• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TEKNIS KEGIATAN KAJIAN SOSIAL EKONOMI PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TEKNIS KEGIATAN KAJIAN SOSIAL EKONOMI PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TEKNIS KEGIATAN

KAJIAN SOSIAL EKONOMI PENGEMBANGAN

DAN PEMANFAATAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

DI SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan

2013

(2)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

i LAPORAN AKHIR TAHUN

PENELITIAN TA. 2013

KAJIAN SOSIAL EKONOMI PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN

Dr. Siti Hajar Suryawati Rizky Muhartono, M.Si.

Mira, M.Si. Estu Sri Luhur, S.E. Novianti Trisaka Bualangi, S.Kom.

BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2013

(3)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

ii LEMBAR PENGESAHAN

Lembaga Riset : Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Judul Proposal : Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor Kelautan dan Perikanan

Judul Kegiatan : Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor Kelautan dan Perikanan

Status : Lanjutan

Pagu Anggaran (Rp) : Rp 367.600.000,-

(tiga ratus enam puluh tujuh juta enam ratus ribu rupiah)

Tahun Anggaran : 2013

Penanggungjawab

Proposal/Kegiatan : Dr. Siti Hajar Suryawati NIP. 19770812 200212 2 002 Wakil Penanggungjawab : Rizky Muhartono, M.Si

NIP. 19801005 200502 1 001

Jakarta, Desember 2013 Penanggung Jawab Kegiatan

Dr. Siti Hajar Suryawati NIP. 19770812 200212 2 002

Wakil Penanggung Jawab

Rizky Muhartono, M.Si NIP. 19801005 200502 1 001 Mengetahui,

Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Indra Sakti, S.E., M.M. NIP. 19620507 198903 1 001

(4)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

iii RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN

BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN

1. JUDUL KEGIATAN : Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor Kelautan dan Perikanan

2. SUMBER ANGGARAN : APBN 2013

3. STATUS PENELITIAN :  Baru Lanjutan Ringkasan hasil penelitian sebelumnya:

Potensi berbagai jenis energi laut yang meliputi gelombang laut, pasang surut, arus laut, perbedaan temperatur laut (OTEC), dan energi kimia bio etanol, tersedia melimpah di Indonesia namun belum dimanfaatkan secara maksimal.

Perkembangan teknologi energi laut Indonesia dan aspek ekonomisnya berbeda antara jenis satu dengan yang lainnya. Dari sisi perkembangan teknologi, energi pasang surut adalah yang paling terbelakang, disusul OTEC, biofuel, arus dan gelombang. Dari aspek ekonomisnya, energi OTEC adalah yang diduga sejauh ini paling mahal, disusul arus laut, pasang surut dan gelombang. Biaya investasi untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga arus adalah $ 256.277 dengan harga energi Rp 2.127/kwh, investasi tenaga gelombang $ 260.304 dengan harga energi Rp 1.176/kwh, investasi tenaga pasang surut $ 175.000 dengan harga energi per Rp 1.211/kwh dan investasi OTEC $ 4.000.000.000 dengan harga energi per Rp 34.210/kwh.

Peta potensi pasokan dan permintaan energi laut serta tingkat pengembangannya di wilayah pesisir / sentra-sentra perikanan telah dilakukan pada kegiatan penelitian Tahun 2012, tetapi perlu diperdalam sehingga dapat mendukung pengembangan industri KP dengan lebih baik.

Karena keterbatasan informasi detail tentang aspek operasionalisasi berbagai jenis energi laut, terutama untuk penerapannya pada sektor KP, pada saat ini pengembangan energi alternatif untuk menopang usaha-usaha perikanan hanya diprioritaskan pada tiga jenis energi yaitu baru dapat dilaksanakan untuk energi tenaga surya, angin dan air.

4. PROGRAM :

a. Komoditas : Energi

b. Bidang/Masalah :

Menurut RPJM : Daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik (kebijakan, kerja sama internasional, keutuhan wilayah, dan daerah tertinggal)

Menurut Kebijakan KKP : Peningkatan Produksi dan Produktivitas Menurut 7 Fokus

Litbang : Pengembangan Energi Laut c. Penelitian

Pengembangan : Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

d. Manajemen Penelitian : Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

e. Mendukung IKU KKP (beri tanda yang dipilih sesuai matriks)

o

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto

(5)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

iv Produksi Kelautan dan Perikanan (juta

ton), Perikanan tangkap, Perikanan budidaya, Garam rakyat

o

Luas Kawasan Konservasi Perairan (KKP) yang dikelola secara

berkelanjutan (juta ha)

o

Nilai Tukar Nelayan/ Pembudidaya Ikan

o

Jumlah pulau-pulau kecil, termasuk pulau-pulau terluar yang dikelola (pulau)

o

Tingkat Konsumsi Ikan Dalam Negeri

(kg/kapita/thn)

o

Wilayah Perairan bebas IUU Fishing dan kegiatan yang merusak SDKP (%)

o

Nilai Ekspor Komoditas Perikanan (US$ miliar)

5 OUTPUT KEGIATAN PENELITIAN : a. Target Rekomendasi yang dihasilkan

(jumlah) : 3 (tiga) buah paket rekomendasi

b. Data dan Informasi (jumlah Paket) : 1 (satu) paket data dan informasi c. Jumlah Karya Tulis Ilmiah (KTI) : 2 (dua) buah karya tulis ilmiah 6 PERKIRAAN TEMA REKOMENDASI YANG DIHASILKAN :

1.

Prioritas wilayah pengembangan dan penerapan teknologi energi laut pada sektor kelautan dan perikanan.

2.

Intervensi kebijakan optimalisasi program pengembangan masing-masing jenis energi laut.

3.

Intervensi kebijakan untuk mengoptimalkan dampak ekonomi pengembangan dan penerapan energi laut.

7 LOKASI KEGIATAN : 1) Kabupaten Gresik (Jawa Timur)

2) Kabupaten Flores Timur (Nusa Tenggara Timur)

3) Kabupaten Raja Ampat (Papua Barat) 4) Kabupaten Klungkung (Bali)

5) Kabupaten Bangka (Bangka Belitung)

8 PENELITI YANG TERLIBAT :

No. N a m a Pendidikan/ Jabatan Fungsional Disiplin Ilmu (Institusi)T u g a s Alokasi Waktu (OB) 1. Dr. Siti Hajar

Suryawati S3/ Peneliti Muda Lingkungan Penanggung Jawab 4 2. Rizky Muhartono,

M.Si. S2/ Peneliti Pertama Sosiologi Wakil P. Jawab 6 3. Dr. Agus Heri

Purnomo S3/ Peneliti Utama Ekonomi Sumberdaya Anggota 1 4. MIra, M.Sc. S2/ Peneliti Muda Ekonomi Wilayah &

Lingkungan Anggota 6

5 Estu Sri Luhur,

S.E. S1/ Peneliti Pertama Ekonomi Anggota 6

6 Novianti Trisaka

Bualangi, S.Kom. S1/ Non Kelas Komputer PUMK 4

(6)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

v 9. TUJUAN

1. Melakukan karakterisasi sosial ekonomi masyarakat di wilayah-wilayah yang berpotensi sebagai pengguna energi laut.

2. Melakukan analisis kelembagaan pengembangan energi laut untuk masyarakat kelautan dan perikanan di lokasi penelitian.

3. Melakukan prioritasi wilayah berdasarkan parameter penentu pengembanganenergi laut dan analisis keberlanjutan terhadap implementasi teknologi energi laut.

10. LATAR BELAKANG :

Pertumbuhan kebutuhan akan energi listrik terkait dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini akan menambah jumlah pelanggan listrik dan menambah perkembangan berbagai sektor industri yang juga memerlukan energi listrik. Peningkatan kebutuhan listrik diprediksi tumbuh rata-rata 8,46% per tahun (Wahyudi, 2012). Akan tetapi, tingginya permintaan ini tidak dapat dipenuhi oleh penyedia pasokan listrik yang disebabkan oleh adanya permasalahan dari sisi penyedia pasokan sendiri dan masyarakat. Permasalahan dari sisi penyedia pasokan adalah adanya keterbatasan di antaranya: kapasitas pembangkit listrik pada waktu beban puncak (WBP), investasi pembangkit dan jaringan baru, energi primer dan tingginya biaya BBM yang pada tahun 2011 rata-rata naik 41% dibandingkan tahun sebelumnya (PLN, 2012). Selain itu, permasalahan yang ada di masyarakat antara lain tingginya pertumbuhan permintaan listrik, pola konsumsi yang tidak efisien dan masih rendahnya tingkat elektrifikasi nasional, yaitu sebesar 71,23% (PLN, 2012).

Permasalahan-permasalahan tersebut makin terasa oleh masyarakat, terutama masyarakat yang hidup di daerah terpencil seperti pesisir dan pulau-pulau kecil karena sulit dijangkau oleh penyedia pasokan. Hal ini menyebabkan banyaknya wilayah pulau-pulau kecil yang belum teraliri listrik. Dengan meningkatnya kebutuhan akan listrik, sarana pembangkit perlu mendapat perhatian khusus agar tidak terjadi krisis listrik terutama di wilayah pulau-pulau kecil terdepan yang memiliki nilai strategis secara politik dan ekonomi.

Listrik yang disuplai oleh PLN masih didominasi dan bergantung pada bahan bakar minyak, sedangkan pasokan minyak bumi makin menipis. Akibatnya, produksi listrik PLN makin terbatas sehingga tidak jarang terjadi pemadaman bergilir sebagai upaya untuk memeratakan distribusi listrik ke seluruh masyarakat. Fenomena ini menunjukkan bahwa suplai listrik dari penyedi pasokan makin terbatas, sementara permintaan listrik justru makin bertambah. Oleh karena itu harus dicari alternatif pemanfaatan energi terbarukan. Excess demand ini perlu dijawab dengan dukungan pemerintah melalui kebijakan perencanaan energi terkait pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan.

Berdasarkan Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), pemerintah harus memfokuskan kebijakan pada pencapaian sasaran kebijakan energi nasional yang mensyaratkan bahwa pemanfaatan minyak bumi menjadi kurang dari 20%, gas bumi menjadi lebih dari 30%, batubara menjadi lebih dari 33%, bahan bakar nabati (biofuel) menjadi lebih dari 5%, panas bumi menjadi lebih dari 5%, energi baru dan terbarukan lainnya, khususnya biomassa, nuklir, tenaga air, tenaga surya dan tenaga angin menjadi lebih dari 5%, batubara yang dicairkan (liquefied coal) menjadi lebih dari 2%. Implementasi dari Perpres tersebut pemerintah harus mulai membangun pembangkit-pembangkit tenaga listrik yang berasal dari non minyak bumi. Untuk itu, pemerintah telah menentukan arah kebijakan pengembangan energi terbarukan, termasuk energi terbarukan untuk pembangkit listrik tenaga laut. Berdasarkan arah kebijakan tersebut, pemerintah mendorong upaya eksplorasi sumberdaya energi berbasis arus, gelombang dan perbedaan temperatur air laut. Selanjutnya, pemerintah juga mengarahkan untuk meningkatkan pemanfaatan energi tersebut, baik skala industri maupun domestik di seluruh kawasan laut Indonesia yang potensial.

Dalam mengimplementasikan suatu teknologi baru perlu didahului dengan dilakukannya analisis teknososek yang secara sistematis dan mendalam menelaah setiap faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan pelaksanaan kegiatan. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk

(7)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

vi melakukan pemetaan potensi energi laut dan pemanfaatannya untuk masyarakat kelautan dan perikanan; mengkaji kelayakan teknis, sosial dan ekonomi (teknososek) serta kelembagaan dari pengembangan energi laut untuk masyarakat kelautan dan perikanan; dan menganalisis potensi dampak dan keberlanjutan terhadap implementasi teknologi energi laut. Penelitian ini sebagai bentuk dukungan BBPSEKP bagi rencana pengembangan dan pamanfaatan energi laut tersebut karena hasil penelitian akan menghasilkan tingkat kelayakan pembangunan pembangkit listrik yang bersumber dari energi laut.

11. KELUARAN

1. Karakteristik sosial ekonomi wilayah-wilayah potensial pengguna energi laut.

2. Analisis kelembagaan pengembangan energi laut untuk masyarakat kelautan dan perikanan di lokasi penelitian.

3. Wilayah prioritas pengembangan energi laut dan keberlanjutan dari implementasi pengembangan energi laut.

12. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh potensi energi baru dan terbarukan di bidang kelautan dan perikanan yang dimiliki oleh Indonesia, seperti energi gelombang, arus laut, dan pasang surut yang belum dimanfaatkan. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan merupakan prioritas nasional sebagai strategi pemerintah untuk mampu memenuhi kebutuhan energi dan merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Keberadaan energi baru dan terbarukan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek permintaan dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik karena adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi, bertambahnya penduduk, dan masih tingginya ketergantungan masyarakat pada energi berbahan fosil serta aspek penawaran dengan melihat potensi energi terbarukan di sektor kelautan dan perikanan, cadangan minyak bumi makin menipis dan terus meningkatnya harga minyak dunia.

Di sisi lain, banyak kendala yang ditemui dalam implementasi pemanfaatan energi terbarukan di bidang kelautan dan perikanan ini, diantaranya adalah tingginya biaya investasi dalam membangun pembangkit listriknya, aspek penguasaan teknologi, dan aspek sumber daya manusia yang belum siap memanfaatkan energi terbarukan ini. Diharapkan melalui pemanfaatan energi kelautan dan perikanan dapat memberikan kontribusi berupa: tersedianya pasokan listrik yang terjangkau bagi masyarakat, meningkatnya produktivitas usaha perikanan, terbukanya peluang pengembangan industri yang terkait sektor kelautan dan perikanan, terbukanya kesempatan dan lapangan kerja, meningkatnya pendapatan atau berkurangnya biaya produksi dan terwujudnya kesejahteraan masyarakat perikanan.

Berdasarkan potensi dan permasalahan tersebut maka penelitian mengenai Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor Kelautan dan Perikanan dilanjutkan pada tahun 2013 ini. Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 baru sebatas identifikasi kebutuhan energi terbarukan di bidang kelautan dan perikanan dan belum mencakup aspek kelayakan teknis, sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Untuk itu pada tahun 2013 ini, tujuan penelitian difokuskan untuk menjawab pertanyaan kelayakan sosial dan ekonomi yang dikaji dari aspek parameter penentu pengembangan energi, kelembagaan, dan keberlanjutan dari energi terbarukan di bidang kelautan dan perikanan. Pertama, aspek parameter penentu pengembangan energi akan menganalisis prioritas wilayah pengembangan energi di setiap lokasi penelitian. Kedua, aspek kelembagaan akan menganalisis manajemen dan organisasi dan aspek hukum dari energi terbarukan di bidang kelautan dan perikanan. Ketiga, aspek keberlanjutan akan menganalisis atribut-atribut keberlanjutan sebagai indikator dari kondisi dimensi masing-masing aspek, kemudian diterjemahkan dan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

(8)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

vii

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan

Energi Baru dan Terbarukan di Sektor Kelautan dan Perikanan

Potensi energi berbasis sumberdaya laut belum dimanfaatkan

Potensi Pemanfaatan Energi Terbarukan di Sektor KP Prioritas Nasional, Kebijakan Pemerintah dalam RPJMN Permasalahan Perikanan Pemanfaatan Terbarukan di Sektor Sektor KP

Sisi pasokan Sisi permintaan

 Peningkatan Kebutuhan energi  Masyarakat masih bertumpu pada energi berbahan fosil

 Potensi energi terbarukan di sektor Kelautan dan Perikanan  Cadangan Minyak Bumi

semakin menipis  Harga minyak dunia terus

naik

Finansial Teknis

Investasi mahal Rendahnya penguasaan

teknologi

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor Kelautan dan Perikanan

Analisis kelembagaan

Pendekatan kualitatif

Prioritasi wilayah pengembangan energi laut

Analisis prioritas

Pendekatan kualitatif, kuantitatif deskriptif

Rekomendasi Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor Kelautan dan Perikanan

Analisis keberlanjutan

Pendekatan kualitatif, kuantitatif deskriptif Kelembagaan pengembangan

(9)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

viii Model Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) pendekatan, yaitu pendekatan survei dan studi eksperimental.

1. Pendekatan Survei

Pendekatan survei dilakukan untuk mendapatkan pemetaan sosial ekonomi terkait pemanfaatan energi laut dari wilayah-wilayah sumber dan wilayah pengguna energi.

2. Studi Eksperimental

Studi eksperimental dilaksanakan di lokasi-lokasi uji coba pemanfaatan energi laut oleh institusi teknis, meliputi: 1) analisis kelayakan pada berbagai aspek, seperti sosial-ekonomi dan kelembagaan; 2) analisis prioritasi wilayah pemanfaatan energi laut; dan 3) analisis keberlanjutan implementasi teknologi energi laut.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Desember 2013. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Pulau Bawean, Kabupaten Gresik (Jawa Timur), Teluk Klabat, Kabupaten Bangka (Bangka Belitung), Kabupaten Raja Ampat (Papua Barat), Nusa Penida, Kabupaten Klungkung (Bali), dan Teluk Larantuka, Kabupaten Flores Timur (Nusa Tenggara Timur). Lokasi-lokasi tersebut dipilih berdasarkan rencana institusi teknis, baik di lingkup KKP maupun di luar KKP, yang akan membangun dan memasang peralatan energi laut, khususnya energi arus laut dan gelombang pada tahun berjalan. Untuk itu, kelima lokasi tersebut dibagi untuk 2 (dua) pendekatan penelitian yang digunakan, yaitu survei dan studi eksperimental (Neuman, 1997) seperti yang ditampilkan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Lokasi-lokasi Penelitian Berdasarkan Pendekatan Penelitian yang Dilakukan No. Lokasi Jenis teknologi/ kegiatan Institusi Survei PendekatanStudi

Eksperimental 1. Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur Pembangkit listrik tenaga gelombang laut dengan teknologi bandulan Konsorsium Puslitbang PLN dan ITS  2. Teluk Klabat, Kabupaten Bangka, Bangka Beltung Pembangkit listrik tenaga arus laut dengan teknologi kobold

P3TKP

 3. Kabupaten Raja

Ampat, Papua Barat Pemetaan potensi energi arus laut P3GL  4. Nusa Penida,

Kabupaten Klungkung, Bali

Pembangkit listrik tenaga arus laut dengan optimasi turbin

P3TKP

 5. Selat Larantuka,

Flores Timur, Nusa Tenggara Timur

Pembangkit listrik tenaga arus laut dengan optimasi turbin

P3TKP

Data yang Dikumpulkan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden dan informan kunci di lokasi penelitian. Teknik wawancara dilakukan secara terstruktur dengan pendekatan teknik “open-ended” yang diarahkan pada upaya pengungkapan informasi mengenai: analisis aspek ekonomi, teknis dan sosial.

(10)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

ix Sementara itu, data sekunder diperoleh dari studi literatur melalui penggalian dokumen, buku-buku, publikasi, statistik atau hal-hal yang terkait dengan topik penelitian. Data sekunder tersebut selain diperoleh dari institusi pemerintah (Dinas setempat dan Badan Pusat Statistik), data juga dapat berasal dari media publikasi online.

Metode Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dipahami (Nazir, 2003). Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini dikelompokkan, kemudian disusun dan dilakukan analisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung analisis ekonomi dan teknis penggunaan teknologi energi laut pada lokasi penelitian. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjelaskan hasil analisis sosial serta potensi pengembangan dan rekomendasi penggunaan teknologi tersebut. Selanjutnya, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software) komputer.

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Adapun analisis yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Analisis Kelembagaan

Analisa kelembagaan pengelola energi akan dilakukan (diadopsi) menggunakan pendekatan institusionalisasi baru, yaitu regulasi, norma, dan kognitif. Aspek regulasi dekati dengan melihat ketersediaan aturan formal ditingat stakeholder dan masyarakat terkait pengelolaan energi. Bagaimana stakeholder dan masyarakat berpegang dengan aturan yang telah disepakati, sejauhmana aturan tersebut ditegakkan, bagaimana aturan tersebut ditegakkan, dan kemampuan untuk menegakkan aturan. Selain itu melihat sejauh mana masyarakat melakukan implementasi terhadap pengelolaan energi yang dilakukan di wilayah masing-masing.

Pada aspek normatif terhadap Implementasi Energi Baru Terbarukan, akan dikaitkan dengan aturan-aturan lokal ditingkat masyarakat yang memiliki kaitan langsung dengan pengelolaan energi, sejauhmana aturan tersebut mendukung pelaksanaan Implementasi pengembangan energi laut oleh pengambil kebijakan dan masyarakat setempat. Selain itu melihat leasson learn pelaksanaan pengelolaan energi yang selama ini sudah dilakukan pada masyarakat setempat baik pada energi tak terbarukan dan terbarukan. Aspek kognitif dikaitkan pada aspek pada makna (meaning) dan pengetahuan. Fokusnya adalah melihat sejauhmana pemangku kepentingan (stakeholder) dan masyarakat menyadari serta mengetahui (tingkat pengetahuan) tentang keberadaan energi baru dan terbarukan, peluang penerapannya, khususnya potensi pengembangan energi arus laut dan gelombang laut di lokasi masing-masing.

Tabel 2. Aspek, Objek dan Analisa Kelembagaan

Aspek Objek Analisis kelembagaan

Regulatif PERDA/aturan terkait energi  Bagaimana perhatian PEMDA pada pengelolaan energi terbarukan

 Sejauhmana aturan tersebut efektif berlaku Kognitif Pengetahuan pengambil

kebijakan dan Masyarakat terkait energi baru terbarukan?

Bagaimana tingkat pengetahuan pengambil kebijakan dan masyarakat tentang energi terbarukan?

Pengetahuan umum pengambil kebijakan dan masyarakat bagaimana laut bisa menghasilkan energi ?

Bagaimana tingkat pengetahuan pengambil kebijakan dan masyarakat, Sejauhmana mengetahui potensi energi di daerah (arus laut, gelombang)?

(11)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

x

Aspek Objek Analisis kelembagaan

Aspek Normatif dan dukungan terhadap Implementasi Energi Baru Terbarukan

Dukungan normatif dan Implementasi pengembangan energi laut

 Apakah pengembangan energi kelautan bertentangan dengan norma dan istiadat setempat

 Apakah pengambil kebijakan dan masyarakat mendukung keberadaan energi arus laut?  Bentuk dukungan yang diberikan

Sumber: diadopsi dari Syahyuti (2011) 2. Analisis Prioritas

Prioritasi wilayah pengembangan energi terbarukan dari arus dan gelombang laut dilakukan dengan kuantitatif deskriptif untuk sejumlah faktor yang merupakan komponen faktor penentu dalam pengembangan energi terbarukan. Adapun komponen faktor penentu tersebut langkahnya bobot dan skoring, dengan tahapan sebagai berikut::

 Objek yang akan diukur/dinilai sifatnya adalah kualitatif sehingga elemen pengukur harus mampu mewakili setiap inspirasi individu yang mengukur/menilainya.

 Komponen/unsur pengukuran elemen-elemen pengukuran yang berasal dari derivatif (turunan) suatu objek yang secara operasional harus sudah mengandung skala (kategori) pengukuran/penilaian.

 Jika skala (kategori) pengukuran komponen turunan objek tersebut belum dapat dioperasionalkan, maka skala tersebut harus diturunkan kembali menjadi sub-komponen. Perlukan penurunan mulai dari objek ke komponen (yang selanjutnya dapat disebut sebagai indikator) kemudian dari komponen ke sub-komponen (yang selanjutnya dapat disebut indikator) kemudian dari komponen ke sub-komponen (yang selannjutnya dapat disebut sebagai sub-indikator).

 Metodologi pengambilan sampel adalah pemangku kepentingan (stakeholder) terkait pengembangan energi terbarukan dari arus dan gelombang yang merupakan wilayah dari rasio elektrifikasinya yang masih rendah.

3. Analisis Keberlanjutan

Analisis dilakukan secara statistik multivariate dengan pendekatan Multidimensional Scaling (MDS). Analisis multidimensi menurut Bengen (2000) merupakan analisis data yang menggambarkan karakter-karakter kuantitatif dan kualitatif suatu/sekumpulan individu yang disusun berdasarkan suatu orde dan tidak dapat dilakukan operasi aljabar sehingga cenderung lebih dekat pada statistik deskriptif dari pada statistik inferensial.

Analisis keberlanjutan pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan di lokasi penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kemungkinan keberlanjutan pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Keberlanjutan pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan ini dilakukan dengan menggunakan metode RAPFISH (Rapid Assessment Techniques for Fisheries) yang dikembangkan oleh Fisheries Center, University of British Columbia, Kanada, yang dimodifikasi untuk menilai status keberlanjutan pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan di lokasi penelitian. Hasil analisis ini dinyatakan dalam bentuk Indeks Keberlanjutan pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan di lokasi penelitian.

Analisis keberlanjutan dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:

(1) Penentuan atribut pengelolaan berkelanjutan pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan yang meliputi enam dimensi, yaitu dimensi ekologi, dimensi politik, dimensi ekonomi, dimensi sosial, dimensi teknologi dan dimensi hukum-kelembagaan,

(2) Penilaian (skoring) setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi. Mengacu pada teknik RAPFISH, maka skor yang diberikan berupa nilai “buruk” (bad) yang mencerminkan kondisi pengelolaan yang paling tidak menguntungkan, dan juga berupa

(12)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

xi nilai “baik” (good) yang mencerminkan kondisi pengelolaan yang paling menguntungkan. Diantara dua nilai yang ekstrim ini terdapat satu atau lebih nilai antara. Mengacu pada pendekatan yang digunakan oleh Good et al, dan Heershman et al, dalam Laapo (2010), maka jumlah peringkat yang diberikan secara konsisten pada setiap atribut yang dievaluasi sebanyak 3 (tiga) yakni nilai buruk diberi skor 0 (nol), nilai antara diberi skor 1 (satu) dan nilai baik diberi skor 2 (dua).

(3) Penyusunan indeks dan status keberlanjutan pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Penilaian status keberlanjutan berdasarkan indeks setiap dimensi dikategorikan menurut Kavanagh (1999) sebagai berikut:

- nilai indeks 0-24,99 % (kategori tidak berkelanjutan) - nilai indeks 25-49,99 % (kategori kurang berkelanjutan) - nilai indeks 50-74,99 % (kategori cukup berkelanjutan) dan - nilai indeks 75-100 % (kategori berkelanjutan).

Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horisontal dan sumbu vertikal dengan proses rotasi. Posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horisontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0% (buruk) dan 100% (baik). Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks keberlanjutan lebih besar atau sama dengan 50%, maka sistem dikatakan berkelanjutan (sustainable), Sistem tidak akan berkelanjutan jika nilai indeks kurang dari 50%.

(4) Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat atribut apa yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan di setiap lokasi penelitian. Peran masing-masing atribut terhadap nilai indeks dianalisis dengan “attribute leveraging”, sehingga terlihat perubahan ordinasi apabila atribut tertentu dihilangkan dari analisis. Peran (pengaruh) setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan Root Mean Square (RMS) ordinasi khususnya pada sumbu-x. Atribut-atribut yang memiliki tingkat kepentingan (sensitivitas) tinggi dari hasil analisis ini, dianggap sebagai faktor pengungkit, yang apabila dilakukan perbaikan pada atribut tersebut maka akan berpengaruh besar dalam mengungkit nilai indeks keberlanjutan menjadi lebih baik. Perbaikan terhadap atribut sensitif, yang merupakan faktor pengungkit tersebut, akan menjadi salah satu pertimbangan dalam menyusun rekomendasi dalam pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan yang mempertimbangkan usaha-usaha perikanan potensial secara bersinergi.

Secara skamatis, tahapan analisis Rapfish untuk pengembangan energi baru dan terbarukan menggunakan metode MDS dengan aplikasi Rapfish yang dimodifikasi disajikan pada Gambar 3.2.

(13)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

xii Gambar 2. Tahapan analisis RAPFISH untuk pengembangan energi baru dan terbarukan menggunakan metode MDS dengan aplikasi Rapfish yang dimodifikasi

Mulai

Kondisi Pengembangan EBT saat ini Penentuan Atribut Sebagai Kriteria Penilaian MDS (Ordinasi Setiap Atribut)

Penilaian (skor) Setiap Atribut

Analisis sensitivitas Analisis Monte Carlo

(14)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP xiii Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Tabel 2. Data yang Diperlukan, Sumber, Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Sesuai Tujuan Penelitian

Data yang diperlukan Sumber Pengumpulan DataMetode Analisis DataMetode

Tujuan 1. Melakukan karakterisasi sosial ekonomi masyarakat di wilayah-wilayah yang berpotensi sebagai pengguna energi laut.

1.

Potensi sumberdaya lokasi (alam, manusia,

infrastruktur)

2.

Sumber energi yang digunakan

3.

Data kebutuhan listrik/energi di lokasi penelitian

4.

Data pengguna listrik :Jumlah Usaha, Rumah tangga

5.

Rasio elektrifikasi

6.

Lembaga pengelola energi setempat

7.

Data sosial dan ekonomi masyarakat perikanan

8.

Data energi yang sudah ada di daerah setempat

1.

Kementerian ESDM, BPPT, Ristek, KP3K, PLN, Pusdatin KKP, Bappeda, BPS

2.

Wawancara dengan key informan dan responden

Desk study

Survey +wawancara

Observasi

Analisis kelayakan teknis

Deskriptive Kuantitatif

Tujuan 2. Melakukan analisis kelembagaan pengembangan energi laut untuk masyarakat kelautan dan perikanan di lokasi penelitian.

1.

Peraturan yang mengatur pengelolaan energi

2.

Norma-norma yang berlaku di masyarakat

3.

Keterlibatan dan dukungan pemerintah daerah terkait energi

4.

Kelembagaan terkait pengelolaan energi yang sudah ada di lokasi penelitian

5.

Aturan main dan aspek legalitas terkait pengembangan energi laut

6.

Kinerja kelembagaan pemanfaatan energi

7.

Pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan energi di lokasi penelitian

1.

Kementerian ESDM, BPPT, Ristek, KP3K, PLN, Pusdatin KKP, Bappeda, BPS

2.

Wawancara dengan key informan dan responden

Desk study

Survei +wawancara

Observasi

Analisis kelayakan

teknososek dan kelembagaan

Deskriptive kuantitatif

(15)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP xiv

Data yang diperlukan Sumber Pengumpulan DataMetode Analisis DataMetode

Tujuan 3. Melakukan prioritasi wilayah berdasarkan parameter penentu pengembangan energi laut dan analisis keberlanjutan terhadap implementasi teknologi energi laut.

1.

Jenis-jenis usaha (sektor perikanan dan non perikanan) yang telah berkembang di lokasi-lokasi penelitian.

2.

Prediksi usaha yang dapat berkembang dari

pengembangan dan pemanfaatan energi laut

3.

Ketersediaan suku cadang dari alat atau teknologi yang digunakan.

4.

Potensi konflik dari implementasi teknologi energi berbasis laut

5.

Potensi keberlanjutan implementasi teknologi energi berbasis laut

1.

Dinas DKP, Dinas Perindustrian, Dinas Perdagangan, Dinas Pertambangan dan Energi, BPS

2.

Wawancara dengan key informan dan responden

Survei + wawancara

Observasi

Analisis prospektifAnalisis keberlanjutan

Deskriptif kuantitatif dan

(16)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

xv

13. ANGGARAN

MA Rincian Komposisi Pembiayaan Jumlah (Rp) Jumlah (%)

521211 Belanja Bahan 36.540.000 10,00

521213 Honor terkait ouput keg. 73.920.000 20,00

522114 Belanja Sewa 33.900.000 9,00

522115 Belanja Jasa Profesi 15.400.000 4,00

524119 Belanja Perjalanan Lainnya 35.050.000 10,00

522119 Belanja Jasa lainnya 172.790.000 47,00

Jumlah 367.600.000 100,00

14. RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN (TARGET FISIK KEGIATAN)

No KEGIATAN 1 2 3 4 5 Tahun 20136 7 8 9 10 11 12

Persiapan

1 Studi Literatur dan

Konsultasi 10 10 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 2 Persiapan Rencana Kegiatan 50 50

3 Penyiapan instrumen pengumpulan data 50 50 Operasional 1 Pra-pengumpulan data/ Penentuan Kelompok Sasaran dan Karakteristiknya

50 50

2 Pengumpulan data

primer dan sekunder 25 25 25 25

3 Pengolahan/ analisis

data 40 30 30

4 Seminar hasil kegiatan

50

50

5 Pelaporan:

-

Bulanan 10 10 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

-

Triwulan 25 25

25

25

-

Semester 50

50

-

Akhir tahun 100 6 Sosialisasi hasil kegiatan/pameran 100

(17)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

xvi

15. TAHAPAN PEMBIAYAAN MA Komposisi Rincian Pembiayaan TRIWULAN Jumlah (Rp) I II III IV 521211 Belanja Bahan 5.135.000 13.135.000 8.270.000 10.000.000 36.540.000 521213 Honor TerkaitOuput Kegiatan 15.000.000 37.000.000 12.920.000 9.000.000 73.920.000 522114 Belanja Sewa 8.475.000 8.475.000 8.475.000 8.475.000 33.900.000 522115 Belanja Jasa Profesi 3.850.000 3.850.000 3.850.000 3.850.000 15.400.000 522119 Belanja Jasa lainnya 8.762.500 8.762.500 8.762.500 8.762.500 35.050.000 524119 Belanja Perjalanan Lainnya 43.197.500 43.197.500 43.197.500 43.197.500 172.790.000 Jumlah 84.420.000 114.420.000 85.475.000 83.285.000 367.600.000

16. DAFTAR PUSTAKA

Erwandi. 2011. Pengembangan Regulasi, Standarisasi dan Sertifikasi Penetapan Teknologi Energi Laut, bahan presentasi dalam Workshop Arus Laut 2011.

Gasperz. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan, Edisi ke-2. Tarsito. Bandung. Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Marhaeni, A.P. 2011. Analisis Breakeven Point Sebagai Alat Perencanaa Laba pada Industri Kecil Tegel di Kecamatan Pedurungan Periode 2004 – 2008 (Studi Kasus Usaha Manufaktur), diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/27436/1/SKRIPSI_AGUSTINA_PRADITA_ MARHAENI_C2A007007%28r%29.pdf pada tanggal 8 Februari 2013.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Neuman, W.L. 1997. Social Research Methods: Qualitative and quantitative Approaches, 3rd Edition.

Boston: Allyn and Bacon. p.560.

Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional

Pitcher, T.J. and D. Preikshot. 2001. RAPFISH: P. Rapid A.ppraisal Technique to Evaluate the Suistainabili of Status of Fisheries. Flshelies Researcn 49(3): 255-270. Fisheries Center University of British Columbia. Vancouver.

PLN. 2012. Statistik PLN 2011. Jakarta: Sekretariat Perusahaan PT PLN (Persero)

Priyambodo, S. 2012. B/C Ratio untuk Mengukur Kelayakan, diunduh dari http://prabumataram. blogspot.com/2012/03/bc-ratio-untuk-mengukur-kelayakan.html pada tanggal 8 Februari 2013.

Randall, A. 1994. Resource Economics: An Economic Approach to Natural Resource and Environmental Policy. Grid Publishing, Inc. Ohio. 415 p.

Riyanto, B. 1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada.

Sudjono, E.H. dan M. Yosi. 2010. Konversi Potensi Energi Arus Laut Menjadi Listrik (Kajian Pustaka). Bandung: Puslitbang Geologi Kelautan, Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral. p.34-45.

Suryawati, S.H., R. Muhartono, E.S. Luhur dan A.H. Purnomo. 2012. Laporan Teknis Kajian Kelayakan Pengembangan Energi Berbasis Sumberdaya Kelautan Dan Efisiensi Penggunaan Energi Dalam Usaha-Usaha Perikanan. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan BalitbangKP. Jakarta.

(18)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

xvii

Syahyuti. 2012. Kelembagaan dan Lembaga dalam Pengembangan Agribisnis Pedesaan, diunduh dari http://websyahyuti.blogspot.com/2007/08/kelembagaan-dan-lembaga-dalam.html pada tanggal 7 Februari 2013.

Wahyudi, A. 2012. Pertumbuhan Tenaga Listrik Diproyeksi 8,46% per Tahun, diunduh dari

http://www.jaringnews.com/ekonomi/sektor-riil/29419/pertumbuhan-tenaga-listrik-diproyeksi-per-tahun pada tanggal 8 Februari 2012.

(19)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

xviii

RINGKASAN

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan laut sangat luas, yang mengandung potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang besar untuk dijadikan tumpuan (prime mover) pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam (resource based economy). Sumberdaya tersebut adalah misalnya perikanan, pertambangan dan energi. Namun demikian, fakta empiris menyatakan bahwa pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya ini masih belum optimal sehingga manfaat, yang berupa pendapatan nasional maupun kesejahteraan rakyat,tidak maksimal. Di antara sumberdaya laut lainnya, energi laut merupakan salah satu yang redah pemanfaatannya.

Pertumbuhan kebutuhan akan energi listrik terkait dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini akan menambah jumlah pelanggan listrik dan menambah perkembangan berbagai sektor industri yang juga memerlukan energi listrik. Akan tetapi, tingginya permintaan ini tidak dapat dipenuhi oleh penyedia pasokan listrik terutama masyarakat yang hidup di daerah terpencil seperti pesisir dan pulau-pulau kecil karena sulit dijangkau oleh penyedia pasokan. Hal ini menyebabkan banyaknya wilayah pulau-pulau kecil yang belum teraliri listrik. Dengan meningkatnya kebutuhan akan listrik, sarana pembangkit perlu mendapat perhatian khusus agar tidak terjadi krisis listrik terutama di wilayah pulau-pulau kecil terdepan yang memiliki nilai strategis secara politik dan ekonomi.

Listrik yang disuplai oleh PLN masih didominasi dan bergantung pada bahan bakar minyak, sedangkan pasokan minyak bumi makin menipis. Akibatnya, produksi listrik PLN makin terbatas sehingga tidak jarang terjadi pemadaman bergilir sebagai upaya untuk memeratakan distribusi listrik ke seluruh masyarakat. Fenomena ini menunjukkan bahwa suplai listrik dari penyedi pasokan makin terbatas, sementara permintaan listrik justru makin bertambah. Oleh karena itu harus dicari alternatif pemanfaatan energi terbarukan. Excess demand ini perlu dijawab dengan dukungan pemerintah melalui kebijakan perencanaan energi terkait pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan.

Sektor kelautan dan perikanan sangat berkepentingan terhadap isu energi. Hal ini dikarenakan kelimpahan energi terbarukan yang bersumber dari laut. Energi laut dapat ditambang dalam berbagai bentuk di antaranya tenaga angin, tenaga surya, tenaga arus, tenaga gelombang, tenaga pasang surut, dan perbedaan suhu air laut. Namun demikian, sampai saat ini potensi energi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal dan ketergantungan pada energi fosil tetap berlanjut. Fakta menunjukkan bahwa kemajuan optimalisasi sumberdaya laut sangat lambat.

Kajian ini bertujuan untuk: 1) Melakukan karakterisasi sosial ekonomi masyarakat di wilayah-wilayah yang berpotensi sebagai pengguna energi laut; 2) Melakukan kajian kelembagaan pengembangan energi laut untuk masyarakat kelautan dan perikanan di lokasi uji coba pembangkit listrik berbasis laut oleh institusi teknis; dan 3) Melakukan analisis prioritasi wilayah dan keberlanjutan terhadap implementasi teknologi energi laut. Kajian dilakukan di 5 lokasi yaitu Pulau Bawean, Kabupaten Gresik (Jawa Timur), Selat Larantuka, Kabupaten Flores Timur (Nusa Tenggara Timur), Selat Mansuar, Kabupaten Raja Ampat (Papua Barat), dan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung (Bali).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa implikasi positif berupa dorongan atau motivasi besar bagi pengambil kebijakan tingkat nasional untuk mengembangkan kebijakan implementatif yang berpihak pada energi alternatif, khususnya energi laut. Terlepas dari adanya berbagai tantangan yang harus dihadapi, potensi besar dan kebutuhan besar untuk

(20)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

xix

memanfaatkannya merupakan alasan mendasar yang mendorong dan motivasi tersebut. Tiga jenis produk dari penelitian ini dapat diharapkan untuk memberikan arah yang lebih baik tentang sejumlah hal penting di antaranya prioritasi pengembangan (berdasarkan analisis prioritasi), strategi pemecahan masalah (berdasarkan hasil analisis keberlanjutan), dan penanganan aspek-aspek sosekbud (berdasarkan hasil pemetaan sosekbud).

Perkembangan ekonomi di wilayah-wilayah yang rata-rata terbelakang tersebut dapat diharapkan akan memperbaiki kondisi kesejahteraan dan aspek-aspek kehidupan laainnya di dalam masyarakat. Kemudian, kinerja ekonomi yang lebih baik pada masyarakat akan memotivasi dan memberikan kesempatan bagi mereka tersebut untuk menghindari cara-cara pemanfaatan alam yang menyebabkan terganggunya fungsi layanan alam. Selanjutnya, penumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat pada gilirannya berimbas pada kehidupan sosial. Pangamatan lapang dalam proses pelaksanaan penelitian ini mengilustrasikan keterkaitan ini dengan mengungkapkan sebuah ilustrasi yang mengacu pada hasil penelitian tentang projek kelistrikan Pandansimo, yang menampilkan fakta bahwa bahwa konflik sosial yang sebelumnya sering terjadi di antara anggota masyarakat terkait distribusi air menjadi sangat berkurang beberapa tahun setelah berjalannya projek tersebut. Ketersediaan listrik berlebih di lokasi projek sebagian dimanfaatkan untuk menggerakkan pompa air sehingga ketersediaan air pun menjadi lebih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik untuk kebutuhan primer rumah tangga maupun untuk kegiatan ekonomi produktif termasuk kegiatan-kegiatan pertanian, perikanan maupun layanan jasa wisata bahari yang juga ikut berkembang.

Hasil analisis kelembagaan pengelolaan dan pengembangan energi baru dan terbarukan dalam hal ini energi laut dilakukan menggunakan pendekatan institusionalisasi baru, yaitu regulatif, normatif, dan kognitif. Aspek regulatif dalam penelitian ini adalah adanya aturan formal yang terdapat ditingkat kabupaten yang mengatur secara langsung pengelolaan energi (PERDA). Berdasarkan penelusuran data, dari kelima kabupaten yang dijadikan lokasi penelitian, terdapat tiga kabupaten yang memiliki SKPD khusus untuk menangani energi (Dinas ESDM), yaitu: Kabupaten Gresik, Kabupaten Raja Ampat dan Kabupaten Bangka. Pada aspek normatif untuk pengembangan energi laut dikaitkan dengan aturan-aturan lokal ditingkat masyarakat yang memiliki kaitan dalam pengelolaan energi. Berdasarkan hasil penelitian di lokasi, tidak ditemukan aturan lokal/adat yang menangani laut secara khusus dan memiliki kaitan langsung dengan pengelolaan energi. Namun demikian, hampir di semua lokasi terdapat pengelolaan energi yang dilakukan oleh masyarakat yang merupakan strategi pemenuhan energi, terutama energi listrik. Aspek kognitif terkait pengembangan energi laut dilihat dari dukungan pemda dan masyarakat terhadap keberadaan potensi energi baru terbarukan yang berasal laut (arus dan gelombang). Di lapangan, bentuk dukungan tersebut disesuaikan dengan pengetahuan dan kebijakan pemerintah di setiap lokasi penelitian. Aspek kognitif teramati paling tinggi di Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Flores Timur.

Prioritas wilayah pengembangan energi laut secara berurutan adalah Raja Ampat, Flores Timur, Gresik, Klungkung, dan Bangka. Dasar penentuan prioritas ini adalah potensi energi lautnya sendiri, komitmen Pemda, potensi konsumen dan subisidi yang diberikan pemerintah untuk mendukung implementasi pengembangan energi terbarukan. Untuk Raja Ampat, subisidi yang diberikan pemerintah untuk mendukung implemntasi pengembangan energi terbarukan cukup besar. Pemerintah Raja Ampat juga sudah memasukan pengembangan energi terbarukan ke dalam program BUMD untuk dikelola secara komersial. Ketika program pemerintah diberikan kepada masyarakat dalam bentuk hibah bantuan energi terbarukan maka partisipasi masyarakat dibutuhkan

(21)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

xx

untuk menentukan keberlanjutan dari program pengembangan energi terbarukan. Dari pengalaman di lapang (Raja Ampat dan Bali), banyak hibah energi terbarukan terbengkalai karena kurangnya partisipasi masyarakat. Belajar dari pengalaman pengembangan energi terbarukan lainnya seperti energi surya, keberlanjutan program terkendala karena kemauan masyarakat untuk merawat alat yang diberikan cukup rendah, termasuk juga faktor ketergantungan masyarakat terhadap dana pemerintah dalam hal program pembangunan termasuk pemarataan energi. Kemauan masyarakat yang rendah untuk pengembangan energi terbarukan masih rendah karena perawatan peralatan yang cukup rumit dan ketergantungan mereka terhadap bantuan pemerintah yang cukup tinggi karena status otonomi daerah dan status ekonomi mereka yang masuk kategori desa swadaya.

Status keberlanjutan pengembangan energi laut di Raja Ampat, Gresik dan Bangka saat ini secara multidimensi (ekologi, ekonomi, politik, sosial, hukum – kelembagaan dan teknologi) adalah kurang berkelanjutan, sedangkan di Nusa Penida dan Flores Timur adalah cukup berkelanjutan. Strategi pengembangan energi laut di setiap lokasi penelitian ditentukan oleh peran atribut sensitif yang memberikan peningkatan nilai indeks keberlanjutan.

Implikasi yang terjadi pada komunitas litbang dan masyarakat dunia usaha akan merupakan awal yang sangat baik untuk terjadinya efek bola salju positif dalam konteks pembangunan ekonomi pada sektor kelautan dan perikanan. Sejumlah contoh kasus yang teramati di lapangan selama proses pelaksanaan penelitian ini mendemonstrasikan bagaimana bola salju tersebut dapat terbentuk melalui berkembangnya kelistrikan di wilayah potensial yang tersebar di pesisir dan pulau-pulau kecil. Apabila kelistrikan di wilayah-wilayah pesisir dan pulau-pulau-pulau-pulau kecil tersebut dapat direalisasikan, kemungkinan besar perkembangan energi laut dan andilnya terhadap pembangunan kelautan dan perikanan dapat signifikan, bahkan melampaui target yang dipatok dalam perencanaan di kementerian yang menangani sektor tersebut.

Guna mengoptimalkan potensi energi terbarukan seperti gelombang dan arus laut maka disusun beberapa rekomendasi kebijakan seperti yang dibawah ini :

1. Pemerintah harus mengurangi subsidi terhadap bahan bakar minyak dan memperbesar subsidi untuk energi terbarukan seperti energi arus dan gelombang laut, karena selama harga BBM lebih rendah dari harga energi terbarukan maka pengembangan energi terbarukan tidak kompetitif.

2. Perlunya partisipasi masyarakat dalam hal pengembangan energi terbarukan (arus dan gelombang laut), hal ini penting terutama untuk status keberlanjutan pengembangan energi terbarukan.

3. Pengembangan energi terbarukan (arus dan gelombang laut) diharapkan secara teknis mudah dilaksanakan oleh masyarakat (kalau bisa teknologi yang digunakan harus disederhanakan), hal ini berkaitan dengan perawatan pasca pengembangan energi terbarukan terutama di pulau-pulau kecil.

(22)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

xxi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Tahun untuk kegiatan Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor Kelautan dan Perikanan. Secara umum, kajian ini bertujuan untuk: 1) melakukan karakterisasi sosial ekonomi masyarakat di wilayah-wilayah yang berpotensi sebagai pengguna energi laut; 2) melakukan analisis kelembagaan pengembangan energi laut untuk masyarakat kelautan dan perikanan di lokasi penelitian; 3) melakukan prioritasi wilayah berdasarkan parameter penentu pengembangan energi laut dan analisis keberlanjutan terhadap implementasi teknologi energi laut.

Sistematika laporan akhir ini adalah Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil dan Pembahasan, serta Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan. Pada bagian akhir disertakan lampiran yang mendukung laporan akhir ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna sehingga kami mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan ke depan. Harapan kami semoga laporan ini dapat menjadi rujukan atau referensi bagi stakeholders yang terkait baik sebagai penentu kebijakan maupun pihak-pihak lain yang terkait lainnya.

Jakarta, Desember 2013

(23)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

xxii

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN ... ii RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN (ROKP) ... iii RINGKASAN ... xviii KATA PENGANTAR ... xxi DAFTAR ISI ... xxii DAFTAR TABEL ... xxiii DAFTAR GAMBAR ... xxv I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penelitian ... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3 2.1 Energi ... 3 2.2 Kelembagaan ... 10 2.3 Keberlanjutan ... 11 III. METODOLOGI PENELITIAN ... 12 3.1 Kerangka Pemikiran ... 12 3.2 Metode Pendekatan ... 14 3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 14 3.4 Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 15 3.5 Metode Analisis Data ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 23

4.1 Karakterisasi Sosial Ekonomi Masyarakat ... 23 A. Kabupaten Bangka, Bangka Belitung ... 23 B. Kabupaten Gresik, Jawa Timur ... 31 C. Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat ... 40 D. Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali ... 45 E. Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur ... 50 4.2 Analisis Kelembagaan ... 55 A. Aspek Regulatif Pengelolaan Energi ... 55 B. Aspek Normatif Pengelolaan Energi ... 61 C. Aspek Kognitif Pengelolaan Energi ... 67 4.3 Prioritasi Wilayah Pengembangan Energi Laut ... 71

4.4 Analisis Keberlanjutan ...

89 V. IMPLIKASI HASIL PENELITIAN DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN ...

123 VI. SIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN ... 126 VII. DAFTAR PUSTAKA ... 129

(24)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

xxiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1. Lokasi-lokasi Penelitian Berdasarkan Pendekatan Penelitian yang

Dilakukan 14

Tabel 3.2. Data yang Diperlukan, Sumber, Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Sesuai Tujuan Penelitian 16

Tabel 3.3. Aspek, Objek dan Analisis Kelembagaan 19

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk dan Nelayan Per Kecamatan di Kabupaten Bangka

Tahun 2011-2012 24

Tabel 4.2. Potensi Perikanan Kabupaten Bangka 26

Tabel 4.3. Perkembangan Jumlah Nelayan dan Armada Tangkap Per Kecamatan

di Kabupaten Bangka 26

Tabel 4.4. Produksi Penangkapan Berdasarikan Komoditas Dominan di Kabupaten

Bangka Tahun 2012 27

Tabel 4.5. Produksi dan Nilai Perikanan Budidaya Menurut Jenis di Kabupaten

Bangka Tahun 2012 28

Tabel 4.6. Jumlah Pengolah Per Kecamatan di Kabupaten Bangka Tahun 2012 29

Tabel 4.7. Lokasi Pembangkit Listrik di Bangka 31

Tabel 4.8. Jumlah Pelanggan Listrik di Bangka 2011 31

Tabel 4.9. Perkembangan Produksi Perikanan Tahun 2011 32

Tabel 4.10. Jumlah Armada Penangkapan Ikan 33

Tabel 4.11. Jumlah Nelayan di Kabupaten Gresik Tahun 2011 34 Tabel 4.12. Jenis Ikan, Volume dan Nilai Harga Ikan Hasil Penangkapan di Laut 34 Tabel 4.13. Jenis, Volume dan nilai harga ikan hasil penangkapan di perairan umum 35 Tabel 4.14. Produksi Tambak Air Payau dan Tambak Air Tawar Tahun 2011 36

Tabel 4.15. Volume produksi olahan menurut jenisnya 37

Tabel 4.16. Sejarah Perkembangan Listrik di Pulau Bawean, Gresik-Jatim 38 Tabel 4.17. Data Kelistrikan Rayon Bawean bulan Januari 2013 39 Tabel 4.18. Jumlah Sarana Pendidikan, Murud dan Guru di Kabupaten Raja Ampat,

Tahun 2011 41

Tabel 4.19. Proporsi Penggunaan Listrik di Pulau Waisai Tahun 2011 43

Tabel 4.20. Lokasi PLTD dan PLTS di Raja Ampat 44

Tabel 4.21. Distribusi Pelanggan dan Penjualan Listrik Menurut Kelompok

Pelanggan 2011 45

Tabel 4.22. Jumlah Alat Penangkapan Ikan (Unit) di Kabupaten Klungkung Tahun

2012 46

Tabel 4.23. Produksi Ikan Laut Berdasarkan Jenis Ikan di Kabupaten Klungkung

Tahun 2007 - 2011 46

Tabel 4.24. Luas Usaha Budidaya (Ha) di Kabupaten Klungkung Tahun 2012 47 Tabel 4.25. Data Kelistrikan Nusa Penida tahun 2013 (Juni) 50 Tabel 4.26. Jumlah Sarana Sekolah, Murid dan Guru di Kabupaten Flores Timur

Tahun 2011 51

Tabel 4.27. Sarana Penangkapan di Flores Timur 51

Tabel 4.28. Jenis Alat Tangkap Nelayan Kabupaten Flores Timur 2012 52

Tabel 4.29. Perusahaan Pengolahan 52

Tabel 4.30. Banyaknya Pelanggan, Produksi, Daya Terjual danTerpasang Listrik

PLN Menurut Ranting dan Sub Ranting Tahun 2011 55 Tabel 4.31. Aspek Regulatif dan Dukungan Pengelolaan Energi 56

(25)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

xxiv

Halaman

Tabel 4.33. Aspek Kognitif Pengelolaan Energi 69

Tabel 4.34. Tingkat Kepentingan Optimasi Pengembangan Energi Terbarukan di

Raja Ampat 74

Tabel 4.35. Tingkat Kepentingan Optimasi Pengembangan Energi Terbarukan di

Bali 76

Tabel 4.36. Tingkat Kepentingan Optimasi Pengembangan Energi Terbarukan di

Bangka 77

Tabel 4.37. Tingkat Kepentingan Optimasi Pengembangan Energi Terbarukan di

Bawean 81

Tabel 4.38. Status Kemandirian Ekonomi Desa Terkait Subsidi Pemerintah di

Kecamatan Waigio Selatan 84

Tabel 4.39. Tingkat Kepentingan Optimasi Pengembangan Energi Terbarukan di

NTT 84

Tabel 4.40. Status Kemandirian Ekonomi Desa Terkait Subsidi Ekonomi di

Kecamatan Meosmansar 85

Tabel 4.41. Nilai Indeks Keberlanjutan untuk Enam Dimensi di Lokasi Penelitian 90 Tabel.4.42. Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekologi Pengembangan Energi Baru

dan Terbarukan di Lokasi Penelitian 91

Tabel 4.43. Atribut Sensitif Pada Dimensi Ekologi Keberlanjutan Pengembangan

Energi Baru dan Terbarukan di Lokasi Penelitian 92 Tabel 4.44. Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Politik Pengembangan Energi Baru

dan Terbarukan di Lokasi Penelitian 96

Tabel 4.45. Atribut Sensitif Pada Dimensi Politik Keberlanjutan Pengembangan

Energi Baru dan Terbarukan di Lokasi Penelitian 97 Tabel 4.46. Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Politik Pengembangan Energi Baru

dan Terbarukan di Lokasi Penelitian 100

Tabel 4.47. Atribut Sensitif Pada Dimensi Ekonomi Keberlanjutan Pengembangan

Energi Baru dan Terbarukan di Lokasi Penelitian 101 Tabel 4.48. Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Sosial Pengembangan Energi Baru

dan Terbarukan di Lokasi Penelitian 105

Tabel 4.49. Atribut Sensitif Pada Dimensi Sosial Keberlanjutan Pengembangan

Energi Baru dan Terbarukan di Lokasi Penelitian 106 Tabel 4.50. Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Teknologi Pengembangan Energi

Baru dan Terbarukan di Lokasi Penelitian 110

Tabel 4.51. Atribut Sensitif Pada Dimensi Teknologi Keberlanjutan Pengembangan

Energi Baru dan Terbarukan di Lokasi Penelitian 111 Tabel 4.52. Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Hukum-Kelembagaan

Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan di Lokasi Penelitian 114 Tabel 4.53. Atribut Sensitif Pada Dimensi Hukum-Kelembagaan Keberlanjutan

Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan di Lokasi Penelitian 115 Tabel 4.54. Perbedaan Nilai Indeks Keberlanjutan Analisis Rapfish Dengan Analisis

Monte Carlo 120

Tabel 4.55. Nilai Stress dan Koefisien Deteminasi Analisis Rapfish Dengan Analisis

(26)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

xxv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan

Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor Kelautan dan Perikanan 13 Gambar 3.2. Tahapan analisis Rapfish untuk pengembangan energi baru dan terbarukan

menggunakan metode MDS dengan aplikasi Rapfish yang dimodifikasi 22

Gambar 4.1. Peta Kabupaten Bangka 23

Gambar 4.2. Pengelolaan listrik di Kabupaten Bangka 30

Gambar 4.3. Peta Kabupaten Gresik 31

Gambar 4.4. Pengelolaan Listrik di Bawean 39

Gambar 4.5. Peta Wilayah Kabupaten Raja Ampat 40

Gambar 4.6. Pengelolaan Energi Listrik di Raja Ampat 43

Gambar 4.7. Pengelolaan Energi Listrik di Bawean 48

Gambar 4.8. Pengelolaan Energi Listrik di Flores Timur 53

Gambar 4.9. Pengusahaan Sumber Energi 58

Gambar 4.10. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Regulatif dan Dukungan 61

Gambar 4.11. Nilai Rata-rata Aspek Kognitif 71

Gambar 4.12. Wilayah Prioritas Pengembangan Energi Terbarukan 72 Gambar 4.13. Faktor Penentu Wilayah Pengembangan Energi Terbarukan 73 Gambar 4.14. Faktor Penentu Wilayah Pengembangan Energi Terbarukan di Raja Ampat 74 Gambar 4.15. Nilai Prioritas Pengembangan Energi di Kabupaten Raja Ampat 75 Gambar 4.16. Prioritas Wilayah Pengembangan Energi di Nusa Penida 76 Gambar 4.17. Nilai Prioritas Wilayah Pengembangan Energi Terbarukan di Bali 77 Gambar 4.18. Arus Laut Indonesia (Arlindo) Yang Berpotensi Untuk Pengembangan Energi

Arus 78

Gambar 4.19. Prioritas Wilayah Pengembangan Energi di Kabupaten Bangka 79 Gambar 4.20. Nilai Prioritas Wilayah Pengembangan Energi di Kabupaten Bangka 80 Gambar 4.21. Prioritas Wilayah Pengembangan Energi di Kabupaten Gresik 82 Gambar 4.22. Nilai Prioritas Wilayah Pengembangan Energi di Kabupaten Gresik 83 Gambar 4.23. Subsidi Pemerintah Untuk Pembangunan Infratsruktur di Kecamatan Waigio

Selatan 85

Gambar 4.24. Subsidi Pemerintah Untuk Pembangunan Infrastruktur di Kecamatan

Meosmansar 86

Gambar 4.25. Prioritas Wilayah Pengembangan Energi Kabupaten Flores Timur 87 Gambar 4.26. Prioritas Wilayah Pengembangan Energi Kabupaten Flores Timur 88 Gambar 4.27. Diagram Layang Nilai Indeks Keberlanjutan pengembangan dan pemanfaatan

energi baru dan terbarukan di lokasi penelitian, 2013 91 Gambar 4.28. Nilai indeks dan status keberlanjutan dimensi ekologi pada pengembangan

dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan 92

Gambar 4.29. Peran masing-masing atribut dalam dimensi ekologi pada pengembangan dan

pemanfaatan energi baru dan terbarukan di Kabupaten Raja Ampat 93 Gambar 4.30. Peran masing-masing atribut dalam dimensi ekologi pada pengembangan dan

pemanfaatan energi baru dan terbarukan di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung

94 Gambar 4.31. Peran masing-masing atribut dalam dimensi ekologi pada pengembangan dan

pemanfaatan energi baru dan terbarukan di Bawean, Kabupaten Gresik 94 Gambar 4.32. Peran masing-masing atribut dalam dimensi ekologi pada pengembangan dan

(27)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

xxvi

Halaman Gambar 4.33. Peran masing-masing atribut dalam dimensi ekologi pada pengembangan dan

pemanfaatan energi baru dan terbarukan di Selat Larantuka, Kabupaten Flores Timur

95 Gambar 4.34. Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Politik Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan 96

Gambar 4.35. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Politik Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Kabupaten Raja Ampat 98 Gambar 4.36. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Politik Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung

98 Gambar 4.37. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Politik Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Bawean, Kabupaten Gresik 99 Gambar 4.38. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Politik Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Teluk Klabat, Kabupaten Bangka

99 Gambar 4.39. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Politik Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Selat Larantuka, Kabupaten Flores Timur

100 Gambar 4.40. Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan 101

Gambar 4.41. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Ekonomi Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Kabupaten Raja Ampat 102 Gambar 4.42. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Ekonomi Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung

103 Gambar 4.43. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Ekonomi Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Bawean, Kabupaten Gresik 103 Gambar 4.44. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Ekonomi Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Teluk Klabat, Kabupaten Bangka

104 Gambar 4.45. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Ekonomi Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Selat Larantuka, Kabupaten Flores Timur

104 Gambar 4.46. Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Sosial Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan 105

Gambar 4.47. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Sosial Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Kabupaten Raja Ampat 107 Gambar 4.48. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Sosial Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung

108 Gambar 4.49. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Sosial Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Bawean, Kabupaten Gresik 108 Gambar 4.50. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Sosial Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Teluk Klabat, Kabupaten Bangka

109 Gambar 4.51. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Sosial Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Selat Larantuka, Kabupaten Flores Timur

109 Gambar 4.52. Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Teknologi Pada

(28)

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP

xxvii

Halaman Gambar 4.53. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Teknologi Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Kabupaten Raja Ampat 112 Gambar 4.54. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Teknologi Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung

112 Gambar 4.55. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Teknologi Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Bawean, Kabupaten Gresik 113 Gambar 4.56. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Teknologi Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Teluk Klabat, Kabupaten Bangka

113 Gambar 4.57. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Teknologi Pada Pengembangan

dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Selat Larantuka, Kabupaten Flores Timur

114 Gamabr 4.58. Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Hukum – Kelembagaan Pada

Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan 115 Gambar 4.59. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Hukum – Kelembagaan Pada

Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Kabupaten Raja Ampat

117 Gambar 4.60. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Hukum – Kelembagaan Pada

Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung

117 Gambar 4.61. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Hukum – Kelembagaan Pada

Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Bawean, Kabupaten Gresik

118 Gambar 4.62. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Hukum – Kelembagaan Pada

Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Teluk Klabat, Kabupaten Bangka

118 Gambar 4.63. Peran Masing-masing Atribut Dalam Dimensi Hukum – Kelembagaan Pada

Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Selat Larantuka, Kabupaten Flores Timur

Gambar

Tabel 3.1. Lokasi-lokasi Penelitian Berdasarkan Pendekatan Penelitian yang Dilakukan  No
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk dan Nelayan Per Kecamatan di Kabupaten Bangka Tahun 2011-2012
Tabel 4.4.   Produksi Penangkapan Berdasarikan Komoditas Dominan di Kabupaten Bangka Tahun  2012
Tabel 4.12.  Jenis Ikan, Volume dan Nilai Harga Ikan Hasil Penangkapan di Laut
+7

Referensi

Dokumen terkait