• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR DEPARTEMEN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PERNGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR DEPARTEMEN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PERNGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG

UNTUK PENYEDIAAN PAKAN TERNAK DALAM

USAHA PENGGEMUKAN SAPI MENDUKUNG

PROGRAM P4MI DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR)

DEPARTEMEN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PERNGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) NUSA TENGGARA BARAT

2006

(2)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR

1. Judul Kegiatan : Gelar Teknologi Budidaya Jagung Untuk Penyediaan Pakan Ternak dalam Usaha Penggemukan Sapi Mendukung Program P4MI di Kabupaten Lombok Timur.

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB

3. Alamat : Jl Raya Peninjauan , Narmada, Lombok

Barat - NTB 4. Penanggung Jawab

a. Nama : Ir. Kaharudin

b. Pangkat/Golongan : Penata/III-c

c. Jabatan :

c1. Struktural :

c2. Fungsional : Penyuluh

5. Lokasi Kegiatan : Desa Sukadana, Kecamatan Terara, Kabupaten Lombok Timur

6. Status Kegiatan : Baru (B)

7. Tahun Dimulai 2006

8. Tahun Ke I.

: II.

8. Biaya Kegiatan TA. 2006 : Rp. 54.340.000,-

9. Jangka waktu pelaksanaan : Januari sampai dengan Desember 2007 10. Sumber Dana : Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

(BPTP) NTB

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian TA. 2006

Mengetahui :

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB,

Dr. Ir.H. Dwi Praptomo S, MS NIP. 080 065 973

Penanggung Jawab Kegiatan

Ir. Kaharudin NIP. 080 121 217

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, pelaksanaan kegiatan Gelar Teknologi Budidaya Jagung Untuk Penyediaan Pakan Ternak dalam Usaha Penggemukan Sapi Mendukung Program P4MI di Kabupaten Lombok Timur tahun anggaran 2006 telah dilaksanakan dengan baik.

Gelar teknologi merupakan salah satu kegiatan/program diseminasi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB) dengan maksud agar teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang atau Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB tersebut dapat tersebar kepada para petani yang ada disekitar lokasi gelar tekologi. Dengan dilaksanakan kegiatan Gelar Teknologi Budidaya Jagung Untuk Penyediaan Pakan Ternak dalam Usaha Penggemukan Sapi ini semoga dapat bermanfaat dan dapat mengatasi permasalahan yang dialami petani selama ini yaitu kesulitan penyediaan pakan ternak terutama di musim kemarau dan mengoptimalkan pemanfaatan lahan bero setelah tanaman tembakau.

Laporan kegiatan ini disajikan, mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukan. Apabila ada kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan lapaoran ini, kami menerima saran dan kritik guna penyempurnaan lebih lanjut

Mataram, Januari 2006 Kepala Balai,

Dr. Ir. H. Dwi Praptomo S, MS NIP : 080 065 973

(4)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

RINGKASAN ... iv I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Kegiatan ... ... 3 1.3. Keluaran ... 4 II METODOLOGI ... 5 2.1. Pendekatan ... 5 2.2. Tahapan Kegiatan ... 5 a. Persiapan ... 5 b. Pelaksanaan ... 5 2.4. Metode ... 7 a. Lokasi Kegiatan ... 7 b. Waktu ... 7

c. Jenis Data yang Dikumpulkan ... 7

d. Pengumpulan masalah dan Kebutuhan Teknologi ... 9

III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

3.1. Bobot Biomas Setiap Periode Panen ... 10

3.2. Bobot Pipilan Jagung Kering dan Bobot Jagung Muda ... 10

3.3. Respon Petani Terhadap Teknologi ... 11

3.4. Aplikasi Biomas pada Sapi Penggemukan ... 11

IV KESIMPULAN ... 14

V. PERKIRAAN DAMPAK HASIL KEGIATAN ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 16

(5)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Hasil uji Kandungan Gizi dari Batang dan daun Jagung ... 2

Tabel 2. Potensi Ternak Sapi di Kabupaten Lombok Timur ... 3

Tabel 3. Produksi Biomas Segar ... 10

Tabel 4. Harga Penafsiran di Lapangan ... 12 Tabel 5. Penggemukan sapi 2 ekor dengan Pakan Jerami Padi

(Penggemukan 4 Bulan) Sebelum Dilakukan Penanaman Jagung ... 12

Tabel 6. Penggemukan Sapi 2 ekor dengan pakan biomas jagung

(penggemukan 3 bulan) ... 13

(6)

RINGKASAN

Gelar Teknologi Budidaya Jagung Untuk menyedakan Pakan dalam Usaha Penggemukan Sapi Mendukung Program P4MI di Kabupaten Lombok Timur dilaksanakan di lahan petani dengan pendekatan on farm research melibatkan petani secara langsung sejak perencanaan,pelaksanaan dan pengamatan terhadap kinerja teknologi. Gelar teknologi dilaksanakan di Desa Sukadana Kecamatan Terara Lombok Timur dengan luas 5 ha, 20 orang petani koperator. selama 1 tahun dari Januari-Desember 2006. Pelaksanaan gelar ini diharapkan dapat mengatasi kekurangan pakan ternak sapi terutama pada musim kemarau dan dapat memberikan tambahan pendapatan bagi petani. Dalam pelaksanaan kegiatan gelar diterapkan teknologi budidaya jagung dan teknologi penggemukan sapi yaitu aplikasi biomas jagung pada ternak sapi milik petani. Hasil gelar menunjukkan bahwa teknologi produksi biomas dari tanaman jagung mampu menghasilkan pakan secara bertahap sebanyak 26,864 ton/ha. Jika biomas tersebut dinilai dengan harga yang berlaku di Kabupaten Lombok Timur, petani dapat memperoleh pendapatan sekitar Rp. 2.686.400,-/musim. Respon petani terhadap teknologi dan kegiatan gelar yang diterapkan sangat positif karena petani dapat merasakan langsung manfaatnya. Dari tampilan produksi biomas yaitu 26,865 ton/ha dapat menampung 9,94 ekor ternak dalam jangka waktu penggemukan 3 bulan dengan pemberian 30 kg/ekor/hari biomas segar. Dari perbandingan perhitungan biaya yang dilakukan oleh petani untuk usaha penggemukan sapi, menanam jagung untuk menghasilkan biomas sebagai pakan memberikan keuntungan yang lebih tinggi dari pada membeli jerami. Dengan demikian menanam jagung di lahan bero setelah tembakau untuk kurun waktu 3 bulan baik untuk dijual maupun untuk dijadikan biomas sebagai sumber pakan untuk penggemukan sapi yang diternak sendiri dapat meningkatkan pendapatan petani.

(7)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Komoditas jagung dan ternak, merupakan sumber pendapatan petani di pedesaan. Kedua komoditas tersebut dapat dikelola secara bersamaan oleh satu rumah tangga petani di Indonesia dan Asia Tenggara, namun pengelolaannya masih kebanyakan bersifat tradisional (Dwiyanto dan Handiniraman, 2004).

Kabupaten Lombok Timur merupakan wilayah program P4MI mempunyai potensi lahan kering (tegalan) 3.596 ha, lahan sawah 51.018 ha dan sawah tadah hujan 2.882 ha (BPS Propinsi NTB, 2004). Potensi lahan ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan komoditas jagung.

Komoditas jagung dapat ditanam pada berbagai tipe lahan. Pada beberapa tahun terakhir jagung semakin berkembang dan cenderung menggeser komoditi tanaman pangan lainnya (Bahtiar dan Awaludin 2005) Hal ini disebabkan oleh sistem budidayanya relatif lebih mudah dan permintaan pasar dalam negeri semakin meningkat terutama untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak. Selain itu tanaman jagung juga menghasilkan biomas untuk pakan ternak.

Salah satu masalah dalam memelihara ternak pada musim kemarau terutama di lahan kering adalah terbatasnya hijauan pakan ternak. Berbagai upaya telah dilakukan petani untuk menyediakan pakan ternak seperti mencari, membeli dan menyabit rumput di daerah lahan irigasi atau menyediakan jerami padi.

Upaya lain yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan lahan disekitar embung di lahan kering untuk ditanami jagung yang dipanen batang dan daunnya sebagai pakan ternak. Pakan jagung muda merupakan alternatif pakan pada musim kemarau sehingga sebagian petani banyak menanam jagung setelah panen tembakau dengan tujuan untuk dijadikan pakan ternak. Sedangkan bagi petani yang tidak menanam jagung untuk memenuhi kebutuhan pakan ternaknya membeli daun jagung muda dengan harga Rp. 1.000,-/ikat yang berisi 9 – 10 batang jagung.

Teknologi produksi biomas jagung telah tersedia dan menunjukkan bahwa dengan varietas unggul bersari bebas pada populasi tanaman 130.000 mampu menghasilkan biomas segar sebanyak 50 ton/ha, dan pada populasi 200.000 mampu menghasilkan 70 ton/ha apabila panen pada umur 70 hari (Akil. et al, 2004).

(8)

Hasil analisa laboratorium terhadap kandungan gizi biomas jagung menunjukkan bahwa protein kasar dan jumlah kalori yang dikandung di daun lebih tinggi dibandingkan dengan di batang. Sebaliknya serat kasar lebih tinggi di batang dari pada di daun (Bahtiar dan Awaludin 2005). Hasil uji kandungan gizi biomas disajikan pada table 1.

Tabel 1. Hasil uji kandungan gizi dari batang dan daun jagung

No. Bagian Tanaman Protein Kasar % Serat Kasar % Kalori (cal/gr)

1. Batang 8,40 35,11 2933,50

2. Daun 13,12 25,65 3143,84

Sumber : Bahtiar dan Awaludin Hipi 2005

Masalah teknis yang dominan terjadi di Kabupaten Lombok Timur yang berkaitan dengan penerapan teknologi budidaya ternak antara lain : ketersediaan pakan ternak pada musim kemarau sangat terbatas, penguasaan teknologi budidaya sapi masih rendah, potensi nilai tambah limbah ternak belum dimanfaatkan,jarak kelahiran anak sapi (Calving interval) 18 bulan sekali sangat lambat, serta kematian anak sapi tinggi (Hasil PRA Kabupaten Lombok Timur, 2004). Populasi ternak sapi di Kabupaten Lombok Timur disajikan pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Populasi Ternak Sapi di Kabupaten Lombok Timur

Jumlah Populasi (ekor) No. Propinsi/Kabupaten 2001 2002 2003 2004 1 Keruak 1.026 1.029 930 466 2 Jerowaru 739 741 872 827 3 Sakra 1.706 1.711 9.417 1.618 4 Sakra Barat 2.093 2.103 1.984 2.036 5 Sakra Timur 1.509 1.513 1.575 1.518 6 Terara 5.701 5.719 4.397 3.043 7 Montong Gading 3.392 3.409 3.477 3.270 8 Sikur 4.319 4.333 4.086 3.600 9 Masbagik 2.958 2.967 2.553 2.310 10 Pringgasela 5.084 5.109 5.384 5.301 11 Sukamulia 637 639 690 842 12 Suralaga 2.491 2.503 2.513 2.517 13 Selong 2.335 4.292 2.907 2.372 14 Labuhan Haji 5.579 5.606 4.526 4.533 15 Pringgabaya 2.276 2.283 2.333 2.268 16 Suela 5.555 5.582 5.440 4.850 17 Aikmel 8.677 8.705 5.824 6.463 18 Wanasaba 3.383 3.399 4.959 4.898 19 Sembalun 4.271 2.342 4.951 4.764 20 Sambelia 2.986 3.001 3.387 3.401

Sumber:NTB dalam angka (BPS,2004)

(9)

2. Tujuan

a. Menunjukkan kepada petani peternak keunggulan teknologi budidaya jagung untuk pakan ternak dan teknologi penggemukan sapi.

b. Memberikan contoh kepada petani peternak untuk memanfaatkan biomas sebagai pakan ternak sapi penggemukan.

c. Mendapatkan persepsi dan umpan balik terhadap teknologi yang digelar.

3. Keluaran

a. Diketahuinya keunggulan teknologi budidaya jagung untuk pakan ternak dan tknologi penggemukan sapi oleh petani sekitar lokasi.

b. Dimanfaatkannya biomas jagung sebagai pakan ternak sapi.

c. Diperolehnya data dan informasi tentang persepsi dan umpan balik untuk perbaikan litkaji dimasa datang.

(10)

II. METODOLOGI 1. Pendekatan

Gelar dilaksanakan di lahan petani dengan pendekatan on farm research yaitu melibatkan petani secara langsung sejak perencanaan, pengamatan dan penilaian terhadap kinerja teknologi. Dengan pelaksanaan gelar ini diharapkan petani koperator,penyuluh setempat dan masyarakat sekitar mengetahui dan memahami keunggulan teknologi budidaya jagung sebagai pakan ternak,yang apabila diadopsi/diterapkan secara meluas dapat mengatasi kekurangan pakan ternak sapi terutama pada musim kemarau, dan dapat meningkatkan pendapatan petani..

2. Tahapan Kegiatan a. Persiapan

Penentuan lokasi dan petani kooperator. Penentuan lokasi didasarkan pada kriteria :

• Lokasi yang mempunyai pola tanam padi – tembakau – bero • Mempunyai draenase yang baik

• Mempunyai kandang kolektif dengan usaha penggemukan sapi Penentuan petani kooperator berdasarkan kreteria :

• Mempunyai lahan sawah/penggarap dan mempunyai ternak sapi untuk penggemukan

• Bersedia menerapkan teknologi yang akan digelar dan mengikuti bimbingan dari penyuluh dan peneliti.

b. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan kegiatan gelar ada dua teknologi yang diterapkan yaitu teknologi budidaya jagung dan teknologi penggemukan sapi yaitu aplikasi biomas jagung pada ternak sapi .

• Paket teknologi budidaya jagung yang digelar adalah : - Benih berkualitas (daya tumbuh >90%).

- Persiapan lahan dengan cara TOT, jika liputan gulma banyak maka perlu disemprot dengan Herbisida Glifosat dan Paraquat.

- Untuk menghindari serangan penyakit bulai, benih diperlakukan dengan Fungisida Metalaksil (Saromil, Ridomil) dengan takaran 2 gr/kg benih.

(11)

- Penanaman dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm, 5 biji per lubang. - Penggunaan pupuk kompos/kandang dengan takaran 3 - 4 ton/ha. - Pemupukan : Urea 350 kg, SP-36 75 - 100 kg. Pemupukan pertama

dilakukan pada umur 7 – 10 hari setelah tanam (HST) dengan takaran Urea 1/3 (100 kg) dicampur dengan SP-36 (75 - 100 kg), ditugal ± 5 cm dari rumpun tanaman. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 25 – 30 HST dengan takaran Urea 100 kg. Pemupukan ketiga dilakukan umur 40 – 45 HST dengan takaran Urea 100 kg. - Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu umur 7 – 10 HST dan 30 – 35 HST

sekaligus pembubunan.

- Pengendalian hama penyakit berdasarkan konsep PHT. - Panen

Panen biomas segar dilakukan 4 kali yaitu :

Pertama : Memotong 2 tanaman/rumpun pada umur 30 HST Kedua : Memotong 1 tanaman/rumpun pada umur 40 HST

Ketiga : Memotong daun bawah tonggkol pada umur 60 – 70 HST Keempat : Memotong batang di atas tonggkol pada umur 80-85 HST Jika panen jagung untuk pipilan kering.

- Panen jagung dapat dilakukan dalam bentuk jagung muda yaitu umur 65 – 70 HST secara bertahap.

- Jika memungkinkan waktu, panen biji kering pada saat masak fisiologi yang ditandai dengan terbentuknya black layer pada biji jagung.

c. Paket Teknologi Penggemukan Sapi

• Bakalan (sapi) untuk penggemukan umur ± 2 – 2,5 tahun atau bobot badan 200 – 250 kg.

• Pemberian pakan penguat (konsentrat) 1% dari berat badan. Konsentrat yang digunakan yaitu dedak padi.

• Pemberian mineral 50 gr/ekor, dalam hal ini yang diberikan garam dapur

• Pemberian vitamin pada ternak • Pembersihan kandang 2 kali sehari

• Pemanfaatan kotoran ternak untuk bahan pembuatan pupuk organik.

(12)

3. Metode

a. Lokasi dan waktu pelaksanaan

Gelar teknologi dilaksanakan di Desa Sukadana Kecamatan Terara di Kabupaten Lombok Timur – NTB. Skala luasan 5 ha, 6 ekor sapi penggemukan, 20 orang petani kooperator. Kegiatan gelar dilakukan selama 1tahun dari januari – Desember 2006.

b. Jenis data yang dikumpulkan

• Bobot biomas setiap periode panen (ton/ha). Panen biomas dilakukan secara bertahap :

- Memotong 2 tanaman pada umur 30 HST. Pilih tanaman yang performancenya kurang baik pada luas petakan 10 x 10 m. Hitung jumlah tanaman yang panen dan kemudian ditimbang. Untuk 1 ha minimal 3 petakan sampel. Bobot biomas kemudian di konversi ke dalam ton/ha. Untuk pengamatan hasil biomas riel, dilakukan pencatatan setiap kali panen oleh petani.

- Panen 1 tanaman pada umur 40 HST. Pilih tanaman yang performancenya kurang baik pada luas petakan 10 x 10 m. hitung jumlah tanaman yang dipanen dan kemudian ditimbang untuk 1 ha minimal 3 petakan sampel. Bobot biomas kemudian dikonversi ke dalam ton/ha. Untuk pengamatan hasil biomas riel, dilakukan pencatan setiap kali panen oleh petani.

- Perompesan daun jagung pada umur 65 – 70 HST.

- Daun jagung yang diambil untuk pakan ternak adalah bagian bawah tongkol jagung pada luas petakan 10 x 10 m. Hitung jumlah daun yang diambil dan kemudian ditimbang, untuk 1 ha minimal 3 petakan sampel. Bobot biomas kemudian dokonversi ke dalam ton/ha. Untuk pengamatan hasil biomas riel, dilakukan pencatatan setiap kali panen oleh petani.

- Panen biomas di atas tongkol jagung pada umur ± 85 HST pangkas bagian atas tongkol jagung pada petakan 10 x 10 m. Hitung jumlah biomas tanaman yang dipotong dan kemudian ditimbang. Untuk 1 ha minimal 3 petakan sampel. Bobot biomas kemudian dikonversi ke dalam ton/ha. Untuk pengamatan hasil biomas riel, dilakukan pencatatan setiap kali panen oleh petani. Hal ini bisa dilakukan jika jagung dipanen kering.

(13)

• Bobot pipilan jagung kering (ton/ha) dan bobot jagung muda.

Jika waktu memungkinkan, jagung dibiarkan hingga kering untuk produksi biji. Gunakan petak sampel 10 x 10 m ditentukan secara acak. Panen jagung dalam petakan kemudian hitung jumlah tongkol dan timbang dengan kelobot dan tanpa kelobot (jagung tongkol). Jagung dalam bentuk tongkol dikeringkan kemudian dipipil. Ukur kadar air biji kemudian ditimbang. Sampel petakan minimal 3 untuk 1 ha lahan. Data hasil riel petani diambil dengan mencatat di masing-masing petani.

• Jika panen muda, panen jagung muda dalam sampel petakan 10 x 10 m kemudian dihitung jumlah tongkol dan ditimbang. Sampel petakan minimal 3 untuk 1 ha. Data riel hasil panen jagung muda di catat dari setiap kali panen oleh petani

• Respon petani terhadap teknologi,dikumpulkan melalui wawancara tidak terstruktur terhadap beberapa orang petani.

• Untuk kegiatan penggemukan sapi jenis data yang diamati adalah : Pertambahan bobot badan sapi yang ditimbang setiap 15 hari sekali.

4. Analisa data

Data yang terkumpul dianalisa secara deskriptif. Data input, output usahatani jagung biomas dianalisis B/C dan MBCR.

5. Bahan dan Alat

Untuk mendukung keberhasilan kegiatan ini diperlukan bahan dan alat sebagai berikut : benih jagung, pupuk kandang (kompos), pupuk urea, Sp-36, saromil, sepatu lapang, karung plastik, terpal, timbangan, chopper, timbangan elektrik dan papan alas timbangan (2 x 1 m).

Bahan dan alat yang diperlukan sesuai dengan standar kegiatan usahatani di lapang. Semaksimal mungkin akan di manfaatkan peralatan yang dimiliki oleh individu/kelompok tani.

(14)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Bobot Biomas Setiap Periode Panen

Produktivitas biomas diukur dalam tiga tahap yaitu : tahap pertama dipanen pada umur 30 hari setelah tanam (HST) untuk 2 tanaman/rumpun, kualitas biomas ini sangat baik, seratnya masih sangat lunak sehingga sangat disukai oleh ternak sapi. Tahap kedua dipanen pada umur 40 HST untuk 1 tanaman/rumpun, kualitas biomas hampir sama dengan biomas 30 hari hanya saja sedikit bertambah serat kasarnya. Tahap ketiga dipanen pada umur 65 HST untuk 2 tanaman/rumpun, kualitas biomas lebih jelek dibandingkan dengan panen tahap pertama dan kedua. Perompesan daun jagung pada umur 65 – 70 HST dan panen biomas diatas tongkol pada umur ±85 HST tidak dapat dilakukan karena kondisi jagung saat itu mengalami krisis air sehingga terjadi layu permanent,melihat kondisi seperti itu dilakukan panen hanya 3 tahap seperti yang diuraikan diatas. Dari segi produktifitas, biomas segar pada umur 65 HST mampu memberikan produksi tertinggi yaitu 22.433 kg/ht (table 3).

Tabel 3. Produksi biomas segar

No. Uraian Umur

(HST) Produksi (t/ha) Harga (Rp/kg) Nilai (Rp/ha) 1. Panen 2 tanamam/rumpun 30 0,798 100 79.800 2. Panen 1 tanamam/rumpun 40 3,633 100 363.300 3. Panen 2 tanamam/rumpun 65 22,433 100 2.243.300 Jumlah 26,864 100 2.686.400 Sumber:data diolah

Ket: Harga konversi harga pakan di pasar Terara yaitu Rp. 1.000/ikat isi 10 batang jagung dengan berat rata-rata 9,9 kg.

Jika seluruh biomas yang dipanen tersebut dinilai dengan harga berlaku di Kecamatan Terara – Lombok Timur yaitu Rp. 1.000 per ikat (10 batang dengan berat 9,9 kg) equivalen dengan Rp. 100/kg, maka produksi biomas dapat memberikan tambahan penerimaan/pendapatan sebanyak Rp. 2.686.400 /ha.

2. Bobot Pipilan Jagung Kering dan Bobot Jagung Muda

Produksi jagung kering dan jagung muda, data tidak dapat diukur hal ini disebabkan karena faktor alam kondisi kekeringan dimana debet air dari sumber pengairan mengalami penurunan sehingga tanaman jagung hanya dapat diairi satu kali saat penanaman. Varietas yang ditanam jagung Lamuru yang toleran kekeringan dan dapat bertahan hidup, sehingga dapat panen biomasnya saja tidak sampai produksi buah.

(15)

3. Respon Petani Terhadap Teknologi

Respon petani terhadap teknologi dan kegiatan gelar yang diterapkan sangat positif hal ini diketahui dari hasil wawancara dan diskusi dengan beberapa orang petani kooperator dimana pendapat petani berdasarkan pengalaman sebelum diterapkan kegiatan gelar teknologi budidaya jagung sebagai penyedia biomas untuk pakan ternak. Petani mengalami kesulitan menyediakan pakan untuk ternaknya, dan harus mencari keluar desa dan kecamatan lain bahkan petani membeli biomas jagung di pasar. Setelah dilakukan kegiatan gelar teknologi jagung sebagai penyedia biomas untuk pakan ternak, permasalahan yang sering muncul dan dialami petani terutama di musim kemarau seperti kesulitan menyediakan pakan untuk ternak, mencari pakan ke luar desa dan kecamatan lain dapat teratasi dengan memanfaatkan biomas jagung yang ditanam, bahkan petani dapat menyimpan biomas dalam bentuk kering untuk persediaan pakan di musim kemarau. Petani dapat efisiensi biaya produksi untuk usaha penggemukan sapi, yang tadinya petani harus membeli jerami 1 truk untuk 1 ekor sapi dengan jangka pemeliharaan 3 bulan dengan harga Rp. 300.000,- dengan demikian biaya untuk pemeliharaan ini dapat dialihkan untuk keperluan/kebutuhan yang lain. Petani ingin melanjutkan budidaya jagung untuk memanfaatkan lahan setelah tanaman tembakau, karena petani dapat merasakan langsung manfaatnya.

4. Aplikasi Biomas pada Sapi Penggemukan

Pemberian biomas pada ternak sapi dilakukan berdasarkan kebutuhan hijauan yaitu 10% dari berat badan ± 25 kg – 30 kg /hari, dengan aplikasi pakan biomas jagung pada ternak sapi milik petani menunjukkan laju pertumbuhan bobot badan lebih cepat dibandingkan dengan pemberian jerami padi, hal ini disebabkan karena kualitas dan kandungan gizi pakan biomas jagung lebih tinggi dari jerami padi. Pemberian biomas jagung pada usaha penggemukan dapat memperpendek waktu penggemukan yaitu 3 bulan yang tadinya dengan pemberian jerami padi maksimal 4 – 5 bulan. Dari data produksi biomas segar yang ditampilkan pada Tabel 1 dapat di prediksi bahwa dengan total produksi biomas segar 26.864 kg dapat menyediakan pakan untuk 9,94 ekor sapi/3 bulan dengan asumsi bahwa ternak sapi di beri pakan biomas jagung saja. Dilakukan penimbangan pada 2 ekor sapi penggemukan dengan rata-rata berat masing-masing 259 kg dari berat badan awal 196 kg dan 189 kg dari berat badan awal 126 kg. Untuk melihat nilai jual sapi berdasarkan penafsiran di lapangan disajikan pada tabel 4 berikut ini.

(16)

Tabel 4. Berat badan sapi penggemukan Berat Badan

No.

Awal Akhir Modal (Rp) Taksiran harga (Rp) Keuntungan (Rp)

1. 196 259 3.400.000,- 4.500.000,-

1.100.000,-2. 136 189 3.000.000,- 4.000.000,-

1.000.000,-Perbandingan perhitungan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh dari usaha penggemukan sapi dengan membeli jerami dan menanam jagung pada lahan bero setelah tembakau sebagai penghasil biomas untuk pakan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 : Analisis usahatani Penggemukan Sapi( 2 ekor) dengan pakan dibeli dan dengan mananam sendiri sukadana 2006.

No. Uraian Jumlah (Rp)

1. Harga jerami : 2 truk @ Rp. 300.000,-

600.000,-2. Tenaga angkut ke tempat penyimpanan 2 orang @ Rp. 15.000,-

30.000,-3. Beli biomas jagung segar

350.000,-4. Biaya lain-lain

100.000,-5. Modal pembelian sapi 2 ekor. 1.Rp 3.400.000

2.Rp 3.000.000

6.400.000,-Total Biaya (A) 7.480.000

6. Nilai jual sapi 2 ekor 1. Rp 4.500.000,-

2. RP 4.000.000 Pendapatan (B) 8.500.000,-Keuntungan (B-A) 1.020.000,-7. Benih 16 kg @ Rp. 7.000,- 112.000,-8. Urea 140 kg @ Rp. 1.500 210.000,-9. SP-36 40 kg @ Rp. 2.000,-

80.000,-10. Biaya tanam 5 orang @ Rp. 15.000,-

75.000,-11. Nyiang, mupuk dll 10 orang @ Rp. 15.000,-

150.000,-12. Modal pembelian sapi 2 ekor 1.Rp3.400.000

2.Rp3.000.000

6.400.000,-Total Biaya (C)

7.027.000,-13. Nilai jual sapi 2 ekor 1. Rp 4.500.000,-

2 . Rp 4.000.000,-

Pendapatan(D)

8.500.000,-Keuntungan (3 bulan) (D-C) 1.473.000,-Sumber:data diolah

Ket : Nilai jual ternak sapi berdasarkan harga taksiran dipasaran. Selisih pendapatan penggemukan diberi pakan dibeli dengan menanam sendiri yaitu: 1.473.000 − 1.020.000 = Rp

453.000,-Dari hasil analisis penggemukan sapi dengan penanaman jagung untuk menghasilkan biomas sebagai pakan memberikan keuntungan yang lebih tinggi dari pada membeli. Dengan demikian menanam jagung pada lahan bero setelah

(17)

tembakau kurun waktu 3 bulan dapat memberikan tambahan pendapatan petani sebesar Rp 2.684.400/ha dari nilai jual biomas segar. Kalau biomas dijadikan pakan penggemukan dapat memberikan tambahan pendapatan petani sebear Rp 1.473.000 dari usaha penggemukan 2 ekor sapi. Keuntungan yang diperoleh petani dalam penerapan teknologi gelar jagung sebagai pakan ternak adalah: (1) Pakan dapat tersedia ditempat; (2) dapat memanfaatkan lahan bero setelah tembakau ; dan (3) dapat memberikan tambahan pendapatan petani.

(18)

IV. KESIMPULAN

Dari hasi pelaksanaan gelar teknologi budidaya jagung untuk penyediaan pakan ternak dalam usaha penggemukan sapi mendukung kegiatan P4MI di Kabupaten Lombok Timur dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu :

1. Gelar teknologi budidaya jagung dapat memberikan tambahan penghasilan bagi petani sebesar Rp 2.684.400 / 3 bulan dari nilai jual biomas jagung

2. Gelar teknologi budidaya jagung sebagai penyedia biomas untuk pakan ternak dapat mengatasi kekurangan dan kesulitan penyediaan pakan untuk sapi terutama dimusim kemarau.

3. Gelar teknologi budidaya jagung dapat menggugah keinginan petani untuk memanfaatkan lahan bero setelah tanaman tembakau untuk ditanami jagung sebagai pakan ternak.

4. Usaha penggemukan sapi dengan pemberian pakan biomas jagung dapat memberikan tambahan pendapatan yang lebih tinggi dibanding kebiasaan yang dilakukan petani yaitu penggemukan sapi dengan pemberian jerami padi sebagai pakan.

5. Pemberian biomas jagung sebagai pakan pada usaha penggemukan sapi dapat mempersingkat waktu penggemukan dari kebiasaan petani 4 bulan menjadi 3 bulan dan dapat menghemat biaya yang dikeluarkan petani untuk usaha penggemukan.

IMPLIKASI KEBIJAKAN

1) Kepala Desa, LSM, Komite Investasi Desa (KID) dan kelompok tani sangat merespon kegiatan gelar teknologi budidaya jagung, dan ingin menindaklanjuti kegiatan ini dengan menanam jagung dimusim kemarau yang akan datang. 2) KCD pertanian beserta jajarannya dan pemerintahan kecamatan bersedia

menindak lanjuti kegiatan gelar dengan memasukkan dalam rencana programa kecamatan.

(19)

V. PRAKIRAAN DAMPAK HASIL KEGIATAN

Dampak dari hasi kegiatan Gelar Teknologi Budidaya Jagung Untuk Penyediaan Pakan Ternak Dalam Usaha Penggemukan Sapi mendukung kegiatan P4MI adalah :

1. Adanya optimalisasi pemanfaatnan lahan bero setelah tanaman tembakau selama 3 bulan.

2. Sebagai media penyuluhan dan sumber materi penyuluhan bagi penyuluh pertanian lapangan yang ada di wilayah Kabupaten Lombok Timur.

3. Teradopsinya teknologi budidaya jagung dan penggemukan sapi dengan pakan biomas pada sejumlah petani kooperator dan non kooperator disekitar wilayah pelaksanaan gelar.

4. Adanya peningkatan pendapatan petani melalui inovasi teknologi budidaya jagung dan penggemukan sapi.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Akil M, Evert Y. Hasan dan A. Najamuddin, 2004. Interaksi Varietas dan Populasi Tanaman Jagung Terhadap Produksi Biomas pada Lahan Kering di Naibonat. Makalah Disampaikan pada Seminar Mingguan Balitsereal, Desember, 2004.

BPS, 2004. Propinsi Nusa Tenggara Barat dalam Angka.

BPTP NTB 2003, Laporan Hasil PRA pada Desa-desa Poor Farmer di Kabupaten Lombok Timur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat.

Bahtiar dan Awaludin Hipi 2005. Teknologi Budidaya Jagung Mendukung Penyediaan Pakan Ternak Kambing di Lombok Timur. Disampaikan pada Seminar Nasional Pemasyarakatan Inovasi Teknologi dalam Upaya Mempercepat Revitalisasi Pertanian dan Peddesaan di Lahan Marginal. Belum dipublukasikan di Mataram 29 – 30 September 2005. Dimyanto, K dan Handimiraman, 2004. Peran Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian dalam Mendukung Usaha Agribisnis Pola Integrasi Tanaman – Ternak. Dalam Haryanto et al 2004 (peny). Sistem Integrasi Tanaman – Ternak. Prosiding Seminar Nasional, Denpasar 20 – 23 Juli 2004.

Gambar

Tabel 2. Populasi Ternak Sapi di Kabupaten Lombok Timur
Tabel 3. Produksi biomas segar
Tabel 5 : Analisis usahatani Penggemukan Sapi( 2 ekor) dengan pakan dibeli dan  dengan mananam sendiri sukadana 2006

Referensi

Dokumen terkait

Dalam artikel Melani (2012), Uriep Budhiprasetyo selaku Direktur Pengawasan Anggota Bursa BEI mengatakan bahwa komposisi ideal investor dalam bursa berupa 70%

Kompresi citra merupakan aplikasi data yang dilakukan terhadap citra digital dengan tujuan untuk mengurangi redudansi dari data-data yang terdapat dalam citra sehingga dapat

Ide kepentingan nasional mengacu pada perangkat ideal dari tujuan-tujuan nasional yang harus ditemukan sebagai dasar dari hubungan luar negeri dan politik luar negeri

Setelah perbaikan jalan, yang ditandai dengan permukaan jalan angkut produksi terpelihara, lebar jalan memenuhi syarat lebar minimum jalan angkut, drainase berfungsi dengan baik

Menurut data yang ada di tabel

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah penelitian adalah: Bagaimana pengaruh media konseling keluarga berencana terhadap pengetahuan vasektomi dan keterampilan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menentukan besar pengaruh kombinasi tebal dan orientasi sudut lamina terhadap defleksi pada batas proporsional dan

Parameter kimia yang penting dari zeolit adalah perbandingan Si/Al, yang menunjukkan persentase Si yang mengisi di dalam tetrahedral, jumlah kation monovalen dan divalent,