• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN DI INDONESIA: SEJARAH KURIKULUM DAN KURIKULUM SEJARAH MASA ORDE BARU DAN REFORMASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDIDIKAN DI INDONESIA: SEJARAH KURIKULUM DAN KURIKULUM SEJARAH MASA ORDE BARU DAN REFORMASI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN DI INDONESIA:

SEJARAH KURIKULUM DAN KURIKULUM SEJARAH

MASA ORDE BARU DAN REFORMASI

Osmiati

Mahasiswa Pascasarjana Program Studi IPS Konsentrasi Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Padang (UNP) dan Guru IPS di SMP Negeri 5 Lubuk Alung-Padang Pariaman-Sumatera Barat

Abstrak

Tulisan ini merupakan deskripsi dari sejarah kurikulum dan kurikulum sejarah masa orde baru dan reformasi. Penyusunan tulisan dilakukan dengan studi pustaka.Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan. Setiap berubahnya zaman, kurikulum harus berubah sesuai perubahan yang berlaku pada tatanan nilai kehidupan yang pada setiap zaman tersebut. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan Iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Kurikulum mata pelajaran sejarah yang berlaku pada masa orde baru terdiri dari empat yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984 serta kurikulum 1994 dan suplemen 1999. Kurikulum sejarah masa reformasi ada dua yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 dan Kurikulum Kurikulum Tingkatan Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.

(2)

Pengantar

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang.

Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat

cenderung/selalu mengalami

perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi. Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk

mengimbangi kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi tersebut. Kurikulum dapat (paling tidak

sedikit) meramalkan hasil

pendidikan/pengajaran yang

diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik.

Hasil pendidikan kadang-kadang tidak dapat diketahui dengan segera atau setelah peserta didik menyelesaikan suatu program pendidikan. Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum harus

dapat menyesuaikan dengan

perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah. Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada komponen tertentu), tetapi dapat pula bersifat keseluruhan yang

menyangkut semua komponen

kurikulum.

Perubahan kurikulum menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan faktor-faktor penunjang dalam pelaksanaan pendidikan.Sebagai konsekuensi dari

perubahan kurikulum juga akan mengakibatkan perubahan dalam operasionalisasi kurikulum tersebut, baik dapat orang yang terlibat dalam pendidikan maupun faktor-faktor penunjang dalam pelaksanaan kurikulum. Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan harus menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan terus berlangsung.

Pembaharuan kurikulum

biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau sistem penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen kurikulum. Menurut Sudjana (1993 : 37) pada umumnya perubahan struktural kurikulum menyangkut komponen kurikulum yakni:

a. Perubahan dalam tujuan. Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup masyarakat dan falsafah bangsa. Tanpa tujuan yang jelas, tidak akan membawa perubahan yang berarti, dan tidak ada petunjuk ke mana pendidikan diarahkan. b. Perubahan isi dan struktur.

Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran -mata pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran. Perubahan ini dapat menyangkut isi mata pelajaran, aktivitas belajar anak, pengalaman yang harus diberikan kepada anak, juga organisasi atau pendekatan dari mata pelajaran-mata pelajaran tersebut. Apakah diajarkan

(3)

secara terpisah-pisah (subject matter curriculum), apakah lebih mengutamakan kegiatan dan pengalaman anak (activity curriculum) atau diadakan pendekatan interdisipliner (correlated curriculum) atau dilihat proporsinya masing- masing jenis ; mana yang termasuk pendidikan umum, pendidikan keahlian, pendidikan akademik dan lain-lain.

c. Perubahan strategi kurikulum. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan kurikulum itu sendiri yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan sistem administrasi, bimbingan dan penyuluhan, perubahan sistem penilaian hasil belajar.

d. Perubahan sarana kurikulum. Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik dari segi kualitas dan kuantititas, juga

sarana material berupa

perlengkapan sekolah seperti laboraturium, perpustakaan, alat peraga dan lain-lain.

e. Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Perubahan ini menyangkut metode/cara yang paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum berjalan efektif dan efesien, relevan dan produktivitas terhadap program pembelajaran sebagai suatu system dari kurikulum.

Kurikulum Pendidikan In donesia Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004 dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek

dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.Lebih spesifik, Herliyati (2008) menjelaskan bahwa setelah Indonesia merdeka dalam pendidikan dikenal beberapa masa pemberlakuan kurikulum yaitu kurikulum sederhana (1947-1964), pembaharuan kurikulum (1968 dan 1975), kurikulum berbasis keterampilan proses (1984 dan 1994), dan kurikulum berbasis kompetensi (2004 dan 2006).

Bila merujuk pada rangkaian perubahan kurikulum pendidikan Indonesia sejak pasca merdeka hingga sekarang, maka secara tak langsung beriringan juga dengan periode rezim atau pemerintah yang berkuasa di zamannya. Pada masa orde lama ada empat kurikulum yang pernah diberlakukan, yang kemudian disebut juga dengan kurikulum sederhana, diantaranya: kurikulum 1947, 1952, 1964 dan 1968. Pada rezim Orde Baru sebagai lanjutan rezim sebelumnya juga melakukan beberapa kali perubahan kurikulum. Begitu juga, pada orde reformasi. Perubahan kurikulum tentu saja dilakukan terhadap banyak mata pelajaran, tak terkecuali mata pelajaran sejarah. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah

Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas. Demikian juga halnya dengan mata pelajran sejarah. Adapun karakteristik mata pelajaran sejarah adalah sebagai berikut:(1) Sejarah terkait dengan masa lampau;(2) Sejarah bersifat

(4)

kronologis;(3) Sejarah memliki tiga unsur penting yaitu manusia, ruang dan waktu; (4) Perspektif waktu merupakan dimensi yang sangat penting dalam sejarah; (5) Sejarah memiliki sebab akibat;(6) Sejarah terkait pada berbagai aspek kehidupan seperti:politik, ekonomi, sosial, budaya, agama,dan keyakinan; (7) Sejarah merupakan pelajaran yang mengkaji perkembangan masyarakat dari masa lampau samapi kini;(8) Misi dalam pelajaran sejarah adalah untuk pendidikan intelektual dan pendidikan nilai, pendidikan kemanusiaan, pendidikan pembinaan moralitas,jati diri, nasionalisme dann identitas bangsa.

Kurikulum Mata Pelajaran Sejarah Masa Orde Baru ( Kurun waktu tahun 1968 sampai tahun 1999)

a. Kurikulum 1968

Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dengan suatu pertimbangan untuk tujuan pada pembentukan manusia Pancasila sejati.

Kurikulum 1968 menekankan

pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok.. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan.Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

Pada periode ini, mata pelajarah sejarah disebut dengan Sejarah

Kesenian dan Sejarah

Kebudayaan.Buku-buku sejarah masih menggunakan rujukan terhadap buku sejarah yang ditulis oleh orang-orang Belanda. Buku yang terbit tahun 1960- an yang digunakan dalam

pelaksanaan.Kurikulum Tahun 1968, penulisan yang Indonesiasentris sudah mulai ada. Menempatkan bangsa Indonesia sebagai aktor utama sejarah, bangsa Indonesia sudah ada sejak zaman Hindu-Budha. Konsepsi Indonesia secara geopolitik sudah ada pada zaman Sriwijaya dan Majapahit. ideologis sudah nampak dalam buku yang diterbitkan oleh Pemerintah, atau dikenal dalam buku paket. Buku ini dipakai dalam pelaksanaan Kurikulum. b. Ku rikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik.

Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Prinsip- prinsip yang melandasi kurikulum 1975/ 1976 didasarkan atas prinsip- prinsip yaitu : Perinsip berorientasi pada tujuan. Kurikulum 1975 berorientasi pada tujuannya yakni mengingat sangat pentingnya fungsi dan peranan sekolah dalam pembinaan para siswa dan mengingat terbatasnya waktu belajar di sekolah. Perinsip relevansi. Suatu sistem pendidikan hanya akan bermakna apabila kurikulum yang dipergunakan relevan dengan kebutuhan dan tuntutan lapangan kerja. Prinsip efisiensi dan efektifitas. Kurikulum 1975/ 1976 menekankan kepada efisensi dan efektifitas penggunaan dana, daya dan waktu.

(5)

Prinsip fleksibilitas. Pelaksanaan suatu program hendaknya didasarkan dengan mempertimbangkan faktor- faktor ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang terlaksananya program. Prinsip berkesinambungan/ kontinuitas. Sesuai dengan tujuan institusional, siap mempersiapkan para siswa untuk berkembang menjadi warga masyarkat, tetapi juga dipersiapkan untuk mampu melanjutkan kesetiap jenjang pendidikan. Prinsip pendidikan seumur hidup. Dalam GBHN telah dirumuskan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Pendidikan para siswa tidak cukup hanya di sekolah saja, sekalipun kesempatan belajar yang luas dan penting, melainkan harus dilanjutkan kemasyarakat.

Mata pelajaran sejarah pada kurikulum 1975, lebih dikenal dengn Sejarah Indonesia dan Sejarah Dunia. Ada standarisasi nilai atau kebenaran yang bersifat subjektif dalam menilai peristiwa sejarah, seperti penggunaan standar ""Nilai-Nilai 45"". Contoh pada zaman Demokrasi Liberal dianggap sehagai pelanggaran terhadap nilai-nilai 45"

Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut

"Kurikulum 1975 yang

disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.

Dari mengamati sesuatu,

mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986.

CBSA merupakan sustu proses belajar mengajar yang aktif dan dinamis. Dipandang dari segi peserta didik, maka CBSA adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka belajar. Jika dipandang dari sudut guru sebagai fasilitator, maka CBSA merupakan suatu strategi belajar yang direncanakan sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar yang dilaksanakan menuntut aktifitas dari peserta didik yang dilakukannya secara aktif. Dengan demikian maka proses belajar mengajar dimana peserta didik terlibat secara intelektual- emosional dapat direncanakan guru dalam suatu sistem instruksional yang ekeftif dan efisien, sebagai tujuan pengajaran dapat dicapai lebih baik.

Pada kurikulum 1984 selain mata pelajaran sejarah, penguatan nilai-nilai perjuangan kebangsaan disediakan pula mata pelajaran khsusus yang disebut dengan Pelajaran Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).Landasan hukumnya adalah TAP MPR No.II / MPR / 1982 tentang Garis Besar Haluan Negara yang menyebutkan “ Dalam rangka meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945 kepada generasi muda, maka disekolah-sekolah baik negeri maupun swasta, wajib diberikan pendidikan sejarah perjuangan bangsa”. Perbedaan antara PSPB dengan pelajaran sejarah adalah pada aspek afektif dari ranah tujuan pendidikan yaitu menekankan penghayatan nilai-nilai. (Purwanto dan Adam,2005:94-95)

Tujuan instruksional dari PSPB ini antara lain :a) Siswa menyadari

bahwa penjajahan Belanda

menyebabkan penderitaan rakyat Indonesia,b) Siswa meyakini kebenaran perjuangan para pahlawan dalam mengusir penjajahann ,c) Siswa menyadari bahwa persatuan dan kesatuan telah mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang

(6)

kemerdekaan, d) Siswa menyadari bahwa politik “devide et impera” Belanda dapat terlaksana karena tidak adanya persatuan dan kesatuan, e) Siswa meyakini bahwa tidak adanya

persatuan dan pengutamaan

kepentingan pribadi dan golongan ,mengakibatkan pemerintahan yang menyimpang dari UUD 1945, f) Siswa menyadari bahwa aksi-aksi sepihak PKI merupakan pemaksaan kehendak secara sepihak untuk menghancurkan NKRI, g) Siswa menyadari bahwa kesatuan-kesatuan aksi melawan PKI didorong oleh keberanian membela kemerdekaan dan keadilan, h) Siswa

meyakini bahwa Orde Baru

mengutamakan kepentiangan negara dan masyarakat.(Adam dalam Sam Winnebur,2006:xvi)

Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 19975 dan 1984. Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi. Kurikulum pendidikan agama tahun 1994 juga lebih menekankan materi pokok dan lebih bersifat memaksakan target bahan ajar sehingga tingkat kemampuan

peserta didik terabaikan. Hal ini kurang sesuai dengan prinsip pendidikan yang menekankan penegembangan pesrta didik lewat fenomena bakat, minat serta dukungan sumber daya lingkungan.Pada kurikulum ini mata pelajaran sejarah dirubah lagi penyebutannya, yaitu Sejarah Nasional dan Sejarah Umum

Ku rikulum Sejarah Masa Reformasi (2004 dan 2006)

Ku rikulum 2004 (KBK)

Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan

pencapaian kompetensi dan

pengembangan pembelajaran.

KBK dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas- tugas dengan standart performance tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.

KBK diarahkan untuk

mengembangkan pengetahuan,

pemahaman, kemampuan, nilai sikap dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran dan keberhasilan agar penuh tanggung jawab.KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Kegiatan

pembelajaran menggunakan

pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

(7)

Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?”. KBK juga mengharapkan guru yang berkualitas dan profesional untuk melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun demikian, konsep ini tentu tidak saja dapat digunakan sebagai resep untuk

memecahkan semua masalah

pendidikan, namun dapat memberi sumbangan yang cukup signifikan terhadap perbaikan pendidikan. Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memilki karakteristik sebagai berikut : Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun klasikal. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagamaan. Penyampaian dalam

pembelajaran menggunakan

pendekatan dan metode yang bervariasi. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalan upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus menagandung tiga unsur pokok, yakni : Pemilihan kompetensi yang sesuai. Spesifikasi indikator- indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian

kompetensi. Pengembangan

pembelajaran.

Ku rikulum Tingkatan Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum tingkatan satuan pendidikan (KTSP) merupakan pengembangan yang sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah, daerah, karakteristik sekolah atau sekolah maupun sosisal budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. Tujuan KTSP Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah : Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan

inisiatif sekolah dalam

mengembangkan kurikulum,

pengelolaan dan meberdayakan sumber daya yang tersedia. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. Meningkatkan kompetensi yang sehat satuan pendidikan, tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Adapun karkateristik dan implementasi KTSP adalah : KTSP merupakan kurikulum operasional yang pengembangannya diserahkan kepada daerah dan satuan pendidikan. Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan

satuan pendidikan dapat

mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar profesionalisme tenaga kependidikan serta sistem penilaian. Berdasarkan dari uraian diatas, dapat dikemukakan beberapa karakteristik

(8)

sebagai berikut : Pemberian otonomi yang luas kepada sekolah sebagai satuan pendidikan. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tertinggi. Kepemimpinan yang demokratis dan profesional. Dan tim- kerja yang kompak dan transparan.

Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat mentepkan standar kompetensi dan komptensi dasar, yang mana sekolah, dalam hal ini guru,

dituntut untuk mampu

mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilainnya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat yang dinamakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan pemantauan Dinas Pendidikan Daerah dan wilayah setempat. Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olahraga, agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.

Releavansi pendidikan

dimasksudkan untuk menghasilakn kelulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang berbasis potensi sumber daya alam indonesia. Peningkatan efisensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerpan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Implementasi undang- undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijabarkan kedalam sejumlah peraturan, antara lain peraturan

pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan nasional.

Peraturan pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakannya delapan standar nasional pendidikan, yakni : 1. standar isi, 2. standar proses, 3. standar kompetensi lulusan, 4. standar pendidik dan tenaga kependidikan, 5. standar sarana prasarana, 6. standar pengelolaan, 7. standar pembiayaan, 8. dan standar penilaian pendidikan.

Kurikulum dipahami sebagai

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005, pemerintah telah mengiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yakni kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan disetiap satuan pendidikan. Secara substansional,

pemberlakuan atau penamaan

kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) lebih kepada

pengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP Nomor 19/ 2005.

Akan tetapi esensi isi dan arah pengembangan pemebelajran tetap masih bercirikan tercapainya paket- paket kompetensi ( dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject materi), yaitu : Menekankan pada keterampilan kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. Berorientasi pada hasil belajar (learning autcomes) dan keberagamaan. Penyampaian dalam

pembelajaran menggunakan

pendekatan dan metode yang bervariasi. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber lainnya yang memenuhi unsur edikatif. Penilaian menekankan pada proses dan hasil

(9)

belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Terdapat perbedaan mendasar dibandngkan dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) sebelumnya (versi 2002 dan 2004), bahwa sekolah diberi kewenangan

penuh menyusun rencana

pendidikannya dengan mengacu pada standar kalender pendidikan, hingga pada pengembangan silabusnya

Kesimpulan

Setiap berubahnya zaman, kurikulum harus berubah sesuai perubahan yang berlaku pada tatanan nilai kehidupan yang pada setiap zaman tersebut. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan Iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai

seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Faktor penyebab terjadinya perubahan kurikulum pada setiap zaman adalah karena adanya perluasan dan pemerataan kesempatan belajar kemudian peningkatan mutu pendidikan yang sesuai dengan zaman, relevansi pendidikan serta efektifitas dari efisiensi pendidikan sendiri. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968 (leer plan artinya rencana pelajaran) dan 1975, 1984 (Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL)., 1994, dan 2004 (KBK), serta yang terbaru adalah kurikulum 2006 (KTSP) pada saat sekarang ini.

[ ] Daftar Rujukan

Asvi Warman Adam.2007.Makalah Kurikulum Sejarah 1994 Versus 2004 disampaikan pada Lokakarya Sejarah Indonesia yang Kontroversial, PUSSIS Universitas Negeri Medan 8 September 2007

Bambang Purwanto dan Asvi Warman Adam. 2005. Menggugat Historiografi Indonesia. Jogyakarta; Ombak.

Darmiasti.2002. Tesis Penulisan Buku Pelajaran Sejarah Indonesia Untuk Sekolah Menengah Atas 1964-1984. Jakarta :Universitas Indonesia

Kepala Dinas Pendidkan Sumut. 2007. Makalah Perbandingan Kurikulum Bidang Studi Sejarah Yang Pernah Ada dan Sedang Berlaku di Indonesia di sampaikan pada Lokakarya Aktualisasi Pengajaran Guru Sejarah Se- Sumatera Utara di Medan 23 MEI 2007

Mestika Zed, 2007.Makalah Metodologi Pengajaran Sejarah di Sekolah Deasa Ini: Peluang dan Tantangan di sampaikan pada Lokakarya Aktualisasi Pengajaran Guru Sejarah Se- Sumatera Utara di Medan 23 MEI 2007

S.Hamid Hasan. 2007.Makalah Pendidikan Sejarah: Issues dan Masa Depan disampaikan pada Lokakarya Sejarah Indonesia yang Kontroversial, PUSSIS Universitas Negeri Medan 8 September 2007

Sam Winneburg. 2006. Berpikir Historis. Jakarta; Yayasn Obor Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar

Dalam bank syariah, aset dibagi menjadi dua yaitu pertama adalah aset yang didanai sendiri dan kewajiban atau hutang yang risikonya ditanggung oleh modal sendiri, dan

permasalahan peserta didik kelas X SMA Negeri 1 kota Pontianak ialah pentingnya pemahaman diri mengenai tipe kepribadian dengan berbagai karakteristik kelemahan dan

Menurut Sugiyono (2010) untuk menguji kelayakan penggunaan instrument dapat digunakan pendapat para ahli tentang aspek-aspek yang diukur dengan berlandaskan teori tertentu.

The microhabitat preference of captive sambar deer in the University of Lampung sanctuary is areas with grass, bushes and trees for feeding activity and areas with shrubs and

Banyak ulama‟ yang member komentar kepada beliau antara lain: Yahya bin Ma‟in, Ibnu Sa‟ad, An-Nasa‟I, dan Al-Ajili berpaendapat siqah atas beliau, Ibnu Karasyi

Maraknya pembicaraan tentang Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Anti Pornografi dan Pornoaksi menunjukan bahwa masalah tersebut adalah masalah yang

Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yaitu nilai atau skor yang diperoleh