• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gejala gangguan jiwa sehingga mampu untuk menjakan fungsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gejala gangguan jiwa sehingga mampu untuk menjakan fungsi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu terbebas dari segala bentuk gejala gangguan jiwa sehingga mampu untuk menjakan fungsi sosialnya dengan baik. Terutama ketika menghadapi suatu masalah ia mampu untuk menyesuaikan dirinya dan mengatur stress. Pemahanan akan kesehatan mental sangat minim sehingga keberadaan penyakit mental yang muncul di masyarakat kurang disadari oleh masyarakat itu sendiri. Hal ini menimbulkan perlakuan maupun anggapan yang salah terhadap penderita kelainan mental baik anak-anak maupun orang dewasa. Banyak penderita yang tidak mendapatkan pelayanan dan dukungan sosial dengan baik. Isu masalah kesehatan mental mulai hangat diperbincangkan oleh publik. Hal ini melihat dari banyaknya korban bunuh diri akan gangguan mental. Salah satunya adalah orang dengan gangguan jiwa. Orang dengan gangguan jiwa merupakan seseorang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai manusia (Nuriyah Halida, 2016).

Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi. Diperkirakan 4,4% dari populasi global menderita gangguan depresi, dan 3,6% dari gangguan kecemasan. Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18% antara tahun 2005 dan 2015. Depresi merupakan penyebab terbesar kecacatan

(2)

2

di seluruh dunia. Lebih dari 80% penyakit ini dialami orang-orang yang tinggal di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2017).

Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementrian Republik Indonesia menyimpulkan bahwa prevalensi ganggunan mental emosional yang menunjukan gejala depresi dan kecemasan, usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Jumlah gangguan jiwa berat atau psikosis atau skizofrenia tahun 2013 di Indonesia provinsi-provinsi yang memiliki gangguan jiwa terbesar pertama antara lain adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (0,27%), kemudian urutan kedua Aceh ( 0,27%), urutan ketiga sulawesi selatan (0,26%), Bali menempati posisi keempat (0,23%), dan Jawa Tengah menempati urutan kelima (0,23%) dari seluruh provinsi di Indonesia (Riset Kesehatan Dasar, 2013).

Jawa Timur terdapat tiga RSJ yaitu RSJ Menur Surabaya, RSJ Aditama Gresik, dan RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang. Setiap tahun pasien RSJ semakin meningkat dan melonjak tajam. RSJ Radjiman

Wediodiningrat Lawangmerupakan rumah sakit dengan pelayanan khusus jiwa

tipe A dan pelayanan umum tipe B yang berada di propinsi Jawa Timur. Pasien Skizofrenia mengalami kondisi dimana aspek biologis dan aspek sosial yang merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan. Oleh karenanya dibutuhkan pelayanan yang holistik terhadap kondisi pasien Skizofrenia, yang tidak hanya berbatas kepada kondisi rehabilitasi medis saja. Pada tribulan I tahun 2017 kunjungan terbanyak didominasi penderita dengan diagnosis skizofrenia

(3)

3

hebefrenik dan skizofrenia paranoid baik di klinik rawat jalan (psikiatrik), IGD (psikiatrik), maupun di rawat inap (psikiatrik). Menurut data jumlah pasien Skizofrenia di klinik rawat jalan berjumlah 786 orang. Dengan skizofrenia hebefrenik berjumlah 551 orang, skizofrenia paranoid berjumlah 146 orang, skizofrenia simplek berjumlah 32 orang, skizofrenia katatonik berjumlah 23 orang, skizofrenia tak terinci berjumlah 17 orang dan gangguan psikotik polimorfik akut degan gejala skizofrenia berjumlah 17 orang.

Hal yang membuat RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang berbeda dengan RSJ yang lainnya yaitu pertama, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang merupakan salah satu rumah sakit khusus yang menangani pasien karena gangguan jiwa. Rumah Sakit Jiwa ini terletak di Jalan Ahmad Yani No. 1 Desa Sumberporong, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi RSJ ini berada di depan Politeknik Kesehatan Malang. RSJ Lawang merupakan RSJ kedua yang dibangun di Hindia Belanda setelah RSJ Bogor (sekarang RS Dr. H. Marzoeki Mahdi). Rumah Sakit Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan jiwa secara berdayaguna dan berhasil guna dengan mengupayakan pelayanan kesehatan jiwa pencegahan (Preventif), pelayanan kesehatan jiwa pemulihan (Kuratif) dan pelayanan kesehatan jiwa Rehabilitasi. Yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya pencegahan dan pemeliharaan serta fasilitas yang memadai.

Kedua, RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang dilengkapi dengan jumlah tempat tidur 700 TT dengan 29 Ruang Rawat Inap, Klinik-klinik, Laboratorium, Radiologi, dan Apotik. Selain itu dalam Unit Rehabilitasi

(4)

4

Mental RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang menyediakan layanan dan fasilitas yang sangat menunjang untuk proses penyembuhan pasien. Bila dibandingkan dengan RSJ menut Surabaya yang meniliki jumlah TT yang tersedia sebanyak 250 TT dari kapasitas total 300 TT. Hal ini terbukti bahwa RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang mampu menampung lebih banyak jumlah pasien.

Ketiga, di bidang pendidikan, pelatihan, dan penelitian, RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan Ekselensi pada tahun 2016. Predikat tersebut memberi jaminan peningkatan mutu sebagai wahana praktek bagi beberapa intitusi pendidikan tenaga kesehatan di bidang kesehatan jiwa. Layanan kunjungan tahun 2017 tercapai sebesar 133,82% dikarenakan ada beberapa institusi yang telah bekerja sama dengan RSJ Dr.Radjiman Wediodiningrat untuk praktik kerja lapangan juga rutin mengirimkan mahasiswanya untuk kunjungan terlebih dahulu. Dari sini dapat dilihat bahwa RSJ ini sangat berpengalaman dalam pelayanan praktik kerja magang mahasiswa maupun penelitian.

Keempat, layanan rehabilitasi pada pasien dilakukan pada unit rehabilitasi mental yang dimana menerapkan terapi berbasis okupasi. Dalam proses penyembuhan pasien yang dilakukan di Unit Rehabilitasi Mental ada beberapa terapi yang digunakan salah satunya ialah terapi okupasi. Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu. Terapi okupasi berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih dapat di gunakan pada seseorang, pemeliharaan atau peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, dan tidak

(5)

5

tergantung pada pertolongan orang lain (Riyand dan Purwanto, 2009). Individu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial, oleh karena itu individu perlu membina hubungan interpersonal yang memuaskan. Sedangkan kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam proses berhubungan. Keunggulan dari terapi okupasi yaitu melibatkan pasien secara langsung dan melatih untuk melakukan tugas-tugas kehidupannya secara mandiri. Serta selama diberikan asuhan keperawatan dan ditambah dengan tindakan keperawatan menggunakan terapi okupasi selama 6 hari, didapatkan hasil klien mengalami penurunan fase kronik ke fase situasional, klien dapat lebih percaya diri, bahkan mempercepat penyembuhan klien serta kondisi keadaan klien menjadi lebih tenang dan nyaman sampai hari terakhir intervensi. Kesembuhan klien sangat bergantung pada penanganan apabila penanganan yang tepat dan cepat dapat mempercepat kesembuhan klien.

Kelima, dengan adanya rehabilitasi mental berbasis terapi okupasi di unit rehabilitasi mental, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai terapi okupasi dan pekerja sosial yang pada garis besarnya memiliki fungsi dan tujuan yang sama yaitu untuk mengembalikan keberfungsian pasien. Terapi okupasi bukan memberikan kerja tetapi pekerjaan merupakan media untuk pengobatan atau penyembuhan gangguan fisik, mental dan sosial. Terapi ini sangat berpengaruh besar pada kesembuhan pasian karena tidak mudah untuk membantu pasien mengembalikan fungsi sosialnya kembali. Karna kembali menjalankan aktivitas tanpa menggantungkan orang lain sangatlah sukar bagi pasien. Terutama peneliti ingin mengetahui bagaimana pekerja

(6)

6

sosial dalam melakukan terapi okupasi pada pasien. tidak hanya berfokus dari segi kesehatan namun lebih fokus pada penerapan terapi okupasi dari kaca mata pekerja sosial.

Untuk penyembuhan dan pengembalian fungsi sosial bagi orang dengan gangguan jiwa membutuhkan tenaga profressional yang beranah pada medis dan sosial untuk memulihkan kondisi klien. Pekerja sosial merupakan salah satu profesi yang berfokus pada keberfungsian sosial klien dan interaksi lingkungan sosial klien yang memiliki peran sangat penting dalam hal pemulihan sosial bagi orang dengan gangguan jiwa. Dengan menggunakan pemahaman sistem dasar pekerja sosial, akan terlihat bagaimana lingkungan dapat menjadi satu faktor yang sangat penting bagi proses penyembuhan. Oleh karena itu, untuk membantu pemulihan bagi orang dengan gangguan jiwa di Rumah Sakit diperlukan tenaga pekerja sosial professional atau pendamping sosial yang kompeten.

Disebutkan dalam UU No. 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bahwa, “Yang dimaksud dengan tenaga profesional lainnya adalah tenaga profesional di luar tenaga kesehatan yang menggunakan keilmuan dan keterampilannya sebagai profesi untuk melakukan pelayanan di bidang Kesehatan Jiwa, antara lain pekerja sosial, terapis okupasi, terapis wicara, guru tertentu, dan lain-lain”.

Dalam perkembangannya, profesi pekerja sosial sudah diakui keberadaannya dalam UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, walaupun dapat dikatakan sebagai profesi baru di Indonesia, namun keberadaanya telah diakui khususnya di panti-panti sosial. Profesi pekerja

(7)

7

sosial bukan hanya sekedar kesukarelawanan dari seorang individu melainkan seseorang yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan sehingga mempunyai kompetensi dalam bidang kesejahteraan sosial dalam hal rehabilitasi sosial terhadap orang dengan gangguan kejiwaan. Seorang pekerja sosial dapat melakukan terapi yang dapat membatu klien untuk mengembalikan fungsi sosial klien salah satunya dengan terapi okupasi. RSJ Radjiman Wediodiningrat dibandingkan di RSJ luar kota, RSJ Radjiman Wediodiningrat sangat mumpuni hal ini terbukti pada tanggal 26 Nopember 2008 RSJ ditetapkan sebagai Rumah Sakit telah memenuhi Standart RS dengan status Akreditasi Penuh dengan sertifikat No : ym.01.01/III/4292/08 oleh Menteri Kesehatan RI. Oleh karena itu peneliti tertarik mendalami lebih lanjut tentang bagaimana aktivitas terapi okupasi yang di lihat dari perpektif kacamata pekerja sosial di RSJ Rdjiman Wediodiningrat Lawang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian yaitu :

Bagaimana peran pekerja sosial dalam upaya meningkatkan keberfungsian sosial pasien skizofrenia berbasis terapi okupasi di Unit Rehabilitasi Mental RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan sebagai berikut:

(8)

8

Mengetahui peran pekerja sosial dalam upaya meningkatkan keberfungsian sosial pasien skizofrenia berbasis terapi okupasi di Unit Rehabilitasi Mental RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang ?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Akademis

Secara akademis, penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Muhammadiyah Malang sebagai wawasan serta referensi untuk memahami peran pekerja sosial dalam megembalian fungsi sosial pasien berbasis terapi okupasi di Unit Rehabilitasi Mental RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang.

2. Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dinataranya :

a. Menjadi referensi yang berkaitan dengan pengambilan kebijakan dalam mengoptimalkan pelayanan rehabilitasi mental berbasis terapi okupasi di RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang.

b. Menjadi pengetahuan bagi peneliti yang akan meneliti dengan topik yang sama.

(9)

9 E. Ruang Lingkup

Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pekerja sosial dalam meningkatkan keberfungsian sosial pasien berbasis terapi okupasi di Unit Rehabilitasi Mental RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini berupa: keberfungsian sosial pasien skizofrenia, terapi okupasi, peran peksos dalam terapi okupasi, hambatan yang dialami peksos dalam menerapkan terapi okupasi.

a. Keberfungsian sosial pasien sebagai ekspresi interaksi antara orang dengan lingkungan sosialnya. Keberfungsian sosial merupakan hasil atau produk dari aktivitas orang dalam berelasi dengan sekelilingnya. Jadi keberfungsian sosial berkaitan dengan hasil interaksi orang dengan lingkungan sosial. Apabila individu tersebut tidak mampu menjalankan peran serta tanggung jawabnya maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut mengalami disfungsi sosial.

b. Terapi Okupasi sebagai bentuk terapi untuk membantu mengembalikan keberfungsian sosial pasien sehingga pasien mampu untuk tidak bergantung pada orang lain. Terapi okupasi merupakan suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan kemampuan, serta mempermudah belajar keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam proses penyesuaikan diri dengan lingkungan. c. Peran peksos dalam terapi okupasi, karena pekerja sosial merupakan salah

(10)

10

lingkungan sosial klien yang memiliki peran sangat penting dalam hal pemulihan sosial bagi pasien skizofrenia.

Referensi

Dokumen terkait

Interaksi varietas (genotip) dengan lokasi (lingkungan) terjadi pada karakter persentase tanaman berbunga sempurna, persentase tanaman berbunga betina, ruas letak bunga pertama,

Rekomendasi Rincian Kewenangan klinis untuk dokter dalam menjalankan prosedur tindakan medis di Rumah Sakit Umum Aulia diberikan dalam rangka peningkatan kualitas

2. Komunikasi dan representasi, dan 5. Mengingat terlalu banyak konsep dan prosedur matematika yang saling terpiasah, koneksi matematis berperang penting dalam proses

Batasan Operasional Pemasaran Rumah Sakit adalah semua kegiatan komunikasi yang memiliki unsur promosi yang dilakukan melalui berbagai aktifitas komunikasi yang

Kriteria Sangant baik 4 Baik 3 Cukup 2 Perlu pendampingan 1 Informasi tentang sikap toleransi dan kerja sama anata umat agama Menuliskan informasi tentang

Perbedaan warna pada telur ayam, itik dan puyuh disebabkan Perbedaan warna pada telur ayam, itik dan puyuh disebabkan adanya penambahan pigmen pada kerabang selama ada di

Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini membahas tentang kendala penggunaan e-banking, sedangkan penelitian yangakan

Judul : BRAND EQUITY PADA MIE INSTAN MEREK INDOMIE Untuk dipublikasikan/ditampilkan di internet atau media lain (Digital Library Perpustakaan Universitas Katolik Widya