• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DAN PERILAKU PERAWAT PELAKSANA DENGAN KESELAMATAN PASIEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DAN PERILAKU PERAWAT PELAKSANA DENGAN KESELAMATAN PASIEN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DAN PERILAKU PERAWAT PELAKSANA DENGAN KESELAMATAN PASIEN Page 54

HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DAN PERILAKU PERAWAT

PELAKSANA DENGAN KESELAMATAN PASIEN

Yunita Sari Purba*

*Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, STIKes BINAWAN Email korepodensi: yunita@binawan-ihs.ac.id,

ABSTRAK

Pendahuluan: Beban kerja perawat biasanya hanya di lihat dari berapa jam seorang perawat

bekerja, namun tidak dilihat volume kerja yang harus diselesaikan dan ditangani oleh perawat tersebut, apabila berlebihan maka dapat membahayakan pasien yang sedang ditanganinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja mental dan prilaku perawat pelaksana dengan keselamatan pasien. Metode: Penelitian ini menggunakan metode

cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di Rumah Sakit Menteng Mitra

Afia yang berjumlah 57 orang. Sampel penelitian, dengan menggunakan total sampling. Pengambilan data penelitian diperoleh dari pengisian lembar kuesioner, setiap responden diberi pertanyaan tentang beban kerja dengan menggunakan metode NASA TLX, tentang perilaku dan keselamatan pasien. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 23 (40.35%) responden dari 57 responden mengalami beban kerja overload/berlebihan,dan hasil tes Chi-square P value 0.000 yang menunjukan bahwa hubungan beban kerja dengan penerapan keselamatan pasien adalah bermakna, artinya bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang positi. Perilaku perawat juga berhubungan dengan keselamatan pasien, hasil tes Chi-square P value 0.025, sebanya 25 perawat (43.9 %) perilakunya tidak aman dan dari perilaku yang tidak aman tersebut sebanyak 16 perawat (64%) hasil keselamatan pasiennya tidak aman. Karakteristik tidak memiliki hubungan dengan keselamatan pasien. Diskusi : semakin berlebihan beban yang diberikan kepada perawat maka semakin sulit perawat tersebut melaksanakan penerapan keselamatan pasien, sehingga dapat menyebabkan tindakan tidak aman yang dapat menbahayakan pasien

Kata Kunci: Beban Kerja mental, Prilaku, Keselamatan pasien

Relationship of Mental and Behavioral Work Load of Nurses with Patient Safety ABSTRACT

Backgrounds: The aim of this study is to prevent the occurrence of patient falls, patient discomfort,

patients injured during hospitalization in consequence of fatigue nurses because excessive mental workloads caused nurses do not behave safely in providing health services

Methods: This study was conducted to determine the relationship workload and behavior of nurses

with patient safety in Menteng General Hospital Afia 2013. This study used a cross-sectional method. The study population was all nurses at the Hospital Menteng Partners Afia which amounted to 57 people. Collecting data was obtained from filling the questionnaire, each respondent was asked questions about the workload by using NASA TLX, about the behavior and patient safety. Results: The results of this study showed that 23 (40.35%) respondents from 57 respondents experiencing workload overload / excessive, and the results of tests Chi-square P value of 0.000 which indicates that the relationship workload with the implementation of patient safety is meaningful, it means that these two variables have a relationship positive. This shows the increasingly overburdened given to nurses, the more difficult the nurse carrying out the implementation of patient safety. Behavior nurse also related to patient safety, the results of Chi-square test P value of 0.025, sebanya 25 nurses (43.9%) and unsafe behavior of the unsafe behavior of 16 nurses (64%) the result of unsafe patient safety. Characteristics do not have a relationship with patient safety.

(2)

HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DAN PERILAKU PERAWAT PELAKSANA DENGAN KESELAMATAN PASIEN Page 55 PENDAHULUAN

Masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan tentu pergi ke rumah sakit berharap mendapatkan pertolongan, perawatan dan kesembuhan dari para dokter, perawat, dan tenaga medis lainya, dalam proses penyembuhan tentu di dukung dengan pengobatan, alat alat rumah sakit dan fasilitas lainya. Namun ada beberapa kejadian di rumah sakit yang merugikan pasien, menciderai pasien sehingga membuat penyakit pasien tersebut bertambah parah dan bukanya memperoleh kesembuhan namun ada yang berakibat kematian. Kejadian tersebut di istilahkan dengan Kejadian tidak diharapkan (adverse even)

Hal ini kemungkinan bisa disebabkan beberapa hal, seperti pelayanan keperawatan yang tidak sesuai dengan standar, kegagalan untuk memberikan pertolongan, kesalahan pemberian obat, kesalahan membaca kronologis penyakit pasien, penggunaan peralatan kesehatan yang tidak steeril, human eror dsb.

Penyebab terjadinya Kejadian tidak diharapkan /adverse event adalah pertama Tidakan yang tidak aman (unsafe act): Human error ,Slips. Error sebagai akibat

kurang/ teralihnya perhatian atau salah persepsi, Lapses: error yang terkait dengan

kegagalan memori lupa/tidak ingat, mistakes. Kesalahan yang terkait dengan proses mental dalam assessment informasi yang terjadi, kesalahan dalam merencanakan asuhan, kesalahan dalam menetapkan tujuan, kesalahan dalam mengambil keputusan dan tindakan klinis., penyebab kedua adalah kondisi laten : Sistem yang kurang tertata yang menjadi predisposisi terjadinya error, SOP tidak jelas, tata ruang yang tidak jelas, Sumber daya yang tidak memenuhi persyaratan.

Rumah sakit yang tidak memiliki kecukupan tenaga perawat mempunyai resiko lebih tinggi dalam menimbulkan dampak merugikan bagi pasien seperti peningkatan angka kejadian infeksi, shock dan kegagalan untuk memberikan pertolongan (failure to

rescue) kepada pasien. (Kane, et al. 2007)

Kejadian tidak menyenangkan tersebut kemungkinan dapat terjadi disebabkan karena

ketidakseimbangan antara jumlah pasien dengan jumlah perawat yang bekerja di rumah sakit tersebut, sehingga perawat mendapatkan beban kerja yang lebih banyak daripada kemampuan maksimal dari perawat tersebu sehingga perawat mengalami beban kerja mental dan menimbulkan tindakan tidak aman. Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang efektif dan efisisien adalah tersedianya SDM yang cukup dengan kualitas yang tinggi, profesional sesuai dengan fungsi dan tugas setiap personel. Rumah sakit juga perlu melakukan perencanaan tenaga kesehatan apalagi bila manajemen mengobservasi terjadinya penurunan motivasi kerja personel. Salah satu factor yang dapat menimbulkan penurun kerja personel adalah keluhan tingginya beban kerja personel. Hal ini bisa tampak bila terjadi kenaikan jumlah kunjungan pasien dan meningkatnya Bed Occupancey Rate (BOR) sendangkan jumlah personel tetap dalam periode waktu yang lama.

Tingginya beban kerja personel kesehatan suatu rumah sakit dapat berefek penurunan terhadap prestasi kerja. Hal ini dapat terjadi terutama bila naiknya beban kerja tanpa diikuti dengan peningkatan imbalan.

Beban kerja perawat merupakan volume kerja perawat di sebuah unit rumah sakit. Sedangkan volume kerja perawat merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menangani pasien per hari. Beban kerja penting diketahui sebagai dasar untuk mengetahui kapasitas kerja perawat agar terdapat keseimbangan antara tenaga perawat dengan beban kerja.

Keselamatan pasien di rumah sakit sangat erat hubungannya dengan profesionalisme tenaga medis yang terkait, seperti dokter, perawat, bidan, radiologist, dsb. Profesionalisme disini dapat ditunjukkan dengan 3 hal yang penting yaitu knowledge, skill, dan attitude para tenaga medis tersebut Perawat yang mengemban beban kerja terlalu tinggi dilaporkan lebih sering melakukan kesalahan dan mengalami kejadian pasien jatuh pada saat mereka berdinas. (Sochalski (2004). Ada kemungkinan beban kerja yang berat telah mengubah prilaku perawat dari

(3)

HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DAN PERILAKU PERAWAT PELAKSANA DENGAN KESELAMATAN PASIEN Page 56

yang sebelumnya berprilaku aman menjadi prilaku tidak aman. Hal tersebut dapat mempengaruhi keselamatan pasien. Sehingga prilaku tidak aman tadi dapat menyebabkan perawat tersebut melakukan kesalahan.

Rumah Sakit Menteng Mitra Afia merupakan rumah sakit tipe C, rumah sakit tersebut sudah mempunyai komite keselamatan pasien, Program Kerja komite keselamatan pasien mengacu kepada program keselamatan pasien dengan menerapkan 7 langkah keselamatan pasien. yakni : ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, memperbaiki keamanan obat-obatan yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasienoperasi, pengurangan resiko infeksi nosokomial, dan pengurangan resiko jatuh.

Program Keselamatan pasien RS.MMA merupakan integrasi dari semua komponen asuhan pasien dan merupakan bagian dari penerapan mutu pelayanan serta manajemen resiko. RS. MMA telah menerapkan 7 langkah menuju keselamatan pasien yaitu : membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, memimpin dan mendukung staf untuk komite dan focus pada keselamatan pasien,mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko, mengembangkan system pelaporan, melibatkan dan berkomunikasi terbuka dengan pasien dan keluarga pasien, belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.

Upaya-upaya untuk meningkatkan keselamatan pasien telah dilakukan, namun masih terjadi juga kejadian yang tidak menyenangkan seperti 37 pasien yang menderita dekubitus, 3 pasien jatuh (data rekapitulasi mutu keperawatan dari bidang keperawatan 2013), keterlambatan kuratase, terlambatnya tindakan transfusi dsb.

Kejadian tidak menyenangkan tersebut diatas merupakan alasan utama peneliti untuk imelakukan penelitian di rumah sakit tersebut dan untuk lebih memperkecil subject penelitian maka penelitian di fokuskan kepada perawat mengingat kontribusi kegiatan perawat dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat besar. Kejadian tidak menyenangkan tersebut perlu dikaji apakah

akibat beban kerja yang melebihi kemampuan fisik dan mental perawat, atau apakah prilaku perawat juga mempengaruhi keselamatan pasien. Penelitian mengenai hubungan beban kerja perawat dengan insiden keselamatan pasien yang dilakukan di Indonesia sangat sedikit ditemukan, dan belum ada yang meneliti lebih jauh mengapa beban kerja dapat menyebabkan kejadian tidak menyenangkan bagi pasien.

Untuk itu peneliti mencoba melakukan penelitian apakah ada hubungan antara beban kerja mental dan perilaku perawat dengan keselamatan pasien di Rumah Sakit MMA untuk mengukur beban kerja dan perilaku perawat yang dapat membahayakan pasien, juga dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran staf tentang keselamatan pasien, mendiagnosa dan menilai keselamatan pasien, mengidentifikasi kekuatan dan area untuk perbaikan keselamatan pasien.

BAHAN DAN METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Teknik pengukuran Bagian mengenai beban kerja mental Meliputi: Mental Demand,

Physical Demand, Temporal Demand,

Performance, Frustation Level, Effort.

Populasi penelitian adalah perawat pelaksana fungsional yang bekerja di tempat pelayanan rawat jalan, rawat inap, ruang bersalin, kamar operasi, unit gawat darurat Rumah Sakit Menteng Mitra Afia, Jakarta, jumlah perawat seluruhnya 57.Sampel. Teknik penarikan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling dari seluruh perawat Rumah Sakit Menteng Mitra Afia yaitu 57 perawat. Analisa data yang digunakan yaitu analisa univariat dan bivariat. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang memenuhi syarat inklusi sebagai berikut ;

- Bekerja di ruang rawat inap, rawat jalan, unit gawat darurat, ICU, HCU, poli rawat jalan dan unit hemodialisa.

- Perawat berusia antara 20-65 tahun. - Bersedia menjadi responden.

(4)

HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DAN PERILAKU PERAWAT PELAKSANA DENGAN KESELAMATAN PASIEN Page 57 HASIL PENELITIAN

Responden penelitian yang dilakukan di rumah sakit Menteng Mitra Afia adalah seluruh perawat pelaksana yang bertugas di unit perawatan penyakit dalam, bedah Icu (Intensice Care Unit) HCU (High care unit), OK. Poli rawat jalan dan IGD (unit Gawat Darurat) jumlah responden penelitian sebanyak 57 orang perawat. Dengan jenis kelamin laki laki sebanyak 10 orang dan perempuan sebanyak 47 responden. Katagori umur termuda adalah 20 tahun dan yang paling tua 37 tahun. Katagori pendidikan adalah SPK, AKPER, Sarjana Keperawatan Katgori masa kerja yang terpendek adalah 0.2 tahun dan masa kerja terlama adalah 11 tahun.

Pembahasan

Analisa Univariat

Beban Kerja Mental

Hasil kuesioner pembobotan NASA TLX Dapat di simpulkan bahwa mental demand lebih mendominasi pekerjaan perawat yaitu sebesar 2.89, berarti perawat sangat membutuhkan mental yang tinggi dalam memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan.

Tabel 2 : Rating Beban Kerja Mental

MD PD TD OP FR EF TOTAL 4530 4690 4030 4680 4130 4340 SKOR RATA RATA 79.5 82.3 70.7 69.9 72.46 76.14

Sumber : Data Primer Tahun 2013

Dari hasil tabel diatas dapat diperoleh penilaian beban pekerjaan rating tinggi yaitu Physical Demand sebesar 82.28, ini berarti kebutuhan fisik / physical demand menjadi faktor yang paling dominan dari total kebutuhan perawat keseluruhan dalam memberikan pelayanan di rumah sakit. Gambaran Rating Beban Kerja dengan lokasi kerja

Diketahui bahwa perawat di bagian rawat inap adalah yang paling tinggi kebutuhan fisik nya / physical demand yaitu

sebeasar 87.82. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa aktivitas perawat di ruang rawat inap adalah memberikan pelayanan, perawatan dan memonitor pasien sedemikian rupa yang sesuai dengan prosedur yang harus dilalui. Dan harus bekerja dengan cepat agar semua pasien dapat terlayani.

Perhitungan Weight Work Load

Diketahui score rata rata beban kerja (mean adalah 78.44.Bila hasil perhitungan

1. Score < 78.44 berarti katagori beban kerja optimal

2. score > 78.44 berarti beban kerja overload / berlebihan

Dari 57 responden, didapat hasil 33 orang beban kerja optimal, 57.9 % sedangkan 24 orang beban kerja berlebihan 42.1 %.

Dapat disimpulkan katagori beban kerja menjadi 2 kelompok yaitu: beban kerja optimal, dan beban kerja berlebihan/overload. Optimal bila nilai <= nilai mean, overload bila nilai > mean. Nilai terendah dari responden dan nilai tertinggi dari responded diambil rata rata (mean) sebagai cut of point. Dari pengelompokan bahwa dari 57 responded perawat yang memiliki beban kerja optimal berjumlah 33 responden (57.9.%), dan beban kerja berlebih berjumlah 24 responden (42.1%). Sebagian besar reponden memiliki jumlah jam kerja. Optimal tidak berlebih, namun angka beban kerja yang overload sebesar 42.1 % harus menjadi perhatian karena akan di kaji apakah beban kerja overload tersebut dapat mempengaruhi penerapan keselamatan pasien, dan perlu di kaji beban apa yang paling mendominasi tiap tiap ruangan/bagian. Prilaku responden diukur dengan menggunakan 17 pertanyaan, yaitu prilaku terkait ketrampilan, peraturan dan pengetahuan,

Dari 57 responden yang memiliki prilaku tidak aman sebanyak 25 perawat 43.9 .%), dan yang memiliki prilaku aman 32 orang (56.1 %).

Sebagian besar responden memiliki prilaku aman namun perlu diperhatikan angka prilaku tidak aman yang presentasenya cukup besar.

(5)

HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DAN PERILAKU PERAWAT PELAKSANA DENGAN KESELAMATAN PASIEN Page 58

Hasil Variabel Prilaku

Prilaku perawat di rumah sakit tersebut tidak aman terbukti jumlah perawat yang berperilaku tidak aman presentasenya 43.9 % berarti perawat yang berprilaku tidak aman hampir mencapai 50 % daripada perawat yang berprilaku aman, sedangkan yang berprilaku aman hanya 32 perawat (56.1%), Hasil kuesioner Keselamatan pasien. Didapakan hasil dari pengelompokan keselamatan pasien yang selamat dan tidak

selamat, sebanyak 27 responden (47.4 %) tidak aman, 30 responden (52.6%) aman. Hasil Variabel Keselamatan Pasien

Untuk melihat hubungan antara karakteristik dengan variable keselamatan pasien digunakan uji Chi square, yaitu hubungan antara karakteristik responden perawat RS. MMA dengan keselamatan pasien. Karakteristik yaitu usia, jenis kelamin, lama pendidikan, masa kerja, pelaksanaan keselamatan pasien.

Hasil Analisa Bivariat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap Beban Kerja Mental perawat dengan keselamatan pasien di Rumah Sakit MMA Tahun 2013, hasilnya P value adalah.0.000 P Value= 0.000, hasilnya variable Beban Kerja mental

berhubungan dengan variable Keselamatan pasien., responden yang beban kerjanya overload beresiko 2 kali lebih besar untuk keselamatan pasien yang tidak aman dibandingkan responden yang beban kerjan mental ya optimal.

Tabel 3: Hubungan Beban kerja dengan keselamatan pasien

Keselamatan

Pasien Total P (Chi OR CL

NO

Beban Kerja mental

Tidak

Aman Aman square 1 Optimal 9 (27.3%) 24 (72.7%) 33 (100% 2 Overload 18 (75%) 6 (25%) 24 (100%) 0 2..0 1.53 Total 27 (47.4%) 30 (52.6% 57 (100% 2.61

Sumber : Data Primer Tahun 2013

Hasil penelitian menjelaskan bahwa dari 33 responden yang katagori beban kerja mentalnya optimal terdapat 9 responden (27.3%) hasil keselamatan pasien tidak aman, dan 24 responden (72.7%) hasil keselamatan pasiennya aman, sedangkan dari 29 responden yang beban kerja mentalnya nya overload terdapat 17 orang (70%) responden yang hasil keselamatan pasiennya tidak aman, dan 7 orang responden (29.2 %) hasil keselamatan pasiennya aman. Hasil uji dengan Chi Square diketahui p value = 0, 000. . maka ada hubungan yang bermakna antara beban kerja mentalnya dengan keselamatan pasien. Ini menunjukkan bahwa data mampu membuktikan adanya hubungan antara beban kerja dengan keselamatan

pasien .Dari hasil analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio 0.154 artinya responden dengan beban kerja mental optimal mempunyai peluang 0.154 untuk menghasilkan keselamatan pasien yang aman.

Beban kerja metnal berdasarkan hasil uji Chisquare di dapat P value adalah.0.000 P Value= 0.000, Beban Kerja metnal berhubungan dengan variable Keselamatan pasien., responden yang beban kerjanya overload beresiko 2 kali lebih besar untuk keselamatan pasien yang tidak aman dibandingkan responden yang beban kejanya optimal.

Penelitian yang dilakukan terhadap Perilaku perawat dengan keselamatan pasien di Rumah Sakit MMA tahun 2013, hasil

(6)

HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DAN PERILAKU PERAWAT PELAKSANA DENGAN KESELAMATAN PASIEN Page 59

penelitian menjelaskan bahwa dari 25 responden yang katagori Prilakunya tidak aman terdapat 16 responden (64%) hasil keselamatan pasien tidak aman, dan 9 responden (36%) hasil keselamatan pasiennya aman, sedangkan dari 32 responden yang prilakunya aman terdapat 11 responden (34.4%) responden yang hasil keselamatan pasiennya tidak aman, dan 21 responden (65.6 %) hasil keselamatan pasiennya aman.

Hasil uji dengan Chi Square diketahui p value = 0, 025. .Bila P > 0.05 ada hubungan yang bermakna antara prilaku perawat dengan keselamatan pasien. Ini menunjukkan bahwa data mampu membuktikan adanya hubungan antara prilaku perawat dengan keselamatan pasien .Dari hasil analisis

diperoleh pula nilai Odds Ratio =3.394 (95% Cl: 1.135-10.145) artinya responden yang prilakunya aman mempunyai peluang 3.656 kali untuk menghasilkan keselamatan pasien yang aman disbanding responden yang prilaku tidak aman. Penelitian ini dapat membuktikan teori Flin (2009) bahwa perilaku / kesalahan karyawan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keselamatan pasien. Hasilnya ada hubungan antara prilaku dengan keselamatan pasien. responden prilakunya tidak aman beresiko 3.394 kali lebih besar untuk keselamatan pasien yang tidak aman dibandingkan responden yang prilakunya aman, berikut ini rincian hubungan prilaku terkait ketrampilan, peraturan dan pengetahuan dengan

keselamatan pasien

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Ada hubungan antara beban kerja dan perilaku perawat pelaksana dengan keselamatan pasien Rumah Sakit Menteng Mitra Afia, Jakarta.

Saran

Divisi keperawatan perlu melakukan pengkajian ulang tentang komposisi tugas dari perawat pelaksana khususnya ruang rawat inap, memperbaiki fasilitas tempat tidur pasien sehingga menghindari pasien jatuh, juga memberikan pelatihan tentang dekubitus sehingga akan dapat mencegah pasien mengalami decubitus .

DAFTAR PUSTAKA

Agency for Healthcare Research and Quality. 2007 National healthcare quality

report. Rockville, MD: U.S.

Department of Health and Human Services, AHRQ; February 2008. AHRQ Publication No. 08-0040. Azwar, A (2011). Kuliah Metodologi

Penelitian, Jakarta, STIKes Binawan

Aiken, L.H., Clarke, S.P., Sloane, D.M., et al. (2002). Hospital nurse staffing and

patient mortality, nurse burnout, and job dissatisfaction. JAMA. 23 – 30

Oktober. 288(16)1987 – 1993. (www.jama.com, tanggal 10 Januari 2009).

Aiken, L. H., Clarke, S. P., Cheung, R. B., Sloane, D. M., and Silber, J. H. (2003).

Educational levels of hospital nurses

and surgical patient mortality. Journal of the American Medical Association,

290(12), 1617-1623

Carayon, P., Hundt, A.S., Karsh, B.T., et al. (2006). Work system design for

patientsafety: the SEIPS model. Qual Saf Health Care, 15 (suppl I), I50 –

I58.

Choo, J. Hutchinson, A. & Bucknall. T. (2010). Nurse’ role in medication

safety. Jurnal of Nursing Management.

Vol 18 No. 5. Diunduh melalui melalui http:web.ebscohost://web.com/ehost Departemen Kesehatan RI (2006). Panduan

Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit Jakarta. Bhakti Husada.

Flin, R & Mitchell,L (2009) Eds. Fafer Surgery. Analysing The Behaviour in

(7)

HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DAN PERILAKU PERAWAT PELAKSANA DENGAN KESELAMATAN PASIEN Page 60

the Operationg

Theatre.Farnham:Ashgate

Gartinah. T. 1994. Pembangunan Sumberdaya Manusia dalam bidang

Keperawatan, Cermin Dunia

Kedokteran

Gilies, DA 1994. Nursing Management, A

System Approach, W.BSaudeers

Company Philadelphia

Gibson, James L. Ivancevich, John M. and Donnely, James H. 1985. Organisasi

dan Manajemen Perilaku, Struktur, Process. Jakarta. Erlangga

Green, L. 1980 Health Education Planning Myfield Publishing Co. Jo.hopkins Univ. Boston

Gunawan, F.A. 2013. Safety Leadership.

Kepemimpinan Keselamatan Kerja.

Jakarta. Dian Rakyat

Ilyas, Yaslis.1999. Kinerja, Teori, Penilaian

dan Penelitian, Badan Penerbit FKM

UI, Depok.

Ilyas, Yaslis.2001. Kinerja, Teori, Penilaian

dan Penelitian, Badan Penerbit FKM

UI, Depok.

Institute of Medicine. Preventing medication errors: quality chasm series. Washington, DC: National Academies Press; 2006.

Jex, Henry. 1998. Measuring Mental Workload: Problems, Progres, and Promises. Dalam Bahan Kuliah Perancangan, Pengukuran, dan Pembakuan Sistem Kerja. Hilma Raimona Zadri. Universitas Andalas

Referensi

Dokumen terkait

Biasanya juga digunakan untuk menentukan strategi dari pendekatan visual yang akan digunakan, bagaimana pengaturan layout, penulisan text, yang kemudian digunakan

Dalam KHUPerdata Pasal 863 KUHPerdata tidak ada hak yang diberikan bagi anak diluar kawin.Sementara menurut Kompilasi Hukum Islam, bahwa anak yang lahir diluar perkawinan

Stadia sungai dan stadia daerah pada satuan geomorfologi ini adalah stadia dewasa hingga tua (Nugroho, 2004) yang dicirikan dengan tidak adanya

Kombinasi dari tepung ubi jalar putih ( Ipomoea batatas ) dan kecambah kacang tunggak ( Vigna unguiculata ) memengaruhi kualitas muffin dari segi kimia (kadar air, kadar

Maka jawaban yang ingin penulis cari dalam penelitian ini adalah apakah deposito perbankan Islam di kedua negara tersebut sangat rentan (elastis) atau tidak terhadap

Dasar hukum terdapat dalam surat ar-Rum ayat 21, Dan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, Pasal 19, menyebutkan, salah satunya jika antara suami istri terus

Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, cet.. mata pelajaran dan standar kompetensi yang sesuai dengan prinsip- prinsip tersebut yang berhubungan

Analisis QSPM memperingkatkan delapan strategi yang dapat diimplementasikan oleh Fishing Valley dengan prioritas sebagai berikut: (1) meningkatkan kebersihan kolam