• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KABUPATEN ACEH SINGKIL. Kabupaten Aceh Singkil, H. Makmur Syahputra, SH MM dilakukan di Jakarta pada tanggal 27

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KABUPATEN ACEH SINGKIL. Kabupaten Aceh Singkil, H. Makmur Syahputra, SH MM dilakukan di Jakarta pada tanggal 27"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KABUPATEN ACEH SINGKIL 2.1 Sistem Pemerintahan Aceh Singkil

Berdasarkan UU No. 14 Tahun 1999 yang dikeluarkan pada tanggal 20 April 1999 maka wilayah Singkil resmi menjadi Kabupaten Aceh singkil dan pelantikan Bupati pertama Kabupaten Aceh Singkil, H. Makmur Syahputra, SH MM dilakukan di Jakarta pada tanggal 27 April 1999 oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. Dengan demikian, maka Kabupaten Aceh Singkil telah memiliki pemerintahan dan daerah otonomi sendiri. Wilayah Kabupaten Aceh Singkil yang cukup luas ini dijalankan dengan menggunakan sistem pemerintahan yang berlaku di Indonesia. Yaitu sistem Pemerintahan yang dipimpin oleh Bupati dan dibantu oleh seorang wakil Bupati. Dan untuk pemberdayaan aparatur daerah nya diangkat seorang Sekretaris Daerah yang berasal dari lingkungan Pegawai Negeri Sipil.

2.2 Sejarah Kabupaten Aceh Singkil

Kabupaten Aceh Singkil terbentuk pada tahun 1999 yaitu dengan keluarnya Undang-Undang No.14 tahun 1999 tanggal 27 April 1999. Letak geografis Kabupaten Aceh Singkil berada pada posisi 2002‟-2027‟30” Lintang Utara dan 97004‟-97045‟00” Bujur Timur. Kabupaten Aceh Singkil memiliki batas wilayah administrasi yang meliputi sebelah Utara berbatasan dengan KotaSubulussalam, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia,sebelah Timur berbatasan dengan Pripinsi Sumatra Utara dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Trumon Kabupaten Aceh Selatan. Dengan luas daerah 1.857,88 Km2 membagi Kabupaten Aceh Singkil kedalam 11 Kecamatan, 16 Mukim, dan 120 Desa Kabupaten ini terdiri dari dua wilayah yakni daratan dankepulauan.

(2)

Bermula pada tahun 1956 di Jakarta, seorang anggota DPR. R.I. putra Meukek Aceh Selatan yang bernama Alm. Almelz abang kandung Amran Zamzami menyampaikan kepada mantan Wedana pertama Wilayah Singkil yaitu Bapak A. Mufti AS dan tokoh masyarakat Wilayah Singkil yaitu Bapak Anhar Muhammad Hosen, bahwa dilihat dari segi Historis, Geografis, Ekonomi Kebudayaan dan Politis, serta aset yang dimiliki Kewedanaan Singkil sudah sepantasnya statusnya ditingkatkan menjadi Kabupaten. Dengan dibantu oleh beberapa Seksi PAPKOS terus bekerja dengan tujuan untuk memperjuangkan daerah Kewedanaan Singkil ditingkatkan statusnya menjadi Kabupaten Otonomi Tingkat II dalam Lingkungan Propinsi Otonomi Aceh. Berbagai strategi disusun dan delegasi demi delegasi diutus ke Tapaktuan, Banda Aceh dan Jakarta. Sangat disayangkan baru beberapa waktu panitia bergerak, timbul gejolak politik yaitu dengan terjadinya pemberontakan di daerah-daerah di Indonesia, panitia tidak bisa bekerja secara maksimal sehingga usaha ke arah peningkatan status Singkil ini tersendat-sendat. Pada tahun 1964 digelar musyawarah masyarakat Wilayah Singkil I di Balai Syekh Abdurrauf Singkil, pesertanya adalah tokoh-tokoh masyarakat Wilayah Singkil baik yang berada di Wilayah Singkil sendiri, maupun dari luar daerah, seperti : Jakarta, Medan, Banda Aceh, Tapaktuan, Sibolga dan lain-lain.

Seterusnya proses peningkatan status Wilayah Singkil ditangani oleh Pemerintahan Makmursyah Putra SH, sebagai Kepala Perwakilan Kabupaten Aceh Selatan di Singkil bersama rakyat. Panitia menggelar pertemuan- pertemuan dan seminar-seminar di Singkil, Tim mulai dari Tk II, Tk I sampai Tim Pusatpun berdatangan ke Singkil untuk menghimpun berbagai masukan, bahkan berkali-kali Komisi II DPR-RI juga datang ke Singkil, kedatangan terakhir yang di Ketuai oleh Faisal Basri merupakan kunjungan yang sangat menentukan terwujudnya Kabupaten Aceh Singkil. Rakyat Singkil menyambut komisi ini dengan gembira dengan menampilkan

(3)

pagelaran Adat dan Kesenian Daerah Singkil dengan meriah. Akhirnya perjuangan masyarakat Singkil menjadi kenyataan dengan keluarnya U.U. No. 14 tahun 1999 tanggal 20 April 1999 dengan resmi Wilayah Singkil menjadi Kabupaten Aceh Singkil dan sebagai Bupati pertama Makmursyah Putra, SH. Pelantikan Bupati dilakukan di Jakarta pada tanggal 27 April 1999 oleh Meteri Dalam Negeri. Peresmian Kabupaten Aceh Singkil dilakukan oleh Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Aceh (Bapak Prof. DR. Syamsuddin Mahmud) pada tanggal 14 Mei 1999 di lapangan Daulat Singkil yang dihadiri oleh Masyarakat Singkil yang berada di Singkil dan yang berasal dari perantauan tumpah ruah penuh kebahagiaan dan keharuan. Raut wajah Rakyat Wilayah Singkil yang menghadiri acara peresmian tersebut terpancar perasaan puas, bangga serta bahagia. Tulisan ini merupakan hasil perbaikan pada tulisan yang sama yang dimuat pada edisi sebelumnya setelah mendapat saran-saran dan masukan masukan dari berbagai sumber lainnya. (sumber, badan pusat statistic aceh singkil tgl 29 agt 2016, 16:00).

Sejarah dan perkembangan suku bangsa Aceh juga menarik perhatian para antropolog. Kebudayaan Aceh ini banyak dipengaruhi oleh budaya-budaya melayu, karena letak Aceh yang strategis karena merupakan jalur perdagangan maka masuklah kebudayaan Timur Tengah. Beberapa budaya yang ada sekarang adalah hasil dari akulturasi antara budaya melayu, Timur Tengah dan Aceh sendiri. Suku bangsa yang mendiami Aceh merupakan keturunan orang-orang melayu dan Timur Tengah hal ini menyebabkan wajah-wajah orang Aceh berbeda dengan orang Indonesia yang berada di lain wilayah. Sistem kemasyarakatan suku bangsa Aceh, Sistem kekerabatan masyarakat Aceh mengenal Wali, Karong dan Kaom yang merupakan bagian dari sistem kekerabatan.

Sistem Kemasyarakatan di Aceh memiliki bentuk kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong (kampung atau desa) yang dikepalai oleh seorang geucik atau kecik. Dalam

(4)

setiap gampong ada sebuah meunasah (madrasah) yang dipimpin seorang imeum meunasah. Kumpulan dari beberapa gampong disebut mukim yang dipimpin oleh seorang uleebalang, yaitu para panglima yang berjasa kepada sultan. Kehidupan sosial dan keagamaan di setiap gampong dipimpin oleh pemuka-pemuka adat dan agama, seperti imeum meunasah, teungku khatib,tengku bile, dan tuha peut (penasehat adat).

Masyarakat Gayo hidup dalam komuniti kecil yang disebut kampong. Setiap kampong dikepalai oleh seorang gecik. Kumpulan beberapa kampung disebut kemukiman, yang dipimpin oleh mukim. Sistem pemerintahan tradisional berupa unsur kepemimpinan yang disebut sarak opat. Pada masa sekarang beberapa buah kemukiman merupakan bagian dari kecamatan, dengan unsur-unsur kepemimpinan terdiri atas: gecik, wakil gecik, imeum, dan cerdik pandai yang mewakili rakyat.

Sejak disahkannya Qanun No.4 Tahun 2003 tentang Mukim, sebagai tindak lanjut dari UU No.44 Tahun 1999 dan UU No.18 Tahun 2003, hingga saat ini belum terjadi perubahan sebagaimana mestinya, khususnya dalam upaya penguatan kelembagaan mukim. Penulisan istilah “mukim” juga belum sesuai dengan amanah UU dan sejarah lahirnya lembaga mukim. Akibatnya, penggunaan sebutan “kemukiman” untuk menunjukkan wilayah dan lembaga mukim begitu meluas, tanpa ada upaya untuk meluruskannya. Dalam qanun kabupaten/kota itu disebutkan, mukim adalah kesatuan masyarakat hukum di bawah kecamatan yang terdiri atas gabungan beberapa gampong (desa) yang mempunyai batas wilayah tertentu yang dipimpin oleh imeum mukim (kepala mukim) dan berkedudukan langsung di bawah camat. Namun tidak satu poin pun yang menjelaskan makna kata “kemukiman”. Walaupun dalam qanun kabupaten tersebut terdapat beberapa kata “kemukiman”. Dalam perkembangannya kemudian, istilah mukim di Aceh mengalami penukaran makna dari arti yang sebenarnya. Istilah mukim kemudian

(5)

menjadi sebuah konsep untuk menerangkan ruang fisik dari sesuatu kawasan yang terdiri dari beberapa gampong yang memiliki satu masjid bersama. Istilah mukim adakalanya merujuk kepada seseorang yang sedang menjabat sebagai pemimpin mukim. Menurut penulis, penggunaan/penulisan “kemukiman” untuk wilayah dan lembaga mukim, kemungkinan besar terpengaruh oleh pola penulisan yang menggunakan imbuhan awalan “ke” dan akhiran “an” dalam Bahasa Indonesia. Khususnya dalam pola pengembangan sebutan jabatan dan wilayah yang jadi lingkup jabatannya. Contoh: “Sultan”sebagai pemimpin negeri atau kerajaan, untuk wilayah kekuasaannya tinggal ditambah awalan “ke” dan akhiran “an” sehingga menjadi kesultanan. Contoh lain: pada masa sebelum kolonial, di Jawa Barat, di bawah Bupati (adipati) terdapat pegawai-pegawai yang diberi tugas untuk memungut pajak. Daerah penarikan pajak yang meliputi beberapa desa dikepalai oleh seorang pegawai yang dinamakan “camat”. Beberapa camat dikepalai oleh seorang yang dinamakan “cutak” (Soetardjo 1984:381)”. Wilayah tugas dari seorang camat di Jawa Barat tersebut kemudian menjadi cikal bakal sebutan kecamatan.

Jika merujuk kepada pola tersebut, penggunaan istilah “kemukiman” juga tidak sesuai digunakan dalam konteks mukim, karena istilah mukim, bukan merujuk kepada gelar atau nama jabatan. Akan tetapi merupakan sebutan untuk sebuah wilayah, sekaligus sebagai lembaga. Sedangkan pemimpin dari sebuah wilayah mukim disebut dengan imuem mukim. Selain itu, kalau pola penyebutan “mukim menjadi kemukiman” diterapkan pada gampong, maka “gampong akan menjadi kegampongan”. Pola ini tentu saja janggal rasanya.

(6)

2.4 Letak Geografis

Kabupaten Aceh Singkil merupakansalah satu Kabupaten dari 18 kabupaten yang ada di Provinsi Aceh, yang berada di ujung selatan Provinsi Aceh di Pulau Sumatera ,yang dimekarkan dari Kabupaten Aceh Selatan, dan sebagian wilayahnya berada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Kabupaten ini terbentuk pada tahun 1999 yaitu dengan keluarnya Undang Undang No.14 tahun 1999 tanggal 27 April 1999. Letak geografis Kabupaten Aceh Singkil berada pada posisi 2002‟-2027‟30” Lintang Utara dan 97004‟-97045‟00” Bujur Timur. Kabupaten Aceh Singkil memiliki batas wilayah administrasiyang meliputi sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia,sebelah Timur berbatasan dengan Pripinsi Sumatra Utara dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Trumon Kabupaten Aceh Selatan. Dengan luas daerah 2.187 Km2 membagi Kabupaten Aceh Singkil kedalam 11 Kecamatan, 16 Mukim, dan 120 Desa. Kabupaten ini terdiri dari dua wilayah, yakni daratan dan kepulauan. Kepulauan yang menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Singkil adalah Kepulauan Banyak. Singkil Utara mempunyai luas wilayah terluas yaitu 441 km2 atau 20,16 persen dari luas wilayah kabupaten. Kemudian diikuti oleh Kecamatan Danau Paris 338 km2 atau 15,45 pesen. Sedangkan 8 (delapan) kecamatan lainnya secara

(7)

berurutan yaitu Singkil, Simpang Kanan, Gunung Meriah, Suro, Pulau Banyak,Kuala Baru, Kota Baharu, dan Singkohor mempunyai luas wilayah masing masing dari keseluruhan luas wilayah Aceh Singil. (www.acehsingkilkab.go.id tgl, 30 Agt 2016, 09:0

2.5 Keadaan Jumlah Penduduk

Kabupaten Aceh Singkil terbagi dalam 10 Kecamatan, 15 Mukim dan 117 Desa atau Kelurahan dan memiliki jumlah penduduk sebesar 102.804 jiwa pada tahun 2008 menurut data Badan Pusat Statistik kabupaten Aceh Singkil. Jumlah penduduk tersebut terjadi persebaran di setiap Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh Singkil dan dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 1. Jumlah Penduduk Perkecamatan

No Nama Kecamatan Jumlah

Penduduk

Persentase Penyebaran Penduduk / Kecamatan 1 Pulau Banyak 6.469 6,32% 2 Singkil 16.868 16.41% 3 Singkil Utara 8.624 8.39% 4 Kuala Baru 2.404 2.34% 5 Simpang Kanan 13.775 13.40% 6 Gunung Meriah 31.055 30.21% 7 Danau Paris 5.599 5.45% 8 Suro Makmur 7.734 7.52% 9 Singkohor 5.026 4.89% 10 Kota Baharu 5.223 5.08% Jumlah 102.804 -

(8)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persebaran penduduk paling banyak berada di Kecamatan Gunung Meriah yang memiliki jumlah penduduk sebesar 31.775 jiwa. Hal ini disebabkan karena Kecamatan Gunung Meriah secara umum dapat dikatakan sebagai sentra bisnis di kawasan Kabupaten Aceh Singkil. Dan pusat pemerintahan kabupaten Aceh Singkil berada di Kota Singkil yang juga merupakan Ibukota dari Kabupaten Aceh Singkil. Dipilihnya Singkil sebagai Ibukota dianggap tepat karena ditinjau dari letaknya yang merupakan daerah pesisir sehingga memungkinkan untuk mengembangkan kerjasama dengan daerah lain dalam wilayah Provinsi Aceh maupun dengan Provinsi yang berada di seluruh Pulau Sumatera. Kondisi geografis ini membuat Kabupaten Aceh Singkil merupakan salah satu Kabupaten yang mempunyai letak strategis di Provinsi Aceh.

Tabel 2, Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total

1 0-4 8.115 7.833 15.948 2 5-9 7.401 7.274 14.675 3 10-14 6.282 6.177 12.459 4 15-19 5.265 4.979. 10.244 5 20-24 4.687 4.911 9.598 6 25-29 5.109 5.289 10.389 7 30-34 4.644 4.646 9.290 8 35-39 3.814 3.646 7.460 9 40-44 3.272 2.983 6.255 10 45-49 2.466 2.328 4.794 11 50-54 1.964 1.891 3.855 12 55-59 1.475 1.321 2.796 13 60-64 846 778 1.624 14 65-69 516 514 1.130 15 70-74 353 305 748 16 75+ 380 507 887 Jumlah 56.589 55.572 112.161

(9)

Kabupaten Aceh Singkil terdiri dari sebelas kecamatan, rekapitulasi jumlah penduduk dari dinas kependudukan dan pencatatan sipil berdasarkan agama di kabupaten Aceh Singkil diketahui umat Islam 112.896 jiwa. Sedangkan Kristen 13.653 jiwa. Katolik 992 jiwa. Hindu 13 jiwa. Budha 15 jiwa dan lainya 335 jiwa.

2.6 Sarana dan Prasarana

2.6.1. pendidikan

Sistem pendidikan yang dikembangkan di Kabupaten Aceh Singkil telah sesuai dengan sistem Pendidikan Nasional berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 dengan tujuan untuk mengembangkan karakter dan peradaban masyarakat Aceh Singkil yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan masyarakat sehingga menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Peningkatan kualitas pendidikan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tangguh, dapat bersaing diera globalisasi dan mampu mendongkrak perekonomian berbasiskan masyarakat. Pembangunan sarana pendidikan di bangun di setiap wilayah dan kecamatan yang terletak di Kabupaten Aceh Singkil berupa taman bermain untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik negeri maupun swasta. Ketersediaan sarana dan prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pada tahun ajaran 2010/2011 terjadi penurunan siswa SD dari tahun ajaran sebelumnya. Demikian juga terjadi pada SMU di mana terjadi penurunan jumlah siswa. Namun,

(10)

pada jenjang pendidikan SLTP terjadi kenaikan jumlah siswa sekolah.Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf. Semakin rendah persentasenya akan menunjukkan keberhasilan program pendidikan. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) menunjukkan bahwa persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang buta huruf mengalami penurunan dengan status masih sekolah sebanyak 34,22% dan tidak bersekolah 56,77%, sedangkan yang tidak/belum pernah bersekolah sebesar 9%. Secara umum, tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Aceh Singkil untuk usia >10 yang belum/tidak tamat pendidikan dasar sekitar 42,05%, tamatan SD mencapai 24,53%, tamatan SLTP mencapai 15,74%, tamatan SMU 13,32% dan tamatan Universitas mencapai 4,36%.

Tabel 3 Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia Dikabupaten Aceh Singkil Nama Kecamatan Jumlah Sarana Pendidikan Umum Agama

SD SMP SMA SMK MI MTS MA

Pulau banyak 4 1 1 0 1 0 0 - -

Pulau banyak barat 3 2 0 0 0 0 0 - -

Singkil 1 7 5 1 0 2 1 - - Singkil utara 8 3 1 1 1 0 1 - - Kuala Baru 3 1 0 1 0 0 0 - - Simpang Kanan 13 5 1 1 1 1 1 - - Gunung Meriah 24 9 3 1 1 3 1 - - Danau Paris 74 1 0 0 0 0 0 - - Suro 12 3 1 0 0 0 1 - - Singkohor 6 2 1 0 1 0 1 - - Kota Baharu 10 2 1 0 0 0 0 - -

Kab. Aceh Singkil 10 7

37 11 4 6 6 6 - -

(11)

2.6.2. Sarana Peribadahan

Tempat ibadah yang ada di kabupaten Aceh Singkil berdasar kan izin bagunan pengamatan penulis ke lapangan yaitu sebagai berikut : kabupaten singkil memiliki 18 masjid,singkil utara 12 mesjid, Gunung Meriah memiliki 45 mesjid 2 gereja yaitu gereja GKPP yang berada di Kota Karangan dan HKI yang berada di Suka Makmur Kecamatan Gunung meriah, Simpang Kanan memiliki 13 mesjid Singkohor memiliki 22 mesjid, Kuta Baharu memiliki 19 mesjid, Suro memiliki 19 mesjid, Danau Paris memiliki 18 mesjid dan memiliki 5 gereja yaitu Undung undung berada di desa situbuh-tubuh, Undung-undung didesa Napagaluh, Pambi didesa Napagaluh, Kharismatik didesa Sikoran, dan Pambi didesa Situbuh-tubuh Kuala Baru memiliki 3 masjid, Pulau Banyak memiliki 6 mesjid dan pulau banyak barat memiliki 1 mesjid dan 1 Undung-undung di desa Ujung Sialit

Tabel 4. Jumlah Sarana Peribadahan

No Kecamatan Sarana Peribadahan

Mesjid Gereja 1 Singkil 18 0 2 Singkil Utara 12 0 3 Gunung Meriah 45 2 4 Simpang Kanan 13 0 5 Singkohor 22 0 6 Kuta Baharu 19 0 7 Suro 19 0 8 Danau Paris 18 5 9 Kuala Baru 3 0 10 Pulau Banyak 6 1

(12)

Undung-undung adalah bagunan yang berbentuk dan fungsinya menyerupai bagunan langgar atau mushola. Menurut masasyarakat setempat sepenuhnya belum memahami apa yang menjadi criteria undung-undung yang berfungsi sebagai rumah ibadah. Megigat belum ada criteria yang jelas dari pemerintah pusat. Istilah undung-undung ini haynya ada di Aceh Singkil, dan tidak di kenal di luar aceh. Kata orang tertua Singkil undung-undung iyalah sebuah pondok kecil di tengah sawah untuk menjaga padi di sawah agar tidak di makan burung.

2.6.3. Sarana Wisata Kabupaten Aceh Singkil: 1) Pantai Cemara Indah

2) Air Terjun Lae Petal 3) Danau Cingkam 4) Pulau Bengkuru 5) Ujong Lolok 6) Pulau Tailana 7) Rawa Singkil 2.6.4. Kesehatan

Mempertimbangkan bahwa pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian yang sangat penting bagi peningkatan Sumber Daya Manusia penduduk Indonesia, maka program- program kesehatan lebih diprioritaskan pada calon bayi dan anak di bawah 5 tahun (balita). Pentingnya pembangunan ini tercermin dari deklarasi MDGs yang mana lebih sepertiga indicator menyangkut bidang kesehatan. Program kesehatan yang telah berjalan selama ini menunjukkan pertumbuhan dan kesehatan bayi yang sangat baik. Persentase balita yang mendapatkan asupan Air Susu Ibu (ASI) mencapai 94,33%. Hal ini berkaitan dengan adanya pengetahuan ibu

(13)

terhadap pentingnya ASI bagi bayi. Dari hasil SUSENAS 2011 menunjukkan masih ditemuinya balita yang disusui <6 bulan mencapai 9,63% sedangkan balita yang disusui selama 12-17 bulan mencapai 32,12%. Program pemberian kekebalan tubuh melalui imunisasi lengkap <1 tahun merupakan cara efektif untuk mencegah kesakitan (morbidity) dan kematian balita seperti imunisasi campak yang diberikan setelah imunisasi BCG, DPT dan Polio dengan persentase balita yang telah mendapat imunisasi campak mencapai 69,28%. Untuk sarana kesehatan telah terdapat Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) sebanyak 11 unit yang tersebar di seluruh kecamatan, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (PUSTU), Poliklinik/Praktek Dokter, Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta.

Tabel 5 Banyaknya Fasilitas Kesehatan Di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2012-2014 Tahun Rumah Sakit Rumah Bersalin Puskesmas Posyan du Klinik / Balai Kesehatan Poskesdes 2012 1 1 11 178 5 36 2013 1 1 11 178 5 39 2014 1 1 11 206 5 39

(14)

Tabel 6 Banyaknya Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling Dan Posyandu Diperinci Per Kecamatan Dalam Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014

No Kecamatan Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Posyandu 1 Pulau Banyak 1 1 6

2 Pulau Bnayak barat 2 1 4

3 Singkil 3 3 36 4 Singkil Utara 2 2 16 5 Kuala Baru 0 1 4 6 Simpang kanan 4 2 32 7 Gunung Meriah 6 2 54 8 Danau Paris 3 2 19 9 Suro 3 2 19 10 Singkohor 3 2 7 11 Kota Baharu 3 2 13 Jumlah 30 20 206

Gambar

Tabel 1. Jumlah Penduduk Perkecamatan
Tabel 3 Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia Dikabupaten Aceh Singkil
Tabel 4. Jumlah Sarana Peribadahan
Tabel  6  Banyaknya  Puskesmas  Pembantu,  Puskesmas  Keliling  Dan  Posyandu  Diperinci  Per Kecamatan Dalam Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

Konflik yang terjadi antara dua orang atau lebih dengan nilai, tujuan dan.. keyakinan

% handles structure with handles and user data (see GUIDATA) % varargin command line arguments to home (see VARARGIN) set(imshow('D:\Unair\Bem SainTek\Logo\images2.jpeg'));

Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan suatu program pelayanan yang diperuntukan bagi siswa baik yang

e.Dokumen LMKB/LMKBK/LMHHOK Organisasi telah memiliki Laporan Mutasi Kayu Bulat and Laporan Mutasi Hasil Hutan Olahan Kayu sebagai balance proses produksi dan sesuai

Dapat dilihat dari nilai bahwa parameter laju perpindahan penyakit antar individu rentan dan terinfeksi yang berasal dari wilayah yang sama merupakan parameter yang paling

Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang di bidang keuangan negara, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003

Data kecelakaan kerja di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu dalam sepanjang tiga tahun terakhir terjadi penurunan jumlah kecelakaan kerja dari Tahun 2014

Berdasarkan tabel 6 a dan b dapat diketahui bahwa rata-rata nilai tingklat pengetahuan tentang dismenorea pada siswi kelas VIII sebagai kelompok eksperimen sebelum diberikan