dalam berwirausaha.
b. Bertanggung jawab (desire for responsibility), yaitu memiliki rasa tanggung
jawab dalam mengendalikan sumber daya yang digunakan dan keberhasilan
berwirausaha, oleh karena itu wirausahawan akan wawas diri secara internal.
c. Berobsesi untuk mancari peluang (opportunity obsession), yaitu berambisi
unutk selalui mencari peluang .keberhasilan wirausahawan selalu diukur
dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi
apabila terdapat peluang.
d. Toleransi terhadap risiko dan ketidakpastian (tolerance for risk, ambiguity,
and uncertainty). Wirausahawan harus belajar mengelola risiko dengan cara
mentransfernya kepada pihak lain, seprti bank, investor, konsumen, pemasok,
dan lain-lain. Wirausahawan yang berhasil biasanya memiliki toleransi
terhadap pandangan yang berbeda dan ketidakpastian.
e. Percaya diri ( self confidence). Wirausahawan cenderung optimis dan
memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk
berhasil.
f. Kreatif dan fleksibel (creativy and flexibility) , yaitu berdaya cipta dan
luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi
dunia yang serba cepat sering kali membawa kegagalan. Kemampuan untuk
mennaggapi perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan
kreatifitas yang tinggi.
g. Selalu menginginkan umpan balik yang segera (desire for immediate
feedback) wirausahawan selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang telah
dikerjakan. Oleh karena itu, dalam memperbaiki kinerjanyawirausahawan
selalu memiliki kemauan untuk menggunakan ilmu penetahuan yang telah
dimikinya dan belajar dari kegagalan.
h. Memiliki tingkat energy yang tinggi (high level of energy), wirausahawan
yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang tinggi dibandingkan
kebanyakan orang sehinggann ia lebih suka bekerja keras walaupun dalam
waktu yang relative lama.
i. Dorongan untuk selalu unggul ( motivation to exel). Wirausahawan selalu
ingin lebih unggul dan berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukan
dengan melebihi dari standar yang ada, tidak mengerjakan sesuatu sama
dengan standar yang ada. Motivasi ini muncul dari dalam diri ( internal) dan
jarang dari factor eksternal.
j. Berorientasi ke masa depan (orientation to the future). Untuk tumbuh dan
berkembang. wirausahawan selalu dipandang jauh ke masa depan yang lebih
baik.
k. Selalu belajar dari kegagalan (willingness to learn from failure).
Wirausahawan yang berhasil tidak perna takutakan kegagalan. Ia selalu
Memiliki kemampuan dalam kepemimpinan (leadership ability) wirausahawan
yang berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan
serta harus memiliki taktik mediator dan negosiator dari pada diktaktor.25
3. Jenis-Jenis Wirausahawan/Entrepreneur
Beberapa ahli mengemukakan profit kewirausahaan dengan mengelompokkan
yang berbeda-beda. Ada yang mengelompokkan berdasarkan pada pemilikan,
perkembangan, dan kegiatan usaha yang dilakukannya. Roopke mengelompokan
kewirausahaan berdasarkan pada perannya menjadi tiga kelompok sebagai berikut:26
a. Wirausahawan rutin, yaitu wirausahawan yang dalam melakukan kegiatan
sehari-harinya cenderung berfokus pada pemecahan masalah dan perbaikan standar
prestasi tradisional. Fungsi wirausahawan rutin adalah mengadakan perbaikan
terhadap standar tradisional, bukan penyusunan dan pengalokasian
symber-sumber. Wirausahawan ini berusaha untuk menghasilkan barang pasar, dan
teknologi, misalnya seorang pegawai atau manjer. Wirausahawan rutin dibayar
dengan bentuk gaji.
b. Wirausahawan arbitrasi, yaitu wirausahawan yang selalu mencari peluang melalui
kegiatan penemuan (pengetahuan) dan pemanfaatan dan permintaan pasar, ia akan
membeli dengan harga murah dan menjualnya dengan harga mahal. Kegiatan
25
Suryana , kewirausahawan ; kiat dan proses menuju sukses . Jakarta : Selemba empat 2013 . 27-29. 26
kewirausahaan arbitrase tidak perlu melibatkan pembuatan barang dan
penyerapan dana pribadi wirausahawan. Kegiatan melibatakan spekulasi dalam
memangfaatkan perbedaan harga jual dan beli.
c. Wirausahawan (Entrepreneur) inovasi.Yaitu wirausahawan dinamis yang
menghasilkan ide dan kreasi baru yang berbeda. Ia merupakan premotor, tidak
saja alam memperkenalkan teknikdan produk baru, tetapi juga dalam pasar dan
sumber pengadaan, peningkatan teknik manajemen, dan metode distribusi baru. Ia
mengadakan proses dinamis pada produk, hasil, sumber pengadaan, dan organisasi
yang baru.27
Seorang entrepreneur harus memiliki jiwa kewirausahaan.jiwa
kewirausahaan harus ada pada setiap anggota organisasi.Selain itu, setiap angota
organisi juga dituntut sebagai pemasar (marketer).Seorang pemasar memiliki
nilai, sikap, dan perilaku yang selalu proaktif mengakuisisi pelanggan baru,
mempertahankan, dan menjadi kepuasan pelanggan.Agar menjadi seorang
entrepreneur yang sukses, seorang harus memiliki nilai, sikap, mental, dan
perilaku kewirausahaan. Ada lima hal untuk diingat agar menjadi entrepreneur
yag sukses, yaitu : 1) memiliki keberanian mengabil resiko untuk menangkap
peluang, 2) menyukai tantangan), 3) mempunyai daya tahan atau keuletan yang
tini 4) mempunyai vsi jauh kedepan, dan 5) selalu berusaha memberikan hasil
yang terbaik.28
Dari segi karakteristik, wirausaha (Entrepreneur)adalah mereka yang
mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan
miliknya sendiri. Dengan demikian, bahwa kewirausahaan merupakan semangat,
perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap
27
Suryanaa, Kewirausahaan .58
2828
peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang
lebih baik pada pelanggan atau masyarakat dengan berusaha mencari dan
melayani langanan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan
menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang
lebih efesien, melalui keberanian mengambil resiko, kreatifitas, dan inovasi, serta
kemampuan manajemen.29
4. Pendidikan Entrepreneur
Konsep Dasar pendidikan entrepreneur Ilmu kewirausahaan adalah suatu
disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku
seseorang dalam memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin di
hadapinya30.
Dengan adanya pendidikan entrepreneurship yang menjadikan peserta
didik lebih terarahkan untuk bisa cepat memahami akan kebutuhan sosial sekitar,
peserta didik diharapkan dapat menggali potensi dirinya dengan demikian
mendalam dan serius. Sebab setiap peserta didik itu memiliki potensi beragam
dalam segala hal mampu mandiri, dengan kreatifitas dan inovasi yang
dimilikinya.
C. Pesantren Entrepreneur
1. Definisi Pesantren Entrepreneur
Secara definisi pesantren Entrepreneur diartikan dengan bermacam-macam
definisi sebagai berikut:
a. Definisi utama diungkapkan Saiful Anam dalam jurnal ilmu keIslaman
mendefinisikan sebagai berikut : Pesantren entrepreneur merupakan kajian
29
Yusuf suryana dan kartib bayu, kewirausahaan ; pendekatann karakteristik wirausahawan sukses ( jakarta: Kencana, 2010) . 14
30
baru karena pada masa perkembangan awal pesantren, bentuk dan wujud
pesantren entrepreneur belum tampak jelas.Akan tetapi dari adanya definisi
pesantren secara garis besar di atas dan definisi entrepreneur secara jelas, bisa
diartikan bahwa pesantren entrepreneur dimaksud dapat dipahami sebagai
sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan keilmuan keagamaan dan juga
pengembangan keahlian usaha (entrepreneurship).
b. Selanjutnya definisi menurut keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam
pesantren entrepreneur merupakan pondok pesantren yang memiliki kegiatan
pendidikan keterampilan berbasis entrepreneur/ kewirausahaan. Selain itu,
pondok pesantren entrepreneur juga merupakan pondok pesantren yang
memanfaatkan potensi sumber daya manusia dengan menggali bakat para
santrinya. Selain itu pesantren entrepreneur adalah pondok pesantren yang
didalamnya diberikan juga pendidikan yang berkaitan dengan
entrepreneyrahip atau dunia wirausaha.sehingga anak didik atau Para Santri
Yang Belajar Di Pesantren Memiliki Kemampuam Berwirausaha Yang Bisa
Menjadi Bekal Dikemudian hari.31
Ini senada dengan penuturan Nur Syam yang menyatakan bahwa “pada saat ini
sedang gencar berlangsung transformasi pesantren. Pesantren tidak hanya
untuk tempat belajar agama, tetapi juga untuk pendidikan umum dan
kewirausahaan (entrepreneurship).
Dengan adanya transformasi tersebut, alumni pesantren (output)
nantinya tidak hanya menjadi guru agama ataupun guru mengaji saja,
melainkan mereka dapat menduduki posisi strategis di berbagai bidang
kemasyarakatan termasuk politik, ekonomi ataupun
31
kepemerintahanan”.32Pesantren Entrepreneur adalah pondok pesantren yang
didalamnya diberikan juga pendidikan yang berkaitan dengan
entrepreneurship atau dunia wirausaha. Sehingga anak didik atau para santri
yang belajar di pesantren memiliki kemampuan berwirausaha yang bisa
menjadi bekal di kemudian hari.33Pondok pesantren entrepreneur ini sudah
menjadi program kemenag.Pondok pesantren yang masuk dalam program
entrepreneur memberi keterampilan teknologi kepada para santri.Dipesantren
entrepreneur ini, disajikan berbagai pelajaran studi berbasis
kewirausahaan/entrepreneur.Seperti bagaiman menjadi wirausahawan yang
baik.Dan sebagai tujuan semua itu adalah agar setelah tamat nanti, apabila
tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, para santri sudah
mempunyai keahlian.
2. Ciri Khas Pesantren Entrepreneur
Ciri khas pesantren entrepreneur terlihat dari kurikulum pendidikan Islam,
akan tetapi untuk menampilkan struktur atau wujud konkritnya, bukannya
persoalan mudah. Oleh karena, dalam kenyataan riel pastilah tergantung pada jenis
dan jenjang institusi serta corak kegiatan edukatif kaum muslimin diberbagai
penjuru dunia sejak awal pertumbuhannya pada abat pertengahan hingga di zaman
modern dewasa ini. Ada kurikulum pendidikan Islam untuk pesantren, kurikulum
pendidikan Islam untuk madrasah dari taman kanak-kanak hingga tingkat
menengah atas, kurikulum pendidikan agama Islam untuk disekolah umum,
kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah Islam, kurikulum pendidikan
32
Anam, Pesantren Enterpreneur. 315 33
agama Islam untuk perguruan tinggi umum, kurikulum pendidikan Islam untuk
perguruan tinggi Islam dan sebainya.34
Perkembangan menarik lainnya, belakangan ini banyak sekolah umum bahkan
mengadopsi sistem asrama yang merupakan ciri khas pesantren ke dalam sistem
pendidikannya. Sebuah pengakuan diam-diam akan masih banyaknya aspek dari
sistem pendidikan pesantren yang layak dijaga dan dilestarikan atau malah
diujicobakkan di lembaga-lembaga pendidikan lain di indonesia.35
Kurikulum pesantren Sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di indonesia,
dan pernah mengalami suasana kesederhanaan begitu lama, sampai di zaman
modern sekarang inipun dunia pesantren tetap memiliki ciri khas tersendiri di
bandingkan jenis institusi pendidikan formal seperti madrasah dan sekolah.36 Yang
menjadikan ciri khas dari pesantren entrepreneur terletak pada bagaimana
menjalankan kurikumnya. Kurikulum pesantren entrepreneur yang berpedoman
pada anggapan dasar bahwa tidak semua lulusan ataualumni pesantren akan menjadi
ulama atau kiai, dan memiliki lapangan pekerjaan di bidang keagamaan, maka
keahlian-keahlian lain seperti pendidikan keterampilan perlu diberikan kepada
santri sebelum santri itu terjun ke tengah-tengah masyarakat yang sebenarnya.
Berikut gambaran jelasnyamengenai kurikulum pesantren modern entrepreneur
yang dalam perkembangannya memilih melestarikan tradisi lama dan
mengaktualisir tradisi baru yang dianggap baiak sebagai penningkatan keilmuan (al
mubafazah ala al-qadim al –salih wa al-akhd bi al-jadid al- aslab). 37
Dapat disimpulkan bahwa yang menjadikan ciri khas dan keunikan dari
pesantren entrepreneur adalah pesantren merupakan lembaga tertua yang ada di
34
Imam Bawani , Metodologi Penelitian Pendidikan Islam . 360 35
Damanshuri , Pesantren Dan Pembaharuan .
36
Bawani , metodologi . 360-361 37
indonesia di lihat dari kurikulum yang dikembangkan yang mengalamai
perkembangan dengan adanya keseimbangan antara bejar keagamaan beserta
belajar berwirausaha.
3. Aktifitas Pesantren Entrepreneur
Sebelum menjelaskan makna dua topik berbeda ini, mungkin, ada baiknya kita
memahami dulu satu persatu.Dimualai dari aktifitas pesantren yang merupakan
system budayanya sendiri, yang memiliki aktifitas bernuansa keagamaan.Dimana
masing-masing pesantren memiiki aktifitas yang berbeda-beda.
Dalam tahap ini banyak hal yang dilakukan oleh nabi muhammad tahapan
entrepreneur Nabi Muhammad SAW.Rasul saw melakoni Diri sebagai
entrepreneur atau pengusaha, baik dalam definisi pertama maupun definsi ke dua
dengan empat tahapan karakter seperti berikut ini.
a. Integrity atau integritas merupakan sifat standar an pondasi utama karakter
seorang pengusaha yaitu kejujuran yang mengikat utuh karakter-karakter positif
lainnya. Nabi muhammad saw sejak kecil sudah mengembangkan sifat jujurnya
sehingga kemudian terkenal dengan julukan al-amin (orang yang terpercaya).
Beliau sangat menjaga perilaku, tutur kata, dan komitmen atas dasar kejujuran
sehingga terpancar padanya kewibawaan dan kekuatan. Beliau dalam
perkembangannya kemudian menjadi magnet bagi banyak orang sehingga nabi
muhammad saw sendiri sudah mempraktekkan the kaw of attraction di dalam
kehidupan.
Catherine ponder dalam Dynamic low of prosperity menyebutkan,
„’segala sesuatu yang anda pancarkan lewat fikiran, perasaan, citraan mental, dan
tutur kata akan mendatangkan kembali ke dalam kehidupan anda.’’ Demikianlah
integritas yang terpercaya sehingga segala hal yang positif memasuki kehidupan
yang dibuktikan kecemerlanganpada saat melakoni diri sebagai pedagang.
Muhammad saw perna menyampaikan pesan yang terkenal, yaitu ibda’bi nafsik!
Artinya, mulailah diri sendiri sihingga memancarkan kebaikan dan ketertarikan
bagi banyak orang.
b. Loyality
Loyalitas Atau royalitas merupakan sifat pendukung yang menguatkan
kepercayaan banyak orang. Loyalitas berhubungan dengan kesetiaan dan
komitmen jangka panjang. Muhammad saw menunjukkan loyalitas yang tinggi
kepada pamannya, abu thalib. Ketika datang tawaran rekrutmeen dari khadijah ra,
Muhammad Saw pun menyerahkan keputusan kepada pamannya, Abu Tholib.
Dalam hal dagang, Muhammad saw selalu mempraktikkan jiwa yang royal
kepada para pelanggannya dengan layanan yang terbaik kepada siapapun
sehingga kebaikannya, para pelanggannya juga loyal kepadanya.
c. Professionality
Professionality Atau profesionan merupakan kapasitas untuk menjalankan
suatu profesi dengan ukuran-ukuran standar serta kualitas terbaik. Muhammad
saw memasuki tahap profesionalketika direkrut oleh Khadijah ra sebagi mitra
dagangnya dan setelah mereka menikah, Muhammad saw menjadi manjer agang
perusahaan mereka Muhammad saw menggunakan hukum dan standar pemasaran
saat ini: positioning, segmentation, dan targeting.
d. Spirituality atau spiritualitas
Spirituality atau spiritualitas terbangun lebih kuat saat Muhammad saw
menikah dengan Khadijah ra. Muhammad saw lebih banyak menghabiskan waktu
Gua Hira. Sebagai pengelola bisnis, beliau sangat peduli dengan masalah-masalah
akhlak sehingga beliau adalah tokoh utama yang kemudian melahirkan konsep
spiritual marketing.38
Ada beberapa hal yang perlu diberikan kepada peserta pendidikan
keterampilan yang diarahkan kepada wirausaha, yaitu: 39
1. Perencanaan
perencanaan memegang peranan penting dalam sebuah kegiatan. Dalam
perencanaan memuat landasan dan dasar yang digunakan dalam sebuah
kegiatan. Dalam merencanakan kegiatan kewirausahaan ada beberapa langakah
yang perlu untuk dilakukan. 1. Menumbuhkan gagasan-gagasan usaha, 2.
Menetapkan tujuan, 3. Mencari data dan informasi kegiatan, 4. Merumuskan
kegiatan-kegiatan usaha guna mencapai tujuan, 5. Melakukan analisis SWOT (
Streght, weakness, Opportunity, dan Threat), 6. Memusyawarohkan ide
pendirian kepada pihak-pihak terkait.
2. pemilihan jenis dan macam usaha.
Pemilihan jenis usaha disesuaikan dengan keahlian dan potensi yang
dimiliki. Potensi disini mencakup potensi internal yang berasal dari diri sendiri
maupun potensi eksternal. Yang termasuk kedalam kategori potensi eksternal
adalah 1. luas lahan yang dimiliki, 2. SDM, 3.sarana dan bahan baku, 4.
kemungkinan pemasaran.
38
Muslim Kelana, Muhammad saw is a Great Entrepreneur (Bandung: Dinar Publishing, 2008), 27-29 39
3. perencanaan program unit usaha.
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian, itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.1
Metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “metodos” dan "logos".
Kata "metodos" terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui
atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu
jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan."Logos" artinya ilmu.Metodologi
adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu
metode.Jadi, metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.2 Ditinjau dari sudut filsafat,
metodologi penelitian merupakan epistimologi penelitian.Yaitu yang
menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian.
Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metodeberasal
dari bahasa yunani, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara),
metode bisa berarti suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang
mempunyai langkah-langkah sistematis.3 Jadi, metode penelitian adalah cara
1
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta ), 2013, hal : 3 2
Husaini usman dan Purnomo setiady akbar, Metodologi penelitian sosial (Jakarta: Bumi aksara), 1996, 42.
3
yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang
memerlukan jawaban.
Ditinjau dari jenis penelitiannya, peneliti menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif, karena data yang dikemukakan bukan data angka. Metode
penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial
tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, di bentuk oleh
kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan data dan analisis data yang relavan yang
diperoleh dari situasi yang alami.4
Adapun menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) mendifinisikan metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.5
Penelitian kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini bercirikan
kualitatif deskriptif. Yaitu data yang akan dikumpulkan adalah berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi
kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data
tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,
videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.
Pada laporan demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan
4Djama’an satori dan Aan Komariah,
Metode Penelitian kualitatif, ( Bandung : Alfabeta,2009). Hal 25
5
sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Hal itu dilakukan seperti orang merajut
sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu.6
Peneliti menggunakan penelitian diskriptif kualitatif yaitu penelitian yang
berusaha untuk memahami perkembangan pesantren yang ada berdasarkan data.
Maka dari itu peneliti akan menganalisis, menggambarkan serta memaparkan
data yang telah diperoleh dari Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo
yang berkaitan dengan Pengembangan Pesantren Enterpreneur ( Studi Kasus
Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo ).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pesantren yang berlokasi di Graha Tirta
Bougenville, No.69 Waru Sidoarjo. Pesantren tersebut dipilih sebagai latar
penelitian karena dengan alasan bahwa lembagapesantren tersebut sudah berbasis
Agrobisnis dan berwawasan Entrepreneur. Mottonya adalah mencetak Hafidzul
Qur’an dan Entrepreneur Santri selain diberikan pendidikan keagamaan juga
diajarkan ilmu berwirausaha.
C. Sumber Data Dan Informan Penelitian 1. Sumber Data
Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yang akan dikumpulkan
oleh penulis, yaitu :
a. Sumber data primer
6