• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah dan perkembangan Yayasan Dana Sosial al-Falah Surabaya tahun 1987-2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sejarah dan perkembangan Yayasan Dana Sosial al-Falah Surabaya tahun 1987-2016."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengerjakan Tugas Akhir Perkuliahan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1)

Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Oleh:

Rohmatul Ummah

Nim : A02213083

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini mengkaji tentang sejarah dan perkembagan lembaga sosial

yang bergerak dibidang penghimpunan serta penyaluran dana umat Islam, yang

berjudul Sejarah Dan Perkembangan Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya

Tahun 1987-2016. Untuk mengetahui beberapa permasalahan yang terdapat dalam

penelitian tersebut maka dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1) Bagaimana sejarah berdirinya Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya. 2)

Bagaimana dinamika Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya dari tahun

1987-2016. 3) Bagaimana kontribusi Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya bagi

masyarakat.

Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian

sejarah, metode ini menggunakan empat tahap penelitian yaitu, Heuristik

(Pengumpulan Sumber), Verifikasi (Kritik Sumber), Intepretasi (Penafsiran

Sumber), dan Historiografi (Penulisan Sejarah). Pendekatan yang digunakan

dalam skripsi ini adalah pendekatan historis dan sosiologis. Pendekatan historis

digunakan untuk melihat suatu objek penelitian dari sisi sejarah sehingga dapat

memaparkan sejarah berdirinya Yayasan Daana Sosial Al-Falah Surabaya dan

pendekatan sosiologis digunakan untuk melihat segi-segi sosial peristiwa yang

dikaji. Skripsi ini menggunakan teori Perubahan Sosial yang dikemukakan oleh

Selo Sumarjan.

(7)

ABSTRACT

This thesis analyze the history and the development of social institutions

wich is engaged in the association and distribution of funds of Muslims. Entitled

the History and Development of Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya in

1987-2016. To know the problems in the study, there are some research questions wich

have been arrage. 1) How the history of Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya.

2) How the dynamics of movement Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya in

1887-2016. 3) How the contribution of Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya

for society.

The research used historical method. This method used four phases,

Heuristics (Source Collection), Verification (Source Criticism), Interpretation

(Interpretation of Resources), and Historiography (Historical Writing). The

research also used historical approach and sociological approach. historical

approach is used to know an object of the study from historical side so as to

describe the history of Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya. Then sosiological

approach is used to know aspect of social event being studied. This thesis used

Social Change theory by Selo Sumarjan.

(8)
(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PEDOMAN TRANLITERASI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ...vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ...xii

BAB I

: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B.

Rumusan Masalah ... 7

C.

Tujuan ... 7

D. Manfaat ... 8

E.

Penelitian Terdahulu ... 9

F.

Pendekatan Dan Teori ... 10

G. Metode Penelitian... 12

H. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II

: SEJARAH BERDIRINYA YAYASAN DANA SOSIAL

AL-FALAH SURABAYA

A. Latar Belakang Berdirinya ... 19

(10)

C. Visi Dan Misi ... 29

BAB III

: DINAMIKA

YAYASAN DANA SOSIAL AL-FALAH

SURABAYA 1987-2016

A. Perkembangan Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya Tahun

1987-2016... 33

B. Problematika Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya ... 54

BAB IV

: KONTRIBUSI

YAYASAN DANA SOSIAL AL-FALAH

SURABAYA BAGI MASYARAKAT

A. Kontribusi Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya di Bidang

Pendidikan ... 59

B. Kontribusi Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya di Bidang

Sosial ... 63

C. Kontribusi Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya di Bidang

Dakwah ... 66

D. Kontribusi Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya bagi

Masjid Al-Falah ... 72

BAB V

: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Yayasan adalah kumpulan dari sejumlah orang yang terorganisasi dan

dilihat dari segi kegiatannya lebih tampak sebagai lembaga sosial. Yayasan

adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan

diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan,

dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.

1

Di Indonesia yayasan

sudah dikenal sejak masa Belanda. Saat itu istilah yayasan dikenal dengan

nama

Stichting.

2

Sejak awal, sebuah yayasan didirikan bukan bertujuan untuk

mencari suatu keuntungan, akan tetapi tujuannya tidak lebih untuk membantu

atau meningkatkan kesejahteraan hidup orang banyak.

Sebelumnya keberadaan yayasan di Indonesia tidak memiliki kepastian

hukum yang jelas, sehingga dikhawatirkan terjadi penyalahgunaan fungsi

yayasan. Pada tanggal 6 Agustus 2001 lahirlah Undang-undang Nomor 16

Tahun 2001 yang membahas tentang tujuan didirikannya yayasan. Dengan

adanya Undang-undang tersebut, telah diakuai bahwa yayasan adalah lembaga

yang memiliki kepastian dan badan hukum. Tujuaan dibuatnya

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 dimaksudkan untuk lebih menjamin kepastian

1Fahrul Ramadan, “Pengertian Dan Organ Dalam Yayasan” dalam

http://lawyer.fahrul.com/2015/10/pengertian-dan-organ-dalam-yayasan/, diakses tanggal 2 Maret 2017.

2

(12)

dan ketertiban hukum dalam pengelolaan suatu yayasan, serta memberikan

pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai yayasan, dan dapat

mewujudkan fungsi yayasan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial,

keagamaan, maupun kemanusiaan.

3

Manusia adalah makhluk sosial, ini merupakan sifat dasar yang

mendorong manusia untuk memperhatikan orang-orang disekitarnya. Hal ini

menjadi salah satu alasan munculnya yayasan. Dimana keberadaan sebuah

yayasan dianggap sebagai jawaban bagi mereka yang menginginkan suatu

wadah atau lembaga yang dapat menyalurkan keinginan mereka untuk

melaksanakan segala kegiatan yang pada dasarnya bertujuan untuk beramal

saleh, sehingga tindakannya merupakan tindakan sukarela (

tabarru

) untuk

memberikan harta kekayaan.

4

Salah satu kegiatan beramal saleh yang dilakukan oleh umat Islam

adalah zakat, infaq dan shadaqoh yang sering disingkat ZIS. Zakat adalah

sebagian harta yang Allah wajibkan untuk dikeluarkan dan dengan persyaratan

tertentu dan waktu tertentu. Sedangkan infaq adalah mengeluarkan harta yang

mencakup zakat ataupun tidak. Infaq ada yang bersita wajib dan sunnah, infaq

wajib adalah kafarat dan nadzar sedangkan infaq yang sunnah adalah infaq

kepada fakir miskin, sesama muslim dan infaq bencana alam. Shadaqoh

maknanya lebih luas, shadaqoh dapat berupa infaq dan zakat serta kebaikan

yang kita lakuka. Shadaqoh tidak hanya dihitung berupa materi.

5

3

Anwar Borahima,Kedudukan Yayasan di Indonesia(Jakarta: Prenada Media, 2010), 75.

4

Ibid., 19.

5

(13)

Zakat, infaq, dan shadaqoh merupakan ibadah yang memiliki nilai

sosial dimasyarakat. Lebih dari itu zakat, infaq, dan shadaqoh juga bentuk rasa

syukur kepada Allah atas segala nikmat dan rizky yang telah diberikan, zakat,

infaq, dan shadaqoh menjadi salah satu cara bagi umat Islam untuk saling

membantu dan berbagi, terutama dalam segi ekonomi. Sejak masa Rasulullah

saw zakat, infaq, dan shadaqoh memiliki peranan yang sangat penting, antara

lain sebagai sarana pengembangan agama Islam, pengembangan infrastruktur,

penyediaan bantuan untuk fakir miskin, dan bantuan lainnya.

Islam memerintahkan setiap orang yang masih mampu bekerja dan

sehat secara fisik maupun psikis agar bekerja dan berusaha mencari rezeki

untuk mencukupi dirinya sendiri serta keluarganya dan iku bershadaqah di

jalan Allah.

6

Islam justru tidak pernah melupakan hak orang-orang fakir dan

miskin. Allah telah menetapkan hak mereka dalam harta orang-orang kaya.

Fakir dan miskin merupakan orang-orang pertama yang harus menerima zakat.

Nabi Muhammad saw dibeberapa kesempatan selalu berbicara tentang

orang-orang fakir dan miskin karena merekalah yang berhak menerima zakat

pertamakali. Seperti ketika beliau mengutus Mu’adz

bin Jabal ke Yaman

untuk memungut zakat dari orang-orang kaya didaerah tersebut untuk

kemudian dibagikan kepada fakir miskin diwilayah tersebut.

7

Islam memberi wadah yang jelas melalui zakat, infaq dan shadaqoh

yakni sebagai sarana pendistribusian pendapatan dan pemerataan rezeki bagi

umat Islam. Zakat, infaq dan shadaqoh memiliki posisi yang sangat potensial

6

Yusuf Qardhawi,Shadaqoh Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan,terj. Dadang Sobar (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), 83.

7

(14)

sebagai

sumber pendapatan dan pembelanjaan umat Islam. Islam

menganjurkan umatnya untuk tetap hidup wajar dan tidak berlebihan dalam

segala hal.

8

Perhatian Islam terhadap masalah kemiskinan ditunjukkan melalui

firman Allah dalam al-Quran surat al-Dzariyat ayat 19 yang berbunyi :



























Artinya:

“Dan pada harta

-harta merekaada hak untuk orang miskin yang

meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”

Dari penjelasan ayat diatas jelas bahwa Allah memerintahkan kepada mereka

yang memiliki harta agar memberikan hak-hak orang miskin dari harta yang

dimiliki. Dari sini terlihat bahwa Islam memiliki solusi yang tepat untuk

permasalahan tersebut.

Zakat, Infaq dan shodaqoh telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat

Indonesia. Melihat mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam,

sebenarnya potensi zakat, infaq dan shadaqah di Indonesia cukup besar.

Dengan adanya kesadaran akan pentingnya mengelola zakat, infaq, dan

shadaqoh secara profesional sebenarnya dapat meningkatkan potensi tersebut,

namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam perkembangannya perlu adanya

edukasi tentang pentingnya berbagi kepada sesama umat Islam melalui zakat,

infaq dan shadaqah. Hal lain yang juga penting selain edukasi mengeni

8

(15)

pentingnya zakat infaq dan shadaqah adalah upaya secara sistematik untuk

mengelola potensi tersebut.

9

Salah satu solusi yang ditawarkan oleh Islam dalam mengatasi

persoalan tersebut adalah pemberdayaan sumber daya manusia dan

pendistribusian zakat, infaq dan shadaqoh. Dengan pendistribusian dana yang

tepat setidaknya dapat sedikit menghapus ketimpangan dan kesenjangan sosial

ekonomi di masyarakat. Masyarakat harus menyadari bahwa orang yang

kurang mampu secara ekonomi dapat dibantu oleh mereka yang memiliki

rezeky yang cukup, orang kaya atau orang yang mampu secara ekonomi juga

tidak boleh semena-mena dengan harta yang dimilikinya, mereka harus

bijaksana dalam menggunakannya. Dengan begitu keduanya dapat hidup

berdampingan dan saling tolong-menolong satu sama lain.

Dengan perkembangan zaman keberadaan wadah atau lembaga yang

mengelola zakat sangat penting dan dibutuhkan. Keberadaan lembaga ini

diharapkan pengelolaan zakat dapat dilakukan dengan baik dan profesional

serta pendistribusian zakat dapat dilakukan dengan baik dan diberikan kepada

orang yang tepat. Di Indonesia pengelolaan zakat diatur dalam undang-undang

no. 23 tahun 2011. Didalamnya dijelaskan tentang lembaga pengelola zakat

yang terdiri dari dua macam, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga

Amil Zakat (LAZ). Badan Amil Zakat adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan pengelolaan zakat, baik ditingkat nasional, provinsi maupun

kota atau kabupaten, sedangkan Lembaga Amil Zakat adalah lembaga yang

9

(16)

dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pendistribusian dan

pendayagunaan zakat.

10

Menurut Yusuf Qardhawi, agama Islam sudah berabad-abad memberi

perhatian dalam mengatasi kemiskinan, tanpa paksaan dari fakir miskin,

secara pribadi maupun kelompok ketika menuntut haknya. Perhatian ini juga

bukan hal baru dalam ajaran Islam melainkan asas istimewa dan prinsip kuat

dari agama Islam. Zakat yang dijadikan Allah sebagai jaminan hak untuk fakir

miskin pada harta umat Islam yang kaya adalah rukun Islam yang ketiga,

menjadi salah satu syiar dan ibadah yang tinggi.

11

Salah satu lembaga sosial yang memiliki perhatian penuh terhadap

pendayagunaan dana umat baik dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah maupun

lainnya adalah Yayasan Dana Sosial al-Falah Surabaya. Yayasan Dana Sosial

al-Falah Surabaya berdiri pada tanggal 1 Maret 1987. Dua tahun setelahnya

dikuatkan lagi dengan rekomendasi Menteri Agama Republik Indonesia.

12

Dibentuknya lembaga ini bertujuan untuk mengumpulkan dana umat Islam

dan membagikannya untuk berbagai aktivitas sosial seperti meningkatkan

kualitas pendidikan bagi umat Islam, merealisasikan dakwah islamiyah,

memakmurkan masjid dan aktivitas kemanusiaan seperti memberikan

santunan kepada yatim piatu.

Selama 29 tahun Yayasan Dana Sosial al-Falah Surabaya dipercaya

oleh masyarakat sebagai wadah untuk menyalurkan segala bentuk bantuan dari

10

Muhammad,Manajemen Organisasi Zakat(Malang: Madani, 2011), 46.

11

Qardhawi,Shadaqoh Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, 88.

12

(17)

umat Islam. YDSF juga telah dikukuhkan menjadi menjadi Lembaga Amil

Zakat Nasional oleh Menteri Agama Republik Indonesia dengan SK No. 523

tanggal 10 Desember 2001 menjadi entitas yang menaruh perhatian mendalam

pada kegiatan kemanusiaan. Melalui devisi penyaluran YDSF semakin

meneguhkan pendayagunaan dana umat Islam secar

a syar’i, efisien, efektif

dan produktif.

13

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul

“Sejarah Dan Perkembangan Yayasan

Dana Sosial Al-Falah Surabaya Tahun 1987-

2016”

B. Rumusan Masalah

Dari

latarbelakang

masalah diatas agar

lebih

terarah dalam

pembahasannya, maka rumusan masalah dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya?

2. Bagaimana perkembangan Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya dari

tahun 1987-2016?

3. Bagaimana kontribusi Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya bagi

masyarakat?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian yang dilakukan

ini memiliki tujuan sebagai berikut :

13

(18)

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya Yayasan Dana Sosial

Al-Falah Surabaya.

2. Untuk mengetahui perkembangan Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya

dari tahun 1987-2016.

3. Untuk mengetahui kontribusi Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya

bagi masyarakat.

D. Manfaat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

dan nilai guna sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

pengembangan khazanah keilmuan terutama Sejarah Peradaban Islam dan

sebagai bahan referensi serta tambahan pustaka bagi perpustakaan UIN

sunan Ampel Surabaya.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi Yayasan Dana

Sosial Al-Falah Surabaya untuk lebih berupaya dalam meningkatkan serta

menjalankan program kerja seperti dalam bidang sosial kemasyarakatan,

(19)

E. Penelitin Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan bahan pustaka yang memiliki kaitan

dengan masalah penelitian, berupa sajian hasil atau bahasan ringkasan dari

hasil temuan penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan masalah

peneliti.

14

1.

“Yayasan perguruan al Islam Krian : studi historis dan perkembangan dari

tahun 1969-

2003” oleh Muhammad Syafaat mahasiswa Fakultas

Adab dan

Humaniora jurusan sejarah kebudayaan islam UIN Sunan Ampel Surabaya

tahun 2005.

15

2.

“Peran

Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya dalam pembiayaan

pendidikan siswa kurang mampu” oleh Zahrotul Ulum mahasiswa

Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2001.

16

3.

“Sejarah Perkembangan Yayasan Masjid Rahmat Kembang Kuning

Surabaya (YASMARA) Tahun 1967-

1984” oleh Nina Ulifatin mahasiswa

Fakultas Adab dan Humaniora jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2010.

17

4.

“Peran Majelis Muhtadin Al

-Falah dalam Membimbing Muallaf di Masjid

Al-

Falah Surabaya tahun 2009”

oleh Laili Ilmi Nikmah mahasiswa

14

Masyhur, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif (Jakarta: PT. Revika Aditama, 2008), 100.

15

Muhammad Syafaat,“Yayasan perguruan al Islam Krian : studi historis dan perkembangan dari

tahun 1969-2003”(Skripsi, UIN Sunan Ampel, Fakultas Adab dan Humaniora, Surabaya, 2005).

16

Zahrotul Ulum,“PeranYayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya dalam pembiayaan pendidikan siswa kurang mampu” (Skripsi, UIN Sunan Ampel, Fakultas Tarbiyah, Surabaya, 2001).

17

Nina Ulifatin, “Sejarah Perkembangan Yayasan Masjid Rahmat Kembang Kuning Surabaya

(20)

Fakultas Adab dan Humaniora jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2013.

18

Dari semua penelitihan tersebut belum ada penelitian yang fokus

membahas tentang sejarah dan perkembangan suatu lembaga yang menjadi

wadah untuk mengelola zakat umat Islam yaitu Yayasan Dana Sosial Al-Falah

Surabaya. Oleh karna itu, penelitian ini merupakan hasil murni dari penulis

dan bukan merupakan hasil dari menduplikasi.

F. Pendekatan Dan Kerangka Teori

Penelitian ini menggunakan pendekatan historis dan sosiologis.

Pendekatan historis digunakan untuk melihat suatu objek penelitian dari segi

historis atau sejarahnya, sehingga dapat diketahui proses serta perubahan

peristiwa tersebut secara kronologis. Dengan pendekatan historis maka penulis

dapat menjelaskan secara rinci perkembangan Yayasan Dana Sosial Al-Falah

Surabaya dari tahun 1987 hingga 2016. Dengan begitu penilitian ini

diharapkan dapat memberikan gambaran peristiwa-peristiwa yang bergerak

dalam waktu dan dinamis, sehingga dapat melihat bentuk perubahan yang

terjadi dari peristiwa-peristiwa sejarah tersebut.

Pendekatan yang digunakan selanjutnya adalah pendekatan sosiologis.

Sosiologi membahas tentang kehidupan masyarakat, hubungan timbal balik di

masyarakat, dan juga membahas tentang perubahan-perubahan di dalam

18

(21)

masyaraka. Dengan begitu pendekatan sosiologi pasti akan melihat segi-segi

sosial peristiwa yang dikaji,

19

seperti golongan sosial yang berperan dalam

pendirian serta perkembangan YDSF. Tidak hanya itu pendekatan sosiologi

juga dapat melihat nilai-nilai sosial dalam program-program yang

dilaksanakan.

Munculnya suatu lembaga juga merupakan suatu proses dalam

masyarakat yang kemunculan serta keberdaannya dipicu oleh kondisi sosial

yang ada. Dalam penelitian ini kemunculan Yayasan Dana Sosial Al-Falah

Surabaya dipicu oleh kondisi sosial pada waktu itu, kepedulian pengurus

Masjid Al-Falah Surabaya terhadap kondisi beberapa masjid diwilayah

surabaya yang memprihatinkan fisik bangunannya serta membutuhkan dana

dan perhatian lebih dalam memperbaikinya masjid.

Dalam studi sejarah menggunakan perspektif teoritis terhadap

fenomena-fenomena yang penting dilakukan, sehingga peristiwa sejarah dapat

diungkapkan dengan kritis dan mendalam. Dalam studi tentang Sejarah dan

Perkembangan

Yayasan

Dana

Sosial

Al-Falah

Surabaya,

penulis

menggunakan teori perubahan sosial. Seperti yang dikemukakan oleh Selo

Soemardjan, perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan yang terjadi

pada lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang ikut

mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai sosial, sikap dan pola

perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

20

Kingsley Davis

19

Sartono Kartodirjo,Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), 4.

20

(22)

juga mengungkapkan bahwa perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi

di dalam struktur serta fungsi masyarakat.

21

Dalam hal ini munculnya Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya

sebagai lembaga yang bergerak dibidang sosial telah memberikan

perubahan-perubahan di masyarakat. Program-program milik masyarakat maupun

lemabag-lembaga lain yang bergerak dibidang sosial dalam pendanaannya

dibantu oleh Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya. Dilaksanakan kegiatan

ini bertujuan dan berkaitan dengan peningkatan potensi sumber daya manusia

dan perhatian yang lebih terhadap umat Islam yang kurang mampu secara

ekonomi, hal ini termasuk dalam nilai-nilai sosial dimana dengan keberadaan

Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya masyarkat yang awalnya memiliki

sikap individualis dapat tergerak untuk saling membantu sesama melalui

lembaga tersebut.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian sejarah sehingga metode yang akan

digunakan dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode

penelitian sejarah. Menurut Louis Gottschalk dalam bukunya mengerti sejarah

dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode sejarah adalah suatu metode

yang ditempuh melalui proses menguji serta menganalisa secara kritis

terhadap segala peninggalan masa lalu baik lisan, tertulis serta dalam bentuk

21

(23)

bangunan dan lain-lain.

22

Dalam hal ini peneliti berusaha untuk merekontruksi

peristiwa-peristiwa yang telah lampau. Proses tersebut bertujuan menemukan

data yang otentik dan dapat dipercaya. Berikut tahap yang harus ditempuh

dalam prosel pengumpulan data. Tahapan yang dilakukan adalah :

1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Heuristik adalah

suatu teknik dalam mengumpulkan atau

menemukan sumber.

23

Sumber sejarah yang dikumpulkan harus sesuai

dengan jenis sejarah yang akan ditulis. Dalam penelitia ini sejarah yang

dibahas adalah sejarah kontemporer yang memerlukan sumber lisan serta

sumber tertulis berupa dokumen-dokumen maupun majalah. Sumber yang

dibutuhkan oleh penulis adalah sumber primer dan sumber sekunder.

a. Sumber primer berupa surat resmi dari notaris tentang pendirian

Yasayan Dana Sosial Al-Falah Surabaya, SK pengukuhan menjadi

Lembaga Amil Zakat Nasional, wawancara dan data susunan pengurus

Yasayan Dana Sosial Al-Falah Surabaya.

b. Sumber sekunder yang dibutuhkan peneliti antara lain majalah-majalah

yang memuat kegitan Yasayan Dana Sosial Al-Falah Surabaya,

buku-buku yang berhubungan dengan topik yang diteliti, hasil skripsi-skripsi

terdahulu serta literatur-literatur yang membantu dalam menjelaskan

metode, pendekatan serta teori yang digunakan oleh penulis.

Tahap pengumpulan data yaitu yang dilakukan oleh penulis adalah

dokumentasi dan wawancara. Dokumentasi adalah mencari sebuah data

22

Louis Gottschalk,Mengerti Sejarah(Jakarta: Universitas Indonesia, 1985), 32.

23

(24)

melalui proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumbernya berupa

lisan, tulisan dan gambar.

24

Dalam hal ini peneliti mencari data berupa

catatan, transkip, buku, majalah ataupun dokumen lain yang berkaitan

dengan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan. Data-data ini sebagai

pendukung dari hasil wawancara.

Tahap selanjutnya adalah wawancara. Wawancara digunakan

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam. Dalam wawancara peneliti telah menyiapkan instrument

penelitian berupa pertanyaan. Dalam hal ini peneliti

melakukan

wawancara kepada staf Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya dan

beberapa lembaga yang terlibat dalam aktivitasnya untuk mengetahui

kontribusi apa saja yang telah Yayasan Dana Sosial Al-Falah berikan bagi

masyarakat.

2. Verifikasi (Kritik Sumber)

Kritik sumber adalah kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang

diperoleh agar mendapat kejelasan apakah sumber tersebut dapat autentik

dan dipertanggung jawabkan atau tidak.

25

Karena kritik merupakan produk

proses ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan dan akan terhindar dari

manipulasi. Sumber sejarah juga harus diverifikasi atau diuji kebenaran

dan diuji akurasi atau ketepatannya agar menghasilkan fakta-fakta.

26

Kritik

sumber ada dua macam, yaitu kritik intern dan kritik ekstern.

24

Suhartono W. Pranoto,Teori Dan Metodologi Sejarah(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 31.

25

Ibid., 35.

26

(25)

Kritik intern (kredibilitas) merupakan usaha yang dilakukan untuk

melihat sumber tersebut dapat memberikan informasi yang dapat

dipercaya atau tidak. Ketika menemukan dokumen atau sumber tertulis

dari Yasayan Dana Sosial Al-Falah Surabaya, terlebih dahulu harus

dipastikan kesahihannya dengan melakukan konfirmasi kepada

orang-orang yang terlibat di dalam pendirian yayasan. Untuk pengumpulan data

menggunakan

metode

wawancara

atau

sumber

lisan,

peneliti

membandingkan hasil wawancara yang dilakukan kepada pengurus

Yasayan Dana Sosial Al-Falah Surabaya dengan salah satu tokoh yang

ikut dalam pendiriannya. Dari sini penulis melihat sumber tersebut sama

dengan fakta yang ada.

Sedangkan kritik ekstern (otentisitas) adalah kegiatan untuk

melihat sumber yang didapat asli atau tidak.

27

Sumber tertulis seperti

majalah-majalah maupun SK pendirian dapat diperhatikan aspek fisik

seperti gaya tulisan, kalimat dan penampilan luar dari kertas yang

digunakan. Majalah-majalah pada tahun-tahun awal pendiriannya

berwarna kuning, dan dalam perkembangannya, dari tahun-ketahun kertas

yang

digunakan

sekarang

mengalami

berubahan,

menyesuaikan

perkembangan zaman. Surat keputusan pendirian yayasan serta surat

keputusan dari KEMENAG menunjukkan kesesuaian pada tahun terbitnya

surat keputusan tersebut. Sedangkan sumber lisan atau wawancara peneliti

melihat dari latar belakang informan atau responden. Peneliti melakukan

27

(26)

wawancara dengan pengurus Yasayan Dana Sosial Al-Falah Surabaya

yang memiliki kedekatan dengan periode penelitian ini.

3. Intepretasi (Penfsiran Sumber)

Intepretasi merupakan suatu kegiatan untuk menguraikan serta

menyatukan sumber sejarah yang telah diperoleh dan menghubungakannya

dengan fakta-fakta yang telah ada.

28

Dalam penelitian ini peulis

menguraikan fakta-fakta tentang asal-usul dan latarbelakang munculnya

Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya dapat diketahui kebenarannya

dengan pencarian fakta melalui sumber tertulis dan wawancara kepada

pengurus dan masyarakat yang terlibat dalam aktivitasnya, dengan begitu

penulis dapat menguraikan dengan detail perkembangannya.

4. Historiografi (penulisan sejarah)

Historiografi merupakan bentuk penulisan atau pemaparan dari

hasil penelitian yang telah dilaukan berdasarkan dengan sistematika

penulisan yang telah ada.

29

Pada dasarnya penelitian sejarah lebih

menekankan pada aspek kronologis dan membuat hasil penelitian sejarah

mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian dari

awal sampai akhir. Hal inilah yang dapat membedakan penulis sejarah

dengan penulis ilmiah dibidang yang lain.

30

Dengan demikian penulis

berusaha menyusun kembali sejarah yang ada dengan bantuan

sumber-sumber yang dimiliki berupa majalah yang diterbitkan oleh Yayasan Dana

Sosial Al-Falah, wawancara serta buku-buku yang berkaitan dengan

28

Abdurrahman,Metode Penelitian Sejarah, 67.

29

Ibid., 64.

30

(27)

penelitian ini. Karena itu alur pemaparan data harus selalu diurutkan

kronologinya dengan penguraiaan sebagai berikut.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini kami bagi kedalam lima bab dengan maksud

untuk mempermudah penulisan dan penjabaran penulisan penelitian, hal ini

dilakukan agar pembahasan tidak menyimpang dari tema pokok pembahasan.

Bab pertama penulis menguraikan hal-hal yang menjadi latar belakang

dari permasalahan yang penulis bahas, yaitu membuat rumusan masalah yang

akan disusun berbentuk sebuh pertanyaan, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, penelitian terdahulu, pendekatan dan kerangka teori, metode

penelitian, serta sistematika penulisan yang menggambarkan alur yang ada

dalam karya ilmiah atau skripsi.

Bab kedua akan dipaparkan gambaran umum tentang Yayasan Dana

Sosial Al-Falah Surabaya. Terdapat tiga pokok pembahasan yang akan

dipaparkan yaitu sejarah berdirinya Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya,

tokoh-tokoh yang berperan serta visi dan misi Yayasan Dana Sosial Al-Falah

Surabaya.

Bab ketiga penulis memuat tentang perkembangan Yayasan Dana

Sosial Al-Falah Surabaya pada tahun 1987-2016. Perkembangan dapat dilihat

dari sarana prasarana serta keberadaan kantor cabang, perkembangan program

kegiatan serta perkembangan jumlah donator kontribusi Yayasan Dana Sosial

(28)

Bab keempat akan dibahas mengenai kontribusi kontribusi Yayasan

Dana Sosial Al-Falah Surabaya bagi masyarakat. Dalam bab ini akan

dipaparkan kontribusi Yasayan Dana Sosial Al-Falah Surabaya dalam bidang

sosial, pendidikan dan agama.

Bab kelima merupakan kesimpulan atau rangkuman dari keseluruhan

pembahasan dalam skripsi ini, dengan begitu diharapkan teradapat benang

merah dari uraian yang ada pada bab-bab sebelumnya dan menjadi satu

(29)

BAB II

SEJARAH BERDIRINYA YAYASAN DANA SOSIAL AL-FALAH

SURABAYA

A. Latar Belakang Berdirinya

Islam adalah agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat

Indonesia. Begitu banyak kegiatan keagamaan yang dimiliki oleh umat Islam,

namun banyak kendala yang dialami. Begitu banyak tempat ibadah yang

dimiliki umat Islam namun tidak sedikit pula yang terbengkalai

pembangunannya, juga kegiatan dakwah yang tidak kalah banyaknya dimiliki.

Masalah yang muncul adalah kurangnya pendanaan untuk melaksanakan

semua hal tersebut. Dengan menjadi mayoritas, Indonesia memiliki potensi

zakat infaq dan shadaqoh yang cukup besar. Mengeluarkan Zakat, infaq dan

shadaqoh dapat memutar roda perekonomian, sehingga harta tidak hanya

ditimbun dan miliki oleh sebagian orang.

Disadari untuk mengumpulkan dana umat dibutuhkan satu lembaga

yang amanah dalam menghimpun dan menyalurkan dana tersebut. Dari sinilah

akan dijelaskan bagaimana latar belakang berdirinya Yayasan Dana Sosial

Al-Falah Surabaya sebagai lembaga yang berbadan hukum dan berkomitmen

untuk menghimpun dan menyalurkan dana umat secara amanah dan sesuai

dengan syariat Islam.

Dibentuknya Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya berawal dari

(30)

adalah H. Abdul Karim, pada saat itu ia menjabat sebagai ketua Yayasan

Masjid Al-Falah yang pertama. Hampir setiap kali selesai melaksanakan

sholat subuh ia berkeliling di daerah pinggiran kota Surabaya untuk melihat

kondisi masjid ataupun mushollah yang sedang dibangun. Jika masjid ataupun

mushollah tersebut kondisi fisik bangunannya kurang baik bahkan

terbengkalai pembangunannya ia kemudian menghungi beberapa orang

koleganya yang memiliki rezeki lebih untuk membantu menyelesaikan

pembangunan tersebut.

31

Pengurus Yayasan Masjid Al-Falah melihat kebiasaan baik tersebut

harus dilestarikan. H. Abdul Kadir Baraja yang juga pengurus di Yayasan

Masjid Al-Falah Surabaya memiliki inisiatif untuk mengumpulkan para

pengurus Yayasan Masjid Al-Falah Surabaya untuk membahas kebiasaan

tersebut agar pelaksanaanya lebih terorganisir dan permasalahan umat Islam

mengenai kurangnya dana dalam menjalankan program-programnya bisa

teratasi. Mereka kemudian memutuskan untuk berkumpul dan membahas

masalah tersebut guna diselesaikan. Tokoh-tokoh tersebut terdiri dari para

ulama, pengusaha, dosen dan profesi lain yang menjadi pengurus di Yayasan

Masjid Al-Falah Surabaya.

32

Mereka merasa perlu mencari jalan keluar agar

masjid-masjid yang terbengkalai pembangunannya dapat segera selesai dan

dapat digunakan untuk aktifitas keagamaan umat Islam. Untuk melestarikan

kegiatan tersebut, terdapat satu titik temu yang disepakati oleh pengurus

31

Atiq Mohammad Romdlon,wawancara,Surabaya, 24 Mei 2017.

32

(31)

Masjid Al-Falah Surabaya. Dibentuknya satu lembaga yang berbentuk

yayasan.

33

H. Abdul Kadir Baraja merupakan salah satu tokoh yang terlibat

sejak awal perencanaan pendirian Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya

hingga saat ini, menurutnya pada tahun 1987 umat Islam mengalami

ketertinggalan diberbagai bidang. Umat Islam khususnya diwilayah Surabaya

tidak memiliki sekolah yang bagus dalam segi fisik maupun non fisik, seperti

sekolah katolik yang cukup maju pada saat itu. Umat Islam memiliki proyek

dakwah yang cukup banyak, baik dibidang fisik maupun non fisik, namun hal

yang sangat penting yaitu pendanaan justru tidak difikirkan dan direncanakan

dengan baik. Abdul Kadir Baraja juga berpendapat jika 100.000 umat Islam di

Surabaya menyisihkan uangnya Rp. 1.000 setiap satu bulan, maka setiap

bulannya akan terkumpul dana sebesar Rp. 100.000.000 dan dana sebesar itu

sudah cukup untuk membiayai masjid-masjid serta program-program lainnya

milik umat Islam.

34

Pada kenyataannya terbengkalainya masjid-masjid terutama di kota

Surabaya salah satunya terjadi karna pengurus masjid mengumpulkan dana

tanpa perencanaan yang matang, sehingga dana yang terkumpul tidak banyak

dan tidak dikelola dengan baik. Hal tersebut menyebabkan waktu itu banyak

bangunan masjid maupun mushollah yang tidak selesai. Kebiasaan baik yang

dilakukan yaitu memberi bantuan dana bagi masjid-masjid dan program

dakwah yang terbengkalai ini mendapat respon yang baik dari semua pihak

33

Yayasan Dana Sosial Al-Falah,30 Tahun YDSF 1987-2017 Inspirasi Untuk Negeri(Surabaya: Yayasan Dana Sosial Al-Falah, 2017), 14.

34

(32)

yang terlibat. Para pengurus Yayasan Masjid Al-Falah kemudian sepakat

untuk membentuk wadah atau lembaga formal yang memiliki ketetapan

hukum untuk mengelola dana yang diporeleh. Untuk menindaklanjuti

pendirian lembaga tersebut pengurus Yayasan Masjid Al-Falah kemudian

berkumpul dan berdiskusi.

35

Setelah beberapa kali rapat dan diskusi, akhirnya

disepakati bahwa akan didirikan sebuah lembaga berupa yayasan. Agar

lembaga tersebut lebih berkembang maka diusulkan agar lembaga tersebut

terpisah dari

Yayasan

Masjid Al-Falah

Surabaya, sehingga dalam

pelaksanaanya dapat fokus pada kegiatan pendayagunaan dana umat.

Dari latar belakang tersebut berdirilah Yayasan Dana Sosial

Al-Falah Surabaya yang

secara resmi berdiri pada tanggal 1 Maret 1987.

Pendiriannya tercatat dalam akta notaris Abdul Razaq Ashiblie, S.H. Nomor

31 tanggal 14 April 1987. Dua tahun setelah itu dikuatkan lagi dengan

rekomendasi

Menteri

Agama

Republik

Indonesia

Nomor

B.IV/02/HK.03/6276/1989. Dengan begitu Yayasan Dana Sosial Al-Falah

resmi menjadi lembaga sosial yang menghimpun dana umat Islam dengan

profesional dan bertanggung jawab terhadap amanah yang diterima. Nama

Yayasan Dana Sosial Al-Falah diberikan oleh salah satu ulama di Jawa Timur

yang juga menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Jawa Timur dan Ketua

Dewan Dakwah Islamiah Jawa Timur yaitu KH. Misbah. Pemberian nama ini

tentu mengacu pada kegiatannya yang tidak terlepas dari kegiatan sosial yaitu

pengumpulan dan penyaluran dana umat, dan cikal bakal berdirinya lembaga

35

(33)

ini berawal dari kebiasaan baik para pengurus Yayasan Masjid Al-Falah

Surabaya.

36

Pada awal pendiriannya H. Abdul Karim ditunjuk sebagai ketua dan

H. Abdul Kadir Baraja sebagai wakil ketua. Belum lama berdiri dan belum

mulai beroperasi untuk mejalankan semua program yang telah direncanakan,

Yayasan Dana Sosial Al-Falah justru harus ditinggal oleh ketuanya yakni H.

Abdul Karim, ia meninggal saat usia Yayasan Dana Sosial Al-Falah masih

sangat muda. Posisi ketua akhirnya digantikan oleh wakilnya yaitu H. Abdul

Kadir Baraja. Langkah selanjutnya yang dilakukan H. Abdul Kadir Baraja

untuk keberlangsungan Dana Sosial Al-Falah adalah dengan mengajak remaja

Masjid Al-Falah ikut serta dalam aktivitasnya, salah satunya adalah sebagai

koordinator juru penerang dan juru pungut.

37

Istilah juru pernerang digunakan untuk menyebut bagian marketing

atau mereka yang bertugas mengenalkan Yayasan Dana Sosial AL-Falah

kepada masyarakat umum maupun instansi-instansi lain. Sedangkan Istilah

juru pungut digunakan untuk orang-orang yang bertugas mengambil atau

memungut dana yang diberikan oleh para donatur. Pada saat itu memang

belum ada cara yang efektif selain mengambil secara langsung dana dari para

donatur sehingga jasa juru pungut sangat penting untuk mengumpulkan dana

dari para donatur.

Seperti halnya lembaga sosial yang lain Yayasan Dana Sosial

Al-Falah Surabaya memiliki kantor yang dipergunakan untuk menjalankan segala

36

Yayasan Dana Sosial Al-Falah,30 Tahun YDSF 1987-2017 Inspirasi Untuk Negeri, 15.

37

(34)

program yang dimiliki. Kantor pertama dan yang menjadi cikal bakal

berdirinya Yayasan Dana Sosial AL-Falah tersebut berada di Masjid Al-Falah

yang beralamat di Jl. Raya Darmo Surabaya. Tempat inilah yang menjadi

awalmula berdirinya Yayasan Dana Sosial Al-Falah.

B. Tokoh-Tokoh Yang Berperan

Munculnya Yayasan Dana Sosial Al-Falah ditengah-tengah

masyarakat, khususnya umat Islam tidak dapat terlepas dari tokoh-tokoh yang

berperan dalam proses pendirian Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya.

Segala program yang dibuat sangat membantu umat Islam dalam menyalurkan

rezeki yang dimiliki untuk masyarakat yang lebih membutuhkan. Meraka

adalah orang-orang yang peduli terhadap keberlangsungan aktifitas dakwah

umat Islam terutama di wilayah Surabaya.

Kepercayaan masyarakat terhadap Yayasan Dana Sosial Al-Falah

Surabaya hingga saat ini tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang berperan dalam

pendiriannya. Mereka berasal dari beragam latar belakang namun memiliki

niat dan tujuan yang sama yakni memajukan umat Islam dalam segala bidang.

Masyarakat tentu akan mempercayakan zakat, infaq dan shadaqah mereka

kepada lembaga yang amanah. Kepercayaan masyarakat kepada suatu

(35)

pengurus Yayasan Masjid Al-Falah Surabaya. Berikut adalah 12 tokoh pendiri

Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya.

38

1. H. Abdul Karim

H. Abdul Karim adalah ketua Yayasan Masjid Al-Falah yang

pertama. Dari kebiasaan baik beliau yang rutin berkeliling diwilayah

Surabaya setiap selesai sholat subuh untuk melihat kondisi masjid serta

musholah kemudian membantu pendanaannya. Ia merupakan orang yang

menginspirasi

para

pengurus

Yayasan

Masjid

Al-Falah

untuk

mempertahankan kegiatan tersebut dan membentuk wadah yang legal

untuk mewujudkan program-programnya.

2. KH. Misbach

Lahir di Tuban 16 Juni 1914. Ia merupakan penasihat Yayasan

Masjid Al-Falah Surabaya. Pada awal berdirinya Yayasan Dana Sosial

Al-Falah Surabaya ia menjabat sebagai penasehat. Ia juga pernah

mengikuti organisasi antara lain sebagai Ketua Umum Dewan Dakwah

Islamiyyah (DDII) Jawa Timur dan Ketua Umum Majelis Ulama

Indonesia (MUI) Jawa Timur.

39

3. Ir. Abdul Kadir Baraja

Lahir di Solo, 11 Juni 1945. Pernah menjabat sebagai pembantu

di Yayasan Masjid Al-Falah Surabaya. Pada awal berdirinya Yayasan

Dana Sosial Al-Falah Surbaya ia menjabat sebagia ketua dan sekarang

menjabat sebagai ketua pengurus Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya.

38

Ibid., 23-27.

39

(36)

Abdul Kadir Baraja adalah orang yang memiliki inisiatif untuk membuat

wadah atau lembaga yang focus pada pendayagunaan dana umat Islam. Ia

pernah mengikuti organisasi dakwah seperti, sebagai ketua Yayasan

Masjid Al Falah Surabaya. Ketua Yayasan Masjid Al Hikmah. Di

organisasi profesi beliau aktif sebagai bendahara Asosiasi Produsen

Peralatan Listrik. Aktifitas lain beliau adalah sebagai direktur PT.

DAFFAS ENGINEERING CORP, Presiden Direktur PT. ABAKUS

IFORMINDO SYSTEM, Komisaris PT. SAFARINDO INTERNUSA,

Komisaris PT. BAROKAH MOTOR, Presiden komisaris Malidas

Sterilindo dan komisaris PT. Royal Sarimadu.

40

4. May. Jend. (Purn) Pol. H.S. Syamsuri Mertoyoso

Lahir di Kebumen 24 Mei 1919. Ia merupakan Ketua Yayasan

Masjid Al-Falah Surabaya setelah meninggalnya Abdul Karim. Pada awal

berdirinya Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya ia adalah penasehat. Ia

juga pernah menjadi anggota Dewan Paripurna Nasional Angkatan 45,

anggota pengurus Legium Veteran RI daerah Jawa Timur, Anggota Dewan

Pertimbangan Pepabri Daerah Jawa Timur, Ketua Bakor Tingkat Polda

Jatim. Dalam organisasi dakwah Islam beliau menjadi ketua umum di

Yayasan Masjid Al-Falah, anggota Majelis Ulama Daerah Jawa Timur,

PTDI perwakilan jawa Timur sebagai penasehat, pengurus di PMI Jatim,

wakil ketua di Dewan penyantun IAIN Sunan Ampel Surabaya, wakil

40

(37)

ketua Dewan Penyantun Universitas Bhayangkara Surabaya, anggota

Dewan Penyantun Universitas Tujuhbelas Agustus Surabaya.

41

5. KH. Kholid Abri

Ia adalah penasihat di Yayasan Masjid Al-Falah Surabaya. Ia

merupakan salah satu mubaligh yang cukup dikenal diwilayah Surabaya

dan aktif dalam kegiatan dakwah di Masjid Al-Falah Surabaya. Ia

menjabat sebagai penasehat di awal periode Yayasan Dana Sosial Al-Falah

Surabaya.

42

6. H. Adnan Joefri

Ia adalah bendahara di Yayasan Masjid Al-Falah Surabaya. Pada

tiga periode awal kepengurusan Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya

ia menjabat sebagai anggota. Ia juga memiliki aktivitas sebagai direktur

utama di PT. Daman, wakil ketua PEPABRI Jawa Timur dan Pengurus

Yayasan Majid Al Falah Surabaya.

43

7. H. Rusdi Afandi

Ia menjabat sebagai pembantu

44

di Yayasan Masjid Al-Falah

Surabaya. Pada saat Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya berdiri ia

41

Yayasan Dana Sosial Al-Falah,10 Tahun YDSF Menyatukan Wawasan dan Gerak Umat Islam, 23.

42

Ibid., 21.

43

Ibid.

44

(38)

salah satu pengurus di awal berdirinya . Beliau juga memiliki aktivitas

usaha di PT.Affandi Son sebagai direktur. Ketua BPD V Hiswana Migas.

45

8. Fauzie Salim Martak

Sejak awal berdirinya Yayasan Dana Sosial Al-Falah hingga saat

beliau sebagai Anggota. Pernah menjadi bendahara Yayasan Masjid

Al-Falah dan berprofesi sebagai seorang pengusaha di Surabaya.

46

9. H. Aun Bin Abdullah

Lahir di Kediri, 5 Januari 1936. Pada awal berdirinya Yayasan

Dana Sosial Al-Falah Surbaya beliau sebagia bendahara II dan saat ini

sebagai pengurus dan bertugas sebagai bendahara. Beliau juga menjadi

pengusaha dalam bidang property, juga pengurus Masjid Al Falah dan

Masjid Al Hikmah.

47

10. H. Said Ali Husin

Lahir di Kembang Tanjung Sigli Aceh, 6 Juni 1938. Pernah

menjabat sebagai bendahara Yayasan Masjid Al-Falah Surabaya. Pada

awal berdirinya Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surbaya ia juga menjabat

sebagia bendahara I. ia juga memiliki aktivitas usaha di PT. IRMA

Surabaya sebagai direktur. Ikut dalam organisasi dakwah di Yayasam

Masjid Al Falah Surabaya sebagai sekretaris I dan Yayasan Aisyiyathong

45

Yayasan Dana Sosial Al-Falah,10 Tahun YDSF Menyatukan Wawasan dan Gerak Umat Islam, 27.

46

Ibid., 21.

47

(39)

Maryam sebagai bendahara I. selain itu ia juga penah menjadi sekretaris I

di APETI BULOG Jawa Timur.

48

11. H. Hasani Abdurrahman

Ia merupakan salah satu pengurus Yayasan Masjid Al-Falah

Surabaya, menjabat sebagai sekretaris. Ia menjadi salah satu orang yang

berperan dalam berdirinya Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabya, pada

awal berdiri dari 1987-1992 beliau menjabat sebagai sekretaris I di

Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabya.

49

12. H. Farouk Baswedan

Lahir di Surabaya, 12 Juli 1939. Ia pernah menjabat sebagai

pembantu di Yayasan Masjid Al-Falah Surabaya. Pada awal berdirinya

Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surbaya ia menjabat sebagia wakil

sekretaris. Ia juga memiliki aktivitas usaha di Perusahaan Tegel Beton

sebagai pemilik, sebagai tenaga ahli di Apparaisal dan Management

Service, dan sebagai Independent Distributor di Justice Bros. Selain itu

juga sebagai wakil ketua di Yayasan Maryam Konsultasi dan sekretaris

Lembaga Konsultasi dan Pengembangan Pengusaha Kecil (LKP2K)

JATIM.

50

C. Visi Dan Misi Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya

Tujuan awal berdirinya Yayasan Dana Sosial Al-Falah sebagai

sebuah lembaga yang berbadan hukum adalah mengumpulkan dana umat

48

Ibid., 24.

49

Ibid., 21.

50

(40)

Islam dan membagikannya untukaktifitas p endidikan Islam dan Dakwah

Islam. Dibutuhkan suatu lembaga yang amanah dalam menghimpun dan

menyalurkan dana umat kepada mereka yang membutuhkan, khususnya

umat Islam. Selama tiga puluh tahun Yayasan Dana Sosial Al-Falah masih

dipercaya umat untuk membantu menyalurkan bantuan, merupakan

prestasi yang membanggakan dalam kurun waktu yang cukup lama.

Berikut visi dan misi Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya dalam

menghimpun dan menyalurkan dana umat.

1. Visi

Sebagai lembaga sosial yang benar-benar amanah serta mampu

berperan serta secara aktif dalam mengangkat derajat dan martabat

umat Islam.

51

2. Misi

Mengumpulkan dana masyarakat atau umat baik dalam bentuk

zakat, infaq, Sadaqah, maupun lainnya dan menyalurkannya dengan

amanah, serta secara efektif dan efisien untuk kegiatan-kegiatan :

52

a. meningkatkan kualitas sekolah-sekolah Islam.

b. menyantuni dan memberdayakan anak yatim, miskin, dan terlantar.

c. memberdayakan

operasianal

dan

fisik

masjid,

serta

memakmurkannya.

d. membantu usaha-usaha dakwah dengan memperkuat peranan para

dai, khususnya yang ada di pedesaan atau terpencil.

51

Yayasan Dana Sosial Al-Falah,30 Tahun YDSF 1987-2017 Inspirasi Untuk Negeri,4.

52

(41)

e. memberikan bantuan kemanusiaan pada anggota masyarakat yang

mengalami musibah.

Disamping visi dan misi tersebut Yayasan Dana Sosial Al-Falah

juga memiliki tujuh prinsip kebijaksanaan yang membuat Yayasan Dana

Sosial Al-Falah tetap ada dan dipercaya masyarakat hingga saat ini. Tujuh

prinsip tersebut adalah :

1. Amanah

Melakukan dengan baik dan benar segala sesuatu yang

dipercayakan kepadanya.

53

2. Profesional

Melakukan sesuatu dengan kesungguhan, secara efektif dan

efisie, dengan didasarkan kepada kemampuan, pengetahuan, dan

pengalaman yang andal.

54

3. Transparan

Terbuka dalam pengumpulan maupun penyaluran dana,

khususnya terhadap donatur.

55

4. Independen

YDSF Surabaya tidak menganut ataupun dibawah pengaruh

suatu partai politik atau golongan.

56

53

Ibid., 25.

54

Ibid.

55

Ibid.

56

(42)

5. Adil

Dalam

menyalurkan

dana

YDSF

Surabaya

lebih

mengutamakan kepada mereka yang lebih membutuhkan, terutama

fakir miskin.

57

6. Responsif

YDSF Surabaya selalu tanggap terhadap kesulitan,

keterbelakangan, maupun penderitaan umat.

58

7. Koperatif

Bekerjasama dengan lembaga Islam yang mempunyai tujuan

sama atau serupa dan menganggap mereka sebagai mitra dan bukan

saingan.

59

57

Ibid.

58

Ibid.

59

(43)

BAB IV

KONTRIBUSI YAYASAN DANA SOSIAL AL-FALAH SURABAYA BAGI

MASYARAKAT

A. Kontribusi Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya di Bidang

Pendidikan

Sejak awal berdirinya Yayasan Dana Sosial Al-Falah tidak terlepas

dari perannya untuk membantu memajukan pendidikan di Indonesia.

Pendidikan juga menjadi cara untuk membentuk karakter seseorang.

Pendidikan formal seperti sekolah diharapkan dapat melahirkan

generasi-generasi yang berkualitas secara intelektual dan moral. Pendidikan bukan

hanya untuk mencerdaskan bangsa pendidikan juga penting untuk

menjalankan ajaran Islam. Agar umat Islam menjadi umat yang maju disegala

bidang, menjadi umnat yang memiliki intelektualitas yang tinggi dan religius.

Melihat pendidikan di Indonesia yang masih terdapat kendala

seperti terbatasnya jumlah guru terutama di plosok-plosok Indonesia serta

kualitas guru dinilai masih kurang. Dibidang pendidikan ini Yayasan Dana

Sosial Al-Falah Surabaya memiliki banyak program dan telah terlaksana.

Kegiatan tersebut sangat bermanfaat dan membantu memajukan mutu

pendidikan di Indonesia. Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya tidak hanya

(44)

beberapa kontribusi Yayasan Dana Sosisl Al-Falah Surabaya di bidang

pendidikan :

1. Konsorsium Pendidikan Islam

Pada tahun 1992 Yayasan Dana Sosisl Al-Falah Surabaya

bersama dengan Lembaga Pendidikan Islam (LPI) seperti LPI

AL-Hikmah, LPI Al-Falah, Al-Irsyad dan lain-lain membentuk Konsorsium

Pendidikan Islam. Konsorsium Pendidikan Islam dibentuk melalui

kerjasama oleh beberapa Lembaga Pendidikan Islam bersama dengan

Yayasan Dana Sosisl Al-Falah Surabaya sebagai lembaga yang memberi

bantuan pendanaan. Latarbelakang dibentuknya Konsorsium Pendidikan

Islam ini adalah menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

Lembaga Pendidikan Islam (LPI) yang mutu pendidikannya rendah serta

sarana prasarana tidak memadai. Minimnya tenaga pengajar yang memiliki

mutu dalam pendidikan Islam juga menjadi alasannya. Pada waktu itu

memang dana umat Islam belum tersalurkan secara optimal sehingga

program-program milik umat Islam tidak trselenggara dengan baik.

Yayasan Dana Sosisl Al-Falah Surabaya kemudian bekerjasama

dengan beberapa Lembaga pendidikan Islam sperti Al-Irsyad, Al-Falah

dan lain-lain membentuk Konsorsium pendidikan Islam. Yayasan Dana

Sosisl Al-Falah Surabaya berperan dalam pendanaan peningkatan mutu

pendidikan Islam. Pembentukan Konsorsium Pendidikan Islam ini

bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga pendidikan

(45)

Lembaga

Pendidikan

Islam

terutama

pengajar-pengajar

untuk

meningkatkan kualitas individu, kualitas manajemen administrasi dan

mutu pendidikan.

78

2. Jatim Mengajar

Jatim Mengajar adalah hasil kerjasama antara Yayasan Dana

Sosial Al-Falah Surabaya dengan Universita Negri Surabaya untuk

mengirim guru-guru muda ke beberapa pelosok wilayah di jawa Timur.

Gagasan ini muncul bukan tanpa sebab. Beberapa masalah pendidikan

terutama di plosok Jawa Timur menjadi alasannya, seperti kurangnya

tenaga pendidik, kualitas pendidik dan penerimaan pendidikan yang

kurang merata terutama bagi mereka yang berada di wilayah terpencil di

Jawa Timur. Jawa Timur dikenal sebagai wilayah yang sangat luas dengan

masyarakatnya yang beraneka ragam kebudayaan. Namun bukan berarti

tidak ada permasalahan didalamnya. Untuk memperbaiki masalah-masalah

tersebut pendidikan menjadi prioritasnya karena dengan pendidikan

generasi-generasi baru dapat lahir dengan baik dalam segi moral serta

intelektual.

79

Jatim Mengajar diharapkan dapat menjadi media dakwah untuk

memberi pemahaman serta pendidikan tentang ajaran Islam. Guru-guru

peserta Jatim Mengajar tidak hanya memiliki kemapuan dibidang

akademik, mereka juga harus memiliki kemampuan yang baik dibidang

agama Islam, karena dari merekalah generasi-generasi baru akan dibentuk.

78

Yasayan Dana Sosial Al-Falah,10 Tahun YDSF Menyatukan Wawasan dan Gerak Umat Islam, 56.

79

(46)

Mereka yang menjadi peserta Jatim Mengajar bukan hanya menjadi

seorang pendidik tetapi juga sebagai da’i yang diharapkan dapat

menyelesaikan persoalan di beberapa plosok Jawa Timur. Program ini

telah berjalan selama empat periode dan satu periodenya berlangsung

selama satu tahun. Berikut wilayah penyebaran Jatim Mengajar :

Tabel 4.1

Wilayah penyebaran pengajar Jatim Mengajar tahun 2013-2016

NO

Tahun

Wilayah

1

2013

SDN Sendang, Ponorogo.

SDN 7 Baosan Kidul, Ponorogo.

SDN 2 Mrayan, Ngrayun, Ponorogo

SDN Batok 5 Gemarang Madiun

SDN Bodang 03, Kare, Madiun

Sambeng SDN Jati Pandak, Lamongan

2

2014

SDN Sendang, Ponorogo

SDN Kedung Banjar, Lamongan

MINU 29 Dedawan Tambak, Bawean Gresik

MI Miftahul Huda Kokop, Bangkalan

MI Nurul Hidayah Gedinglaok, Sampang

MI Tajul Ulum Mandangin, Sampang

SDN 2 Sarongan, Banyuwangi

[image:46.595.130.512.230.746.2]
(47)

MI Miftahul Huda Kokop, Bangkalan

MI Nurul Hidayah Gedinglaok, Sampang

MI Tajul Ulum Mandangin, Sampang

SDN 2 Sarongan, Banyuwangi

4

2016

MINU 29 Dedawan Tambak, Bawean Gresik

MI Miftahul Huda Kokop, Bangkalan

MI Nurul Hidayah Gedinglaok, Sampang

MI Tajul Ulum Mandangin, Sampang

Sumber :

30 Tahun YDSF 1987-2017 Inspirasi Untuk Negeri.

B. Kontribusi Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya di Bidang Sosial

Salah satu bidang garap atau program yang dimiliki oleh Yayasan

Dana Sosial Al-Falah adalah bidang Yatim, mulai dari bantuan fisik untuk

rumah yatim hingga beasiswa bagi anak-anak yatim. Gagasan yang mucul

dengan adanya program ini adalah Panti asuhan Yatim Modal (PAIM). Panti

asuhan adalah sebuah tempat untuk merawat dan memelihara anak-anak yatim

serta yatim piatu. Untuk meningkatkan kualitas panti asuhan muncullah

gagasan tersebut.

Untuk merealisasikannya Yayasan Dana Sosisl Al-Falah Surabaya

memiliki program yang bekerjasama dengan beberapa panti asuhan yang

berada di wilayah Surabaya. Mereka berkumpul dan menyepakati

terbentuknya lembaga yang sampai saat ini dikenal dengan Badan Kerjasama

Panti Asuhan Islam Surabaya (BKSPAIS). BKPAIS terbentuk pada 15

(48)

pemerintah untuk membangun masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

Yayasan Dana Sosisl Al-Falah Surabaya sebagai mitra BKSPAIS bertugas

membantu pendanaan guna terlaksanya kegiatan-kegiatan didalamnya.

80

Sejak awal dibentuknya BKPAIS pada tahun 1991, Yayasan Dana

Sosial Al-Falah Surabaya sudah ikut membantu pendanaan program-program

yang dibuat.

81

Program Panti asuhan Yatim Modal (PAIM) diadakan di tiga

kota yaitu Sidoarjo, Surabaya dan Gresik. Tiga kota ini kemudian akan di

jadikan percontohan Panti Asuhan Model Islam yang akan dikembangkan

nantinya di Jawa Timur. Latar belakang dibuatnya Panti Asuhan Model ini

adalah banyaknya panti asuhan terutama panti asuhan Islam yang memiliki

kualitas buruk dalam hal fisik bangunan, sarana prasarana, menejemen

organisasi maupun pengasuhnya.

82

Masalah-masalah inilah yang mebuat

Yayasan Dana Sosial Al-Falah merasa perlu melakukan pembenahan dan

menjadikan panti asuhan Islam lebih layak dalam segala hal.

Program Panti Asuhan Model Islam dibagi kedalam dua kegiatan.

Pertama adalah pelatihan pemberdayaan dalam tiga aspek yaitu, budaya bersih

rapi, kewirausahaan dan menejemen pengasuhan. Kedua, memebrikan

pelatihan

supervise coach

MONEVECOCON 4in1

(Monitoring, Evaluatting,

Coaching, Consultating).

Pelatihan ini menjadi factor penentu keberhasilan

penerapan materi. Program lain juga dilakukan untuk membantu panti asuhan

yang sarana dan prasarananya kurang memadai juga memberi beasiswa pada

80

Yasayan Dana Sosial Al-Falah,10 Tahun YDSF Menyatukan Wawasan dan Gerak Umat Islam, 54.

81

Eko Agus Setiawan,Wawancara,Surabaya, 1 Maret 2017.

82

(49)
[image:49.595.134.516.229.678.2]

siswa yang berada di panti asuhan. Berikut daftar Panti Asuhan Islam Model

(PAIM) :

Table 4.2

Panti Asuhan Islam Model tahun 2015-2016

NO

Tahun

Wilayah

Panti Asuhan Islam Model (PAIM)

1

2015-2016

Surabaya

PAIM Muhammadiyah Putat Jaya

PAIM Al-Hidayah Mabrur

PAIM Islamadina

PAIM BJ Habibie

PAIM Putri Aisyiyah II

2

2016

Sidoarjo

PAIM Nurul Fath

PAIM Aisyiyah

PAIM Al-Ikhlas

PAIM Mizan Amal

PAIM Nurul Azhar

3

2016

Gresik

PAIM Nurul Jannah

PAIM Al-Amin

PAIM Muhammadiyah

PAIM Raudlotul Yatim

PAIM Al-Muhajirin

(50)

C. Kontribusi Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya di Bidang Dakwah

Tujuan dakwah pada dasarnya adalah terwujudnya masyarakat Islam

yang memiliki tatanan hidup yang baik, adil, makmur dan sejahtera dan

dilimpahi rahmat oleh Allah. Tujuan ini pula yang mendasari Yayasan Dana

Sosisl Al-Falah Surabaya memiliki fokus terhadap dakwah. Tentu dakwah

beraneka ragam caranya. Yayasan Dana Sosisl Al-Falah Surabaya membantu

terlaksananya program-program dakwah islamiyah di Indonesia.

Semua program yang dibantu oleh Yayasan Dana Sosial Al-Falah

Surabaya tidak lepas dari tujuan untuk berdakwah. Semua kegiatan dilakukan

demi membantu umat Islam yang mengalami ketertinggalan di hamper semua

bidang. Umat Islam memang banyak memiliki agenda dakwah yang sangat

baik naun dalam pelaksanaanya terkendala bahkan terbengkalai karena

minimya dana yang dimiliki. Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya

mencoba untuk memudahkan usaha-usaha tersebut. Berikut beberapa

kontribusi Yayasan Dana Sosisl Al-Falah Surabaya di bidang pendidikan :

1.

Da’i Daerah (Pedesaan)

Pada tahun 1988 Yayasan Dana Sosisl Al-Falah Surabaya sudah

menyalurkan dana dari para donatur untuk bidang dakwah. Salah satu

program yang di gagas oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)

perwakilan Jawa Timur bekerjasama dengan Yayasan Dana Sosisl

Al-Falah Surabaya adalah penugasan da’i ke beberapa wilayah di pelosok

Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas serta kemampuan da’i dilakukan

(51)

kemampuan berorganisasi. Para da’i juga dapat memban

tu menyelesaikan

masalah-masalah sosial di daerah tempat mereka berdakwah. Dari para

da’i ini pula akan diketahui kondisi masyarakat diwilayah mereka

berdakwah dengan begitu bantuan dapat disalurkan ke wilayah tersebut.

Berikut table daftar sebaran wilayah

da’i pedesaan Yayasan Dana Sosisl

Al-Falah tahun 1988-2016:

Table 4.3

S

ebaran wilayah da’i pedesaan Yayasan Dana

Sosisl Al-Falah tahun

1988-2016

NO

Wilayah

Jumlah Da’i

1

Bojonegoro

2 Da’i

2

Tuban

5 Da’i

3

Nganjuk

4 Da’i

4

Jombang

6 Da’i

5

Mojokerto

2 Da’i

6

Lamongan

8 Da’i

7

Gresik

2 Da’i

8

Bangkalan

1 Da’i

9

Pamekasan

1 Da’i

10

Sumenep

1 Da’i

11

Surabaya

3 Da’i

[image:51.595.133.517.241.735.2]
(52)

13

Pasuruan

4 Da’i

14

Probolinggo

2 Da’i

15

Situbondo

1 Da’i

16

Banyuwangi

2 Da’i

17

Bondowoso

1 Da’i

18

Jember

3 Da’i

19

Lumajang

4 Da’i

20

Malang

4 Da’i

21

Blitar

6 Da’i

22

Tulungagung

2 Da’i

23

Trenggalek

3 Da’i

24

Kediri

4 Da’i

25

Ponorogo

1 Da’i

26

Magetan

3 Da’i

27

Pacitan

1 Da’i

28

Magelang

1 Da’i

29

Bali

2 Da’i

30

Sragen

1

Da’i

Sumber : Arsip Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya

2. Kaderisasi Ulama

Program kaderisasi ulama merupakan program yang diadakan

(53)

Surabaya yang bertujuan untuk menciptakan cendekiawan muslim yang

mampu menguasai serta mengatasi masalah-masalah kontemporer.

Program ini muncul untuk menjawab tantangan zaman. Umat Islam

memiliki tantangan yang sangat besar mulai dari gerakan radikal,

kristenisasi sampai budaya barat yang dapat merusak generasi bangsa.

Program ini dilaksanakan di kampus Universitas Darussalam Gontor

selama 6 bulan. Berikut daftar sebaran daerah peserta Kaderisasi Ulama

Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya bekerjasama dengan Pondok

Modern Darussalam Gontor dan Majelis Ulama Indonesia sebagai berikut:

Table 4.4

Sebaran daerah peserta Kaderisasi Ulama Yayasan Dana Sosial Al-Falah

Surabaya tahun 2014-2016

No

Tahun

Wilayah

Peserta

1

2014

Aceh

Sumatra Utara

Kalimantan Timur

Jakarta

Sumatra Selatan

Jawa Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

NTB

1

1

1

2

2

5

5

12

[image:53.595.136.510.267.734.2]
(54)

2

2015

Aceh

Sumatra Utara

Kalimantan Selatan

Jawa Barat

Yogyakarta

Jawa Tengah

Jawa Timur

NTB

1

1

3

6

2

2

9

1

3

2016

Aceh

Riau

Kalimantan Selatan

Bengkulu

Lampung

Sumatra Selatan

Jawa Barat

Yogyakarta

Jawa Tengah

Jawa Timur

1

2

2

2

1

1

4

1

4

4

Sumber : Arsip Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya

3.

Pembinaan Guru Tugas dan Da’i

Tidak hanya bekerjasama dengan Pondok Modern Darussalam

(55)

Pesantren Sidogiri dalam program pembinaan dan pelatihan da’i yang

nantinya akan disebar di beberapa wilayah di Indonesia. Para da’i

Gambar

                                    Tabel 4.1
Table 4.2
                  Table 4.3
                                    Table 4.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bagian dari anak bangsa, Lembaga kajian Pelopor Maritim (PORMAR) Indonesia, adalah sebuah lembaga kajian di bidang maritim yang beranggotakan para pakar, praktisi,

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul Hubungan Konsep

(B - S) Salah satu syarat mengikuti perjamuan kudus adalah percaya bahwa korban Tuhan Yesus telah menebus dosa kita.. (B - S) Kita mengikuti perjamuan kudus karena

Permasalahan yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya rekonstruksi tentang biografi tokoh (Syekh Burhanuddin) dan kiprahnya dalam mengembangkan

Tidak terdapat atau tidak pernah terjadi penyimpangan / kecurangan Internal BPR yang dilakukan oleh para pegawai Bank, baik yang berkaitan dengan simpanan dana

Penelitian ini bertujuan mnegetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen pada minimarket Super Daily Mart Betung yang dilakukan dengan cara

Pada Instagram, komodifikasi pekerja dalam proses produksi dapat dilihat pada akun pemilik produk atau pemegang merek ambasador, sebagaimana juga dapat dilihat pada akun Instagram

telah dibuat dan mengadakan penilaian untuk mengetahui keterampilan siswa dalam Merinci bagian-bagian struktur teks Laporan Hasil Observasi. Dari hasil observasi