• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas I SD Negeri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas I SD Negeri"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Perencanaan Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas I SD Negeri Karangsari 04. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, ternyata hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih banyak yang rendah dan siswa tidak pernah terlibat dalam proses pembelajaran (pasif). b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 13, 20, 24 Juli 2010. Pelaksanaan tiap siklus adalah sebagai berikut :

1) Siklus Pertama : Selasa, 13 Juli 2010 2) Siklus Kedua : Selasa, 20 Juli 2010 3) Siklus Ketiga : Sabtu, 24 Juli 2010 2. Subyek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanaka pada kelas I SD Negeri Karangsari 04 dengan jumlah 40 siswa. Peneliti mengambil kelas I karena berdasarkan hasil Ulangan Umum Semester (UUS) I mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM yang ditetapkan dengan nilai 7.

(2)

3. Rencana Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan dalam wacana ini adalah Penelitian Tindakan Emansipatoris. Emansipasi dalam pemahaman bahasa Indonesia sehari-hari mempunyai makna perbaikan nasib, peningkatan status, atau perjuangan kesetaraan (seperti dalam kaitan gerakan perempuan). Penelitain Tindakan Kelas bersifat emansipatoris dan membebaskan karena penelitian ini mendorong kebebasan berfikir dan berargumen pada pihak siswa, dan mendorong guru untuk bereksperimen, meneliti, dan menggunakan kearifan dalam mengambil keputusan atau “judgmen” (Suharsimin, 2007:29).

Penelitian Tindakan Kelas adalah salah satu jalan yang terbuka untuk para pendidik yang ingin menambah ilmu pengetahuan, melatih praktek pembelajaran di kelas dengan berbagai model yang akan mengaktifkan guru dan siswa, mencoba melakukan penelitian untuk secara reflektif melakukan kritik terhadap kekurangan dan berusaha memperbaikinya agar pendidikan benar-benar dapat menjadi bidang profesi. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu gerakan sosial untuk perbaikan dan peningkatan kualitas guru, agar guru merasa percaya diri dalam menjalankan profesinya, dan dengan demikian mendapatkan kembali harga dirinya. (Depdikbud, 1999:29).

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas model spiral Penelitian Tindakan Kelas yang pelaksanaannya melalui proses pengkajian berjenjang melalui tiga siklus. Masing-masing siklus terbagi atas 4 (empat) tahapan yaitu : perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observating), refleksi (reflection).

(3)

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan tahap awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan sesuatu. Pada tahap ini, peneliti menyiapakn terlebih dahulu perangkat pembelajarannya.

b. Tindakan (Action)

Pada tahap ini yaitu guru melaksanakan pembelajaran tentang materi hidup rukun. Tindakan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran metode bercerita.

c. Pengamatan (Observating)

Tahap pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan sehingga perlu dilakukan adanya observasi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam tahap pengamatan yang perlu dicatat adalah proses dari tindakan, yaitu keaktifan siswa baik dalam bertanya, mengemukakan pendapat apa yang mempersulit siswa dalam memahami materi dan metode tersebut.

d. Refleksi (Reflection)

Pada tahap refleksi, hasil dari observasi akan disimpulkan hasil dari reflesi yaitu untuk memperbaiki kinerja guru, berhasil atau tidak dan kekurangan apa saja yang ada dalam pelaksanaan tindakan. Dan berdasar refleksi, peneliti bersama-sama dengan guru merencanakan perbaikan pada pelaksanaan siklus selanjutnya, sampai pada siklus ketiga. (IGAK Wardhani).

(4)

Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral (IGAK Wardhani). Planning Reflection Action/Observating Revised plan Reflection

Action/Observating Revised plan

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam tiga kali siklus untuk tiga kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut :

Siklus I : Pertemuan I, pada siklus ini diadakan pretest terlebih dahulu sebagai acuan peneliti untuk tindakan siklus selanjutnya. Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan diakhiri dengan post tes.

Siklus II : Pertemuan I, metode yang digunakan adalah metode bercerita dengan disertai gambar-gambar tentang hidup rukun di rumah maupun di sekolah.

Siklus III : Pertemuan I, melanjutkan menggunakan metode bercerita dengan disertai gambar seri hidup rukun di sekolah maupun di rumah, dilanjutkan penjelasan guru, diskusi, tanya jawab, kemudian diakhiri dengan post tes.

(5)

Setiap siklus dilaksanakan 1 pertemuan, dengan waktu 2 x 35 menit. Berikut ini gambar diagaram siklus perbaikan

                                                            

Gambar: 3.2 Diagram Siklus Perbaikan Pembelajaran     Tindakan Siklus I 1. Perencanaan Perbaikan. 2. Pelaksanaan Perbaikan. 3. Observasi. 4. Diskusi dengan pengamat. 5. Refleksi Siklus I Belum berhasil Tindakan Siklus II 1. Perencanaan Perbaikan. 2. Pelaksanaan Perbaikan. 3. Observasi . 4. Diskusi dengan pengamat.

5. Refleksi siklus ke II.

Simpulan Berhasil Revisi Belum berhasil Revisi Tindakan Siklus III

1. Perencanaan Perbaikan. 2. Pelaksanaan Perbaikan. 3. Observasi .

4. Diskusi dengan pengamat.

5. Refleksi Siklus ke III. 6. Tindak lanjut

IDE AWAL Penetapan metode bercerita dalam pembelajaran PKn tentang Hidup Rukun Persiapan penelitian:

1. Penyamaan konsep, penggunaan metode bercerita antara peneliti dan observer.

(6)

4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Observasi ini dilakukan untuk memantau kegiatan guru dalam setiap siklus atau tindakan pembelajaran sesuai dengan fokus masalah (Wina Sanjaya, 2009).

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah barang-barang tertulis. Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencari data yang berupa dokumen, buku-buku, majalah dan sebagainya. Adapun dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen mengenai data guru dan keadaan umum di SD Negeri Karangsari 04 Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap. (Suharsimi, 1998:149).

c. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan, latihan atau alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang digunakan biasanya berbentuk tes objektif berupa pilihan ganda untuk memperoleh data hasil belajar siswa. (Suharsimi:139). Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa pada akhir pelajaran yaitu evaluasi akhir, karena dengan tes dapat dilihat peningkatan pada setiap siklusnya.

(7)

5. Pengembangan Instrumen Penelitian a. Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Validitas ada 2 (dua) macam : 1) Validitas eksternal

Yaitu apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain mengenai penelitian yang dimaksudkan.

2) Validitas internal

Yaitu apabila terdapat keserasian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan, dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung misi instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari variabel-variabel yang dimaksudkan (Sugiyono, 2002 : 13).

Setelah dilakukan uji validitas dengan SPSS versi 11.5 terhadap 20 responden dengan jumlah 30 soal, menunjukkan adanya validitas. Hasil uji validitas terdapat pada lampiran.

b. Reliabilitas

Suatu tes dikatakan reliabel, apabila tes tersebut dapat memberikan hasiol yang tetap. Reliabilitas menunjukkan pada suatu penelitian bahwa suatu instrumen cukup dapat diupayakan untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya yang reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya. Secara umum

(8)

pengertian instrumen yang reliabel artinya dipercaya, dapat diandalkan untuk mengungkap data (Suharsimi, 2002 : 83).

c. Tingkat Kesukaran dan Daya Beda

Untuk melihat baik tidaknya suatu instrumen tes, selain ditinjau dari segi validitas dan reliabilitasnya, juga perlu diuji daya beda dan tingkat kesukarannya. Kedua parameter tersebut dihitung secara terpisah, namun keduanya merupakan kesatuan komponen yang menentukan baik tidaknya butir tes.

1) Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran berhubungan dengan banyaknya siswa yang bisa menjawab dengan benar suatu butir soal. Suatu butir soal tes dikatakan baik bila memenuhi fungsinya secara tepat. Butir soal yang terlalu sukar tidak berhasil mengungkap apa yang diketahui siswa. Sebaliknya butir soal yang terlalu mudah tidak berhasil mengungkap apa yang belum diketahui siswa dan tidak bisa mengukur dengan tepat kemampuan yang dimiliki siswa karena semua bisa menjawab dengan betul. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes obyektif yang berbentuk pilihan ganda. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal digunakan rumus :

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa menjawab butir soal dengan benar Js = jumlah seluruh siswa

B P = ─── Js

(9)

Soal yang baik adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran yang memadai untuk mengungkap penguasaan siswa secara tepat. Kriteria soal sebagai berikut :

a) P = 0,0 sampai dengan 0,30 adalah soal sukar b) P = 0,30 sampai dengan 0,70 adalah soal sedang c) P = 0,70 sampai dengan 1,00 adalah soal mudah

Untuk merumuskan butir soal yang baik, secara umum dapat digunakan acuan soal yang cukup memadai bila tingkat kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70. Namun juga perlu dipertimbangkan proporsi butir soal yang sukar, sedang dan mudah agar dapat benar-benar tepat dalam mengukur kemampuan siswa.

Di samping itu, tujuan penyelenggaraan tes juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan tingkat kesukaran soal. Untuk tujuan seleksi, proporsi soal sebaiknya lebih banyak yang sukar agar bisa memperoleh calon yang baik, akan tetapi untuk tujuan pemberian dorongan atau penghargaan sebaiknya soal yang diberikan banyak yang mudak agar bisa memberikan motivasi kepada siswa (Bambang Budi Wiyono dan Tumardi, 2003 : 92-93).

2) Daya Beda Soal

Suatu butir soal dikatakan baik apabila soal tersebut mampu membedakan siswa yang pandai dan yang kurang pandai. Dengan kata lain, soal tersebut memiliki kemampuan daya beda yang baik. Rumus untuk mencari daya beda soal adalah :

BA BB D = ──── − ──── JA JB

(10)

Keterangan :

D = Indeks daya beda J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta tes kelompok atas JB = Banyaknya siswa kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta tes kelompok atas menjawab dengan benar BB = Banyaknya peserta tes kelompok bawah menjawab dengan benar

Untuk menentukan kelompok atas dan kelompok bawah, dilakukan cara mengurutkan/merangking dariatas ke bawah. Para peserta tes yang mendapat skor tinggi disebut kelompok atas (upper group), sedangkan peserta tes yang mendapat skor rendah disebut kelompok bawah (lower group).

Untuk membagi besarnya kelompok atas dan kelompok bawah secara sederhana, ada dua teknik. Pertama, apabila jumlah peserta tes sedikit bisa dibagi 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Kedua, apabila jumlah peserta tes banyak, bisa dibagi 27% kelompok atas, 46% kelompok sedang dan 27% kelompok bawah. Untuk jumlah banyak ini, yang menjadi pertimbangan hanya difokuskan pada 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah.

Butir soal yang baik adalah butir soal yang memiliki indeks daya beda yang tinggi. Semakin tinggi daya beda yang diperoleh, dapat dikatakan butir-butir soal tersebut semakin baik.

Kriteria daya beda sebagai acuan soal adalah : a) Indeks Daya Beda 0,7 sampai 1,0 = sangat baik b) Indeks Daya Beda 0,4 sampai 0,7 = baik

(11)

c) Indeks Daya Beda 0,2 sampai 0,4 = cukup d) Indeks Daya Beda di bawah 0,2 = jelek

(Bambang budi Wiyono dan Tumardi, 2003 : 93-95). 6. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis keberhasilan tindakan disetiap siklus dalam penelitian ini, menggunakan teknik analisis deskriptif persentase dengan rumus :

Keterangan :

Frekuensi : jumlah jawaban tiap option pada setiap soal N : jumlah responden (Singarimbun, Masri : 248) 7. Indikator Kinerja dan Kriteria Keberhasilan

Indikator keberhasilan siswa yang digunakan adalah :

a. Hasil belajar dalam pembelajaran berhasil bila 70% dari siswa tuntas belajar. Siswa dinyatakan tuntas belajar bila hasil belajar siswa dalam pembelajaran mencapai 70% atau lebih, siswa memperoleh nilai minimal 70% sesuai kinerja KKM. KKM ditetapkan berdasarkan musyawarah sekolah dan komite sekolah tentang potensi yang ada di sekolah tersebut.

b. Siswa dinyatakan aktif jika selama proses belajar mengajar siswa yang aktif setiap siklus mencapai 70% atau lebih.

Frekuensi

Persentase (%) : = ──────── × 100% N

(12)

8. Informasi Observer

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dibantu oleh : a. Nama : Wasiyah, S.Pd.Sd

b. NIP : 19660703 199211 200 2 c. Jabatan : Guru Kelas V

d. Tujuan : Mengobservasi proses pembelajaran siklus pertama sampai siklus ketiga.

B. Deskripsi Persiklus 1. Siklus Pertama

Kelas : I (satu)

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Standar Kompetensi : 1. Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan Kompetensi Dasar : 1.2 Menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah Indikator : Menunjukkan sikap hidup saling menghargai perbedaan

dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah Materi Pokok : Hidup Rukun

a. Perencanaan

Berdasarkan hipotesis tindakan yang telah dirumuskan peneliti, maka peneliti menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) beserta sekenario tindakan. Sekenario tindakan yang dirancang mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti dan siswa dalam proses pembelajaran. Sebelum proses

(13)

pembelajaran Siklus I diadakan pretest terlebih dahulu. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1) Apersepsi (5 menit)

2) Penjelasan tentang contoh-contoh hidup rukun (10 menit)

3) Memberi tugas kepada siswa untuk pentingnya hidup rukun di rumah, kemudian dilanjutkan dengan memberi lembar kerja siswa yang berisi soal tentang hidup rukun (25 menit)

4) Penilaian kinerja siswa (20 menit)

5) Pemberian saran, petunjuk dan komentar tentang hidup rukun (10 menit) Sesuai dengan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP), peneliti menyiapkan alat serta bahan yang akan dipergunakan. Meliputi lembar tes, formatif, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan lembar observasi serta menyiapkan alat-alat pembelajaran yang diperlukan. Hal-hal yang berhubungan dengan pengamatan dan pengumpulan data, seperti fokus observasi, kriteria observasi, jenis-jenis kegiatan yang harus diobservasi dan lainnya yang diambil melalui diskusi antara peneliti dan observer untuk memperoleh kesepakatan. Kemudian bersama observer diadakan simulasi perbaikan pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pada hari Selasa, 13 Juli 2010 1) Kegiatan Awal (± 10 menit)

Sebelum memasuki kegiatan inti diawali dengan berdoa, membuka pelajaran, mengucapkan salam, mengabsen siswa, kemudian siswa diberi lembar soal pretest untuk dikerjakan. Setelah pretest selesai dilanjutkan dengan apersepsi

(14)

dengan bertanya jawab antara guru dengan siswa yang ada hubungannya dengan materi. “Siapakah yang suka berkelahi dengan adik?” “Saya tidak, Bu!” Jawab anak-anak. “Ya baik, kalau begitu”, kata Bu Guru. “Siapakah yang tidak sayang pada Ayah dan Ibu?” “Saya sayang Bu”, jawab anak-anak. “Ya, tentunya kalian harus sayang pad Ayah dan Ibu,” kata Bu Guru. Kemudian Ibu Guru mengkondisikan siswa-siswanya untuk masuk dalam kegiatan inti pelajaran.

2) Kegiatan Inti (± 30 menit)

“Anak-anak, coba mari kita bernyanyi bersama-sama lagu Satu-satu Aku Sayang Ibu”. Setelah selesai bernyanyi kemudian dilanjutkan dengan materi. “Nah anak-anak, Ibu Guru akan bercerita mengenai anak yang sayang kepada Ayah, Ibu, kakak, dan adik. Mau apa tidak?” “Ya mau, Bu!” seru anak-anak serentak. “Dengarkan baik-baik ya?” “Ya Bu.” Kemudian Ibu Guru bercerita (mengenai ceritanya ada pada lampiran). “Anak-anak, ada yang bertanya?” “Saya, Bu! Begini Bu. Saya punya mainan, mainan itu saya pinjamkan ke adik Bu?” “Ya, bagus. Itulah yang Bu Guru harapkan”. Tanya jawab dilakukan secara lisan da sekilas, kemudian siswa disuruh mengerjakan soal-soal selama 20 menit.

3) Kegiatan Akhir (± 10 menit)

Kegiatan akhir dilakukan dengan memberikan penguatan, dilanjutkan pemberian PR yang berhubungan dengan materi hidup rukun di keluarga.

(15)

c. Observasi

Observer melaksanakan pengamatan terhadap kegiatan pretest, kegiatan awal sampai akhir dengan menggunakan format observer yang telah disiapkan. Menurut observer masih banyak siswa yang kurang konsentrasi terhadap pembelajaran, masih banyak anak yang bercerita sendiri, bermain sendiri. Tampaknya mereka belum paham. Setelah data hasil pengamatan dianalisis ternyata siswa yang tuntas hanya 15 siswa.

d. Refleksi

Berdasarkan data hasil nilai di atas pada siklus pertama, ketercapaian penguasaan materi pembelajaran baru mencapai 37,5% siswa yang menguasai. Hasil ini belum memenuhi batas kriteria yang telah ditentukan. Kebanyakan siswa masih kurang menguasai materi yang diberikan. Minat siswa juga masih rendah pada pembelajaran. Hal-hal yang menjadi kendala perlu ditanggulangi dengan cara menggali motifasi dan potensi siswa pada siklus kedua.

2. Siklus Kedua

Kelas : I (satu)

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Standar Kompetensi : 1. Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan Kompetensi Dasar : 1.2 Menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah Indikator : Menceritakan manfaat hidup rukun dalam keluarga Materi Pokok : Hidup Rukun

(16)

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada proses perbaikan pembelajaran siklus kesatu, peneliti berkolaborasi dengan observer untuk mempersiapkan RPP pada siklus kedua beserta sekenario tindakannya. Sekenario tindakan ini mencakup langkah-langkah yang akan ditempuh guru dalam perbaikkan pembelajaran. Peneliti juga menyediakan materi, lembar observasi, LKS, dan lembar evaluasi. Terkait dengan materi pembelajaran, selain materi yang diberikan pada siklus pertama, diberikan juga materi tambahan sesuai indikator. Langkah selanjutnya adalah peneliti dan observer menyepakati fokus pengamatan (observasi) dan kriteria yang digunakan dalam kegiatan perbaikan pembelajaran siklus kedua. Dalam perencanaan siklus kedua ini, peneliti akan melakukan perbaikan pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pada hari selasa, 20 Juli 2010 1) Kegiatan Awal (± 10 menit)

Guru menyampaikan salam, berdoa, menanyakan kehadiran siswa serta menciptakan suasana kelas yang memungkinkan untuk kelancaran proses pembelajaran. Untuk mengidentifikasikan dengan cerita giru, guru bertanya jawab dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi Hidup Rukun.

2) Kegiatan Inti (± 30 menit)

Guru mengulang materi yang lalu tentang mengidentifikasi cerita tentang hidup rukun di keluarga atau di sekolah. ‘Anak-anak, kemarin Bu Guru bercerita keluarga Didi dan Uun. Nah sekarang Bu Guru akan bercerita hidup

(17)

rukun dan tidak rukun. Begini ceritanya anak-anak dengarkan baik-baik. Uun sedang bermain boneka. Mainannya berantakkan karena mainannya banyak. Uun minta bantuan kepada Didi untuk membereskan mainannya. Karena Didi kasiahn melihat Uun, Didi segera membantunya. Setelah selesai, uun mengucapkan terima kasih. Nah itulah ceritanya anak-anak. Coba, anak-anak. Antara Uun dan Didi bermainnya rukun apa tidak?” “Rukun Bu!” jawab anak-anak. “ApabilaDidi tidak membantu Uun, uun bagaimana?” “Capai Bu! Uun akan menangis Bu!” jawab anak-anak. Kemudian guru menunjukkan gambar-gambar hidup rukun dan tidak rukun. “Jadi kalau kalian tidak hidup rukun di rumah, maka rumah akan berantakkan, tidak enak, tidak nyaman untuk belajar. Tetapi sebaliknya jika kita saling membantu dengan teman, adik, kakak pasti rumah akan nyaman ditempati karena enak untuk belajar”. Tiba-tiba ada anak yang menyela pembicaraan guru. “Rumahku tidak berantakkan, Bu”. Ada anak lain yang menimpali. Aku juga suka bermain dengan adik, Bu.” “Ya, begitulah yang Ibu Guru harapkan anak-anak”. Kemudian guru memberikan lembar evaluasi postest selama kurang lebih 25 menit.

3) Kegiatan Akhir (± 5 menit)

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum paham. Guru memberi motivasi dan penguatan dilanjutkan dengan pemberian PR sebanyak lima soal.

c. Oservasi

Observer melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran mulai kegiatan awal sampai kegiatan akhir dengan menggunakan format observasi yang telah

(18)

disiapkan. Menurut observer masih ada siswa yang belum aktif dalam pembelajaran dan hanya membuat usil saja dan tidak mendengarkan. Setelah data hasil pengamatan dianalisis, ternyata siswa yang mendapat nilai yang sesuai KKM sudah mencapai 26 siswa (65%), sedangkan yang belum sesuai KKM ada 14 siswa (35%).

d. Refleksi

Berdasarkan data hasil di atas pada siklus kedua, ketercapaian penguasaan materi pembelajaran baru 65%. Hasil ini belum memenuhi batas kriteria yang telah ditetapkan. Kebanyakkan siswa masih kurang menguasai materi yang diberikan. Minat siswa juga masih agak rendah pada pembelajaran. Hal-hal yang menjadi kendala perlu ditanggulangi dengan cara menggali motivasi dan potensi siswa pada siklus ketiga.

3. Siklus Ketiga

Kelas : I (satu)

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Standar Kompetensi : 1. Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan Kompetensi Dasar : Memberikan contoh hidup rukun di sekolah dan di

rumah

Indikator : Mengidentifikasikan hidup rukun dan tidak rukun Menjelaskan akibat tidak menjaga kerukunan Materi Pokok : Hidup Rukun

(19)

a. Perencanaan

Berdasarkan pada hasil refleksi perbaikan pembelajaran siklus kedua, peneliti berkolaborasi denganobserver untuk mempersiapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran pada siklus ketiga beserta sekenario tindakkannya. Sekenario tindakan ini mencakup langkah-langkah yang akan ditempuh guru dalam perbaikkan pembelajaran. Untuk langkah selanjutnya peneliti dan observer menyepakati fokus pengamatan dan kriteria yang digunakan dalam kegiatan perbaikan pembelajaran siklus ketiga. Dalam pembelajaran siklus ketiga, peneliti akan melakukan perbaikkan pembelajaran dan memperbanyak motivasi, meningkatkan perhatian kepada siswa agar diperoleh hasil yang lebih maksimal dari siklus kedua.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pada hari Sabtu, 24 Juli 2010 1) Kegiatan Awal (± 5 menit)

Guru menyampaikan salam, berdoa, menanyakan kehadiran siswa serta menciptakan suasana kelas yang memungkinkan untuk kelancaran proses pembelajaran. Kemudian mengkondisikan siswa untuk siap menerima pelajaran, dilanjutkan dengan bertanya jawab yang ada hubungannya dengan materi cara-cara menyimpulkan cerita hidup rukun dalam perbedaan.

2) Kegiatan Inti (± 30 menit)

“Anak-anak sudah siap mendengarkan Bu guru bercerita?” “Sudah Bu!” “Cerita apa Bu?” “Kalian tentunya masih ingat pada waktu Bu Guru bercerita hari Selasa yang lalu. Cerita apa coba?” “Oh ya saya ingat Bu. Cerita rukun

(20)

dan yang tidak rukun.” “Ya bagus, ternyata kalian masih ingat. Memang kalian anak-anak yang pintar. Nah, sekarang dengarkan baik-baik supaya nilai tesnya bagus!” Sambil menunjukkan gambar, guru bercerita tentang hidup rukun saling menolong. Anak-anak membentuk kelompok. Setiap kelompok mengamati gambar, kemudian ketua kelompok satu dan lainnya untuk bercerita di depan kelas sedangkan teman-teman yang lain mendengarkan. “Anak-anak tadi kalian telah mendengarkan cerita teman-teman. Sekarang kerjakan lembar kerja ini. Setelah selesai nanti baru dibahas dan dijelaskan lagi sampai paham betul. Kemudian guru memberikan lembar evaluasi untuk dikerjakan sekitar kurang lebih 30 menit. Guru membimbing cara mengerjakan lembar evaluasi.

3) Kegiatan akhir (± 5 menit)

Guru mengumpulkan lembar evaluasi dan menganalisis nilai kegiatan siklus yang terakhir. Guru memberi penguatan untuk selalu hidup rukun di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat dan harus berlaku sopan dengan orang tua, kakak, adik dan teman-teman. Juga kalau ada tugas PR harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Guru memberikan motivasi untuk rajin membaca buku karena buku adalah sumber ilmu.

c. Observasi

Observer mengamati kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir dan mencatat perolehannya pada lembar observasi yang telah disediakan. Observer mengobservasi situasi dan hasil belajar. Dari hasil observasi, ditemukan hal-hal penting yang telah dilakukan peneliti yang mendukung proses pembelajaran.

(21)

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan dari observer, peneliti merefleksi diri. Ternyata setelah dilaksanakan perbaikkan pada siklus ketiga, hasilnya sudah memenuhi harapan. Hal ini diketahui dari hasil

evaluasi siklus ketiga yang mencapai ketuntasan di atas 70%, sedangkan yang belum mencapai ketuntasan hanya 5%. Ini berarti persentase ketuntasan sudah berhasil. Nilai rata-rata kelas pada ulangan harian sudah mencapai 8,32 dan tingkat penguasaan materi atau pemahaman mencapai 95%. Minat siswa terhadap pembelajaran telah meningkat. Pada saat proses pembelajaran, 90% dari jumlah siswa terlihat aktif. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menganggap pelaksanaan perbaikan pembelajaran sudah berhasil sekalipun masih ada beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan atau tingkat penguasaan materi belum mencapai 90%. Melihat hasil pada siklus ketiga sudah berhasil, maka tindakan perbaikan pembelajaran dihentikan.

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral (IGAK Wardhani).  Planning  Reflection  Action/Observating  Revised plan  Reflection

Referensi

Dokumen terkait

Peran Majelis Agama Islam dalam pernikahan beda agama antara laki-laki muslim dengan perempuan Ahl al-Kitāb , yaitu menerima pendaftaran nikah, menjadi wali hakim

Alternatif yang layak untuk dijalankan ialah alternatif 1 karena suku bunga yang ditawarkan lebih dari faktor diskon, sedangkan alternatif 2 dan alternatif 3 tidak layak karena

Psikologi dapat digunakan untuk menilai karya sastra karena psikosastra dapat menjelaskan proses kreatif pengarang, yakni menganalisis secara psikologis tokoh- tokoh dalam drama

Berdasarkan Hasil Penelitian bahwa Implementasi Sistem Standarisasi Kerja Nasional dalam pelatihan Tenaga Kerja di Balai Latihan Kerja Luar Negeri Semarang berjalan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui sintesis C-dots berbahan dasar limbah kulit nanas madu dengan metode pemanasan oven , (2) mengetahui

aplikasi ini di kembangkan untuk membantu penentuan dalam menetapkan seseorang karyawan terbaik, perhitungan pada sistem ini dilakukan dengan cara mencari nilai

jawab para pegawai yang dijalankan dengan baik dan rincian tugas yang disesuaikan dengan jabatan masing- masing dapat diterapkan secara optimal; (b) Tanggung

[r]