• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka dilakukan untuk mengetahui penelitian-penelitian yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka dilakukan untuk mengetahui penelitian-penelitian yang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka dilakukan untuk mengetahui penelitian-penelitian yang sudah dilakukan dan berkaitan dengan objek yang sedang diteliti saat ini. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan perbedaan pada setiap penelitian agar terhindar dari plagiarisme.

Adapun beberapa penelitian yang berkaitan dengan objek kajian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian skripsi Sri Ayu Habibah dari Universitas Negeri Yogyakarta, berjudul Ideologi Sosialisme Marxisme dan Perjuangan Kelas dalam Puisi “SOLIDARITÄTSLIED” karya Bertolt Brecht: Kajian Semiotika Riffaterre pada tahun 2015. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan adanya hubungan ideologi Sosialisme Marxisme dan perjuangan kelas dalam puisi “Solidaritätslied” karya Bertolt Brecht melalui kajian semiotika Riffaterre dengan pembacaan heuristik, hermeneutik, menentukan matriks, model, varian, dan hipogram. Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotis. Data penelitian berupa kata, baris, dan bait yang terdapat dalam puisi “Solidaritätslied” karya Bertolt Brecht dalam kaitannya

(2)

dengan ideologi Sosialisme Marxisme dan perjuangan kelas. Sumber data penelitian adalah puisi “Solidaritätslied” karya Bertolt Brecht. Teknik pengumpulan data dalam puisi dilakukan dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik. Setelah melalui dua tahap pembacaan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi matriks, model, varian, dan hipogram. Keabsahan data penelitian menggunakan validitas semantis dan expert judgment. Reliabilitas yang digunakan adalah reliabilitas intrarater dan interrater. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) Dari pembacaan heuristik disimpulkan bahwa puisi "Solidaritätslied” berisikan seruan untuk maju dan kekuatan solidaritas. (2) Melalui pembacaan hermeneutik ditemukan ketidaklangsungan ekspresi puisi, yaitu (a) penggantian arti berupa personifikasi dan sinekdoki, (b) penyimpangan arti yang berupa ambiguitas. Melalui pembacaan secara hermeneutik disimpulkan bahwa puisi “Solidaritätslied” karya Bertolt Brecht memiliki hubungan dengan ideologi Sosialisme Marxisme dan perjuangan kelas. (3) Matriks dari puisi “Solidaritätslied” adalah revolusi proletar untuk menghancurkan kapitalisme. Model puisi adalah revolusi proletar. Varian dari puisi “Solidaritätslied” terdapat pada bait pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima,keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan, kesepuluh dan kesebelas. (4) Hipogram dalam puisi “Solidaritätslied” terdiri atas hipogram potensial, yaitu revolusi proletar untuk menghancurkan

(3)

kapitalisme. Hipogram aktual berasal dari ideologi Sosialisme Marxisme dan perjuangan kelas.

2. Penelitian skripsi Marganing Fatamah dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang berjudul Penyimpangan Moral dalam Novel “Negeri Para Bedebah” Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA pada tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan unsur-unsur pembangun novel “Negeri Para Bedebah” Karya Tere-Liye; (2) mendeskripsikan penyimpangan moral dalam novel “Negeri Para Bedebah” dengan tinjauan sosiologi sastra; dan (3) mendeskripsikan implementasi novel “Negeri Para Bedebah” karyaTere-Liye dalam pembelajaran sastra di SMA. Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskripsitif kualitatif dengan strategi embedded and case study research (studi kasus terperancang). Objek penelitian ini adalah penyimpangan moral dalam novel “Negeri Para Bedebah”. Data penelitian berupa kata, frasa, klausa, ungkapan dan kalimat yang terdapat dalam novel “Negeri Para Bedebah”. Sumber data penelitian terdiri atas sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kepustakaan, teknik simak, dan teknik catat. Teknik validasi data yang digunakandalam penelitianini adalah teknik trianggulasi data. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data dialektika. Berdasarkan analisis struktural novel “Negeri Para

(4)

Bedebah” karya Tere-Liye, bertema dendam dan pengkhianatan. Tokoh utama dalam novel adalah Thomas, sedangkan tokoh pendamping dalam novel antara lain, Om Liem, Julia, Opa, Randy, Ram, Erik, Rudi, Wusdi, Tunga, Kadek, dan Tuan Shinpei. Alur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alur maju (progresif). Latar tempat dalam penelitian ini terjadi di bandara, kawasan Waduk Jatiluhur, kantor, gedung klub petarung, Bali, dan Singapura. Latar waktu terjadi selama empat hari dari Jumat sampai Senin. Latar sosial dalam penelitian ini adalah kehidupan orang-orang dengan status sosial yang tinggi. Berdasarkan analisis dengan tinjauan sosiologi sastra tentang nilai moral dalam novel “Negeri Para Bedebah” diperoleh gambaran tentang moralitas buruk tokoh-tokoh dalam novel tesebut. Penyimpangan moral tersebut antara lain (1) penyalahgunaan jabatan dan kekuasaan; (2) pengkhianatan kepercayaan; (3) kamuflase untuk mencapai tujuan; dan (4) menghalalkan segalacara untuk mencapai tujuan. Penelitian ini dapat diimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA. 3. Penelitian skripsi Uswah Elma Adisiannisa dari Universitas

Sebelas Maret Surakarta, yang berjudul Kritik Sosial dan Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel “Negeri Para Bedebah” karya Tere-Liye dengan Menggunakan Pendekatan Sosiologi Sastra pada tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kritik sosial, resepsi pembaca, dan nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel “Negeri Para Bedebah” karya Tere Liye.

(5)

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan metode content analysis atau analisis isi. Subjek penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah novel yang berjudul “Negeri Para Bedebah” karya Tere-Liye. Sumber data yang digunakan adalah dokumen, dalam hal ini adalah novel yang berjudul “Negeri Para Bedebah” dan hasil wawancara terhadap beberapa narasumber. Teknik wawancara mendalam terhadap narasumber dan analisis dokumen. Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis yang digunakan adalah model analisis mengalir yang terdiri atas 3 komponen, yaitu (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) kritik sosial yang ditemukan dalam novel “Negeri Para Bedebah” antara lain: (a) kejahatan sebanyak 7 data; (b) birokrasi sebanyak 1 data; (2) resepsi masyarakat tentang novel “Negeri Para Bedebah” dari para reseptor sangat beragam. Namun, kritik sosial yang paling dominan adalah kebobrokan sistem perbankan, sedangkan nilai pendidikan karakter yang paling dominan adalah kerja keras; dan (3) nilai pendidikan karakter yang ditemukan dalam novel “Negeri Para Bedebah” antara lain: (a) kerja sama sebanyak 9 data; (b) jujur sebanyak 4 data; (c) menghargai prestasi sebanyak 7 data; dan (d) bersahabat/komunikasi sebanyak 8 data.

(6)

4. Penelitian skripsi Muhammad Handri Wisnu W. dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang berjudul Kritik Sosial Novel “Negeri Para Bedebah” karya Tere-Liye dengan Menggunakan Pendekatan Sosiologi Sastra pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan (1) memaparkan latar belakang novel NPB karya Tere Liye dan biografi pengarang; (2) memaparkan struktur yang membangun novel NPB karya Tere Liye; (3) memaparkan kritik sosial yang terkandung dalam novel NPB karya Tere Liye; dan (4) implementasi kritik sosial yang terkandung dalam novel NPB karya Tere Liye pada pembelajaran sastra di MA Al-Islam Jamsaren Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data penelitian ini, yaitu kalimat dan wacana dalam novel NPB. Sumber data penelitian, yaitu novel NPB karya Tere Liye. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca, simak, dan catat. Teknik analisis data menggunakan pembacaan heuristik dan hermeneutik. Adapun struktur novel NPB sebagai berikut. (1) temanya adalah kapitalis di bidang ekonomi mengumpulkan harta dengan berbagai cara; (2) fakta cerita novel NPB, yaitu: (a) penokohannya menghasilkan tokoh berdasarkan sifat dan peran, aspek, dan perwatakannya; (b) alurnya adalah alur maju; dan (c) latarnya meliputi latar tempat (Waduk Jatiluhur, Jakarta, Bali, Singapura), latar waktu (berlangsung selama tiga hari, yaitu hari Jumat sampai hari Senin pukul 08:00 WIB). Wujud kritik sosial dalam novel NPB adalah sebagai berikut. (1) kritik kapitalisme

(7)

berwujud kapitalis borjuis dan kapitalis birokrat; (2) kritik korupsi berwujud korupsi investasi dan korupsi transaksi; dan (3) kritik tentang pelanggaran HAM berwujud pembakaran, pembunuhan,penyiksaan. Hasil implementasi kritik sosial dalam novel NPB, yaitu (1) kritik sosial dalam novel NPB menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan; (2) kritik sosial dalam novel NPB relevan dengan keadaan masyarakat Indonesia, saat ini yang sedang mengalami krisis moral; dan (3) kritik sosial dalam novel NPB dapat diimplementasikan sebagai bahan ajar sastra di SMA.

2. Kerangka Teori

Karl Marx (Suseno, 2005:112) pelaku-pelaku utama perubahan sosial bukanlah individu tertentu, melainkan kelas sosial. Yang perlu diperhatikan bukan hanya kelas sosial yang ditemukan, melainkan struktur kekuasaan di antara mereka. Akan terlihat bahwa dalam setiap masyarakat terdapat kelas-kelas yang berkuasa dan kelas-kelas yang dikuasai. Marx berbicara tentang kelas atas dan kelas bawah.

Sosiologi sastra marxis merupakan salah satu pendekatan sosiologi sastra yang mendasarkan pada teori marxis (marxisme). Marx dan Engels, dalam masyarakat terdapat dua buah struktur: infrastruktur dan superstruktur. Dalam masyarakat superstruktur memiliki fungsi esensial untuk melegitimasi kekuatan kelas sosial yang memiliki alat produksi ekonomi sehingga ide-ide dominan dalam masyarakat adalah ide-ide kelas penguasanya (Eagleton,2006). Karl Marx

(8)

berpandangan bahwa sastra sebagai bagian dari sebuah institusi sosial yang penting, memiliki kesamaan dengan agama, politik, ilmu pengetahuan, dan pendidikan yang menjadi bagian integral kehidupan sosial, sehingga sastra berkembang sesuai dengan kondisi-kondisi perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Sastra telah menjadi bagian penting dari suatu sistem produksi sosial suatu masyarakat karena itu sastra telah menjadi bagian struktur relasi sosial yang perkembangannya bersifat dinamik. Sastra selalu terlibat dalam perubahan-perubahan sosial dan konflik-konflik sosial. Marx juga menegaskan besarnya pengaruh sastra terhadap dinamika sosial.

Marx mengembangkan teori sosiologi sastranya dengan menyatakan bahwa kegiatan manusia yang paling penting adalah kegiatan ekonomi (produksi unsur-unsur materi). Hal ini menunjukkan kerangka kerja sosiologi yang bersifat material, yaitu ekonomi menjadi faktor determinasi kehidupan manusia dengan struktur sosial masyarakat. Produksi ide, konsep, dan kesadaran pertama kalinya secara langsung tidak dapat dipisahkan dengan hubungan material antarmanusia, bahasa kehidupan nyata. Pemahaman, pemikiran, hubungan spiritual antarmanusia muncul sebagai rembesan langsung terhadap perilaku material manusia. Perilaku material tersebut dinamakan infrastruktur, sementara ide, konsep, dan kesadaran merupakan superstruktur (Kurniawan, 2012:40).

A. Negara Kelas

Marx (Suseno, 2005:120), semua sistem ekonomi sampai sekarang ditandai oleh adanya kelas-kelas bawah dan kelas-kelas atas. Struktur kekuasaan dalam bidang ekonomi itu tercermin juga dalam bidang politik. Salah satu pokok

(9)

teori Karl Marx adalah bahwa negara secara hakiki merupakan negara kelas, artinya negara dikuasai secara langsung atau tidak langsung oleh kelas(-kelas) yang menguasai bidang ekonomi.

Karena itu, menurut Marx, negara bukanlah lembaga di atas masyarakat yang mengatur masyarakat tanpa pamrih, melainkan merupakan alat dalam tangan kelas-kelas atas untuk mengamankan kekuasaan mereka. Jadi, negara pertama-tama tidak bertindak demi kepentingan umum, melainkan demi kepentingan kelas-kelas atas. Negara bukanlah sang wasit netral yang melerai perselisihan-perselisihan yang timbul dalam masyarakat secara adil serta mengusahakan kesejahteraan umum. Jadi negara tidak netral, melainkan selalu berpihak. Sebagaimana dituliskan Friedrich Engels: “Negara... bertujuan untuk mempertahankan syarat-syarat kehidupan dan kekuasaan kelas berkuasa terhadap kelas yang dikuasai secara paksa”. Kebanyakan kebijakan negara akan menguntungkan kelas-kelas atas. Negara dapat saja bertindak demi kepentingan seluruh masyarakat, misalnya dengan membangun sarana transportasi, menyelenggarakan sekolah umum, dan melindungi masyarakat terhadap tindak kriminal. Akan tetapi tindakan inipun demi kepentingan kelas atas, karena kelas atas pun tidak dapat mempertahankan diri, apabila kehidupan masyarakat pada umumnya tidak berjalan. Kalau sekali-sekali negara mengadakan perbaikan sosial, hal itu untuk menenangkan rakyat dan upaya membelokkan perhatiannya dari tuntutan-tuntutan perubahan yang lebih fundamental. Negara pura-pura bertindak atas nama kesejahteraan seluruh rakyat, tetapi sebenarnya itu hanya siasat untuk mengelabuhi kelas-kelas pekerja (Suseno, 2005: 120-121).

(10)

Perspektif negara kelas dapat menjelaskan yang biasanya menjadi korban pembangunan adalah rakyat kecil, pencuri kecil sering dihukum lebih keras daripada koruptor besar dan persentase orang kecil dalam penjara lebih besar daripada mereka dalam masyarakat. Masyarakat kecil sering dikalahkan. Negara itu negara hukum, tetapi orang kecil tidak mempunyai akses terhadap hukum. Orang besar terlindungi, tetapi orang kecil tidak (Suseno, 2005: 121).

Karena negara dianggap selalu merupakan negara kelas yang mendukung kepentingan kelas-kelas penindas, negara dalam perspektif Marx termasuk lawan, bukan kawan orang kecil. Orang kecil hendaknya tidak mengharapkan keadilan atau bantuan yang sungguh-sungguh dari negara karena negara justru adalah wakil kelas-kelas yang menghisap tenaga kerja orang kecil. Negara memungkinkan kelas atas untuk memperjuangkan kepentingan khusus mereka “sebagai kepentingan umum” (Suseno, 2005: 121).

B. Ideologi

Mengajukan sesuatu sebagai kepentingan umum yang sebenarnya merupakan kepentingan egois pihak yang berpamrih. Itulah inti dari yang Marx sebut sebagai ideologis. Ideologi adalah ajaran yang menjelaskan suatu keadaan, terutama struktur kekuasaan, sedemikian rupa sehingga orang menganggapnya sah, padahal jelas tidak sah. Ideologi melayani kepentingan kelas berkuasa karena memberikan legimitasi kepada suatu keadaan yang sebenarnya tidak memiliki legimitasi. Kritik ideologi adalah salah satu sumbangan terpenting teori Marx terhadap analisis struktur kekuasaan dalam masyarakat.

(11)

Perlu diperhatikan bahwa ideologi dalam arti yang sebenarnya bukan sarana yang dipakai oleh kelas-kelas atas untuk menipu. Ideologi betul-betul dipercayai oleh seluruh masyarakat secara naif. Karena itu maka ideologi begitu kuat dalam memperngaruhi kekuasaan kelas atas terhadap kelas bawah.

Marx (dalam Jones, 2009:87) mengidentifikasi dua bentuk ideologi. Ideologi yang pertama adalah ideologi kesadaran kelas. Ideologi tersebut merupakan ideologi yang dimiliki suatu kelas sosial, misalnya kelas subordinat dalam memandang realitas sebagai sesuatu yang semu atau salah sehingga menimbulkan kesadaran pada dirinya tentang eksistensinya sebagai suatu kelas. Ideologi yang kedua adalah ideologi kesadaran semu. Ideologi ini merupakan kesadaran yang tidak akan muncul bebas dari kondisi ekonomi. Hal ini berarti bahwa ideologi sebagai suatu kesadaran kelas akan dibenturkan dengan keadaan ekonomi yang ada. Misalnya, kelas subordinat memiliki kesadaran tentang eksploitasi yang mereka rasakan karena keberadaan kelas dominan. Meskipun mereka sadar, tetapi mereka hanya bisa pasrah dan menerima karena kelas dominan tentu lebih memiliki pengaruh dalam bidang ekonomi daripada kelas subordinat. Ideologi kesadaran yang dimiliki kelas subordinat hanya sebatas wacana dan tidak sampai pada gerakan perlawanan.

Kedua ideologi inilah yang menjadikan kelas subordinat memahami kedudukannya sebagai kelas yang tereksploitasi sehingga mereka pun memulai perjuangan politik yang dirancang untuk menggantikan tatanan sosial yang lama dengan yang baru, yang lebih sesuai dengan tatanan ekonomi yang baru (Jones, 2009: 92).

(12)

Terdapat 6 definisi ideologi menurut Eagleton (dalam Sparringa,1997:10). Pertama, ideologi adalah proses material yang berhubungan dengan produksi ide-ide, kepercayaan, dan nilai-nilai dalam kehidupan sosial. Kedua, ideologi adalah ide atau kepercayaan yang melambangkan keadaan dan pengalaman hidup dalam suatu kelompok sosial atau suatu kelas tertentu. Ketiga, ideologi dipandang sebagai arena diskursus, tempat berbagai kekuatan sosial bertarung. Keempat, makna ideologi yang menitikberatkan promosi dan legitimasi kepentingan sektoral, tetapi dibatasi kekuatan sosial yang dominan. Kelima, ideologi melambangkan ide-ide atau gagasan-gagasan dan kepercayaan-kepercayaan yang membantu mengabsahkan kepentingan dari sebuah kelompok atau kelas oleh distorsi dan disimulasi. Yang terakhir, yaitu keenam, ideologi menitikberatkan suatu kepercayaan, yang salah maupun palsu yang berasal dari struktur material masyarakat keseluruhan tanpa melihat kepercayaan tersebut berkembang dari kelas yang dominan.

Definisi pertama dan kedua dari penjelasan di atas dapat digunakan untuk membantu mengupas ideologi pengarang dalam karya sastra. Hal ini terjadi karena dalam penciptaan karya sastra, pengarang tentu mengungkapkan pemikirannya yang dapat ditangkap oleh pembaca.

Teori lain yang berkaitan dengan pemahaman tentang ideologi diungkapkan oleh Althusser (dalam Barker, 2004:59) yang mengungkapkan pandangannya bahwa ideologi terlibat dalam reproduksi formasi-formasi sosial dan relasi mereka terhadap kekuasaan. Terkait dengan pemikiran tersebut, Althusser juga mengungkapkan bahwa ideologi sebagai pengalaman yang dijalani tidaklah palsu (sebuah kenyataan).

(13)

Selain itu, Althusser memiliki pandangan bahwa ideologi tidak hanya memiliki eksistensi spiritual dan eksistensi material. Eksistensi spiritual yang dimaksud adalah hubungan imajiner antara individu dan kondisi eksistensi nyatanya. Yang dimaksud dengan eksistensi material adalah kepercayaan seseorang atau ideologi seseorang terhadap hal-hal tertentu akan diturunkan dalam bentuk-bentuk material yang secara natural akan diikuti oleh orang tersebut, misalnya jika kita menemui ketidakadilan dalam hukum atau bidang lainnya, dapat menyatakan protes bahkan mewujudkannya dengan berdemonstrasi

Pandangan-pandangan tersebut juga dapat dijadikan pijakan untuk mengungkap ideologi pengarang. Dalam menciptakan karyanya, pengarang tentu memiliki pandangan atau pemikiran dengan berdasarkan pengalaman hidupnya.

Salah satu kesimpulan yang dapat diambil dari kritik ideologi Karl Marx adalah bahwa sebaiknya masyarakat curiga ketika penguasa berbicara kepada masyarakat tentang nilai-nilai luhur serta kewajiban-kewajiban moral mereka. Sering tanpa disadari, pembicaraan-pembicaraan semacam itu sarat dengan pamrih, alias ideologi.

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis struktur novel berupa fakta cerita, dari kejadian antartokoh dan objek disekitarnya.

2. Menganalisis deskripsi peran kelas atas yang ditampilkan, terutama yang terkait dengan perpolitikan dan ekonomi berdasarkan novel Negeri Para Bedebah karya Tere-Liye.

(14)

3. Menganalisis deskripsi ideologi yang menguasai politik dan ekonomi pada cerita dalam novel.

4. Menganalisis deskripsi permasalahan negara kelas pada cerita dalam novel. 5. Simpulan.

(15)

Bagan Kerangka Pikir

Novel Negeri Para Bedebah karya Tere-Liye: Pendekatan Marxisme

Teori Negara Kelas Marxisme

Simpulan

Menganalisis deskripsi peran kelas atas yang ditampilkan, terutama yang terkait dengan perpolitikan dan ekonomi

Menganalisis deskripsi permasalahan negara kelas pada cerita dalam novel.

Menganalisis deskripsi ideologi yang menguasai politik dan ekonomi pada cerita dalam novel.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Moral dalam Novel Negeri Para Bedebah Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi.. Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra

“Nilai-nilai Religius dalam Novel Hafalan Sholat Delisa Karya Tere Liye dan Relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam”. Universitas Islam Negeri Sunan

Melalui karya yang ditulisnya sastrawan menggambarkan dunia yang diwarnai dengan kesetaraan dan keadilan gender, yang menghargai eksistensi perempuan seperti halnya

Penelitian tentang analisis tokoh utama dalam Novel Si Anak Kuat Tere Liye karya Tere liye ini mempunyai manfaat yang sebagai berikut. 1) Bagi Guru Bahasa Indonesia. Hasil

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini menjawab masalah bagaimana teknik penyutradaraan dan tugas sutradara Rohmat Basuki sebagai bentuk

Kebaharuan dalam penelitian ini adalah novel PJ karya Okky Madasari diteliti menggunakan teori strukturalisme genetik dengan mengungkapkan pandangan dunia

Pendekatan sosiologi sastra melalui ini menempatkan karya sebuah karya sastra sebagai objek kajian, dalam hal ini karya sastranya yang diteliti dengan tidak melupakan hal-hal

Skripsi berjudul Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Tentang Kamu karya Tere Liye, ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana