• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

57

VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI

RISIKO PRODUKSI

6.1. Analisis Faktor-Faktor Risiko Produksi

Pada penelitian ini dilakukan pada peternak ayam broiler yang bekerja sama dengan pihak perusahaan dalam proses produksi sampai pada proses panen. Peternak tersebut tersebar di beberapa wilayah yang ada di Kabupaten Bogor. Walaupun peternak menjalin kerja sama namun pada kenyataannya usaha yang dijalankan oleh peternak ayam tetap mengalami risiko produksi. Adanya risiko produksi ini dapat dilihat pada adanya fluktuasi produktivitas pada setiap peternak berbeda-beda satu sama lainnya. Risiko produksi ayam broiler pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan model ARCH-GARCH. Variabel yang digunakan dalam analisis ARCH-GARCH yaitu jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas dan tenaga kerja.

Sebelum dianalisis dengan metode ARCH-GARCH terlebih dahulu dilakukan analisis regresi. Analisis regresi dilakukan dengan tujuan agar model yang dihasilkan tidak melanggar persyaratan seperti variabel independent terdapat multikolinieritas. Uji multikolinearitas terlebih dahulu dilakukan agar variabel yang digunakan tidak saling mempengaruhi satu sama lainnya. Untuk melihat multikolinear ini dilihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF) > 10. Jika terjadi pelanggaran multikolinear maka dilakukan penggabungan atau penghilangan variabel sampai tidak terdapat multikolinearitas. Setelah dilakukan uji variabel maka dilakukan uji lainnya untuk melihat persamaan yang dihasilkan mengandung heteroskedistisitas. Untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedistisitas dilakukan dengan menggunakan uji Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey.

Hasil pengujian antar variabel menyatakan bahwa model yang digunakan tidak terdapat multikolinieritas pada setiap variabel. Hal itu dapat dilhat bahwa nilai VIF dari delapan variabel tidak ada yang lebih dari 10. Sehingga model dikatakan baik dan boleh dilakukan analisis berikutnya yaitu melihat apakah model terdapat heteroskedistisitas, jika terdapat unsur tersebut maka penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan model ARCH-GARCH. Untuk lebih jelas lihat pada Tabel 15.

(2)

58 Tabel 15. Pengujian Mulitikolinieritas Terhadap Antar Variabel

Predictor Coefisien SE Coef T P VIF

Constant -2,721 0,152 -17,890 0,000 DOC (X1) -0,572 0,045 -12,580 0,000 5,4 Pakan (X2) 0,332 0,041 8,090 0,000 2,5 Protek Enro(X3) 0,002 0,013 0,150 0,880 1,7 Neocamp (X4) 0,014 0,013 1,100 0,279 1,6 Doxerin Plus (X5) -0,026 0,012 -2,160 0,036 1,7 Vaksin (X6) -0,025 0,027 -0,930 0,356 2,8 Pemanas (X7) 3,257 0,113 28,760 0,000 6,8 Tenaga Kerja (X8) -0,086 0,009 -8,740 0,000 1,2

Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan bahwa semua variabel tidak mengandung multikolinier, hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai dari VIF. Semua variabel memiliki nilai VIF kurang dari 10, sehingga model tersebut terlepas dari multikolinearitas. Setelah variabel diketahui tidak mengandung multikolinier maka dilakukan pengujian persamaan apakah terdapat heteroskedistisitas dengan atau tidak. Untuk mengetahui tersebut menggunakan uji Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey. Untuk melihat apakah terdapat heteroskedistisitas dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey. Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 5.220 Prob. F(8,51) 0.000 Obs*R-squared 27.012 Prob. Chi-Square(8) 0.000 Scaled explained SS 17.960 Prob. Chi-Square(8) 0.021

Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai probability dari Obs*R-squared memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan taraf nyata lima persen. dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa residual diatas mengandung efek ARCH-GARCH yang berarti juga bahwa residual mengandung heteroskedistisitas dan model layak untuk dianalisis menggunakan metode ARCH-GARCH.

Penelitian ini menggunakan model fungsi produksi Just and Pope dimana model tersebut adalah melihat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas ayam broiler. Namun model ini juga tidak mengabaikan risiko yang ditimbulkan dalam usaha ayam broiler yang dapat mempengaruhi risiko produksi tersebut. Fungsi produksi dari model Just and Pope dilakukan dalam bentuk fungsi logaritma natural Cobb-Douglass. Metode yang menunjukkan kedua-duanya

(3)

59 sekaligus adalah ARCH-GARCH. Model ARCH-GARCH (1,1) dapat menjelaskan kedua persamaan produksi rata-rata dan variance yang dihadapi oleh para peternak ayam broiler yang ada di Kabupaten Bogor. Hasil pendugaan model GARCH terhadap persamaan fungsi produksi rata-rata dan variance produksi pada komoditi ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Produksi dan Variance Produksi Ayam Broiler Pada Kabupaten Bogor Tahun 2011

Produksi Rata-Rata

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

Jumlah DOC (X1) -0.576 0.051 -11.292 0.000 Pakan (X2) 0.328 0.051 6.353 0.000 Protect Enro (X3) 0.001 0.018 0.094 0.924 Neocamp (X4) 0.014 0.017 0.861 0.388 Doxerin Plus (X5) -0.023 0.014 -1.619 0.105 Vaksin (X6) -0.029 0.037 -0.790 0.429 Pemanas (X7) 3.267 0.167 19.452 0.000 Tenaga KerjaX8 -0.089 0.012 -7.306 0.000 Konstanta -2.723 0.253 -10.743 0.000 Variance Equation Konstanta 0.001 0.011 0.127 0.898 Error kuadrat (ε2t-1) 0.059 0.304 0.195 0.844 Variance error (ζ2t-1) 0.545 1.069 0.510 0.610 Jumlah DOC (X1) 0.000 0.002 0.123 0.901 Pakan (X2) -0.000 0.002 -0.062 0.950

Protect Enro (X3) 4.41E-05 0.000 0.052 0.958 Neocamp (X4) -3.53E-05 0.000 -0.040 0.968 Doxerin Plus (X5) -4.97E-05 0.000 -0.062 0.950

Vaksin (X6) -0.000 0.002 -0.059 0.952

Pemanas (X7) -0.000 0.008 -0.036 0.970

Tenaga KerjaX8 0.000 0.000 1.914 0.055

R-squared 0.991 Durbin-Watson stat 1.960 Adjusted R-squared 0.987

F-statistic 241.426 Prob(F-statistic) 0.000

Hasil Tabel 17 menunjukkan pendugaan persamaan produksi rata-rata dan variance menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 99 persen. Nilai koefisien determinasi (R2) tersebut memiliki arti bahwa sebesar 99 persen dari keragaman atau variasi produksi dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh model, sedangkan sisanya sebesar satu persen dijelaskan oleh komponen error atau diluar model. Tingginya nilai koefisien determinasi tersebut dipengaruhi oleh

(4)

60 pola data yang diperoleh tidak beraturan. Pola data yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 5. Data tersebut memiliki tingkat variasi yang tinggi terhadap setiap peternak, sehingga dapat menimbulkan nilai koefisien determinasi yang tinggi. Hasil tersebut sudah dapat dinyatakan bahwa faktor-faktor produksi dapat mempengaruhi produktivitas dan mempengaruhi risiko produksi pada setiap periodenya. Risiko produksi musim sebelumnya ditunjukkan oleh error kuadrat (ε2t-1) dan variance error (ζ2t-1). Risiko produksi tertentu dipengaruhi oleh pada

produksi sebelumnya. Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa tingginya risiko produksi pada periode sekarang dipengaruhi pada risiko produksi pada sebelumnya, hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai dari error dan variance adalah positif dan di atas taraf nyata lima persen.

Tabel 17 juga menjelaskan bahwa hasil pendugaan produksi rata-rata terhadap produktivitas dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama. Selain itu juga faktor-faktor tersebut secara nyata dapat menjelaskan variance produksi ayam broiler. Hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai F-hitung lebih besar dibandingkan dengan F-tabel yaitu sebesar 241,4 > 2,18 atau dapat juga dilihat dari nilai value < taraf nyata, P-value = 0,000 lebih kecil dibandingkan dengan taraf nyata lima persen. Untuk melihat pendistribusian data dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson stat, nilai yang dihasilkan adalah 1,96. Nilai tersebut dapat menjelaskan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal karena nilainya tidak mendekati nol.

6.1.1. Analisis Faktor-Faktor Pada Fungsi Produksi Rata-Rata

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi adalah jumlah DOC, pakan, obat-obatan seperti Protect Enro, Neocamp, dan Doxerin Plus, vaksin, pemanas, serta pemakaian tenaga kerja. Pada hasil pendugaan produksi rata-rata menyatakan bahwa faktor-faktor produksi tersebut secara bersama-sama signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai probability yang kurang dari lima persen dan nilai F-hitung lebih besar dibandingkan F-tabel. Berikut adalah Gambar 18 yang menjelaskan tentang hasil pendugaan produksi rata-rata ayam broiler.

(5)

61 Tabel 18. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam

Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011 Produksi Rata-Rata

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

Jumlah DOC (X1) -0.576 0.051 -11.292 0.000 Pakan (X2) 0.328 0.051 6.353 0.000 Protect Enro (X3) 0.001 0.018 0.094 0.924 Neocamp (X4) 0.014 0.017 0.861 0.388 Doxerin Plus (X5) -0.023 0.014 -1.619 0.105 Vaksin (X6) -0.029 0.037 -0.790 0.429 Pemanas (X7) 3.267 0.167 19.452 0.000 Tenaga KerjaX8 -0.089 0.012 -7.306 0.000 Konstanta -2.723 0.253 -10.743 0.000 1. Jumlah DOC (X1)

Hasil pendugaan parameter pada fungsi persamaan produksi rata-rata menunjukkan bahwa variabel jumlah DOC memiliki taraf nyata dibawah satu persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah DOC berpengaruh signifikan terhadap hasil produktivitas ayam broiler. sedangkan jika dilihat dari nilai koefisien parameter memiliki nilai negatif yaitu sebesar -0,576. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jika DOC ditambahkan sebesar satu persen maka akan menurunkan hasil produktivitas ayam broiler sebesar 0,576 persen (cateris paribus). Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan satu persen jumlah DOC akan meningkatkan produktivitas ayam broiler.

Variabel DOC memiliki nilai negatif karena para peternak ayam broiler di lapangan pada umumnya memiliki perbandingan yang tidak sesuai antara luas kandang dengan jumlah DOC. Pada kondisi normal seharusnya 1 m2 kandang di isi dengan 8 ekor, sedangkan peternak ayam tersebut mengisi lebih dari kondisi normalnya, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan ayam broiler tersebut. Adanya indikator ini dapat menghambat pertumbuhan ayam, terhambatnya pertumbuhan ayam dapat dilihat pada tingginya tingkat FCR sehingga konversi pakan dengan bobot ayam tidak sesuai, semakin kecil FCR maka produktivitas ayam juga akan semakin tinggi. Untuk lebih jelas variasi penggunaan DOC terhadap luas kandang yang ada dapat dilihat pada Lampiran 5. Selain pertumbuhan terhambat juga akan mempengaruhi mempercepat penyebaran

(6)

62 penyakit karena tidak adanya ruang kosong bagi ayam untuk bergerak, sehingga jika tidak diperhatikan oleh peternak maka akan menimbulkan kematian pada ayam. Penyebab terhambatnya pertumbuhan ayam broiler juga salah satunya adalah faktor kondisi kandang yang terkadang bocor atau kurang baik sehingga jika ada perubahan cuaca akan mengganggu kondisi suhu ruangan yang akhirnya berdampak pada penghambatan pertumbuhan ayam broiler. Berdasarkan kurva produksi, penggunaan DOC berada pada daerah tiga. Hal tersebut ditunjukkan bahwa jika dilakukan penambahan input DOC, maka akan menurunkan produktivitas ayam broiler, sehingga tidak perlu melakukan penambahan kapasitas.

2. Pakan (X2)

Variabel pakan memiliki nilai P-value sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel pakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam. Hal ini sesuai dengan penelitian Merina yang menyatakan bahwa pakan termasuk variabel yang memiliki pengaruh yang nyata terhadap produktivitas. Pakan merupakan variabel penting dalam meningkatkan produktivitas ayam broiler, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel pakan memiliki nilai positif yaitu sebesar 0,3288. Arti dari nilai tersebut adalah jika peternak memberikan tambahan pakan sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,3288 persen (cateris paribus).

Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa dengan penambahan pakan satu persen maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler tersebut. Berdasarkan kurva produksi, variabel pakan berada pada daerah dua. Hal tersebut ditunjukkan bahwa jika dilakukan penambahan variabel pakan maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler tersebut. Dengan demikian perlu dilakukan penambahan jumlah pakan untuk meningkatkan produktivitas ayam. Pemberian pakan agar tepat guna dilakukan sesuai dengan umur DOC, yaitu pada saat DOC berumur 0-7 hari maka digunakan pakan starter, usia 8-15 hari digunakan pakan dewasa, sedangkan pada umur 16-panen diberikan pakan finisher. Hal itu dilakukan agar sesuai dengan komposisi protein dan konsentrat dalam pakan sehingga pertumbuhan dapat berkembang

(7)

63 dengan maksimal. Penggunaan pakan setiap peternaksangat bervariasi hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5.

3. Protect Enro (X3)

Variabel Protect Enro adalah termasuk ke dalam jenis obat yang digunakan dalam proses produksi berlangsung. Berdasarkan hasil pendugaan parameter menyatakan bahwa Protect Enro ini tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas, hal tersebut dapat dilihat dari nilai P-value sebesar 0,924. Nilai ini diatas taraf nyata lima persen. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien variabel menunjukkan bernilai positif yaitu sebesar 0,0017. Nilai tersebut memiliki arti adalah jika dilakukan penambahan satu persen Protect Enro maka akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,0017 persen (cateris paribus). Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien lebih besar dari nol dan menyatakan bahwa penambahan satu persen variabel Protect Enro akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar koefisiennya.

Penambahan Protect Enro tidak akan meningkatkan produktivitas ayam broiler tersebut, karenakan variabel ini bukan termasuk variabel yang signifikan terhadap produktivitas. Protect Enro tidak berpengaruh signifikan dikarenakan variabel tersebut adalah jenis obat yang digunakan sebagai pengendalian hama dan penyakit, sehingga tidak terlalu mempengaruhi nilai dari produktivitas ayam broiler. Jika ayam sudah terkena penyakit maka pertumbuhan ayam akan lambat dibandingkan dengan ayam yang sehat sehingga Protect Enro ini tidak dapat meningkatkan produktivitas, namun untuk mengobati ayam yang sudah terserang penyakit. Penggunaan jenis obat ini sangat bervariasi, hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5.

Berdasarkan kurva produksi, variabel Protect Enro berada pada daearah dua. Hal tersebut ditunjukkan pada nilai coefisien yang dapat dilihat pada Tabel 18 bernilai positif. Dengan demikian, jika dilakukan penambahan variabel Protect Enro maka akan meningkatkan produktivitas, kenaikan ini disebabkan karena jika kondisi ayam sehat maka akan meningkatkan pertumbuhan ayam tersebut, oleh karena itu variabel ini masih berada pada daerah dua.

(8)

64 4. Neocamp (X4)

Variabel Neocamp juga merupakan salah satu variabel jenis obat yang digunakan oleh peternak ayam broiler dalam menjalankan budidaya ayam broiler. berdasarkan nilai P-value sebesar 0,3889. Variabel tersebut berada dibawah taraf nyata 40 persen, sehingga tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ayam broiler pada taraf nyata 20 persen. karena nilai P-Value lebih besar dari pada taraf nyata maka variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas. Sedangkan nilai koefisien dari variabel tersebut sebesar 0,0149. Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap ditambahkan satu persen variabel Neocamp maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar 0,0149 persen (cateris paribus).

Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien variabel lebih besar dari nol dan jika variabel tersebut ditambahkan satu persen maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar koefisien tersebut. Variabel Neocamp juga tidak terlalu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam broiler, karena fungsi dari variabel tersebut adalah untuk mengendalikan hama dan penyakit sehingga ayam broiler dapat terkendali pada saat terserang penyakit. Penggunaan dosis pada variabel ini sangat bervariasi setiap peternaknya. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5. Penggunaan yang tidak tepat dapat mengurangi dari fungsi jenis variabel tersebut. Oleh karena itu variabel ini tidak tersebut signifikan.

Berdasarkan kurva produksi, variabel Neocamp berada ada daerah kedua. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 18 yang memperlihatkan bahwa variabel Neocamp memiliki nilai positif, sehingga jika variabel Neocamp ditambahkan, maka variabel tersebut akan meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, variabel ini perlu diberikan dosis sesuai takaran agar dapat meningkatkan produktivitas ayam broiler.

5. Doxerin Plus (X5)

Variabel Doxerin Plus adalah jenis variabel yang berfungsi sebagai obat-obatan yang digunakan para peternak pada saat proses produksi berlangsung setiap periodenya. Berdasarkan nilai P-value, variabel ini memiliki nilai sebesar 0,1053, atau berada pada taraf nyata 15 persen. Pada taraf tersebut masih memiliki

(9)

65 tingkat pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Sedangkan jika dilihat dari nilai koefisien parameter. Doxerin Plus memiliki nilai negatif yaitu sebesar -0,023848. Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap dilakukan penambahan variabel Doxerin Plus sebesar satu persen maka produktivitas ayam broiler akan mengalami penurun sebesar 0,023484 persen (cateris paribus).

Penyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien variabel besar dari nol. Sehingga dengan penambahan satu persen variabel tidak menambah melainkan mengurangi produktivitas ayam. Variabel ini adalah variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas namun bukan meningkatkan melainkan menurunkan produktivitas. Dengan demikian variabel ini berdasarkan kurva produksi berada pada daerah tiga.

Penurunan produktivitas tersebut dikarenakan bahwa takaran atau ukuran yang digunakan oleh peternak plasma tidak tepat. Peternak menggunakan takaran tidak berdasarkan skala usaha yang mereka ternakkan, sehingga akan berdampak pada penurunan produktivitas. Misalnya pada skala usaha 2.000 ekor ayam, penggunaan variabel tersebut sama dengan skala 5.000 ekor.

6. Vaksin (X6)

Vaksin termasuk kedalam variabel yang diduga sebagai faktor produksi yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas ayam broiler. Namun berdasarkan hasil pendugaan parameter, vaksin tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai P-value sebesar 0,4294. Nilai tersebut terlalu besar dan diatas taraf nyata 20 persen. Sehingga variabel tersebut tidak termasuk variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas. Berdasarkan nilai koefisien variabel vaksin, variabel tersebut juga termasuk kepada variabel yang dapat menurunkan produktivitas, hal tersebut dapat dilihat nilai koefisiennya bertanda negatif. Nilai yang dihasilkan oleh parameter vaksin sebesar -0,029435.

Nilai tersebut memiliki arti jika variabel vaksin dinaikkan/ditambahkan sebesar satu persen maka produktivitas akan turun sebesar 0,029435 persen (cateris paribus). Dengan demikian berdasarkan kurva produksi, variabel ii berada pada daerah ketiga dan pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa

(10)

66 sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien variabel besar dari nol. Sehingga jika ditambahkan satu persen variabel vaksin tidak meningkatkan melainkan mengurangi produktivitas ayam broiler. vaksin tidak signifikan terhadap produktivitas diduga karena beberapa faktor, dalam pemberian vaksin perlu beberapa hal yang harus diperhatikan seperti jenis vaksin yang digunakan, takaran/dosis vaksin yang digunakan, jadwal vaksinasi, waktu pemberian vaksin, serta penyimpanan vaksin. Kesemua tersebut dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan fungsi dari vaksin. Selain itu juga variabel ini hanya digunakan sebagai antibodi/kekebalan tubuh agara ayam tidak mudah terserang penyakit sehingga tidak merangsang meningkatkan produktivitas.

7. Pemanas (X7)

Pemanas adalah variabel yang tidak pernah lepas dari budidaya ayam broiler. Variabel tersebut sangat digunakan pada awal produksi sampai pada umur 15 hari. Pada hipotesis sebelumnya pemanas adalah variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas. Hal tersebut sesuai dengan hasil pendugaan parameter produksi rata-rata. Nilai P-value variabel tersebut adalah dibawah satu persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanas sangat berpengaruh nyata terhadap produktivitas. Sedangkan jika dilihat dari koefisien parameter pemanas menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar 3,267185. Nilai tersebut memiliki arti bahwa jika setiap peternak menaikkan atau menambahkan variabel pemanas satu persen maka produktivitas akan meningkat sebesar 3,267185 persen (cateris paribus). Berdasarkan kurva produksi, variabel pemanas berada pada daerah kedua. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 18 yang menunjukkan bahwa semakin ditambah variabel tersebut maka produktivitasnya juga akan semakin meningkat.

Pemanas ini sangat penting pada awal produksi, karena jika menggunakan pemanas yang konsisten maka suhu ruangan akan terjaga dengan baik sehingga ayam tidak kedinginan dan akan tetap sehat. Jika variabel ini tidak dilakukan secara rutin pada awal periode maka suhu ruangan akan rendah sedangkan suhu yang dibutuhkan berkisar 32-340C maka akan berdampak pada pertumbuhan ayam akan terhambat karena daging yang seharusnya semakin menumpuk sekarang

(11)

67 dialokasikan untuk menghangatkan tubuhnya dengan dilihat adanya tumbuh bulu kasar pada tubuh ayam broiler.

8. Tenaga Kerja (X8)

Tenaga kerja salah satu variabel yang penting dalam semua bidang usaha, karena dengan adanya tenaga kerja maka semua kegiatan budidaya akan dapat terselesaikan dengan baik. Pada hipotesis sebelumnya tenaga kerja merupakan variabel yang memiliki koefisien bertanda positif sehingga perpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Namun berdasarkan pendugaan parameter menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja memiliki pengaruh signifikan dengan melihat probability kurang dari satu persen. Akan tetapi, jika dilihat dari nilai koefisien variabel, variabel ini tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya karena koefisien tersebut bertanda negatif. Dengan demikian, jika ditambahkan satu persen variabel tersebut maka bukan meningkatkan, melainkan mengurangi produktivitas ayam broiler.

Variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karena pada umumnya tenaga kerja yang dimiliki oleh peternak tersebut adalah warga sekitar yang tidak memiliki pekerjaan, sehingga tidak memiliki keterampilan serta pengetahuan terhadap ayam broiler. Sementara dalam budidaya ayam broiler dibutuhkan ketekunan serta pengetahuan dalam ayam broiler sehingga terjadi masalah pada ayam dapat segera ditangani dan tidak terlambat dalam menanganinya. Oleh karena itu, variabel tenaga kerja ini jika ditambahkan akan berdampak pada penurunan produktivitas.

6.1.2. Analisis Faktor-Faktor pada Fungsi Variance Produksi

Faktor-faktor produksi tidak hanya dapat mempengaruhi produktivitas ayam broiler, melainkan juga dapat memberikan dampak terhadap munculnya atau dapat mengurangi terjadinya risiko produksi terhadap produktivitas ayam broiler. Faktor-faktor produksi yang digunakan untuk melihat pengaruh variance produksi adalah jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas dan tenaga kerja. Semua variabel tersebut dianalisis faktor-faktor apa saja yang yang mempengaruhi variance produksi. faktor-faktor produksi yang dijadikan sebagai pengurang atau menimbulkan risiko produksi dapat dilihat pada Tabel 19.

(12)

68 Tabel 19. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam

Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011 Variance Equation

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

Konstanta 0.001 0.011 0.127 0.898

Error kuadrat (ε2t-1) 0.059 0.304 0.195 0.844

Variance error (ζ2t-1) 0.545 1.069 0.510 0.610

Jumlah DOC (X1) 0.000 0.002 0.123 0.901

Pakan (X2) -0.000 0.002 -0.062 0.950

Protect Enro (X3) 4.41E-05 0.000 0.052 0.958 Neocamp (X4) -3.53E-05 0.000 -0.040 0.968 Doxerin Plus (X5) -4.97E-05 0.000 -0.062 0.950

Vaksin (X6) -0.000 0.002 -0.059 0.952

Pemanas (X7) -0.000 0.008 -0.036 0.970

Tenaga KerjaX8 0.000 0.000 1.914 0.055

1. Jumlah DOC (X1)

Pada sebelumnya hipotesis sebelumnya jumlah DOC menyatakan bahwa jika koefisien besar nol sehingga semakin positif maka variance yang ditimbulkan juga akan semakin tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil pendugaan parameter produksi variance menyatakan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko produktivitas yang dihasilkan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai P-value yang dihasilkan sebesar 90 persen dan diatas taraf nyata 20 persen. sedangkan berdasarkan koefisien parameternya menunjukkan tanda positif. Hal ini berarti, semakin banyak jumlah DOC di pelihara maka risiko yang ditimbulkan akan semakin tinggi.

Tingginya variasi disebabkan oleh tidak sesuainya luas kandang dengan jumlah DOC, sehingga jika terus ditambah akan menyebabkan ayam akan mati atau mudah terserang penyakit dan menyebabkan semakin tingginya risiko produksi usaha ayam broiler tersebut. Oleh karena itu variabel jumlah DOC ini merupakan variabel yang menimbulkan adanya risiko produksi. Untuk mengurangi tingkat risiko maka jumlah DOC harus sesuai dengan luas kandang, pada kondisi normal 1 m2 kandang harusnya berkapasitas 5-8 ekor ayam. Selain itu juga yang menjadi faktor penduga mengapa tidak signifikan adalah karena peternak plasma dalam pengambilan jenis DOC tidak satu perusahaan supplier.

(13)

69 2. Pakan (X2)

Hipotesis sebelumnya menyatakan bahwa koefisien variabel pakan bertanda positif maka akan meningkatkan variasi dari hasil produktivitas ayam broiler. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel pakan memiliki nilai P-value sebesar 0,95 atau 95 persen lebih besar dari taraf nyata 20 persen. sehingga variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi ayam broiler. sedangkan berdasarkan koefisien variabel memperlihat tanda negatif, hal ini menunjukkan bahwa jika pakan digunakan semakin banyak, maka variance produksinya akan semakin menurun. Sehingga pakan merupakan salah satu variabel yang menjadi pengurang risiko. Dengan semakin menambah pakan maka bobot ayam akan semakin meningkat sehingga produktivitas ayam juga akan semakin meningkat.

Ayam broiler pada umumnya harus diperhatikan kondisi pakannya. Untuk mendapatkan hasil bobot ayam yang baik maka peternak harus terus memantau keadaan pakan dikandang apakah masih tersedia atau tidak, jika pakan tidak sempat tidak tersedia selama satu jam maka kondisi ayam akan terhambat pertumbuhannya sehingga tidak mendapatkan hasil yang baik. Faktor penduga mengapa variabel ini tidak signifikan adalah dalam pemberian jenis pakan. Pakan ayam ada tiga jenis yaitu pada umur 1-15 hari menggunakan jenis pakan starter, umur 16-25 menggunakan pakan growing, dan umur 26 sampai panen menggunakan jenis pakan finishing. Sementara pada kondisi dilapangan peternak terkadang tidak mengikuti anjuran yang telah ditetapkan sehingga pakan tersebut tidak berpengaruh signifikan dalam mengurangi variance produksi.

3. Protect Enro (X3)

Pendugaan parameter variabel Protect Enro memiliki nilai P-value sebesar 0,958 atau 95 persen lebih besar daripada taraf nyata 20 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi yang dihasilkan. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien variabel memiliki tanda positif. Hal tersebut menandakan bahwa semakin banyak variabel ini digunakan maka variance produksi yang diterima oleh peternak akan semakin tinggi. Tingginya risiko yang dihasilkan dengan menggunakan variabel ini adalah karena peternak pada umumnya tidak memperhatikan takaran dalam

(14)

70 menggunakan Protect Enro. Ukuran yang digunakan oleh peternaknya adalah rata-rata menggunakan 0,5 liter untuk semua skala usaha ayam broiler. Untuk mengurangi tingginya risiko yang dihasilkan dengan menggunakan variabel ini sesuai takaran dan berdasarkan skala yang pada umumnya. Takaran normal untuk 1gram/1liter air yang dicampur dengan air minum selama gejala terlihat pada ayam broiler.

4. Neocamp (X4)

Neocamp adalah variabel yang berjenis obat yang dapat mengendalikan penyakit yang berasal dari bakteri, pemakaiannya adalah 1gram/1liter air. Pada hipotesis sebelumnya variabel ini menyatakan bahwa memiliki nilai koefisien variabel bernilai positif, sehingga semakin banyak Neocamp digunakan maka akan meningkatkan variance produksi. Berdasarkan pendugaan parameter variance produksi, Neocamp ini memiliki nilai P-value sebesar 0,968 atau 96 persen yang berada diatas taraf nyata 20 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Sedangkan jika dilihat dari nilai koefisiennya, variabel ini memiliki nilai bertanda negatif, hal tersebut menyatakan bahwa dengan menambahkan variabel Neocamp maka akan menurunkan variance produksi. Sehingga variabel ini termasuk kedalam variabel yang mengurangi variance produksi.

5. Doxerin Plus (X5)

Doxerin Plus termasuk salah satu jenis obat yang digunakan oleh para peternak ayam broiler yang berfungsi sebagai mengobati crd complex, fowl cholera, snot/ coryza, dan penyakit pernafasan lainnya. Takaran yang digunakan dalam menggunakannya adalah 1gram/2liter air. Variabel ini selalu digunakan para peternak untuk menghindari terjangkitnya penyakit pada ayam mereka. Hipotesis sebelumnya variabel ini menyatakan bahwa koefisien variabel memiliki nilai positif, sehingga jika dilakukan semakin banyak menggunakan Doxerin Plus maka akan meningkatkan variance.

Berdasarkan hasil pendugaan parameter bahwa variabel ini memiliki nilai P-value sebesar 0,95 atau 95 persen yang berada diatas nilai taraf nyata 20 persen. Sehingga dapat diartikan bahwa variabel Doxerin Plus tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Hal ini berbanding lurus dengan nilai

(15)

71 koefisien variabel yang bertanda negatif, tanda negatif tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak variabel ini digunakan maka akan menurunkan variance produksi. Peternak plasma ayam broiler DUF rata-rata tidak menggunakan takaran/dosis yang tepat dalam penggunaan faktor produksi tersebut. Sehingga variabel tersebut tidak dapat berpengaruh signifikan dalam mengurangi variance produksi. Jika para peternak menggunakan takaran yang sesuai sehingga penggunaan tersebut bermanfaat yaitu dapat mengurangi variance.

6. Vaksin (X6)

Variabel vaksin merupakan salah satu faktor produksi yang diperlukan dalam kekebalan tubuh sehingga ayam broiler tetap sehat, namun jika pemakaiannya tidak tepat maka akan tidak berdampak baik pada pertumbuhan ayam broiler. pada penggunaan vaksin, para peternak sudah menerapkan takaran yang sesuai sehingga vaksin tepat guna dan tidak menimbulkan efek samping. Penggunaan vaksin bertujuan untuk menguatkan kekebalan tubuh ayam broiler agar tidak mudah terserang penyakit. Dosis yang digunakan adalah 1 vial vaksin untuk 1000 ekor ayam.

Pada hipotesis sebelumnya, variabel ini memiliki koefisien variabel yang bernilai positif, sehingga jika pemakaian vaksin semakin banyak maka variance produksi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Hal ini dapat dilihat pada nilai P-value sebesar 0,9522 atau 95 persen yang berada diatas taraf nyata 20 persen, sehingga variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variance produksi.

Berdasarkan kondisi lapangan dapat diduga yang menjadikan variabel vaksin tidak signifikan adalah faktor dalam waktu pemberian vaksi yang kurang tepat dan penyimpakan vaksin sehingga dapat mengurangi fungsi dari vaksin itu sendiri. Berdasarkan nilai koefisien parameter menunjukkan bernilai negative, hal itu berarti semakin besar penggunaan variabel tersebut maka akan menurunkan variance produksi ayam broiler, sehingga tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya. Nilai koefisien parameternya adalah sebesar -0,000132, sehingga variabel tersebut termasuk kedalam variabel yang dapat mengurangi variance produksi.

(16)

72 7. Pemanas (X7)

Pemanas adalah faktor produksi yang dapat meningkatkan produktivitas ayam broiler. sehingga hipotesis awalnya jika semakin banyak penggunaan variabel pemanas maka akan meningkatkan variance produksi, dan jika dilihat dari hasil pendugaan parameter variance produksi menunjukkan P-value bernilai 0,9707 atau 97 persen. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan taraf nyata 20 persen, yang berarti bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Berdasarkan kondisi lapang, faktor penduga yang menyebabkan variabel ini tidak signifikan adalah adanya perbedaan para peternak plasma dalam menggunakan alat pemanasnya, ada yang menggunakan batubara, kayu bakar, maupun gas. Sehingga mempengaruhi tingkat variasinya dan menyebabkan tidak berpengaruh nyata.

Sedangkan berdasarkan nilai koefisien parameter bertanda negatif yaitu sebesar -0,000306. Hal ini berarti, semakin banyak variabel pemanas dan sekam digunakan maka akan semakin menurunkan variance produksi. Pernyataan ini tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan jika penggunaan variabel ini maka akan menambah variance produksi. Para peternak dalam penggunaan variabel ini telah sesuai dengan ukuran dan berdasarkan skala usahanya, sehingga tidak menimbulkan risiko melainkan menjadi pengurang variance produksi ayam broiler.

8. Tenaga Kerja (X8)

Tenaga kerja adalah faktor yang pasti ada dalam setiap usaha. Tenaga kerja yang digunakan dalam bidang peternakan ayam broiler ini berasal dari masyarakat disekitar peternakan ayam. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel ini menunjukkan hasil P-value sebesar 0,0555 atau sebesar 5,5 persen. Nilai tersebut diatas taraf nyata 20 persen sehingga berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien parameter menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar 0,000581. Hal itu berarti, jika tenaga kerja ditambahkan penggunaannya maka akan dapat meningkat variance produksi ayam broiler. Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya. Penggunaan input tenaga kerja memiliki variance yang tinggi karena tenaga kerja yang di pekerjakan rata-rata tidak memiliki keahlian dibidang peternakan

(17)

73 sehingga dalam mengurus ayam tidak disiplin. Selain itu juga adanya tenaga kerja yang tidak jujur dalam bidang usaha seperti terkadang ada pekerja yang menjual pakan secara diam-diam kepada orang lain, hal tersebut dapat merugikan peternak karena pastinya pakan ayam akan berkurang. Oleh karena itu jika dilakukan penambahan tenaga kerja tidak mengurangi variance produksi melainkan meningkatkan variance. Sehingga variabel tenaga kerja adalah variabel yang termasuk kedalam variabel yang menimbulkan variance produksi.

Berdasarkan hasil pendugaan semua parameter baik itu yang produksi rata-rata maupun yang variance produksi, maka dapat dijelaskan bahwa pada produksi rata-rata, variabel yang memiliki pengaruh nyata terhadap produktivitas yang dibawah satu persen adalah variabel jumlah DOC, pakan, pemanas, serta penggunaan tenaga kerja. Sedangkan Doxerin Plus merupakan variabel yang signifikan terhadap produktivitas pada taraf nyata dibawah 20 persen. variabel lainnya seperti Protect Enro, Neocamp, vaksin merupakan variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas. Ketiga variabel tersebut memiliki taraf nyata sebesar dibawah 93 persen, dibawah 40 persen, dan dibawah 43 persen.

Untuk pendugaan parameter variance produksi dapat disimpulkan bahwa dari delapan variabel, semuanya tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi selain tenaga kerja. Ketujuh variabel tersebut memiliki probability diatas 20 persen, sedangkan probability tenaga kerja sebesar dibawah 10 persen. Faktor-faktor produksi ada yang menjadi pengurang variance produksi ada juga yang menimbulkan variance produksi. Faktor-faktor produksi yang dapat menimbulkan variance adalah variabel jumlah DOC, Protect Enro, dan tenaga kerja. Sedangkan yang mengurangi variance produksi adalah pakan, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas . Penjelasan diatas menunjukkan bahwa ada persamaan terhadap penelitian yang dilakukan oleh Fariyanti et al, (2007). Hasil penelitiannya tentang risiko produksi kentang yang menunjukkan bahwa tenaga kerja adalah variabel yang dapat menimbulkan variance produksi serta Obat-obatan merupakan variabel yang menjadi pengurang variance produksi.

(18)

74 6.2. Sumber dan Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi

1) Sumber-Sumber Risiko Produksi

Produksi adalah proses pengolahan input atau faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output. Pada saat proses produksi berlangsung sampai pada menghasilkan output maka semua itu tidak terlepas dari risiko. Risiko merupakan kemungkinan kejadian yang merugi. Risiko produksi terjadi karena adanya sumber-sumber risiko. Sedangkan semua risiko tersebut harus diminimalkan agar kemungkinan terjadinya kerugian juga kecil. Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini, dilakukan rekomendasi dalam risiko produksi. Rekomendasi penanganan risiko yang dilakukan dengan tindakan preventif yaitu dengan cara pencegahan risiko tersebut terjadi. Pencegahan yang dilakukan adalah dengan membuat atau memperbaiki fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk budidaya ayam broiler dan memperbaiki sumber daya manusia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sumber-sumber risiko yang ada pada peternakan ayam broiler pada perusahaan DUF adalah diduga berasal dari sumber hama penyakit dan cuaca.

2) Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi

Tenaga kerja yang digunakan pada umumnya masyarakat yang ada disekitar usaha, rata-rata tidak memiliki pengetahuan tentang budidaya ayam broiler. Sehingga dalam proses produksi berjalan, pegawai kurang memperhatikan kondisi ayam, padahal ayam broiler membutuhkan ketekunan, disiplin, dan pengetahuan tentang ayam agar ayam selalu terkontrol dengan baik. Selain itu juga adanya tenaga kerja yang tidak jujur dalam menjalankan usaha, seperti dengan menjual pakan secara diam-diam kepada orang lain untung mendapatkan kerja sampingan. Keadaan tersebut akan membuat ayam kekurangan pakan dan pertumbuhan ayam akan menjadi tidak normal. Sehingga tenaga kerja merupakan sumber terjadinya risiko. Namun untuk mengurangi terjadinya risiko maka dalam perekrutan tenaga kerja memilih tenaga kerja yang dapat dipercaya serta memiliki pengetahuan tentang ayam, dan disiplin. Jika kriteria tersebut terpenuhi maka kondisi ayam akan semakin terkontrol setiap waktu baik itu pemberian pakan, minum, dan kondisi ayam. Apabila tenaga kerja tidak memahami pengetahuan

(19)

75 tentang ayam, maka terlebih dahulu diberikan penyuluhan agar pegawai mengetahui apa yang seharusnya dia kerjakan.

Iklim atau cuaca merupakan salah satu faktor sebagai sumber terjadinya risiko. Cuaca yang tidak menentu dapat menjadikan kondisi kesehatan berkurang. Pada saat musim hujan maka ayam harus lebih diperhatikan perawatannya, yaitu dengan memperhatikan kondisi kandang agar kandang tetap kering tidak lembab karena air hujan. Jika kondisi kandang lembab maka akan merangsang timbulkan bibit penyakit mucul seperti bakteri Fowl Chorela, Salmonelosis,Coryza, Colli Bacillosis. Selain itu juga menimbulkan jamur serta virus lainnya yang dapat menimbulkan hama dan penyakit. Untuk pencegahan yang dilakukan agar kondisi kandang tetap baik adalah dengan merenovasi kandang yang dianggap sudah tidak layak lagi agar kandang tetap steril.

Pada saat musim hujan, pencegahan yang dilakukan adalah dengan cara menutup dinding tirai kandang, hal tersebut dilakukan agar kondisi didalam kandang suhunya tidak turun, memberikan terpal diatas kandang agar suhunya tetap normal, selain itu juga menghidupkan alat pemanas yang berasal dari kayu bakar atau dari batu bara. Hal itu dilakukan agar ayam tetap menjaga suhu tubuhnya. Jika kondisi sekam terlihat basah, maka sekam tersebut ditambal dengan sekam yang baru agar tidak lembab, atau jika sekam tersebut sudah terlalu basah, maka sekam diganti dengan yang baru. Sekam juga digunakan agar ayam tetap terasa hangat dan menjaga kondisi ayam pada saat berjalan agar tidak kakinya masuk ke lubang lantai.

Untuk menjaga kondisi ayam broiler tetap sehat maka perlu dilakukan vaksinasi terlebih dahulu agar kebal terhadap penyakit. Selain itu juga memberikan pengobatan yang tepat waktu dan tepat ukuran, pengobatan dilakukan setelah ayam terlihat sudah terserang penyakit. Obat yang digunakan juga harus tepat sasaran, pengobatan dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami. Jika ayam sudah terkena penyakit maka ayam tersebut dipisahkan dengan ayam yang sehat, hal tersebut dilakukan agar penyakit tidak terjangkit ke ayam yang lainnya sehingga penyakit dapat dikontrol serta lebih mudah penanganannya. Selain menjaga kondisi fisik kandang, luasan kandang juga perlu diperhatikan antara kapasitas usaha budidaya ayam broiler dengan kapasitas

(20)

76 kandang. Hal tersebut dilakukan agar ayam tidak terlalu padat dan mendapat ruang sehingga tidak menghambat pertumbuhan ayam. Berdasarkan pembahasan variance produksi terdapat 7 variabel yang tidak signifikan terhadap variance produksi dan hanya variabel tenaga kerja yang signifikan terhadap variance produksi. Rekomendasi Strategi penanganan variance produksi adalah sebagai berikut :

1. Jumlah DOC (X1)

Pada produksi rata-rata, dapat dilihat bahwa variabel ini merupakan variabel yang signifikan terhadap produktivitas, namun jika dilihat pada koefisiennya menandakan bahwa jika variabel ini ditambahkan justru akan mengurangi produksi. Sehingga rekomendasinya adalah dengan memperhatikan kapasitas kandang dengan skala usaha yang dijalankan agar peningkatan jumlah DOC juga meningkatkan produktivitas ayam broiler.

2. Pakan (X2)

Variabel pakan merupakan variabel yang signifikan terhadap produksi rata-rata serta memiliki hubungan yang positif yaitu jika ditambahkan maka variabel pakan maka produktivitasnya juga akan meningkat. Namun pada variance produksi variabel ini tidak signifikan namun jika dilihat dari koefisiennya variabel ini dapat mengurangi risiko produksi. Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah dalam waktu pemberian pakan harus sesuai dengan jenis pakan yang disusaikan dengan umur ayam agar pakan tersebut berfungsi secara maksimal dalam pertumbuhan.

3. Protect Enro (X3)

Variabel ini tidak signifikan terhadap produktivitas maupun variance produksi. Serta berdasarkan koefisiennya bernilai positif sehingga rekomendasi untuk variabel ini adalah dengan menggunakan variabel Protect Enro sesuai dengan takarannya, karena berdasarkan kondisi lapangan, peternak menyamakan penggunaan variabel tersebut terhadap semua skala usaha, sehingga fungsi dari variabel ini tidak berguna.

(21)

77 4. Neocamp (X4)

Variabel ini tidak signifikan terhadap produktivitas maupun terhadap variance produksi, jika dilihat dari koefisiennya keduanya berguna untuk meningkatkan produktivitas maupun mengurangi risiko produksi. Namun variabel tersebut tidak signifikan, sehingga jika ditambah atau dikurangi tidak mempengaruhi produktivitas maupun variance produksi. Rekomendasi untuk variabel ini juga agar para peternak plasma menggunakan dosis sesuai dengan takarannya, sehingga fungsi dari variabel tersebut bermanfaat.

5. Doxerin Plus (X5)

Variabel ini pada produksi rata-rata signifikan terhadap produktivitas sedangkan berdasarkan variance produksi tidak signifikan. Sedangkan dilihat pada koefisiennya memiliki nilai positf untuk produksi rata-rata dan nilai negative untuk variance produksi. Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah dalam pemberian variabel ini harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan, karena berdasarkan kondisi lapangan peternak menggunakan variabel ini tidak menggunakan dosis yang tepat serta tidak menyamakan pemakaian pada skala kecil maupun besar, sehingga fungsi dari variabel ini tidak berjalan dengan baik. 6. Vaksin (X6)

Vaksin merupakan variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi maupun variance produksi. Sehingga jika dilakukan penambahan atau pengurangan dalam penggunaannya tidak mempengaruhi produksi rata-rata maupun variance produksi. Rekomendasi yang diberikan adalah waktu penggunaan vaksin maupun penyimpanan vaksin harus diperhatikan sehingga vaksin dapat bermanfaat jika digunakan.

7. Pemanas (X7)

Pemanas merupakan variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap produksi rata-rata sehingga jika penggunaan variabel ini ditambahkan maka akan meningkatkan produktivitas. Sedangkan jika dilihat variance produksi ini tidak berpengaruh nyata dan berdasarkan koefisiennya, variabel ini memiliki fungsi untuk mengurangi variance produksi. Berdasarkan kondisi lapang, rekomendasi yang diberikan adalah menggunakan pemanas kayu bakar, karena kayu bakar memiliki panas yang merata dibandingkan dengan batubara, dan gas.

(22)

78 8. Tenaga Kerja (X8)

Tenaga kerja merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi rata-rata dan variance produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai peluang yang kurang dari taraf nyata 20 persen. Sedangkan dilihat dari nilai koefisien yang memiliki arti jika variabel ini ditambahkan maka akan mengurangi produktivitas dan akan menimbulkan/meningkatkan variance produksi. Berdasarkan kondisi lapang dapat direkomendasikan bahwa peternak harus memberikan pelatihan terlebih dahulu kepada pegawai agar pegawai mempunyai pengetahuan tentang budidaya ayam broiler.

Gambar

Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey.
Tabel  17.  Hasil  Pendugaan  Persamaan  Fungsi  Produksi  dan  Variance  Produksi  Ayam Broiler Pada Kabupaten Bogor Tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

Titik berat bidang gabungan Mempersiapka n tugas dan mendiskusikan nya dalam kelompok Menyelesai kan permasalah an titik berat dan mendiskusi kannya Kemampuan dalam

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf

Matakuliah ini mengaji tentang perkembangan sejarah di wilayah Asia Selatan sejak awal peradaban kuno sampai menjadi negara modern di masa kini meliputi:

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Pada perbaikan bagan kendali pergerakan data (data driven ) ini, penaksiran untuk kuantil ekstrim digantikan oleh penaksiran kuantil biasa, sehingga dapat digunakan untuk ukuran

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, bahwa dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/Kota dan selanjutnya Disalurkan

kriteria sedang menjadi sangat aktif.(2) Penerapan pendekatan multirepresentasi yang terintegrasi pada model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil